Komunikasi Antarpribadi Orangtua Anak Down Syndrome (Studi Kasus Komunikasi Antarpribadi Orangtua Anak Down Syndrome di Sekolah Luar Biasa Yayasan Pembinaan Anak Cacat Medan)
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ORANGTUA ANAK DOWN SYNDROME (Studi Kasus Komunikasi Antarpribadi Orangtua Anak Down Syndrome di Sekolah LuaBiasa
Yayasan Pembinaan Anak Cacat Medan)
Oleh :
MAURINA RAFANDA 070904049
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Komunikasi Antarpribadi Orangtua pada Anak Down Syndrome
(Studi Kasus Komunikasi Antarpribadi Orangtua pada Anak Down Syndrome di Sekolah Luar Biasa Yayasan Pembinaan Anak Cacat Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses interaksi yang dilakukan orangtua pada anak down syndrome melalui komunikasi antarpribadi, sebab anak down syndrome memiliki masalah dengan cara berkomunikasi, perilaku, emosional yang labil, sehingga memerlukan cara berinteraksi dan penanganan yang berbeda dari orangtua untuk mengatasinya. Selain itu, hal ini juga mengenai perspektif orangtua terhadap kondisi anak, bentuk motivasi yang diberikan orangtua dan sikap significant others pada anak down syndrome.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yaitu memusatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif yang merupakan pengukuran dengan menggunakan data nominal yang menyangkut klasifikasi sejumlah variabel kedalam beberapa sub kelas nominal. Melalui pendekatan kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan diambil kesimpulan yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum. Objek yang diamati dan di wawancarai memiliki kesamaan kasus yang dialami yaitu memiliki anak yang terlahir sebagai anak down syndrome.
.
Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi yang dilakukan ketujuh informan pada anak down syndrome melalui komunikasi antarpribadi memiliki pengaruh positif pada anak, interaksi yang terjadi antara informan dengan anak hampir setiap saat mulai dari hal terkecil hingga hal sederhana. Oleh karena itu, melalui interaksi tersebut orangtua dapat memahami kondisi yang sedang dialami anak serta dapat membantu mengatasi masalah yang di hadapi anak. Pemikiran (mind) memperkuat pemaknaan ketujuh informan terhadap simbol verbal dan nonverbal yang digunakan untuk mempermudah komunikasi dengan anak dan interaksi sosial (diri/self dengan yang lain) digunakan untuk menginterpretasikan masyarakat (society), membentuk pola didik informan terhadap anak sesuai dengan yang seharusnya yaitu orangtua menerapkan pola didik yang mempengaruhi kemandirian anak down syndrome sehingga membentuk watak dan perilaku anak. Pandangan orangtua pada kondisi anak sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak. Sikap penerimaan yang ditunjukan
particular others (kakak, adik dan orang terdekat lainnya) ternyata jugs memiliki pengaruh positif pada anak diantaranya anak down syndrome memiliki sikap perhatian terhadap keluarga dan sikap mengayomi yang baik.
(3)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Dengan segala ketulusan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya serta shalawat beriringan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Komunikasi Antarpribadi Orangtua pada Anak Down Syndrome (Studi Kasus Komunikasi Antarpribadi Orangtua pada Anak Down Syndrome di Sekolah Luar Biasa Yayasan Pembinaan Anak Cacat Medan)”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis berharap ke depannya skiripsi ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa dalam mengembangkan penelitian.
Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan sebelumnya. Penulis banyak mendapatkan pengalaman yang berguna, suka maupun duka serta kesulitan yang dihadapi. Namun, berkat dorongan semangat dan dukungan dari berbagai pihak, menjadi kekuatan yang sangat besar bagi penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Khususnya dorongan dari kedua orangtua penulis baik moril maupun materil serta doa. Mereka yang selama ini telah membesarkan dan mendidik serta menjadi contoh terbaik dalam hidup ini. Ananda belum bisa membahagiakan kalian, tetapi semoga Allah SWT memberikan kesempatan untuk itu. Mereka adalah Ayahanda tercinta H. Fachrial,
beliau merupakan idola bagi penulis, yang sangat penulis sayangi dan kagumi yang telah memberikan banyak kasih sayang, ilmu, dan pelajaran hidup yang sangat berguna bagi penulis dalam menjalani kehidupan. Tanpa doa, cinta dan semangatnya penulis tidak akan berdiri seperti sekarang ini. Ibunda tercinta Ridawati, yang dengan penuh cinta dan kasih sayangnya sudah membesarkan, menjaga, membimbing serta mendidik sehingga penulis menjadi seperti sekarang ini dan berkat doa dan dukungannya yang tak pernah henti diberikan untuk penulis hingga terselesainya skripsi ini serta untuk kakak dan adik penulis Ausie Rifania dan Nadia Yurifa Hanum, terima kasih karena selalu mendoakan
(4)
dan membantu penulis dalam setiap kesempatan dan yang selalu berharap nantinya penulis akan menjadi manusia yang berguna dan membanggakan di masa yang akan datang.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis tidak hanya mengandalkan kemampuan sendiri. Penulis banyak menerima nasehat, arahan serta kontribusi dari berbagai pihak maupun dorongan semangat dan motivasi. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Fatmawardi Lubis, M.A dan Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan pengetahuan, ilmu, dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan.
3. Ibu Dr. Nurbani, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis yang memiliki pengetahuan yang cukup luas mengenai berbagai hal sehingga membuat penulis termotivasi untuk membuat suatu penelitian yang cukup menantang dan memiliki kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan dan masukan bagi skripsi ini.
4. Para dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang selalu memberikan teladan serta masukan bagi penulis berupa semangat untuk selalu menggali ilmu dan meraih cita-cita serta kak Ross, kak Icut dan kak Maya untuk semua pengertian dan dukungan agar penulis segera menyelesaikan studi. 5. Bapak Suratno, Spd dan bapak Drs. Surya Ratsyah selaku Supervisor Lembaga Yayasan
Pembinaan Anak Cacat Medan, yang telah mengizinkan penulis untuk dapat melakukan kegiatan penelitian di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Medan dalam rangka menyelesaikan skripsi ini. 6. Ibu Budi, Ibu Ade, dan Ibu Nur, selaku guru YPAC yang selalu mendampingi penulis dalam
(5)
7. Para Orangtua yang menjadi informan serta adinda-adindaku tersayang di kelas TK YPAC, Wahyu, Devi, Imam, Wanda, Ruth, Davi, Nova, Reisya, dan Agnes, teruslah ternsenyum supaya orang di sekelilingmu menjadi bahagia.
8. Kakak Amani Rasyid (Jangan pernah habis yach obatnya buat Wanda, jangan di kasih ke siapa-siapa). Kakak Surianti Ramadhani (kakak mana yang bening-beningnya) dan Muchda Suesilo (Makasih banyak yach udah pernah jadi orang yang sangat berarti, selalu menghibur, masih bolehkan ketemu Zahra lagi).
9. Sahabat terbaik penulis Rika, Alez, Suci, Rini (Kapan kita kemana lagi bareng-bareng, giliran buk dokterkan sekarang), Nurdelima (baik-baik yach adek d’five semangat, akhirnya, hhe), Fanisa (teman seperjuangan ne, hhe), Amalia, Farrah, Milqi, Reza, Randi, Romi, Said, Zakia, Ami, Fany dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Perjuangan kita sesungguhnya baru dimulai, didepan masih banyak tantangan yang harus di lewati agar bisa menjadi yang terbaik. 10. BATU KRISTAL, Rholand (Bang ary mana kuenya asyik lupa aja, payah), Amir (Eh, abang..amir
ketemuan kita ntar yach di Bandung kalo jadi, haha) Indra (Kocik kapan kami di ajak ke Sibolga), Ika (Ndut pooh-ku semangat yaach, jangat keburu takut sebelum di jalanin), Tri (jangan sibuk ngajar aja dara kerjain dunks, kapan lagi) Rizal (kapan di undang ke rumah lagi ne), Qi-moet (makasih yach mela udah banyak bantu sama ngasih saran, ngurangin beban banget,hhe), Akbar (Belum jadi kita tukeran pin), Rozi (Ngeri badannya sekarang yach), Rini (Payah..masak Abin belum pernah naik kereta api), Wirda (Kapan kita beli yang baru lagi), Ara, Arief, Afdal, Ojan, Miftah, Firda, Erlina, Aya, Novira, Itemz, Edo, Dedi, Budi yang udah banyak mangajarkan arti kekeluargaan, persahabatan dan selalu memberikan keceriaan pada penulis. 4v47412, makasih atas kebersamaan yang tercipta tanpa rencana semoga tidak ada yang berubah dari kebersamaan yang telah tercipta selama ini.
(6)
11. Adikku tersayang Ojie, Opi, Ika, Amal, Cafry, Ayu, dam Ibang untuk segala canda tawanya serta semua Palu Hijau yang luar biasa, proses kalian masih panjang karena itu rasakan, nikmati dan jalani dengan penuh keikhlasan.
12. Terakhir untuk Abang Bimby Hidayat yang selalu membantu saat dibutuhkan, terima kasih selalu ada pada saat yang tepat dan memberikan semangat bagi penulis.
Semoga Allah SWT membalas kebaikkan, dukungan, dan doa yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa tentunya skripsi ini masih memiliki banyak kerurangan dalam penulisannya. Oleh sebab itu, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang membangun serta gagasan baru demi perbaikan kedepannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak dan dapat membuka khazanah berpikir kita semua.
