Kinerja Aparatur Dinas Peternakan provinsi Jawa Barat Dalam Memberikan Informasi Peternakan Melalui Situs www.disnak.jabarprov.go.id

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah KKL

Era globalisasi menuntut adanya kompetisi dari beberapa negara untuk saling bersaing guna merebutkan kedudukan sebagai negara penentu dalam dunia baik dalam bidang perekonomian, sosial budaya, politik dan sebagainya. Perkembangan sumber daya manusia juga dituntut agar lebih baik karena kemajuan teknologi, perdagangan dan sebagainya ditentukan oleh sumber daya manusia selaku pelaku dan penggerak semua itu.

Sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting di dalam pembangunan, disamping unsur lainnya seperti bahan, modal, dan teknologi. Pembangunan nasional dapat tercapai dengan baik, apabila ditunjang oleh sumber daya manusia yang handal. Sumber daya manusia merupakan unsur yang sangat penting untuk tercapainya keberhasilan pembangunan.

Manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan upaya mewujudkan hasil tertentu kegiatan orang lain. Hal ini berarti bahwa sumber daya manusia mempunyai peran penting dan dominan dalam manajemen. Manajemen sumber daya manusia mengatur dan menetapkan program kepegawaian.


(2)

Peran manajemen sumber daya manusia sangat menentukan bagi terwujudkan tujuan organisasi, tetapi untuk memimpin manusia merupakan hal yang cukup sulit. Tenaga kerja selain diharapkan mampu, cakap dan terampil, hendaknya berkemauan dan mempunyai kesungguhan untuk bekerja efektif dan efisien. Kemampuan dan kecakapan akan bekerja efektif jika tidak di ikuti oleh kerja dan kedisiplinan pegawai dalam mewujudkan tujuan.

Kemampuan menunjukkan potensi seseorang untuk melaksanakan pekerjaan dan merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk bekerja giat dan mengerjakan pekerjaannya. Persyaratan yang sangat mendasar bagi aparatur adalah kemampuan intelektual dengan motivasi kerja yang tinggi sehingga tercipta kinerja aparatur yang kondusif untuk merealisasikan potensi kerja yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Manajemen sumber daya manusia keberadaannya sangat dibutuhkan oleh organisasi baik organisasi pemerintah maupun swasta. Penilaian kinerja aparatur dalam organisasi merupakan hal yang sangat penting karena akan bermanfaat untuk mengetahui efektifitas kerja organisasi sehingga tujuan organisasi tersebut akan dapat tercapai. Penilaian kinerja pegawai bagi organisasi swasta atau perusahaan belum memiliki ukuran yang baku, namun organisasi pemerintah atau instansi pemerintah sudah mempunyai aturan yang baku dalam penilaian kinerja aparatur.


(3)

Peran yang begitu besar sumber daya manusia sebagai pelaku utama dan juga merupakan input dari proses produksi dalam pembangunan akan tercapai apabila faktor-faktor penunjang optimalisasi peran tersebut tercapai. Salah satu faktor yang menentukan peran SDM adalah kinerja. Jika aparatur dalam organisasi atau perusahaan mempunyai kinerja yang baik, maka diharapkan akan mempunyai kontribusi positif terhadap organisasi atau perusahaan. Kinerja aparatur sangat ditentukan oleh seberapa baik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki aparatur dan memfasilitasi penyelesaian atau pencapaian kinerja mereka, diklat berkorelasi positif dengan kinerja pegawai.

Keseluruhan aspek penilaian tersebut diibaratkan bahwa semua aparatur memiliki tingkat kemampuan dan latar belakang yang sesuai dengan tuntutan kerja sebagaimana diatur dalam TUPOKSI (Tugas Pokok dan Fungsi) dari instansi tersebut. Penilaian kinerja aparatur yang merupakan cara pembinaan sumber daya manusia dalam suatu organisasi perlu dilakukan dengan prinsip-prinsip pembinaan personil yang tepat sesuai dengan kesepakatan bersama. Hal ini tidak dianut didalam sistem penilaian kinerja yang dilakukan oleh instansi pemerintah, disamping itu jarak antara pekerjaan dan penilaian kinerja selama satu tahun sangat kesulitan dalam penilaian, hal ini akan berakibat bahwa sipenilai tidak lagi obyektif dalam menilai anak buahnya bahkan yang ditemukan dilapangan penilaian kinerja aparatur justru diisi oleh pegawai yang dinilai sedangkan atasannya yang mempunyai hak untuk menilai hanya melegalkan hasil dari penilaian tersebut.


(4)

Kinerja merupakan suatu proses untuk mencapai suatu hasil. Berbicara mengenai kinerja personil serta kaitannya dengan cara mengadakan penilaian terhadap pekerjaan seseorang, maka perlu ditetapkan standar kinerja atau standar performance.Standar kinerja perlu diatur adalah seluruh kinerja organisasi, unit-unit organisasi yang mendukungnya, serta kinerja orang yang berperan didalamnya. Unsur utama yang harus dinilai kinerjanya adalah unsur manusia atau aparatur, karena pegawai yang berperan dalam menentukan kinerja organisasi.

Semakin kompleksnya tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (Disnak Jabar) tersebut mengharuskan para aparaturnya untuk lebih profesional, taat hukum, rasional, inovatif, dan memiliki integritas yang tinggi serta menjunjung tinggi etika administrasi publik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat maupun aparatur pemerintah itu sendiri.

Padahal penilaian kinerja aparatur apabila kita tinjau lebih mendalam, penilaian kinerja aparatur akan dipengaruhi oleh beberapa hal yang antara lain insentif, motivasi, disiplin kerja, budaya kerja, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, pelatihan, komunikasi, dan sebagainya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan semakin tinggi kinerjanya. Semakin banyak pengalaman kerja seseorang, juga semakin baik kinerjanya. Demikian juga semakin sering seseorang diikutkan kegiatan pelatihan dan pengembangan, maka ia akan semakin berkualitas, sehingga akan semakin baik pula kinerjanya


(5)

Pemberian insentif merupakan imbalan yang diberikan kepada seorang pegawai telah melakukan suatu pekerjaan diluar tugas pokoknya atau melebihi target dari pekerjaan tersebut. Insentif sangat penting bagi aparatur guna merangsang seseorang untuk melakukan pekerjaan melebihi apa yang diinginkan oleh organisasi. Disamping itu insentif juga berfungsi sebagai penghargaan dari pegawai yang telah melakukan suatu pekerjaan yang telah ditetapkan oleh pimpinan.

Disiplin kerja sangatlah penting dalam suatu organisasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya guna mewujudkan tujuan organisasi tersebut. Disiplin kerja mengatur aparatur akan mentaati segala norma, kaidah dan peraturan yang berlaku dalam organisasi. Tujuan disiplin kerja ini dalam rangka memperlancar seorang aparatur dalam melaksanakan pekerjaannya agar pencapaian tujuan organisasi tepat waktu, tepat sasaran serta efektif dan efesien.

Berdasar latar belakang penelitian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti titik permasalahan dan berupaya mencari pemecahannya dengan mencoba mengangkat masalah tentang melakasanakan program kerja yang berjudul, “KINERJA APARATUR DINAS PETERNAKAN

PROVINSI JAWA BARAT DALAM MEMBERIKAN INFORMASI

PETERNAKAN MELALUI SITUS www.disnak.jabarprov.go.id”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, untuk mempermudah proses pembahasan penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :


(6)

1. Bagaimana konsistensi pencapaian tujuan aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id?

2. Bagaimana produktivitas aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id?

3. Bagaimana kualitas pelayanan aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id?

4. Bagaimana responsivitas aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id?

1.3 Maksud dan Tujuan Laporan KKL

Maksud dari Laporan KKL ini adalah untuk mengetahui kinerja aparatur Dinas Perternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id.

Adapun tujuan Lap KKL ini adalah :

1. Untuk mengetahui konsistensi pencapaian tujuan aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id.

2. Untuk mengetahui produktivitas aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id.


(7)

3. Untuk mengetahui kualitas pelayanan aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id.

4. Untuk mengetahui responsivitas aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id.

1.4 Kegunaan Laporan KKL

Hasil kegunaan Laporan KKL ini diharapkan memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis, sebagai berikut :

1. Bagi kepentingan penulis, Laporan KKL ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai kinerja aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id.

2. Secara teoritis, Laporan KKL ini untuk mengembangkan teori-teori yang penulis gunakan yang relevan dengan permasalahan dalam laporan KKL ini dan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan.

3. Secara praktis, diharapkan Laporan KKL ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan kinerja aparatur Dinas Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id.


(8)

1.5 Kerangka Pemikiran

Desentralisasi menjadikan pemerintah daerah harus bekerja keras untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Pemerintah daerah perlu membuka diri untuk menyampaikan informasi. Semakin meningkatnya tuntutan pembangunan oleh masyarakat, menuntut pemerintah agar mampu memanfaatkan segala potensi yang ada. Pemanfaatan segala potensi akan maksimal jika kinerja aparatur lebih ditingkatkan.

Kinerja adalah kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu organisasi, yakni bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan, atau peranan dalam organisasi. Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara, dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. (Mangkunegara, 2000:67)

Berdasarkan pendapat di atas kinerja merupakan hasil kerja aparatur dalam melaksanakan tugas-tugas. Hasil kerja aparatur yang sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan berdasarkan kewajibannya. Hasil kerja aparatur dapat dilihat secara kualitas dan kuantitas

Setiap aparatur pemerintahan dalam menjalankan kinerjanya, harus selalu dilandasi dengan tanggungjawab, dalam melaksanakan tugasnya agar dapat menciptakan kualitas kinerja yang optimal dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat pada umumnya. Sebuah lembaga


(9)

pemerintah tidak lepas dari aparatur sebagai pelaksana penyelenggaraan pemerintahan, hal ini sesuai dengan pendapat Soerwono Handayaningrat yang mengatakan bahwa:

“Aparatur ialah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Aspek-aspek administrasi itu terutama ialah kelembagaan atau organisasi dan kepegawaian” (Soewarno,1982:154).

