STUDI PENETAPAN DAN PENGELOLAAN DANA HIBAH DAN DANA BANTUAN SOSIAL DI SURAKARTA Studi Penetapan dan Pengelolaan Dana Hibah dan Dana Bantuan Sosial Di Surakarta.

STUDI PENETAPAN DAN PENGELOLAAN DANA HIBAH
DAN DANA BANTUAN SOSIAL DI SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh:

NOVI RAHMAWATI
B 200130298

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

STUDI PENETAPAN DAN PENGELOLAAN DANA HIBAH DAN
DANA BANTUAN SOSIAL DI SURAKARTA
Novi Rahmawati¹, Zulfikar²
¹Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Novirahmawati168@gmail.com

²Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Zulfikar@ums.ac.id

Abstrak
Setiap tahun pemerintah daerah baik pemerintah provinsi maupun
pemerintah kabupaten/kota di seluruh Indonesia mengalokasikan anggaran
untuk hibah maupun bantuan sosial. Rumusan permasalahan yang
dikemukakan adalah (1) Bagaimanakah proses pemberian hibah dan
bantuan sosial yang bersumber dari APBD Tahun 2015 pada DPPKA Kota
Surakarta yang meliputi penganggaran, pencairan, pertanggungjawaban,
monitoring dan evaluasi (2) Bagaimanakah hasil audit oleh BPK mengenai
pemberian hibah dan bantuan sosial di Surakarta Tahun 2015 dan kendala
yang dihadapi dalam pelaksanaan pemberian hibah dan bantuan sosial di
Surakarta. Dalam menjawab rumusan permasalah digunakan pedekatan
deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data sekunder dan data primer
melalui studi pustaka dan wawancara. Setelah semua data dikumpulkan,
lalu diolah dengan melakukan analisis, dari pengolahan dan analisis data
diperoleh jawaban sekaligus kesimpulan penulisan ini yaitu pelaksanaan
pemberian hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari APBD Tahun
2015 pada DPPKA Kota Surakarta didasarkan pada Perwali 28Tahun

2014 dan Permendagri 39 Tahun 2012 perubahan atas Permendagri 32
Tahun 2011. Proses penganggaran, pencairan dan monitoring dan evaluasi
hibah dan bantuan sosial telah dilkasanakan sesuai peraturan
perundangan, namun pada proses pertanggungjawaban terdapat perbedaan
antara Permendagri 32 Tahun 2011 dan Perwali 28 Tahun 2014. Hasil
audit oleh BPK mengenai pemberian hibah dan bantuan sosial di Surakarta
dinilai masih kurang tertib karena masih terdapat beberapa
pertanggungjawaban yang belum disampaikan kepada Pemkot Surakarta,
sehubungan dengan masalah itu BPK juga memberikan beberapa
rekomendasi kepada Pemkot Surakarta. Dalam proses pemberian hibah dan
bantuan sosial terdapat beberapa kendala, antara lain kurangnya
persyaratan dalam proses pencairan hibah dan bantuan sosial.
Kata Kunci : APBD, Bantuan Sosial, Hibah, Pemerintah Daerah
Abstract
Every year, the regional government either the provincial government or
regency/municipal government inall over Indonesia allocates budgets either
for grant or for social assistance. Grant is giving money/goods or service by
the regional government to the government or another regional government,
regional company, or society and social organization, which has been


1

specifically determined its use, not obligatory, untied, and not continuous
which aims at supporting the implementation of the regional government
matters. Meanwhile, the social assistance is in the form of money/goods
from the regional government to an individual, family, group and/or society
which characteristic of being not continuous and selective which aims at
protecting from a possibility of the occurence of a social risk. Problem
statements which are conveyed are (1) How is the process of giving grant
and social assistance originated from APBD (Regional Budget) in 2015 at
DPPKA (Office of Revenue, Finance and Asset Management) of Surakarta
Municipality which consists of unemployment, withdrawal, accountability,
monitoring and evaluation? (2) How are the results of audit by BPK (the
Audit Board) regarding the giving of grant and social assistance in
Surakarta in 2015 and what obstacles are faced in the implementation of
giving the grant and the social assistance in Surakarta?In answering the
problems statements, a descriptive qualitative approach was used by
collecting the secondary and the primary data through a literature review
and interview. After all data were collected, they were processed by
conducting an analysis. From the data processing and analysis, the answer

