STRATEGI PENGELOLAAN OBYEK WISATA PANTAI AMAL PASCA PEMEKARAN DAERAH (Studi pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan, Kalimantan Utara)
STRATEGI PENGELOLAAN OBYEK WISATA PANTAI AMAL
PASCA PEMEKARAN DAERAH
(Studi pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan, Kalimantan Utara)
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) Ilmu Pemerintahan
Oleh :
DETALIA YOLANDA 201110050311021
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
(2)
(3)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Strategi Pengelolaan Obyek Wisata Pantai Amal Pasca Pemekaran Daerah”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata satu (S1) Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.
Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis sampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan membimbing penulis dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini.
2. Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan membimbing penulis dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Ibu Hevi Kurnia Hardini, S.IP, MA. Gov selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Bapak, Ibu dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan bekal ilmu untuk penyusunan skripsi ini.
5. Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan yang telah memberikan ijin dan membantu selama penelitian.
6. KASI Promosi dan Pemasaran Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan yang telah meluangkan waktu dan membantu selama penelitian.
(4)
7. KASI Sarana dan Prasarana Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan yang membantu selama penelitian.
8. Staf Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tarakan yang membantu selama penelitian.
9. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Tarakan yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.
10.Kedua Orang Tua Penulis, Bapak Suparlan dan Ibu Upi Marsidah yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan pengorbanannya baik dari segi moril, materi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11.Keempat saudara penulis, Abang (Dedy Supriyadi dan Deny Rilanda, ST) dan Kakak (Evi Yolanda, SE. MM dan Ery Julanda, SE) yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan pengorbanannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
12.Ketiga kaka ipar penulis, Aa’ (Dian Ahdian, ST), Kakak (Santi dan Lexa) yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
13.Kedelapan keponakan penulis, Putra Erdy Pratama, Putri Dwi Ramadhani, Mirza Khairunissa, Satria, Runako Arka, Makalo Kalyana, Chesta Almahyra, dan Cheryl. 14.Yahdi Qolbi, S.Ip yang telah memberikan support kepada penulis.
15.Putro Prasetyo, S.Ip yang telah memberikan support dan meluangkan waktu untuk mencari dan mengirimkan data kepada penulis.
16.Sahabat-sahabat terbaik penulis Andi Iriawan dan Ida Warti yang selalu memberikan support.
17.Fadly dan Silvi selaku Duta Pariwisata Kota Tarakan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai.
(5)
18.Ardin selaku Duta Fotogenik Pariwisata Kota Tarakan yang selalu memberikan support kepada penulis.
19.Ramadhan Setia Nugraha, Hendryadi, dan Jenny Fajriani yang telah banyak memberikan support kepada penulis.
20.Teman-teman terbaik penulis Anyke, Arifina, Ka Bebby, Ka Dian, dan Ka Christa. 21.Seluruh teman-teman penulis Adit, Tanty, Tria, Hendri Fauzi, Yudi, Fitri, Novia,
Eend, Ulin, Arista, Indra, KKN 25 angkatan tahun 2011, Jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2011.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik isi maupun susunannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis juga bagi para pembaca.
Malang, 27 Januari 2015
(6)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN BERITA ACARA BIMBINGAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINAITAS ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAKSI ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 10
C.Tujuan Penelitian ... 10
D.Manfaat Penelitian ... 10
E. Definisi Konsep dan Operasional ... 11
1. Definisi Konsep ... 11
2. Definisi Operasional ... 15
F. Metode Penelitian ... 16
1. Jenis Penelitian ... 17
2. Sumber Data ... 17
3. Teknik Pengumpulan Data ... 18
4. Subjek Penelitian ... 20
5. Lokasi Penelitian ... 21
6. Teknik Analisa Data ... 21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ATAU KAJIAN TEORI A. Peran Pemerintah ... 25
(7)
C. Definisi Pengelolaan ... 30
D. Definisi Obyek Wisata ... 36
E. Pengelolaan Pariwisata ... 40
1. Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan Pariwisata ... 40
2. Metode Pengelolaan Pariwisata ... 51
3. Model Pengelolaan Pariwisata ... 53
F. Batas Wilayah Pesisir/Pantai ... 60
G. Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu ... 61
H. Potensi Pembangunan Wilayah Pesisir ... 63
I. Permasalahan Pembangunan Wilayah Pesisir ... 63
J. Tujuan dan Sasaran Wilayah Pesisir ... 64
K. Pemekaran Daerah ... 65
BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran Umum Kota Tarakan ... 68
B. Gambaran Umum Pantai Amal ... 74
C. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Tarakan ... 77
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengelolaan Obyek Wisata Pantai Amal Pasca Pemekaran Daerah ... 100
1. Planning (Perencanaan) ... 121
2. Organizing (Pengorganisasian) ... 130
3. Actuating (Pelaksanaan) ... 134
4. Controlling (Pengawasan) ... 136
B. Faktor Penghambat Dalam Pengelolaan Obyek Wisata Pantai Amal ... 137
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 144
B. Saran ... 145 DAFTAR PUSTAKA
(8)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Tarakan. 3. Surat Rekomendasi dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tarakan.
4. RENSTRA Tahun 2010-2014 Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan.
5. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Retribusi Jasa Usaha. 6. Daftar nama PNS Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan
Tahun 2014.
7. Peta Jabatan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan Tahun 2014.
8. Tarakan City Map.
9. Pamphlet Welcome to Tarakan.
10. Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian Di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan.
11. Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian Di Kawasan Obyek Wisata Pantai Amal Kota Tarakan.
12. Lampiran 3 Dokumentasi Informan. 13. Lampiran Wawancara.
(9)
DAFTAR PUSTAKA
Akdon. 2007. Strategic Management for Eductional Management (Manajemen Strategik untuk Manajemen Pendidikan). Bandung. Alfabeta.
Ardiz Tarakan Borneo: Pantai Amal Jadi Andalan Pariwisata Tarakan (sumber : Tarakan TV, 28 November 2009), diakses pada 27 September 2014 dari http://ardiz.blogspot.com/2009/11/pantai-amal-jadi-andalan-pariwisata.html?m=1
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Tarakan: Peranan Wanita (Kader PKK) dalam Pengembangan Eko-Wisata Terpadu di Kota Tarakan, diakses pada 25 September 2014 dari <Bplh.tarakankota.go.id/berita-161-.html>
Badan Pusat Statistik Kota Tarakan: Penduduk. Diakses pada 06 Januari 2015, dari <tarakankota.bps.go.id>
BAPPEDA. Pemahaman Terhadap Kota Tarakan
Dahuri, Rokhmin, DR. Ir. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta. Pradnya Paramita.