Aparatur yang berada di daerah merupakan pelaksana birokrasi. Aparatur merupakan pegawai yang melaksanakan setiap tujuan organisasi. Tujuan organisasi diharapkan sesuai dengan administrasi kelembagaan dan organisasi.

Hasil kerja yang dicapai oleh seorang aparatur dapat mempermudah arah penataan organisasi pemerintahan. Akibatnya akan tercapai peningkatan kinerja yang efektif dan efisien. Bambang Yudoyono dalam bukunya yang berjudul Otonomi Daerah menyatakan bahwa penilaian kinerja aparatur pemerintah daerah berdasarkan sebagai berikut:

1. Konsistensi pencapaian tujuan

a. Tujuan akhir (goal); sebagai kumulasi dari kontribusi pencapaian tujuan fungsional, sehingga dapat dilihat pada waktu agak lama (biasanya 3-5 tahun).

b. Sasaran antara atau tujuan fungsional (purposel outcome); merupakan hasil pencapaian suatu program yang merupakan kumulasi pencapaian hasil fisik.

c. Hasil fisik atau keluaran (output); merupakan hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan. Jadi sifatnya riil atau nyata dan dapat dilihat bersamaan pada saat berakhirnya suatu kegiatan.

d. Kontribusi nyata dari setiap tahap kepada tahap yang lebih tinggi.


(10)

2. Produktivitas

a. Profil daerah (meliputi aspek fisik, ekonomi, sosial, budaya, dsb.).

b. Input Resources(man, money, methods, material, machine). c. Proses (organizing, participation, coordinating, decision

making).

d. Feed back(raw materials). 3. Kualitas pelayanan

a. Kecepatan (speed) b. Ketepatan (accuracy)

c. Kemudahan / keterjangkauan d. Murah

e. Adil

f. Transparansi 4. Responsivitas

a. Prosedur b. Aturan kerja c. Rencana umum

d. Pemenuhan kebutuhan masyarakat (Yudoyono, 2001:62-63)

Sesuai dengan definisi di atas untuk menuju ke arah good governance dan clean governance,maka penulis hanya mengambil 4 (empat) dari 6 (enam) teori dari Bambang Yudoyono.Hal ini dimaksudkan karena empat teori ini dinilai telah efektif dan efisien untuk menjalankan kinerja aparatur di Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Aparatur harus mampu menciptakan produktivitas kerja. Aparatur juga harus mampu meningkatkan kualitas layanan terhadap masyarakat. Perilaku masyarakat yang berbeda-beda berdasarkan kondisi alam dan wilayahnya. Aparatur harus memiliki responsitivitas dalam mengenali kondisi-kondisi tersebut. Kegiatan organisasi publik dilaksanakan oleh aparatur. Peningkatan kegiatan organisasi publik harus sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar


(11)

Peran kinerja sangat menentukan bagi terwujudnya tujuan pemerintah, tetapi untuk memimpin manusia merupkan hal yang cukup sulit. Aparatur selain diharapkan mampu, cakap dan terampil, juga hendaknya berkemauan dan mempunyai kesungguhan untuk bekerja efektif dan efisien. Kemampuan dan kecakapan akan kurang berati jika tidak diikuti oleh moral kerja dan kedisiplinan pegawai dalam mewujudkan tujuan.

Organisasi pemerintah pada hakikatnya bertujuan pada pelayanan publik atau Public Service yaitu memberikan berbagai pelayanan yang diperlukan oleh masyarakat, salah satunya penggunaan e-Government yaitu melalui media internet yaitu website. Definisi e-Governmentmenurut Word Banksebagai berikut :

“E-government refers to to the use by government agencies of information technologies (such as wide area network, the internet and mobile computing) that have the ability to transform relations with citizen, businesses, and other arms of government (e-Government mengacu pada penggunaan teknologi informasi oleh lembaga pemerintahan (seperti area network yang luas, internet dan mobile komputer) yang mempunyai kemampuan untuk mengubah hubungan dengan penduduk, pebisnis dan cabang lain dari pemerintah)” (Bank Dunia dalam Indrajit, 2006: 2).

Kemunculan e-Government dapat meningkatkan kinerja aparatur pemerintah. Aplikasi e-Governmentsebagai sarana penyediaan informasi, khususnya informasi mengenai peternakan. Masyarakat dapat dengan cepat mendapatkan informasi yang jelas. Keterbukaan menjadi lebih efektif dan tidak adanya birokrasi yang berbelit belit.


(12)

Definisi informasi seperti yang dikemukakan oleh Wahyono, yaitu: “Informasi adalah hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan”. (Wahyono,2004:3) Berdasarkan definisi di atas, informasi merupakan data yang telah diproses sehingga mempunyai arti tertentu bagi penerimanya. Sumber dari informasi adalah data. Data itu sendiri adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian. Kejadian itu merupakan suatu peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu. Sehingga dalam hal ini informasi dan data saling berkaitan.

Mc Leod menyatakan bahwa suatu informasi berkualitas harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Akurat artinya informasi harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya pengujian terhadap hal ini biasanya dilakukan melalui pengujian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang berbeda dan apabila hasil pengujian tersebut menghasilkan hasil yang sama maka dianggap data tersebut dianggap.

2. Tepat waktu artinya informasi itu harus tersedia atau ada pada saat informasi tersebut diperlukan, tidak besok atau tidak beberapa jam lagi.

3. Relevan artinya informasi yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan, kalau kebutuhan informasi ini untuk suatu organisasi maka informasi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan informasi di berbagai tingkatan dan bagian yang ada dalam organisasi tersebut.

.4.Lengkap artinya informasi harus diberikan secara lengkap. Misalnya informasi tentang penjualan”.

(Mc Leod,2001:61)

Informasi yang berkualitas seperti yang dikemukakan di atas harus mempunyai empat ciri. Pertama yaitu suatu informasi harus akurat. Akuratnya informasi harus sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Keakuratannya telah melalui tahapan pengujian dan apabila


(13)

pengujian tersebut berhasil maka informasi tersebut dianggap data. Informasi juga harus bebas dari kesalahan-kesalahan. Akurat juga berarti harus mencerminkan maksudnya, harus akurat dari sumber sampai penerima informasi. Kedua, suatu informasi harus tepat waktu. Suatu informasi harus dapat diketahui dan dikonsumsi jika informasi tersebut diperlukan. Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah tidak berlaku tidak akan mempunyai nilai lagi. Informasi merupakan landasan diadakannya pengambilan keputusan. Jika keputusan terlambat maka akan berakibat fatal bagi pengguna informasi. Ketiga, suatu informasi harus relevan, karena suatu informasi yang diberikan harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Informasi harus bermanfaat bagi pemakainya. Keempat, suatu informasi haruslah lengkap tidak boleh kurang. Jika informasi tersebut kurang maka suatu informasi masih diragukan.

Masyarakat yang mengakses situs, sebelum menggunakan situs mereka terlebih dahulu menggunakan internet. Sebelum masuk pada definisi tentang situs, terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian dari internet, hal ini karena situs merupakan bagian dari internet.

Internet adalah jaringan global yang terbentuk dari jaringan komputer (Nelsen, 1996:2). Jaringan ini memungkinkan orang yang berkoneksi untuk bertukar informasi dan dalam kondisi tertentu sebagai sumber daya komputer. Dewasa ini pengguna layanan internet semakin meningkat karena internet memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh media lain. Kelebihan tersebut mencakup: mudah diakses, cepat,


(14)

lengkap dan jaringannya terhubung ke seluruh pengguna internet yang ada di dunia.

“Halaman web merupakan bagian dari situs web. Halaman-halaman web tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mereka saling berhubungan satu sama lain untuk membentuk sebuah situs web” (Tim penelitian dan pengembangan wahana komputer, 2004:24).

Berdasarkan penjelasan di atas situs merupakan kumpulan dari halaman web yang saling berhubungan satu sama lain, sehingga antara halaman web yang satu dengan halaman web yang lain dapat di akses oleh pengguna dalam satu situs.

Website merupakan bagian dari internet, website juga memiliki pengertian sebagai berikut:

“Website adalah sebuah lokasi di Internet yang memiliki akses ke semua pengguna internet dan dapat saling bertukar dokumen dengan cara menghubungkan satu sama lain dalam suatu jaringan yang saling terhubung melalui jaringan komunikasi seperti kabel telpon” (Febrian,2001:180).

Berdasarkan pengertian di atas situs merupakan bagian visual dari internet yang saling berhubungan satu sama lain. Situs berkembang sangat pesat dan salah satu alasan utamanya adalah kemudahan pemakainya. Bentuk situs seperti halaman-halaman majalah yang dilengkapi dengan gambar, teks dan foto. Situs mempermudah akses ke database dan arsip yang dapat menampilkan informasi, file suara digital, karya seni, dan bahkan klip film. Dalam membangun situs yang baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :


(15)

1. Akses, situs web harus bisa diakses sebagai syarat utama situs web yang baik. Bagaimanapun indahnya tampilan dari situs web tidaklah berarti jika orang lain tidak bisa mengaksesnya.

Artinya akses itu sangat penting, sehingga faktor cuaca dan wilayah menentukan apakah situs itu dapat dibuka atau tidak. 2. Komposisi, tidak dapat dipungkiri bahwa tampilan yang indah

dan menarik tentunya mempengaruhi orang lain untuk membuka situs web tersebut berulangkali.

Sehingga pembuat situs web itu harus kreatif dan mengembangkan imajinasi serta ide, agar tampilan situs web selalu menarik.

3. Content, isi dari situs web turut andil dalam menjaring pengunjung.

Isinya harus variatif, dapat memenuhi kebutuhan informasi dan didukung oleh gambar serta ilustrasi yang pas.

4. Interaksi, sebuah situs web yang baik adalah terciptanya komunitas.

Contohnya friendster, yahoo.

