Produksi Bunga Dan Biji Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Pada Beberapa Konsentrasi GA3 Dan Dosis Fosfor

PRODUKSI BUNGADAN BIJI BAWANG MERAH (Alliumascalonicum L.) PADA BEBERAPA KONSENTRASI GA3 DAN DOSIS FOSFOR
ERIC V. PANDIANGAN 090301086
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

PRODUKSI BUNGADAN BIJI BAWANG MERAH (Alliumascalonicum L.) PADA BEBERAPA KONSENTRASI GA3 DAN DOSIS FOSFOR
SKRIPSI Oleh:
ERIC V. PANDIANGAN 090301086
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

PRODUKSI BUNGADAN BIJI BAWANG MERAH (Alliumascalonicum L.) PADA BEBERAPA KONSENTRASI GA3 DAN DOSIS FOSFOR
SKRIPSI Oleh :
ERIC V. PANDIANGAN 090301086/AGROEKOTEKNOLOGI Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

Judul Skripsi
Nama NIM Program Studi Minat


:Produksi Bunga dan Biji Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Beberapa Konsentrasi GA3 dan Dosis Fosfor : Eric V. Pandiangan : 090301086 : Agroekoteknologi : Budidaya Pertaniandan Perkebunan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Ir. Mariati, M. Sc Ketua

Ir. Jonis Ginting, MS. Anggota

Mengetahui,
Prof. Ir. T. Sabrina, M. Agr.,Sc.Phd Ketua Program Studi Agroekoteknologi

ABSTRAK
ERIC V. PANDIANGAN: Produksi Bunga dan Biji Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Beberapa Konsentrasi GA3 dan Dosis Fosfor, dibimbing oleh MARIATI dan JONIS GINTING.
Peningkatan produktivitas bawang merah dihadapkan pada persoalan ketersediaan benih bermutu. Kesulitan penyediaan biji bawang merah disebabkan oleh masih sulitnya membungakan dan membuahkan bawang merah, persentase biji yang dihasilkan mempunyai daya tumbuh yang rendah serta pembungaan bawang merah tidak serempak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan evaluasi pengaruh ZPT GA3 dan pemberian pupuk fosfor terhadap produksi bunga dan biji bawang merah. Penelitian dilaksanakan di Desa Hatoguan, Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian tempat +930 meter dpl yang dimulai bulan Februari sampai Juli 2014. Rancangan penelitian adalah rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi GA3 (0, 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm dan 100 ppm) dan dosis pupuk SP 36 (0; 10 g/plot; 20 g/plot dan 30 g/plot). Parameter yang diamati adalah panjang tanaman, jumlah daun, jumlah anakan per rumpun, persentase tanaman berbunga per plot, jumlah umbel per sampel, bobot biji per sampel, bobot biji per umbel, danbobot biji per plot.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara konsentrasi GA3 dan dosis pupuk SP 36 yang berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan per rumpun, persentase tanaman berbunga per plot dan jumlah umbel per sampel. Perlakuan GA3 tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman, jumlah daun, jumlah anakan per rumpun, bobot biji per sampel, bobot biji per umbel, dan bobot biji per plot. Perlakuan pupukSP 36 tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Kombinasi perlakuan G3P2 menghasilkan persentase tanaman berbunga per plot tertinggi (24%) dan jumlah umbel per sampel terbanyak (1,27 umbel). G1P2 menghasilkan jumlah anakan per rumpun terbanyak (8,50 anakan).
Kata kunci : Bawang merah, GA3, SP 36

ABSTRACT
ERIC V. PANDIANGAN : Flower and Seed Production of Shallot (Allium ascalonicum L.) in Some GA3 Concentration and Fosfor Dose, supervised by MARIATI and JONIS GINTING.
Increased productivity of shallot faced with the issue of the availability of seed quality. The shallot seed supply difficulties caused by the still difficult lend and produce shallot fruit, percentage of seed produce have a low ability to grow and flowering simultaneously.The purpose of the study was to evaluated the effect of GA3 and Fosfor application on the flowering and seed production of shallot. The research was conducted at Hatoguan Village, Subdistrict Palipi, Samosir Regency,North Sumatera Province with the height of +930 metres above sea level, began from Februari until July 2014. The research was arranged with a randomized block design with two factors. The first factor was concentration of GA3 (0; 25 ppm; 50 ppm; 75 ppm and 100 ppm) and the second was dose of SP 36 (0; 10g/plot; 20 g/plot and 30 g/plot). The parameters observed were plant lenghth, leaves number, tillers number per hill, percentage of flowering plants per plot, umbels number per sample, seeds weight per sample, seeds weight per umbel, and seeds weight per plot.

The results showed that the interaction of concentration of GA3 and dose of SP 36 fertilizer significantly affected percentage of flowering plants per plot, umbels number per sample, and tillers number per hill. GA3 treatment was no significantly on plant lenghth, leaves number, tillers number per hill, seeds weight per sample, seeds weight per umbel, and seeds weight per plot. However there was no parameter observed significantly affected by SP 36 fertilizer. G3P2 combined treatment resulted in the highest of percentage of flowering plants per plot (24 %) and umbels number per sample (1,27 umbel). G1P2 combined treatment resulted in highest tillers number per hill (8,50 tillers).
Keywords : Shallot, GA3, SP 36 fertilizer

