1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang
masih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke tahun. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen
Kesehatan dari tahun 2000 sd 2010 terlihat kecenderungan insiden naik. Pada tahun 2000 IR Insidensi Ratio penyakit diare 3011000 penduduk, tahun 2003
naik menjadi 3741000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 4231000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 4111000 penduduk Kemenkes, 2011
a
. Penyebab sebagian besar diare akut adalah infeksi. Dampak yang terjadi
akibat infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan rearbsorpsi cairan dan elektrolit dengan
akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa Subianto et al., 2001.
Biaya pelayanan kesehatan di beberapa negara semakin meningkat dari tahun ke tahun, selain itu dengan dipasarkannya obat baru dengan harga yang
lebih mahal menyebabkan biaya obat per tahun terus meningkat. Namun demikian, dengan anggaran belanja yang terbatas, menyebabkan anggaran untuk
obat maupun pelayanan kesehatan menjadi semakin terbatas. Ekonomi kesehatan menggunakan prinsip ekonomi untuk masalah kesehatan yang dapat membantu
mengambil keputusan dalam menentukan pilihan dalam keterbatasan sumber daya yang ada Andayani, 2013.
Penelitian yang dilakukan Septin Handayani 2012 menunjukkan bahwa rata-rata biaya terapi pasien diare secara keseluruhan adalah biaya obat untuk
diare spesifik yaitu sebesar Rp.288.189 ± Rp.327.220 dan untuk diare non- spesifik sebesar Rp.214.357 ± Rp.815.947, rata-rata total biaya untuk diare
spesifik Rp.447.446 ± Rp.330.364 dan untuk diare non-spesifik sebesar Rp.422.559 ± Rp.120.687 dan total biaya terapi diare untuk setiap kelas perawatan
paling besar terdapat pada kelas 1 yaitu sebesar Rp.580.087 ± Rp.436.259.
2
Beberapa dekade terakhir, biaya pelayanan kesehatan, khususnya biaya obat, mengalami peningkatan tajam, dan tampaknya akan terus berlanjut. Hal ini
antara lain disebabkan oleh populasi pasien yang semakin banyak dengan konsekuensi meningkatnya penggunaan obat; adanya obat-obat baru yang
harganya lebih mahal; dan perubahan pola pengobatan. Di sisi lain, sumber daya yang dapat digunakan terbatas, sehingga merubah cara pelayanan kesehatan
menjadi lebih efisien dan ekonomis. Perkembangan farmakoepidemiologi saat ini tidak hanya meneliti penggunaan dan efek obat dalam hal khasiat efikasi dan
keamanan safety saja, tetapi juga menganalisis dari segi ekonominya. Studi khusus yang mempelajari hal ini disebut dengan nama farmakoekonomi Trisna,
2007. Penelitian ini menggunakan cost analysis analisis biaya. Cost analysis
bertujuan untuk memperkirakan besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk keadaan atau penyakit tertentu dan digunakan untuk membandingkan pengaruh
dari suatu penyakit dibandingkan dengan penyakit lain atau pengaruh ekonomi dari suatu penyakit pada suatu daerah dibandingkan dengan daerah lain
Andayani, 2013. Jaminan Kesehatan yang diberikan kepada pasien merupakan bagian dari
sistem jaminan sosial nasional yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib mandatory. Undang-
Undang No.40 Tahun 2004 tentang SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang
layak. Manfaat kartu BPJS adalah peserta berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan Kemenkes,
2013. Penelitian dilakukan untuk memberikan gambaran pengobatan yang
diberikan kepada pasien diare dan juga mengetahui komponen biaya yang ditanggung pasien melalui program BPJS. Pemilihan tempat penelitian di Instalasi
Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi karena merupakan salah satu rumah sakit di
3
wilayah Surakarta dengan pelayanan unggulan sebagai fasilitas pelayanan publik milik pemerintah sehingga banyak dijadikan tujuan untuk pelayanan kesehatan
pasien diare.
B. Perumusan Masalah