Tinjauan Atas Prosedur Pelaporan Pertanggungjawaban Dana Hibah dan Bantuan Sosial (Bansos) Pada Dinas Sosial Kota Bandung

(1)

SOSIAL (BANSOS) PADA DINAS SOSIAL KOTA BANDUNG

LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTEK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh mata kuliah kerja praktek

Jenjang studi strata 1 Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh :

Nama : Rina Mayanti

Nim : 21110227

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

iv

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Maksud Dan Tujuan Kerja Praktek ... 4

1.2.1 Maksud Kerja Praktek ... 4

1.2.2 Tujuan Kerja Praktek ... 4

1.3Kegunaan Kerja Praktek ... 5

1.4Metode Kerja Praktek ... 5

1.5Lokasi dan Waktu Kerja Praktek ... 7

1.5.1 lokasi kerja praktek ... 7

1.5.2 waktu kerja praktek ... 7

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1Sejarah Singkat Dinas Sosial Kota Bandung ... 9

2.2Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ... 12

2.3Deskripsi Jabatan ... 15

2.3.1 Tugas Pokok Dan Fungsi ... 15


(3)

v

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek ... 32

3.1.1 Tinjauan Prosedur Pelaporan Pertanggungjawaban Dana Hibah Dan Bantuan Sosial (Bansos) ... 32

3.1.1.1 Pengertian prosedur ... 32

3.1.1.2 Pengertian pelaporan pertanggungjawaban ... 35

3.1.1.3 Pengertian dana hibah dan bantuan sosial ... 38

3.2 TeknisPelaksanaan Kerja Praktek ... 41

3.3 Pembahasan Hasil Kerja Praktek ... 41

3.3.1 Prosedur atas pelaporan pertanggungjawaban dana hibah dan bantuan sosial pada dinas sosial kota bandung ... 41

3.3.2 Laporan pertanggungjawaban dana hibah dan bantuan sosial ... 45

3.3.2.1Pertanggungjawaban penerima dana hibah ... 45

3.3.2.2Pelaporan ... 47

3.3.2.3Hambatan dalam pelaporan pertanggungjawaban dana hibah dan bantuan sosial ... 48

3.3.2.4Hasil sistematika pada laporan pertanggungjawaban dana hibah dan bantuan sosial ... 49

BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan ... 52

4.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 57


(4)

56

Ardiyos. 2006. Kamus Standar Akuntansi Citra Harta Prima. Jakarta

Azhar, Susanto. 2007. System Informasi Akuntansi. Jakarta : T.Lingga Jaya

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Ida Nuraida. 2008. Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta : Kanisius

Keraf, Gorys. 2001. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan WalikotaBandung Nomor 891 Tahun 2011,Tentang Tata Cara Penganggaran, Pelaksanaan Dan Penatausahaan Pertanggungjawaban Dan Pelaporan Serta Monitoring Dan Evaluasi Belanja Hibah Dan Belanja Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah

Sumadji P, Yudha Pratama, Dan Rosita. 2006. Kamus Ekonomi, Cetakan Pertama. Jakarta : Wipress.


(5)

i

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah – nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini.

Laporan kerja praktek dengan judul “TINJAUAN ATAS PROSEDUR PELAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PADA DINAS SOSIAL KOTA BANDUNG” ini untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan matakuliah kerja praktek S – 1 pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Dalam menyelesaikan penyusunan lapran kerja praktek ini, penulis mendapat banyak sekali bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril, materil, doa, serta bimbingan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.SC., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE.,Spec.Lic, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Surtikanti, SE.,M.Si.,AK., selaku ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer ndonesia.

4. Lilis Puspitawati, SE.,M.Si.,AK.,CA selaku Koordinator Kuliah Kerja Praktek Universitas Komputer Indonesia.


(6)

ii

membimbing penulis dalam menyusun laporan kerja praktek ini.

6. Hj. Siti Masnun Samsiati, SH, Selaku Kepala Dinas Sosial Kota Bandung yang telah mengizinkan saya untuk melakukan kerja praktek.

7. Hj. Susy Rohayah, SH, selaku sekertaris Dinas Sosial Kota Bandung. 8. Hj. Euis Jubaedah, BA, selaku Kepala Sub Bagian Umum dan

Kepegawaian yang telah mengizinkan saya untuk melakukan kerja praktek di Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

9. Bapak Ahmad Rahayu, selaku staff di Sub Bagian Umum dan

Kepegawaian yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam melakukan kerja praktek.

10. Yayah, SH, selaku Kepala Seksi Penyuluhan.

11. Seluruh staff Dinas Sosial Kota Bandung khususnya staff di Sub Bagian Umum dan Kepegawaian yang telah memberikan kesempatan dan pengarahan kepada penulis selama kerja praktek.

12. Ayahku (Alm. Tarmidzi), Ibuku (Nurhayati), Kakaku (Nia Febrianti), adikku (Benyamin) dan Bikmu tercinta atas doa serta dukungannya kepada penulis selama ini, semoga dilimpahkan perlindungan, kesehatan, dan keselamatan dari ALLAH SWT.

13. Rahmat Zaenal tercinta yang telah memberikan banyak dukungan moril dalam penyusunan laporan kerja praktek ini.

14. Sahabat – sahabat terkasih (Nelly, Lestari, Susilawati) yang memberikan masukan kepada penulis dalam penyusunan laporan kerja praktek ini.


(7)

iii

masih jauh dari sempurna, baik dari segi ini materi maupun susunan tata

bahasanya. Hal ini mengingat kemampuan penulis dalam menyusun laporan ini sangat terbatas. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna perbaikan dan penyempurnaan laporan kerja praktek ini dimasa yang akan datang.

Dengan segala kerendahan hati, semoga laporan kerja praktek ini bias bermanfaat khususnya bagi penulis sendisi dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, Desember 2013 Penulis

Rina Mayanti 21110227


(8)

(9)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Prakek

Secara substantial, terdapat tiga lingkup pemerintah dalam sistem pemerintah Republik Indonesia, yaitu pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah yang lebih luas cakupannya memberi arahan pada pemerintahan yang cakupannya lebih sempit. Sehingga pemerintah Kota Bandung adalah salah satu pemerintahan yang berada dibawah naungan pemerintah Provinsi Jawa Barat, pemerintah Kota Bandung memiliki tujuan yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Ukuran sejahtera biasanya dapat dilihat dari kemampuan setiap orang dalam memenuhi kebutuhannya berbeda – beda. Pada sebagian kelompok tertentu terdapat masyarakat atau lembaga-lembaga yang membutuhkan pembiayaan modal dalam mengupayakan kelangsungan hidup diri sendiri dan orang banyak, maka dari itu Pemerintah menyelenggarakan bantuan terhadap Masyarakat dan Lembaga – Lembaga yang Membutuhkan. Guna Meningkatkan Kemakmuran rakyatnya, yaitu mewujudkan kembali masyarakat yang maju, sejahtera adil dan makmur berdasarkan atas pancasila dan UUD 1945 (Rezky Muhammad ; 2010).

Hibah dan Bantuan Sosial termasuk dalam Belanja Tidak Langsung pemerintah Daerah yang merupakan pengeluaran uang tanpa mendapatkan input yang terukur dari pelaksanaannya. Pemberian Hibah dan Bantuan sosial di pemerintah daerah misalnya Pemberian Bantuan Langsung Tunai yang sempat kesemuanya melahirkan efek pasif dalam berbagai dimensi ilmu pada berbagai


(10)

golongan dan pada lapisan masyarakat. Sementara kini Belanja Hibah dan Bantuan Sosial yang terbesar pada pemeritah daerah adalah belanja pada mata anggaran terkecil seperti Beasiswa pendidikan. Dan juga pada pemberian bantuan pemberdayaan masyarakat dalam program nasional pemberdayaan masyarakat (Febrian Arham ; 2012).

Saat ini pemerintah daerah (Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota) Dinas Sosial Kota Bandung dalam memberikan hibah atau bantuan sosial yang bersumber dari APBD harus berdasarkan pada peraturan Kepala daerah atau pekada tentang tata cara Penganggaran, Pelaksanaan dan penatausahaan pertanggungjawaban dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi Hibah dan bantuan Sosial, sebagaimana amanat pasal 42 ayat (3) Peraturan Mentri dalam Negri Nomor 32 tahun 2011 dan Peraturan walikota Bandung nomor 891 Tahun 2011 bahwa pengertian Hibah Dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 tahun 2012 dan Peraturan Walikota Bandung Nomor 39 tahun 2012.

Berdasarkan Pasal 1 angka 14 hibah diartikan sebagai pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.

Sedangkan bantuan sosial, sesuai pasal 1 angka 15 diartikan sebagai pemberian bantuan sosial berupa uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus


(11)

menerus-menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial (Yusran Lapananda ; 2012).