5. Kemudahan, usahakanlah supaya para pengunjung situs web tidak mengalami kesulitan dalam menjelajah isi situs web.

6. Link yang berguna, link merupakan hal yang sangat penting perannya dalam sebuah situs web karena merekalah yang mengantarkan pengunjung situs web untuk melihat-lihat dari situs web tersebut. Dengan link orang dapat lebih mudah mengakses apa yang dicari dan dibutuhkannya.

7. Up to date, selalu perbaharui isi situsweb tersebut. Pengunjung situs web tersebut akan bosan apabila isi situs web tersebut tidak mengalami perubahan.

Sesuatu yang lebih baru akan senantiasa menarik minat pengunjung situs web untuk senantiasa mengaksesnya.

8. Kuasai software lain, tidak ada software yang benar-benar sempurna, oleh karena itu kuasailah software untuk animasi atau photoshop. Hal tersebut akan sangat membantu mepercantik tampilan halaman situs web tersebut. Lebih banyak program software yang dikuasai dan digunakan, maka tampilan situs webakan lebih menarik

(Firmansyah, 2002:5-8).

Melihat kerangka pemikiran di atas, definisi operasional dalam Laporan KKL ini adalah:

1. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dilaksanakan oleh aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan.


(16)

2. Aparatur adalah pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam memberikan informasi peternakan.

3. Informasi adalah hasil dari pengolahan data oleh aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang masyarakat dalam bidang peternakan.

4. Situs adalah halaman-halaman web Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang disusun sedemikian rupa sehingga untuk memberikan informasi peternakan.

5. Kinerja aparatur adalah hasil kerja aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan. Indikator untuk mengukur kinerja aparatur tersebut adalah:

a. Konsistensi pencapaian tujuan adalah tindakan aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam mempertahankan tujuan memberikan informasi kepada masyarakat.

b. Produktivitas adalah tindakan aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam meningkatkan kualitas kerjanya. c. Kualitas pelayanan adalah tindakan aparatur Dinas

Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam meningkatkan ketepatan informasi peternakan.


(17)

d. Responsivitas adalah tindakan aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan informasi peternakan.

Berdasarkan teori-teori di atas, kerangka pemikiran Laporan KKL ini dapat dilihat dalam model sebagai berikut :

Gambar 1.1

Model Kerangka Pemikiran

Kinerja Aparatur Disnak Jabar

Produktifita 1.Input 2.Proses

Kualitas Layanan 1.Kecepatan 2.Ketepatan

Responsivitas 1.Prosedur 2.Aturan

Kerja Konsistensi

Tujuan 1Tujuan Akhir 2.Sasaran

Informasi Peternakan


(18)

1.6 Metode Penulisan Laporan KKL 1.6.1 Metode Penulisan

Sesuai dengan masalah yang ditulis pada Laporan KKL ini, khususnya yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan adalah dengan mencari kebenaran dalam penulisan berdasarkan suatu metode. Metode tersebut dapat lebih mengarahkan penyusun dalam melakukan penulisan dan pengamatan.

Dengan demikian, penulis dalam melakukan penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Burhan Bungin yang berjudul ”Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif”. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai berikut:

Penelitian yang menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variable yang timbul dimasyarakat yang menjadi permasalahannya itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variable tertentu. Penelitian deskriptif dapat bertipe kualitatif dan kuantitatif sedangkan yang bertipe kualitatif adalah data diungkapkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat serta uraian-uraian (Bungin, 2001:124).

Berdasarkan pengertian di atas, maka metode deskriptif menggambarkan tentang kinerja aparatur Dimas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya berdasarkan bukti-bukti yang ada untuk dianalisa dan interpretasi terhadap data tersebut.


(19)

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengambil data Laporan KKL dilakukan dengan langkah – langkah yang sesuai dengan keadaan atau kondisi data yang akan diambil yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan maka dengan itu peneliti menggunakan metode observasi.

2. Studi Pustaka

Yaitu dengan mempelajari dan mengumpulkan data tertulis, yaitu buku – buku, peraturan dan sumber lain yang relevan dengan masalah yang diteliti.

1.6.3 Analisa Data

Sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini maka analisis data yang digunakan dalam pengolahan data dilakukan adalah analisis deskriptif. Secara operasional analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan. Miles dan Huberman mengemukakan teknik analisis deskriptif tahapan – tahapan dalam analisis deskriptif setelah data terkumpul adalah sebagai berikut :

1. Reduksi data sebagai proses pemilihan, penyederhanaan, klasifikasi data kasar dari hasil penggunaan teknik dan alat pengumpulan data dilapangan. Reduksi data sudah dilakukan secara bertahap dengan cara membuat ringkasan data yang


(20)

dipilih dan disilang melalui komentar informan dalam wawancara dan observasi informasi yang berasal dari aparatur pemerintah Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.

2. Penyajian data merupakan suatu upaya penyusunan sekumpulan informasi menjadi pernyataan. Data kualitatif disajikan dalam bentuk teks yang pada awalnya terpencar dan terpisah menurut sumber informasi dan pada saat diperolehnya informasi tersebut. Kemudian data diklasifikasikan menurut pokok – pokok permasalahan yang menjadi pembahasan antara lain terkait dengan sistem pelayanan informasi.

3. Menarik kesimpulan berdasarkan reduksi interpretasi dan penyajian data yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya. Selaras dengan mekanisme logika pemikiran induktif. Maka, penarikan kesimpulan akan bertolak dengan hal - hal yang khusus ( spesifik ) sampai kepada rumusan kesimpulan yang sifatnya umum( general).

1.7 Lokasi dan Jadwal KKL

Kuliah Kerja Lapangan ini dilaksanakan di Dinas Perternakan Provinsi Jawa Barat, yang berada di Jln. Ir. H. Juanda No. 358 Bandung. Telepon (022) 2501151. Website : http://www.disnak.jabarprov.go.id.

Adapun jadwal waktu KKL dimulai dari bulan juli 2010 sampai November 2010 dapat dilihat pada tabel berikut


(21)

Tabel 1.1

Jadwal Kuliah Kerja Lapangan

NO Uraian kegiatan Tahun 2010

Juli Agust Sept Okt Nov

1.

Tahap Persiapan:

a. Pengajuan Judul Penelitian b. Pengajuan Usulan

Penelitian

c. Pengajuan Surat ke Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

2. Tahap Pelaksanaaan KKL 3. Tahap Akhir:a. Penulisan Laporan KKL


(22)

pemerintahan, hal ini sesuai dengan pendapat Soerwono Handayaningrat yang mengatakan bahwa:

“Aparatur ialah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Aspek-aspek administrasi itu terutama ialah kelembagaan atau organisasi dan kepegawaian” (Soewarno,1982:154).

Aparatur yang berada di daerah merupakan pelaksana birokrasi. Aparatur merupakan pegawai yang melaksanakan setiap tujuan organisasi. Tujuan organisasi diharapkan sesuai dengan administrasi kelembagaan dan organisasi.

Bambang Yudoyono dalam bukunya yang berjudul Otonomi Daerah, penilaian kinerja aparatur pemerintah daerah sebagai berikut:

1. Konsistensi pencapaian tujuan

a. Tujuan akhir (goal); sebagai kumulasi dari kontribusi pencapaian tujuan fungsional, sehingga dapat dilihat pada waktu agak lama (biasanya 3-5 tahun).

b. Sasaran antara atau tujuan fungsional (purposel outcome); merupakan hasil pencapaian suatu program yang merupakan kumulasi pencapaian hasil fisik.

c. Hasil fisik atau keluaran (output); merupakan hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan. Jadi sifatnya riil atau nyata dan dapat dilihat bersamaan pada saat berakhirnya suatu kegiatan.

d. Kontribusi nyata dari setiap tahap kepada tahap yang lebih tinggi.

2. Produktivitas

a. Profil daerah (meliputi aspek fisik, ekonomi, sosial, budaya, dsb.).

b. Input Resources(man, money, methods, material, machine). c. Proses (organizing, participation, coordinating, decision

making).

d. Feed back(raw materials). 3. Kualitas pelayanan

a. Kecepatan (speed) b. Ketepatan (accuracy)


(23)

d. Murah e. Adil

f. Transparansi 4. Responsivitas

a. Prosedur b. Aturan kerja c. Rencana umum

d. Pemenuhan kebutuhan masyarakat (Yudoyono, 2001:62-63)

Sesuai dengan definisi di atas aparatur harus mampu menciptakan produktivitas kerja untuk mencapai tujuan organisasi pemerintahan. Aparatur juga harus mampu meningkatkan kualitas layanan terhadap masyarakat. Perilaku masyarakat yang berbeda-beda berdasarkan kondisi alam dan wilayahnya. Aparatur harus memiliki responsitivitas dalam mengenali kondisi-kondisi tersebut. Kegiatan organisasi publik dilaksanakan oleh aparatur. Peningkatan kegiatan organisasi publik harus sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar.

Secara lebih rinci, indikator-indikator kinerjanya aparatur tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

2.1.1 Konsistensi Tujuan

Menurut situs Wikipedia, konsistensi dalam ilmu logika adalah teori konsistensi merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi.(http://id.wikipedia.org)

Definisi tujuan organisasi dijelaskan oleh Sondang P. Siagian yaitu: ”penentuan arah yang akan ditempuh oleh organisasi, sarana dan prasarana apa yang diperlukan, produk apa yang akan dihasilkan, dan siapa yang akan jadi penggunanya, bentuk dan jenis interaksi dengan lingkungan eksternal, kultur organisasi bagaimana yang


(24)

akan ditumbuh kembangkan, serta teknologi yang bagaimana yang akan dimanfaatkan” (Siagian, 2005:43).

Konsistensi tujuan merupakan sematik satu dengan sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi atau berbenturan. Konsistensi tujuan merupakan penentuan arah dari organisasi sesuai dengan produk yang akan dihasilkan. Sarana dan prasarana yang dipakai dalam menjalankan organisasi tidak berbenturan atau bertolak belakang dengan tujuan awal dari organisasi itu sendiri.

