DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN PERSEPSI KONSUMEN DALAM MEMBENTUK POSITIONING BATIK TULIS WONOGIREN (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Persepsi Pegawai di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga/DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri dalam Membentuk

BAB II
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
Bab II ini akan menjelaskan batik tulis wonogiren, kegiatan komunikasi
pemasaran yang pernah dilakukan, pembinaan atau pengembangan yang telah
dilakukan oleh Pemda, dan contoh berupa gambar motif batik tulis wonogiren.
Sumber data yang digunakan pada Bab II ini diperoleh dari berbagai situs di internet
yang memuat mengenai batik tulis wonogiren, dan wawancara dengan salah satu
perajin batik tulis wonogiren.

A. Sekilas tentang Batik Tulis Wonogiren
Batik tulis wonogiren adalah batik tulis asli Wonogiri yang dibakukan cirinya
melalui empat hal, yaitu corak bledak, dasaran jene (kuning kecokelatan), sekaran
(lukisan bunga), dan babaran (guratan) pecah (keputusan bupati Wonogiri nomor
431/03/501/1993). Kemunculan batik wonogiren berawal dari kegiatan membatik
tepatnya di Kecamatan Tirtomoyo. Meskipun motif yang dibuat mengadaptasi dari
motif batik klasik kraton Surakarta, babaran (proses pewarnaannya) lebih tebal dan
berbeda dengan batik dari kraton dan lebih sesuai dengan citarasa rakyat yang
memiliki

kehidupan


dinamis

serta

bebas

(batikonlinesolo.wordpress.com).

Kecamatan Tirtomoyo berada sekitar 40 kilometer tenggara kota Wonogiri. Saat ini
ada sekitar 2.400 warganya yang kehidupan sehari-harinya akrab dengan kegiatan
membatik. Di dusun Bedingin, Desa Wiroko, Kecamatan Tirtomoyo misalnya, ada

31

sekitar 70 pembatik tulis. Mereka bergabung dalam kelompok batik Sumber Rejeki
pimpinan Ny Suwarni Musa Siswadi, yakni seorang pembatik senior. Pakar dan
pengusaha batik H Kaharudin Hartoyo mengemukakan, kerajinan batik telah tumbuh
dan berkembang di Tirtomoyo sejak 1910 yang dirintis istri abdi dalem
Mangkunegaran yang bertugas di Tirtomoyo, seperti Nyai Rangga Blarakan,
Cangkring, Puter, dan Nyai Demang Tirtomoyo. Batik berkembang cepat setelah

pada 1920, Mbah Martodikromo, juragan batik di Solo hijrah ke Tirtomoyo. Sejak itu
kecakapan membatik berkembang dengan segala pasang surutnya hingga sekarang.
Batik wonogiren dalam perjalanannya mengalami pengembangan, mulai tahun
1960an. Warga Wonogiri memiliki keinginan untuk memproduksi dan memakai batik
dengan ciri khas budaya setempat, meliputi kondisi geografis, sosial, fenomena,
selera, dan sebagainya. Motif yang dibuat terinsipirasi dari hal-hal tersebut serta
modifikasi pola batik klasik kraton Surakarta. Contoh motif yang dipengaruhi
fenomena sosial adalah keladi dan jemani, berisi motif adaptasi dari bentuk daun
keladi dan anthurium jenis jemani yang menjadi tren koleksi tanaman hias 2007
(gambar 3). Motif tersebut dibuat atas ide dan pesanan kolektor tanaman hias.
Kondisi lingkungan hutan, juga menjadi sumber inspirasi munculnya motif
gelondong kayu dan serat kayu, berupa motif bilar kambium batang terbelah serta
serat pohon berkayu (batikonlinesolo.wordpress.com). Batik tulis wonogiren dikenal
sebagai karya eksklusif yang terlahir secara alami, cacat gurat-gurat pecah (gambar 4)
sebenarnya tidak dikehendaki oleh pembatiknya. Karya batik tulis dengan gurat-gurat
pecah sebenarnya merupakan hasil yang tidak lazim dan dapat dikatakan sebagai

32

karya yang gagal. Akan tetapi cacat yang tanpa disengaja itu justru melahirkan

lukisan batik abstrak yang tidak saja alami tetapi mampu memberikan daya tarik
bernilai lebih yang unik dan eksklusif. Batik tersebut saat ini sudah tersebar hingga
luar wilayah Wonogiri terutama Surakarta, Yogyakarta, Jakarta, dan luar Jawa, antara
lain Lampung, Jambi, Malaysia dan Brunei Darussalam (suaramerdeka.com).

