Analisis Perbedaan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan Sebelum Dan Sesudan Tax Audit : studi kasus pada kpp pratama jakarta tebet

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KEPATUHAN WAJIB
PAJAK BADAN DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN
SEBELUM DAN SESUDAN TAX AUDIT
(STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA JAKARTA TEBET)

SKRIPSI

DISUSUN OLEH:
SAFINATUN NAJAH

104082002670

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

2008MI1429 H

ANALISIS PERBEDAAN TING KAT KEP ATUHAN W AJIB PAJAK
BADAN DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN SEBELUM

DAN SESUDAH TAX AUDIT
(STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA JAKARTA TEBET)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat untuk Meraih Gelar Smjana

Oleh:
Safinatun Najah
NIM: 104082002670

Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I

Pembimbing 2

Afif Sulfa, SE, Ak., Msi

Dr. Yahya I-Iamja, MM.
NIP. 130 676 334


JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAY ATULLAH
JAKARTA
2008 MI 1429 H

Hari ini kamis Tanggal 15 Mei Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas nama Safinatun Najah NIM : 104082002670 dengan judul skripsi

"ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN
DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN SEBELUM DAN SESUDAH
TAX AUDIT (STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA JAKARTA TEBET) "
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi
ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam
Ncgcri Syarif Hidayalulluh .lakartu.

Jakaiia, 15 Mei 2008


Tim l'cnguji Ujian Komp1·chcnsif

Y essi Fitri, SE, Ak., Msi
Sekretaris

Amilin, SE,Ak., Msi
Ketua

Prof. Dr. J\hdul I lrn11jl[, M..,_,

Pcnguji Ahli

Hari ini Jumat Tanggal 13 Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Sidang
Skripsi atas nama Safinatun Najah NIM : I 04082002670 dengan judul Skripsi
"ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN
DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN SEBELUM DAN SESUDAH
TAX AUDIT (STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA JAKARTA TEBET) "
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi
ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakaita.
Jakarta, 13 Juni 2008

Tim Penguji Ujian Sidang Skripsi

Dr. Yahya Hamja, MM.
Pembimbing I

Afif Sulfa, SE, Ak., Msi
Pembimbing 2

DAFTAR RIWAYAT HID UP
Data Pribadi
Nama

: Safinatun Najah

Jenis Kelamin

: Perempuan


Tempat/Tanggal lahir

: Jakarta/ 06 Maret 1986

Agama

: Islam

Telp.

: (021) 78881001
085691228853

Alam at

: JI. Wr. Sila Rt 001 Rw 05 gudang baru, Ciganjur Jagakarsa
Jakarta - Selatan 12630

Pendidikan

Tahun 2008 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2004 : Madrasah Aliyah Negeri 7 Jakarta
Tahun 2001 : Madrasah Tsanawiyah Al-Makmur Jakarta
Tahun 1998: Madrasah Ibtidaiyah Al-Mahad Alislamy Jakarta

THE DIFFERENCE ANALYZE OF THE LEVEL OF COMPANIES THE TAX
PAYERS COMPLIANCE FULLFILED TAX OBLIGATION
BEFORAND AFTER TAX AUDIT
(CASE STUDY: KPP PRATAMA JAKARTA TEBET)
By : Safinatun Najah

ABSTRACT

The purpose this reaserch is to analyze the difference level of companies the
tax payers compliance jitllfiled for to report SPT PPh Yearly befor and after tax
audit.
The method used in the reaserch was non-parametic method, McNemar
method for testing the level of tax payers compliance to report the yearly of SPT PPh
with level significant 0.05 (a 5 %). Tha reaserch cases at Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Jakarta Tebet, wich had 25 companies tax payers as sample.

The result show used McNemar method, that there no the difference level of
companies the tax payers compliance befor and after tax audit, with level probability
(0.388>0.05). and the result the resultedof the comparison between Z account and Z
table is Z account 1.154 < Z table 1. 654, that's means no the difference level of
companies the tax payers compliance befor and after tax audit.

Key Word: Tax Audit, Tax Payers Complience, Yearly of SPT PPh

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN
DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJKAN
SEBELUM DAN SESUDAH TAX AUDIT
( STUDI KASUS : KPP PRATAMA JAKARTA TEBET)
By : Safinatun Najah

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa perbedaan tingkat kepatuhan
wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban perpajakan yaitu penyampaian SPT
Tahunan PPh Badan sebelum dan sesudah dilakukan pemeriksaan pajak.
Dalam penelitian ini digunakan metode statistic non-parametik yaitu metode
McNemar untuk mengukur tingkat kepatuhan wajib pajak badan dalam

menyampaikan SPT Tahunan dengan menetapkan tingkat signifikansi 0.05 (a 5 %).
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tebet, dengan
jumlah sampel sebanyak 25 wajib pajak badan yang pernah dilakukan pemeriksaan.
Hasil pengolahan data menggunakan metode McNemar menunjukan tidak
terdapat perbedaan tingkat kepatuhan wajib pajak badan sebelum dan sesudah
dilakukan pemeriksaan yaitu dengan probabilitas (0.388>0.05). dan hasil dengan
melakukan perbandingan antara Z hitung dan Z table adalah Z hitung 1.154 < Z tabel
1.654 yang artinya tidak terdapat perbedaan tingkat kepatuhan wajib pajak badan
sebelum dan sesudah dilakukan pemeriksaan

Kata Kunci: Pemeriksaan Pajak, Kepatuhan Wajib pajak, SPT PPh Tahunan

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Dengan nama Allah yang maha rahn1an dan rahim, Ilahi Robbi Rob yang
maha pengasih tanpa pilih kasih, maha penyayang yang sayangnya tiada terbilang,
maha kuasa, maha perkasa lagi pengampun dosa dan hanya bagi-Nya yang merajai
hari akhir. Atas nikmat dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
Saw yang telah membawa cahaya kebenaran, yang diutus sebagai Rahmatan
lil'alamin yang membawa kedamaian hati danjiwa.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak luput dari
berbagai hambatan dan rintangan, namun keberhasilan yang diperoleh bukanlah hasil
perjuangan sendiri, melainkan berkat bantuan, bimbingan, arahan dan dorongan serta
do'a dari berbagai pihak yang tidak ternilai harganya. Untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan
baik moril maupun materil.
Terima kasih yang amat sangat untuk orang tua penulis, Umi dan Walid yang
selalu mendo' akan yang terbaik disetiap langkah penulis, karena harapan merekalah
penulis semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini, (semoga Allah
memanjangkan umur mereka, amien ). Skripsi ini juga penulis persembahkan untuk
adik-adikku (Nana, Wita, dan Sabna) terima kasih untuk canda dan tawa kalian yang
menjadi pengobat dikala kelelahan dan kejenuhan menghapiri, semoga kita mampu
menjadi yang terbaik untuk Umi dan Walid serta semua orang yang menyayangi kita.
Serta ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada :
I. Bapak Yahya Hamja,MM sebagai dosen pembimbing 1 yang selalu memberi

arahan dan solusi setiap pe1masalahan dan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi


I

I

ini. Bapak Afif Sulfa,SE,Ak,Msi sebagai pembimbing ke2 yang telab meluangkan
waktu untuk membimbing dan memotivasi penulis.
2. Bapak Drs. M Faisal Badroen MBA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial UIN SyarifHidayatullab Jakarta.
3. Bpk Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak, MBA selaku Ketua Jurusan Akuntansi dan
Bapak Amilin SE, Ak. selaku sekretaris Jurusan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial UIN SyarifHidayatullab Jakarta.
4. Seluruh Bapak/Ibu dosen FEIS yang telah memberikan ilmu yang tidak temilai
hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN
SyarifHidayatullab Jakarta ini.
5. Kasubag dan sekretaris Tata Usaba serta Kepala Bagian Pemeriksaan KPP
Pratama Jakarta Tebet, yang telab memberi ijin penulis untuk mengambil data.
6. Indra 1 Q terima kasih atas semangat dan bantuannya, Ochi_Desi Terima kasih
untuk kerjasamanya, Dw_ teh Yani makasih sudab menjadi pelopor skripsi
penulis, Dwin and Ayu makasih atas do' a dan suportnya.

7. Friend's Akun B, Pajak A Angkatan 2004, Tetap SEMANGAT! ! !!
8. pihak-pihak lain yang mempunyai peran yang besar dalam penyelesaian skripsi
ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, serta tak lupa penulis mengharapkan
kritik dan saran sebagai penyempumaan skripsi ini.

Jakarta,

mei 2008
Penulis

DAFTARISI
Halaman
Lembar Pengesaban Dosen ........................................................................................... i
Lembar Pengesaban Komprehensif .............................................................................. ii
Lembar Pengesaban Skripsi .......................................................................................... iii
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................................... iv
Abstract.......................................................................................................................... v
Abstrak ........................................................................................................................... vi
Kata pengantar .............................................................................................................. vii
Daftar Isi ....................................................................................................................... ix
Daftar Tabel .................................................................................................................. xi
Daftar Gambar .............................................................................................................. xii
Daftar Lampiran ............................................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Perumusan Masalab .................................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat.. .................................................................................. 7

1. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
2. Manfaat Penelitian ................................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar-Dasar Pe1pajakan .............................................................................. 9
1. Pengertian Pajak ................................................................................... 9

2. Pajak Penghasilan ................................................................................. 11
3. Surat Pemberitabuan ............................................................................. 12
B. Konsep Pemeriksaan Pajak ......................................................................... 15
1. Pengertian Pemeriksaan Pajak .............................................................. 15
2. Tujuan Pemeriksaan Pajak .................................................................... 15
3. Ruang lingkup danjangka waktu Pemeriksaan Pajak .......................... 16

4. Norma Pemeriksaan.Pajak .................................................................... 16
5. Metode dan Teknik Pemeriksaan Pajak ................................................ 21
6. Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak ........................................................... 23
7. Jenis-Jenis Pemeriksaan Pajak .............................................................. 24
C. Kepatuhan Pajak (Tax Compliance) .......................................................... 26
D. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 31
E. Hipotesis ..................................................................................................... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 33
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 33

C. Metode Pengumpulan Data......................................................................... 34
D. Metode Analisis Data ................................................................................. 34
E. Operasional Variabel Data .......................................................................... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Tebet.. ......................................... 41

1. Sejarah KPP Pratama Jakarta Tebet ..................................................... 41

2. Struktur Organisasi ............................................................................... 45
B. Hasii dan pembahasan ................................................................................ 47

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................. 54
B. Implikasi ..................................................................................................... 55
C. Saran-Saran ................................................................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 57

LAMP IRAN ................................................................................................................. 59

DAFTAR TABEL

No

Keterangan

Halaman

2.1

Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT

14

3.1

Operasional V ariabel

36

4.1

Jumlab Pegawai KPP Pratama Tebet Jakmia
menurut Jenjang Pendidikan

43

4.2

Luas Daerah Kewenangan KPP Pratama Tebet Jakaiia

44

4.3

Data dan Klasifikasi kepatuhan Penyampaian SPT

48

PPhBadan

4.4

Pengujim1 Pelaporan SPT

49

4.5

Tabel Statistik Uji McNemar

51

DAFTAR GAMBAR

No

Keterangan

Hal am an

2.1

Kerangka Pemikiran

31

4.6

'iabel Z

52

DAFTAR LAMPIRAN

No

Keterangan

Halaman

I

Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT

59

2

Data dan Klasifikasi kepatuhan Penyampaian SPT

60

PPhBadan
3

Pengujian Pelaporan SPT

61

4.

Tabel Statistik Uji McNemar

61

5.

Tabel Distribusi Z

62

6.

Strukti.rr Organisasi

63

Surat Izin Riset

64

Surat keterangan Riset

65

7.
8.

BABI
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Semakin meningkatnya kebutuhan dalam menyejahtrakan masyarakat
serta meningkatnya dana pembangunan mendorong pemerintah untuk
menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih intensif. Pajak adalah
salah satu sumber pendapatan pemerintah yang sangat potensial dan berfungsi
tidak hanya sebagai sumber pendapatan, tetapi juga mempakan salal1 satu
variabel kebijakan yang digunakan untuk mengatur jalannya perekonomian,
juga dapat mengatur alokasi sumber-sumber ekonomi. Selain

itu, pajak

merupakan sumber utama APBN yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran

negara,

baik

pengeluaran

mtin

maupun

pengeluaran

pembangunan.
Melalui reformasi perpajakan pada tahun 1983 sistem perpajakan di
Indonesia telah bembah dari Official Assesment menjadi Self Assesment

System. Dalam Official Assesment System wewenang untuk menentukan
besamya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak bersifat pasif, jadi fiskuslah
yang lebih aktif mencari wajib pajak dan menentukan berapa jumlah pajak
yang hams dibayar, sedangkan dalam Self Assesment System wajib pajak
diberi kepercayaan untuk menentukan, menghitung, memperhitungkan,
menyetor dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang hams dibayar kepada
kantor pelayanan pajalc dimana Wajib Pajak terdaftar (Undang-Undang No.28