2.1.2 Produktifitas

Menurut J. Putra Ravianto, bahwa:

“Produktifitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan menggunakan keterampilan, modal, teknologi, manajemen, informasi, energi dan sumber-sumber daya lainnya, untuk perbaikan mutu kehidupan yang mantap bagi seluruh manusia, melalui pendekatan konsep produktifitas secara total. (Ravianto, 1988:12)

Berdasarkan pendapat tersebut, produktifitas merupakan usaha manusia dalam menggunakan keterampilan, modal, teknologi, manajemen, informasi, energi untuk memperbaiki mutu kehidupan menjadi lebih baik. Perbaikan mutu kehidupan untuk seluruh manusia. Perbaikan mutu ini melalui pendekatan konsep produktifitas secara total dan terkendali.

2.1.3 Kualitas Layanan

Pemerintah dituntut untuk memberikan pelayanan publik yang berkualitas. Hubungan kualitas dengan pelayanan dikemukakan oleh Sampara Lukman bahwa:


(25)

“kualitas pelayanan adalah pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan standar pelayanan yang telah dibakukan sebagai pedoman dalam memberikan layanan. Standar pelayanan adalah ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu pembakuan pelayanan yang baik” (Lukman, 1999:14).

Berdasarkan pendapat tersebut, kualitas pelayanan merupakan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sesuai dengan standar pelayanan. Standar pelayanan tersebut dibakukan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Semakin baik standar yang dijadikan acuan maka semakin baik juga mutu dari pelayanan tersebut.

2.1.4 Responsivitas

Menurut Ratminto responsivenessatau responsivitas merupakan: “Kemampuan pemberi pelayanan untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat, secara singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap pemberi pelayanan terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan masyarakat” (Ratminto, 2006:180-181).

Menurut pendapat tersebut, responsivitas merupakan kemampuan pemberi pelayanan untuk mengenali dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Memprioritaskan pelayanan dan mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Responsivitas mengukur daya tanggap pemerintah akan kebutuhan masyarakat. Responsivitas aparatur merupakan tuntutan masyarakat.


(26)

2.2 Pengertian Informasi

Pengertian data menurut Wahyono dalam bukunya yang berjudul Sistem:informasi Konsep Dasar, Analisis Desain dan Implementasi, yaitu: “Bahan baku informasi, didefinisikan sebagai kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, tindakan, benda dan sebagainya” (Wahyono,2004:2).

Keberadaan suatu data sangat menunjang terhadap informasi, karena data merupakan bahan mentah yang diperlukan oleh pengambil keputusan . Untuk lebih meyakinkan bahwa data tidak dapat terlepas dari dari informasi dapat dilihat dari definisi mengenai informasi.

Istilah informasi berasal dari kata benda latin purba information yang dalam kamus komunikasi menurut Effendy berarti keterangan, penerangan:

1. Suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang yang baginya merupakan hal yang baru diketahuinya.

2. Data yang telah diolah untuk disampaikan kepada yang memerlukan atau untuk mengambil keputusan mengenai suatu hal.

3. Kegiatan menyebarluaskan pesan disertai penjelasan, baik secara langsung maupun melalui media komunikasi, kepada khalayak yang baginya merupakan hal atau peristiwa yang baru. (Effendy, 1989:177)

Berdasarkan pendapat tersebut bahwa informasi merupakan pesan yang disampaikan kepada orang lain. Pesan yang diberikan merupakan hal baru yang sebelumnya tidak diketahui si penerima pesan. Pesan tersebut juga merupakan data yang sudah diolah sebagai alat untuk


(27)

mengambil keputusan. Penyebarluasan pesan tersebut melalui suatu media.

Sedangkan definisi informasi yang dikemukakan oleh Wahyono, yaitu:

“Informasi adalah hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan”. (Wahyono,2004:3) Berdasarkan definisi di atas, informasi merupakan data yang telah diproses sehingga mempunyai arti tertentu bagi penerimanya. Sumber dari informasi adalah data. Data itu sendiri adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian. Kejadian itu merupakan suatu peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu. Sehingga dalam hal ini informasi dan data saling berkaitan.

Bertolak dari batasan-batasan tersebut di atas, informasi itu pada dasarnya diproduksi oleh adanya data. Data merupakan bahan dasar atau bahan mentah untuk diproses sehingga hasilnya berubah menjadi informasi. Informasi tersebut pada akhirnya disebarluaskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Mc Leod menyatakan bahwa suatu informasi berkualitas harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Akurat artinya informasi harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya pengujian terhadap hal ini biasanya dilakukan melalui pengujian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang berbeda dan apabila hasil pengujian tersebut menghasilkan hasil yang sama maka dianggap data tersebut dianggap.


(28)

2. Tepat waktu artinya informasi itu harus tersedia atau ada pada saat informasi tersebut diperlukan, tidak besok atau tidak beberapa jam lagi.

3. Relevan artinya informasi yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan, kalau kebutuhan informasi ini untuk suatu organisasi maka informasi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan informasi di berbagai tingkatan dan bagian yang ada dalam organisasi tersebut.

4. Lengkap artinya informasi harus diberikan secara lengkap. Misalnya informasi tentang penjualan”.

(Mc Leod,2001:61)

Informasi yang berkualitas seperti yang dikemukakan di atas harus mempunyai empat ciri. Pertama yaitu suatu informasi harus akurat. Akuratnya informasi harus sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Keakuratannya telah melalui tahapan pengujian dan apabila pengujian tersebut berhasil maka informasi tersebut dianggap data. Informasi juga harus bebas dari kesalahan-kesalahan. Akurat juga berarti harus mencerminkan maksudnya, harus akurat dari sumber sampai penerima informasi. Kedua, suatu informasi harus tepat waktu. Suatu informasi harus dapat diketahui dan dikonsumsi jika informasi tersebut diperlukan. Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah tidak berlaku tidak akan mempunyai nilai lagi. Informasi merupakan landasan diadakannya pengambilan keputusan. Jika keputusan terlambat maka akan berakibat fatal bagi pengguna informasi. Ketiga, suatu informasi harus relevan, karena suatu informasi yang diberikan harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Informasi harus bermanfaat bagi pemakainya. Keempat, suatu informasi haruslah lengkap


(29)

tidak boleh kurang. Jika informasi tersebut kurang maka suatu informasi masih diragukan.

Sejalan dengan pendapat tersebut, kriteria atau syarat-syarat informasi yang baik menurut Parker adalah:

1. Ketersediaan 2. Mudah dipahami 3. Relevan

4. Bermanfaat 5. Tepat waktu 6. Keandalan 7. Akurat 8. Konsisten 9. Jelas

10. Menyeluruh 11. Selektif 12. Fleksibel 13. Orisinil

(Parker dalam Rivers, 2003:302)

Berdasarkan pendapat tersebut bahwa informasi yang baik mencakup:

1. Ketersediaan, artinya bahwa tersedianya informasi merupakan syarat yang cukup mendasar sehingga dapat diperoleh untuk dimanfaatkan

2. Mudah dipahami, artinya informasi tidak boleh berbelit-belit tetapi hendaknya mudah dipahami oleh setiap pembuat keputusan

3. Relevan, artinya informasi yang diperlukan hendaknya sesuai atau cocok dengan kebutuhan pengembangan organisasi


(30)

4. Bermanfaat, artinya informasi harus benar-benar mempunyai kegunaan bagi organisas

5. Tepat waktu, artinya informasi hendaknya tersedia tepat pada waktunya sesuai dengan kebutuhan

6. Keandalan, artinya sumber informasi harus benar-benar dapat dipercaya keberadaannya sehingga terjamin kebenarannya

7. Akurat, artinya informasi hendaknya bersih atau bebas dari berbagai kesalahan atau kekeliruan komputasi dan transkripsi, sehingga jelas maknanya bagi kepentingan organisasi

8. Konsisten, artinya informasi tidak boleh mengundang kontradiksi di dalam penyajiannya

9. Kejelasan, artinya informasi harus bebas dari keragu-raguan dan harus jelas keberadaannya

10. Menyeluruh, artinya informasi harus lengkap dan utuh untuk kepentingan kegiatan tertentu.

11. Selektif, artinya informasi harus benar-benar teruji keunggulannya

12. Fleksibel, artinya informasi hendaknya memiliki daya adaptasi terhadap kebutuhan yang berbeda


(31)

2.3 Situs

Orang yang mengakses situs, sebelum menggunakan situs mereka terlebih dahulu menggunakan internet. Sebelum masuk pada definisi tentang situs, terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian dari internet, hal ini karena situs merupakan bagian dari internet.

Internet adalah jaringan global yang terbentuk dari jaringan komputer (Nelsen, 1996:2). Jaringan ini memungkinkan orang yang berkoneksi untuk bertukar informasi dan dalam kondisi tertentu sebagai sumber daya komputer. Dewasa ini pengguna layanan internet semakin meningkat karena internet memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh media lain. Kelebihan tersebut mencakup: mudah diakses, cepat, lengkap dan jaringannya terhubung ke seluruh pengguna internet yang ada di dunia.

“Halaman web merupakan bagian dari situs web. Halaman-halaman web tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mereka saling berhubungan satu sama lain untuk membentuk sebuah situs web” (Tim penelitian dan pengembangan wahana komputer, 2004:24).

Berdasarkan penjelasan di atas situs merupakan kumpulan dari halaman web yang saling berhubungan satu sama lain, sehingga antara halaman web yang satu dengan halaman web yang lain dapat di akses oleh pengguna dalam satu situs.


(32)

Website merupakan bagian dari internet, website juga memiliki pengertian sebagai berikut:

Website adalah sebuah lokasi di Internet yang memiliki akses ke semua pengguna internet dan dapat saling bertukar dokumen dengan cara menghubungkan satu sama lain dalam suatu jaringan yang saling terhubung melalui jaringan komunikasi seperti kabel telpon” (Febrian,2001:180).


(33)

1522 didirikan suatu monumen batu yang disebutpadrãodi tepi Ci

Liwung.