and the conclusion of this writing were obtained that were: the
implementation of giving the grant and the social assistance originated from
APBD in 2015 at DPPKA of Surakarta Municipality was based on Perwali
(The Mayor Regulation) Number 28 of 2014 and Permendagri (The
Regulation of Minister of Home Affairs Number 39 of 2012 amandement of
Permendagri Number 32 of 2011.
Keywords : APBD, Social Assistance, Grant, Regional Government
1. PENDAHULUAN
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
2012 Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah hibah adalah pemberian uang/barang
atau jasa dari Pemerintah Daerah (Pemda) kepada pemerintah atau Pemda lainnya,
perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara
spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat,
serta

tidak

secara


terus

menerus

yang

bertujuan

untuk

menunjang

penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.
Sementara bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang
dari Pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat
yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.

2


Ketentuan umum pemberian hibah menurut Permendagri Nomor 39 Tahun
2012 adalah pemberian hibah ditujukan untuk menunjang pencapaian sasaran
program dan kegiatan pemda dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan,
rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat. Sementara ketentuan alokasi dan
pengelolaan dana belanja sosial harus

berjalan tertib, efisien, ekonomis,

transparan, efektif, dan bertanggungjawab. Secara substansional bantuan sosial
ditujukan untuk rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, pemberdayaan sosial,
jaminan sosial, penanggulangan kemiskinan, dan penanggulangan bencana.
Dalam prakteknya, penganggaran dan pelaksanaan hibah dan bantuan
sosial masih dalam kondisi yang tidak jelas. Pertama, penganggaran hibah dan
bansos yang seharusnya sudah pasti nama penerima dan besarannya, namun tidak
sedikit penentuan peruntukan Hibah dan Bansos biasanya masih ditetapkan dalam
Keputusan Kepala Daerah yang terpisah dengan Peraturan Daerah (Perda) tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), belum menjadi bagian dalam
Rencana Kerja Anggaran (RKA). Kedua, sebagian dana hibah dan bantuan sosial
dalam dokumen anggaran masih bersifat gelondongan, biasanya hanya sampai

jenis belanja dan tidak sampai rincian dan objek (belum ditetapkan siapa
penerimanya). Seiring waktu pelaksanaan APBD, baru akan ditentukan
peruntukkan dan siapa penerimanya.
Menurut Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Gamawan Fauzi, pemberian
dana Hibah dan Bansos cenderung naik, terutama menjelang Pemilukada dan
kemudian menurun setelah Pemilukada. Padahal, jumlah dana Hibah dari tahun ke
tahun selalu meningkat.
Dalam rangka mendorong perbaikan pengelolaan dana hibah dan bantuan
sosial, berbagai pengaturan pengelolaan hibah dan bantuan sosial telah mengalami
perubahan. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah mengatur secara umum ketentuan pengelolaan keuangan daerah
terkait hibah dan bantuan sosial. Menteri Dalam Negeri menetapkan Permendagri
Nomor 32 Tahun 2011. Kemudian tanggal 21 Mei 2012 Mendagri kembali
menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang

3

Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah. Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 mengatur:

a. Tata

cara

penganggaran,

pelaksanaan

dan

penatausahaan;

pertanggungjawaban dan pelaporan; serta monitoring dan evaluasi Hibah
dan Bansos harus diatur lebih lanjut dengan peraturan Kepala Daerah; dan
b. Peraturan Kepala Daerah yang mengatur mengenai pengelolaan pemberian
Hibah dan Bansos sebelum berlakunya Permendagri 32/2011 harus
menyesuaikan dengan Permendagri tersebut paling lambat tanggal 31
Desember 2011.
Perekonomian di Surakarta menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015
mengalami kenaikan setiap tahun. Pada tahun 2012 penerimaan daerah sebesar

1.239,45 milyar rupiah, naik menjadi 1.385,11 milyar rupiah di tahun 2013. Dan
pada tahun 2014 naik menjadi 1.525,58 milyar rupiah. Sedangkan untuk belanja
langsung maupun tidak langsung juga mengalami kenaikan pada tahun 2012 total
belanja 1.145,17 milyar rupiah, meningkat 1.275,30 milyar rupiah di tahun 2013,
dan 1.482,83 milyar rupiah di tahun 2014.
Mengatasi permasalahan pelaksanaan pemberian hibah dan bantuan sosial
yang bersumber dari APBD, sesuai dengan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun tahun
2011 dan Perwali Nomor 28 Tahun 2014, perlu dilakukan penyesuaian tentang
cara Penganggaran, Pencairan, dan Pertanggungjawaban, Monitoring dan Evaluasi
Hibah dan Bantuan Sosial, serta bagaimana hasil audit BPK mengenai pemberian
hibah dan bantuan sosial kepada masyarakat dan kendala apa saja yang dialami
pemerintah dalam pemberian hibah dan bantuan sosial.

2. METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Pemerintah Kota Surakarta yang beralamat di Balaikota Surakarta. Jl.
Sudirman No.2 SurakartaTelp. (0271)666229.


4

Pendekatan Penelitian
Didalam sebuah penelitian perlu adanya pendekatan dan metode yang
akan diterapkan dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini metode penelitian
yang dipakai penulis yaitu metode deskriptif kualitatif.
Sumber Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan sendiri oleh peneliti, dalam
penelitian ini data primer yang dimaksud adalah data yang diperoleh berdasarkan
hasil wawancara dengan staf/karyawan yang bersangkutan. Data sekunder pada
penelitian ini dari staf yang bersangkutan dan data yang diperoleh melalui web.
Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan salah satu teknik, yaitu dengan
menggunkan teknik wawancara dalam pengumpulan data ditambah dengan
dokumentasi sebagai penguat data wawancara.
a) Wawancara atau interview
Menurut Moleong (2007:186) mendeskripsikan wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.
b) Dokumentasi
Andi (2010:192) mengungkapkan dokumen merupakan rekaman yang bersifat
tertulis atau film dan isinya merupakan peristiwa yang telah berlalu. Jadi,
dokumen bukanlah catatan peristiwa yang terjadi saat ini dan masa yang
akan datang, namun catatan masa lalu.
c) Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan
studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan,
dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
dipecahkan (Nazir, 1988:111).

5

2. Instrumen Penelitian
Instrumen

penelitian

merupakan

suatu

alat

yang

digunakan

untuk

mempermudah metode yang dipakai dalam melakukan penelitian. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan 2 alat bantu, yaitu:
1. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak
menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya
berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
2. Alat Perekam
Alat perekam berguna Sebagai alat Bantu pada saat wawancara, agar
peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tampa harus
berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hibah menurut Peraturan Walikota Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Pemberian Hibah, Bantuan Sosial dan Bantuan Keuangan Partai Politik yang
Bersumber dari APBD Surakarta adalah pemberian uang/barang atau jasa dari
pemerintah daerah kepada pemerintah, pemerintah daerah lainnya, perusahaan
daerah, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik sudah
ditentukan peruntukannya.
Sedangkan bantuan sosial adalah pemberian bantuan uang/barang dari
pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat,
yang sifatnya tidak terus menerus dan selektif. Bantuan Sosial bertujuan untuk
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
Prosedur pemberian hibah dan bantuan sosial di Surakarta berdasarkan
Perwali Surakarta Nomor 28 Tahun 2014 telah dilaksanakan sesuai dengan
Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial yang Bersumber dari APBD yaitu dengan Pemkot Surakarta
mensosialisasikan hibah melalui SKPD Terkait. Kemudian SKPD Terkait

6

melakukan sosialisasi hibah dan bantuan sosial kepada masyarakat. Selanjutnya
masyarakat mengajukan permohonan dilengkapi proposal dan disampaikan
kepada Walikota. Setelah adanya permohonan maka di anggarkan dana hibah dan
bantuan sosial oleh DPPKA selaku PPKD.
Pencairan hibah dilakukan dengan tiga tahap di dua bidang di DPPKA.
Tahap pertama di bidang sekretariat, bertugas untuk meneliti kelengkapan
administrasi permohonan pencairan, tahap kedua yaitu bidang perbendaharaan,
bertugas menerbitkan SP2D dan tahap ketiga yaitu Bank Jateng selaku Kas
Umum Daerah, bertugas mentransfer hibah ke rekening penerima. Pencairan
hibah dan bantuan sosial dilakukan dengan metode transfer langsung melalui
Bank Jateng dengan tujuan antara lain :
1. Tidak ada celah antara pihak Pemerintah Kota Surakarta dengan penerima
hibah atau bantuan sosial untuk tindakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN)/Suap karena dalam penyerahan dana tidak bertemu secara langsung.
2. Memudahkan mekanisme operasional hibah dan bantuan sosial (Tidak
perlu mengundang penerima hibah atau bantuan sosial)
3. Bukti berupa rekening koran dapat menjadi bukti yang autentik dalam
pemeriksaan BPK.
4. Akan menciptakan transparansi dan akuntabilitis yang baik sehingga dapat
tercipta Good Goverment.
5. Nominal yang diberikan kepada penerima hibah dan bantuan sosial sesuai.
Berikut penulis tampilkan realisasi hibah dan bantuan sosial di Surakarta
Tahun 2015.
Tabel 1
Tabel Realisasi Hibah dan Bantuan Sosial Tahun 2015
No