Pada Self Assesment System penerapan sistem ini bukan berarti Wajib
Pajak yang diberi kebebasan untuk memenuhi kewajiban pajak semaunya,
sebab dalam Undang-Undang telah diatur mekanisme kontrol serta sanksisanksi bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya
secara benar dan tepat waktu. walaupun demikian masih banyak Wajib Pajak
yang belum memenuhi kewajiban perpajakannya.
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar pajak merupakan
ha! yang tidak mudah. Pada umumnya bagi beberapa orang te1ientu, pajak
masih merupakan momok yang menakutkan. Namun demikian pemerintah
harus tetap memotivasi para Wajib Pajak untuk dapat menjadikan pajak
sebagai suatu kesadaran bukan kewajiban. Dari kenyataan seperti itu
dibutuhkan upaya yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan, berupa
pengawasan dan sekaligus pembinaan terhadap para Wajib Pajak.
Pelaksanaan tax audit (Pemeriksaan Pajak) merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, karena di dalam pemeriksaan
pajak terdapat pengawasan dan sekaligus pembinaan terhadap para Wajib
Pajak. Selain itu, penerapan SelfAsessment System menyebabkan pemerintah
harus ekstra ketat dalam ha! pengawasan perpajakan.
Oleh karena itu, pemeriksaan bukan hanya dilakukan karena aparat
punya bukti bahwa Wajib Pajak melaporkan tidak benar perhitungan
pajaknya, mengaku rugi, atau melaporkan lebih bayar, namun pemeriksaan
pajak dilakukan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalan1 memenuhi
kewajiban pajaknya. Berbekal semangat itu, fiskus setiap saat bisa turun

memeriksa Wajib Pajak, meski tidak memiliki bukti Wajib Pajak melakukan
kecurangan atau Wajib Pajak tidak melaporkan rugi fiskal atau lebih bayar.
Hal tersebut untuk menghindarkan penyimpangan yang mungkin terjadi
serta bagi tindak pengawasan atas pelaksanaan sistem Self Assesment. Oleh
karena itu, pemeriksaan pajak haruslah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
dan diharapkan partisipasi yang baik dari Wajib Pajak yang diperiksa untuk
memperoleh hasil yang maksimal. Bila hal ini dapat dilaksanakan maka
kemungkinan besar penerimaan negara dari sektor pajak: dapat ditingkatkan.
Menurut undang-undang No.28 tahun 2007 pemeriksaan pajak adalah :
"Serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data
dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan untuk tujuan lain (Other Purpose) dalam rangka melasanakan
peraturan perundang-undangan perpajakan. "
Dalam pelaksanaan pemeriksaan pajalc baik fiskus maupun wajib pajak
hendalmya memahami hal-hal yang berkaitan dengan sebab dilakukan
pemeriksaan pajak yang mengacu pada peraturan perundang-undangan yang
berlalru.
Hal-ha! yang berkaitan dengan pemeriksaan adalah :
I. Surat Pemberitahuan menunjukan kelebihan pembayaran pajak termasuk
yang telah diberikan pengambalian kelebihan pajak.
2. Surat Pemberitahuan Tahunan pajak penghasilan menunjukan rugi.
3. Surat pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada
waktu yang ditetapkan.
4. Surat pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh

5. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secarajabatan.
6. Penghapusan NPWP.
7. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP).
8. Wajib Pajak mengajukan keberatan.

9. Pencocokan data atau keterangan.
10. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma perhitungan penghasilan

neto.
11. Pencocokan data atau keterangan.
12. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil.
13. Penentuan data atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai.
14. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk

tujuan lain.
Tujuan utama setiap institusi pemungut pajak adalah tercapainya
penerimaan pajak yang optimal, yakni berimbangnya tingkat penerimaan
pajak aktual dengan penerimaan pajak potensial atau dengan kata lain tidak
ada selisih penerimaan aktual dengan penerimaan potensial yang sering
disebut sebagai "Tax Gap". Secara umum kinerja penerimaan pajak yang juga
menunjukkan

tingkat

kepatuhan

pajak

masyarakat

menunjukkan

kecenderungan yang semakin meningkat, dan salah satu tujuan pemeriksaan
pajak adalah untuk merealisasikan tujuan tersebut.
Penelitian yang berkaitan dengan tax audit (Pemeriksaan Pajak) terhadap
kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan telah
dilakukan oleh beberapa peneliti, misalnya : Nina Risdiana (2004) meneliti

mengenai "Analisis Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Untuk Memenuhi kewajiban Perpajakan dan Penerimaan Pajak (Studi
Kasus Pemeriksaan PPh Badan Pada KPP PMA IV), dimana penelitian
tersebut menggunakan teknik analisis statistik non-parametik yaitu metode
Mc.Necmar untuk menguji tingkat kepatuhan dan Wilcoxson untuk menguji

persentase pajak penghasilan terhutang terhadap peredaran usaha pada taraf
signifikansi a : 0,05. Hasil pengolahan data yang dilakukan menunjukkan
tidak terdapatnya pengaruh pemeriksaan yang dilakukan dengan tingkat
kepatuhan wajib pajak dan penerimaan pajak.
Rahmayanti (2006) dengan juclul penelitian "Analisis pengaruh
Pemeriksaan Pajak Terhaclap Kepatuhan Wajib Pajak clan Penerimaan Pajak
(Stucli Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Kramat Jati), dalam penelitian
tersebut metode yang digunakan adalah metode McNemar untuk mengetahui
tingkat kepatuhan wajib pajak, metode Wilcoxon clan Korelasi Spearmen
untuk menguji pengaruh penerimaan pajak. Hasil pengolahan data yang
clilakukan menunjukkan ticlak terclapatnya pengaruh pemeriksaan yang
clilakukan clengan tingkat kepatuhan wajib pajak dan penerimaan pajak.
Tri juwita (2007) yang meneliti mengenai " Analisis Pengaruh Sebelum
dan Sesudahnya Program e-jilling Terhaclap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Menyampaikan SPT Masa PPN" (Stucli Kasus Pada Direktorat Jenclral Pajak).
Dalam penelitian tersebut menunjukan bahwa terclapat hubungan yang sangat
erat antara program efilling clengan kepatuhan wajib pajak clalam
mevamnaikan SPT. nenelitian tersebut iuiJa menuniukbn h"hw" vMi"h"l