Meskipun perjanjian pertahanan keamanan dengan Portugis telah dibuat, pelaksanaannya tidak dapat terwujud karena pada tahun 1527 pasukan aliansi Cirebon - Demak, dibawah pimpinan Fatahilah atau Paletehan, menyerang dan menaklukkan pelabuhan Sunda Kalapa. Perang antara Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon - Demak berlangsung lima tahun sampai akhirnya pada tahun 1531 dibuat suatu perjanjian damai antara Prabu Surawisesa dengan Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon.Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja Mulya, alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar dibawah tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda, dan akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman pemerintahan Kesultanan Banten, wilayah Priangan (Jawa Barat bagian tenggara) jatuh ke tangan Kesultanan Mataram. Jawa Barat sebagai pengertian administratif mulai digunakan pada tahun 1925 ketika Pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Pembentukan provinsi itu sebagai pelaksanaan Bestuurshervormingwet

tahun 1922, yang membagi Hindia Belanda atas kesatuan - kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilahSoendalanden

( Tatar Soenda ) atau Pasoendan, sebagai istilah geografi untuk menyebut bagian Pulau Jawa di sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang


(34)

sebagian besar dihuni oleh penduduk yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu.

Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat menjadi Negara Pasundan yang merupakan salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB. Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1950.

3.1.2 Letak Geografis Provinsi Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Wilayahnya berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Jawa Tengah di timur,Samudra Hindia di selatan, serta Banten dan DKI Jakarta di barat.Kawasan pantai utara merupakan dataran rendah. Di bagian tengah merupakan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian pegunungan yang membujur dari barat hingga timur Pulau Jawa. Titik tertingginya adalah Gunung Ciremay, yang berada di sebelah barat daya Kota Cirebon. Sungai-sungai yang cukup penting adalah Sungai Citarum dan Sungai Cimanuk, yang bermuara di Laut Jawa.


(35)

3.2 Gambaran Umum Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 3.2.1 Sejarah Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

Organisasi atau Instansi pemerintah yang menangani urusan atau fungsi peternakan dan kesehatan hewan di Jawa Barat. Berdiri sejak masa pemerintahan kolonial Belanda, yaitu tercatat mulai berdiri pada tahun 1932 dengan nama ProvincialeVeeart Senijkundige Diesnst, yang

berkedudukan di Bandung, dikepalai oleh seorang Inspektur berkebangsaan Belanda dan dibantu oleh pegawai sebanyak 46 orang, dengan wilayah kerja meliputi Jawa Barat dan Jakarta. Organisasi ini mempunyai tugas memfasilitasi masyarakat dalam hal pencegahan/pemberantasan penyakit hewan dan peningkatan produksi ternak, serta penyediaan kesehatan produk ternak (RPH) di Jawa Barat dan Jakarta. Pada masa tersebut pemerintah Belanda cukup tinggi perhatiannya dalam pengembangan budidaya peternakan milik masyarakat, dicirikan dengan berbagai kebijakan yang ditetapkan dalam undang-undang kehewanan antara lain berisi tentang:

1. Penetapan tanah pangonan disetiap desa, sebagai lahan yang diperuntukan bagi pengembalaan ternak-ternak milik masyarakat desa, dan tanah tersebutmerupakan tanah fasilitas umum yang tidak boleh dimiliki oleh perorangan.

2. Pengangkatan Mantri Hewan di setiap Kecamatan, yang bertugas untuk melayani dan menjaga kesehatan ternak milik masyarakat.


(36)

3. Pelarangan pemotongan betina produktif hewan bertanduk, yang bermaksud meningkatkan populasi ternak.

Pada awal masa kemerdekaan, organisasi kehewanan ini menjadi Jawatan Pertanian Republik Indonesia, merupakan instansi vertikal (Pusat) dibawah Kementerian Kemakmuran. Kebijakan dan program dari Jawatan Pertanian tersebut adalah dalam rangka meningkatkan produksi dan pendapatan petani/masyarakat, yang meliputi usaha-usaha pertanian rakyat, perkebunan, perikanan darat, kehewanan dan penyaluran bahan makanan.

Berawal dari pembentukan Provinsi Jawa Barat pada tahun 1950 melalui Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950. Undang-undang tersebut memberikan urusan yang menjadi kewenangan pangkal daerah, diantaranya adalah urusan kehewanan. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1951 tentang pelaksanaan penyerahan sebagian urusan dalam lapangan kehewanan kepada Provinsi Jawa Barat yang meliputi urusan-urusan: Usaha pemasukan bibit ternak dari luar provinsi, Usaha mempeternakan atau menyediakan bibit ternak untuk dibagi-bagikan di luar provinsi, Mengadakan pertemuan-pertemuan dan tindakan-tindakan lain dalam urusan peternakan, termasuk juga ternak jenis unggas yang mempengaruhi lingkungan yang lebih luas dari daerah. Dengan terbitnya peraturan perundang-undangan tersebut diatas wilayah Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat mengeluarkan Surat Keputusan Dewan Pemerintah Daerah Sementara (DPDS) Pemerintah Provinsi


(37)

Daerah Tingkat I Jawa Barat resmi berdiri, sedangkan untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan dibidang Pertanian ditetapkanmelalui Keputusan Dewan Pemerintahan Daerah Sementara (DPDS) Provinsi Daerah Jawa Barat Nomor 3/UPO/1952 dibentuklah Jawatan Pertanian Rakyatdan Jawatan Kehewanan Provinsi Jawa Barat pada tanggal 4 Juni 1952

Jawatan Kehewanan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat merupakan instansi otonom Pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat. Sedangkan sub sistem unitkerja bawahannya adalah sebagai berikut :

1. Jawatan Kehewanan Daerah Banten, meliputi Wilayah Serang, Pandeglang dan Lebak,berkedudukan di Serang dipimpin oleh Drh. Sungkawa Nitibaskara.

2. Jawatan Kehewanan Daerah Cirebon, meliputi wilayah Cirebon, Majalengka,Kuningan dan Indramayu, berkedudukan di Cirebon dipimpin oleh Drh.Sutrisno.

3. Jawatan Kehewanan Daerah Priangan Barat, meliputi wilayah Bandung, Sumedang dan Garut berkedudukan di Bandung dipimpin oleh Drh. Suyono dibantu oleh Drh. Hutabarat.

4. Jawatan Kehewanan Daerah Priangan Timur, meliputi Tasikmalaya dan Ciamis,berkedudukan di Tasikmalaya, dipimpin oleh Drh. Ismail.

Jawatan kehewanan daerah tersebut diatas merupakan perwakilan dari Jawatan Kehewanan Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat dan


(38)

bertanggung jawab kepada Gubernur Jawa Barat melalui Kepala Jawatan Kehewanan Provinsi Jawa Barat.

Selain sebagai instansi otonom, Jawatan Kehewanan Provinsi juga masih mempunyai hubungan vertikal dengan Pusat melalui Kementrian Pertanian,sehingga program dan kebijakannya mengacu kepada Rencana Kerja Istimewa (RKI) dari Pemerintah Pusat. Salah satu kegiatan yang dibiayai Pemerintah Pusat adalah pembentukan Pembibitan Ternak dengan sebutan Vokstation/Taman Ternak. Dibentuksebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Jawatan Kehewanan Provinsi Jawa Barat, yang berfungsi sebagai unit pelaksana pembibitan ternak, adapun UPT tersebut terdiri atas :

1. Taman Ternak Cikole, Lembang untuk pembibitan ternak sapi perah.

2. Taman Ternak Ciseureuh, Cianjur untuk pembibitan ternak sapi perah.

3. Taman Ternak Jatiwangi, Majalengka untuk pembibitan ternak unggas.

4. Taman Ternak Ciumbuleuit, Bandung untuk pembibitan ternak unggas.

Pada tahun 1961 terjadi perubahan pelaksanaan kepemerintahan, yaitu penyerahan sebagian urusan Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten/Kotamadya melalui Peraturan Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 15/PD-DPRD-GR/1961,


(39)

tentang Penyerahan urusan-urusan dalam lapangan kehewanan kepada Pemerintah Daerah Tingkat II/Kotapraja di seluruh Jawa Barat.

Untuk penyerahan urusan peternakan yang diserahan ke Kabupaten/Kotamadya meliputi :

1. Urusan memajukan peternakan, termasuk ternak unggas

2. Urusan kesehatan ternak, dan hal-hal yang bersangkutan dengan itu, sepanjang urusan ini belum menjadi urusan Daerah tersebut 3. Usaha-usaha tentang pemeriksaan pengangkutan hewan-hewan,

memperlindungi dan mencegah serta mengawasi penganiayaan-penganiyaan hewan.

Setelah diserahkannya sebagain urusan lapangan kehewanan dari DaerahTingkat I kepada Daerah Tingkat II Kabupaten/Kotamadya diseluruh JawaBarat, maka sejak saat itu terbentuk pula Jawatan Kehewanan di DT IIKabupaten/Kotamadya diseluruh Jawa Barat sebagai instansi OtonomTingkat II. Pada tahun 1968 melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1968 yang merubah nama atau istilah Direktorat Jenderal Kehewanan pada Departemen Pertanian menjadi Direktorat Jenderal Peternakan, maka dengan Keputusan Presiden tersebut, nomen klatur Jawatan Kehewanan disesuaikan menjadi Jawatan Peternakan Provinsi Jawa Barat.

Dengan meningkatnya urusan penyelenggaraan pemerintahan dan fasilitasi pembangunan, pada tahun 1975 terjadi perubahan struktur instansi otonom dilingkungan Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat,


(40)

yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur Nomor 107/A/V/18/SK/1975, tentang perubahan Jawatan (Otonomi) menjadi Dinas. Maka sejak itu Jawatan Peternakan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat menjadi Dinas Peternakan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.

