7
BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Fonologi
Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Fonologi mempunyai dua
cabang ilmu yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu
bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai
pembeda arti Widi, 2009:03. Menurut Chaer 2003:102 fonologi adalah bidang linguistik yang
mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa.
2. Wujud Fonem
Fonem adalah satuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Sebagai bentuk linguistik terkecil yang membedakan
makna, wujud fonem tidak hanya berupa bunyi-bunyi segmental baik vokal maupun konsonan, tetapi bisa juga berupa unsur-unsur
suprasegmental baik tekanan, nada, durasi maupun jeda. Walaupun kehadiran unsur suprasegmental ini tidak bisa dipisahkan dengan bunyi-
bunyi segmental, selama ia bisa dibuktikan secara empiris sebagai unsur yang membedakan makna, ia disebut fonem Muslich, 2008:77.
3. Perubahan dan Pelesapan Fonem
Contoh pelesapan fonem, sejarah + wan = sejarawan fonem h
menjadi hilang. Contoh perubahan fonem, ber- + ajar = belajar fonem r
berubah menjadi l. Di bawah ini contoh jenis-jenis perubahan fonem menurut Muslich 2010:118-127.
a Asimilasi
Asimilasi merupakan perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang sama atau hampir sama.
Hal ini terjadi karena bunyi-bunyi bahasa itu diucapkan secara berurutan sehingga berpotensi untuk saling mempengaruhi atau
dipengaruhi. Misalnya kata sabtu dalam bahasa Indonesia lazim diucapkan saptu, terlihat bunyi b berubah menjadi p
sebagai pengaruh bunyi t.
b Disimilasi
Disimilasi merupakan
kebalikan dari
asimilasi. Disimilasi merupakan perubahan bunyi dari dua bunyi yang
sama atau mirip menjadi bunyi yang tidak sama atau berbeda. Misalnya kata
sayur-mayur
[sayUr mayUr] adalah hasil proses morfologis pengulangan bentuk dasar
sayur
[sayUr]. Setelah diulang, [s] pada bentuk dasar [sayUr] mengalami perubahan
menjadi [m] sehingga menjadi [sayUr mayUr].
c Modifikasi Vokal
Modifikasi fonem adalah perubahan bunyi vokal sebagai akibat dari pengaruh bunyi lain yang mengikutinya.
Perubahan ini sebenarnya bisa dimasukkan ke dalam peristiwa asimilasi, tetapi karena kasus ini tergolong khas, maka perlu
disendirikan. Misalnya kata toko, koko masing-masing diucapkan [toko], [koko]. Sementara itu, kata tokoh, kokoh
diucapkan [tOkOh], [kOkOh].
d Netralisasi
Netralisasi merupakan perubahan bunyi fonemis sebagai akibat pengaruh lingkungan. Misalnya dalam kata
sabtu dan saptu atau lembab dan lembap, kedua bunyi tersebut tidak membedakan makna. Di sini tampaknya fungsi
pembeda makna itu menjadi batal.
e Zeroisasi kontraksi
Zeroisasi kontraksi adalah penghilangan bunyi fonemis sebagai akibat upaya penghematan atau ekonomisasi
pengucapan. Misalnya kata
tidak
diganti dengan
tak
atau
ndak, tidak ada
diganti dengan
tiada,
kata
bagaimana
diganti dengan
gimana.
Penghilangan beberapa fonem tersebut dianggap tidak baku oleh tatabahasa baku bahasa Indonesia.
4. Kegiatan Bercakap-Cakap
Bercakap-cakap merupakan salah satu bentuk komunikasi antarpribadi.
Berkomunikasi merupakan
proses dua
arah Moeslichatoen,
2004:91. Proses
bercakap-cakap diperlukan
kemampuan berbahasa baik secara reseptif maupun ekspresif. Kemampuan bahasa reseptif meliputi kemampuan mendengarkan dan
memahami bicara orang lain, sedang kemampuan bahasa ekspresif meliputi kemampuan menyatakan gagasan, perasaan, dan kebutuhan
orang lain. Kegiatan bercakap-cakap merupakan salah satu aktivitas untuk meningkatkan perkembangan kognitif dan perkembangan
bahasa. Beberapa
manfaat penting
yang dikemukakan
oleh Moeslichatoen 2004:95-96 yang dapat dirasakan dalam kegiatan
bercakap-cakap dalam pembelajaran antara lain: a.
Meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa secara
ekspresif b.
Meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara lisan apa yang harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak
lain c.
Meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan anak lain atau dengan gurunya agar
terjalin hubungan sosial yang menyenangkan
d. Dengan seringnya anak mendapat kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya,
perasaannya, dan
keinginannya maka hal ini akan semakin meningkatkan kemampuan anak membangun jati dirinya
e. Dengan seringnya kegiatan bercakap-cakap diadakan,
semakin banyak informasi baru yang diperoleh anak yang bersumber dari guru atau dari anak lain.