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 26 Maret 1992 dari Ayah Drs. K. Pandiangan dan Ibu D. Br. Simanjuntak. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.
Tahun 2009 lulus dari SMA Negeri 2, Pematangsiantar dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB-SPMB (Ujian Masuk Bersama-Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Penulis memilih Program Studi Agroekoteknologi, minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif sebagai asisten praktikum di Laboratorium Dasar Agronomi pada tahun ajaran 2012/2013 serta anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek).
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Pematangsiantar, Sumatera Utara dari bulan Juli sampai Agustus 2012.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Produksi Bunga dan Biji Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Beberapa Konsentrasi GA3 dan Dosis Fosfor”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Ir. Mariati, M. Sc dan Bapak Ir. Jonis Ginting, MS. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Selain itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang telah memberikan dorongan finansial dan spiritual mulai dari awal hingga selesai.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh staf pengajar dan pegawai di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, serta rekan mahasiswa khususnya angkatan 2009 yang tak dapat disebutkan sat per satu disini yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, November 2013
Penulis

DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ................................................................................................................ ii

ABSTRACT................................................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 3 Hipotesis Penelitian .................................................................................................. 3 Kegunaan Penelitian ................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ........................................................................................................ 4 Syarat Tumbuh
Iklim ................................................................................................................ 6 Tanah............................................................................................................... 6 Pembungaan, Pembuahan dan Pembentukan Biji Bawang Merah ........................... 7 Giberelin (GA3)......................................................................................................... 9 Pupuk Fosfor ............................................................................................................. 13
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu .................................................................................................... 15 Bahan dan Alat.......................................................................................................... 15 Metode Penelitian ..................................................................................................... 15
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan ........................................................................................................ 18 Pembuatan Plot dan Saluran Drainase ...................................................................... 18 Persiapan Bibit .......................................................................................................... 18 Aplikasi Giberelin (GA3) .......................................................................................... 18 Aplikasi Pupuk Fosfor .............................................................................................. 19 Penanaman ................................................................................................................ 19 Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman ........................................................................................................ 19 Penyulaman........................................................................................................ 19 Pemupukan......................................................................................................... 20

Penyiangan dan Pembumbunan ......................................................................... 20 Pengendalian Hama dan Penyakit...................................................................... 20 Panen......................................................................................................................... 21 Pengamatan Parameter Panjang tanaman (cm)............................................................................................... 21 Jumlah Daun (helai) .................................................................................................. 21 Jumlah Anakan per Rumpun (anakan)...................................................................... 21 Persentase Tanaman Berbunga per Plot (%)............................................................. 21 Jumlah Umbel per Sampel (g) .................................................................................. 22 Bobot Biji per Sampel (g) ......................................................................................... 22 Bobot Biji per Umbel (g) .......................................................................................... 22 Bobot Biji per Plot (g)............................................................................................... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil .......................................................................................................................... 23 Pembahasan............................................................................................................... 36
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................................... 42 Saran ......................................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Rataan panjang tanaman 2-7 MST (cm) pada pada beberapa konsentrasi GA3 dan dosis SP 36 ........................................................................................ 24
2. Rataan jumlah daun 2-7 MST (helai) pada beberapa konsentrasi GA3 dan dosis SP 36 ................................................................................................ 27
3. Rataan persentase tanaman berbunga per plot (%) pada beberapa konsentrasi GA3 dan dosis SP 36..................................................................... 29
4. Rataan jumlah umbel per sampel (umbel) pada beberapa konsentrasi GA3 dan dosis SP 36 ........................................................................................ 31
5. Rataan jumlah anakan per rumpun (anakan) pada beberapa konsentrasi GA3 dan dosis SP 36 ....................................................................................... 33
6. Rataan bobot biji per sampel (g) pada beberapa konsentrasi GA3 dan dosis SP 36....................................................................................................... 34
7. Rataan bobot biji per umbel (g) pada beberapa konsentrasi GA3 dan dosis SP 36....................................................................................................... 35
8. Rataan bobot biji per plot (g) pada beberapa konsentrasi GA3 dan dosis SP 36....................................................................................................... 36

DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Penampang melintang horizontal dan vertikal bawang merah ........................ 5 2. Bunga Bawang Merah...................................................................................... 6 3. Rumus Struktur GA3 .................................................................................................................................. 10 4. Hubungan beberapa konsentrasi GA3 dan dosis pupuk SP 36 terhadap

persentase tanaman berbunga per plot ............................................................. 30 5. Hubungan beberapa konsentrasi GA3 dan dosis pupuk SP 36 terhadap
terhadap jumlah umbel per sampel .................................................................. 32 6. Hubungan beberapa konsentrasi GA3 dan dosis pupuk SP 36 terhadap
terhadap jumlah anakan per rumpun................................................................ 33

DAFTAR LAMPIRAN No.

Hal.

1. Deskripsi bawang merah varietas Medan ........................................................ 45 2. Bagan penelitian............................................................................................... 46 3. Bagan penanaman pada plot ............................................................................ 47 4. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian........................................................... 48 5. Data Analisis Tanah ......................................................................................... 49 6. Data Curah Hujan Dasarian Kabupaten Samosir............................................. 50 7. Data Curah Hujan Bulanan Kabupaten Samosir.............................................. 51 8. Data pengamatan panjang tanaman 2 MST (cm)............................................. 52 9. Sidik ragam panjang tanaman 2 MST.............................................................. 52 10. Data pengamatan panjang tanaman 3 MST (cm)............................................. 53 11. Sidik ragam panjang tanaman 3 MST.............................................................. 53 12. Data pengamatan panjang tanaman 4 MST (cm)............................................. 54 13. Sidik ragam panjang tanaman 4 MST.............................................................. 54 14. Data pengamatan panjang tanaman 5 MST (cm)............................................. 55 15. Sidik ragam panjang tanaman 5 MST.............................................................. 55 16. Data pengamatan panjang tanaman 6 MST (cm)............................................. 56 17. Sidik ragam panjang tanaman 6 MST.............................................................. 56 18. Data pengamatan panjang tanaman 7 MST (cm)............................................. 57 19. Sidik ragam panjang tanaman 7 MST.............................................................. 57 20. Data pengamatan jumlah daun 2 MST (helai) ................................................. 58 21. Sidik ragam jumlah daun 2 MST .................................................................... 58