Darmardjati, R.S. 2001. Dunia Pariwisata. Jakarta. Pradnya Paramita.
David R, Fred. 2010. Strategic Management Manajemen Strategis Konsep. Jakarta. Salemba Empat.
Diarta, Surya Ketut I dan Pitana, Gde I. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta. Andi.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan. Diakses pada 27 September
2014 dari
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&ei=pW9TVMXpNcLwmAXeklClCA&url =http://sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta. Bumi Aksara
Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif, Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang. UMM Press.
Ida, Laode. 2005. Permasalahan Pemekaran Daerah di Indonesia. Media Indonesia. Jakarta.
Jurnal Administrasi Publik: Kemitraan Pengelolaan Sektor Pariwisata Administrasi Publik, Vol 1, No
01, hal 48. Diakses pada 24 September 2014 dari
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&ei=u3ZTVLrWIYOtmgX1rYKACw&url= http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view/10&ved=0CBkQFjAA &usg=AFQjCNHSqzbDVUc9hxL9hxL9APPQFoS4oNOLDg&sig2=aY6VoeEhkMDXHXSoP0j-xA
Kaye, Jude. 2005. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia Kompas: Indonesia di Peringkat 81 Pariwisata Dunia, diakses pada 24 September 2014 dari
http://travel.kompas.com/read/2009/03/05/1145478/indonesia.di.peringkat.81.pariwisata.dunia Kuncoro, Mudrajad. 2012. Perencanaan Daerah: Bagaimana Membangun Ekonomi Lokal, Kota, dan
(10)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Tarakan 2010
Laporan Antara: Gambaran Umum Kota Tarakan Penyusunan Peta Kelayakan Tempat Pembangunan SPBG
Makaganza, H.R. 2008. Tantangan Pemekaran Daerah. Yogyakarta. FUSPAD.
Marketters: Turisme di Indonesia Masih Terganjal Masalah Infrastruktur. Diakses pada 30 Oktober 2014 dari http://www.the-marketeers.com/archives/turisme-di-indonesia-masih-terganjal-masalah-infrastruktur.html
Matondang, M. H. 2008. KEPEMIMPINAN Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik. Yogyakarta. Graha Ilmu.
MBNews: Minim anggaran pengembangan obyek wisata di Tarakan, Dinas Pariwisata Harapkan CSR Perusahaan. Hasil pernyataan bapak H. Syachril, SE, M.AP (mantan kepala dinas DISBUDPARPORA Kota Tarakan periode 2009-2014). Diakses pada 20 Januari 2015 dari <www.merahbirunews.com>
Metrodetik.com: Pantai Amal Tarakan Dulu Ramai Kini Sepi. Diakses pada 27 September 2014 dari www.metrodetik.com
Moleong, J, Lexy. 2008. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya
Paparisa Universitas Pattimura: Studi Kerusakan Wilayah Pesisir Pantai. Diakses pada 27 September 2014 dari <paparisa.unpatti.ac.id>
Perencanaan dan Pengelolaan Pariwisata. Diakses pada 16 Okober 2014 dari http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR_PEND_GEOGRAFI_PARIWISATA.pdf
Peraturan Pemerintah RI. 1999. Undang-undang No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah. Diakses pada 30 Oktober 2014 dari www.indonesia.go.id
Peraturan Pemerintah RI. 2004. Undang-undang No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. Diakses pada 26 September 2014 dari www.bappenas.go.id
Peraturan Pemerintah RI. 2000. PP 129/2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Diakses pada 30 Oktober 2014 dari www.bpkp.go.id
Peraturan Pemerintah RI. 2009. Undang-undang No 10/2009 tentang Pemerintahan Kepariwisataan. Diakses pada 25 September 2014 dari www.dekin.kkp.go.id
Pitana, Gde I dan Diarta Surya Ketut I, 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta. Andi
Potensi Wilayah Pantai Amal Tarakan: Hasil wawancara dengan Udin Hianggio (Walikota Tarakan periode 2008-2013), diakses pada 27 September 2014 dari http://beritadaerah.com/
Profil Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Tarakan Tahun 2012
Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun 2010-2014 Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Tarakan
(11)
Salusu, J. 1998. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Jakarta: Gramedia.
Sihite, Richard. 2000. Tourism Industry (Kepariwisataan). Surabaya. SIC
Sikula F Andrew. 2001. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama (GPU). Singarimbun, Masri. 1982. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Subardi, Agus. 1997. Pengantar Manajemen. Yogyakarta. YKPN
Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Solihin, Ismail. 2010. Pengantar Manajemen. Jakarta. Erlangga.
Tribun Tarakan-Sendawar, halaman 16. Diakses pada 27 September 2014 dari http://issuu.com/tohirtribun/docs/1912gabung/14
Usman, Husaini. 2013. MANAJEMEN Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara. Wisadirman, Darsono. 2005. Metode Penelitian dan Penulisan Skripsi untuk Ilmu Sosial. Malang.
UMM Press.