Menurut ibu Yayah selaku Kepala Seksi Penyuluhan, Pemberdayaan, dan Partisipasi Sosial menyatakn bahwa dengan adanya peraturan Mentri dalam Negri dan Peraturan Walikota tentang Hibah dan Bantuan sosial sebenarnya sudah disosialisasikan kemasyarakat tentang bagaimana tatacara melaporkan penganggaran atau penggunaan dana hibah dan bantuan sosial tersebut, akan tetapi tidak semua elemen masyarakat mengetahui aturan-aturan tersebut, sehingga pada akhirnya mereka meminta bantuan itu ke Walikota tidak sesuai dengan prosedur, tidak sesuai dengan aturan dan tidak sesuai dengan persyaratan yang ada dalam Peraturan Mentri Dalam Negri dan Peraturan Walikota, sehingga pada intinya informasi tentang Hibah dan Bantuan Sosial yang telah ditetapkan dalam Peraturan Mentri dalam Negri dan Peraturan Walikota belum seluruhnya sampai Kemasyarakat, dikarenakan dengan perubahan – perubahan yang terjadi setiap tahunnya. Sehingga mereka tidak mengetahui adanya persyaratan – persyaratan tersebut.

Kemudian untuk Lembaga atau Yayasan sekurang – kurangnya harus terdaftar minimal 3 tahun di Pemerintah Daerah, mungkin saja Lembaga tersebut sudah terdaftar namun belum berkembang dan pelaporannya belum bisa dipertanggungjawabkan, akan tetapi masih banyak Lembaga atau Yayasan baru yang sudah maju dan bahkan sudah bisa dipertanggungjawabkan namun belum ada kesempatan karena persyaratan tersebut sehingga dapat menimbulan permasalahan yang berkepanjangan terhadap keberlangsungan hidup Lembaga atau Yayasan yang telah menerima dana hibah dan bantuan sosial tersebut.


(12)

Terlepas dari permasalahan yang terjadi pada umumnya pada saat pelaporan pertanggungjawaban dana Hibah dan Bantuan Sosial berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian berdasarkan uraian tersebut, dengan judul: “TINJAUAN ATAS PROSEDUR PELAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS DANA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PADA DINAS SOSIAL KOTA BANDUNG ”

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek 1.2.1 Maksud Kerja Praktek

Maksud dari penulisan ini yaitu untuk mengetahui tentang hal – hal yang menyangkut bagaimana prosedur dari pelaporan pertanggungjawaban Dana Hibah dan Bantuan Sosial di Dinas Sosial Kota Bandung, sehingga dapat dikemukakan permasalahan yang sebenarnya.

1.2.2 Tujuan Kerja Praktek

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Prosedur pelaporan pertanggungjawaban dana Hibah dan Bantuan sosial.

2. Untuk mengetahui Laporan Pertanggungjawaban Dana Hibah dan Bantuan Sosial yang harus dilaksanakan bagi Masyarakat dan Lembaga atau Yayasan.


(13)

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

Adapun kegunaan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Penulis :

a. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis untuk mengetahui prosedur apa saja dalam Pelaporan Pertanggungjawaban Dana Hibah dan Bantuan Sosial pada Dinas Sosial Kota Bandung.

b. Mengimplementasikan teori-teori serta ilmu yang diperoleh di kampus pada dunia kerja yang sesungguhnya.

c. Mendapatkan pengalaman kerja pada sebuah perusahaan. 2. Bagi Instansi :

Bagi Perusahaan adalah sebagai bahan masukan, pertimbangan dan evaluasi tentang Tinjauan atas Prosedur Pelaporan Pertanggungjawaban Dana Hibah dan Bantuan Sosial pada Dinas Sosial Kota Bandung.

3. Pihak Lain :

Sebagai bahan refensi untuk mengkaji berbagai permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan dalam prosedur pelaporan pertanggungjawaban dana Hibah dan Bantuan sosial pada Dinas Sosial Kota Bandung yang diangkat dalam penelitian ini.

1.4 Metode Kerja Praktek

Dalam penyusunan penulisan laporan kerja praktek pada Dinas Sosial Kota Bandung ini penyusun menggunakan metode deskriptif yaitu sebuah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu fenomena, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, dengan


(14)

menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual. metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Menurut Sugiono (2000 : 21) mendefinisikan bahwa :

“Metode deskriptif analisis yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu statistik hasil penelitian, tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (generalisasi)”.

Adapun teknik dalam pengumpulan data dan informasi sebagai materi pendukung dalam penyusunan laporan ini adalah:

1. Studi Lapangan (Field Research)

dengan mengadakan penelitian langsung ke perusahaan dimana penulis melaksanakan kerja praktek, adapun bentuk-bentuk studi lapangan yang dilakukan antara lain :

a. Pengamatan (Observation)

Teknik pengumpulan data dengan cara tejun langsung pada kegiatan atau pekerjaan melalui pengamatan dan pencatatan sehingga diperoleh kebenaran data.

b. Wawancara (Interview)

Teknik pengumpulan data dengan mengadakan komunikasi langsung dengan pimpinan maupun karyawan perusahaan yang berhubungan dengan kajian yang diteliti.


(15)

c. Dokumentasi

yaitu teknik pengumpulan, pemilihan dan pengolahan bukti – bukti serta data – data dengan cara mempelajari dan menggunakan laporan – laporan, formulir – formulir dan catatan – catatan yang terdapat diperusahaan yang berhubungan dengan bidang kajian laporan kerja praktek.

2. Studi Kepustakaan (Library Research)

Yaitu bentuk penelitian dengan cara pengumpulan data dengan membaca buku – buku yang berhubungan dengan objek penelitian. teknik pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai macam literature yang erat hubungannya dengan permasalahan yang dibahas, baik dari perpustakaan, catatan penulis dapatkan selama perkuliahan, maupun teori-teori yang relevan dengan pembahasan ini kemudian membandingkannya dengan sumber-sumber lain.

Data-data yang bersifat informasi yang diperoleh kemudian dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan dasar berupa teori-teori yang yang telah dipelajari sehingga dapat memperjelas gambaran mengenai objek yang akan dibahas.

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek 1.5.1 Lokasi Kerja Praktek

Penulis melaksanakan kerja praktek di Instansi Dinas Sosial Kota Bandung yang beralamat di jalan Sindang Sirna No. 40 Bandung.

1.5.2 Waktu Kerja Praktek

Penulis Melaksanakan kerja praktek selama 25 hari, terhitung dari tanggal 08 Juli 2013 sampai dengan 01 Agustus 2013. Kerja praktek dimulai dari hari senin sampai hari Jum’at, pukul 07.30 s.d 16.00 Wib.


(16)

Tabel 1.1

Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek

Tahun 2013

No. Kegiatan Kerja Praktek Bulan

Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

I Persiapan Kerja Praktek

1.Permohonan Ijin Kerja Praktek 2.Realisasi Ijin Kerja Praktek 3.Penentuan Tempat Kerja Praktek 4.Surat Penerimaan dari Instansi II Pelaksanaan Kerja Praktek

1.Aktivitas Kerja Praktek

2.Bimbingan Kerja Praktek dengan Pembimbing Perusahaan

III Pelaporan Kerja Praktek

1.Konsultasi dengan Dosen Kerja Praktek

2.Bimbingan dengan Dosen Kerja Praktek

3.Pembuatan Laporan Kerja Praktek 4.Final Laporan Kerja Praktek 5.Pengumpulan Laporan Kerja


(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Dinas Sosial Kota Bandung

Dinas Sosial Kota Bandung merupakan salah satu Dinas Daerah di ligkungan Pemerintah Kota Bandung yang memiliki fungsi dalam hal pelayanan masyarakat dalam bidang kesejahteraan sosial yang sebelumnya adalah kantor sosial Kota Bandung yang merupakan salah satu Lembaga Teknis Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Bandung dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2001 dengan Visi terciptanya suasana dan kondisi Sosial yang dinamis dalam kehidupan keluarga dan Masyarakat yang adil dan damai, berdiri Sejak tahun 2000 sampai 2008.

Namun pada awal tahun 2008 Kantor Sosial diganti menjadi Dinas Sosial Kota Bandung yang di bentuk pada Bulan Februari Tahun 2008 sampai sekarang, perubahan dari Kantor Sosial Menjadi Dinas Sosial Kota Bandung dikarenakan

suatu alasan yang timbul dalam suatu permasalahan sosial atau PMKS ( Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial ) permasalahan yang timbul saat itu

adalah permasalahan dimana suatu keadaan yang tidak mengenakan yang dirasakan seseorang, kelompok orang atau masyarakat sehingga memerlukan suatu pemecahan yang harus segera terselesaikan, sehingga pada kondisi ini Kantor yang awalnya hanya kantor Sosial Dirubah Menjadi Dinas Sosial Kota Bandung oleh pemerintah daerah itu sendiri.


(18)

Sebagaimana diketahui bahwa Visi Kota Bandung yaitu “Meningkatkan Peran Serta Kota Bandung sebagai Kota Jasa menuju Terwujudnya Kota yang Bermartabat (Bersih, Makmur, Taat, dan Bersahabat)”, maka untuk mewujudkan cita-cita tersebut salahsatunya diperlukan suasana yang kondusif dan kehidupan sosial kemasyarakatan yang berkeadilan sosial serta ditandai dengan adanya kesejahteraan sosial masyarakat yang semakin meningkat dan pada gilirannya dapat menunjang peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan dan program pembangunan daerah.