sebelum dan sesudah program e.jilling terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
menyampaikan SPT Masa PPN, berdasarkan sample 5 KPP yang terdiri dari
50 perusahaan sekitar 82%.
Dalam penelitian ini peneliti ingin menguji atau meneliti kembali yang
telah dilakukan penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nina
Risdiana (2004) dan Ralunayanti (2006),yang keduanya menyatakan tidak
terdapat pengaruh antara pemeriksaan pajak dengan kepatuhan wajib pajak.
Pada dalam penelitian ini peneliti menguji kembali pengaruh pemeriksaan
pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian

terdahulu

penelitian

m1

menggunakan

Sampel

yang

diklasifikasikan yaitu wajib pajak badan yang pernah dilakukan pemeriksaan
yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tebet Jakarta.
Berdasarkan paparan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
menguji kembali

mengenai pemeriksaan pajak dan pengaruhnya terhadap

kepatuhan wajib pajak. Dengan membandingkan kepatuhan wajib pajak
sebelum dan sesudah dilakuka1111ya pemeriksaan pajak yang di susun dalam
proposal skripsi ini dengan judul " Analisis Perbedaan Tingkat Kepatuhan
Wajib Pajak Badan dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan Sebelum
dan Sesudah Tax Audit ( Studi Kasus pada Kantor Pratama Tebet
Jakarta ) ".

B. Perumusan Masalah
Berdasarkau perwnusau masalah yaug telah dikemukakau di atas maka
penulis dapat merumuskau masalah sebagai berikut
I. Seberapa besar perbedaau tingkat kepatuhau wajib pajak badau
dalam memenuhi kewajibau perpajakau sebelum dau sesudah
dilakukannya pemeriksaan pajak ?

C. Tujuan dan Manfaat

I. Tujuan Penelitian

Tujuau penelitiau adalah untuk mencari jawabau atas permasalahan
mengenai pengaruh dari hasil pemeriksaau pajak terhadap kepatuhau pajak
wajib pajak badan dalam rangka memenuhi kewajiban perpajakau, yaitu :
a. Untuk mengetahui dau mendeskripsikau bagaimaua kepatuhau wajib
pajak badan sebelum dilakukan pemeriksaan pajak daau1 memenuhi
kewajibau perpajakan.
b. Untuk mengetahui dau mendeskripsikau bagaimaua kepatuhan wajib
pajak badau sebelum dilakukau pemeriksaau pajak daam memenuhi
kewajiban perpajakau.
c. Mengetahui dau mendeskripsikau Seberapa besar perbedaan tingkat
kepatuhau wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban perpajakan
sebelum dau sesudah dilakukannya pemeriksaan pajak.

2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Untuk menerapkan ilmu yang selama ini diperoleh dibangku kuliah
dan untuk mempraktekannya sesuai dengan kondisi yang ada
dilapangan.
b. Bagi Instansi
Memberikan masukan sekaligus pertimbangan bagi pihak yang terkait
dalam menentukan kebijakan untuk meningkatkan kepatuhan wajib
pajak badan khususnya untuk memenuhi kewajiban perpajakaunya.
c. Bagi Fakultas
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk menambah
pengetahuan tentang pemeriksaan pajak sakaligus sebagai pembanding
bagi peneliti serupa dimasa mendatang dalam rangka pengembangan
ilmu perpajakan.
d. Bagi Penulis selanjutnya
Sebagai

tambali.an

informasi

dan

masukan

untuk

membantu

memberikan gambaran yang lebih jelas bagi para peneliti yang ingin
melakukan penelitian mengenai perpajakan secara umum dan juga
mengenai pemeriksaan pajak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar-Dasar Perpajakan
1. Pengertian Pajak
Secara umum pengertian pajak lebih dikenal sebagai pungutan yang harus
dibayar oleh individu kepada pemerintah yang dapat dipaksakan berdasarkan
undang-undang, dimana dalam ha! ini individu pembayar pajak tidak memiliki
kontrapersi secara langsung atas pungutan yang dibayarnya, atas pajak yang
dibayarnya digunakan untuk kepentingan public secara umum. Salah satu
diantara batasan-batasan itu dijabarkan pengertian pajak oleh :
Andriani (Waluyo, Ilyas B. Wirawan, Perpajakan Indonesia, 2000:2) yang
berbunyi sebagai berikut :
"Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh Wajib Pajak pembayarannya menumt peraturan-peraturan yang tidak
dapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya
adalal1 untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan
dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan ".
Rachmad Soemitro ( Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus 2005:2)
"Pajal( adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak terdapat jasa timbal balik
(kontrapretasi) yang dapat langsung ditunjukan, dan yang digunakan
pembayaran dan pengeluaran umum".
Dari penegertian tersebut terlihat adanya dua pihak yang saling
berhadapan yaitu rakyat (disatu pihak), dengan pemerintah atau negara
(dipihak lain). Bahwa melalui sarana pajak sebagian harta kekayaan rakyat

ditetapkan. Yang dimaksud dapat dipaksakan artinya bila hutang pajak tidak
dibayar, hutang itu dapat ditagih dengan kekuasaan, salah satunya dengan
menggunakan surat paksa. Terhadap pembayar pajak tidak dapat ditunjukkan
rasa timbal balik tertentu seperti retribusi.
Dari beberapa penge1iian tersebut clapat disimpulkan bahwa unsur-unsur
pajak (Resmi, 2005:2) :
a. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
Yang berhak memungut pajak adalah negara, iuran tersebut berupa
uang (bukan barang) yang digunakan untuk kepentingan rakyat.
b. Berdasarkan Undang-undang
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
c. Dapat dipaksakan
Yang dimaksud dapat dipaksakan artinya bila hutang pajak tidak
dibayar, hutang itu dapat ditagih dengan kekuasaan, salah satunya
dengan menggunakan surat paksa, bila perlu ditindak atau dikenai
sanksi bila melaknkan perlawanan.
d. Tidak ada kontra prestasi atau timbal balik langsung
Untuk membedakan pajak dengan retribusi. Pembayar pajak tidak
dapat menikmati secara langsung atas pajak yang dibayar .

e. Untuk mebiayai pengeluaran-pengeluaran umum pemerintah
Dalarn negara terdapat Anggaran Pendapat dan Belanja Negara, dan
paj ak merupakan salah satu penyokong utarna dalarn penerimaan yang
kemudian digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran dari
pemerintah.