3.2.2 Visi dan Misi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

Visi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat adalah: ”Menjadi Dinas

yang memberdayakan masyarakat peternakan demi Ketahanan Pangan

asal hewan serta Kesejahteraan Masyarakat Jawa Barat”

(http://www.disnak.jabarprov.go.id/index.php/profile/visi-dan-misi) Misi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat adalah:

1. Melayani masyarakat peternakan di Jawa Barat melalui kemitraan strategis secara profesional;

2. Memfasilitasi pemangku kepentingan dalam pengembangan kawasan usaha peternakan yang berwawasan lingkungan untuk meningkatkan produk yang berdaya saing dan kesejahteraan bagi masyarakat;

3. Mendorong peningkatan terciptanya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner. (http://www.disnak.jabarprov.go.id/index.php/profile/visi-dan-misi)


(41)

3.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dibentuk dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan urusan peternakan di Provinsi Jawa Barat.

Fungsi utama Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat adalah:

1. Perumusan dan penetapan kebijakan teknis operasional urusan bidang peternakan meliputi prasarana dan sarana, produksi, kesehatan hewan dan kesmavet,serta pengembangan usaha; 2. Penyelenggaraan urusan peternakan meliputi prasarana dan

sarana, produksi, kesehatan hewan dan kesmavet, serta pengembangan usaha;

3. Penyelenggaraan fasilitas bidang peternakan meliputi prasarana dan sarana, produksi, kesehatan hewan dan kesmavet,serta pengembangan usaha;

4. Pelaksanaan tugas lain dari Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3.2.4 Struktur Organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Struktur organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dimaksudkan untuk mengatur tata kerja dan hubungan kerja antar aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang satu dengan yang lainnya. Struktur organisasi berfungsi untuk menentukan tugas dan


(42)

tanggung jawab masing-masing aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Hal ini diharapkan dapat mempermudah serta memberikan kerangka mengenai gambaran berbagai macam hubungan kerja berdasarkan jabatan masing-masing anggota dalam wadah organisasi tersebut.

Struktur organisasi dan tata kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat diatur melalui Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 tahun 1979, tentang susunan organisasi dan tata kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, kemudian dengan keluarnya Instruksi Menteri dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1980, tentang petunjuk pelaksanaan mengenai pembentukan susunan organisasi dan tata kerja peternakan, maka struktur dinas disesuaikan kembali melalui Peraturan Daerah Tingkat Jawa Barat Nomor 13 Tahun 1983, tentang susunan organisasi dan tata kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.

Struktur organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat untuk lebih jelasnya dicantumkan pada gambar 3.1 sebagai berikut:


(43)

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

(sumber: http://www.disnak.jabarprov.go.id), 2008.

Struktur organisasi tersebut sangat berkaitan erat dengan kinerja aparatur. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab aparatur berdasarkan jabatan-jabatan yang diberikan kepadanya. Pelaksanaan tugas dalam rangka mencapai target visi dan misi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Penjelasan mengenai tanggung jawab aparatur dalam struktur organisasi tersebut akan dijelaskan dalam tugas pokok, fungsi dan rincian lembaga teknis.


(44)

3.2.5 Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

3.2.5.1 Sekretariat Tugas Pokok :

Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan di lingkungan dinas. Fungsi :

1. Penyusunan bahan rencana anggaran belanja langsung dan tidak langsung dinas;

2. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan teknis administrasi keuangan bidang;

3. Pelaksanaan koordinasi pengelolaan keuangan pada UPTD. Rincian Tugas :

1. Melaksanakan penyusunan bahan dan penyiapan anggaran Dinas;

2. Melaksanakan pengadministrasian dan pembukuan keuangan Dinas;

3. Melaksanakan penyusunan pembuatan daftar gaji dan tunjangan daerah serta pembayaran lainnya;

4. Melaksanakan perbendaharaan keuangan;

5. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan administrasi keuangan;


(45)

6. Melaksanakan penatausahaan belanja langsung dan belanja tidak langsung dinas dan UPTD;

7. Melaksanakan verifikasi keuangan;

8. Melaksanakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan penyiapan bahan pertanggung jawaban keuangan;

9. Melaksanakan dan koordinasi penyusunan bahan evaluasi dan pelaporan administrasi keuangan;

10. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait.

3.2.5.2 Sub Bagian Perencanaan dan Program Tugas Pokok :

Menyusun bahan kebijakan teknisoprasional dan fasilitas pengembangan teknologi dan alat mesin peternakan.

Fungsi :

1. pelaksanaan penyusunan bahan kebijakanteknis operasional teknologi alsin;

2. pelaksanaan pengelolaan dan fasilitasi teknis operasional pemanfaatan teknologi alsin.

Rincian Tugas :

1. Melaksanakan pemantauan, identifikasi dan inventarisasi kebutuhan alsin peternakan, kesehatan hewan dan kesmavet; 2. Melaksanakan penerapan standard mutu alsin peternakan,


(46)

3. Melaksanakan penerapan standard dukungan rekayasa teknologi peternakan, kesehatan hewan dan kesmavet

4. Melaksanakan pembinaan dan pegawasan penerapan standard teknis alsin peternakan, kesehatan hewan dan kesmavet; 5. Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan dan fasitasi

pengelolaan bengkel kerja pemeliharaan alsin peternakan, kesehatan hewan dan kesmavet;

6. Melaksanakan penyusunan bahan dan kerjasama teknologi dengan sumber teknologi;

7. Melaksanakan penyusunan bahan dan fasilitasi penerapan teknologi dan penggunaan alsin peternakan, kesehatan hewan serta kesmavet;

8. Melaksanakan penyusunan bahan rekomendasi penerapan pedoman pengawasan produksi,peredaran,penggunaan dan pengujian alsin peternakan, kesehatan hewan serta kesmavet;

9. Melaksanakan penyusunan bahan, pembinaan dan pengawasan kebijakanteknologi dan alsin peternakan, kesehatan hewan serta kesmavet;

10. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan rekayasa danpemeliharaan alsin peternakan serta kesehatan hewan dan kesmavet;


(47)

11. Melaksanakan program kerja, evaluasi dan pelaporan yang berkaitan dengan tugas Seksi Teknologi Alsin;

12. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lain;

13. Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan pimpinan sesuai dengan tugas dan fungsi.

3.2.5.3 Sub Bagian Keuangan Tugas Pokok :

Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan Fungsi :

1. Penyiapan bahan dan penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanjan rutin daerah;

2. Pelaksanaan teknis administrasi keuangan.Rincian Tugas : 3. Melaksanakan pengumpulan bahan dan penyiapan Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Rutin serta Pembangunan; 4. Melaksanakan pengadministrasian dan pembukuan keuangan

Anggaran Belanja Rutin dan Pembangunan;

5. Melaksanakan penyusunan pembuatan daftar gaji dan tunjangan daerah serta pembayaran;

6. Melaksanakan pembendaharaan keuangan Anggaran Belanja Rutin dan Pembangunan;


(48)

7. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan administrasi dan pembukuan keuangan Anggaran Pendapatan/Penerimaan Dinas;

8. Melaksanakan penyiapan bahan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan, Anggaran Belanja Rutin dan Pembangunan;

9. Melaksanakan penyusunan bahan evaluasi dan laporan kegiatan sub bagian keuangan;

10. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait.

3.2.5.4 Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Tugas Pokok :

Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, umum dan perlengkapan.

Fungsi :

1. Penyusunan bahan peyelenggaraan mutasi, pengembangan karir, kesejahteraan dan disiplin pegawai, dan pengelolaan administrasi kepegawaian lainnya;

2. Penyusunan bahan penyelenggaraan pembinaan kelembagaan, ketatalaksanaan dan rumah tangga;

3. Pelaksanaan administrasi, dokumentasi dan peraturan perundang-undangan, kearsipan dan perpustakaan;


(49)

5. Pengelolaan perlengkapan Dinas. Rincian Tugas :

1. Melaksanakan penyusunan, pengelahan data kepegawaian; 2. Melaksanakan pengusulan gaji berkala dan peningkatan

kesejahteraan pegawai dan jabatan di lingkungan Dinas.

3. Melaksanakan penyiapan dan pengusulan pension pegawai, peninjauan masa kerja dan pemberian penghargaan serta tugas/ijin belajar, pendidikan/pelatihan kepemimpinan teknis dan fungsional;

4. Menyusun bahan pembinaan disiplin pegawai;

5. Melaksanakan penyiapan bahan pengembangan karir dan mutasi serta pemberhentian pegawai;

6. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan pembinaan kelembagaan dan ketatalaksanaan kepada unit kerja di lingkungan Dinas;

7. Melaksanakan penyusunan bahan rancangan dan pendokumentasian peraturan perundang-undangan;

8. Melaksanakan penerimaan, pendistribusian, dan pengiriman surat-surat/naskah dinas dan arsip serta pengelolaan perpustakaan;

9. Melaksanakan penggandaan naskah dinas;

10. Melaksanakan urusan keprotokolan dan penyiapan rapat-rapat dinas;


(50)

11. Melaksanakan pengelolaan hubungan masyarakat, protocol dan pendokumentasian;

12. Melaksanakan penyusunan rencana kebutuhan saran dan prasarana, pengurusan rumah tangga, pemeliharaan/perawatan lingkungan kantor, kendaraan dan asset lainnya serta ketertiban, keindahan dan keamanan kantor;

13. Melaksanakan penyusunan bahan evaluasi dan laporan kegiatan Subbagian Kepegawaian dan Umum;

14. Mengendalikan administrasi perjalanan dinas pegawai; 15. Melaksanakan koordinasi dengan Unit Kerja terkait;

16. Melaksanakan pengelolaan rumah tangga, ketertiban, keindahan, serta keamanan kantor;

17. Pengelolaan perpustakaan Dinas;

18. Melaksanakan pengelolaan kepegawaian pada UPTD; 19. Melaksanakan pembinaan kearsipan Dinas dan UPTD.

3.2.5.5 Seksi Penataan dan Kawasan Tugas Pokok :

Mengkaji bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi bidang prasarana dan sarana peternakan meliputi penataan kawasan, teknologi alsin, data dan informasi.