Berdasarkan hal tersebut, maka Visi Dinas Sosial Kota Bandung adalah “Kesejahteraan Sosial dari, oleh, dan untuk Masyarakat menuju Bandung yang Bermartabat “ .

Berdasarkan Visi Dinas Sosial Kota Bandung tersebut di atas, maka Dinas Sosial Kota Bandung menjabarkannya ke dalam Misi sebagai berikut:

a. Mewujudkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan partisipasi sosial dan masyarakat, dimana terdapat peran aktif dari masyarakat dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial secara komprehensif.

b. Mewujudkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan rehabilitasi sosial guna memulihkan ketidakberdayaan masayarakat dalam melaksanakan fungsi sosialnya.

c. Mewujudkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan pelayanan sosial, yang mengandung pengertian optimalisasi pelayanan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

d. Mewujudkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan terhadap pembinaan rawan sosial keluarga dan anak.


(19)

Penjelasan arti dan makna Misi Dinas Sosial sebagaimana dimaksud di atas, yakni :

a. Meningkatkan peran serta/partisipasi masyarakat dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial melalui Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) yang berada di lingkungan masyarakat.

b. Peningkatan rehabilitasi sosial mengandung makna pemulihan fungsi sosial para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (Gelandangan, pengemis, Wanita Tuna Susila, Korban Narkotika, HIV-Aids, Penyandang Cacat, dan Eks-Narapidana) melalui pola penanganan dalam panti dan luar panti, sehingga memiliki kembali fungsi sosialnya dan dapat bermasyarakat secara wajar.

c. Peningkatan pelayanan sosial, mengandung pengertian optimalisasi pelayanan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial melalui penanganan dalam panti maupun luar panti, bantuan bagi korban bencana, dan bantuan bagi orang telantar dalam perjalanan.

d. Pembinaan terhadap rawan sosial keluarga dan anak, mengandung pengertian pemberian pelatihan keterampilan dan bantuan usaha bagi keluarga dan anak sehingga dapat melaksanakan fungsi sosial secara wajar.


(20)

2.2 Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Bandung

struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi Dinas di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung dapat dilihat pada bagan berikut : A. Kepala Dinas

1. Dinas dipimpin oleh seorang kepala Dinas.

2. Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, mengatur, merumuskan, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan & mempertanggungjawabkan kebijakan teknis pelaksanaan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang sosial sesuai dengan kewenangannya.

B. Sekretariat

1. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas Sosial lingkup kesekretariatan.

2. Mempunyai tugas menyelenggarakn pengelolaan kepegawaian, keuangan, umum, perncanaan strategis Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), penyusunan progam kerja langsung, tidak langsung dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan unit kerja.

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup administrasi umum dan kepegawaian.


(21)

b. Sub Bagian Keuangan dan Program

Sub Bagian Keuangan dan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup keuangan dan program.

C. Bidang Partisipasi Sosial dan Masyarakat

1. Bidang Partisipasi Sosial dan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Bidang.

2. Kepala Bidang Partisipasi Sosial dan Masyarakat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan operasional Bidang Partisipasi Sosial Masyarakat.

a. Seksi Penyuluhan, Pemberdayaan dan Partisipasi Sosial

Seksi Penyuluhan, Pemberdayaan dan Partisipasi Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Partisipasi Sosial dan Masyarakat lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan partisipasi sosial.

b. Seksi Pengumpulan, Pengawasan Undian dan Sumbangan Sosial Seksi Pengumpulan, Pengawasan Undian dan Sumbangan Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Partisipasi Sosial dan Masyarakat lingkup pengumpulan dan pengawasan undian dan sumbangan sosial.

D. Bidang Rehabilitasi Sosial

1. Bidang Rehabilitasi Sosial dipimpin oleh Kepala Bidang.

2. Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial mempunyai tugas pokok merumuskan bahan kebijakan operasional bidang Rehabilitasi Sosial.


(22)

a. Seksi Tuna Sosial

Seksi Tuna Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Rehabilitas Sosial lingkup tuna sosial.

b. Seksi Penyandang Cacat, Anak Nakal dan Korban Narkotik Seksi Penyandang Cacat, Anak Nakal dan Korban Narkotik mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Rehabilitas Sosial lingkup penyandang cacat, anak nakal dan korban narkoba.

E. Bidang Pelayanan Sosial

1. Bidang Pelayanan Sosial dipimpin oleh Kepala Bidang.

2. Kepala Bidang Pelayanan Sosial l mempunyai tugas pokok merumuskan bahan kebijakan operasional bidang Pelayanan Sosial.

a. Seksi Pelayanan Sosial dan Bantuan Korban Bencana

Seksi Pelayanan Sosial dan Bantuan Korban Bencana mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelayanan Sosial lingkup pelayanan sosial dan bantuan korban bencana.

b. Seksi Bantuan dan Perlindungan Sosial

Seksi Bantuan dan Perlindungan Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelayanan Sosial lingkup bantuan dan perlindungan sosial.

F. Bidang Pembinaan Rawan Sosial


(23)

2. Kepala Bidang Pembinaan Rawan Sosial mempunya tugas pokok menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan operasional bidang Pembinaan rawan Sosial bagi anak, remaja, wanita, keluarga, masyarakat, nilai - nilai kejuangan, kepahlawanan dan keperintisan.

a. Seksi Pembinaan Rawan Sosial Anak dan Remaja

Seksi Pembinaan Rawan Sosial Anak dan Remaja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pembinaan Rawan Sosial lingkup pembinaan rawan sosial anak dan remaja.

b. Seksi Pembinaan Rawan Sosial Keluarga Fakir Miskin dan Usaha Kesejahteraan Sosial

Seksi Pembinaan Rawan Sosial Keluarga Fakir Miskin dan Usaha Kesejahteraan Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pembinaan Rawan Sosial lingkup pembinaan rawan sosial keluarga fakir miskin dan usaha kesejahteraan sosial.

2.3 Deskripsi Jabatan

2.3.1 Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Walikota Bandung No. 475 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi Satuan Organisasi pada Dinas Daerah Kota Bandung, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial Kota Bandung yakni :

A. Kepala Dinas

1. Kepala Dinas Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan di bidang sosial berdasarkan asas otonomi dan pembantuan.


(24)

2. Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, mengatur, merumuskan, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan & mempertanggungjawabkan kebijakan teknis pelaksanaan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otomi dan tugas pembantuan di bidang sosial sesuai dengan kewenangannya.

3. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Kepala Dinas Sosial mempunyai fungsi :

a. perumusan kebijakan teknis lingkup partisipasi sosial dan masyarakat, rehabilitasi sosial, pelayanan sosial, dan pembinaan rawan sosial; b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

partisipasi sosial dan masyarakat, rehabilitasi sosial, pelayanan sosial, dan pembinaan rawan sosial;

c. pembinaan dan pelaksanaan di bidang partisipasi sosial dan masyarakat, rehabilitasi sosial, pelayanan sosial, dan pembinaan rawan sosial;

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya; dan

e. pembinaan, monitoring, evaluasi dan laporan penyelenggaraan kegiatan Dinas.

B. Sekretariat

1. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas Sosial lingkup kesekretariatan.

2. Mempunyai tugas menyelenggarakn pengelolaan kepegawaian, keuangan, umum, perncanaan strategis Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


(25)

(AKIP), penyusunan progam kerja langsung, tidak langsung dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan unit kerja.

3. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Sekretariat mempunyai fungsi yaitu :

a. perencanaan penyusunan rencana kegiatan kesekretariatan;

b. pelaksanaan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum dan kepegawaian, program dan keuangan;

c. pelaksanaan pengkoordinasian penyelenggaraan tugas-tugas Bidang; d. pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan perencanaan, evaluasi dan

pelaporan kegiatan Dinas;

e. pengkoordinasian penyelenggaraan tugas-tugas Bidang; dan

f. pembinaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan kesekretariatan.

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup administrasi umum dan kepegawaian.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai fungsi :

a. penyusunan bahan rencana dan program pengelolaan lingkup administrasi umum dan kepegawaian;

b. pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan naskah dinas, penataan kearsipan Dinas, penyelenggaraan


(26)

kerumahtanggaan Dinas, pengelolaan perlengkapan dan administrasi perjalanan dinas;

c. pelaksanaan administrasi kepegawaian yang meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan dan pengelolaan data mutasi, cuti, disiplin, pengembangan pegawai dan kesejahteraan pegawai; dan

d. evaluasi dan pelaporan lingkup administrasi umum dan kepegawaian.

b. Sub Bagian Keuangan dan Program

1. Sub Bagian Keuangan dan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup keuangan dan program;

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Sub Bagian Keuangan dan Program mempunyai fungsi :

a. penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi keuangan dan program kerja Dinas;

b. pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan dan pengelolaan data anggaran, koordinasi penyusunan anggaran, koordinasi pengelola dan pengendalian keuangan dan menyusun laporan keuangan Dinas;

c. pelaksanaan pengendalian program meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan dan


(27)

pengelolaan data kegiatan dinas, koordinasi penyusunan rencana dan program dinas serta koordinasi pengendalian program; dan d. pelaporan pelaksanaan lingkup kegiatan pengelolaan administrasi

keuangan dan program kerja Dinas. C. Bidang Partisipasi Sosial dan Masyarakat

1. Bidang Partisipasi Sosial dan Masyarakat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas Sosial lingkup partisipasi sosial dan masyarakat.