Medan, Desember 20011 Penulis
(7)
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAKSI ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... Vi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Perumusan Masalah ... 7
I.3 Pembatasan Masalah ... 8
I.4 Tujuan Penelitian ... 8
I.5 Manfaat Penelitian ... 8
I.6 Kerangka Teori ... 9
I.7 Kerangka Pemikiran ... 16
BAB II URAIAN TEORITIS II. 1 Komunikasi Antarpribadi ... 17
II.1.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi ... 17
II.1.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi Antarpribadi .. ... 18
II.1.3 Ciri Komunikasi Antarpribadi ... 19
II.1.4 Proses Komunikasi Antarpribadi ... 20
(8)
II. 2 Down Syndrome ... 22
II.2.1 Pengertian Down Syndrome ... 22
II.2.2 Karakteristik Down Syndrome ... 25
II.2.3 Penyebab Down syndrome ... 26
II.2.4 Klasifikasi Down Syndrome ... 26
II.2.5 Teknik Penanganan Down Syndrome ... 27
II. 3 Teori Interaksi Simbolik ... 28
II . 4 Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Paradigma dan Metode Penelitian ... 39
III.2 Lokasi Penelitian ... 40
III.2.1 Sejarah YPAC ... 40
III.2.2 Landasan YPAC ... 42
III.2.3 Maksud dan Tujuan YPAC ... 42
III.2.4 Visi dan Misi ... 42
III.2.5 Sistem Pengajaran YPAC ... 42
III.3 Subjek Penelitian ... 43
III.4 Teknik Pemilihan informan ... III.5 Teknik Pengumpulan data ... 44 45 III.5.1 Penelitian Lapangan (Field Research) ... 45
III.5.2 Penelitian kepustakaan (Library Research) ... 46
(9)
Medan, Desember 2011
Penulis
Maurina Rafanda
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Penelitian ... 47
IV.1.1 Pandangan orangtua terhadap anak. ... 81
IV.1.2 Interaksi orangtua dengan anak ... 85
IV.1.3 Bentuk motivasi orangtua terhadap kondisi anak ... 89
IV.1.4 Sikap particar others terhadap anak down syndrome ... 92
BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan ... 95
(10)
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Komunikasi Antarpribadi Orangtua pada Anak Down Syndrome
(Studi Kasus Komunikasi Antarpribadi Orangtua pada Anak Down Syndrome di Sekolah Luar Biasa Yayasan Pembinaan Anak Cacat Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses interaksi yang dilakukan orangtua pada anak down syndrome melalui komunikasi antarpribadi, sebab anak down syndrome memiliki masalah dengan cara berkomunikasi, perilaku, emosional yang labil, sehingga memerlukan cara berinteraksi dan penanganan yang berbeda dari orangtua untuk mengatasinya. Selain itu, hal ini juga mengenai perspektif orangtua terhadap kondisi anak, bentuk motivasi yang diberikan orangtua dan sikap significant others pada anak down syndrome.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yaitu memusatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif yang merupakan pengukuran dengan menggunakan data nominal yang menyangkut klasifikasi sejumlah variabel kedalam beberapa sub kelas nominal. Melalui pendekatan kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan diambil kesimpulan yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum. Objek yang diamati dan di wawancarai memiliki kesamaan kasus yang dialami yaitu memiliki anak yang terlahir sebagai anak down syndrome.
.
Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi yang dilakukan ketujuh informan pada anak down syndrome melalui komunikasi antarpribadi memiliki pengaruh positif pada anak, interaksi yang terjadi antara informan dengan anak hampir setiap saat mulai dari hal terkecil hingga hal sederhana. Oleh karena itu, melalui interaksi tersebut orangtua dapat memahami kondisi yang sedang dialami anak serta dapat membantu mengatasi masalah yang di hadapi anak. Pemikiran (mind) memperkuat pemaknaan ketujuh informan terhadap simbol verbal dan nonverbal yang digunakan untuk mempermudah komunikasi dengan anak dan interaksi sosial (diri/self dengan yang lain) digunakan untuk menginterpretasikan masyarakat (society), membentuk pola didik informan terhadap anak sesuai dengan yang seharusnya yaitu orangtua menerapkan pola didik yang mempengaruhi kemandirian anak down syndrome sehingga membentuk watak dan perilaku anak. Pandangan orangtua pada kondisi anak sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak. Sikap penerimaan yang ditunjukan
particular others (kakak, adik dan orang terdekat lainnya) ternyata jugs memiliki pengaruh positif pada anak diantaranya anak down syndrome memiliki sikap perhatian terhadap keluarga dan sikap mengayomi yang baik.
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak dapat hidup tanpa
bantuan orang lain. Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling
sempurna dibandingkan makhluk lainnya. Manusia diciptakan memiliki akal, pikiran, perasaan,
yang dapat digunakan untuk melakukan interaksi secara personal dengan sesamanya, maupun
membangun hubungan sosial dengan masyarakat dalam lingkungan interaksi masing-masing.
Setiap manusia selalu membutuhkan komunikasi dalam berinteraksi, agar bisa menyampaikan
maksud dan keinginannya kepada orang lain. Tanpa melakukan komunikasi, maka seseorang
akan mengalami kesulitan untuk melangsungkan hidupnya. Oleh karena itu, manusia di anggap
sebagai makhluk yang paling unik dengan kemampuan yang dimilikinya dalam menyampaikan
gagasan, ide, serta pendapat dalam proses komunikasi antar pribadi.
Komunikasi merupakan medium penting dalam membentuk perilaku seorang individu
dan untuk membangun kontak sosial. Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu
communicatio, yang bersumber dari kata communis artinya “sama” dan communico atau
communication, yang berarti “membuat sama” (Effendi, 2003:30). Melalui proses komunikasi
kita tumbuh dan belajar mengenal lingkungan sekitar. Sebab itu, komunikasi merupakan
kebutuhan bagi setiap manusia dalam rangka pertukaran informasi. Salah satu cara pertukaran
(12)
Tujuan dari komunikasi antar pribadi yaitu membangun kesamaan persepsi secara
pribadi sebagai pemenuhan kebutuhan dalam menciptakan kepuasan komunikasi secara langsung
dan lebih bersifat pribadi antar individu yang melakukan komunikasi.
Secara umum, komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses pertukaran makna diantara orang-orang yang melakukan komunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung secara terus menerus. Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu bentuk pertukaran, yang mana pertukaran ini menghasilkan suatu bentuk tindakan penyampaian dan penerimaan pesan secara timbal balik serta menghasilkan makna dan juga pemahaman di antara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan yang digunakan dalam proses komunikasi (Liliweri, 1991:12). Lebih lanjut Joseph DeVito dalam (Liliweri, 1991:13), menyatakan ada 5 ciri-ciri komunikasi antarpribadi yaitu openees (keterbukaan), emphaty
(empati), supportiveness (dukungan), positiveness (rasa positif), dan equality (kesamaan).
Proses penyampaian gagasan antar individu sebagai kebutuhan antarpribadi, bukanlah
bentuk pengalihan ide yang terbebas dari suatu hambatan komunikasi. Latar belakang pribadi,
kebiasaan, serta pembentukan kepribadian antara seorang individu dengan individu lainnya
merupakan beberapa hal yang mungkin bisa saja menjadi suatu hambatan komunikasi yang
dialami setiap individu dalam melakukan proses komunikasi. Oleh karena itu, proses komunikasi
akan jauh lebih efektif bila berlansung secara tatap muka, sebab masing-masing individu dapat
saling mengenal karakter pribadi lawan bicaranya.
Hambatan komunikasi bisa dialami oleh siapa saja. Bahkan, bisa menjadi salah satu faktor utama bagi sekelompok ataupun sebagian orang. Hal ini bisa terlihat pada masalah yang dialami dan dihadapi oleh anak yang terlahir dengan keterbatasan. Anak yang lahir dengan suatu keterbatasan dalam dirinya dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus. Derektorat Pendidikan Luar Biasa secara singkat mendefinisikan anak berkebutuhan khusus sebagai anak yang dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya mengalami penyimpangan fisik, mental intelektual, sosial dan emosional sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.1
1.
(13)
Penyimpangan yang dialami anak berkebutuhan khusus ini, dalam masyarakat sekarang
banyak dikenal beberapa jenis kategori yang umum yaitu diantaranya termasuk anak autis, down
syndrome, tunarungu, tunadaksa dan lain sebagainya. Down syndrome merupakan bentuk
kelainan genetik namun bukan merupakan penyakit keturunan, disebut penyakit genetik karena
cacat penyakit ini terdapat pada materi genetik dalam tubuh manusia. Hingga saat ini belum
ditemukan obat bagi penderita down syndrome, karena penyebabnya berasal dari sel benih yang
dibawa sejak dalam kandungan sudah cacat.
Anak down syndrome merupakan salah satu kategori dalam anak berkebutuhan khusus, yang terlahir dengan kelainan kromosom di dalam dirinya. Setiap manusia normal yang lahir ke dunia umumnya memiliki 23 pasang kembaran kromosom tetapi lain halnya yang terjadi pada anak down syndrome, salah satu kromosomnya terutama kromosom 21 memiliki 3 kembaran. Jumlah ini berbeda dengan jumlah kromosom pada kondisi normal yaitu masing-masing kromosom harusnya memiliki 2 kembaran. Kesalahan penggandaan kromosom inilah yang menyebabkan munculnya keterlambatan serta kerterbelakangan perkembangan mental dan fisik, hal ini juga yang menjadi ciri utama penderita down syndrom.2
Gejala utama yang dialami oleh penderita down syndrome yang biasanya dikeluhkan adalah berbentuk retardasi mental atau keterbelakangan mental yang dialami penderitanya. IQ yang dimiliki para penderita antara 50-70 tetapi tidak jarang penderita bisa memiliki IQ sampai 90 terutama pada anak down syndrome yang diberikan latihan. Berdasarkan IQ yang dimiliki oleh para penderita down syndrome pula, penderita dapat digolongkan kedalam down syndrome
ringan, sedang, dan berat, yang mana memiliki tingkatan IQ tersendiri yang tidak dapat ditukar-tukar. Selain itu, anak down syndrome juga memiliki beberapa kategori berdasarkan perkembanagan yang dialami yaitu down syndrome yang terlatih, terdidik, serta terlatih dan terdidik (Somantri, 2007:104).
Penderita down syndrome pada umumnya menghadapi masalah yang relatif sama yaitu
bermasalah dengan cara berkomuniasi serta juga mengalami masalah dalam perilaku dan emosi
yang labil. Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari, biasanya anak down syndrome juga
mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan bina diri, seperti
memakai baju, makan, mandi dan lain sebagainya. (Armayati, 2007:93)
2.http://www.priyes-buahhati.blogspot.com/2010/10/artikelanakketerbelakanganmental.html. Diakses pada 16 januari 2011 pukul 22.20.
(14)
Peranan orangtua sangat penting dalam hal ini untuk dapat membantu dan memotivasi
anaknya. Memang pada masa awal, perkembangan anak down syndrome hampir tidak ada
perbedaan dengan anak normal, tetapi semakin lama perbedaan pola perkembangannya semakin
terlihat jelas. Meskipun begitu, penderita down syndrome memiliki kelebihannya tersendiri yaitu
lebih penurut, periang, ulet, dan tepat waktu.