(12)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan industri pariwisata, mengingat kekayaan dan keindahan alam serta budayanya yang beraneka ragam, membuat Indonesia memiliki banyak obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Menurut catatan terbaru yang dikeluarkan oleh The Travel and Tourism Competitiveness Report 2009, Industri pariwisata Indonesia berada di urutan 81 dunia, tetapi angka kunjungan wisatawan ke Indonesia masih jauh dari jumlah kunjungan negara lain. Catatan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (DEPBUDPAR) yang mencanangkan Visit Indonesia Year 2008 dan mengumumkan keberhasilannya menyumbang US$ 7,5 miliar dari 6,43 juta wisatawan manca negara yang berkunjung ke Indonesia, bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan. Dari catatan, jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke negara tetangga semisal Malaysia di tahun 2007 lalu sudah mencapai 20.9 juta kunjungan.1
Sektor pariwisata telah diakui oleh dunia sebagai sektor terbesar yang dapat mendatangkan banyak devisa bagi daerah yang menerima wisatawan. Sektor ini dapat menghasilkan pendapatan yang besar bagi ekonomi lokal dan merupakan salah satu sektor yang potensial yang perlu dikembangkan dan dikelola, hal ini sesuai dengan pernyataan “Tourism can be a potent development tool, generating economic growth, diversifying the economy, contributing to poverty alleviation and also creating backward
1Dikutip dari Kompas: Indonesia di Peringkat 81 Pariwisata Dunia, diakses pada 24 September 2014 dari
(13)
2 and forward linkages to other production and service sectors” (Iain T. Christie and D. Elizabeth Crompton, 2003, hal 63). “Pariwisata bisa menjadi alat pengembangan yang potensial, menghasilkan pertumbuhan ekonomi, diversifikasi ekonomi, membantu mengurangi kemiskinan dan juga menciptakan hubungan timbal balik dengan produksi lainnya dan sektor penyedia jasa”.2 Hal ini menunjukkan bahwa setiap daerah memiliki berbagai potensi wisata yang dapat digali serta dikembangkan dan dikelola dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sarana hiburan, rekreasi keluarga dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar lokasi obyek wisata.
Salah satu sektor pariwisata yang menjadi kebanggaan Indonesia adalah obyek wisata pantai yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, yang memiliki keindahan alam, keunikan budaya, dan memiliki daya tarik tersendiri untuk mendatangkan wisatawan, baik wisatawan lokal maupun manca negara untuk berkunjung ke obyek wisata pantai yang terdapat di Indonesia. Dalam hal pengelolaan sektor pariwisata ini harus dikelola oleh orang-orang yang ahli dalam kepariwisataan, sehingga para ahli tersebut dapat menggali obyek wisata pantai yang dapat meningkatkan kualitas obyek wisata tersebut, agar dapat mendatangkan keuntungan dan pendapatan yang besar bagi Negara.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 yang memberikan kewenangan lebih luas pada Pemerintah Daerah untuk mengelola wilayahnya, membawa implikasi semakin besarnya tanggung jawab dan tuntutan untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki daerah dalam rangka menopang perjalanan pembangunan di daerah. Dengan adanya Undang-Undang tersebut
2Dikutip dari Jurnal Administrasi Publik: Kemitraan Pengelolaan Sektor Pariwisata Administrasi Publik, Vol 1,
No 01, hal 48. Diakses pada 24 September 2014 dari
<https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&ei=u3ZTVLrWIYOtmgX1rYKACw&url=http://admi nistrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view/10&ved=0CBkQFjAA&usg=AFQjCNHSqzbD VUc9hxL9hxL9APPQFoS4oNOLDg&sig2=aY6VoeEhkMDXHXSoP0j-xA>
(14)
3 pemerintah daerah memiliki keleluasaan untuk mengembangkan dan mengelola obyek wisata yang terdapat di daerahnya.
Menyadari besarnya potensi pariwisata di Indonesia, pemerintah telah mengaturnya dalam Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan3 bahwa keadaan alam, flora, dan fauna, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini merupakan pedoman untuk berbagai daerah di Indonesia, agar dapat mengoptimalkan potensi alam yang dimiliki masing-masing daerah guna pencapaian nilai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat disekitar obyek wisata daerah tersebut.
Menurut Wiryanti Sukamdani Ketua Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI), industri pariwisata di Indonesia memiliki beberapa persoalan yang akan segera dituntaskan, antara lain infrastruktur, promosi, pelayanan, sumber daya manusia, serta koordinasi dan manajemen. Apabila pembangunan infrastruktur segera dikerjakan pariwisata Indonesia bisa menjadi pilar yang strategis. Hal ini dikarenakan, infrastruktur seperti pelabuhan dan bandara berperan penting sebagai pintu utama pariwisata di Indonesia.4
Sektor pariwisata banyak tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Salah satunya sektor pariwisata yang terdapat di Kota Tarakan yang merupakan daerah otonom pasca
3Peraturan Pemerintah RI. 2009. Undang-undang No 10/2009 tentang Pemerintahan Kepariwisataan. Diakses
pada 25 September 2014 dari <www.dekin.kkp.go.id>
4Dikutip dari Marketters: Turisme di Indonesia Masih Terganjal Masalah Infrastruktur. Diakses pada 30
Oktober 2014 dari <http://www.the-marketeers.com/archives/turisme-di-indonesia-masih-terganjal-masalah-infrastruktur.html>
(15)
4 pemekaran dari Kalimantan Timur pada tahun 2012. Dengan adanya Pemekaran Daerah maka akan meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Pemekaran Daerah juga mampu memperbaiki sektor kepariwisataan, diantaranya semakin lengkap dan terjangkaunya sarana yang memadai serta pelayanan dan perawatan obyek wisata yang lebih baik.
Kota Tarakan merupakan satu-satunya kota di Provinsi Kalimantan Utara dan juga merupakan kota terkaya ke-17 di Indonesia. Keinginan Pemerintah Kota Tarakan untuk mengembangkan sektor pariwisata tentu tak sekedar mengekor Bali. Letak Tarakan yang strategis, di sebelah utara berbatasan dengan Malaysia dan Philipina, membuat pulau seluas 280.8 km2 ini layak untuk dikembangkan. Dari sektor kepariwisataannya, Kota Tarakan menyimpan banyak sekali potensi obyek wisata yang apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik dan tepat maka akan menjadi daerah tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi. Dengan meningkatnya wisatawan yang berkunjung maka secara langsung akan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tarakan yang bersumber dari pajak, retribusi parkir, dan karcis atau dapat mendatangkan devisa dari para wisatawan yang berkunjung, serta dapat menumbuhkan usaha-usaha ekonomi disekitar area wisata dan menunjang kegiatannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Salah satu obyek wisata favorite Kota Tarakan yang mempunyai daya tarik tersendiri bagi para wisatawan adalah obyek wisata Pantai Amal. Obyek wisata pantai amal ini merupakan kawasan pantai yang menjadi lokasi pertama pendaratan tentara Jepang ketika mengalahkan Belanda, sejak lama pantai amal telah menjadi tujuan wisata masyarakat Tarakan dan sekitarnya, sebab selain keindahan pantai, wisata kuliner seperti kapah menjadi tujuan utama para wisatawan. Keindahan pantai amal yang dapat dinikmati cukup panjang (meliputi Amal Lama dan Amal Baru) namun karena kurangnya penataan,
(16)
5 kini kawasan pantai amal terkesan kotor dan kumuh.5 Pantai amal merupakan kawasan yang direncanakan oleh Pemerintah Kota Tarakan sebagai sub pusat kawasan rekreasi.