2. Kepala Bidang Partisipasi Sosial dan Masyarakat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan operasional Bidang Partisipasi Sosial Masyarakat.

3. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Partisipasi Sosial dan Masyarakat mempunyai fungsi:

a. penyusunan rencana dan program lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan partisipasi sosial, pengumpulan dan pengawasan undian dan sumbangan sosial;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan partisipasi sosial, pengumpulan dan pengawasan undian dan sumbangan so sial;

c. pelaksanaan lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan partisipasi sosial, pengumpulan dan pengawasan undian dan sumbangan sosial; d. pengkajian pemberian rekomendasi dan pemantauan penyelenggaraan

lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan partisipasi sosial, pengumpulan dan pengawasan undian dan sumbangan sosial; dan


(28)

e. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan partisipasi sosial, pengumpulan dan pengawasan undian dan sumbangan sosial.

a. Seksi Penyuluhan, Pemberdayaan dan Partisipasi Sosial

1. Seksi Penyuluhan, Pemberdayaan dan Partisipasi Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Partisipasi Sosial dan Masyarakat lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan partisipasi sosial.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Seksi Penyuluhan, Pemberdayaan dan Partisipasi Sosial mempunyai fungsi:

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan partisipasi sosial;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan partisipasi sosial;

c. pelaksanaan lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan partisipasi sosial yang meliputi penyuluhan, pembinaan dan pendayagunaan partisipan sosial, lembaga sosial, dan organisasi sosial kemasyarakatan dalam penyelenggaraan pembangunan sosial, pendayagunaan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial PSKS), fasilitasi pemberian penghargaan di bidang sosial, serta pengembangan jaringan sistem informasi sosial; dan

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan partisipasi sosial.


(29)

b. Seksi Pengumpulan, Pengawasan Undian dan Sumbangan Sosial 1. Seksi Pengumpulan, Pengawasan Undian dan Sumbangan Sosial

mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Partisipasi Sosial dan Masyarakat lingkup pengumpulan dan pengawasan undian dan sumbangan sosial.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Seksi Pengumpulan, Pengawasan Undian dan Sumbangan Sosial mempunyai fungsi: a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pengumpulan,

pengawasan undian dan sumbangan sosial;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengumpulan, pengawasan undian dan sumbangan sosial;

c. pelaksanaan lingkup pengumpulan, pengawasan undian dan sumbangan sosial yang meliputi fasilitasi, pembinaan dan pengawasan pengumpulan sumbangan sosial, serta fasilitasi, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan undian;

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pengumpulan, pengawasan undian dan sumbangan sosial.

D. Bidang Rehabilitasi Sosial

1. Bidang Rehabilitasi Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas Sosial lingkup tuna sosial serta penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik.

2. Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial mempunyai tugas pokok merumuskan bahan kebijakan operasional bidang Rehabilitasi Sosial.


(30)

3. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Rehabilitasi Sosial mempunyai fungsi:

a. penyusunan rencana dan program lingkup tuna sosial serta penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup rehabilitasi tuna sosial serta penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik;

c. pelaksanaan dan fasilitasi rehabilitasi tuna sosial serta penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik; dan

d. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup tuna sosial serta penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotika.

a. Seksi Tuna Sosial

1. Seksi Tuna Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Rehabilitas Sosial lingkup tuna sosial.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Seksi Tuna Sosial mempunyai fungsi:

a. pengumpulan dan penganalisaan data rehabilitasi tuna sosial; b. penyusunan bahan petunjuk teknis rehabilitasi tuna sosial;

c. pelaksanaan rehabilitasi tuna sosial yang meliputi pembinaa tuna sosial, fasilitasi, kerjasama, koordinasi dan pelaksanaan rehabilitasi tuna sosial; dan


(31)

b. Seksi Penyandang Cacat, Anak Nakal dan Korban Narkotik

1. Seksi Penyandang Cacat, Anak Nakal dan Korban Narkotik mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Rehabilitas Sosial lingkup penyandang cacat, anak nakal dan korban narkoba.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Seksi Penyandang Cacat, Anak Nakal dan Korban Narkotik mempunyai fungsi:

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik;

c. pelaksanaan rehabilitasi penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik yang meliputi pembinaa rehabilitasi penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik, fasilitasi, kerjasama, koordinasi dan pelaksanaan rehabilitasi penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik; dan

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik.

E. Bidang Pelayanan Sosial

1. Bidang Pelayanan Sosial mempunnyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas Sosial lingkup pelayanan sosial.

2. Kepala Bidang Pelayanan Sosial l mempunyai tugas pokok merumuskan bahan kebijakan operasional bidang Pelayanan Sosial.


(32)

3. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Pelayanan Sosial mempunyai fungsi :

a. penyusunan rencana dan program lingkup pelayanan sosial dan bantuan korban bencana, serta bantuan dan perlindungan sosial; b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pelayanan sosial dan bantuan

korban bencana, serta bantuan dan perlindungan sosial;

c. pelaksanaan lingkup pelayanan sosial dan bantuan korban bencana, serta bantuan dan perlindungan sosial; dan

d. pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup pelayanan sosial dan bantuan korban bencana, serta bantuan dan perlindungan sosial.

a. Seksi Pelayanan Sosial dan Bantuan Korban Bencana

1. Seksi Pelayanan Sosial dan Bantuan Korban Bencana mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelayanan Sosial lingkup pelayanan sosial dan bantuan korban bencana.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Seksi Pelayanan Sosial dan Bantuan Korban Bencana mempunyai fungsi :

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pelayanan sosial dan bantuan korban bencana;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pelayanan sosial dan bantuan korban bencana;

c. pelaksanaan lingkup pelayanan sosial dan bantuan korban bencana yang meliputi pelayanan sosial terhadap balita anak dan lansia dan advokasi terhadap korban tindak kekerasan, serta penyandang


(33)

masalah kesejaterahaan sosial (PMKS), pemetaan daerah rawan bencana, fasilitasi penyelenggaraan bantuan bagi korban bencana, peningkatan kualitas sumber daya manusia penanganan bencana; dan

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pelayanan sosial dan bantuan korban bencana.

b. Seksi Bantuan dan Perlindungan Sosial

1. Seksi Bantuan dan Perlindungan Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelayanan Sosial lingkup bantuan dan perlindungan sosial.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Seksi Bantuan dan Perlindungan Sosial mempunyai fungsi :

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup bantuan dan perlindungan sosial;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bantuan dan perlindungan sosial;

c. pelaksanaan lingkup bantuan dan perlindungan sosial yang meliputi pembinaan dan fasilitasi bantuan terhadap panti sosial asuhan anak, panti jompo, dan rumah perlindungan sosial anak, kerjasama dan fasilitasi perlindungan sosial bagi perempuan, anak, remaja, lansia, korban tindak kekerasan serta peningkatan kualitas sumber daya manusia panti asuhan/jompo; dan

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup bantuan dan perlindungan sosial.


(34)

F. Bidang Pembinaan Rawan Sosial

1. Bidang Pembinaan Rawan Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas Sosial lingkup pembinaan rawan sosial. 2. Kepala Bidang Pembinaan Rawan Sosial mempunya tugas pokok

menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan operasional bidang Pembinaan rawan Sosial bagi anak, remaja, wanita, keluarga, masyarakat, nilai - nilai kejuangan, kepahlawanan dan keperintisan.

3. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Pembinaan Rawan Sosial mempunyai fungsi :

a. penyusunan rencana dan program lingkup pembinaan rawan sosial anak dan remaja, serta pembinaan rawan sosial keluarga fakir miskin dan usaha kesejahteraan sosial;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pembinaan rawan sosial anak dan remaja, serta pembinaan rawan sosial keluarga fakir miskin dan usaha kesejahteraan sosial;

c. pelaksanaan lingkup pembinaan rawan sosial anak dan remaja, serta pembinaan rawan sosial keluarga fakir miskin dan usaha kesejahteraan sosial; dan

d. pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup pembinaan rawan sosial anak dan remaja, serta pembinaan rawan sosial keluarga fakir miskin dan usaha kesejahteraan sosial.


(35)

a. Seksi Pembinaan Rawan Sosial Anak dan Remaja

1. Seksi Pembinaan Rawan Sosial Anak dan Remaja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pembinaan Rawan Sosial lingkup pembinaan rawan sosial anak dan remaja.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Seksi Pembinaan Rawan Sosial Anak dan Remaja mempunyai fungsi :

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pembinaan rawan sosial anak dan remaja.