22. Data pengamatan jumlah daun 3 MST (helai) ................................................. 59 23. Sidik ragam jumlah daun per 3 MST .............................................................. 59 24. Data pengamatan jumlah daun 4 MST (helai) ................................................. 60 25. Sidik ragam jumlah daun 4 MST .................................................................... 60 26. Data pengamatan jumlah daun 5 MST (helai) ................................................. 61 27. Sidik ragam jumlah daun 5 MST .................................................................... 61 28. Data pengamatan jumlah daun 6 MST (helai) ................................................. 62 29. Sidik ragam jumlah daun 6 MST .................................................................... 62 30. Data pengamatan jumlah daun 7 MST (helai) ................................................. 63 31. Sidik ragam jumlah daun 7 MST .................................................................... 63 32. Data pengamatan jumlah anakan per rumpun (anakan).................................. 64 33. Sidik ragam jumlah anakan per rumpun ........................................................ 64 34. Data pengamatan persentase tanaman berbunga per plot (%) ......................... 65 35. Data pengamatan (transformasi data arc sin √X) persentase tanaman
berbunga per plot (%) ................................................................................... 66 36. Sidik ragam (transformasi data arc sin √X) persentase tanaman berbunga
per plot .......................................................................................................... 66 37. Data pengamatan jumlah umbel per sampel (umbel)....................................... 67 38. Data pengamatan (transformasi data √X + 0,5) jumlah umbel per sampel
(umbel) .......................................................................................................... 68 39. Sidik ragam (transformasi data √X + 0,5) jumlah umbel per sampel .............. 68 40. Data pengamatan bobot biji per sampel (g) ..................................................... 69 41. Data pengamatan (transformasi data √X + 0,5) bobot biji per sampel (g) ...... 70 42. Sidik ragam (transformasi data √X + 0,5) bobot biji per sampel..................... 71 43. Data pengamatan bobot biji per umbel (g) ...................................................... 72 44. Data pengamatan (transformasi data √X + 0,5) bobot biji per umbel (g)........ 73

45. Sidik ragam (transformasi data √X + 0,5) bobot biji per umbel ...................... 73 46. Data pengamatan bobot biji per plot (g) .......................................................... 74 47. Data pengamatan (transfomasi data √X + 0,5) bobot biji per plot (g) ............. 75 48. Sidik ragam (transformasi data √X + 0,5) bobot biji per plot.......................... 75 49. Rangkuman uji beda rataan perlakuan beberapa konsentrasi ZPT GA3
dan dosis pupuk SP 36 terhadap parameter yang diamati ............................... 76
50. Dokumentasi Penelitian ................................................................................... 77

ABSTRAK

ERIC V. PANDIANGAN: Produksi Bunga dan Biji Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Beberapa Konsentrasi GA3 dan Dosis Fosfor, dibimbing oleh MARIATI dan JONIS GINTING.
Peningkatan produktivitas bawang merah dihadapkan pada persoalan ketersediaan benih bermutu. Kesulitan penyediaan biji bawang merah disebabkan oleh masih sulitnya membungakan dan membuahkan bawang merah, persentase biji yang dihasilkan mempunyai daya tumbuh yang rendah serta pembungaan bawang merah tidak serempak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan evaluasi pengaruh ZPT GA3 dan pemberian pupuk fosfor terhadap produksi bunga dan biji bawang merah. Penelitian dilaksanakan di Desa Hatoguan, Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian tempat +930 meter dpl yang dimulai bulan Februari sampai Juli 2014. Rancangan penelitian adalah rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi GA3 (0, 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm dan 100 ppm) dan dosis pupuk SP 36 (0; 10 g/plot; 20 g/plot dan 30 g/plot). Parameter yang diamati adalah panjang tanaman, jumlah daun, jumlah anakan per rumpun, persentase tanaman berbunga per plot, jumlah umbel per sampel, bobot biji per sampel, bobot biji per umbel, danbobot biji per plot.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara konsentrasi GA3 dan dosis pupuk SP 36 yang berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan per rumpun, persentase tanaman berbunga per plot dan jumlah umbel per sampel. Perlakuan GA3 tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman, jumlah daun, jumlah anakan per rumpun, bobot biji per sampel, bobot biji per umbel, dan bobot biji per plot. Perlakuan pupukSP 36 tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Kombinasi perlakuan G3P2 menghasilkan persentase tanaman berbunga per plot tertinggi (24%) dan jumlah umbel per sampel terbanyak (1,27 umbel). G1P2 menghasilkan jumlah anakan per rumpun terbanyak (8,50 anakan).
Kata kunci : Bawang merah, GA3, SP 36