2. Pajak Penghasilan
a. Pengertian Pajak Penghasilan
Penghasilan berdasarkan Undang-undang Perpajakan (Pasal 4
ayat (1)) Undang-undang pajak penghasilan "setiap tambahan ekonomi
yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun berasal dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menarnbah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan.

b. Subjek Pajak Penghasilan
Subjek pajak penghasilan a0alah segala sesuatu yang mempunyai
potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk
dikenakan pajak penghasilan. Yang menjadi subjek pajak penghasilan
menurut undang-undang Pasal 2 ayat I UU No.17 Tahun 2000
dikelompokkan subjek pajal' adalah :
1 ) Subjek pajak orang pribadi
Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau
berada di Indonesia ataupun diluar di Indonesia.

2) Subjek pajak warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak.
3) Subjek pajak badan
Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan
usaha.
4) Subjek pajak Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Bentuk

Usaha

Tetap

(BUT)

adalah

bentuk

usaha

yang

dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalamjangka waktu 12 (dua belas) bulan,
atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, untuk menjalaukan usaha atau melakukan kegiatan di
Indonesia.

3. Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat Pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu
sarana

bagi

Wajib

Pajak

di

dalam

melaporkan

dan

mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya
terutang. Selain itu Surat Pemberitahuan berfungsi tmtuk melaporkan
pembiayaan atau pelunasan pajak baik yang dilakukan wajib pajak sendiri
maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan
oleh pihak ke-3, melaporkan harta clan kewajiban, dan pembayaran dari
pemotong atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan pajak yang

telah dilakukan. Sehingga Surat Pemberitahuan mempunyai makna yang
cukup penting baik bagi wajib pajak maupun aparatur pajak.
Pelaporan pajak disampaikan ke KPP

dimana wajib pajak

terdaftar. SPT dapat dibedakan sebagai berikut :
a. SPT Masa, yaitu SPT yang diglmakan untuk melakukan pelaporan atas
pembayaran pajak bulanan. Ada beberapa SPT Masa :
(I) PPh Pasal 21,

(5)

PPh Pasal 26,

(2) PPh Pasal 22,

(6)

PPN dan PPnBM,

(3) PPh Pasal 23,

(7)

Pemungut PPN

(4) PPh Pasal 25,
b. SPT Tahunan, yaitu SPT yang digunakan lmtuk pelaporan talmnan.
Ada beberapajenis SPT Tahunan:
(1) Badan
(2) Orang Pribadi
(3) Pasal 21
Keterlambatan pelaporan untuk SPT Masa dikenakan sanksi
administrasi berupa denda sebesar Rp. 50.000,- dan SPT Tahunan sebesar
Rp. 100.000,-.

Tabel 2.1
Batas waktu pembayaran dan pelaporan SPT
BatasWaktu
Batas Waktu
Pelaporan
Pembayaran
Mas a
1. PPh Pasal 21/26
Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan
berikut
PPh Pasal 23/26
I gl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan
oerikut
Tgl. 15 bulan berikut Tgl. 20 bulan
13. DPh Pasal 25
berikut
I
4. PPh Pasal 22, PPN & PPn
1 hari setelah
7 hari setelah
BM oleh Bea Cukai
dipungut
Jembayaran
PPh
Pasal
22
Bendaharawan
Pacla
hari
yang
sama
l'gl. 14 bulan
15.
oerikujt
Pemerintah
saat penyerahan
oarang
Sebelum Delivery
6. PPh Pasal 22 - Pertamina
Order dibayar
PPh
Pasal
22
Pemungut
T
gl. 10 buIan berikut Tgl. 20 bulan
7.
ertentu
berikut
Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan
8. PPh Pasal 4 ayat (2)
berikut
Tgl. 15 bulan berikut Tgl. 20 bulan
9. i>PN dan PPn BM - PKP
berikut
Tgl. 17 bulan berikut I gl. 14 bulan
10. PPN dan PPn BM Bendaharawan
berikut
PPn
BM
Pemungut
I
gl.
15
bulan
berikut
Tgl.
20 bulan
PPN
&
11.
berikut
Non Bendaharawan
Tahunan
1. PPh - Badan, OP, PPh Pasal rgl. 25 bulan ketiga Tgl. 31 bulan
21
setelah berakhirnya ketiga setelah
tahun atau bagian
berakhirnya
ahun atau bagian
ahunpajak
ahunpajak
6 (enam) bulan sejak
2. PBB
---anggal diterimanya
SPPT
Dilunasi pada saat
BPHTB
---terjadinya perolehan
hak atas tanah dan
bangunan
No

F

I'

Jenis SPT

B. Konsep Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan pajak pada dasarnya diarahkan untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak. Mengingat jumlah wajib pajak biasanya lebih banyak
dari petugas pemeriksa yang ada, maka pemeriksaan mustahil dilakukan
terhadap semua wajib pajak. Oleh karena itu, prioritas pemeriksaan terutama
ditujukan kepada wajib pajak dengan resiko tinggi melakukan tindakan
penggelapan pajak (high risk in terms of tax evasion).
1. Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pengertian pemeriksaan pajak

sebagaimana dinyatakan

dalam

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 24 KUP,
pemeriksaan adalah kegiatan untuk mencari, mengumpulkan mengolah
data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan pernndang-undangan perpajakan.
2. Tujuan Pemeriksaan Pajak

Tujuan pemeriksaan pajak ( Hananta Bwoga, Yoseph Agus BBN,
Tony Marsyahrul, Pemeriksaan Pajak di Indonesia 2005) :
a. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka
memberikan kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada wajib
pajak.
b. Tujuan dalam rangka mematuhi peraturan perundang-undangan
perpajakan.

3. Ruang lingkup dau Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak

Ruang lingkup pemeriksaan terdiri dari :
a. Pemeriksaan Lapangan
1 ) Pemeriksaan lapangan meliputi suatu jenis pajak atau selurnh jenis
pajak, nntuk tahnn berjalan atau tahun-tahnn sebelumnya dan atau
nntuk tujuan lain yang dilakukan ditempat wajib pajak.
2) Pemeriksaan lapangan dapat dilakukan dengan pemeriksaan
lengkap atau sederhana.
b. Pemeriksaan Kantor
1 ) Pemeriksaan kantor meliputi suatu jenis pajak tertentu baik tahun
berjalan atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan di !cantor
Direktorat Jenderal Pajalc
2) Pemeriksaan !cantor hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan
sederhana.
3) Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan adanya indikasi
transaksi yang menemukan unsur transfer pricing, maka lingkup
pemeriksaan ditingkatkan menjadi pemeriksaan kantor.