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembinaan rawan sosial anak dan remaja.

c. pelaksanaan lingkup pembinaan rawan sosial anak dan remaja yang meliputi pembinaan dan fasilitasi penanggulangan rawan sosial bagi anak terlantar, anak jalanan, gelandangan, dan remaja putus sekolah.

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pembinaan rawan sosial anak dan remaja.

b. Seksi Pembinaan Rawan Sosial Keluarga Fakir Miskin dan Usaha Kesejahteraan Sosial

1. Seksi Pembinaan Rawan Sosial Keluarga Fakir Miskin dan Usaha Kesejahteraan Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pembinaan Rawan Sosial lingkup pembinaan rawan sosial keluarga fakir miskin dan usaha kesejahteraan sosial.


(36)

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Seksi Pembinaan Rawan Sosial Keluarga Fakir Miskin dan Usaha Kesejahteraan Sosial mempunyai fungsi :

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pembinaan rawan sosial keluarga fakir miskin dan usaha kesejahteraan social.

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembinaan rawan sosial keluarga fakir miskin dan usaha kesejahteraan sosial; c. pelaksanaan lingkup pembinaan rawan sosial keluarga fakir

miskin dan usaha kesejahteraan sosial yang meliputi pembinaan dan fasilitasi penanggulangan keluarga rawan sosial, fakir miskin, serta dan nilai-nilai kejuangan/kepahlawanan.

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pembinaan rawan sosial keluarga fakir miskin dan usaha kesejahteraan sosial.

2.4 Aspek Kegiatan

Guna mencapai seluruh sasaran yang ditetapkan oleh Dinas Sosial Kota Bandung melalui Rencana Strategis Tahun 2009-2013, maka Dinas Sosial Kota Bandung merapkan strategi dengan menyusun beberapa kebijakan terkait penyelenggaraan kesejahteraan sosial di Kota Bandung melalui beberapa program dan kegiatan. Adapun jenis program dan kegiatan yang diterapkan oleh Dinas Sosial Kota Bandung sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yaitu :


(37)

1. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT), dan Penyandang Masalah Sosial lainnya, yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu:

a. Fasilitasi manajemen usaha bagi keluarga miskin

b. Pelatihan keterampilan bagi penyandang masalah sosial lainnya

2. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

a. Pelayanan dan perlindungan sosial hukum bagi korban perdagangan perempuan dan anak

b. Pelaksanaan KIE Konseling dan kampanye sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

c. Peningkatan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana rehabilitasi sosial bagi PMKS

d. Penyusunan kebijakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi PMKS e. Penanganan masalah-masalah strategis cepat tanggap darurat dan

kejadian luar biasa

3. Program Pembinaan Anak Terlantar, yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

a. Pelatihan keterampilan dan praktek belajar kerja bagi anak terlantar b. Pengembangan bakat dan keterampilan anak terlantar

4. Program pembinaan para penyandang cacat dan eks-trauma yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

a. Pendidikan dan pelatihan bagi penyandang cacat dan eks-trauma b. Pendayagunaan penyandang cacat dan eks-trauma


(38)

c. Peningkatan keterampilan tenaga pelatih dan pendidik

5. Program Pembinaan Panti Asuhan / Panti Jompo, yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

a. Operasi dan pemeliharaan saranan dan prasarana panti asuhan/jompo b. Pendidikan dan pelatihan bagi penghuni panti asuhan/panti jompo

6. Program Pembinaan Eks-Penyandang Penyakit Sosial (Eks-Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Sosial lainnya), yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

a. Pendidikan dan pelatihan keterampilan berusaha bagi eks penyandang penyakit sosial

b. Pemberdayaan eks penyandang penyakit sosial

c. Pemantauan kemajuan perubahan sikap mental dan perilaku eks-penyandang penyakit sosial

d. Pembangunan pusat bimbingan/konseling bagi eks penyandang penyakit sosial

7. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial, yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

a. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha

b. Peningkatan jaringan kerjasama pelaku-pelaku usaha kesejahteraan sosial c. Peningkatan kualitas SDM kesejahteraan sosial masyarakat

d. Penyuluhan sosial keliling.

Sedangkan struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2008 tentang Susunan


(39)

Organisasi Dinas di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung dapat dilihat pada bagan berikut :

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kantor Dinas Sosial Kota Bandung


(40)

BAB III

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Pada pelaksanaan kerja praktek ini, penulis ditempatkan pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. Dalam pelaksanaan kerja praktek tersebut, penulis diberikan pengarahan dan bimbingan mengenai kegiatan-kegiatan instansi khususnya pada tugas Sekretariat lingkup administrasi umum dan kepegawaian yang pada umumnya setiap surat masuk yang ada akan masuk melalui bagian umum dan kepegawaian terlebih dahulu termasuk dokuman – dokumen dan laporan – laporan, salah satunya laporan pertanggungjawaban lembaga atau yayasan.

3.1.1 Tinjauan Prosedur Pelaporan Pertanggungjawaban Dana Hibah dan Bantuan Sosial (BANSOS)

3.1.1.1 Pengertian Prosedur

Prosedur merupakan komponen dari sistem informasi berupa tata cara atau aturan langkah – langkah yang telah di buat untuk di laksanakan dengan sebaik baiknya agar dapat menghindari berbagai dampak dari kecurangan atau human eror yang ada, suatu prosedur sangat diperlukan agar suatu kegiatan dapat dilaksanakan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Dalam melakukan suatu kegiatan, organisasi memerlukan suatu acuan untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi. Oleh karena itu, setiap perusahaan baik itu swasta ataupun pemerintah hendaknya memiliki


(41)

prosedur pada setiap pelaksanaan kegiatan yang ada untuk menunjang kelancaran operasional. Suatu prosedur harus dapat menggambarkan Kegiatan :

1. Urutan – urutan pekerjaan dimulai dan berakhir.

2. Aliran dokumen, berikut distribusi dan pelaksanaan pekerjaan oleh masing – masing bagian yang terlibat.

3. Kegiatan persiapan, kontrol (Internal Check),dll.

Dengan adanya prosedur yang memadai maka pengendalian dan tujuan yang akan dicapai dalam suatu organisasi dapat berjalan dengan baik. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2008 : 466) dinyatakan bahwa :

“Prosedur merupakan (a) tahap-tahap kegiatan di dalam

malaksanakan suatu kegiatan dan, (b) metode langkah dini, langkah secara nyata dalam memecahkan suatu masalah”.

Sedangkan menurut Azhar Susanto (2007 : 64) pengertian prosedur adalah sebagai berikut:

“Prosedur adalah serangkaian tugas yang saling berhubungan menurut urutan waktu dan cara tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam mencapai tujuan yang diharapkan”.

Selain itu, definisi prosedur menurut Ardiyos (2006 : 457), yaitu :

“Prosedur adalah suatu kegiatan sistem yang merupakan rangkaian tindakan yang menyangkut beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam”.


(42)

Menurut Sumadji (2006:527) menyatakan :

“Prosedur adalah tahapan kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas, prosedur merupakan metode yang dilakukan secara rinci dalam usaha untuk memecahkan suatu permasalahan”.

Sedangkan menurut Ida Nuraida (2008 : 35) pengertian prosedur adalah sebagai berikut:

“Prosedur adalah urutan langkah-langkah (atau

pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan), dimana pekerjaan tersebut dilakukan, berhubungan dengan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana melakukannya, di mana melakukannya, dan siapa yang

melakukannya”.

Berdasarkan beberapa uraian mengenai definisi prosedur diatas, maka dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah bagian dari suatu sistem yang merupakan rangkaian dari beberapa tahapan suatu tindakan secara sistematis yang harus dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang sama agar selalu memperoleh hasil yang sama dari keadaan yang sama dan jelas, dimana melibatkan beberapa orang yaitu antara satu dengan orang lain yang bertanggungjawab pada setiap bagiannya untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi yang dilakukan berulang-ulang telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Suatu prosedur dapatmemberikan manfaat sebagai berikut :

1. Lebih memudahkan dalam menentukan langkah – langkah kegiatan di masa yang akan datang.

2. Mengubah pekerjaan berulang – ulang menjadi rutin dan terbatas, sehingga menyederhanakan pelaksanaan dan untuk selanjutnya mengerjakan yang seperlunya saja.


(43)

3. Adanya suatu petunjuk atau program kerja yang jelas dan harus di patuhi oleh seluruh pelaksana.

4. Membantu dalam usaha meningkatkan produktivitas kerja yang efektif dan efisien.

5. Mencegah terjadinya penyimpangan dan memudahkan dalam pengawasan, bila terjadi penyimpangan akan dapat segera diadakan perbaikan – perbaikan sepanjang dalam tugas dan fungisnya masing – masing.