Bagi anak down syndrome yang sudah mendapat pendidikan atau terapi, mereka sangat
menyenangi hal-hal yang rutin. Jadi, mereka lebih disiplin dari anak-anak biasa. Down syndrome
menimpa satu diantara 700 kelahiran bayi dan terdapat 300 ribu kasus mengenai down syndrome
di Indonesia (Somantri, 2007:112),
Down syndrome pertama kali diperkenalkan oleh Jhon Langdom Down pada tahun 1986, namun baru sekitar tahun 1960-an ditemukan kepastian atas hal itu, setelah dilakukannya penelitian pada kromosom penderita yang diduga mengalami down syndrome. Jika diamati, penderita down syndrome memiliki bentuk wajah yang hampir sama, mata sipit membujur keatas, bagian belakang kepala rata, jarak kedua mata jauh dengan hidung kecil rata, mulut kecil dengan lidah yang besar, telinga yang terletak lebih rendah, dan memiliki jari, lengan serta tubuh pendek cendrung gemuk. Oleh karena itu, anak down syndrome dikenal juga dengan sebutan anak kembar dunia karena cirinya yang relatif sama pada setiap penderita.3
Ciri yang terdapat pada penderita down syndrome ini, sering kali membuat mereka
dikucilkan oleh lingkungan sekitarnya dan karena ciri itu pula penderita down syndrome sulit
untuk berinteraksi dengan lingkungan. Disinilah peranan keluarga terutama orangtua sangat
penting agar anak down syndrome tetap bisa merasakan yang namanya hidup bermasyarakat
seperti memiliki teman. Melalui keluargalah seseorang mulai belajar, bersosialisasi, membentuk
karakter, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan padanya melalui suatu pola
tertentu.
3.
(15)
Komunikasi interpersonal yang terjalin diantara anggota keluarga menjadi sangat
penting dan sangat mempengaruhi karena merupakan suatu bentuk komunikasi yang terjadi
dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga berinteraksi dengan
anggota keluarga lainnya.
Menurut George Herbert Mead dalam psikologi komunikasi mengungkapkan bahwa
komunikasi interpersonal diantara anggota keluarga melibatkan mereka yang particular others
atau significant others yaitu orang lain yang sangat penting dan juga dapat mempengaruhi.
Mereka diantaranya adalah orangtua, saudara, dan orang yang tinggal satu rumah (Rakhmat,
2001:114).
Selain lingkungan yang membuat penderita down syndrome sulit bersosialisasi, tidak
bisa dipungkiri terkadang reaksi pertama yang paling mungkin ditimbulkan orangtua saat
mengetahui anaknya menderita down syndrome adalah kekecewaan dan kesedihan yang
kemudian diikuti rasa malu. Perasaan malu memiliki anak yang mempunyai keterbatasan,
membuat para orangtua memilih untuk menyembunyikan kondisi buah hatinya dari lingkungan
sekitar. Sebab selain bermasalah dengan cara berkomunikasi, perilaku dan emosi, ternyata
kemampuan kognitif atau inteligensi yang terbatas pada anak juga membuat orangtua merasa
sangat malu melahirkan anak yang memiliki keterbatasan seperti penderita down syndrome. Oleh
karena itu, untuk dapat menghadapi dan mengatasi kondisi agar tidak terus-menerus terbelenggu
dalam rasa malu dan kecewa, orangtua dapat memilih program umum yang ditawarkan
pemerintah maupun pihak swasta untuk anak berkebutuhan khusus melalui sekolah khusus
ataupun terapi serta bisa juga mencari informasi yang lebih dalam mengenai kelainan dan
(16)
Sekolah Luar Biasa Yayasan Pembinaan Anak Cacat (SLB YPAC) Medan merupakan
salah satu solusi yang mungkin dapat dipilih para orangtua yang berada di kawasan kota Medan
sebagai wadah untuk mendapatkan informasi yang benar mengenai kelainan dan keterbatasan
yang dialami oleh buah hatinya. Sekolah ini memberikan layanan pendidikan khusus agar anak
berkebutuhan khusus dapat mengembangkan potensi walaupun didalam dirinya memiliki
keterbatasan. Anak-anak yang bersekolah di sekolah ini kebanyakan dikategorikan kedalam anak
yang memiliki kelainan yang disebut tunadaksa dan tunagrahita.
Pelayanan rehabilitasi pendidikan yang disediakan oleh Sekolah Luar Biasa Yayasan
Pembinaan Anak Cacat (SLB YPAC) Medan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus
diantaranya terdiri dari SLB C yaitu bentuk pendidikan yang disediakan bagi anak penderita
tunagrahita seperti autis dan down syndrome serta SLB D yaitu pendidikan yang disediakan bagi
anak penderita tunadaksa, yaitu anak-anak yang memiliki kelainan fisik seperti bisu, lumpuh dan
sebagainya. Selain pelayanan rehabilitasi pendidikan, YPAC Medan juga menyediakan
pelayanan rehabilitasi medis yang terdiri dari terapi wicara, fisioterapi, dan hydro terapi.
Sementara itu, untuk pengembangan potensi anak, YPAC Medan memiliki pelayanan
pravokasional yang terdiri dari kegiatan menjahit, menyulam, perkebunan, pertukangan dan
salon. Serta untuk menumbuhkan sikap kepedulian dan interaksi anak, YPAC Medan memiliki
pelayanan rehabilitasi sosial berupa sosialisasi lingkungan dan masyarakat. Meskipun demikian,
tidak bisa dipungkiri peranan orangtua tetap memiliki andil pada perkembangan anak, karena
orangtua sangat dibutuhkan dalam membantu persoalan yang dihadapi anak. Sehingga tidak
melebihi kenyataan jika peranan orangtua ikut mewarnai perkembangan dan kemampuan
(17)
Setiap kejadian di dunia ini bersifat netral dan memiliki akibatnya tersendiri. Dampak
positif atau negatif dari sebuah kejadian, sangat bergantung pada cara seseorang melihat dan
memberikan makna dari suatu kejadian tersebut. Sebuah kejadian bisa menjadi pintu untuk suatu
hal yang luar biasa. Misalnya, hal yang dialami oleh seorang anak down syndrome yang bernama
Michael Rosihan Yacub. Meskipun memiliki keterbatasan tetapi ia mampu menjadi seorang
pe-golf muda Indonesia yang berhasil memecahkan record Muri sebagai pe-pe-golf penyandang down
syndrome satu-satunya di Asia. Ini semua berkat peranan orangtuanya yang selalu memberikan
perhatian dan dukungan penuh. Orangtua Michael selalu berpandangan positif pada kemampuan
anaknya dan berpendapat orangtua harus berperan aktif dan ingin anaknya berubah.
Peneliti memilih lokasi penelitian di Sekolah Luar Biasa Yayasan Pembinaan Anak
Cacat (SLB YPAC) Medan yang berlokasi di jalan Adinegoro Medan karena berdasarkan
pengamatan sementara, peneliti melihat disekolah ini komunikasi antarpribadi yang dilakukan
orangtua pada anak down syndrome-nya memiliki pengaruh dan berdampak positif terhadap
keseharian dan perilaku anak. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti
mengenai interaksi yang dilakukan orangtua pada anak down syndrome melalui komunikasi
antarpribadi yang terjadi karena seperti yang sudah dipaparkan diatas kebanyakan anak down
syndrome memiliki masalah dengan cara berkomunikasi, perilaku dan emosi yang labil.
(18)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Bagaimana proses komunikasi antarpribadi orangtua pada anak down syndrome dapat
mempengaruhi anak down syndrome yang berada di Sekolah Luar Biasa Yayasan Pembinaan
Anak Cacat Medan?”
1.3Pembatasan Masalah
Agar ruang lingkup dalam penelitian dan permasalahan yang diteliti menjadi jelas,
terarah dan lebih spesifik maka peneliti memberikan pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perspektif yang dimiliki orangtua terhadap kondisi anak down syndrome.
2. Bagaimana proses interaksi antara orangtua dengan anak down syndrome.
3. Bagaimana bentuk motivasi yang diberikan orangtua terhadap kondisi anak down
syndrome
4. Bagaimana sikap particular other pada anak down syndrome.
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah hasil akhir yang ingin dicapai melalui penelitian yang
dilaksanakan. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui gambaran mengenai perspektif yang dimiliki orangtua terhadap
kondisi anak down syndrome.
b) Untuk mengetahui proses interaksi antara orangtua dengan anak down syndrome.
c) Untuk mengetahui bentuk motivasi yang diberikan orangtua terhadap kondisi anak down
syndrome.
(19)
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan
sumber bacaan di lingkungan Fisip USU, khususnya di Departemen Ilmu Komunikasi.
b) Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan memperluas
wawasan peneliti mengenai Ilmu komunikasi khususnya tentang Komunikasi Antar
pribadi sebagai bagian dari ilmu komunikasi.
c) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dan masukan
yang positif bagi pihak yang terkait dalam penelitian ini.
1.6 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan landasan berpikir dalam menyoroti permasalahan.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa ancangan mikro dalam teori-teori sosial sebenarnya
merupakan suatu awal yang baik dalam melakukan kegiatan ilmiah sesungguhnya, sebab peneliti
dapat berhati-hati terlebih dahulu secara terperinci. Oleh karena itu, teori digunakan peneliti
untuk memandu penelitian, sehingga perlu disusun suatu kerangka teori yang memuat
pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi,
1991:39-40). Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah :
1.6.1 Komunikasi Antar Pribadi
Pada masing-masing individu, dalam pergaulan hidupnya tidak bisa dipungkiri pastilah
selalu terjadi interaksi dengan orang lain disekitarnya serta saling mempengaruhi demi
kepentingan dan keuntungan pribadi masing-masing. Hal ini memungkinkan terjadinya saling
mengungkapan pikiran dan perasaan dalam bentuk percakapan antar pribadi diantara individu
(20)
orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan adanya reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal maupun non verbal (Mulyana, 2002:73).
Situasi komunikasi antar pribadi bisa kita temui dalam konteks kehidupan sehari-hari
dimana saja, baik antara dua orang, anggota keluarga, kelompok, maupun organisasi.
Komunikasi antar pribadi sering disebut dengan “dyadic communication” maksudnya yaitu
“komunikasi antara dua orang”, dimana terjadi kontak secara langsung diantara individu dalam
bentuk percakapan. Ciri khas dari komunikasi antar pribadi adalah sifatnya yang dua arah atau
timbal balik (two ways communication).
