Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Di KPP Pratama Waingapu (Penyuluhan Pajak Sebagai Variabel Moderating)

(1)

PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

DI KPP PRATAMA WAINGAPU

(PENYULUHAN PAJAK SEBAGAI VARIABEL MODERATING)

TESIS

OLEH

SAHATA SINAMBELA 097017020/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

DI KPP PRATAMA WAINGAPU

(PENYULUHAN PAJAK SEBAGAI VARIABEL MODERATING)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAHATA SINAMBELA

097017020/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

Judul Penelitian : PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA WAINGAPU (PENYULUHAN PAJAK SEBAGAI VARIABEL MODERATING)

Nama Mahasiswa : Sahata Sinambela Nomor Pokok : 097017020

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA)

Ketua Anggota

(Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah Diuji Pada

Tanggal : 1 Februari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA Anggota : 1. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak

2. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak 3. Drs. Rasdianto, MA, Ak


(5)

PERNYATAAN Judul Tesis

PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

DI KPP PRATAMA WAINGAPU

(PENYULUHAN PAJAK SEBAGAI VARIABEL MODERATING)

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ekonomi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Januari 2013 Penulis


(6)

PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

DI KPP PRATAMA WAINGAPU

(PENYULUHAN PAJAK SEBAGAI VARIABEL MODERATING)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menemukan bukti empiris pengaruh reformasi administrasi perpajakan (tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, dan unit khusus pelayanan) berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Waingapu dan (2) Menemukan bukti empiris penyuluhan pajak sebagai variable moderating merpengaruhi hubungan antara reformasi administrasi perpajakan (tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, dan unit khusus pelayanan) terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Waingapu. Populasi seluruh Wajib Pajak KPP Pratama Waingapu yang berjumlah 20.794 orang. Sampel penelitian yang dugunakan sebanyak 200 orang wajib pajak diambil, dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode analisi yang dugunakan adalah analisi regresi linier berganda dengan uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji hipotesis, dan uji residual. Hasil penelitian yang di lakukan mendapatkan bukti empiris bahwa (1) Secara simultan reformasi administrasi perpajakan (tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, dan unit khusus pelayanan) berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Waingapu, (2) Secara parsial variabel yang berpengaruh adalah pendidikan khusus, independensi dan unit khusus pelayanan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak, serta (3) Penyuluhan pajak sebagai variable moderating mempengaruhi hubungan antara reformasi administrasi perpajakan (tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, dan unit khusus pelayanan) terhadap tingkat kepatuhan pajak di KPP Pratama Waingapu.

Kata Kunci : Reformasi Administrasi Perpajakan, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Penyuluhan


(7)

THE INFLUENCE OF TAX ADMINISTRATION REFORM ON THE COMPLIANCE LEVEL OF TAX PAYERS AT KPP PRATAMA

WAINGAPU (TAX EXTENSION AS MODERATING VARIABLE)

ABSTRACT

The purpose of this study was (1) to find out the empirical proof of the simultaneous and partial influence of tax administration reform (polite action, special education, indpendence, facility, and special service unit) on the compliance level of tax payers at KPP Pratama Waingapu, and (2) to find out the empirical proof of tax extension as the moderating variable influencing the relationship between tax administration reform (polite action, special education, indpendence, facility, and special sevice unit) and the compliance level of tax payers at KPP Pratama Waingapu. The population of this study was all of the 20,794 tax payers at KPP Pratama Waingapu and 200 of them were selected to be the samples for this study through purposeive sampling method. The data obtained were analyzed through multiple linear regression analysis method with data quality test, classic assumption tests, hypothesis tests, and residual test. The result of this study showed that the empirical proof found out was (1) that simultaneously the tax administration reform (polite action, special education, indpendence, facility, and special service unit) had influence on the compliance level of tax payers at KPP Pratama Waingapu, (2) partially, the variables influencing the compliance level of tax payers were special education, indpendence, and special service unit, and (3) tax extension as the moderating variable influenced the relationship between tax administration reform (polite action, special education, indpendence, facility, and special service unit) and the compliance level of tax payers at KPP Pratama Waingapu.


(8)

KATA PENGANTAR

Dengan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan kemurahan-Nya yang memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis sehingga penulis menyelesaikan penulisan tesis ini.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesisi ini penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang sekaligus sebagai dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan tesis ini.

4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selakuSekretaris Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan tesis ini.

5. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan tesis ini.

6. Drs. Rasdianto, MA, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan tesis ini.

7. Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan tesis ini.