1

2

SKPD Teknis

Hibah

Badan Pemberdayaan Masyarakat,
Pemberdayaan
Perempuan,
Perlindungan Anak dan Keluarga
Berencana Kota Surakarta
Bagian
Pemerintah
Umum
Sekretariat Daerah Kota Surakarta

7

Bantuan
Sosial

Persentase
(%)

4.448.947.073
8,25

-

55,88

-

30.141.605.650

3

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Surakarta
Dinas Kesehatan Kota Surkarta

600.000.000
-

4
5
6
7
8
9
10
11
12

1,11

1.443.700.000
Dinas Pendidikan, Pemuda, dan
Olahraga Kota Surakarta
Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kota Surakarta
Kantor Persatuan Bangsa dan
Politik Kota Surakarta
Dinas Pekerjaan Umum Kota
Surakarta
Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Surakarta
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Kota Surakarta
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kecil Menengah Kota Surakarta
Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kota Surakarta

2,68

-

15.005.295.000

4.174.200.000

27,82

96,84

436.527.000
-

48.000.000
-

0,81

1,11
-

0,68

-

0,37

-

2,35

-

0,05

-

88.300.000

-

2,05

4.310.500.000

100

100

365.000.000
200.000.000
1.267.967.000
29.000.000
-

53.938.041.723

Pada tahap pertanggungjawaban hibah dan bantuan sosial terdapat
perbedaan antara Permendagri Nomor 32 Tahun 2012 dengan Perwali Nomor 28
Tahun 2014, menurut Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 untuk penerima hibah
dan bantuan sosial wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban hibah dan
bantuan sosial kepada Walikota melalui PPKD (DPPKA) dengan tembusan SKPD
terkait, sedangkan menurut Perwali Nomor 28 Tahun 2014 terdapat perbedaan
dalam penyampaian laporan pertanggungjawaban hibah dan bantuan sosial yaitu
untuk

penerima

hibah

dan

bantuan

sosial

menyampaikan

laporan

pertanggungjawaban hibah atau bantuan sosial disampaikan rangkap 2 (dua)
kepada Walikota melalui SKPD Terkait kemudian SKPD Terkait meneruskan
laporan asli dari penerima hibah kepada PPKD (DPPKA) Surakarta.
Perbedaan dalam penyampaian laporan pertanggungjawaban hibah dan
bantuan sosial ini digagas oleh Bagian hibah dan bantuan sosial DPPKA karena
beberapa

alasan.

Pertama,

apabila

laporan

pertanggungjawaban

hanya

disampaikan dengan tembusan SKPD Terkait maka SKPD/Terkait tidak
mempunyai data laporan pertanggungjawaban penerima hibah dan bantuan sosial,

8

padahal SKPD Terkait sangat berhubungan dengan penerima hibah dan bantuan
sosial dari awal proses usulan hibah dan bantuan sosial hingga proses monitoring
dan evaluasi. Kedua, apabila dalam penyapaian laporan pertanggungjawaban
hibah dan bantuan sosial masih terdapat kekurangan atau kekeliruan maka PPKD
(DPPKA) dapat mengembalikan kepada SKPD Terkait selaku Leading Sector
dalam pemberian hibah dan bantuan sosial di Surakarta. Ketiga, karena jumlah
penerima hibah dan bantuan sosial mencapai ribuan maka SKPD sebagai pihak
pertama yang menangani penyampaian laporan pertanggungjawaban sesuai
dengan SKPD masing-masing. Keempat, SKPD juga berperan dalam fungsi
monitoring