Komunikasi antar pribadi dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan. Adapun tujuan komunikasi antar pribadi antara lain (Supratiknya, 2002:35) :
1. Mengenal diri sendiri dan memelihara hubungan. 2. Mengetahui dunia luar dan memelihara hubungan. 3. Mengubah sikap, prilaku dan membantu orang lain
Apabila dua orang individu atau lebih terlihat dalam suatu percakapan, terdapat kesamaan
makna dari apa yang mereka bicarakan. Maka dapat dikatakan bahwa komunikasi antar pribadi
yang terjadi cukup efektif untuk mengubah perilaku orang lain. Segi efektifnya terlihat dari
adanya arus balik yang bersifat langsung yang dapat ditangkap komunikator, baik secara verbal
maupun secara non verbal dalam bentuk gerak-gerik seperti anggukan, gelengan kepala, dan
sebagainya. Komunikasi antar pribadi yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan antar
pribadi yang paling utama. Makin baik hubungan antar pribadi, makin terbuka seseorang untuk
mengungkapkan siapa dirinya, makin cermat persepsi dirinya, serta makin efektiflah komunikasi
yang berlangsung. Asumsi dasar dari sebuah komunikasi antar pribadi adalah setiap orang yang
berkomunikasi akan membuat prediksi pada data psikologis tentang efek ataupun perilaku
komunikasinya yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan reaksinya secara
(21)
1.6.2 Down Syndrome
Down syndrome berasal dari bahasa inggris, yang merupakan suatukelainan yang terjadi
pada kromosom, akibat terbentuknya kromosom 21. Kromosom ini terbentuk karena kegagalan
sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Hal ini dapat dikenal
dengan cara melihat manifestasi klinis yang cukup khas pada penderitanya.5
Diperkirakan kebanyakan penderita down syndrome lahir dari ibu yang telah berumur 30
tahunan, namun hal ini bukan menjadi suatu penyebab mutlak terjadinya down syndrome pada
anak, sebab banyak juga ibu yang berumur dibawah 30 tahun melahirkan anak yang terkena
down syndrome. Gejala atau tanda-tanda yang muncul akibat down syndrome dapat bervariasi
mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas.
Gejala yang paling khas pada penderita down syndrome adalah adanya keterbelakangan
perkembangan mental serta ciri fisik yang dapat terlihat jelas. Meskipun demikian, anak down
syndrome umumnya memiliki karakteristik psikologis yang cenderung ramah, mudah bergaul,
hangat dan memiliki sifat yang menyenangkan. Pada umumnya kebanyakan anak down
syndrome sering mempunyai gangguan dalam bidang perilaku, komunikasi, emosi, fungsi mental
intelektual, interaksi sosial, dan gangguan sensoris.
5. http:/
(22)
Anak down syndrome termasuk dalam kelompok anak tunagrahita yaitu istilah yang
digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata.
Pada kepustakaan bahasa asing digunakan istilah mental retardations atau mental deficiency.
Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama tentang penjelasan mengenai kondisi anak
yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan
ketidakcakapan dalam interaksi sosial.
Banyak cara untuk memahami anak down syndrome, tetapi ada baiknya memahami
terlebih dahulu konsep Mental Age (MA), yaitu cara untuk memahami dan melihat mental yang
dimiliki oleh seorang anak pada usia tertentu. Selain itu, seseorang individu juga harus
memahami cara penyesuaian perilaku pada anak, maksudnya yaitu seorang anak dikatakan down
syndrome atau tunagrahita tidak hanya dilihat dari IQ-nya, akan tetapi perlu dilihat juga sampai
sejauh mana anak dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya serta kemampuan
dirinya bersosialisasi.
Menurut American Association of Mental eficiency (AAMD), keterbelakangan mental
yang dialami seorang anak akan menunjukkan fungsi intelektualnya berada dibawah rata-rata
dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa
perkembangan (Somantri, 2007:104).
1.6.3 Teori Interaksi Simbolik (George Herbert Mead)
Perspektif interaksi simbolik sebenarnya berada dibawah payung perspektif yang lebih besar yaitu perspektif fenomenologis. Maurice Natanson mengatakan dalam Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, bahwa penggunaan istilah fenomenologis sebagai suatu istilah generik, untuk merujuk kepada semua pandangan ilmu sosial yang menganggap kesadaran manusia dan makna subjektifnya sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial. Selanjutnya, pandangan fenomenologis atas realitas sosial menganggap dunia intersubjektif terbentuk dalam aktivitas kesadaran yang salah satu hasilnya adalah ilmu alam (West dan Turner, 2008:96)
(23)
Interaksi simbolik mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan sosial dinamis
manusia. Bagi perspektif ini, individu bersifat aktif, reflektif, dan kreatif, menafsirkan dan
menampilkan perilaku yang rumit serta sulit diramalkan. Paham ini menolak gagasan bahwa
individu adalah organisme pasif yang perilakunya ditentukan oleh kekuatan atau struktur yang
ada di luar dirinya. Individu terus berubah maka masyarakat pun berubah melalui interaksi, jadi
interaksi merupakan variabel penting yang menentukan perilaku manusia bukan struktur
masyarakat. Struktur tercipta dan berubah karena interaksi yang dilakukan manusia serta ketika
individu berpikir dan bertindak secara stabil terhadap seperangkat objek yang sama.
Esensi dasar dari sebuah teori interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan
ciri khas manusia yaitu komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif
interaksi simbolik ini berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Pada
intinya teori ini adalah teori mengenai kerangka refensi untuk memahami bagaimana manusia,
bersama orang lainnya menciptakan dunia simbolik dan bagaimana dunia ini sebaliknya
membentuk perilaku manusia. Oleh karena itu, bisa dikatakan interaksi simbolik sebenarnya
terbentuk atas dasar ide-ide mengenai diri dan hubungannya dengan masyarakat. Menurut teori
ini pula, kehidupan sosial pada dasarnya terbentuk dari interaksi manusia dengan menggunakan
suatu simbol diantara masyarakatnya.
Seorang individu tergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikannya pada
orang, benda, dan peristiwa. Makna-makna ini diciptakan dalam bahasa yang digunakan orang,
baik untuk berkomunikasi dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri atau pikiran
pribadinya. Bahasa memungkinkan orang untuk mengembangkan perasaan mengenai diri dan
(24)
1.6.4 Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga
Keluarga dewasa ini mengalami metamorfosis dan begitu pula dengan pola
komunikasinya. Selain itu, sekarang ini orangtua menghadapi harapan masyarakat yang berbeda
soal tata cara membesarkan seorang anak. Pada masa lalu kerja sama dan interaksi dalam
keluarga sangat penting untuk kelangsungan hidup keluarga, namun sekarang hal ini telah
berubah, peningkatan mobilitas sangat mempengaruhi pola komunikasi dalam keluarga dan
dengan kerabat. Sekarang anggota keluarga tinggal dikota-kota yang berjauhan dari keluarga
asalnya sehingga mereka menjalin persahabatan dengan orang lain yang berkembang menjadi
sebuah keluarga pengganti. Meskipun kondisi budaya dan sosial berubah bagaimana pun
komunikasi interpersonal diantara anggota keluarga seharusnya tetap memainkan peranan
penting dalam keluarga.
Studi tentang komunikasi interpersonal dalam keluarga merupakan studi mengenai
pengiriman, penerimaan dan cara menafsirkan sebuah pesan dalam konteks sistem keluarga.
Selain itu, komunikasi interpersonal dalam keluarga juga mempelajari bagaimana perilaku
anggota keluarga mempengaruhi arti kata, tindakan serta bagaimana mengirim dan menerima
pesan yang dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya. Peristiwa disfungsional dalam
keluarga biasanya memiliki penyebab yang saling terkait karena sistem itu sendiri sangat
kompleks. Menghadapi hal ini para peneliti komunikasi interpersonal keluarga mengembangkan
model yang disebut model interaksi keluraga circumplex. Hal ini menjelaskan dinamika
berfungsi efektif serta dapat juga disfungsi dalam suatu sistem keluarga. Tiga model dimensi
tersebut adalah kemampuan adaptasi, kohesi dan komunikasi. Jika peranan seorang anggota
(25)
anggota keluarga tersebut akan merasa puas dan terpenuhi, begitu pula sebaliknya. Suatu
keluarga yang sehat, anggota keluarganya memiliki rasa harga diri yang tinggi dan komunikasi
yang berlangsung mendalam, jelas, spesifik, jujur serta memiliki aturan yang bersifat fleksibel
dan dapat berubah. Keluarga sehat menghubungkan keluarga untuk masyarakat yang terbuka dan
penuh harapan.
Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan antara
anggota keluarga untuk saling mengungkapkan dirinya. Makin cermat persepsi seorang anggota
keluarga tentang anggota keluarganya yang lain dan persepsi tentang dirinya sendiri, maka
makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara anggota keluarga tersebut. Memahami
proses komunikasi interpersonal menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan
perkembangan relasional sehingga pada gilirannya perkembangan relasional tersebut
mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.
Terdapat tiga faktor dalam menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik dalam
sebuah keluarga yaitu (Soelaeman dan Isa Muhammad, 1994:55) : • Percaya
Faktor percaya ini memiliki beberapa keuntungan bagi hubungan interpersonal diantara anggota keluarga, yaitu dapat meningkatkan komunikasi interperpersonal diantara anggota keluarga karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi diantara anggota keluarga. Harga diri dan otoritariansime ternyata juga dapat mempengaruhi faktor percaya ini. Selain itu pula, ada tiga faktor utama yang dapat mengembangkan komunikasi interpersonal yang didasarkan pada sikap saling percaya yaitu menerima, empati, dan kejujuran.
• Sikap suportif
Sikap ini mengurangi sikap defensif dalam komunikasi interpersonal. Orang yang bersikap defensif biasanya tidak bisa menerima sesuatu yang berasal dari orang lain, tidak jujur dan tidak empatis. Bila seseorang bersikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal, karena orang yang bersifat demikian lebih banyak melindungi dirinya dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memenuhi pesan orang lain. Hal ini terjadi karena faktor-faktor personal seperti ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah ataupun faktor-faktor situasional seperti perilaku komunikasi orang lain.
(26)
• Sikap Terbuka
Sikap terbuka memiliki pengaruh besar dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif dalam sebuah keluarga, karena sikap ini bisa menjadi salah satu solusi untuk pemecahan masalah yang terdapat dalam sebuah keluarga. Agar dapat memahami sikap terbuka terlebih dahulu harus mengidentifikasi karakteristik yang ada pada sikap dogmatisme yang menjadi lawan dari sikap terbuka yaitu,
- Sesorang yang memiliki sikap dogmatisme atau tertutup menilai pesan berdasarkan motif pribadi.
- Berpikir simplistik. - Berorientasi pada sumber.
- Mencari informasi dari sumber sendiri.
- Secara kaku mempertahankan dan membela sitem kepercayaannya.