8. Pimpinan dan Pegawai KPP Pratama Waingapu yang telah menyediakan waktu dan memeberikan informasi yang diperlukan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Bapak dan ibu, para dosen serta seluruh pegawai pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas ilmu dan bantuan yang diberikan.

10.Rekan-rekan staf secretariat Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah membatu administrasi penelitian ini. 11.Ayahanda tercinta P. Sinambela, S.Sos dan Ibunda M. Siagian yang telah

membesarkan, mendidik serta membimbing penulis sehingga dapat mencapai pendidikan sesuai dengan penulis cita-citakan.

12.Ayahanda mertua Drs. E. Sitorus. dan Ibunda mertua Dra. F. Manurung yang telah memberikan semangat dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.


(9)

13.Kakak, Adik-adik serta Saudara-saudara kusayangi yang memberikan batuan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

14.Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada istri tercinta Risa Novita Br. Sitorus, S.Sos, atas segala kesabaran dan ketabahannya selama ini dalam mendampingi penulis serta dorongan dan dukungannya tesis ini dapat selesai.

15.Rekan-rekan penulis yang turut memberikan saran dan masukan sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati kita semua . Amin.

Medan. Januari 2013 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. NAMA : SAHATA SINAMBELA

2. TEMPAT / TGL LAHIR : SINTANG / 2 DESEMBER 1983

3. AGAMA : KRISTEN PROTESTAN

4. KELUARGA

a. AYAH : P. SINAMBELA, S.Sos

b. IBU : M. SIAGIAN

c. ISTRI : RISA NOVITA Br. SITORUS, S.Sos

5. ALAMAT : JL. MELATI RAYA I NO 7 MEDAN

6. PENDIDIKAN

a. SD : SD SWASTA PANCA SETIA I SINTANG

b. SMP : SMP NEGERI 1 SINTANG

c. SMA : SMA NEGERI 1 MEDAN

d. S1 : FAKULTAS EKONOMI JURUSAN

AKUNTANSI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

e. PROFESI : PENDIDIKAN PROFESI AKUNTAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

7. PEKERJAAN : PNS DJP KPP PRATAMA WAINGAPU


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tinjauan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Originalitas ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Sistem Perpajakan ... 9

2.1.1 Kepatuhan Wajib Pajak ... 10

2.1.3 Tindakan yang Sopan ... 15

2.1.4 Pendidikan Khusus ... 19

2.1.5 Independensi Pegawai ... 21

2.1.6 Fasiltas ... 22

2.1.7 Unit Khusus Pelayanan ... 24

2.1.8 Penyuluhan pajak ... 26

2.2 Review Peneliti Terdahulu ... 27

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 29

3.1 Kerangka Konsep ... 29

3.2 Hipotesis ... 31

BAB IV METODE PENELITIAN ... 33

4.1 Jenis Penelitian ... 33

4.2 Lokasi Penelitian ... 33

4.3 Populasi dan Sampel ... 33

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 34

4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 34

4.6 Metode Analisis Data ... 35

4.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 36

4.6.2 Uji Hipotesis ... 38

4.6.3 Uji Risidual ... 41

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42


(12)

5.1.1 Karakteristik Responden ... 42

5.1.2 Deskripsi Data ... 43

5.2 Hasil Uji Kualitas Data ... 45

5.2.1 Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 45

5.2.1.1 Hasil Uji Validitas Instrumen... 45

5.2.1.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 48

5.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 50

5.3.1 Uji Normalitas ... 50

5.3.2 Uji Multikolinieritas ... 52

5.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 53

5.4 Uji Hipotesis ... 54

5.4.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi ( R2 5.4.2 Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 55

) ... 54

5.4.3 Hasil Uji Parsial (Uji-t) ... 56

5.4.4 Uji Residual ... 59

5.5 Pembahasan ... 60

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 62

6.1 Kesimpulan ... 62

6.2 Keterbatasan Data ... 62

6.3 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 Profil KPP Pratama Waingapu………... 4

Tabel 1.2 Perkembangan Penyampaian SPT Tahunan KPP Pratama Waingapu 5 Tabel 1.3 Penerimaan KPP Pratama Waingapu ... 6

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu dan Hasil Penelitian ... 28

Tabel 4.1 Operasional Variabel... 35

Tabel 5.1 Karakteristik Responden ... 42

Tabel 5.2 Statistik Deskriptif ... 43

Tabel 5.3 Uji Validitas Instrumen ... 46

Tabel 5.4 Uji Reliabilitas dengan Nilai Cronbach’s Alpha ... 49

Tabel 5.5 Kolmogorov – Smirnov Test ... 52

Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinieritas ... 53

Tabel 5.7 Koefisien Determinasi ... 55

Tabel 5.8 Hasil Uji Simultan ... 55

Tabel 5.9 Hasil Analisis Koefisien Regresi ... 56


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ... 31

Gambar 5.1 Diagram Histogram ... 50

Gambar 5.2 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual ... 51


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian Sebelun Uji Validitas ... 67