Dengan adanya otonomi daerah, maka Pemerintah Kota Tarakan merasa perlu untuk terus meningkatkan potensi pariwisata yang ada di kota Tarakan. Khususnya potensi pariwisata yang ada di obyek wisata Pantai Amal.6 Upaya peningkatan potensi obyek wisata Pantai Amal yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Tarakan, yaitu Revetment7 kawasan wisata Pantai Amal sepanjang 2.4 kilometer pada tahun 20098 dan finishing pematangan dan pemagaran lahan seluas 5,6 hektare untuk pembangunan wahana wisata waterpark9. Upaya ini bertujuan untuk menggerakkan roda perekonomian masyarakat10 serta bertujuan untuk menarik perhatian para wisatawan dan para investor untuk datang dan berinvestasi di Tarakan.
Dikawasan pantai amal sudah terbangun beberapa fasilitas penunjang, tetapi kuantitas dan kualitasnya masih sangat minim. Sehingga masih banyak area di pantai amal yang kurang terintegrasi dan kurang terlayani dengan system pelayanan dan infrastruktur yang ada. Pantai amal dapat dikatakan sebagai salah satu obyek wisata di kota Tarakan yang belum dikelola secara optimal. Pada umumnya kondisi obyek wisata pantai amal saat ini masih perlu perbaikan dan pengembangan lebih. Adapun sarana dan prasarana pariwisata yang tersedia saat ini, seperti toko-toko tradisional yang sangat terbatas dan tempat untuk
5Dikutip dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Tarakan: Peranan Wanita (Kader PKK) dalam
Pengembangan Eko-Wisata Terpadu di Kota Tarakan, diakses pada 25 September 2014 dari
<Bplh.tarakankota.go.id/berita-161-.html>
6Dikutip dari Potensi Wilayah Pantai Amal Tarakan: Hasil wawancara dengan Udin Hianggio (Walikota
Tarakan periode 2008-2013), diakses pada 27 September 2014 dari <http://beritadaerah.com/>
7Revetment merupakan bangunan yang memisahkan daratan dan perairan pantai yang berfungsi sebagai dinding
pelindung pantai terhadap erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat. Diakses pada 27 September 2014 dari <paparisa.unpatti.ac.id>
8Dikutip dari Ardiz Tarakan Borneo: Pantai Amal Jadi Andalan Pariwisata Tarakan (sumber : Tarakan TV, 28
November 2009), diakses pada 27 September 2014 dari <http://ardiz.blogspot.com/2009/11/pantai-amal-jadi-andalan-pariwisata.html?m=1>
9Hasil Wawancara dengan A Hamid, SE (Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota
Tarakan) pada 11 Desember 2014
10Dikutip dari Tribun Tarakan-Sendawar, halaman 16. Diakses pada 27 September 2014 dari
(17)
6 bersantai atau gajebo yang berjejer ditepi pantai dengan kondisi kurang memadai dan terbatas, serta masih sangat jarangnya ditemui fasilitas seperti toilet dan tempat sampah. Hal tersebut terjadi karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap fasilitas yang ada di obyek wisata, sehingga obyek wisata pantai amal tidak terawat dan menjadi terbengkalai.
Pantai amal merupakan tujuan utama bagi wisatawan lokal maupun manca negara. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata pantai amal terus mengalami kenaikan yang signifikan. Pada tahun 2010 dengan jumlah 30.090 orang dan pada tahun 2010 ini merupakan posisi dengan jumlah pengunjung paling rendah pada kurun 4 tahun terakhir. Namun pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 jumlah pengunjung terus mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 dengan jumlah 194.695 orang dan pada tahun 2013 ini merupakan jumlah pengunjung terbanyak pada hasil rekapitulasi data jumlah pengunjung wisatawan Pantai Amal tahun 2009-2013 yang dibuat oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan.11
Pendapatan Obyek Wisata Pantai Amal diperoleh dari hasil penjualan karcis dimana setiap orang yang masuk diharuskan membayar karcis. Untuk satu karcis dijual dengan harga Rp 1.000,- per orang baik anak-anak maupun dewasa. Namun terkadang banyak orang yang asal masuk obyek wisata tanpa membayar karcis, hal ini tentunya dapat merugikan bagi obyek wisata.12 Seharusnya sudah menjadi perhatian utama bagi Pemerintah Kota Tarakan melalui DISBUDPARPORA bidang pariwisata dengan menerapkan strategi yang efektif.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 36 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Tarakan, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan. Yang didalamnya terdapat program-program pengembangan pariwisata di Kota Tarakan.
11Sumber: Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan. Diperoleh pada 12 Desember
2014.
(18)
7 Adapun program-program pengembangan kepariwisataan di Kota Tarakan yang dilakukan Pemerintah Daerah, yaitu program pengembangan destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, apresiasi dan partisipasi masyarakat, dan kemitraan.13
Pendekatan Edwards III (1980) digunakan untuk mengkaji implementasi kebijakan program-program pengembangan kepariwisataan di kota Tarakan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Edwards III (1980) menyebutkan bahwa suatu kebijakan sekalipun diimplementasikan dengan baik, namun bila tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan. Demikian juga apabila suatu kebijakan yang telah direncanakan sangat baik namun dalam implementasinya kurang baik, maka bisa saja kebijakan tersebut mengalami kegagalan. Dari empat program pengembangan kepariwisataan tersebut dalam implementasinya yang ditemukan dilapangan sekarang ini masih terdapat beberapa kekurangan dari program-program tersebut. Terutama pada program destinasi pariwisata yaitu kurangnya pengembangan dan pengelolaan pada obyek wisata. Masalah kepariwisataan ini erat hubungannya dengan sarana dan prasarana dengan segala aspek. Namun telah di sadari bahwa peningkatan kepariwisataan di kota Tarakan, saat ini perkembangannya masih secara bertahap dan di dalam usaha untuk melaksanakan peningkatan kepariwisataan tersebut mengalami masalah seperti belum efektif dalam usaha pemerintah untuk mengembangkan kepariwisataan di kota Tarakan, contohnya di Pantai Amal fasilitas seperti toilet dan tempat sampah masih sangat jarang ditemui sehingga sebagian besar pengunjung membuang sampah di sembarang tempat. Serta fasilitas seperti gazebo atau tempat untuk bersantai yang berjejer ditepi pantai dengan kondisi kurang memadai dan terbatas.