Berdasarkan karakteristik dogmatis diatas dapat disimpulkan karakteristik sikap
terbuka. Pada dasarnya sikap terbuka dapat mempengaruhi hubungan diantara anggota keluraga,
sehingga tercipta sebuah komunikasi interpersonal yang efektif dalam keluarga.
1.7 Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran dikuatkan oleh teori atau penelitian sebelumnya. Konsep-konsep
yang telah dijelaskansebelumnya tergambar dalam kerangka pemikiran sebagai berikut :
Kerangka Berpikir
Orangtua Anak Down Syndrome
• Perspektif orangtua terhadap kondisi anak. • Proses interaksi
orangtua dengan anak.
• Bentuk motivasi orangtua terhadap kondisi anak. • Sikap particular
others Hubungan
Komunikasi Antar Pribadi
Interaksi Simbolik (George Herbert Mead)
-Pikiran -Diri -Masyarakat
(27)
BAB II URAIAN TEORITIS
II.1 Komunikasi Antar Pribadi
II.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang
yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh DeVito
dalam (Liliweri, 1991:13) komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari
seseorang dan diterima oleh orang yang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan
balik yang bersifat langsung.
Orang memerlukan hubungan antar pribadi terutama untuk dua hal yaitu perasaan
(attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan mengacu pada hubungan yang bersifat
emosional intensif, sementara ketergantungan mengacu pada instrumen antar pribadi seperti
mencari kedekatan, membutuhkan bantuan, serta kebutuhan berteman dengan orang lain, yang
juga dibutuhkan untuk kepentingan mempertahankan hidup. Salah satu karakteristik penting dari
hubungan antar pribadi yaitu hubungan tersebut banyak yang tidak diciptakan untuk diakhiri
berdasarkan kemauan atau kesadaran kita.
Komunikasi antar pribadi sering disebut dengan dyadic communication maksudnya yaitu “komunikasi antara dua orang”, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face) ataupun bisa juga melalui media seperti telepon. Ciri khas dari komunikasi antar pribadi adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balik (two ways communication). Namun, komunikasi antar pribadi melalui tatap muka mempunyai satu keuntungan dimana melibatkan perilaku nonverbal, ekspresi fasial, jarak fisik, perilaku paralinguistik yang sangat menentukan jarak sosial dan keakraban (Liliweri, 1991:67).
(28)
Bentuk utama dari komunikasi antar pribadi adalah komunikasi tatap muka, dimana
komunikasi ini biasanya merupakan suatu rangkaian pertukaran pesan antara dua individu dalam
proses komunikasi, serta diantara individu tersebut berhasil menjalin suatu kontak. Kontak itu
berhasil karena antara individu yang melakukan komunikasi tersebut saling mempertukarkan
pesan secara bergantian dan berbalas-balasan. Keberadaan interaksi antar individu inilah yang
menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi menghasilkan suatu umpan balik pada tingkat
keterpengaruhan tertentu. Aksi dan reaksi secara langsung terlihat karena jarak fisik partisipan
yang dekat sekali. Interaksi dalam komunikasi antar pribadi, dapat menghasilkan berupa suatu
perubahan pendapat, sikap, perilaku dan tindakan tertentu.
Cassagrande dalam (Liliweri, 1991:48) berpendapat seseorang melakukan komunikasi dengan orang lain karena :
1) Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kelebihan.
2) Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif cepat.
3) Interaksi hari ini merupakan spectrum pengalaman masa lalu dan menjadikan orang mengatisipasi masa depan.
4) Hubungan yang diciptakan jika berhasil merupakan pengalaman yang baru.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Cassagrade, dapat disimpulkan bahwa
keinginan berkomuniakasi secara pribadi disebabkan oleh dorongan pemenuhan kebutuhan yang
belum dan tidak dimiliki seseorang sebelumnya.
II.1.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Fungsi dan tujuan komunikasi antar pribadi yaitu berusaha meningkatkan hubungan
insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi
ketidakpastian serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain (Cangara, 2004:33).
Komunikasi antar pribadi juga dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak
(29)
II.1.3 Ciri Komunikasi Antarpribadi
Ada beberpa ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang dikemukakan oleh para ahli,
diantaranya DeVito dalam (Liliweri, 1991:13) menurutnya ada 5 ciri-ciri komunikasi
antarpribadi yang umum yaitu sebagai berikut:
1) Keterbukaan (Openess)
Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas dan terbuka tanpa ada rasa malu. Keduanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing.
2) Empati (Emphaty)
Komunikator dan komunikan merasakan situasi dan kondisi yang dialami mereka tanpa berpura-pura dan keduanya menanggapi apa-apa saja yang di komunikasikan dengan penuh perhatian. Empati merupakan kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Apabila komunikator atau komuniakan mempunyai kemampuan untuk melakukan empati satu sama lain, kemungkinan besar akan terjadi komunikasi yang efektif.
3) Dukungan (Supportiveness)
Setiap pendapat atau ide serta gagasan yang disampaikan akan mendapatkan dukungan dari pihak-pihak yang berkomuniaksi. Dukungan membantu seseseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang diharapkan.
4) Rasa Positif (Possitivenes)
Apabila pembicaraan antara komunikator dan komunikan mendapat tanggapan positif dari kedua belah pihak, maka percakapan selanjutnya akan lebih mudah dan lancar. Rasa positif menjadikan orang-orang yang berkomunikasi tidak berprasangka atau curiga yang dapat menganggu jalinan komunikasi.
5) Kesamaan (Equality)
Komunikasi akan lebih akrab dan jalinan pribadi akan menjadi semakin kuat apabila memiliki kesamaan tertentu antara komunikator dan komunikan dalam hal pandangan, sikap, kesamaan ideologi dan lain sebagainya.
Selain kelima ciri yang dipaparkan DeVito diatas, ada beberapa ciri lagi yang identik
dengan komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi antar pribadi dilaksanakan oleh seorang
individu karena didorong berbagai faktor. Komunikasi antar pribadi juga berakibat sesuatu yang
disengaja maupun yang tidak disengaja, dan kerap kali bentuk komunikasinya berbalas-balasan
dengan suasana yang penuh keakraban, bebas, bervariasi serta menggunakan berbagai
lambang-lambang yang bermakna bagi individu yang melakukan komunikasi antar pribadi tersebut.
(30)
II.1.4 Proses Komunikasi Antar Pribadi
Berkomunikasi secara efektif memiliki arti bahwa komunikator dan komunikan memiliki
pengertian yang sama tentang isi suatu pesan. Komunikasi antar pribadi dikatakan efektif apabila
pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan dan dalam proses
tersebut tercipta sebuah kebersamaan dalam makna yang secara langsung hasilnya dapat
diperoleh, jika peserta komunikasi cepat tanggap dan paham terhadap setiap pesan yang
dipertukarkan. Selain itu, Menurut Steward L. Tubs dan Sylva Moss dalam (Rakhmat, 2001:133)
menambahkan bahwa tanda-tanda komunikasi yang efektif setidaknya menimbulkan hal sebagai
berikut :
a) Saling pengertian
b) Memberikan kesenangan
c) Mempengaruhi sikap
Komunikasi antar pribadi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui media dan
tatap muka. Meskipun demikian, yang dianggap paling sukses adalah komunikasi antar pribadi
secara tatap muka, sebab dalam komunikasi antar pribadi yang dilakukan melalui tatap muka
pengiriman pesan dan umpan baliknya dapat diamati secara langsung dengan melihat,
mendengar, mencium, meraba dan merasa. Proses komunikasi antar pribadi meggunakan
lambang-lambang sebagai media penyampaian pesan. Adapun lambang yaitu :
a) Lambang Verbal
Lambang verbal ini biasanya dalam bentuk baahasa. Oleh karena itu, dengan bahasa
seorang komunikator dapat mengunggkapkan pikirannya mengenai hal atau peristiwa, baik yang
kongkrit maupun yang abstrak yang terjadi pada masa lalu, masa kini dan masa depan kepada
(31)
b) Lambang Non Verbal
Lambang Non Verbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi yang
berbentuk isyarat dengan menggunakan anggota tubuh seperti kepala, mata, jari, dan lainnya.
Batasan komunikasi non verbal secara garis besar sebenarnya sebagai arah dari suatu
gejala seperti setiap bentuk penampilan wajah dan gerak gerik tubuh seseorang sebagai suatu
cara dan simbol dari statusnya. Contohnya tarian, drama sampai ke musik. Jadi, pada dasarnya
dengan isyarat non verbal seorang individu dapat memahami orang lain ketika orang lain
terserbut berbicara atau menulis bahasanya untuk menyatakan sesuatu tentang dirinya.
Kesamaan dan ketidaksamaan derajat antara komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi, memunculkan istilah homophily dan heterophily sehingga bisa memperjelas hubungan antara komunikator dengan komunikan dalam proses komunikasi antarpribadi.
Homophily adalah sebuah istilah dimana orang-orang yang berinteraksi memiliki kesamaan sifat dan atribut diantara mereka seperti nilai, pendidikan dan status. Sedangkan Heterophily
didefinisikan sebagai derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi yang berada pada dalam sifat-sifat tertentu. Pada sistem yang lebih tradisional ditandai oleh derajat homophily yang lebih tinggi, dalam komunikasi antarpribadi dan norma-norma di desa menjadi lebih modern sehingga menjadi lebih heterophily.6
1.5 Sifat Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi sama halnya dengan ilmu-ilmu lain yang pasti memiliki
sifatnya tersendiri sehingga menjadi suatu ciri khas pada ilmu tersebut. Beberapa sifat yang dapat
menunjukan komunikasi antara dua orang, yang mengarah pada komunikasi antar pribadi yaitu
didalamnya melibatkan perilaku verbal maupun nonverbal, yang dapat menunjukan seberapa
jauh hubungan antara pihak yang terlibat di dalamanya. Berikut adalah beberapa sifat yang
dimiliki oleh komunikasi antarpribadi (Liliweri, 1991:29):
(32)
a) Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, perilaku ini timbul karena kekuasaan emosi yang bebas dari campur tangan kognisi.
b) Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik agar mempunyai interaksi dan koherensi, artinya suatu komuikasi antar pribadi harus ditandai dengan adanya umpan balik serta adanya interaksi yang melibatkan suatu perubahan di dalam sikap, perasaan, perilaku dan pendapat tertentu.
c) Komunikasi antar pribadi biasanya bersifat intrintik dan ekstrinsik. Intrinstik merupakan suatu standar perilaku yang dikembang oleh seseorang sebagai panduan melaksanakan komunikasi, sedangkan ekstrinsik yaitu aturan lain yang ditimbulkan karena pengaruh kondisi sehingga komunikasi antar manusia harus diperbaiki atau malah harus berakhir. d) Komunikasai antar pribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang dimaksud adalah
suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya tindakan bersama sehinnga menghasilkan proses komunikasi yang baik.
e) Komunikasai antar pribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang dimaksud adalah suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya tindakan bersama sehinnga menghasilkan proses komunikasi yang baik.