4. Norma Pemeriksaan Pajak

a. Norma pemeriksaan yang berkaitan dengan pemeriksa pajak dalam
pelaksanaan

yang

berkaitan

dengan

pemeriksa

pelaksanaan pemeriksaan lapangan, sebagai berikut :

pajak

dalam

1 ) Pada waktu melakukan pemeriksaan, pemeriksa pajak harus
memiliki tanda pengenal pemeriksa pajak dan dilengkapi dengan
surat perintah pemeriksaan pajak .
2) Pemeriksa pajak, wajib memberitahukan secara tertulis kepada
wajib pajak tentang akan dilakukmmya pemeriksaan.
3) Pemeriksa pajak wajib memperlihatkan kepada wajib pajak, tanda
pengenal pemeriksa pajak dan surat perintah pemeriksaan pajak.
4) Pemeriksa pajak menjelaskan kepada wajib pajak yang akan
diperiksa serta maksud dan tujuan pemeriksaan.
5) Hasil pemeriksaan dituang kedalam kertas kerja pemeriksaan
(KKP).
6) Pemeriksa pajak wajib membuat laporan pemeriksaan pajak (LPP)
berdasarkan KKP.
7) Pemeriksa pajak, wajib memberitahukan secara tertulis kepada
wajib pajak tentang hasil pemeriksaan, berupa hal-hal yang
berbeda antara surat pemberitahuan dengan hasil pemeriksaan
untuk ditanggapi oleh wajib pajak
8) Pemeriksa pajak wajib memberikan petunjuk kepada wajib pajak
mengenai penyelenggaraan pembukuan, pencatatan dan petunjuk
lainnya mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan
dengan pemeriksaan yang dilakukm1.

9) Pemeriksa pajak wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan
dan dokumen pendukung lainnya yang dipinjam dari wajib pajak
paling lama 14 (empat belas) hari sejak selesainya pemeriksaan
pajak. Pemeriksa pajak dilarang memberitahukan kepada pihal lain
yang

tidak

diberitahukan

berhak,

segala

kepadanya

sesuatu

oleh wajib

yang

diketahui

pajak

dalam

atau
rangka

pemeriksaan.
b. Norma pemeriksaan yang berkaitan dengan pemeriksaan pajak dalam
rangka pemeriksaan kantor, sebagai berikut :
1 ) Dalam rangka pemeriksaan, pemeriksa pajak dengan menggunakan
surat panggilan yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang,
memanggil wajib pajak untuk datang ke Direktorat Jenderal Pajak
yang ditunjuk.
2) Pemeriksa pajak menjelaskan kepada wajib pajak yang akan
diperiksa serta maksud dan tujuan pemeriksaan.
3) Hasil pemeriksaan dituang ke dalam kertas kerja pemeriksaan
(KKP).

4) Pemeriksa pajak wajib membuat laporan pemeriksaan pajak (LPP)
berdasarkan KKP.
5) Pemeriksa pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada
wajib pajak tentang hasil pemeriksaan, berupa hal-hal yang
berbeda antara surat pemberitahuan dengan hasil pemeriksaan
untulc ditanggapi oleh wajib pajak.

6) Pemeriksa pajak wajib memberikan petunjuk kepada wajib pajak
mengenai penyelenggaraan pembukuan, pencatatan dan petunjuk
lainnya mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan
dengan pemeriksaan yang dilakukan.
7) Pemeriksa pajak wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan
dan dokumen pendukung lainnya yang dipinjam dari wajib pajak
paling lama 14 (empat belas) hari sejak selesainya pemeriksaan
pajak.
8) Pemeriksa pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang
tidak berhak, segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan
kepadanya oleh wajib pajak.
c. Norma pemeriksaan yang berkaitan dengan wajib pajak, yaitu:
1 ) Dalam ha! pemeriksaan lapangan, wajib pajak berhak meminta

kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan tanda pengenal
pemeriksa pajak dan surat perintah pemeriksaan.
2) Wajib pajak berhak meminta kepada pemeriksa pajak untuk
memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan.
3) Dalam ha! pemeriksaan kantor, wajib pajak wajib memenuhi
panggilan untuk dapat menghadiri pemeriksaan sesuai dengan
waktu dan tempat yang ditentukan.
4) Wajib pajak wajib memenuhi permintaan peminjaman buku-buku,
catatan-catatan, dan dokunmn-dokumen yang diperlukan untuk
kelancaran pemeriksaan se1ta memberikan keterangan dalam

jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal surat
permintaan.
5) Wajib pajak berhak meminta kepada pemeriksa pajak rincian yang
berkenaan dengan hal-hal yang berbeda dari hasil pemeriksaan
dengan surat pemberitahuan.
6) Wajib pajak atas kuasanya wajib menandatangani surat pemyataan
persetujuan apabila wajib pajak menyaetujui seluruh hasil
pemeriksaan.
7) Dalam ha! pemeriksaan lengkap, wajib pajak atau kuasanya wajib
menandatangani berita acara basil pemeriksaan tersebut tidak atau
tidak seluruhnya disetujui.
8) Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan, wajib pajak wajib
melaksanakan ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 29
undang-undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Umun1 Perpajakan. Sebagaimana telah diubah terakhir dengan
undang-undang No.28 Tahun 2007.
d. Norma pemeriksaan yang berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan :
1 ) Pemeriksaan dapat dilakukan oleh seorang atau lebih pemeriksa
pajak.
2) Pemeriksaan dilaksanakan dikantor Direktorat Jenderal Pajak, di
kantor wajib pajak, di !cantor lainnya, di pabrik, di tempat usaha, di
tempat peke1jaan bebas, di tempat tinggal wajib pajak atau di
tempat lain yang telah ditentukan oleh Direktorat .TenrlterHl

pセゥォ@

3) Pemeriksaan dilakukan pada jam ke1ja.
4) Hasil pemeriksaan dituangkan ke dalam kertas kerja pemeriksaan.
5) Laporan pemeriksaan pajak disusun berdasarkan kertas kerja
pemeriksaan.
6) Hasil pemeriksaan lapangan yang seluruhnya disetujui wajib pajak
atau kuasanya, dibuatkan surat pernyataan tentang persetujan dan
ditandatangani oleh wajib pajak yang bersangkutan atau oleh
kuasanya.
7) Terhadap temuan sebagai hasil pemeriksaan lengkap yang tidak
seluruhnya di setujui oleh wajib pajak, dilakukan pembal!asan
akhir hasil pemeriksaan, dan dibuatkan berita acara hasil
pemeriksaan.
8) Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan pajak, diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak, kecuali pemeriksaan dilanjutkan dengan tindakan
penyidikan.
5. Metode dan Teknik Pemeriksaan Pajak
a. Metode Pemeriksaan
1 ) Metode Dinamis