3.1.1.2 Pengertian Pelaporan Pertanggungjawaban

Pelaporan berasal dari kata “laporan” yang berarti suatu bentuk penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan ataupun pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari suatu pihak kepada pihak lainnya sesuai dengan hubungan wewenang (authority) dan tanggung jawab (responsibility) yang ada antara mereka, Laporan merupakan salah satu alat untuk menyampaikan informasi baik formal maupun nonforma. Adapun pengertian pelaporan yaitu :

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:196) yang dimaksud pelaporan :

“Segala sesuatu yang dilaporkan. Pada dasarnya segala sesuatu yang dilaporkan berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskan kepada pelapor”.

Laporan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban atas suatu tindakan atau kegiatan yang dilakukan. Laporan disajikan dangan bahan atau keterangan


(44)

berdasarkan keadaan objektif yang dialami sendiri oleh si pelapor (dilihat, didengar, atau dirasakan sendiri) ketika si pelapor melakukan suatu kegiatan”.

Berikut ini merupakan pengertian laporan yang disampaikan oleh beberapa ahli.

Menurut Keraf(2001: 284) bahwa :

“Laporan adalah suatu cara komunikasi di mana penulis menyampaikan informasi kepada seseorang atau suatu badan karena tanggung jawab yang dibebankan kepadanya”.

Laporan berisi informasi yang didukung oleh data yang lengkap sesuai dengan fakta yang ditemukan. Data disusun sedemikian rupa sehingga akurasi informasi yang kita berikan dapat dipercaya dan mudah dipahami.

Pelaporan mengandung empat fungsi:

1. Fungsi Informatif Laporan bisa digunakan sebagai sumber informasi bagi pembacanya.

2. Fungsi Pertanggung jawaban Laporan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban penulis terhadap pembaca laporan atas kegiatan yang telah dilaksanakannya.

3. Fungsi Pengawasan dengan membaca laporan seorang yang berwenang akan mengetahui berbagai situai yang telah terjadi sesuai data sehingga dapat menjadi indikator kontrol keadaan yang baik.

4. fungsi pengambilan keputusan seseorang yang memiliki wewenang akan dapat mengambil sebuah keputusan dari hasil laporan.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa laporan adalah suatu bentuk penyampaian informasi yang didukung oleh data yang lengkap


(45)

sesuai dengan fakta sehingga informasi yang diberikan dapat dipercaya serta mudah dipahami. Dalam penyampaiannya, laporan dapat bersifat lisan maupun tertulis.

Semetara itu pengertian pertanggungjawaban menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:680) tentang yang dimaksud pelaporan adalah : ”Perbuatan, bertanggung jawaban, sesuatu yang di pertanggungjawaban”.

Sehingga laporan pertanggungjawaban memiliki definisi sebagai suatu dokumen tertulis yang disusun dengan tujuan memberikan laporan tentang pelaksanaan kegiatan dari suatu unit organisasi kepada unit organisasi yang lebih tinggi derajatnya.

Menurut Keraf(2001: 286) mengatakan bahwa :

“Di mana pelapor memberi gambaran tentang pekerjaan yang sedang dilaksanakan (Progress report) atau sudah dilaksanakan (bersifat evaluatif)”.

Laporan pertanggungjawaban berguna sebagai bahan evaluasi terhadap seluruhproses pelaksanaan kegiatan dan hasil-hasil yang dapat dicapai dari kegiatantersebut, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perbaikan – perbaikan dan peningkatan kualitas pelaksanaan kegiatan pada masa yang akan datang.

Laporan pertanggungjawaban pada dasarnya mencakup: a. Laporan pelaksanaan kegiatan.

b. Laporan penggunaan dana.

Laporan Pertanggungjawaban tersusun secara:


(46)

b. Komprehensif (mencakup keseluruhan informasi yang perlu diketahui, yaitu meliputi 5W+1H: What, Why, When, Where, Who, How).

c. Terpadu, saling terkait antar satu bagian dengan bagian yang lain. d. Dengan format ukuran kuarto 1,5 spasi dengan margin 4-3-4-3. 3.1.1.3 Pengertian dana hibah dan bansos

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) tentang yang dimaksud Dana adalah :

” Uang yang disediakan untuk suatu keperluan; biaya; kesejahteraan; pemberian; hadiah; derma”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) Hibah berarti :

“ Pemberian (dengan sukarela) dengan mengalihkan hak atas sesuatu kepada orang lain”.

Pada kata “Hibah” dalam bahasa Inggris adalah “Grant” (dalam jenis kata benda) yang menurut New Webster Dictionary and Thesaurus of the English Language adalah act of granting the property. Pengertian ini dapat dilawankan dengan “pinjaman” dan “utang”.

Dari pengertian – pengertian tersebut secara implisit dapat dipahami bahwa menerima hibah berarti menambah hak milik. Dalam peristilahan akuntansi berarti menambah aktiva atau aset sedangkan dalam peristilahan anggaran menerima hibah berarti menambah penerimaan. Tidak demikian halnya dengan utang yang (sempat) menjadi perdebatan apakah termasuk penerimaan (di masa yang akan datang) atau pengeluaran (yang tertunda).

Dari pengertian tersebut juga dapat dipahami bahwa hibah dapat diberikan oleh siapa pun kepada siapa pun dalam bentuk apa pun dengan cara apa pun, yang


(47)

menentukan ada atau tidaknya hibah adalah adanya pengalihan hak milik (secara sukarela).

Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah daerah kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.

Sementara itu definisi bantuan sosial menurut Peraturan Presiden (Perpres) PP 71 Tahun 2010 adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.

Sehingga Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari Pemerintah Daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.

Resiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelo mpok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.

Bantuan sosial dapat diberikan dalam bentuk uang atau barang kepada anggota/kelompok masyarakat. Pemberian bantuan sosial disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah dan dilakukan secara selektif serta setelah


(48)

memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang – Undangan.

Pemberian bantuan sosial ditujukan untuk menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat.

Bantuan sosial kepada anggota/kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud meliputi :

a. Individu, keluarga dan/atau masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik, bencana atau fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum, dan b. Lembaga non pemerintahan bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang

lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok, dan/masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.

Bantuan sosial bersifat bantuan yang tidak mengikat dan tidak wajib serta harus digunakan sesuai dengan proposal yang telah disetujui. Bantuan sosial bersifat sementara dan tidak terus menerus, kecuali dalam keadaan tertentu dapat berkelanjutan. Bantuan sosial sebagaimana dimaksud diartikan bahwa pemberian bantuan sosial tiak wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran.

Bantuan sosial dalam keadaan tertentu dapat berkelanjutan sebagaimana dimaksud diartikan bahwa belanja bantuan sosial dapat diberikan untuk mempertahankan taraf kesejahteraan sosial dan/atau mengembangkan kemandirian serta untuk menjaga kinerja sosial yang telah tercapai agar tidak menurun kembali.


(49)

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Pada saat melaksanakan Kerja Praktek pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian di Dinas Sosial Kota Bandung,

penulis melakukan kegiatan seperti :

1. Mencatat surat masuk dan surat keluar kedalam buku surat masuk dan surat keluar.

2. Mendisposisi setiap surat masuk ke Kepala Dinas Sosial.

3. Menyerahkan setiap dokumen yang telah di tandatangani oleh kepala dinas sosial ke setiap bagian yang di tunjuk.

4. Menyusun dan menyiapkan jadwal kegiatan rapat di dinas sosial.

5. Mengentry data transaksi belanja kebutuhan kantor dan persediaan barang ke dalam buku pengeluaran barang habis pakai.

6. Menyusun dan mengarsip dokumen.

Dalam melaksanakan kerja praktek pada Dinas Sosial Kota Bandung, penulis berada dibawah bmbingan dan arahan pembimbing kantor.

3.3 Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

3.3.1 Prosedur Pelaporan Pertanggungjawaban Dana Hibah dan Bantuan Sosial (BANSOS) pada Dinas Sosial Kota Bandung

Suatu urutan kegiatan yang dimulai dengan tahap penerimaan dokuman laporan pertanggungjawaban dari pemohon atau penerima hibah atau bantuan sosial sampai dengan dilakukannya monitoring dan evaluasi yang melibatkan beberapa pihak dalam suatu bagian atau lebih, yang dibuat untuk mengetahui


(50)

adanya kebenaran dari data keberadaan lembaga atau yayasan tersebut sebagai penerima hibah dan bantuan sosial.

Tahap – tahap kegiatan dalam prosedur pelaporan pertanggungjawaban dana hibah dan bantuan sosial sebagai berikut :

1. Lembaga atau yayasan sebagai pemohon atau penerima hibah atau bantuan sosial wajib menyiapkan laporan berupa pertanggungjawaban terhadap penggunaan dana hibah dan bantuan sosial.

2. Dinas sosial sebagai instansi yang tegabung dalam skpd menerima surat masuk berupa laporan pertanggungjawaban dari pemohon atau penerima dana hibah atau bantuan sosial yang memeberikan surat masuk kepada sub bagian umum dan kepegawaian.