2. Kuesioner Penelitian Sesudah Uji Validitas ... 71

3. Data Hasil Pengisian Kuesioner ... 75

4. Pengujian Validasi & Reliabilitasi ... 87

5. Deskripsi Statistik ... 92

6. Pengujian Asumsi Klasik ... 96


(16)

PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

DI KPP PRATAMA WAINGAPU

(PENYULUHAN PAJAK SEBAGAI VARIABEL MODERATING)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menemukan bukti empiris pengaruh reformasi administrasi perpajakan (tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, dan unit khusus pelayanan) berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Waingapu dan (2) Menemukan bukti empiris penyuluhan pajak sebagai variable moderating merpengaruhi hubungan antara reformasi administrasi perpajakan (tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, dan unit khusus pelayanan) terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Waingapu. Populasi seluruh Wajib Pajak KPP Pratama Waingapu yang berjumlah 20.794 orang. Sampel penelitian yang dugunakan sebanyak 200 orang wajib pajak diambil, dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode analisi yang dugunakan adalah analisi regresi linier berganda dengan uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji hipotesis, dan uji residual. Hasil penelitian yang di lakukan mendapatkan bukti empiris bahwa (1) Secara simultan reformasi administrasi perpajakan (tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, dan unit khusus pelayanan) berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Waingapu, (2) Secara parsial variabel yang berpengaruh adalah pendidikan khusus, independensi dan unit khusus pelayanan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak, serta (3) Penyuluhan pajak sebagai variable moderating mempengaruhi hubungan antara reformasi administrasi perpajakan (tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, dan unit khusus pelayanan) terhadap tingkat kepatuhan pajak di KPP Pratama Waingapu.

Kata Kunci : Reformasi Administrasi Perpajakan, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Penyuluhan


(17)

THE INFLUENCE OF TAX ADMINISTRATION REFORM ON THE COMPLIANCE LEVEL OF TAX PAYERS AT KPP PRATAMA

WAINGAPU (TAX EXTENSION AS MODERATING VARIABLE)

ABSTRACT

The purpose of this study was (1) to find out the empirical proof of the simultaneous and partial influence of tax administration reform (polite action, special education, indpendence, facility, and special service unit) on the compliance level of tax payers at KPP Pratama Waingapu, and (2) to find out the empirical proof of tax extension as the moderating variable influencing the relationship between tax administration reform (polite action, special education, indpendence, facility, and special sevice unit) and the compliance level of tax payers at KPP Pratama Waingapu. The population of this study was all of the 20,794 tax payers at KPP Pratama Waingapu and 200 of them were selected to be the samples for this study through purposeive sampling method. The data obtained were analyzed through multiple linear regression analysis method with data quality test, classic assumption tests, hypothesis tests, and residual test. The result of this study showed that the empirical proof found out was (1) that simultaneously the tax administration reform (polite action, special education, indpendence, facility, and special service unit) had influence on the compliance level of tax payers at KPP Pratama Waingapu, (2) partially, the variables influencing the compliance level of tax payers were special education, indpendence, and special service unit, and (3) tax extension as the moderating variable influenced the relationship between tax administration reform (polite action, special education, indpendence, facility, and special service unit) and the compliance level of tax payers at KPP Pratama Waingapu.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan baik untuk belanja rutin maupun pembangunan. Dimana dari sisi pendapatan negara dan hibah naik Rp. 18,5 Triliun dari rencana semula sebesar Rp. 1.292,9 Triliun menjadi Rp. 1.311,4 Triliun, sementara belanja negara meningkat 16,9 Triliun dari rencana semula sebesar Rp. 1.418 Triliun menjadi Rp. 1.435,4 Triliun. Pada sisi pendapatan dipastikan bahwa penerimaan pajak naik Rp. 13,2 Triliun dari perkiraan awal Rp. 1.019,3 Triliun menjadi Rp. 1.032,6 Triliun dengan tax ratio sekitar 12,72 persen terhadap PDB.

Dalam rangka mengamankan dan mengoptimalkan sasaran penerimaan pajak tahun 2012, pemerintah menempuh sejumlah langkah kebijakan strategi, yaitu :

a. Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional,

b. Penyempurnaan peraturan untuk menangani tax avoidance, transfer pricing, dan penanganan pajak final,

c. Pembenahan internal aparatur dan sistem perpajakan.