II.2 Down Syndrome
II.2.1 Pengertian Down Syndrome
Istilah Down syndrome digunakan untuk menyebut anak-anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi serta ketidakcakapan dalam interaksi sosial, yang diakibatkan oleh adanya kelainan pada kromosom. Jumlah kromosom yang dimiliki penderita down syndrome tidak terdiri dari dua kromosom sebagaimana mestinya melainkan kromosomnya berjumlah tiga, sehingga mengakibatkan anak mengalami penyimpangan fisik. Down syndrome merupakan bagian dari ketunagrahitaan yaitu kelainan yang terjadi pada mental dan kognitif yang dialami oleh penderitanya.7
Anak berkebutuhan khusus seperti anak down syndrome ini sangat memerlukan
perhatian ektra dari orang disekitarnya terutama orangtua dan keluarga. Tidak mudah untuk
menghadapi dan menerima kondisi yang dialami anak down syndrome, karena selain bentuk fisik
dan kemampuan kognitif yang berbeda dari anak lainnya, pada umumnya anak down syndrome
juga bermasalah dengan perilaku hiperaktif, serta emosi yang cendrung labil.
(33)
Setiap anak yang terlahir ke dunia ini merupakan makhluk yang unik, karena itu
pendekatan pada masing-masing anak juga harus berbeda, begitu pula pada anak yang terlahir
dengan keterbatasan yang terpenting adalah bagaimana upaya meningkatkan quality of life dari
anak berkebutuhan khusus ini.
Anak down syndrome biasanya banyak dilahirkan oleh ibu yang sudah berumur di atas 30 tahunan. Namun, tidak menutup kemungkinan ibu yang masih berumur di bawah 30 tahun juga dapat melahirkan anak yang mengalami down syndrome. Hal ini terjadi biasanya akibat dari sel telur wanita yang telah dibentuk pada saat wanita tersebut masih dalam kandungan dan akan dimatangkan satu per satu setiap bulan pada saat wanita tersebut akil balik, sehingga pada saat wanita menjadi tua, kondisi sel telur tersebut kadang-kadang menjadi kurang baik dan pada waktu dibuahi oleh sel telur laki-laki, sel benih ini mengalami pembelahan yang kurang sempurna. Oleh karena itu, Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan kromosom melalui
amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi apakah ada kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan fisik kromoson dengan ultrasonography dan Pemeriksaan darah. Hal ini dianggap paling ekeftif karena sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini.8
Kebanyakan penderita down syndrome di kehidupan sehari-harinya mengalami
kesulitan dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan bina diri. Selain itu, kebanyakan
penderita down syndrome juga mengalami gangguan yang disebut attention defisit hyperactivity
disorder (ADHD) yang berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Gangguan
ADHD memberikan gambaran tentang suatu kondisi medis yang mencakup disfungsi otak
(Baihaqi dan Sugiarmin, 2006:2).
(34)
Penderita gangguan ADHD mengalami kesulitan dalam mengendalikan implus yang
terdapat dalam otaknya. Selain itu, gangguan ini juga menghambat perilaku dan keadaan
penderitanya serta tidak mendukung rentang perhatian mereka. Gangguan ini dapat mempunyai
pengaruh negatif terhadap kondisi anak baik di sekolah, di rumah dan di lingkungannya yang
mengakibatkan anak menjadi sangat aktif, kesulitan dalam belajar, kesulitan berperilaku,
kesulitan sosial, dan lain sebagainya. Perilaku anak yang mengalami ADHD sangat
membingungkan dan sangat kontradiktif, namun mereka dapat melakukan sesuatu dengan lebih
giat dan tekun dibandingkan anak normal jika orangtua atau guru menerapkan aturan yang lebih
ketat. Oleh karena itu, perhatian dan dukungan yang diberikan orangtua sangat dibutuhkan oleh
anak yang mengalami ADHD kerena hal ini sangat berpengaruh pada kekuatan, kemampuan, dan
perasaan anak.
Selain itu, penderita down syndrome biasanya lahir dengan berbagai gangguan medis,
seperti gangguan jantung, leukemia, katarak, gangguan pendengaran dan gangguan bicara.
Penderita down syndrome biasanya juga mengalami kesulitan dalam hal yang berhubungan
dengan kegiatan belajar karena kemampuan daya ingat yang lambat dibandingkan dengan anak
normal. Masalah ini disebabkan karena lemahnya kemampuan persepsi dan menilai. Namun,
sistem pengajaran dengan menggunakan gambar dianggap merupakan metode bagus untuk
mengajarkan anak down syndrome belajar, berbicara, dan berinteraksi.
II.2.2 Karakteristik Down Syndrome
Down syndrome merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasan mengalami
hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Ada beberapa
(35)
1) Keterbatasan Intelegensi
Intelegensi merupakan fungsi kompleks yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah serta situasi kehidupan yang baru. Kapasitas belajar anak down syndrome lebih bersifat abstrak seperti berhitung dan belajarnya tanpa pengertian.
2) Keterbatasan Sosial
Disamping memiliki keterbatasan intelegensi, anak down syndrome juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat. Anak down syndrome cendrung tidak mampu memikul tanggungjawab sosial dengan bijaksana sehingga mereka selalu harus dibimbing dan diawasi. Mereka juga melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.
3) Keterbatasan fungsi mental lainnya
Anak down syndrome memiliki waktu lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya dan ada umumnya anak down syndrome memiliki keterbatasn dalam penguasaan bahasa. Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi tetapi pusat pengelolaan (perbendaharaan kata) yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya.
Selain hal diatas, terdapat juga beberapa karakteristik fisik dari anak down syndrome
yang bisa di amati secara langsung yaitu 9:
a) Bagian belakang kepala rata (Flattening of the back of the head).
b) Mata sipit karena adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak mata. c) Alis mata miring (slanting of the eyelids).
d) Telinga lebih kecil, sehingga mudah terserang infeksi.
e) Mulut yang mungil, lidah tebal dan pangkal mulut yang cenderung dangkal. Di samping itu, otot mulut mereka juga kerap lemah, sehingga menghambat kemampuan bicara. Pertumbuhan gigi geligi mereka pun lambat dan tumbuh tak beraturan. Gigi yang berantakan ini juga menyulitkan pertumbuhan gigi permanen.
f) Otot lunak.
g) Persendian longgar (loose ligament).
h) Jari Tangan mungil.
i) Di telapak tangan terdapat garis melintang yang disebut simian crease.
j) Kaki yang mungil, simian crease juga terdapat di kaki yaitu telunjuk dan ibu jari yang cenderung lebih jauh dari pada kaki orang normal.
k) Hidung cenderung lebih kecil dan datar. Hal ini di ikuti pula dengan saluran pernafasan yang kecil, sehingga para penderita sering kesulitan untuk bernafas.
l) Rambut lemas, tipis dan jarang
(36)
II.2.3 Penyebab Down Syndrome
Down Syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom, khusunya kromosom 21.
Pada umumnya manusia memiliki 23 pasang kromosom. Tapi pada anak down syndrome,
kromosom 21 tidak sepasang melainkan tiga kromosom. Jadi, dengan kata lain down syndrome
merupakan gangguan genetik, akibatnya terjadi gangguan di dalam sel. Selain itu, umur ibu pada
saat melahirkan kemungkinan besar juga akan ikut mempengaruhi terjadinya down syndrome
pada anak.
II.2.4 Klasifikasi Down Syndrome
Down syndrome dapat di kategorikan dalam beberapa kategori berdasarkan hal yang mempengaruhi diantaranya tingkat intelegensi dan kemampuan yang terdapat pada diri anak
down syndrome, berikut uraian kategorinya 10:
II.2.4.1 Down syndrome Berdasarkan Tingkat Intelegensi
• Down syndrome Ringan
Para penderita down syndrome pada kelompok ini, tidak terlalu parah mereka masih dapat diajarkan belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana. Pada umumnya kelompok ini tidak terlihat mengalami gangguan fisik.
• Down syndrome Sedang
Para penderita down syndrome pada kelompok ini termasuk anak keterbelakang mental yang perkembangan Mental Age (MA) relatif lama, bisa sampai 7 tahun. Kelompok ini hanya bisa untuk di didik mengurus diri sendiri seperti mandi, makan, dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari, kelompok ini membutuhkan pengawasan dari orang sekitar.
• Down syndrome Berat
Kelompok ini sering disebut Idiot dan kelompok ini dapat dibagi lagi menjadi dua kelompok yaitu anak down syndrome berat dan sangat berat. Down syndrome berat memiliki IQ antara 32-20, sedangkan down syndrome sangat berat memili IQ di bawah 19. Kelompok ini memerlukan bantuan perawatan secara total.
II.2.4.2 Down syndrome Berdasarkan Kemampuan yang dimiliki Anak
• Down syndrome Mampu Latih
Para penderita down syndrome pada kelompok ini adalah merupakan anak down syndrome yang memiliki kemampuan yang cukup baik untuk dilatih dalam melakukan sesuatu hal seperti menyulam, menjahit, olahraga.
(37)
Para penderita down syndrome pada kelompok ini adalah merupakan kategori anak down syndrome yang cukup bisa diberikan pendidikan akademis dan biasanya kemampuan intelegensi pada down syndrome kategori ini cukup baik.
• Down syndrome Mampu Latih dan Mampu didik
Para penderita down syndrome pada kategori ini merupakan kategori anak down syndrome yang memiliki kemampuan yang lumayan baik dalam menerima pendidikan akademis serta juga memiliki kemampuan yang lumayan baik untuk bisa dilatih. Dengan kata lain anak down syndrome kategori ini merupakan gabungan dari dua kategori down syndrome sebelumnya.