ABSTRACT
ERIC V. PANDIANGAN : Flower and Seed Production of Shallot (Allium ascalonicum L.) in Some GA3 Concentration and Fosfor Dose, supervised by MARIATI and JONIS GINTING.
Increased productivity of shallot faced with the issue of the availability of seed quality. The shallot seed supply difficulties caused by the still difficult lend and produce shallot fruit, percentage of seed produce have a low ability to grow and flowering simultaneously.The purpose of the study was to evaluated the effect of GA3 and Fosfor application on the flowering and seed production of shallot. The research was conducted at Hatoguan Village, Subdistrict Palipi, Samosir Regency,North Sumatera Province with the height of +930 metres above sea level, began from Februari until July 2014. The research was arranged with a randomized block design with two factors. The first factor was concentration of GA3 (0; 25 ppm; 50 ppm; 75 ppm and 100 ppm) and the second was dose of SP 36 (0; 10g/plot; 20 g/plot and 30 g/plot). The parameters observed were plant lenghth, leaves number, tillers number per hill, percentage of flowering plants per plot, umbels number per sample, seeds weight per sample, seeds weight per umbel, and seeds weight per plot.
The results showed that the interaction of concentration of GA3 and dose of SP 36 fertilizer significantly affected percentage of flowering plants per plot, umbels number per sample, and tillers number per hill. GA3 treatment was no significantly on plant lenghth, leaves number, tillers number per hill, seeds weight per sample, seeds weight per umbel, and seeds weight per plot. However there was no parameter observed significantly affected by SP 36 fertilizer. G3P2 combined treatment resulted in the highest of percentage of flowering plants per plot (24 %) and umbels number per sample (1,27 umbel). G1P2 combined treatment resulted in highest tillers number per hill (8,50 tillers).
Keywords : Shallot, GA3, SP 36 fertilizer

PENDAHULUAN
Latar Belakang Bawang merah merupakan komoditas sayuran unggulan yang memiliki
banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar yang baik. Produksi tanaman ini pada tahun 2013 meningkat sebesar 46.550 ton atau 4,83% dibandingkan tahun 2012 sedangkan peningkatan produktivitas sebesar 0,53 ton/ha. Namun peningkatan produktivitas belum terjadi di seluruh sentra produksi dikarenakan penurunan produksi bawang merah masih terjadi di Provinsi Sumatra Utara, Jambi, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan DI Yogyakarta (BPS, 2013).
Peningkatan produktivitas tanaman ini dihadapkan pada persoalan ketersediaan benih bermutu. Pada umumnya bawang merah ditanam menggunakan umbi bibit namun mutu umbi bibit kurang terjamin karena hampir selalu membawa pathogen penyakit seperti Fusarium sp, Colletotrichum sp, Alternaria sp dan virus dari tanaman asalnya yang terserang . Di samping itu biaya penyediaannya cukup tinggi yang dapat mencapai 40% dari biaya produksi total (Suherman dan Basuki, 1990; Permadi, 1993).
Penggunaan biji bawang merah sebagai bahan tanam telah lama diperkenalkan namun belum banyak diadopsi atau diaplikasikan petani. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan biji bawang merah yang masih terbatas. Kesulitan penyediaan biji bawang merah disebabkan oleh belum ditemukannya teknologi pembibitan, masih sulit membungakan dan membuahkan bawang merah, persentase biji yang dihasilkan mempunyai daya tumbuh yang rendah serta pembungaan bawang merah tidak serempak (Rajiman, 2012).

Populasi tanaman berbunga yang tinggi merupakan salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan produksi biji bawang merah. Persentase berbunga yang baik dihasilkan dari 50 % tanaman dari populasi berhasil berbunga. Hampir semua kultivar bawang merah mampu berbunga namun pembungaannya masih rendah yaitu hanya sekitar 30%. Selain itu, kultivar yang berbunga belum tentu dapat sampai berbiji. Pembungaan bawang merah yang masih rendah tersebut merupakan masalah utama dalam produksi biji botani (Pitojo, 2001; Sopha, 2011).
Selain itu, rendahnya pembungaan bawang merah disebabkan oleh faktor cuaca di Indonesia, terutama panjang hari yang pendek 180 C tidak mendukung terjadinya inisiasi pembungaan. Untuk terjadinya inisiasi pembungaan diperlukan suhu rendah 9 - 12 0C dan fotoperiodesitas panjang >12 jam (Gaswanto, dkk, 2012).
Aplikasi zat pengatur tumbuh giberelin (GA3) dapat menggantikan seluruh atau sebagian fungsi temperatur rendah dan hari panjang untuk inisiasi pembungaan. Hasil penelitian Sumarni (2012) menyimpulkan bahwa jumlah tanaman yang berbunga paling banyak (88,30%) dan umbel bunga paling banyak (662,25 umbel bunga per petak) diperoleh dengan cara perendaman umbi bibit pada larutan GA3 sebelum tanam.

Pupuk fosfor (P) berguna untuk mempercepat pembungaan serta pematangan buah dan biji pada tanaman. Namun kebutuhannya untuk tanaman bawang merah hingga berbunga dan menghasilkan biji belum tentu sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah. Karena waktu yang diperlukan untuk pembungaan dan pembijian bawang merah lebih lama. Hasil percobaan Sumarni, dkk (2012) menunjukkan bahwa dosis pupuk P yang rendah