dan

evaluasi

sehingga

SKPD

memerlukan

arsip

laporan

pertanggungjawaban.
Tahap monitoring dan evaluasi pemberian hibah dan bantuan sosial di
Surakarta dilaksanakan berdasarkan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 yaitu
DPPKA dan SKPD Terkait memonitoring proses pemberian hibah dan bantuan
sosial dari proses usulan hingga proses pencairan hibah dan bantuan sosial. Hasil
dari monitoring disampaikan kepada Walikota dan dijadikan bahan evaluasi.
Hasil audit BPK mengenai pemberian hibah dan bantuan sosial di
Surakarta Tahun 2015 dinilai belum tertib serta belum dipertanggungjawabakan
oleh penerima hibah dan bantuan sosial. BPK telah memberikan beberapa
rekomendasi kepada Pemkot Surakarta.
Kendala yang dihadapi Pemkot Surakarta dalam proses pemberian hibah dan
bantuan sosial Tahun 2015 antara lain:
1. DPPKA dan SKPD sebagai pengelola hibah dan bantuan sosial akan
kesulitan memproses pencairan dana hibah dan bantuan sosial apabila berkas
permohonan terdapat kekurangan.
2. Dalam proses pencairan apabila penerima hibah dan bantuan sosial terdapat
kesalahan atau kekurangan dalam penulisan nomor rekening akan
mempengaruhi proses pencairan dana.
3. Dalam menyampaikan laporan pertanggungjawaban terdapat keterlambatan
atau kekurangan oleh penerima hibah dan bantuan sosial.

9

4. PENUTUP
Kesimpulan
Prosedur pemberian hibah dan bantuan sosial di Surakarta didasarkan pada
Perwali Surakarta Nomor 28 Tahun 2014 dan telah dilaksanakan sesuai dengan
Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 dan 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari APBD, namun pada
tahap pertanggungjawaban hibah dan bantuan sosial terdapat perbedaan antara
Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 dengan Perwali Nomor 28 Tahun 2014.
Berdasarkan hasil laporan realisasi anggaran hibah dan bantuan sosial di Surakarta
Tahun 2015 realisasi hibah dan bantuan sosial adalah sebesar 58.248.541.723,00
dengan rincian hibah sebesar Rp.53.938.041.723 dan realisasi bantuan sosial
sebesar Rp. 4.310.500.000. Hasil audit BPK mengenai pemberian hibah dan
bantuan sosial di Surakarta Tahun 2015 dinilai belum tertib serta belum
dipertanggungjawabakan oleh penerima hibah dan bantuan sosial. BPK telah
memberikan beberapa rekomendasi kepada Pemkot Surakarta. Terdapat kendalakendala yang dihadapi Pemkot Surakarta dalam proses pemberian hibah dan
bantuan sosial Tahun 2015 yaitu DPPKA dan SKPD sebagai pengelola hibah dan
bantuan sosial akan kesulitan memproses pencairan dana hibah dan bantuan sosial
apabila berkas permohonan terdapat kekurangan dan dalam proses pencairan
apabila penerima hibah dan bantuan sosial terdapat kesalahan atau kekurangan
dalam penulisan nomor rekening akan mempengaruhi proses pencairan dana.
Saran
1. SKPD Terkait selaku tim yang ditunjuk oleh Walikota dalam pelaksanaan
pengelolaan hibah dan bantuan sosial perlu meningkatkan kinerjanya. Perlu
adanya koordinasi antara SKPD Terkait dengan penerima hibah atau bantuan
sosial.
2. DPPKA sebagai pengelola hibah dan bantuan sosial harus benar-benar
melakukan peninjauan ulang terhadap calon penerima hibah dan bantaun
sosial, sehingga dapat tepat sasaran dan sesuai dengan peraturan Walikota.
3. Mekanisme pencairan hibah dan bantuan sosial melalui metode transfer
langsung akan menemui hambatan apabila penerima hibah dan bantuan sosial

10

kurang lengkap dalam memberikan keterangan seperti identitas diri, dan
penulisan nomor rekening sehingga perlu adanya ketelitian dari SKPDsebagai
pihak yang diberi kewenangan oleh Walikota untuk memeriksa kelengkapan
administrasi.
4. SKPD memonitoring Laporan Pertanggungjwaban penerima hibah dan
bantuan sosial agar segera disampaikan kepada Walikota, sebagai bentuk
pertangunggujawaban oleh Pemerintah Kota Surakarta terhadap pemberian
hibah dan bantuan sosial tahun 2015.