Dengan menggunakan metode ini, pemeriksa pajak dituntut untuk
selalu mengikuti perkembangan dunia usal!a, yaitu yang berkenaan
dengan seluk beluk usaha atau bisnis yang diperiksa

2) Metode sintetis
Metode yang digunakan untuk menguji angka-angka pada pos
buku besar dibandingkan dengan bukti pendukung (dokumen
dasar) yang berhubungan dengan arus uang yang tercermin dalam
buku kas atau buku bank.
3) Metode Analitis
Metode yang digunakan untuk menganalisis angka-angka dalan1
laporan keuangan, yaitu neraca dan daftar laba atau rugi untuk
beberapa periode akuntansi.
4) Metode Langsung
Melakukan pengujian atas kebenaran jumlah penghasilan yang
dilaporkan dalam Surat Pemberitabuan dengan Laporan Keuangan
serta

buku-buku,

catatan-catatan

dan

dokumen-dokumen

pendukungnya.
b. Teknik Pemeriksaan

1 ) Menilai kebenaran fonnal SPT yang disampaikan oleh wajib pajak.
2) Menilai kelengkapan SPT, terutama lampiran-J.ampirannya.
3 ) Menilai sistem pengendalian intern perusabaan.
4 ) Melakukan analisis angka-angka.
5 ) Mentrasir angka-angka dan memeriksa dokumen.

6. Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Dalam pelaksanaan pemeriksaan Keputusan Menteri keuangan No
545/KMK 04/2000 telah menetapkan adanya wewenang pemeriksaan
pajak baik pemeriksa lapangan maupun kantor yaitu:
a. Dalam

Melakukan

pemeriksaan

Lapangan,

Pemeriksa

pajak

berwenang:
1 ) Memeriksa dan atau meminjam buku-buku, catatan-catatan,
dokumen-dokumen pendukung lainnya .
2) Meminta keterangan Iisan dan atau tertulis dari wajib pajak yang
diperiksa.
3 ) Memasuki tempat atau ruangan yang diduga menyimpan dokumen,
yang dapat memberikan petunjuk tentang keadaan usaha wajib
pajak.
4) Melakukan penyegelan tempat atau ruangan apabila wajib pajak
atau kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk memasuki
tempat atau ruangan tersebut.
5 ) Meminta keterangan atau data yang diperlukan dari pihak ketiga
yang mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa.
b.

Dalam melakukan pemeriksaan kantor, pemeriksa pajak berwenang :
1 ) Memeriksa atau meminjam buku-buku, catatan-catatan wajib
pajak.
2) Meminta keterangan lisan atau tertulis dari Wajib Pajak yang
diperiksa.

3) Meminta keterangan atau data yang diperlukan dari pihak ketiga
yang mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa.
7. .Jenis- Jenis Pemeriksaan Pajak
Pada prinsipnya, pemeriksaan dapat dikategorikan dalam tujuh jenis
pemeriksaan yaitu :
a. Pemeriksaan Rutin adalah pemeriksaan yang sifatnya rutin dan
dilakukan terhadap wajib pajak yang dilakukan sehubungan dengan
pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya.
b. Pemeriksaan Kriteria Seleksi adalah pemeriksaan pajak terhadap SPT
tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan terpilih w1tuk
diperiksa berdasarkan publik kriteri seleksi.
c. Pemeriksaan Khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
pemeriksaan lapangan baik melalui pemeriksaan sederhana lapangan
ataupun pemeriksaan lengkap.
d. Pemeriksaan Tahun Berjalan adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan
tanpa perlu dikaitkan dengan pemeriksaan tahun sebelwnnya yaitu
terhadap:
1) Wajib pajak yang dalam tahun berjalan melakukan merger,

likuidasi, pemekaran. Pengambil alihan usaha, atau penilaian
kembali aktiva tetap.
2) Pemotong atau pemungut pajak yang menunjukkan :
a) Adanya pembayaran PPh pasal 21 yang berfluktuasi tinggi
selama 6 bulan berturut-turut.

b) Adanya perbedaan yang signifikan antara pembayaran PPh
pasal 26 terutama atas publik dengan objek PPN jasa Luar
Negeri.
c) Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi krite1ia untuk
pemeriksaan tahun be1jalan.
3) Wajib pajak 1mtuk tujuan Deliquency audit yaitu audit yang
dilaksanakan tmtuk mendapatkan data mengenai harta Wajib Pajak
atau

penanggulangan

pajak

yang

merupakan

obyek

sita

sehubtmgan dengan adanya tunggakkan pajak sesuai dengan
undang-tmdang pajak dengan surat paksa.
4) Wajib pajak tertentu berdasarkan intruksi direktur pemasaran,
penyidikan dan penagihan pajak
e. Pemeriksaan terhadap wajib pajak lokasi adalah pemeriksaan pajak
yang dilakukan ditempat wajib pajak.
f.

Pemeriksaan Integrasi adalah pemeriksaan yang dapat dilaksanakan
terhadap wajib pajak yang berada dalam satu group atau menuju
hubtmgan istimewa dan wajib pajak memiliki hubungan usaha dengan
wajib pajak lain yang diperiksa.

g. Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan
apabila ada laporan pengamatan yang mengidentifikasikan bahwa
Wajib Pajak melakukan tindak pidana dibidang perpajakan.

B. Kepatuhan Pajak (Tax Compliance)
Menurut

Safri

Nurmantu

(2003:148),

kepatuhan

perpajakan

didefinisikan sebagai:
"Suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya". Terdapat dua macam
kepatuhan, yakni : kepatuhan fo1mal dan kepatuhan material, kepatuhan
formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi

kewajiban

perpajakannya secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang
perpajakan, sedangkan wajib pajak yang memenuhi kepatuhan material adalal1
Wajib Pajak yang

mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar Surat

Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan ketentuan dan menyampaikan ke kantor
pelayanan pajak sebelum batas waktu berakhir.
Menutut James (2003) wajib pajak dapat dikatakan patuh apabila wajib
pajak mempunyai kesediaan untuk mernenuhi kewajiban pajaknya sesuai
aturan yang berlaku tanpa perlu dilakukannya pemeriksaan, investigasi
seksanm (obtrusive Investigation), peringatan, ataupun ancaman penerapan
sanksi baik publik maupun administrasi. Dengan demikian, secara hipotesis
bila semua wajib pajak rnematuhi dan menaati terhadap aturan-aturan
perpajakan yang berlaku, maka selisih antara penerimaan pajak potensial
dengan penerirnaan pajalc actual menjacli Nol (0). Oleh karena itu dalam
konsep yang sederhana, meningkatnya tingkat kepatuhan pajak akan tercermin
pada penyempitan "Tax Gap".