13Sumber: Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan. Diperoleh pada 12 Desember
(19)
8 Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dilihat bahwa betapa pentingnya sektor pengelolaan pariwisata. Untuk pengelolaan ini membutuhkan strategi dari Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga yang diharapkan dapat mendukung kelanjutan pengembangan obyek wisata tersebut dengan hasil yang optimal dan dalam jangka waktu yang relatif singkat. Sesuai dengan pernyataan L.C. Serrel dalam Malayu S.P Hasibuan (2009) yang menyatakan bahwa strategi merupakan penentuan cara yang harus dilakukan agar memperoleh hasil yang optimal, efektif, dan dalam jangka waktu yang relatif singkat serta tepat menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam sisi lain perencanaan dan pengelolaan obyek wisata pantai amal masih mengandalkan pada instansi pemerintah, yang tentunya manfaat ekonomi lebih banyak dinikmati oleh pemerintah, sedangkan kondisi masyarakat sekitar obyek wisata tersebut masih minus dari segi ekonominya, yang masih perlu ditingkatkan kesejahteraan hidupnya. Hal ini terjadi, karena pemerintah masih menganggap kesiapan sumber daya manusia masyarakat lokal belum mampu mengelola wisata pantai amal secara mandiri dan profesional, sehingga pemberdayaan masyarakat lokal terkesan masih bersifat kurang tercukupi. Seharusnya pemerintah mengikutsertakan masyarakat lokal dalam pengelolaan obyek wisata pantai amal, yang dapat diawali dengan pemberian pembinaan, penyuluhan, pendampingan, dan bimbingan pada masyarakat lokal. Peran serta masyarakat dapat berupa kesempatan usaha jasa wisata, maupun partisipasi dalam perencanaan dan pengelolaannya.
Dalam pengembangan daya tarik wisata pantai amal diperlukan adanya dukungan publikasi dan promosi baik tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Karena keberhasilan pengembangan maupun upaya peningkatan kualitas pariwisata tergantung pada keefektifan kegiatan promosi dan dibutuhkan adanya kegiatan pusat informasi
(20)
9 wisata. Selain itu, keberhasilan peningkatan kualitas obyek daya tarik wisata pantai amal sangat tergantung pada keseriusan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan serta kesadaran masyarakat.14 Keseriusan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan dapat dimulai dari Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan atau Penerapan), dan Controlling (Pengawasan).
Dari hasil observasi yang telah peneliti lakukan di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan, permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan obyek wisata pantai amal antara lain kurangnya sumber daya manusia yang berbasis kepariwisataan di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan, kurangnya pembinaan dan penyuluhan oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan kepada masyarakat sekitar, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan pembayaran karcis masuk obyek wisata pantai amal, kurangnya anggaran dalam pengelolaan obyek wisata pantai amal, serta sangketa lahan disekitar obyek wisata pantai amal.
Dari permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan diatas. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Strategi Pengelolaan Obyek Wisata Pantai Amal Pasca Pemekaran Daerah”.
14Dikutip dari Perencanaan dan Pengelolaan Pariwisata. Diakses pada 16 Okober 2014 dari
(21)
10 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang dapat dijadikan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan dalam mengelola obyek wisata pantai amal pasca pemekaran Daerah?
2. Apa faktor penghambat dalam pengelolaan obyek wisata pantai amal dari sebelum pemekaran hingga pasca pemekaran daerah?
C.Tujuan Penelitian
Bagian ini menguraikan tentang apa yang hendak dicapai peneliti sehubungan dengan rumusan masalah di atas. Adapun tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan strategi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan dalam mengelola obyek wisata pantai amal pasca pemekaran Daerah.
2. Untuk mendeskripsikan faktor penghambat dalam pengelolaan obyek wisata pantai amal dari sebelum pemekaran hingga pasca pemekaran daerah.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa individu dan lembaga yang terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
(22)
11 1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan studi ilmiah untuk memperkaya konsep atau teori yang mampu menyokong perkembangan wawasan tentang strategi Pemerintah Kota Tarakan dalam pengelolaan obyek wisata pantai amal pasca pemekaran daerah.
b. Sebagai bahan studi perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan strategi Pemerintah Kota Tarakan dalam pengelolaan obyek wisata pantai amal pasca pemekaran daerah.
c. Diharapkan pula, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan studi pustaka di almamater peneliti khususnya program studi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Manfaat Praktis
a. Mendeskripsikan bagaimana strategi Pemerintah Kota Tarakan dalam pengelolaan obyek wisata pantai amal pasca pemekaran daerah.
b. Menjadi acuan dan bahan masukan kepada Pemerintah Daerah Kota Tarakan khususnya Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan dalam hal pengelolaan obyek wisata pantai amal.
E.Definisi Konsep dan Definisi Operasional
1. Definisi Konsep
Definisi konsep merupakan unsur atau bagian dalam penelitian dan merupakan definisi yang dipakai oleh para peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena.15 Definisi konseptual ini dimaksudkan untuk memberikan penegasan tentang makna arti dari kalimat yang ada dalam permasalahan yang disajikan. Dengan adanya
(23)
12 penegasan arti tersebut akan mempermudah dalam memahami maksud kalimat yang tercantum dalam penelitian.16
a. Strategi
Strategi merupakan pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, dan perencanaan sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Selain itu menurut Sondang P. Siagian (1998:15) strategi adalah sebagai serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.17
Strategi yang digunakan dalam suatu organisasi diungkapkan oleh Shirley (1998) pada umumnya membahas mengenai tujuan dan sasaran yang digunakan, lingkungan, kemampuan internal, kompetisi, pembuat strategi, dan komunikasi.18 Dari kedua pendapat diatas, maka strategi dapat diartikan sebagai suatu rencana yang disusun oleh manajemen puncak untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Rencana ini meliputi: tujuan, kebijakan, dan tindakan yang harus dilakukan oleh suatu organisasi.