(100 kg/ha P2O5) tidak menunjukkan perbedaan bobot biji per umbel bunga yang nyata dibandingkan dengan pemberian pupuk P yang tinggi (150 kg/ha).
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan evaluasi pengaruh lima
taraf konsentrasi GA3 dan empat taraf dosis pupuk fosfor terhadap peningkatan produksi bunga dan biji bawang merah (Allium ascalonicum L.).
Hipotesis Penelitian Ada perbedaan respons yang nyata pada produksi bunga dan biji bawang
merah (Allium ascalonicum L.) akibat perbedaan konsentrasi ZPT GA3 dan dosis pupuk fosfor serta interaksi kedua faktor tersebut.
Kegunaan Penelitian Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi yang dapat digunakan untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam peningkatan produksi bunga dan biji bawang merah.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Menurut sistematika tananaman, bawang merah termasuk dalam
Kingdom Plantae, Divisio Spermatophyta, Subdivisio Angiospermae, Kelas Monocotyledonae, Ordo Liliaceae, Family Liliales, Genus Allium, Species Allium ascalonicum L. (Steenis, 2003).
Bawang merah memiliki batang semu atau disebut “discus” yang bentuknya seperti cakram, tipis, dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh). Bagian atas discus terbentuk batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun. Batang semu yang berada di dalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi lapis (bulbus), antara lapis kelopak bulbus terdapat mata tunas yang dapat membentuk tanaman baru atau anakan terutama pada spesies bawang merah biasa (Tim Bina Karya Tani, 2008).
Daun bawang merah bertangkai relatif pendek, berbentuk bulat mirip pipa, berlubang, memiliki panjang 15-40 m, dan meruncing pada bagian ujung. Daun berwarna hijau tua atau hijau muda. Setelah tua, daun menguning, tidak lagi setegak daun yang masih muda dan akhirnya mengering dimulai dari bagian ujung tanaman (Suparman, 2010).
Pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok yang tidak sempurna. Bagian bawah cakram menjadi tempat tumbuhnya akar-akar serabut pendek, sedangkan bagian atas di antara lapisan kelopak daun yang membengkak, terdapat mata tunas sebagai calon tanaman baru. Pada bagian tengah cakram terdapat mata tunas utama yang memunculkan bunga. Tunas yang memunculkan bunga ini disebut tunas apikal, sedangkan tunas lain yang berada di

antara lapisan kelopak daun dan dapat tumbuh menjadi tanaman baru disebut tunas lateral. Setiap umbi bawang dapat dijumpai banyak tunas lateral, yaitu mencapai 3-20 tunas (Brewster, 2008).
Gambar 1. Penampang melintang horizontal dan vertikal umbi bawang merah (Sumber: Sinclair, 1988).
Jumlah anakan pada pertanaman yang berasal dari biji pada generasi awal rata-rata belum mampu membentuk anakan. Walaupun ada paling banyak satu anakan sedangkan pada bawang merah yang sudah berasal dari umbi normal ratarata mampu membentuk anakan lebih dari 5 anakan. Kemampuan jumlah anakan akan menentukan kemampuan dalam tabulasi akhir yang dicapai pada suatu varietas (Sartono, 2006).

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan. Setiap tandan mengandung sekitar 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar. Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna yang setiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik. Biasanya terdiri atas 5-6 benang sari dan sebuah putik dengan daun bunga berwarna hijau bergaris keputih-putihan, serta bakal buah duduk di atas membentuk suatu bangun seperti kubah (Tim Bina Karya Tani, 2008).

Syarat Tumbuh

Gambar 2. Bunga Bawang Merah Sumber : Foto Langsung

Iklim

Budidaya bawang merah pada daerah-daerah beriklim kering dengan curah

hujan 100 – 200 mm/bulan serta suhu udara yang cukup tinggi dan penyinaran

matahari yang penuh lebih dari 12 jam akan dapat menyebabkan pertumbuhan

tanaman yang optimal. Secara umum tanaman ini lebih cocok diusahakan secara

agribisnis/komersial di daerah dataran rendah pada akhir musim penghujan atau

pada saat musim kemarau dengan penyediaan air irigasi yang cukup untuk


keperluan tanaman (Deptan, 2005).

Untuk dapat tumbuh dengan baik, tanaman ini memerlukan kondisi

lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Inisiasi pembungaan terjadi pada suhu rendah 9-120 C sedangkan pembuahan dan pembijiannya diperlukan suhu yang lebih tinggi yaitu 350 C serta curah hujan

sekitar 100-200 mm/ bulan (Fahrianty, 2012).

Tanah Tanaman ini memerlukan struktur tanah remah, tekstur sedang sampai liat,
drainase/aerasi baik, mengandung bahan organik yang cukup yaitu >2,5 %, dan reaksi tanah agak masam sampai normal (6,0-6,8). pH tanah 5,5 – 7,0 masih dapat

digunakan untuk penanaman bawang merah. Jenis tanah yang cocok untuk budidayanya adalah tanah Alluvial, Latosol atau Andosol ber-pH antara 5,15 – 7,0 (Deptan, 2005).
Bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi (1 -1000 m dpl). Namun pertumbuhan tanaman maupun umbi yang optimal pada ketinggian 0 – 400 m dpl. Walaupun demikian tanaman ini masih dapat tumbuh dan berumbi di ketinggian 800 – 900 m dpl, tetapi umbinya lebih kecil dan berwarna kurang mengkilat. Selain itu umurnya lebih panjang dibanding umur tanaman di dataran rendah karena suhunya di dataran tinggi lebih rendah (Deptan, 2005),
Tanaman ini dapat ditanam di tanah datar hingga berbukit dan pada tanah datar harus dibuatkan saluran drainase dan di daerah berbukit sebaiknya dibuatkan teras. Lahan untuk tanaman bawang merah sebaiknya bukan bekas bawang merah, tetapi telah dirotasi dengan tanaman lain, seperti bekas padi atau tanaman lain. Tujuannya supaya rantai siklus hama penyakit yang ada di tanah terputus (Suryani, 2012).
Pembungaan, Pembuahan dan Pembentukan Biji Bawang Merah Induksi bunga merupakan suatu peristiwa penting dalam proses
pembungaan yang menandai terjadinya perubahan pola pertumbuhan dan perkembangan dari fase vegetatif menuju fase generatif (produktif). Pada fase ini terjadi perubahan fisiologis dan biokimia pada mata tunas sedangkan secara morfologi belum terjadi perubahan secara visual. Pembungaan juga merupakan interaksi dari pengaruh dua faktor yaitu faktor eksternal/lingkungan dan faktor internal (genetik dan fitohormon) (Gardner et al., 1991).