Kepatuhan pajak juga sering kali diasosiasikan dengan dua istilah baku
yang sudah popular dalam bidang-bidang perpajakan, yakni "tax avoidance"
dan "tax evasion". Perbedaan dari kedua istilah ini terletak pada aspek
legalitasnya. Tax Avoidance terkait dengan upaya-upaya Wajib Pajak secara
legal untuk mengurangi kewajiban pajalrnya karena adanya kelemahan publik
perpajakan, sedangkan tax evasion terkait upaya-upaya Wajib Pajak untuk
menghindari kewajiban pajaknya.
Berdasarkan beberapa studi mengenai faktor-faktor yang menentukan
tingkat kepatuhan pajak, maka secara umum terdapat dua model utama, yakni:
I. Model konvensional (Model Generasi Pertama)

Model konvensional lebih menekankan persoalan tax evasion dari sisi
Wajib Pajak (tax payers) dan faktor-faktor yang mempengaruhi
perilakunya.
2. Model Generasi kedua
Model Generasi kedua ini, persoalan kepatuhan pajalc juga ditentukan oleh
pelaku lain yaitu petugas pajak (tax Collector). Dalam model ini analisa
dilakukan pada pola kedua belah pihak (tax payer dan tax collector).
Batasan sebagai wajib pajalc patuh diatur dalam Keputusan Menteri
Keuangan No. 544/KMK.04/2000. Persyaratan sebagai wajib pajak patuh
dibedakan antara wajib pajak yang laporan keuangannya telah diaudit oleh
akuntan public dengan yang laporan keuangannya tidak diaudit.

Dalam ha! wajib pajak yang laporan keuangannya tidak diaudit oleh
akuntan publik mengajukan permohonan untuk ditetapkan sebagai wajib pajak
patuh, untuk melakukan pemenuhan ketentuan:
I. Melakukan inventarisasi terhadap wajib pajak yang dalam dua tahun

takwim terakhir menyampaikan SPT Masa semua jenis pajak (PPh dan
PPN) sesuai dengan ketentuan. Untuk SPT Masa tahun kedua hanya
sampai dengan masa November.
2. Melakukan inventarisasi terhadap wajib pajak yang tidak mempunyai
tunggakan pajak untuk semua jenis pajak per tanggal 31 Desember,
kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak.
3. Melakukan inventarisasi terhadap wajib pajak yang dalam waktu sepuluh
talmn terakhir tidak dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan.
Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan sebagai wajib pajak
patuh, oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak dimasukkan dalam Daftar
Nominatif wajib pajak Patuh dan diusulkan kepada Kepala Kantor \Vilayah
Direktorat Jenderal Pajak untuk ditetapkan atas nama Direktur Jenderal Pajak
pada Januari.
Pada dasarnya wajib pajak dimasukkan dalam kategori patnh apabila
memenuhi kriteria atau persyaratan sebagai berikut (menunjukan pada kriteria
menurut keputusan mentri keuangan No 545/KMK 04/2000). Yaitu :

I. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan untuk semua
jenis pajak dalam dua tahun terakhir.
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semuajenis pajak, kecuali telah
memperoleh ijin untuk mengangsur atau menunda pembayaran.
3. Tidak pemah dijatuhi hukurnan karena melakukan tindak pidana dibidang
perpajakan dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir.
4. Dalam 2 (dua) tahun pajak terakhir:
a. Menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 28
Undang-Undang KUP, dan
b. Dalam ha! terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan,
koreksi pada pemeriksaan terakhir untuk masing-masinng jenis pajak
terutang paling banyak 5 %.
5. Wajib Pajak yang laporan keuangannya untuk 2 (dua) tahun terakhir
diaudit oleh akw1tan public dengan pendapat wajar tanpa pengecualian,
atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi
laporan rugi fiskal, laporan auditnya harus disusun dalan1 bentuk panjang

(Long Form Report) yang menyajikan rekonsiliasi laporan Iaba rugi
komersial dan fiskal.
6. Dalam ha! wajib pajak yang laporan keuangam1ya tidak diaudit oleh
auntan public, dipersyaratkan untuk memenuhi ketentuan tersebut pada
huruf d di atas.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan bagian dari tinjauan pustaka yang
berisikan rangkuman atas semua dasar-dasar teori yang dijadikan landasan
dalam penelitian ini, dimana dalam kerangka pemikiran ini diberikan skema
singkat mengenai alur-alur penelitian yang menggambarkan proses penelitian
yang akan dilakukan .:

Gambar2.l
Kerangka Pemikiran

Sebelum dilakukan
pemeriksaan pajak

Kepatuhan
WajibPajak
Sesudah dilakukan
pemeriksaan pajak

E. Hipotesis
Berkaitan dengan penelitian ini, penulis merumuskan hipotesis
yang berkaitan dengan pengaruh pemeriksaan terhadap kepatuhan wajib pajak
sebagai berikut:

Ho

-+

Tidak terdapat perbedaan tingkat kepatuhan wajib pajak badan
dalam menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan sebelum dan
sesudah dilakukan pemeriksaan pajak.
Terdapat perbedaan tingkat kepatuhan wajib pajak badan dalam
menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan sebelum dan sesudah
dilakukan pemeriksaan pajak.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruaug Lingkup

Dokumen yang terkait

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 104 66

Analisis Data Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

3 68 66

Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Di KPP Pratama Waingapu (Penyuluhan Pajak Sebagai Variabel Moderating)

0 49 128

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN E-SPT (STUDI PADA KPP PRATAMA KEPANJEN)

0 18 13

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar Di KPP Pratama Surakarta).

0 1 6

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN SETELAH SUNSET POLICY DAN Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan Setelah Sunset Policy Dan Fenomena “Kasus Pajak” ( Survey Pada Wajib Pajak Yan

0 1 17

PENDAHULUAN Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan Setelah Sunset Policy Dan Fenomena “Kasus Pajak” ( Survey Pada Wajib Pajak Yang Terdaftar Di Kpp Pratama Surakarta ).

0 1 10

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN SETELAH SUNSET POLICY DAN Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan Setelah Sunset Policy Dan Fenomena “Kasus Pajak” ( Survey Pada Wajib Pajak Yan

0 1 17

PENGARUH PEMAHAMAN PROSEDUR PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN DI KPP PRATAMA KLATEN.

0 1 9

EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PELAPORAN SPT TAHUNAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN BADAN DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN

0 0 112