Strategi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu jenis perencanaan yang perlu dibuat oleh pemerintah daerah dalam rangka menentukan langkah-langkah yang efektif untuk digunakan dalam mengelola dan mengembangkan sektor pariwisata agar lebih bersifat komprehensif dalam arti lebih memfokuskan
16Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif, Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian.
Malang. UMM Press. Halaman 19
17Akdon. 2006. Strategik Management For Educational Management. Bandung. Alfabeta. Halaman 130
18Salusu, J. 2003. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Jakarta.
(24)
13 pada analisis lingkungan secara keseluruhan, baik lingkungan eksternal maupun lingkungan internal.
b. Pengelolaan
Pengelolaan berasal dari kata manajemen atau administrasi. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Husaini Usman (2004) Management diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.19 Menurut Andrew. F. Sikula (2001), pengelolaan umumnya dikaitkan dengan aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh organisasi sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.20
Pengelolaan juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan organisasi secara bersama-sama. Dalam pengelolaan yang dimaksud memungkinkan kerjasama antar orang-orang dan individu di dalam organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, manajemen harus difungsikan sepenuhnya pada setiap organisasi. Fungsi-fungsi manajemen tersebut ialah: Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan atau Penerapan), dan Controlling (Pengawasan), atau yang biasa disebut dengan POAC.21
19Usman, Husaini. 2013. MANAJEMEN Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara. Halaman 6 20Sikula F Andrew. 2001. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama (GPU).
21David R, Fred. 2010. Strategic Management Manajemen Strategis Konsep. Jakarta. Salemba Empat. Halaman
(25)
14 c. Obyek Wisata
Dalam literatur kepariwisataan luar negeri tidak dijumpai istilah obyek wisata seperti yang biasa dikenal di Indonesia. Untuk pengertian obyek wisata mereka lebih banyak menggunakan istilah “tourist attractions”. Menurut Yoeti (1996), obyek wisata (tourist attraction) adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang-orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu.22
Selain itu menurut R.S Darmardjati (2001), obyek wisata merupakan barang-barang mati atau statis, baik yang diciptakan oleh manusia sebagai hasil seni dan budaya, ataupun yang berupa gejala-gejala alam, yang memiliki daya tarik kepada para wisatawan untuk mengunjunginya agar dapat menyaksikan, mengagumi, menikmati, sehingga terpenuhilah rasa kepuasan wisatawan-wisatawan itu, sesuai dengan motif-motif kunjungannya.23 Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwasannya obyek wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.
d. Pemekaran Daerah
Pemekaran daerah di Indonesia adalah pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi serta kota dan kabupaten dari induknya.24 Menurut Makaganza (2008) istilah Pemekaran Daerah sebenaranya dipakai sebagai upaya memperhalus bahasa (eupieisme) yang menyatakan proses “perpisahan” atau “pemecahan” satu wilayah untuk membentuk satu unit administrasi lokal baru. Dilihat dari kacamata filosofi harmoni, istilah perpisahan atau perpecahan memiliki makna yang negatif sehingga istilah pemekaran daerah dirasa lebih cocok
22Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung. Angkasa.Halaman 121 23Darmardjati, R.S. 2001. Dunia Pariwisata. Jakarta. Pradnya Paramita. Halaman 128
24Kuncoro, Mudrajad. 2012. Perencanaan Daerah: Bagaimana Membangun Ekonomi Lokal, Kota, dan Kawasan.
(26)
15 digunakan untuk menggambarkan proses terjadinya daerah-daerah otonom baru pasca reformasi di Indonesia.25
Pemekaran Daerah berarti pengembangan dari satu daerah otonom menjadi dua atau lebih daerah otonom. Pemekaran daerah dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, pada pasal 5 ayat 2 dinyatakan daerah dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah, namun setelah Undang-Undang No 22 Tahun 1999 diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka materi pemekaran wilayah tercantum pada pasal 4 ayat 3 dan ayat 4, namun istilah yang dipakai adalah Pemekaran Daerah.26
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah petunjuk tentang bagaimana suatu variabel di observasi atau diukur.27 Indikator dari penelitian Strategi Pengelolaan Obyek Wisata Pantai Amal Pasca Pemekaran Daerah, sebagai berikut:
a. Strategi Pengelolaan
Strategi pengelolaan yang dimaksud dalam penelitian ini ialah strategi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan dalam pengelolaan obyek wisata pantai amal pasca pemekaran daerah. Strategi pengelolaan tersebut digambarkan dalam empat indikator, yaitu:
1. Peningkatan sarana dan prasarana yang menunjang obyek wisata pantai amal pasca pemekaran daerah.
25Makaganza,H.R. 2008. Tantangan Pemekaran Daerah. Yogyakarta. FUSPAD
26Peraturan Pemerintah RI. 1999. Undang-undang No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah. Diakses pada 30
Oktober 2014 dari <www.indonesia.go.id>
27Wisadirman, Darsono. 2005, Metode Penelitian dan Penulisan Skripsi untuk Ilmu Sosial. Malang. UMM
(27)
16 2. Peningkatan promosi obyek wisata.
3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan kemitraan obyek wisata.
4. Peningkatan apresiasi dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan obyek wisata.
b. Faktor Penghambat Pengelolaan
Faktor penghambat dapat muncul dari komponen-komponen yang terlibat dalam proses pengelolaan, maka faktor penghambat dalam pengelolaan obyek wisata pantai amal dari sebelum pemekaran hingga pasca pemekaran daerah dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut:
1. Faktor Internal, yaitu SDM, anggaran, serta pembinaan dan penyuluhan. 2. Faktor Eksternal, yaitu rendahnya kesadaran masyarakat untuk ikut serta
dalam menjaga, merawat, mengelola obyek wisata pantai amal, dan pembayaran retribusi karcis masuk, serta terjadinya sangketa lahan disekitar kawasan obyek wisata pantai amal.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan serangkaian prosedur berupa cara yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini. Sehingga diharapkan selanjutnya akan menjadi satu kesatuan yang utuh dan konsisten antara metode yang digunakan dengan teknik-teknik dalam pengumpulan data.