II.2.5 Teknik Penanganan Down Syndrome
Terapi diperlukan untuk membangun kondisi anak berkebutuhan khusus menjadi lebih baik, hal ini harus rutin dilakukan agar apa yang menjadi kekurangan anak bisa diatasi dan akan lebih ekektif dilakukan sejak usia dini sebab perkembangan otak pada anak umumnya terjadi sekitar umur 2-3 tahun. Terapi yang cukup efektif untuk anak penderita down syndrome yaitu 11:
a) Terapi Wicara
Terapi ini diperlukan bagi penderita down syndrome yang bermasalah dengan keterlambatan bicara, deteksi dini diperlukan sebagai dasar untuk memberikan pelayanan terapi wicara pada anak.
b) Terapi Okupasi
Terapi ini diberikan untuk dasar anak dalam hal kemandirian atau pemahamannya dan kemampuan sensorik dan motoriknya. Jenis terapi ini membantu anak dalam mengembangkan kekuatan dan kordinasi dengan atau tanpa menggunakan alat.
c) Terapi Kognitif
Terapi ini diberikan pada anak yang mengalami gangguan kognisi dan perceptual. Salah satu bentuk terapi kognitif yaitu senam otak, adalah sejenis kegiatan terapi berbentuk senam yang ditujukan untuk memberikan kondisi relaksasi pada otak.
d) Terapi Remedial
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan akademis dan skill, jadi bahan dari sekolah bisa dijadikan bahan acuan program terapi.
e) Terapi Sensori Integrasi
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan pengintegrasian sensori, misalnya, pengintegrasian antara otak kanan dan otak kiri.
f) Terapi Snoefzelen
Terapi ini diberikan pada anak yang mengalami gangguan perkembangan motorik. anak di ajarkan berprilaku umum dengan pemberian sistem penghargaan pada anak tersebut.
10.
(38)
II.3 Teori Interaksi Simbolik (George Herbert Mead)
George Herbert Mead merupakan ilmuan yang pertama kali mencetuskan teori interaksi
simbolik, Mead sangat mengagumi kemampuan manusia untuk menggunakan simbol. Ia
menyatakan bahwa orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul di dalam sebuah
situasi tertentu, karena makna diciptakan dari interaksi pada sebuah realitas.
Teori interaksi simbolik ini menekankan hubungan antara simbol dan interaksi. Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes dalam buku pengantar teori komunikasi analisis dan aplikasi, mengatakan bahwa interaksi simbolik adalah sebuah kerangka refensi untuk memahami bagaimana manusia bersama dengan orang lainnya menciptakan dunia simbolik dan bagaimana dunia ini sebaliknya menciptakan manusia bersama orang lainnya, sehingga dapat membentuk perilaku manusia. Pernyataan ini jelas menggambarkan mengenai bagaimana saling ketergantunganan atara individu dan masyarakat (West dan Turner, 2008:96).
Teori interaksi simbolik lahir pada dua universitas yang berbeda yaitu University of
Iowa dan University Of Chicago. Pada awal perkembangannya kelompok Iowa mengembangkan
bebarapa cara pandang yang baru mengenai konsep diri, tetapi pendekatan yang dilakukan
dianggap sebagai pendekatan yang tidak biasa. Oleh karena itu, Herbert Blumer melanjutkan
penelitian yang dilakukan George Herbert Mead, ia meyakini bahwa studi manusia tidak dapat
diselenggarakan di dalam cara yang sama dengan studi tentang benda mati. Peneliti perlu
mencoba empati dengan pokok materi, masuk pengalamannya dan usaha untuk memahami nilai
dari tiap orang.
Blumer dan pengikutnya menghindari kuantitatif dan pendekatan ilmiah, melainkan
lebih menekankan pada riwayat hidup, autobiografi, studi kasus, buku harian, surat dan
nondirective interviews. Blumer terutama sekali menekankan pentingnya pengamatan peserta di
dalam studi komuniakasi. Lebih lanjut, tradisi Chicago ini melihat orang-orang sebagai individu
(39)
dari proses, yang bukan struktur untuk membekukan proses tersebut yang akhirnya akan
menghilangkan intisari dari hubungan sosial.
Ralph LaRossa dan Donald C. Reitzes juga mencatat tujuh asumsi yang mendasari teori
interaksi simbolik, yang memperlihatkan tiga tema besar yaitu (West dan Turner, 2008:96),
(1) Pentingnya makna bagi perilaku manusia,
a. Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka.
b. Makna yang diciptakan dalam interaksi antar manusia. c. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.
(2) Pentingnya konsep mengenal diri,
a. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain. b. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku.
(3) Hubungan antara individu dan masyarakat
a. Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial. b. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.
Karya Mead yang paling terkenal, berjudul Mind, Self, and Society menggaris bawahi
tiga konsep kritis yang dibutuhkan dalam menyusun sebuah diskusi tentang teori interaksionisme
simbolik. Tiga konsep itu saling mempengaruhi satu sama lain dalam term interaksionisme
simbolik. Pikiran manusia (mind) dan interaksi sosial (self dengan orang lain) digunakan untuk
menginterpretasikan dan memediasi masyarakat (society) (Elvinaro, 2007:136). Untuk lebih jelas
ketiga konsep tersebut dijabarkan sebagai berikut :
a) Pikiran (Mind)
Pikiran merupakan kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna
(40)
konsep pemikiran yang dinyatakan sebagai percakapan di dalam diri sendiri. Salah satu hal
penting yang diselesaikan individu melalui pemikiran adalah pengambilan peran atau
kemampuan secara simbolik menempatkan dirinya sendiri dalam diri khayalan orang lain (West
dan Turner, 2008:104-105).
Seorang individu dapat mengembangkan apa yang disebut dengan pikiran melalui
bahasa dan ini membuat individu tersebut mampu menciptakan setting interior bagi masyarakat
yang dilihatnya dan beroperasi di luar diri individu tersebut. Bahasa tergantung pada simbol
signifikan atau simbol-simbol yang memunculkan makna yang sama bagi orang banyak.
b) Diri (Self)
Diri merupakan kemampuan untuk merefleksikan diri kita sendiri dari perspektif orang
lain. Individu mempunyai kemampuan untuk menjadi subjek dan objek bagi dirinya sendiri
dengan menggunakan bahasa. Subjek atau diri yang bertindak sebagai I dan objek atau diri yang
mengalami sebagai Me. Dimana I bersifat spontan, impulsif, dan kreatif sedangkan Me lebih
reflektif dan peka secara sosial (West dan Turner, 2008:107).
c) Masyarakat (society)
Cara manusia untuk mengartikan dunia dan diri sendiri yang berhubungan erat dengan
masyarakatnya. Ada dua bagian penting masyarakat yang mempengaruhi pikiran dan diri
seorang individu yaitu particular others (orang lain secara khusus) merujuk pada individu yang
signifikan bagi individu lain seperti orangtua serta keluarga dan generalized others (orang lain
secara umum) yang merujuk pada cara pandang dari sebuah kelompok sosial sebagai suatu
(41)
Sebelum bertindak manusia menggunakan arti-arti tertentu kepada dunianya sesuai
dengan skema-skema interpretasi yang telah disampaikan kepadanya melalui proses sosial.
Sehubungan dengan proses tersebut yang mengawali perilaku manusia, konsep pengambilan
peran (role taking) sangat mempengaruhi dan penting. Sebelum diri seseorang bertindak, ia
membanyangkan dirinya dalam posisi orang lain dan mencoba untuk memahami apa yang
diharapkan oleh pihak lainnya.
Komunikasi adalah proses interaksi simbolik dalam bahasa tertentu dengan cara berpikir
tertentu untuk mencapai pemaknaan tertentu pula, dimana kesemuanya terkonstruksi secara
sosial. Interaksi simbolik merupakan salah satu model penelitian budaya yang berusaha
mengungkap realitas perilaku manusia. Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami
budaya melalui perilaku manusia yang terpantul dalam komuniaksi. Interaksi simbolik lebih
menekankan pada makna interaksi budaya sebuah komunitas. Pada saat berkomunikasi jelas
banyak penampilan simbol yang bermakna, yang hanya dimengerti oleh orang-orang yang
melakukan komunikasi tersebut.
II.4 Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga
Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan
interpersonal barangkali yang paling penting. Sehingga dapat dinyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, maka makin terbuka seorang individu untuk mengungkapkan dirinya,
makin cermat pula persepsinya tentang orang lain dan dirinya, sehingga makin efektif
komunikasi yang berlangsung. Komunikasi interpersonal yang efektif salah satunya dapat
tercermin pada keluarga, karena keluarga merupakan unit sosial yang paling kecil dalam
(42)
Melalui keluarga seseorang individu memulai yang namanya belajar, membentuk
karakter, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan pada dirinya melalui suatu pola
tertentu. Komunikasi interpersonal yang terjadi diantara anggota keluarga dengan sendirinya
akan membentuk hubungan interpersonal diantara anggota keluarga tersebut. Proses komunikasi
dalam keluarga menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga hubungan interpersonal tiap
anggota keluarga. Meskipun semua kondisi budaya dan sosial berubah, tetapi bagaimanapun
komunikasi tetap harus memainkan peranan penting dalam kehidupan keluarga. Bahkan,
perubahan ini seharus dapat mendorong seorang individu untuk memahami bagaimana
komunikasi dapat mengurangi ketidakpastian. Hal ini pula yang nantinya akan menjadi suatu
peran dan tanggung jawab baru bagi setiap anggota keluarga.
Sebuah kelompok sosial dalam masyarakat memiliki peran dan status yang ditentukan.
Misalnya, suami, istri, ayah, ibu serta anak dengan sebuah ikatan darah, perkawinan, ataupun
adopsi yang biasanya berbagi tempat tinggal umum dan bekerjasama secara ekonomi. Namun,
seiring perkembang zaman definisi keluarga mulai berubah, tidak lagi menekankan pada peran
tradisional ibu, ayah dan anak tetapi lebih menekankan pada hubungan interpersonal dan
komitmen pribadi. Selain itu, terdapat juga definisi keluarga yang lain yaitu sebagai suatu unit
yang terdiri dari sejumlah orang yang tinggal secara bersama dan memiliki hubungan satu sama
lain dari waktu ke waktu dan biasanya berada dalam ruang hidup yang umum, tetapi tidak selalu
bersatu baik dalam bentuk pernikahan maupun kekeluargaan.
Berdasarkan perkembangan zaman dan perubahan sosial budaya dalam masyarakat,
terdapat empat jenis keluarga yaitu keluarga alami , campuran, orangtua tunggal dan keluarga
yang diperpanjang. Keluarga tradisional yang terdiri atas ayah, ibu dan anak biologis mereka
(43)
budaya, nilai, ekonomi, serta faktor lainnya membuat tipe keluarga ini menjadi tidak lagi khas.
Tipe keluarga yang paling khas saat ini adalah tipe keluarga campuran, yaitu keluarga yang
terdiri dari dua orang dewasa dan anak-anak mereka tetapi karena perceraian, perpisahan,
kematian ataupun adopsi, sehingga anak-anak mungkin menjadi salah satu produk dari orangtua
biologis atau hanya salah satu orangtua yang membesarkan mereka.