DAFTAR PUSTAKA
Endarto, Dani. 2014. “Pelaksanaan Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
Bersumber dari APBD Tahun 2013 Pada Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Provinsi Sumatera Barat”
Rochmatullah, Mahameru R dan Probohudono, Agung N. 2014. “Praktik Belanja
Bantuan Sosial Pemerintah Daerah Di Indonesia” SNA 17 Mataram,
Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
Samsudin, Muhamad, dkk. 2014. “Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap
Efektivitas Penyaluran Bantuan Sosial di Bagian Sosial Sekretariat
Daerah Kabupaten Kutai Timur”. eJournal Administrative Reform, 2014,
1 (2): 783-794 ISSN 2338-7637
Sitanggang Bethesda, dkk. (2014), “Implementasi Kebijakan Penyaluran Hibah
Dan Bantuan Sosial Kemasyarakatan Di Kabupaten Kubu Raya”. Jurnal
Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN-2014
Ahmad, Tahmid. 2015. “Implementasi Pengelolaan Hibah pada Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tengah”. eJurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 2, Pebruari 2015 hlm 114-124 ISSN:
2302-2019
Darmastuti, Dewi. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Belanja
Bantuan Sosial pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia”.
Jurnal. Universitas Indonesia.
Lapananda, Yusran. 2013. Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari
APBD. Jakarta:Sinar Grafika.
Lestari, Sri.2012. Bantuan Sosial di Indonesia Sekarang dan Ke Depan.
Bandung:Fokus Media.
Sugiyono. 2015. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta.
Taniredjo, Tukiran, dkk. 2014. Penelitian Kualitatif (Sebuah Pengantar).
Bandung:Alfabeta.

11

Soegeng. 2015. Prosedur dan Teknik Menulis Karya Ilmiah. Yogyakarta:Magnum
Pusaka Utama.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 : Tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 : Tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 : Tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 : Tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 : Tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial
yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Peraturan Walikota Nomor 28 Tahun 2014 : Tentang Pedoman Pemberian Hibah,
Bantuan Sosial dan Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surakarta.
Peraturan Walikota Nomor 30a Tahun 2013 : Tentang Pedoman Pemberian
Hibah, Bantuan Sosial dan Bantuan Keuangan Partai Politik yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surakarta
Tahun Anggaran 2014.
Peraturan Walikota Nomor 17-A Tahun 2013 Tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Walikota Surakarta Nomor 53-A Tentang Pedoman Pemberian
Hibah, Bantuan Sosial, Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber
dari Aggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2677/SJ Tentang Hibah dan
Bantuan Sosial Daerah.
http://m.solopos.com/2011/11/24/mekanisme-baru-realisasi-bansos-125675
diakses pada Tanggal 12 Oktober 2016 Jam 19:00 WIB.
http://www.murianews.com/2014/07/24/5211/upaya-pengetatan-hibah-danbansos.html diakses pada Tanggal 12 Oktobe 2016 Jam 19:30 WIB.
http://jatengprov.go.id/id/berita-utama/penerima-bansos-harus-berbadan-hukum
diakses pada Tanggal 13 Oktober 2016 Jam 17:00 WIB.
http://kpk.go.id/id/berita/siaran-pers/1657-cegah-dana-bansos-dan-hibah-daripenyalahgunaan diakses pada Tanggal 14 Oktober 2016 Jam 18:00 WIB.
https://www.jurnalasia.com/nasional/dana-hibah-rawan-penyelewengan/
pada Tanggal 14 Oktober 2016 Jam 18:30 WIB.

12

diakses

http://nasional.kompas.com/read/2016/05/08/17340761/Fitra.Ada.4.Modus.Dugaa
n.Penyelewengan.Dana.Hibah.dan.Bansos.Provinsi.Banten diakses pada
Tanggal 14 Oktober 2016 Jam18:50 WIB.
http://jurnal-korupsi.blogspot.co.id/2016/05/ada-kebocoran-anggaran-di-pempropjatim.html?m=1 diakses pada Tanggal 14 Oktober 2016 Jam 19:00 WIB.
www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 1 Novermber 2016 Jam 19:00 WIB.
http://www.banpustaka.com/media/dokumen/61PMDN_39_TAHUN_2012.pdf.
Diakses pada tanggal 24 Januari 2017

13