(28)
17 1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deskripif kualitatif. Menurut Bogdan & Taylor (1990), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh). Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif agar diperoleh data secara alamiah atau natural dan komprehensif yang sesuai dengan latar dan data yang diperoleh tidak merupakan hasil rekayasa atau manipulasi karena tidak ada unsur atau variabel lain yang mengontrol.28
Dengan digunakannya penelitian deskriptif kualitatif pada penelitian ini, maka dapat dilakukan proses penelitian yang mengungkap masalah penelitian dengan menyesuaikan pada kondisi real serta mengungkap fakta menurut keadaan yang sedang berlangsung, dalam hal ini kondisi yang nyata mengenai bagaimana strategi pengelolaan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan terhadap obyek wisata pantai amal pasca pemekaran daerah, sehingga seluruh aktifitas yang terjadi dapat diamati dan dijelaskan. Pemilihan jenis penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi pengelolaan obyek wisata pantai amal pasca pemekaran daerah yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan dengan dukungan teoritik yang kemudian dibangun dalam kerangka berpikir.
2.Sumber Data
Untuk mengetahui bagaimana strategi pengelolaan obyek wisata pantai amal pasca pemekaran daerah. Data dalam penelitian ini bersumber dari pihak-pihak terkait yang
(29)
18 terlibat dalam pengelolaan obyek wisata pantai amal, dalam hal ini peneliti menggunakan dua macam data menurut klasifikasi berdasarkan dari jenis dan sumber datanya, yaitu:
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang biasanya diperoleh dengan survey lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original (Kuncono, 2001: 25). Data primer ini diperoleh dari observasi langsung ke lokasi penelitian yaitu Kota Tarakan seperti proses pengembangan dan pengelolaan dan hasil wawancara dengan instansi terkait, khususnya Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan. Data primer diperoleh dari informan melalui penelitian yang diharapkan informan tersebut dapat memberikan data dan informasi yang jelas dan akurat tentang strategi pengelolaan obyek wisata pantai amal pasca pemekaran daerah.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan cara melakukan studi kepustakaan, serta mengumpulkan beberapa keterangan yang berhubungan dengan objek penelitian, seperti melalui refrensi buku-buku, perundang-undangan, surat kabar, hasil penelitian, jurnal-jurnal, artikel dan bahan-bahan lainnya.
3.Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
(30)
19 a. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara sistematis (Arikunto, 2002). Menurut Kartono (1980: 142) dalam Imam Gunawan (2013: 143), pengertian observasi ialah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi atau pengamatan langsung terhadap fenomena atau gejala yang terjadi dilapangan dalam hal ini pengelolaan obyek wisata pantai amal, observasi juga dimaksudkan untuk lebih mengetahui kondisi dilapangan secara mendalam mengenai proses pengelolaan yang dilakukan secara langsung dan nyata.
b. Wawancara
Menurut Denzin & Lincoln dalam (Imam Gunawan, 2013: 161), wawancara merupakan suatu percakapan, seni tanya jawab dan mendengarkan. Ini bukan merupakan suatu alat yang netral, pewawancara menciptakan situasi tanya jawab yang nyata. Dalam situasi ini jawaban-jawaban diberikan. Wawancara menghasilkan pemahaman yang terbentuk oleh situasi berdasarkan peristiwa-peristiwa interaksional yang khusus. Metode tersebut dipengaruhi oleh karakteristik individu pewawancara, termasuk ras, kelas, kesukuan, dan gender.
Dalam penelitian ini, proses wawancara dilakukan secara formal dan informal dengan cara tanya jawab dengan terlebih dahulu membuat kerangka garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan dalam proses wawancara tersebut, serta dilakukan dalam waktu dan kondisi yang dianggap paling tepat guna mendapatkan informasi tentang hal yang berkaitan dengan Strategi Pengelolaan Obyek Wisata Pantai Amal Pasca Pemekaran Daerah.
(31)
20 c. Dokumentasi
Teknik Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sosial untuk menelusuri data historis.29 Menurut Guba & Lincoln (2005) dalam Imam Gunawan (2013: 178), tingkat kredibilitas suatu hasil penelitian kualitatif sedikit banyaknya ditentukan pula oleh penggunaan dan pemanfaatan dokumen yang ada. Dokumentasi dalam penelitian ini, yaitu pengumpulan data yang bersumber dari arsip atau dokumen yang terdapat di instansi terkait yaitu Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan. Selain itu menggunakan data yang bersumber dari buku kepustakaan, hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini.
4. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian merupakan hal yang sangat penting di dalam penelitian deskriptif. Peneliti menggunakan Sampling Purposive (teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu) untuk mendapatkan informasi dari subjek penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah informan yang dianggap dapat memberikan informasi tentang Strategi Pengelolaan Obyek Wisata Pantai Amal Pasca Pemekaran Daerah. Informan yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu:
1) Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan. Didasarkan atas penelitian di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga yang membutuhkan data-data yang terkait dengan judul penelitian. 2) Kasi Promosi dan Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan.
29Bungin (2008: 121) dalam Gunawan Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta. Bumi
(32)
21 3) Kasi Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda
dan Olahraga Kota Tarakan.
4) Duta Pariwisata Tahun 2013 Kota Tarakan. 5) Staf Kelurahan Pantai Amal Kota Tarakan.
6) Warga sekaligus pemilik toko tradisional di sekitar kawasan obyek wisata Pantai Amal.
5.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi penelitian, yaitu Kantor Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan yang berlokasi di Jl. Jendral Sudirman No. 76 Kota Tarakan. Kemudian lokasi kedua, yaitu Obyek Wisata Pantai Amal yang berlokasi di Jl. Binalatung Kota Tarakan. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di kota Tarakan, dikarenakan kota Tarakan memiliki obyek wisata dan daya tarik wisata pantai yang kurang mendapatkan perhatian dari Pemerintah Daerah.
6.Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada proses analisa yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992), yang mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu:
a. Reduksi Data
Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya (Sugiyono, 2007: 92) dalam Imam Gunawan (2013: 211). Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data.