Apabila percakapan dilakukan antara guru dan anak, guru tidak hanya harus menyederhanakan kosa kata yang dipergunakan dalam
percakapan, melainkan juga harus mencarikan persamaan kata-kata yang dipergunakan dan menggunakan frase-frase sederhana yang
memperjelas pemahaman anak Foster dalam Moeslichatoen, 2004: 101. Hal ini sangat membantu anak untuk memperoleh kata-kata baru
dari guru untuk dipergunakan dalam percakapan dengan anak lain pada kesempatan lain.
5. Pengertian Anak
Down Syndrome
Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita adalah anak yang tidak cukup daya pikirnya,
tidak dapat hidup dengan kekuatannya sendiri di tempat sederhana dalam masyarakat Hendeschee dalam Efendi, 2005:89.
Down syndrome
tunagrahita sedang adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya
abnormalitas perkembangan kromosom Alimin, 2007:07. 6.
Karakteristik Anak
Down Syndrome
Tunagrahita Sedang Ada beberapa ciri fisik yang ditunjukkan oleh
anak down syndrome
, karakteristik yang khas khususnya pada alat ucap baik secara langsung maupun tidak dapat mempengaruhi proses berbahasa
anak
down syndrome
, terutama berbicara atau melafalkan bunyi bahasa.
Ciri fisik yang lain yaitu besarnya ukuran lidah, bibir tebal, rongga hidung sempit, dan posisi rahang yang tidak sempurna
menyebabkan gangguan artikulatoris menjadi defisit yang paling menonjol. Gangguan tersebut meliputi banyak hal, antaranya adalah
perubahan bunyi dan penghilangan bunyi yang akan terlihat ketika anak
down syndrome
melafalkan bunyi-bunyi vokal, konsonan, maupun semi-vokal.
Karakteristik lain
p
ada wajah, yang paling khas adalah bentuk mata yang miring dan tidak punya lipatan di kelopak. Selain itu,
hidung mereka cenderung lebih kecil dan datar. Ini tak jarang diikuti dengan saluran pernapasan yang kecil pula, sehingga mereka sering
kesulitan bernapas.
Di samping itu, otot mulut mereka juga kerap lemah, sehi
ngga
menghambat kemampuan bicara. Pertumbuhan gigi geligi mereka pun lambat dan tumbuh tak beraturan. Gigi yang berantakan ini juga
menyulitkan pertumbuhan gigi permanen. Letak telinga mereka rendah dengan ukuran kanal telinga yang kecil, sehingga mudah terserang
infeksi. Rambut mereka lemas, tipis, dan jarang. Bentuk kepala mereka juga cenderung peyang.
Di samping dari tampilan wajah, DS juga dapat diamati dari anggota tubuh lain, seperti tangan dan kaki. Tangan mereka lebih kecil
dan jari-jari yang pendek dan kelingking yang bengkok. Bila pada kelingking normal memiliki tiga ruas tulang. Maka pada penderita DS,
ruas kedua jari kelingking mereka kadang tumbuh miring atau malah tidak ada sama sekali. Selain itu, di telapak tangan mereka terdapat
garis melintang yang disebut
simian crease
. Garis tersebut juga terdapat di kaki mereka, yaitu di antara telunjuk dan ibu jari yang
jaraknya cenderung lebih jauh dari pada kaki orang normal. Keadaan telunjuk dan ibu jari yang berjauhan itu disebut juga
sandal foot
Anggie, 2008:06. 7.
Penyebab Ketunaan Penyebab ketunagrahitaan dapat dilihat melalui beberapa
jenjang dilihat dari sisi pertumbuhan dan perkembangan, sebagai berikut Devenport dalam Efendi, 2005:91:
a. kelainan atau ketunaan yang timbul pada benih plasma
b. ketunaan yang dihasilkan selama penyuburan telur
c. kelainan atau ketunaan yang dikaitkan dengan implantasi
d. kelainan atau ketunaan yang timbul dalam embrio
e. kelainan atau ketunaan yang timbul dari luka saat kelahiran
f. kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin
g. kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa
kanak-kanak. Menurut Nur’aeni 1997:110 faktor penyebab ketunagrahitaan, yaitu:
a
Prenatal sebelum lahir
Terjadi pada waktu bayi masih ada dalam kandungan, penyebabnya seperti : campak, diabetes, cacar, virus tokso, dapat
juga karena ibu hamil yang kekurangan gizi, pemakai obat-obatan naza dan perokok berat.
b
Natal waktu lahir
Proses melahirkan yang sudah terlalu lama, dapat mengakibatkan kekurangan oksigen pada bayi, juga tulang panggul
ibu yang terlalu kecil. Dapat menyebabkan otak terjepit dan menimbulkan pendarahan pada otak anoxia, juga proses
melahirkan yang menggunakan alat bantu penjepit, tang.
c
Pos Natal sesudah lahir
Pertumbuhan bayi yang kurang baik seperti gizi buruk, busung lapar, demam tinggi yang disertai kejang-kejang,
kecelakaan, radang selaput otak meningitis dapat menyebabkan seorang anak menjadi ketunaan.
B. Penelitian yang Relevan