Gambar 3
Motif Keladi dan Jemani

Gambar 4
Gurat-gurat Pecah

Batik wonogiren sendiri saat ini sedang menjadi perhatian terlebih oleh
Pemda Wonogiri, salah satunya dengan dikeluarkannya keputusan pemerintah daerah
kabupaten Wonogiri yang mengharuskan batik wonogiren dipakai sebagai salah satu
seragam bagi pegawai instansi pemerintahan. Pemda Wonogiri juga cukup fokus

33

dalam mengembangkan batik wonogiren ini. Sebagai contoh, menganjurkan setiap
perajin batik yang berada di wilayah kabupaten wonogiri untuk memproduksi batik

dengan corak khas wonogiren serta memberikan bantuan dana untuk perajin batik
asal Wonogiri yang akan mengikuti pameran di luar daerah Wonogiri, misalnya
Jakarta, Bali (wawancara penulis dengan salah satu perajin batik wonogiren “Hasil
Jaya”, mei 2011).

B. Kegiatan Komunikasi Pemasaran yang Pernah Dilakukan Batik Wonogiren
Selama ini kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan dan masih
diutamakan oleh batik wonogiren adalah melalui word of mouth. Kegiatan
komunikasi pemasaran lainnya adalah melalui gelar pameran produk unggulan
Kabupaten Wonogiri (pameran dalam rangka memperingati nilai-nilai Perjuangan
Raden Mas Said dan Hari Jadi Kabupaten Wonogiri ke-270 yang diadakan di Gedung
Giri Cahaya pada Mei 2011, indowarta.com) dan melalui lomba fashion putra-putri
batik wonogiren yang bekerja sama dengan pemerintah daerah dan sponsor (lomba
fashion putra-putri batik wonogiren dengan berbagai kategori yang diadakan di
Wisata Gajah Mungkur pada Agustus 2011, pariwisata.wonogirikab.go.id).

C. Pembinaan atau Pengembangan yang Telah Dilakukan Oleh SKPD terkait.
1. Adanya upaya memasukkan batik sebagai muatan lokal SD dan SMP oleh
Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri dan Dinas ini juga berupaya


34

menghimbau sekolah untuk memakai seragam batik sebagai seragam sekolah
pada hari-hari tertentu.
2. Adanya upaya fasilitas promosi oleh DISBUDPARPORA melalui pameranpameran dan event pariwisata.
3. Adanya upaya pemberian modal melalui skema Simpan Pinjam Kelompok
Perempuan dan pembinaan jiwa kewirausahaan oleh Bapernas Kabupaten
Wonogiri.
4. Adanya upaya peningkatan kemampuan produksi, bantuan promosi dan
pemasaran melalui pameran, fasilitas pembentukan sentra dan pelatihan
packging serta labeling dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan
UMKM Kabupaten Wonogiri (www.litbang.wonogiri.go.id).

D. Motif-Motif Batik Tulis Wonogiren

Gambar 5
Wahyu Tumurun dan Sidomukti

35


Gambar 6
Sidoasih dan Sidodrajat

Gambar 7
Truntum dan Parang Kusumo

Gambar 8
Bledak dan Bledak Putih

36

Gambar 9
Cakar dan Latar Putih Soco

37

Dokumen yang terkait

Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Peranan Pemimpin terhadap Iklim Komunikasi di KOMPAS-USU)

5 99 137

STRATEGI PENGELOLAAN OBYEK WISATA PANTAI AMAL PASCA PEMEKARAN DAERAH (Studi pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan, Kalimantan Utara)

3 57 35

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU (INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION) DALAM KEWIRAUSAHAAN BATIK TULIS (Studi Deskriptif Pada Nico Batik di Kota Probolinggo)

2 51 16

PENGHAMBAT AKTIVITAS HUMAS DALAM MENSOSIALISASIKAN POTENSI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN GRESIK (Studi Pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Gresik)

1 7 55

POSITIONING BAKSO PRESIDENT MALANG BERDASARKAN PERSEPSI KONSUMEN

2 26 34

ANALISIS POSITIONING WARNET DI KOTA JEMBER BERDASARKAN PERSEPSI KONSUMEN

0 3 18

ANALISIS POSITIONING WARNET DI KOTA JEMBER BERDASARKAN PERSEPSI KONSUMEN

0 3 104

STRATEGI UKM. PENGERAJIN BATIK TULIS DALAM MEMASARKAN BATIK TULIS SIDOARJO (STUDI KASUS PADA UKM.PENGERAJIN BATIK TULIS DI DESA JETIS, KECAMATAN SIDOARJO)

0 1 12

Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Efektivitas Komunikasi Interpersonal Dan Kepuasan Kerja (Studi Eksplanatif di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah)

0 8 14

PERANAN KOMUNIKASI DALAM KEPEMIMPINAN ORGANISASI (Studi Deskriptif tentang Peranan Komunikasi dalam Kepemimpinan Organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga)

0 1 12