Keluarga besar yang biasanya termasuk paman, bibi, sepupu, kakek, nenek dan lain
sebaginya juga mempengaruhi komunikasi dalam keluarga. Keluarga merupakan tempat dimana
sesorang dibesarkan, tidak peduli apa jenisnya itulah yang dinamakan keluarga asal, dari sini
sesorang diajarkan aturan dan keterampilan tentang komunikasi interpersonal dan cara
mengembangkan asumsi dasar tentang sebuah hubungan.
Para peneliti komunikasi interpersonal telah mengembangkan empat pendekatan yang
berbeda untuk mempelajari komunikasi interpersonal dalam keluarga yaitu 12 :
• Pendekatan Sosial Deskriptif, pendekatan ini berpandangan bahwa keluarga berfungsi untuk menyelidiki aturan, peran, pola, tradisi dan norma-norma kehidupan keluarga. • Pendekatan keterampilan komunikasi dan perspektif penggayaan, pendekatan ini
menekankan pada prinsip dan keterampilan yang dirancang unuk membantu agar
keluarga berfungsi dengan baik dan dapat meningkatkan keterampilan komunikasi
diantara anggota keluarga.
• Pendekatan Terapi, pendekatan ini membantu keluarga disfungsional agar dapat mengidentifikasi dan mengelola isu-isu komunikasi yang bermasalah dalam keluarga.
Terapi ini lebih banyak berhasil jika semua anggota keluarga terlibat di dalamnya.
(44)
• Pendekatan Sistem, pendekatan ini memeriksa hubungan saling ketergantungan antara anggota keluarga dari perspektif holistik.
Oleh karena itu, apapun yang terjadi pada salah satu anggota keluarga dapat
mempengaruhi keseluruahan sisitem keluarga. Sehingga mencoba untuk mengisolasi perilaku
tertentu yang tidak akan memberikan pemahaman lengkap tentang bagaimana keluarga
beroperasi. Sering kali konflik dalam keluarga terjadi karena anggota keluarga menekankan
suatu peristiwa dari perspektif yang berbeda. Sistem keluarga, sama seperti semua sistem sosial
lainnya yaitu sebuah sistem organisasional yang kompleks, terbuka, adaptif, informatif dan
memerlukan pengelolaan.
Konflik yang terjadi diantara anggota keluarga sebenarnya dapat di minimalisir
melalui sebuah sistem keluarga yang diterapkan pada keluarga yang disfungsional tersebut. Jadi,
sitem keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam sebuah keluarga. Ada beberapa jenis
sistem keluarga yang dapat menjadi solusi dalam keluarga yang disfungsional yaitu :
1. Sistem keluarga yang lebih dari jumlah anggota perorangan
Setiap keluarga pasti terjadi dinamika di dalamnya, namun untuk memahami dan
mengatasi hal tersebut, sesorang anggota keluarga yang menjadi panutan dalam keluarga tersebut
harus mempertimbangkan sesuatu yang lebih dari anggota keluarga yang lainnya. Hal ini
mengarah pada sebuah prinsip utama berfikir sistem yaitu keseluruahan lebih besar daripada
jumlah bagian-bagian. Keluarga mengasumsikan identitas kolektif yang menggabungkan tujuan
individu, kebutuhan dan kepribadian anggotanya. Ini bertujuan agar setiap anggota keluarga
(1)
Pada sub pertanyaan terakhir di kategori bentuk motivasi orangtua pada anak down syndrome, yaitu tentang jenis terapi yang di ikuti anak down syndrome di sekolah. ketujuh informan yang diwawancara, sebanyak empat informan (Rahimah, Indah, Masnidar, Lumban) mengatakan anaknya termasuk kategori down syndrome sedang mampu latih karena melihat dari perkembangan yang dialami anak-anaknya yang lebih bisa untuk melakukan sesuatu yang di latih secara rutin, sedangkan satu informan (Habibah) menjawab kategori anak down syndrome-nya adalah down syndrome sedang mampu latih dan mampu didik. Sementara satu informan (Nursaibah) menjawab melihat dari yang dialami anaknya, anaknya dikategorikan termasuk down syndrome ringan mampu latih dan mampu didik serta satu orang informan (Yuniar) pula yang mengatakan anaknya termaasuk down syndrome ringan mampu latih, sebab anaknya menyenangi sesuatu yang di lakukannya secara rutin.
(2)
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis terhadap ketujuh informan yang memiliki anak down syndrome berbeda karakteristik dan berbeda tingkatan kelasnya, maka dapat di tarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Pandangan yang di miliki oleh orangtua terhadap kondisi anak sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak. Semakin cepat orangtua mampu menemukan makna dari kondisi yang terjadi pada anaknya, maka semakin cepat pula anak mendapatkan perhatian dan kasih sayang orangtua yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Setiap orangtua dapat mengambil hikmah dari kondisi yang dialami anaknya sehingga rasa kecewa, tidak percaya dan sedih saat pertama kali mengetahui kondisi anak berubah menjadi sikap penerimaan yang ikhlas.
2. Peranan orangtua bagi anak down syndrome sangat penting sebab orangtua yang diharapkan untuk membantu mengatasi masalah yang dialami anak. Kebanyakan anak down syndrome mengalami gangguan berkomunikasi, perilaku, emosional yang labil dan keterbatasan intelegensi. Oleh Karena itu, Proses interaksi antara orangtua dengan anak yang banyak tercipta dari hubungan komunikasi antar pribadi sangat memiliki pengaruh positif terhadap perilaku keseharian anak seperti nasehat yang diberikan orangtua saat suasana hati anak sedang tidak baik. Inteaksi yang tercipta antara orangtua dengan anak down syndrome sangat membantu orangtua dalam memahami kondisi anak sehari-hari.
(3)
3. Orangtua harus berpandangan positif terhadap kondisi yang dialami anak serta kemampuan yang di miliki anak sebab hal ini merupakan hal yang sangat mempengaruhi anak. Orangtua harus selalu berperan aktif dan ingin anak berubah, sehingga orangtua dapat memberikan motivasi pada anak down syndrome agar anak dapat percaya diri dan tidak malu dengan kondisi yang dimilikinya. Motivasi yang diberikan orangtua tercermin dalam tindakan menyekolahkan anak sesuai dengan kondisi, sehingga anak juga dapat merasakan yang namanya belajar dan memiliki teman. Dengan begitu, kemampuan diri anak down syndrome dapat berkembang.
4. Sikap yang ditunjukan particulars others pada anak down syndrome sangat positif, mampu menerima kondisi anak down syndrome apa adanya dan tidak pernah merasa malu. Sehingga hal ini pun berpengaruh pada sikap dan tingkah laku anak, yang menjadikan para anak down syndrome sangat peduli terhadap apa yang terjadi pada keluarganya. Sehingga model interaksi yang terlihat diantara anggota keluarga bersifat fleksibel, terbuka, ketat dan saling terlibat satu sama lain dalam melakukan sesuatu hal di dalam keluaga.
V.2 Saran
Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, demikian pula halnya dengan penelitian ini yang masih jauh dari kata sempurna. Penelitian ini masih banyak memiliki keterbatasan. Seperti yang diketahui bahwa hasil penelitian kualitatif tidak dapat di generalisasikan maka hasil penelitian ini hanya berlaku bagi ketujuh informan dan anak down syndromenya saja. Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti merasa perlu untuk mengajukan
(4)
beberapa saran yang merupakan sumbangan pemikiran untuk menuju perbaikan yaitu sebagai berikut :
1. Hendaknya orangtua anak down syndrome tidak terbelenggu dengan kondisi dan keadaan yang dimiliki anak, dalam artian para orangtua tidak perlu terlalu khawatir terhadap kondisi dan keadaan anak. Apabila sikap ini terlalu berlebihan dan pembentukkan karakter yang berikan orangtua pada anak down syndrome tidak sesuai dengan seharusnya (yang mana pada anak berkebutuhan khsusus sebenarnya yang diharapkan adalah kemandirian bukan sikap selalu bergantung), maka anak menjadi bersikap manja dan selalu mengharapkan bantuan orang lain sehingga anak
akan sulit untuk menghadapi masa depannya.
2. Orangtua sebaiknya selalu memberi kesempatan dan kepercayaan pada anak down syndrome agar rasa percaya diri mereka tumbuh dan keterampilan serta potensi yang ada didalam diri merekkema dapat berkembang.
3. Orangtua harus mampu menciptakan dan mewujudkan kehidapan anak-anak down syndrome mereka dengan cinta dan kasih sayang.
4. Sikap anggota keluarga pada anak down syndrome diharapkan dapat menumbuhkan “rasa kepemilikan” pada anak yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kemajuan anak down syndrome.
(5)
DAFTAR PUTAKA
Armayati dan Eki Okviana. 2007. Upaya Mengoptimalkan Kemampuan Bina Diri Anak Down Syndrome dengan Menggunakan Metode Modeling. Surabaya : Airlangga University Library.
Baihaqi dan Sugiarmin. 2006. Memahami dan Membantu Anak ADHD. Bandung: Refika Aditama.
Bodgan, Robert dan Steven J.Taylor. 1992. Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.
Bungin, Burhan. 1992. Metode Penelitian Sosial, Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.
Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Effendi, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Elvinro, Ardianto dan Bambang Q – Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Gunarsa, Singgih.D. 2004. Konseling & Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulya.
Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Mulyana, Dedi. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nawawi, Hadari. 1991. Metode penelitian Sosial. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press. Prastowo Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif; dalam Perspektif Rancangan Penelitian.
Yogjakarta: AR-RUZZ Media.
(6)
Soelaeman, Isa Muhammad. 1994. Pendidikan Keluarga. Bandung: Alfabeta. Somantri, T Sujihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung Prospect. Supratiknya, A. 2002. Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.
West Richard dan Lynn Turner.2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Yayasan Pembinaan Anak Cacat. 2004. Layanan Rehabilitasi Sosial. Medan: “YPAC” Sumatera Utara.
Sumber lain (Webside)
16 Januari 2011 pukul 01.07.
http:/www.adin-lib-unair.ac.id/. Diakses pada 7 September 2011 pukul 23.52.
http: Diakses pada 16 Januari 2011 pukul 00.35.
22.45.
Diakses pada tanggal 16 januari 2011 pukul 22.20.
September 2011 pukul 00.24.
pukul 22.18.
22.40
pada tanggal 27 November 2010 pukul 20.15.