(51)

1. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitas penataan kawasan peternakan dan padang penggembalaan; 2. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional penerapan

teknologo dan penggunaan alat dan mesin peternakan serta kesehatan hewan dan kesmavet;

3. Penyelenggaraan pengkajian pengelolaan data statistic dan informai peternakan.

Rincian Tugas :

1. Menyelenggarakan penyusunan perencanaan kebutuhan kawasan budidaya peternakan dan hijauan pakan ternak; 2. Meyelenggarakan penyusunan perencanaan penetapan peta

potensi dan tata ruang peternakan;

3. Menyelenggarakan bahan penetapan pedoman dan kebijakan teknis operasional pemanfaatan oadang penggembalaan, pemanfaatan pengelolaan air, penggunaan alat dan mesin peternakan serta kesehatan hewan dan kesmavet;

4. Meyelenggarakan pembinaan dan fasilitas dokumen pengolahan amdal/UKL-UPL serta penataan kawasan pengembangan peternakan;

5. Menyelenggarakan pengkajian perencanaan kebutuhan teknologi, alat dan mesin peternakan serta kesehatan hewan dan kesmavet;


(52)

6. Menyelenggarakan pengkajian bahan pedoman penerapan standarisasi mutu alat dan mesin, penerapan teknologi peternakan serta kesehatan hewan dan kesmavet;

7. Menyelenggarakan fasilitas pengelolaan bengkel pemeliharaan alat dan mesin, penerapan teknologi peternakan serta kesehatan hewan dan kesmavet;

8. Menyelenggarakan pengkajian bahan kerjasama rekayasa teknologi dan prototype kebutuhan alat dan mesin, penerapan teknologi peternakan serta kesehatan hewan dan kesmavet; 9. Menyelenggarakan pengkajian perencanaan pengembangan

sistem informasi dan sumber data statistik;

10. Menyelenggarakan pengkajian pengelolaan data statistik peternakan komoditas strategis dan informasi pembangunan peternakan;

11. Menyelenggarakan pengelolaan dan fasilitas terminal cyber space agribisnis peternakan;

12. Menyelenggarakan program kerja, evaluasi dan pelaporan yang berkaitan dengan tugas prasarana dan sarana peternakan; 13. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja lain;

14. Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan pimpinan sesuai dengan tugas dan fungsi.


(53)

3.2.5.6 Seksi Data dan Informasi Tugas Pokok :

Menyusun bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi pengembangan data serta penyediaan informasi bidang peternakan. Fungsi :

1. pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis operasional penyajian data statistik peternakan;

2. pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis operasional pengembangan sistem informasi peternakan.

Rincian Tugas :

1. Melaksanakan penyiapan bahan penyusunan perencanaan pengembangan sistem informasi dan sumber data statistik; 2. Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis

operasional pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data statistik peternakan;

3. Melaksanakan penyiapan bahan pengolahan dan analisis data komoditas strategis dan data pembangunan peternakan; 4. Melaksanakan pengumpulan, pengolan dan analisis data

parameter teknis peternakan sebagai bahan imformasi tingkat kinerja ternak;

5. Melaksanakan penyiapan bahan perumusan pengembangan sistem informasi peternakan dan terminal cyber space;


(54)

6. Melaksanakan pengelolaan teknis operasional pemanfaatan sistem dan terminal cyber space peternakan;

7. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan dan pengendalian pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data peternakan di setiap daerah;

8. Melaksanakan bimbingan penerapan sistem perstatistikan dan informasi peternakan;

9. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan, pengumpulan, pengelolaan, analisis, penyajian dan pelayanan data dan statistik peternakan;

10. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan manajemen pengumpulan, pengolahan data komoditas/produksi peternakan dan sumberdaya strategis lintas kabupaten/kota;

11. Melaksanakan program kerja ,evaluasi dan pelaporan yang berkaitan denga tugas Seksi Data dan Informasi;

12. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lain;

13. Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan pimpinan sesui dengan tugas dan fungsi.

3.2.5.7 Bidang Produksi Tugas Pokok :

Merumuskan bahan kebijakan teknis operasional bidang produksi peternakan.


(55)

1. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional pembibitan dan pengendalian bibit ternak;

2. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional produksi pakan ternak dan pengendalian mutu pakan;

3. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional budidaya peternakan.

Rincian Tugas :

1. Menyenggarakan pengkajian perencanaan kebutuhan penyediaan bibit ternak/bakalan, pelaku perusahaan pembibitan/komersial dan kelompok peternak;

2. Menyenggarakan pengkajian perencanaan penetapan lokasi pembibitan potensi produksi bibit ternak;

3. Menyenggarakan pengkajian pedoman penerapan standarisasi mutu bibit danpenggunaan bibit unggul serta penjaringan bibit hasil IB dan ET;

4. Menyelenggarakan pengelolaan teknis operasional peningkatan mutu bibit dan penerbitan sertifikat bibit ternak yang dihasilkan;

5. Menyelenggarakan pengkajian bahan pedoman dan kebijakan teknis operasional pelestarian plasma nutpahserta mutasi bibit ternak keluar/masuk;

6. Menyelenggarakan pengelolaan bahan rekomendasi ijin pengeluaran dan pemasukan bibit ternak;


(56)

7. Menyelenggarakan pengelolaan bahan rekomendasi ijin pengendalian penerapan standarisasi mutu bibit, penggunaan bibit unggul serta penjaringan bibit hasil IB dan ET, serta pelestarian plasma nutfah dan mutasi bibit ternak keluar/masuk;

8. Menyelenggarakan pengelolaan bahan rekomendasi ijin melaksanakan inseminasi dan pemeriksaan kebuntingan; 9. Menyelenggarakan pengkajian perencanaan kebutuhan serta

distribusi semen dan embryo;

10. Menyelenggarakan pengkajian perencanaan penyebaran dan pengembangan ternak serta penyediaan produksi komoditas ternak;

11. Menyelenggarakan pengkajian bahan pembinaan dan pengendalian penerapan standarisasi mutu bibit ternak, pelestarian plasma nutfah dan produktivitas ternak;

12. Menyelenggarakan pengkajian perencanan kebutuhan penyediaan bahan baku dan pakan konsentrat, bibit dan pakan hijauan, produsen dan perusahaan pakan ternak;

13. Menyelenggarakan pengkajian bahan pedoman penerapan standarisasi mutu pakan dan penggunaan zat additive, serta kebijakan penerapan sertifikasi dan labelisasi untuk pakan yang beredar;


(57)

14. Menyelenggarakan pengkajian bahan pembinaan dan pengendalian penerapan standarisasi mutu pakan;

15. Menyelenggarakan pengelolaan teknis operasional penerbitan sertifikat dan label pakan ternak yang beredar serta rekomendasi produksi pakan ternak;

16. Menyelenggarakan program kerja, evaluasi dan pelaporan yang berkaitan dengan tugas Bidang Produksi;

17. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja lain;

18. Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan pimpinan sesuai dengan tugas dan fungsi.

3.2.5.8 Seksi Pengembangan Usaha Tugas Pokok :

Mengkaji bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitas pengembangan usaha peternakan.

Fungsi :

1. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional pengembangan fasilitas usaha dan kelembagaan peternakan;

2. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional penerapan standarisasi pasca panen dan pengolahan hasil peternakan. Rincian Tugas :

1. Menyelenggarakan pengkajian rencana dan program kerja yang berkaitan dengan tugas Bidang Pengembangan Usaha;


(58)

2. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitas usaha dan kelembagaan peternakan; 3. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis

operasional dan fasilitasi pasca panen dan pengolahan;

4. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi distribusi dan pemasaran hasil;

5. Menyelenggarakan program kerja, evaluasi dan pelaporan yang berkaitan dengan tugas Bidang Pengembangan Usaha Peternakan;

6. Menyelenggarakan koordinasi denga unit kerja lain;

7. Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan pimpinan sesuai dengan tugas dan fungsi.

3.2.5.9 Seksi Fasilitas Usaha dan Pengembangan Tugas Pokok :

Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis operasional fasilitasi usaha dan kelembagaan peternakan.

Fungsi :

1. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi usaha peternakan;

2. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi Kelembagaan tani.


(59)

1. Melaksanakan penyusunan bahan perencanaan kebutuhan investasi dan permodalan serta pelaku usaha bidang peternakan;

2. Melaksanakan penyusunan bahan fasilitasi penyediaan kredit program usaha peternakan dengan sumber-sumber permodalan;

3. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis operasional pengembangan dan pemantauan investasi dan permodalan serta pedoman penyerapan kredit program usaha peternakan;

4. Melaksanakan penyusunan bahan standar teknis manajemen kelembagaan tani dan pedoman teknis pengembangan kemitraan usaha peternakan;

5. Melaksanakan penyusunan bahan pedoman teknis analisa usaha komoditas peternakan;

6. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis operasional penyelenggaraan penyuluhan;

7. Melaksanakan penyusunan bahan, pembinaan dan pengendalian penerapan standar teknis pengembangan investasi dan penyerapan kredit program;

8. Melaksanakan penyusunan bahan, pembinaan dan pengendalian penetapan standar teknis pengembangan kelembagaan tani dan kemitraan usaha peternakan;


(60)

9. Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan penyelenggaraan fasilitas penyuluhan di kabupaten/kota; 10. Melaksanakan program kerja, evaluasi dan pelaporan yang

berkaitan dengan tugas Seksi Fasilitasi Usaha dan Kelembagaan;

11. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lain;

12. Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan pimpinan sesuai dengan tugas dan fungsi.

Gambar 3.2

Tampilan Halaman Awal Situs Dinas Peternakan Provinsi Jawa barat

(sumber: http://www.disnak.jabarprov.go.id/) 2008.

Tampilan halaman situs tersebut memberikan informasi tentang Info Harga ternak dan hasil ternak. Masyarakat dapat memantau


(61)

perubahan harga dengan memilih tanggal sesuai dengan pilihan. Halaman situs ini juga memiliki link informasi tentang Kontak Bisnis, Forum

Konsultasi, Produk Ternak dan Halaman Utama situs Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Layanan informasi harga yang bergerak dan berubah dengan sendiri (flash) membuat tampilan situs ini sangat menarik.