(33)
22 Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Reduksi dimulai sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian, dan juga waktu menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan. Pada waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data yang dilakukan dengan memuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh dilapangan. Dalam menyusun ringkasan tersebut peneliti memuatkan tema dan menentukan rumusan masalah. Proses reduksi ini berlangsung terus sampai laporan akhir penelitian selesai disusun. Penelitian ini hanya dibatasi pada Strategi Pengelolaan Obyek Wisata Pantai Amal Pasca Pemekaran Daerah.
b. Sajian Data
Sajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data. Data penelitian ini disajikan dalam bentuk uraian yang didukung dengan matriks jaringan kerja.30 Sajian data yang baik dan jelas sistematiknya, akan banyak menolong peneliti sendiri dalam menyelesaikan penelitian ini.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Kesimpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian. Berdasarkan analisis interactive model, kegiatan pengumpulan data, reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses
(34)
23 siklus dan interaktif. Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling menyusul.31
Miles & Hubermen (1992) dalam Imam Gunawan (2013: 210) mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu (1) reduksi data (data reduction); (2) paparan data (data display); dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verifying). Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan data berlangsung, artinya kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama dan sesudah pengumpulan data. Untuk lebih jelasnya secara sederhana prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut:
(35)
24 Gambar 1.1
Komponen dalam Analisis Data Model Interaktif (Miles & Huberman, 1992)
Sumber: Imam Gunawan (2013: 211)
Data Collection Data Collection
Data Reduction
Conclusions: Drawing/Verifying
(1)
a. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara sistematis (Arikunto, 2002). Menurut Kartono (1980: 142) dalam Imam Gunawan (2013: 143), pengertian observasi ialah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi atau pengamatan langsung terhadap fenomena atau gejala yang terjadi dilapangan dalam hal ini pengelolaan obyek wisata pantai amal, observasi juga dimaksudkan untuk lebih mengetahui kondisi dilapangan secara mendalam mengenai proses pengelolaan yang dilakukan secara langsung dan nyata.
b. Wawancara
Menurut Denzin & Lincoln dalam (Imam Gunawan, 2013: 161), wawancara merupakan suatu percakapan, seni tanya jawab dan mendengarkan. Ini bukan merupakan suatu alat yang netral, pewawancara menciptakan situasi tanya jawab yang nyata. Dalam situasi ini jawaban-jawaban diberikan. Wawancara menghasilkan pemahaman yang terbentuk oleh situasi berdasarkan peristiwa-peristiwa interaksional yang khusus. Metode tersebut dipengaruhi oleh karakteristik individu pewawancara, termasuk ras, kelas, kesukuan, dan gender.
Dalam penelitian ini, proses wawancara dilakukan secara formal dan informal dengan cara tanya jawab dengan terlebih dahulu membuat kerangka garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan dalam proses wawancara tersebut, serta dilakukan dalam waktu dan kondisi yang dianggap paling tepat guna mendapatkan informasi tentang hal yang berkaitan dengan Strategi Pengelolaan Obyek Wisata Pantai Amal Pasca Pemekaran Daerah.
(2)
c. Dokumentasi
Teknik Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian sosial untuk menelusuri data historis.29 Menurut Guba
& Lincoln (2005) dalam Imam Gunawan (2013: 178), tingkat kredibilitas suatu
hasil penelitian kualitatif sedikit banyaknya ditentukan pula oleh penggunaan dan pemanfaatan dokumen yang ada. Dokumentasi dalam penelitian ini, yaitu pengumpulan data yang bersumber dari arsip atau dokumen yang terdapat di instansi terkait yaitu Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan. Selain itu menggunakan data yang bersumber dari buku kepustakaan, hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini.
4. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian merupakan hal yang sangat penting di dalam penelitian
deskriptif. Peneliti menggunakan Sampling Purposive (teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu) untuk mendapatkan informasi dari subjek penelitian.
Subjek dalam penelitian ini adalah informan yang dianggap dapat memberikan
informasi tentang Strategi Pengelolaan Obyek Wisata Pantai Amal Pasca Pemekaran Daerah. Informan yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu:
1) Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan.
Didasarkan atas penelitian di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga yang membutuhkan data-data yang terkait dengan judul penelitian.
2) Kasi Promosi dan Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan.
(3)
3) Kasi Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan.
4) Duta Pariwisata Tahun 2013 Kota Tarakan.
5) Staf Kelurahan Pantai Amal Kota Tarakan.
6) Warga sekaligus pemilik toko tradisional di sekitar kawasan obyek wisata
Pantai Amal.
5.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi penelitian, yaitu Kantor Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan yang berlokasi di Jl. Jendral Sudirman No. 76 Kota Tarakan. Kemudian lokasi kedua, yaitu Obyek Wisata Pantai Amal yang berlokasi di Jl. Binalatung Kota Tarakan. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di kota Tarakan, dikarenakan kota Tarakan memiliki obyek wisata dan daya tarik wisata pantai yang kurang mendapatkan perhatian dari Pemerintah Daerah.
6.Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada proses analisa yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992), yang mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu:
a. Reduksi Data
Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya (Sugiyono, 2007: 92) dalam Imam Gunawan (2013: 211). Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data.
(4)
Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Reduksi dimulai sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian, dan juga waktu menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan. Pada waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data yang dilakukan dengan memuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh dilapangan. Dalam menyusun ringkasan tersebut peneliti memuatkan tema dan menentukan rumusan masalah. Proses reduksi ini berlangsung terus sampai laporan akhir penelitian selesai disusun. Penelitian ini hanya dibatasi pada Strategi Pengelolaan Obyek Wisata Pantai Amal Pasca Pemekaran Daerah.
b. Sajian Data
Sajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data. Data penelitian ini disajikan dalam bentuk uraian yang didukung dengan
matriks jaringan kerja.30 Sajian data yang baik dan jelas sistematiknya, akan
banyak menolong peneliti sendiri dalam menyelesaikan penelitian ini.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Kesimpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian.
Berdasarkan analisis interactive model, kegiatan pengumpulan data, reduksi
data, paparan data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses
(5)
siklus dan interaktif. Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian
kegiatan analisis yang saling menyusul.31
Miles & Hubermen (1992) dalam Imam Gunawan (2013: 210) mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data
penelitian kualitatif, yaitu (1) reduksi data (data reduction); (2) paparan data
(data display); dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verifying). Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan data berlangsung, artinya kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama dan sesudah pengumpulan data. Untuk lebih jelasnya secara sederhana prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut:
31Ibid 212
(6)
Gambar 1.1
Komponen dalam Analisis Data Model Interaktif (Miles & Huberman, 1992)
Sumber: Imam Gunawan (2013: 211)
Data Collection Data Collection
Data Reduction
Conclusions: Drawing/Verifying