Proses pembungaan tanaman terjadi melalui empat tahapan yaitu induksi, inisiasi bunga, diferensiasi bunga, pendewasaan bagian-bagian bunga dan anthesis. Inisiasi pembungaan merupakan tahap yang terpenting karena pada tahap ini terjadi perubahan morfologis menjadi bentuk kuncup generatif dan transisi dari tunas vegetatif menjadi kuncup generatif yang dapat dideteksi dari perubahan bentuk maupun ukuran kuncup, serta proses-proses selanjutnya yang mulai membentuk organ generatif. Perubahan tunas apikal dan aksilar dari fase vegetatif menjadi tunas bunga merupakan hasil dari aktivitas hormonal yang berlangsung pada tanaman tersebut yang umumnya diinduksi oleh kondisi lingkungan tertentu seperti suhu dan perubahan panjang hari (lama penyinaran) (Fahrianty, 2012).
Pembungaan yang masih rendah merupakan masalah utama dalam produksi biji bawang merah di Indonesia. Rendahnya persentase pembungaan bawang merah di Indonesia disebabkan oleh faktor cuaca, terutama panjang hari yang pendek 180 C kurang mendukung terjadinya inisiasi pembungaan. Untuk terjadinya inisiasi pembungaan diperlukan temperatur rendah 9-12 0C dan fotoperiodesitas panjang >12 jam. Curah hujan yang tinggi >200 mm/bulan juga dapat menggagalkan pembungaan dan pembijian bawang merah (Sumarni et al., 2012).
Pembentukan buah dimulai dengan proses penyerbukan yang meliputi jatuhnya butir-butir serbuk sari dan masuk ke tangkai putik melalui jaringan transmisi tabung sari (Pollen Tube Transmiting Tissue - PTT) untuk mencapai bakal biji. Pembuahan (fertilisasi) terjadi saat serbuk sari (sel jantan) membuahi sel telur di dalam bakal buah. Perkembangan buah dipengaruhi oleh keberhasilan penyerbukan pada stigma sampai pada pembentukan biji pada buah dan banyak


proses terjadi yang melibatkan interaksi antara bagian-bagian bunga jantan dan bunga betina (Herrero et al., 1988).
Buah dan biji terbentuk dari hasil penyerbukan dan pembuahan yang terjadi pada ovul/bakal biji. Jumlah buah dan biji masak yang terbentuk pada tanaman dipengaruhi oleh (1) Jumlah bunga yang dihasilkan, (2) Persentase bunga yang mengalami pembuahan, (3) Persentase buah muda yang dapat terus tumbuh hingga menjadi buah masak dan (4) Umur buah. Sedangkan kualitas dan kuantitas biji pada buah salah satunya ditentukan oleh kuantitas polen viabel yang berhasil membuahi ovul. Perkembangan buah dan biji sangat dipengaruhi oleh suhu dan lingkungan penyinaran matahari (Goldsworthy, 1992).
Inisiasi pembungaan juga dikendalikan oleh zat pengatur tumbuh giberelin yang dapat merangsang pembungaan. Hasil percobaan menyimpulkan bahwa hasil biji paling tinggi diperoleh dengan perlakuan vernalisasi dan aplikasi 200 ppm GA3 + 50 ppm NAA, yaitu sebesar 17,92 kg/ha. Namun hasil biji yang diperoleh dengan perlakuan vernalisasi dan aplikasi 100 ppm GA3 juga cukup tinggi dan lebih efisien dilihat dari penggunaan zat pengatur tumbuh, yaitu sebesar 13,42 kg/ha (Sumarni dan Sumiati, 2001).
Giberelin (GA3) Asam giberelat (GA3) merupakan senyawa tetrasiklik diterpenoid dengan
sistem cincin ent-giberelan yang ditemukan pada tahun 1926 oleh E. Kurosawa, ilmuwan Jepang. GA3 ini merupakan salah satu ZPT yang diketahui dapat mendorong terjadinya pembungaan. Giberelin dapat menggantikan kondisi lingkungan spesifik guna mengendalikan pembentukan bunga. Inisiasi pembungaan yang disebabkan oleh giberelin merupakan peran pengganti hari

panjang dan menginduksi pembungaan pada tanaman hari pendek (Sponsel, 1995).
Gambar 3. Rumus struktur GA3 (Sumber: Hartman et al., 1981)
Respon tanaman terhadap giberelin meliputi peningkatan pembelahan dan pembesaran sel namun berbeda dengan auksin, karena giberelin lebih efektif pada tanaman utuh sedangkan auksin pada tanaman yang dipotong-potong. Pada batang muda, hormon meningkatkan panjang ruas tanpa mempengaruhi jumlah ruas. Banyak tanaman dua tahunan dapat dirangsang untuk mempunyai siklus hidup setahun (annual) dengan menggunakan asam giberelat. Efek nyata dalam mendorong pertumbuhan adalah sebagai akibat meningkatnya kecepatan pembelahan sel. ZPT ini tidak seperti auksin, di mana giberelin mempengaruhi seluruh batang sehingga tidak hanya di belakang ujung apikal (Heddy, 1989).
Mekanisme aksi giberelin adalah sebagai berikut : - Pembelahan sel yang distimulasi di apeks tunas, terutama sel meristematik
sebelah bawah yang akan membentuk susunan korteks dan empelur yang panjang. Pertambahan jumlah sel memacu pertumbuhan batang lebih cepat - Giberelin menigkatkan hidrolis tepung, fruktan dan sukrosa ke dalam molekul glukosa dan fruktosa sehingga merangsang pertumbuhan sel. Heksosa ini dipakai dalam pembentukan dinding sel dan membuat