3. Setelah bagian sub bagian umum dan kepegawaian menerima laporan pertanggungjawaban tersebut, maka sub bagian umum dan kepegawaian akan menyampaikan laporan pertanggungjawaban tersebut ke kepala dinas sosial untuk dipelajari dicatat dan akan di teruskan kepada bidang partisipasi sosial dan masyarakat.

4. Pada bidang partisipasi sosial dan masyarakat akan meninjau persyaratan atas laporan pertanggungjawaban apakah laporan pertanggungjawaban tersebut telah sesuai kelengkapannya dengan persyaratan yang telah di teteapkan.

5. Apabila persyaratan yang di tetapkan tidak terpenuhi maka akan di kembalikan kepada pemohon atau penerima hibah atau bantuan sosial.


(51)

6. Apabila laporan pertanggungjawaban telah sesuai kelengkapannya, maka bagian bidang partisipasi sosial dan masyarakat akan melakukan monitoring dan evaluasi yang setelah itu akandibuat laporan monev (laporan monitoring dan evaluasi), laporan monev tersebut lalu akan di berikan kepada walikota.

7. Selain itu juga bidang partisipasi sosial dan masyarakat akan melakukan pengendalian atas monev dan menyusun rekapitulasi hasil monev berupa laporan rekapitulasi hasil monev yang juga akan di sampaikan kepada walikota.


(52)

Pemohon Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Bagian Partisipasi Sosial dan Masyarakat Kepala Dinas Sosial Walikota Tidak Ya

Gambar 3.1 flowchart Prosedur Pelaporan Pertanggungjawaban Dana Hibah Dan Bantuan Sosial (BANSOS) pada Dinas Sosial Kota Bandung. start Menyusun rekapitulasi hasil monev Melakukan pengendalian atas monev Melakukan monev Tinjau persyaratan 2 Laporan monev 1 2 Surat masuk Laporan pertanggung jawaban 1 1 4 4 3 3 2 2 Laporan pertanggung jawaban Laporan pertanggung jawaban Di pelajari Laporan pertanggung jawaban Laporan pertanggung jawaban Laporan rekapitulasi hasil monev 1 Laporan

rekapitulasi hasil monev

End N


(53)

3.3.2 Laporan Pertanggungjawaban Dana Hibah dan Bantuan Sosial yang harus dilaksanakan bagi Masyarakat dan Lembaga atau Yayasan

Pelaksanaan prosedur pelaporan pertanggungjawaban dana hibah dan bantuan sosial (bansos) haruslah dilaksanakan dan disampaikan kepada Walikota paling lambat tanggal 10 bulan Januari tahun anggaran berikutnya atau 1 (satu) bulan setelah kegiatan selesai. Prosedur pelaporan pertanggungjawabaan dilakukan untuk mengungkapkan setiap ketidak wajaran, dan mencari sebab – sebab kesalahan yang terjadi.

3.3.2.1 Pertanggungjawaban penerima dana hibah

Untuk menjelaskan Pertanggungjawaban atas prosedur pelaporan pertanggungjawaban bantuan sosial maka telah diatur pada perwal Nomor 891 tahun 2011 yakni pada Pasal 47 :

1. Penerima Belanja Bantuan Sosial bertanggungjawab secara formal dan materiil atas penggunaan Belanja Bantuan Sosial yang diterimanya.

2. Pertanggungjawaban Penerima Belanja Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. Laporan penggunaan;

b. Surat pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa Belanja Bantuan Sosial yang diterima telah digunakan sesuai dengan proposal yang telah disetujui;


(54)

c. Bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Penerima Belanja Bantuan Sosial berupa uang;

d. Salinan Berita Acara Serah Terima barang bagi Penerima Belanja Bantuan Sosial berupa barang.

3. Penerima Belanja Bantuan Sosial bertanggungjawab atas kebenaran dan keabsahan laporan penggunaan Belanja Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

4. Penerima Belanja Bantuan Sosial selaku objek pemeriksaan, wajib menyimpan laporan penggunaan Belanja Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan d.

5. Penyimpanan bukti-bukti pengeluaran atau salinan bukti serah terima barang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan.

6. Pertanggungjawaban pemberi bantuan sosial atas pemberian belanja bantuan sosial meliputi:

a. permohonan dari calon penerima belanja bantuan sosial kepada Walikota;

b. surat keterangan tanggung jawab dari penerima belanja bantuan sosial yang menyatakan bahwa belanja bantuan sosial yang diterima akan digunakan sesuai dengan usulan;

c. SPM/SP2D dan bukti transfer/penyerahan uang atas pemberian belanja bantuan sosial berupa uang.


(55)

3.3.2.2 Pelaporan

Untuk menjelaskan bagaimana aturan pelaporan pada laporan pertanggungjawaban atas dana hibah dan bantuan sosial maka telah diatur pada perwal Nomor 891 tahun 2011 yakni pada Pasal 48 dan Pasal 49 :

a. Pasal 48

1. Laporan penggunaan belanja hibah bantuan sosial berupa uang dan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) huruf a disampaikan oleh Penerima Belanja Bantuan Sosial kepada Walikota melalui SKPD Pengguna Anggaran Bantuan Sosial paling lambat tanggal 10 bulan Januari tahun anggaran berikutnya atau paling lambat 1 (satu) bulan setelah kegiatan selesai melalui :

1. Kepala DPKAD selaku PPKD untuk bantuan sosial berupa uang;

2. Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran bantuan sosial untuk bantuan sosial berupa barang.

2. Terhadap penerima hibah yang masih terdapat sisa anggaran yang belum terselesaikan sesuai dengan naskah NPHD maka wajib membuat laporan pada tanggal 10 Januari tahun anggaran berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) serta membuat laporan paling lambat 1 (satu) bulan setelah kegiatan dimaksud selesai.


(56)

b. Pasal 49

1. Laporan penggunaan Belanja Bantuan Sosial disusun dalam surat yang memuat realisasi penggunaan/peruntukan dan uraian mengenai Belanja Bantuan Sosial yang diterima sesuai dengan proposal yang telah disetujui, serta ditandatangani oleh kepala keluarga Penerima Belanja Bantuan Sosial;

2. Format minimal laporan penggunaan Belanja Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

3.3.2.3 Hambatan dalam pelaporan pertanggungjawaban dana hibah dan bantuan sosial

Hambatan atau kendala yang banyak terjadi pada pelaporan pertanggungjawaban dana hibah dan bantuan sosial adalah kurang di sosialisasikan ke masyarakat tentang adanya peraturan – peraturan Pemerintah Dalam Negri dan Peraturan Walikota yang baru tentang Dana Hibah dan Bantuan Sosial (Bansos), karena tidak semua elemen masyarakat maupun Lembaga atau Yayasan mengetahui aturan - aturan tersebut sehingga pada akhirnya mereka menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban Dana Hibah dan Bantuan Sosial (Bansos) ke Walikota tidak sesuai dengan prosedur, tidak sesuai dengan aturan dan tidak sesuai dengan persyaratan yang ada dalam Peraturan Pemerintah Dalam Negri dan Peraturan Walikota.


(57)

Hal ini dapat terjadi dikarenakan Peraturan Walikota tentang dana hibah dan bantuan sosial (bansos) yang selalu berubah setiap tahunnya. Sehingga mereka tidak tau dengan adanya persyaratan - persyaratan tersebut. Sehingga berdampak juga pada adanya keterlambatan pemohon atau penerima hibah atau bantuan sosial dalam menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban Dana Hibah dan Bantuan Sosial dari rentan waktu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Walikota.

3.3.2.4 Hasil sistematika pada laporan pertanggungjawaban dana hibah dan bantuan sosial

Untuk mengetahui kriteria dalam sistematika pada laporan pertanggungjawaban dana hibah dan bantuan sosial lembaga atau yayasan telah di jelaskan dalam peraturan walikota nomor 891 tahun 2011 pasal 26 yakni sebagai berikut :

Pasal 26

1. Laporan penggunaan Belanja Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf a angka 1 dan huruf b angka1 dibuat dengan sistematika paling sedikit meliputi:

a. surat pengantar yang ditujukan kepada Walikota; b. laporan kegiatan, terdiri atas:

1. latar belakang; 2. maksud dan tujuan; 3. ruang lingkup kegiatan; 4. realiasi pelaksanaan kegiatan; 5. daftar personalia pelaksana; dan


(58)

6. penutup;

c. laporan keuangan, meliputi:

1. realisasi penerimaan Belanja Hibah; dan 2. realisasi penggunaan;

d. lampiran.

e. Pertanggungjawaban penerima belanja bantuan sosial meliputi : 1. Laporan penggunaan;

2. Surat pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa belanja bantuan sosial yang diterima telah digunakan sesuai dengan proposal yang telah disetujui;

3. Bukti – bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan bagi penerima belanja bantuan sosial berupa uang;

4. Salinan berita acara serah terima barang bagi penerima belanja bantuan sosial berupa barang;

5. Belanja bantuan sosial berupa barang yang belum diserahkan kepada penerima belanja bantuan sosial sampai degan akhir tahun anggaran berkenan, dilaporkan sebagai persediaan dalam neraca.

2. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bermaterai cukup dan ditandatangani, serta dibubuhicap oleh ketua/kepala/pimpinan instansi Pemerintah, Bupati/Walikota, Direktur atau sebutan lain, atau ketua/pimpinan organisasi masyarakat.


(59)

3. Format minimal laporan penggunaan Belanja Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini


(60)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil Laporan Kerja Praktek dan pengarahan serta sumber data yang diperoleh mengenai Tinjauan atas Pelaporan Pertanggungjawaban Dana Hibah dan Bantuan Sosial (BANSOS) pada Dinas Sosial kota Bandung, akhirnya dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada Prosedur Pelaporan Pertanggungjawaban Dana Hibah dan Bantuan Sosial pada Instansi Dinas Sosial Kota Bandung adalah suatu urutan kegiatan yang dimulai dengan tahap penerimaan dokumen laporan pertanggungjawaban dari pemohon atau penerima hibah atau bantuan sosial sampai dengan dilakukannya monitoring dan evaluasi yang melibatkan beberapa pihak dalam suatu bagian atau lebih, yang dibuat untuk mengetahui adanya kebenaran dari data keberadaan lembaga atau yayasan tersebut sebagai penerima hibah dan bantuan sosial.

2. Dalam Laporan penggunaan Belanja Hibah haruslah dilaksanakan dan disampaikan kepada walikota paling lambat tanggal 10 bulan Januari tahun anggaran berikutnya atau 1 (satu) bulan setelah kegiatan selesai. Penerima dana hibah dan bantuan sosial bertanggungjawab penuh baik formal maupun material atas penggunaan bantuan sosial yang diterimanya. Penerima dana hibah dan bantuan sosial berupa uang menyampaikan laporan penggunaan bantuan sosial kepada walikota


(61)

melalui PPKD (Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah) dengan tembusan kepada SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) terkait. Penerima bantuan sosial berupa barang menyampaikan laporan penggunaan laporan penggunaan bantuan sosial kepada walikota melalui kepala SKPD terkait.

Sistematika laporan pertanggungjawaban paling sedikit meliputi: a. surat pengantar yang ditujukan kepada Walikota;

b. laporan kegiatan, terdiri atas: 1. latar belakang;

2. maksud dan tujuan; 3. ruang lingkup kegiatan; 4. realiasi pelaksanaan kegiatan; 5. daftar personalia pelaksana; dan 6. penutup;

c. laporan keuangan, meliputi:

1. realisasi penerimaan Belanja Hibah; dan 2. realisasi penggunaan;

d. lampiran.

e. Pertanggungjawaban Penerima Belanja Bantuan Sosial meliputi:

1. Laporan penggunaan.

2. Surat pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa Belanja Bantuan Sosial yang diterima telah digunakan sesuai dengan proposal yang telah disetujui.


(62)

3. Bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Penerima Belanja Bantuan Sosial berupa uang.

4. Salinan Berita Acara Serah Terima barang bagi Penerima Belanja Bantuan Sosial berupa barang.

5. Belanja Bantuan Sosial berupa barang yang belum diserahkan kepada Penerima Belanja Bantuan Sosial sampai dengan akhir tahun anggaran berkenaan, dilaporkan sebagai persediaan dalam neraca.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitian tersebut, tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada pihak Dinas Sosial Kota Bandung, maka penulis ingin menyampaikan saran yang mudah – mudahan dapat memberikan masukan yang positif agar dalam menjalankan kegiatannya dapat berjalan dengan lancar dan lebih baik, antara lain :

1. Selalu memperhatikan kelengkapan persyaratan pelapor dalam melaporkan Laporan Pertanggungjawaban Dana Hibah dan Bantuan Sosial (Bansos).

2. Sejauh ini pelaksanaan pada Prosedur Pelaporan Dana Hibah dan Bantuan Sosial di Dinas Sosial Kota Bandung telah berjalan sesuai dengan prosedur yang sudah di tetapkan, perlu di perhatikan masalah keterlambatan pelaporan Lembaga atau Yayasan dan kelengkapan persyaratan karena dapat menimbulkan kesalahpahaman yang memicu adanya kecurigaan yang bersifat kesengajaan dari Lembaga atau


(63)

Yayasan, oleh karena itu perlu penambahan wahana baru untuk penginformasian lebih lanjut agar setiap Lembaga atau Yayasan dapat mengetahui adanya peraturan baru sehingga terjadinya kesalahan dapat di minimalisasi.


(64)

(65)

(66)

57

Nama : Rina Mayanti

Alamat : Jalan terusan Cibaduyut, Komplek Kopo permai II blok A5/7, Bandung

Telepon : 083820941204

Tanggal Lahir : 06 Mei 1993 Tempat Lahir : Jambi

Agama : Islam

Gender : Perempuan

Status : Belum Menikah

Umur : 21 tahun

Tinggi/Berat Badan : 160 cm/ 56 kg Golongan Darah : B

Institute Tempat Periode

TK : TK Aisha Palembang 1997-1998

SD : SDN 4 Cangkuang Kulon 1998-2004

SMP : MTS Nurul Iman, Bandung 2004-2007

SMA : SMA Plus Assalaam, Bandung 2007-2010

KULIAH : Universitas Komputer Indonesia, Bandung 2010-Dalam Proses Dengan ini saya menyatakan bahwa semua keterangan yang saya berikan

seluruhnya benar.

Hormat saya,

Rina Mayanti LATAR BELAKANG PENDIDIKAN FORMAL


(1)

53

melalui PPKD (Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah) dengan tembusan kepada SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) terkait. Penerima bantuan sosial berupa barang menyampaikan laporan penggunaan laporan penggunaan bantuan sosial kepada walikota melalui kepala SKPD terkait.

Sistematika laporan pertanggungjawaban paling sedikit meliputi: a. surat pengantar yang ditujukan kepada Walikota;

b. laporan kegiatan, terdiri atas: 1. latar belakang;

2. maksud dan tujuan; 3. ruang lingkup kegiatan; 4. realiasi pelaksanaan kegiatan; 5. daftar personalia pelaksana; dan 6. penutup;

c. laporan keuangan, meliputi:

1. realisasi penerimaan Belanja Hibah; dan 2. realisasi penggunaan;

d. lampiran.

e. Pertanggungjawaban Penerima Belanja Bantuan Sosial meliputi:

1. Laporan penggunaan.

2. Surat pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa Belanja Bantuan Sosial yang diterima telah digunakan sesuai dengan proposal yang telah disetujui.


(2)

54

3. Bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Penerima Belanja Bantuan Sosial berupa uang.

4. Salinan Berita Acara Serah Terima barang bagi Penerima Belanja Bantuan Sosial berupa barang.

5. Belanja Bantuan Sosial berupa barang yang belum diserahkan kepada Penerima Belanja Bantuan Sosial sampai dengan akhir tahun anggaran berkenaan, dilaporkan sebagai persediaan dalam neraca.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitian tersebut, tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada pihak Dinas Sosial Kota Bandung, maka penulis ingin menyampaikan saran yang mudah – mudahan dapat memberikan masukan yang positif agar dalam menjalankan kegiatannya dapat berjalan dengan lancar dan lebih baik, antara lain :

1. Selalu memperhatikan kelengkapan persyaratan pelapor dalam melaporkan Laporan Pertanggungjawaban Dana Hibah dan Bantuan Sosial (Bansos).

2. Sejauh ini pelaksanaan pada Prosedur Pelaporan Dana Hibah dan Bantuan Sosial di Dinas Sosial Kota Bandung telah berjalan sesuai dengan prosedur yang sudah di tetapkan, perlu di perhatikan masalah keterlambatan pelaporan Lembaga atau Yayasan dan kelengkapan persyaratan karena dapat menimbulkan kesalahpahaman yang memicu adanya kecurigaan yang bersifat kesengajaan dari Lembaga atau


(3)

55

Yayasan, oleh karena itu perlu penambahan wahana baru untuk penginformasian lebih lanjut agar setiap Lembaga atau Yayasan dapat mengetahui adanya peraturan baru sehingga terjadinya kesalahan dapat di minimalisasi.


(4)

(5)

(6)

57

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rina Mayanti

Alamat : Jalan terusan Cibaduyut, Komplek Kopo permai II blok A5/7, Bandung

Telepon : 083820941204 Tanggal Lahir : 06 Mei 1993 Tempat Lahir : Jambi

Agama : Islam

Gender : Perempuan Status : Belum Menikah Umur : 21 tahun

Tinggi/Berat Badan : 160 cm/ 56 kg Golongan Darah : B

Institute Tempat Periode

TK : TK Aisha Palembang 1997-1998

SD : SDN 4 Cangkuang Kulon 1998-2004

SMP : MTS Nurul Iman, Bandung 2004-2007

SMA : SMA Plus Assalaam, Bandung 2007-2010

KULIAH : Universitas Komputer Indonesia, Bandung 2010-Dalam Proses Dengan ini saya menyatakan bahwa semua keterangan yang saya berikan

seluruhnya benar.

Hormat saya,

Rina Mayanti DATA PRIBADI