Gambar 3.3

Tampilan Menu Kontak Bisnis Situs Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

(sumber:

http://www.disnak.jabarprov.go.id/index.php?mod=kontakbisnis&idMenuKiri=705) 2008. Setelah memilih icon Kontak Bisnis pada halaman utama situs

Disnak Jabar, maka akan muncul tampilan situs seperti yang ditampilkan di atas. Kontak Bisnis merupakan informasi tentang alamat, nomor telepon dan informasi tentang jenis bisnis yang berhubungan dengan peternakan.


(62)

Masyarakat yang membutuhkan alamat penjualan dan pembelian hasil ternak dapat lebih mudah dalam mengakses kebutuhan bisnisnya.

Gambar 3.4

Tampilan Halaman Produk Ternak Situs Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

(sumber: http://www.disnak.jabarprov.go.id/),2008.

Gambar tersebut menampilkan informasi tentang produk ternak. Masyarakat dapat mengetahui informasi tentang produk ternak seperti susu, yoghurt, keripik kulit dan produk lainnya dengan memilih icon yang

ditampilkan. Informasi ini dapat membantu masyarakat dalam mengetahui harga pasar dan dapat menentukan jenis produk yang akan dibeli.


(63)

berbenturan dengan kebijakan lain. Konsistensi sebuah kebijakan akan mendukung penerapan kebijakan tersebut di lapangan.

Konsistensi tujuan dibutuhkan dalam pelaksanaan konsistensi kerja. Konsistensi dimaksudkan untuk menjaga kinerja aparatur tetap pada alur pelayanan kepada masyarakat. Pelaksanaan kerja akan sesuai dengan prosedur kerja. Pelaksanaan kerja yang sesuai dengan prosedur akan menghasilkan kualitas kerja seperti yang diharapkan. Pencapaian kerja merupakan harapan aparatur dalam melaksanakan pelayanan.

Konsistensi perilaku berupa komitmen dan kemampuan menerjemahkan falsafah hidup negara dan bangsa menjadi falsafah hidup individual. Aparatur memiliki kompetensi dan komitmen perjuangan yang tinggi dalam mengemban amanat pemerintahan negara secara konsisten. Perilaku tersebut diwujudkan dalam meningkatkan kualitas kerja dan pelayanan kepada masyarakat.

Secara konseptual konsistensi tujuan merupakan paradigma dan sistem peradaban yang luhur dalam penyelenggaraan pelayanan. Konsistensi tujuan dimaksud untuk mewujudkan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan bangsa. Perilaku ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap unsur penyelenggara Negara. Persyaratan tersebut pada essensinya adalah konsensus, kompetensi, komitmen dan konsistensi dalam mewujudkan dan memelihara nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai yang diwujudkan dalam kehidupan individu dan kehidupan bersama, dalam bermasyarakat,


(64)

berbangsa, dan bernegara, yang didasarkan pada tujuan organisasi. Artinya, aparatur dapat menduduki posisi dan peran yang aktual dan efektif sebagai paradigma dan sistem penyelenggaraan pelayanan publik.

Berdasarkan wawancara dengan Kasubid Pengembangan Keahlian, konsistensi aparatur mencakup tiga hal, yaitu :

1. Konsistensi aparatur dalam mengembangkan wawasan. Penyelenggaraan pelayanan Situs Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat selalu mengikuti perkembangan perubahan alam dari masa ke masa. Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam melaksanakan kerja selalu mengembangkan wawasan melalui berbagai cara. Pengembangan wawasan aparatur dapat dilakukan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan, melanjutkan jenjang pendidikan, mencari informasi melalui internet ataupun membaca buku di perpustakaan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Pengembangan wawasan akan sangat membantu aparatur dalam peningkatan kinerja sesuai dengan tanggung jawabnya.

2. Konsistensi aparatur dalam mengikuti dan melaksanakan instruksi atasan. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab kepada aparatur memberikan kebebasan bagi aparatur untuk bekerja. Kebebasan tersebut terkadang menjadi faktor penyebab aparatur tidak melaksanakan kerja dengan baik. Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat harus


(65)

melaksanakan tanggung jawab yang diberikan berdasarkan instruksi atasan. Pelaksanaan kerja yang sesuai dengan perintah atasan akan menyebabkan pekerjaan akan terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.

3. Konsistensi aparatur dalam rajin bekerja. Konsistensi aparatur dalam rajin bekerja merupakan kewajiban aparatur. Pemberian tunjangan-tunjangan kepada aparatur dibarengi dengan pelaksanaan kerja yang maksimal. Pelaksanaan kerja yang konsisten akan menghasilkan pencapaian target kerja. Pekerjaan-pekerjaan di Dinas Peternakan Provinsi Jawa barat akan cepat terselesaikan apabila aparatur konsisten dalam rajin bekerja.

Konsistensi kerja aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat telah terlaksanakan dengan baik. Aparatur melaksanakan kerja sesuai dengan tanggung jawab yang diterima. Pelaksanaan konsistensi tujuan akan mengalami kendala apabila kondisi kesehatan tidak mendukung dalam pelaksanaan kerja. Konsistensi tujuan tidak akan tercapai apabila adanya kesalahan arahan dari pimpinan. Konsistensi tujuan aparatur pada kenyataannya telah sesuai dengan visi dan misi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Orientasi penelitian dan pengembangan yang mengarah pada orientasi pelayanan telah terlaksanakan. Pelayanan Situs Situs Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat merupakan contoh konkret


(66)

dari tujuan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Kewajiban konsistensi tujuan yang diperankan oleh aparatur telah terselenggara dengan baik.

4.2 Produktifitas Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Dalam Memberikan Informasi

Produktifitas merupakan kewajiban aparatur dalam melaksanakan kerja. Aparatur dituntut dapat bekerja dengan maksimal. Pemberian tunjangan gaji dimaksudkan sebagai pemberian kompensasi atas kerja aparatur. Aparatur harus menunaikan kewajibannya dengan meningkatkan produktifitas kerja. Aparatur dapat dikatakan produktif apabila telah melaksanakan kerja sesuai dengan jam kerja yang telah ditentukan.

Produktivitas kerja aparatur dalam meningkatkan kualitas pelayanan Situs Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dilakukan dengan pemantauan program kerja yang dilakukan pegawai. Program kerja seorang pegawai dapat dilihat melalui tingkat kehadiran pegawai melalui absensi yang berbasis digital yaitu dengan sistem finger. Sistem finger merupakan mesin absensi dengan metode sidik jari bagian jempol. Aparatur Dinas Petrnakan Provinsi Jawa Barat cukup menempelkan jempol pada mesin absensi, maka akan tercatat secara otomatis waktu pada saat aparatur melakukan absensi. Apabila tingkat kehadiran seorang pegawai tinggi, bisa diartikan seorang pegawai tersebut produktif. Sebaliknya, jika kehadirannya rendah, berarti kurang produktif.


(1)

viii

Tabel 1.1. Jadwal Kegiatan KKL……… 21

DAFTAR LAMPIRAN


(2)

ix Lampiran 2. Surat Keterangan Penerimaan KKL Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melakukan KKL Lampiran 4. Riwayat Hidup


(3)

82

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Bungin, Burhan.(2001). Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. Yogyakarta:Gajah Mada Press.

Effendy, O. Uchana. (1988). Human Relation dan Public Relation dalam Management. PT. Alumni. Bandung.

Effendy, O.Uchana.(1989).Informasi Management. PT.Alumni. Bandung. Febrian, Jack. (2001). Menggunakan Internet. Bandung:Informatika.

Firmansyah, M. (2002). Desain Web Cepat dan Praktis dengan Microsoft Frontpage Xp. Jakarta:PT. Elex Media Komputindo.

Handayaningrat.Soerwono. (1982). Organisasi dan Kepegawaian. Yogyakarta:Graha Ilmu

Indrajit, Richardus Eko.( 2006). Electronic Government, Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital.Yogyakarta: Penerbit Andi.

,Mangkunegara, Prabu Anwar (2000). Manajemen Sumberdaya Manusia Perusahaan. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Mc Leod, Jr Raymond. (2001). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Prenhallindo.

Nelsen, Stephen. (1996). Field Guilde TO The Internet. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Ratminto.(2006).Responsivitas.Yogyakarta:Graha Ilmu

Ravianto. Putra.J.(1988).Konsep Produktifitas.Jakarta:Prenhallindo

Rivers, L. William, Jay. W, Jensen, dan Peterson, Theodore, (2003). Media Massa dan Masyarakat Modern, Kencana, jakarta.

Siagian, P. Sondang.(2005).Tujuan Organisasi: Situs Wikipedia Suprianto,Lukman.(1994). Kualitas Pelayanan.


(4)

83

Wahyono, Teguh. (2004). Sistem Informasi Konsep Dasar,Analisis Desain dan Implementasi.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yudoyono, Bambang. (2001). Otonomi Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Dokumen-Dokumen

Tim Penelitian dan Pengembangan Wahana Komputer. (2004). UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Dokumen-dokumen Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Rujukan Elektronik


(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

1. IDENTITAS DIRI

Nama : Dino Hartanto

Tempat, Tanggal Lahir : Karimun, 31 Januari 1989

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Lengkap : Jl. Bulit Sidomulyo No.41

RT 03 RW 05 Tg.Balai Karimun

Nama Ayah : Suyono

Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

Nama Ibu : Suprapti

Pekerjaan Ibu : IRT

Alamat Lengkap Orang Tua : Jl.Bukit Sidomulyo RT 03 RW 05 Kecamatan Tebing Kabupaten Karimun 22961

2. PENDIDIKAN FORMAL

2.1 SD Negeri 4 Cadasari : 1996 - 2000 2.2 SMP Negeri 1 Pandeglang : 2000 - 2003 2.3 SMA Negeri 2 Pandeglang : 2003 - 2006

2.4 Sedang melanjutkan Studi (S1) Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP UNIKOM

Bandung, November 2010