potensial air sel dalam waktu singkat lebih negatif sehingga air akan masuk lebih cepat dan mengakibatkan perluasan sel. - Giberelin meningkatkan plastisitas dinding. Hal ini terjadi pada internode di mana rangsangan pertumbuhan pada sel-sel muda berasal dari meristem interkalar secara dramastis. Perpanjangan yang diakibatkan GA3 15 kali lebih hebat daripada bagian yang tidak diberi perlakuan (Salisbury dan Ross, 2002). Pemberian hormon ini berfungsi untuk memacu keanekaragaman fungsi sel sehingga sel yang awalnya diarahkan untuk pertumbuhan tunas daun dapat dialihkan untuk pertumbuhan tunas bunga. Jika konsentrasi yang diberikan kurang, pembungaan tidak akan terjadi. Kalaupun terjadi, akan diselingi dengan munculnya beberapa tunas daun. Sebaliknya, jika konsentrasi giberelin berlebihan, pembentukan bunga juga terhambat atau bunga akan tumbuh semakin banyak namun cepat rontok kemudian tidak akan berbunga sama sekali (Sandra, 2001). Proses pengeluaran bunga diperantarai oleh hormon florigen yang dibentuk daun di bawah kondisi lingkungan yang tepat dan kemudian berpindah ke apeks yang akhirnya berubah dari kondisi vegetatif menjadi kondisi floral. Salah satu langkah pertama untuk mengeluarkan bunga pada tanaman adalah bolting (pelompatan) dari batang. Tindakan menambahkan giberelin mungkin memang mengaktifkan meristem subapikal dan karenanya menghasilkan bolting yang sebaliknya memungkinkan mulai terjadinya pengeluaran bunga. Sejauh ini pengaruh GA3 yang paling nyata adalah memperpanjang batang dan tangkai

bunga bukan karena jumlah buku bertambah, melainkan oleh pembesaran dan pembelahan sel (Wilkins, 1992).
Ada berbagai macam teknik aplikasi yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, salah satunya adalah perendaman. Perendaman yang dilakukan pada umbi bibit bawang merah pada larutan GA3 dapat merangsang pembungaan dan dapat menggantikan sebagian atau seluruh fungsi temperatur rendah untuk stimulasi pembungaan. Hasil percobaan Fahrianty (2012) menyimpulkan bahwa perlakuan GA3 dan vernalisasi mempercepat munculnya kuncup bunga 15 hari, waktu bunga mekar 13 hari serta waktu panen biji 8 hari dengan produksi TSS sebesar 4,80 gram (48 kg/ha) dengan daya kecambah sebesar 87% lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
Proses giberelin dalam merangsang pembungaan yaitu pada awalnya dengan menstimulasi sistem molekul mRNA dan DNA templat oleh giberelin yang terbentuk. Kemudian terjadi transkripsi sintesis asam amino, protein, dan enzim de novo. Protein/enzim yang baru terbentuk diperlukan untuk mendukung peningkatan pembelahan dan pembentukan sel-sel baru yang mengarah pada inisiasi primordia bunga pada meristem apeks (Sumarni dan Sumiati, 2001).
Giberelin bekerja pada dua tingkat, pertama pada tahap awal GA3 berperan menginduksi enzim pada saat transkipsi dari kromosom, dan kedua meningkatkan aktivitas enzim dalam sistem mobilisasi cadangan makanan. Dalam hal ini giberelin memacu pertumbuhan sel karena zat itu meningkatkan hidrolisis pati atau cadangan makanan lainnya menjadi molekul glukosa dan fruktosa. Gula heksosa tersebut menyediakan energi matahari melalui proses respirasi dan


berperan

dalam

pembentukan

dinding

sel

(Hartmann dan Kester, 1983 dalam Salisbury dan Ross, 1992).

Inisiasi pembungaan dikendalikan oleh zat pengatur tumbuh giberelin.

Hasil percobaan menyimpulkan bahwa giberelat dapat menggantikan sebagian

atau seluruh fungsi rendah untuk stimulasi pembungaan. Aplikasi 100-200 ppm

GA3 dan 50 ppm NAA yang disemprotkan ke tanaman bawang merah pada umur

3 dan 5 minggu setelah tanam (MST) dapat meningkatkan hasil biji bawang

merah (Sumarni dan Sumiati, 2001).

Pupuk Fosfor Fosfor terdapat dalam bentuk phitin, nuklein, dan fostida merupakan
bagian dari protoplasma dan inti sel. Sebagai bagian dari inti sel sangat penting dalam pembelahan sel demikian pula bagi perkembangan jaringan meristem. Secara umum, fungsi dari P dalam tanaman dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya, mempercepat pembungaan dan pemasakan buah dan biji, dapat meningkatkan produksi biji serta dapat mempercepat pertumbuhan akar semai (Sutejo, 2002).
Pupuk SP 36 terbuat dari fosfat alam dan sulfat berbentuk butiran serta berwarna abu-abu. Sifatnya agak sulit larut di dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis dan tidak memiliki sifat membakar (Novizan, 2005).
SP 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat yang ditimbang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk P2O5 adalah 36% yang lebih rendah daripada TSP yaitu 46 – 48%. Dalam air jika ditambahkan dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman. Namun

kekurangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, lambat pemasakan dan produksi tanaman rendah (Hakim et al., 1986).
Fosfor merupakan unsur hara essensial tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup untuk pertumbuhannya secara normal. Fungsi penting fosfor dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya dan membantu mempercepat perkembangan akar dan perkecambahan (Winarso, 2005).
Peranan P antara lain penting untuk pertumbuhan sel, pembentukan akar halus, pembentukan bunga, buah, biji serta memperkuat daya tahan terhadap penyakit. Pada proses pembungaan, kebutuhan fosfor akan meningkat drastis karena kebutuhan energi meningkat dan fosfor adalah komponen penyusun enzym dan ATP yang berguna dalam proses transfer energi (Soepardi, 1983).
Kualitas biji sangat dipengaruhi unsur hara terutama unsur P yang berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar dan pembentukan perakaran yang baik sehingga penyerapan terhadap unsur hara dan air optimal. Apabila sistem perakaran terganggu atau terhambat dan tidak berkembang, hasil bunga, buah, dan biji tanaman akan merosot (Indriati, 2009).
Kebutuhan pupuk (terutama P) untuk pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah belum tentu sesuai untuk pembungaan dan hasil biji bawang merah karena waktu yang diperlukan untuk pembungaan dan pembijian bawang merah lebih lama. Pupuk P yang cukup diperlukan untuk merangsang pembentukan akar, mempercepat pembungaan serta pematangan buah dan biji (Sumarni, dkk, 2012).

BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian masyarakat Desa Hatoguan,
Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara yang berada pada ketinggian + 930 meter dpl, mulai bulan Februari sampai Juli 2014.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit bawang merah
lokal Samosir aksesi Simanindo, ZPT GA3, pupuk SP 36, urea dan KCl, pupuk daun, kapur dolomit, kompos organik, air, insektisida lamda sihalotrin 25 EC siromazin 75 WP serta fungisida ortocide 50 WP.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, gembor, meteran, tali plastik, plang nama, ember, handsprayer, knapsack, pacak sampel, amplop, plastik transparan, timbangan analitik, oven, kalkulator, kamera serta alat tulis. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang terdiri atas 2 faktor perlakuan yaitu: Faktor I : GA3 (G) dengan 5 taraf perlakuan yaitu :
G0 = kontrol G1 = 25 ppm G2 = 50 ppm G3 = 75 ppm G4 = 100 ppm

Faktor II : Pupuk SP 36 dengan 4 taraf perlakuan yaitu :

P0 = kontrol

P1 = 10 gram /plot (140 kg SP 36/ha)

P2 = 20 gram /plot (280 kg SP 36/ha)

P3 = 30 gram /plot (420 kg SP 36/ha)

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 20 kombinasi yaitu :

G0P0

G1P0

G2P0

G3P0

G4P0

G0P1

G1P1

G2P1

G3P1

G4P1

G0P2

G1P2

G2P2

G3P2

G4P2

G0P3

G1P3

G2P3

G3P3

G4P3

Jumlah ulangan

: 3 ulangan

Jumlah plot penelitian

: 60 plot

Jarak antar plot

: 30 cm

Jarak antar ulangan

: 50 cm

Ukuran plot

: 120 cm x 100 cm

Jarak tanam

: 20 cm x 15 cm

Jumlah tanaman per plot

: 25 tanaman

Jumlah tanaman sampel per plot : 5 tanaman

Jumlah tanaman sampel

: 300 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya

: 1500 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program Microsoft Excell

sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

i = 1,2,3

j = 1,2,3,4 k = 1,2,3

Dimana: Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan GA3 taraf ke-j dan
pemberian pupuk fosfor pada taraf ke-k µ : Nilai tengah ρi : Efek dari blok ke-i αj : Efek perlakuan larutan GA3 pada taraf ke-j βk : Efek pemberian pupuk fosfor pada taraf ke-k (αβ)jk : Interaksi antara perlakuan GA3 taraf ke-j dan pemberian pemberian
pupuk fosfor taraf ke-k εijk : Galat dari blok ke-i, yaitu GA3 pada taraf ke-j dan pemberian pupuk
fosfor pada taraf ke-k Perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5 % (Steel dan Torie, 1993).

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan Sebelum areal diolah, terlebih dahulu dibersihkan rerumputan, sisa-sisa
tanaman dan batu-batuan. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam + 30 cm dengan cara membalikkan tanah dan diolah sampai tanah tersebut gembur.
Pembuatan Plot dan Saluran Drainase Bedengan dibuat membujur searah Utara – Selatan, agar penyebaran
cahaya matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman. Kemudian dibuat plotplot dengan ukuran 120 cm x 100 cm serta jarak antar blok 50 cm dan tinggi bedengan 30 cm.
Persiapan Bibit Umbi yang digunakan adalah bawang merah lokal Samosir aksesi
Simanindo, dipilih umbi yang bebas hama penyakit, beratnya relatif sama yaitu 5 gram/ siung (seragam), kemudian kulit paling luar yang telah mengering dan sisa-sisa akar yang masih ada dibersihkan.
Aplikasi Giberelin (GA3) Sebelum penanaman dilakukan, umbi bibit bawang merah direndam
terlebih dahulu di dalam larutan GA3 selama 30 menit sesuai dengan taraf konsentrasi yang telah ditentukan (0 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm, 100 ppm).

Aplikasi Pupuk Fosfor Pupuk fosfor diaplikasikan satu hari sebelum tanam dengan sistem tugal
pada jarak 5 cm dari lubang tanam sesuai dengan dosis perlakuan 0 gram/plot, 10 gram/plot, 20 gram/plot, dan 30 gram/plot.
Penanaman Penanaman dilakukan dengan terlebih dahulu membuat lubang tanam yang
ditugal pada tiap plot tanaman dengan jarak tanam 15 cm x 20 cm. Pemberian kompos organik dilakukan pada setiap lubang tanam. Kemudian ditanam satu umbi per lubang tanam dengan cara membenamkan ¾ bagian tepat di dalam barisan tanam dengan posisi tunas menghadap ke atas kemudian ditutup dengan tanah.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada sore hari menggunakan gembor dengan jumlah air yang sama tiap tanaman. Penyiraman disesuaikan dengan kondisi lapangan, apab