Direktorat Jenderal Pajak sebagai instansi pemerintah yang secara struktur berada di bawah naungan Kementrian Keuangan Republik Indonesia bertugas untuk mengadministrasikan penerimaan negara dari sektor pajak terutama administrasi Pajak Pusat.


(19)

Bila dihubungkan dengan Ilmu Akuntansi yang lebih berfokus pada akuntansi keprilakuan, dimana dalam pembahasannya menyebutkan suatu sistem informasi akuntansi yang meliputi disain alat pengendalian manajemen yang meliputi sistem pengendalian, sistem penganganggaran, disain akuntansi pertanggungjawaban, disain organisasi seperti desentralisasi atau sentralisasi, desain kolektebilitas biaya, penilaian kinerja, serta pelaporan. Dari gambaran singkat akuntansi keperilakuan ini sangat berguna untuk menunjang good govermence, yang menciptakan suatu pelayanan pada publik selaku stacholder dalam tercapainya pelayana.

Bila melihat kritik masyarakat yang timbul dari kurangnya kinerja dan profesionalisme birokrasi, prosedur pengurusan yang berbelit-belit dan pungutan liar disana sini, permasalah ini timbul dari kelemahan sumber daya manusia. Disamping itu juga target penerimaan merupakan suatu tantangan tersendiri sehingga mendorong tenaga-tenaga terampil diarahkan ke hal-hal yang bersifat teknis, akibatnya fungsi yang tidak kalah penting seperti penyuluhan, proses data, perencanaan pegawai dan menyusun konsep aturan mengalami banyak kekurangan baik dari sisi jumlah maupun kapasitas sumber daya manusianya. Dalam hal ini akuntansi keprilakuan dibahas dalam:

1. Mempelajari antara prilaku manusia terhadap konstruksi, bangunan, dan penggunaan sistem informasi akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan dan organisasi, yang berarti bagaimana sikap dan gaya kepemimpinan manajemen mempengaruhi sifat pengendalian akuntansi serta disain organisasi,


(20)

2. Mempelajari pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap prilaku manusia, disini akuntansi berperan dalam sistem mempengaruhi kinerja, motivasi, produktivitas, pengambilan keputusan, kepuasan kerja serta kerja sama,

3. Metode untuk menjelaskan dan memprediksi prilaku manusia dan strategi untuk mengubahnya.

Dalam KOMPAS Sabtu 26 November 2005 disebutkan bahwa untuk bisa menjadi ujung tombak penerimaan negara yang berkesinambungan dalam jangka panjang Direktorat Jenderal Pajak harus mampu mengubah pajak dari semula kental dengan aroma pemaksaan dan hukuman menjadi manusiawi dan mendorong kesadaran masyarakat sendiri untuk berperan dalam pembangunan. Dari banyaknya kritikan atas kekurangan DJP berusaha memperbaiki diri, dimana salah satunya adalah diberlakukannya reformasi Administrasi Perpajakan Jangka Menengah (3-5 tahun) sebagai prioritas reformasi perpajakan dengan tujuan tercapainya :

a. Tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi,

b. Tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, c. Produktifitas perpajakan yang tinggi serta program yang tinggi.

Sistem administrasi perpajakan moderen juga merangkul kemajuan teknologi terbaru diantaranya pada tahun 2004 Direktorat Jenderal Pajak membangun dan mengembangkan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak yang biasa disebut SIDJP. Dimana untuk pertama kalinya sistem ini diterapkan pada bulan juni 2004. Selain itu pada tahun 2008 dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, SIP-Mod yang berbasis Unix diperbaharui menjadi SIP-Mod


(21)

10g yang berbasis windos, dimana SIP-Mod 10g di gunakan di KPP Pratama Waingapu.

Disamping teknologi Direktorat Jenderal Pajak memperhatikan pada sektor pelayanan agar memuaskan masyarakat selaku Wajib Pajak dengan empat kriteria pokok seorang petugas pajak dalam melayani yaitu :

1. Tingkah laku yang sopan,

2. Cara menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima Wajib Pajak,

3. Waktu penyampaian yang tepat, 4. Keramahtamahan dari petugas pajak.

Tabel 1.1 Profil KPP Pratama Waingapu PETA WILAYAH DAN JUMLAH KEPALA KELUARGA

No Wilayah

Luas Wilayah (Km2) Luas Wilayah (km2) Sesuai NOP Jumlah Kepala Keluarga Jumlah KK Non Miskin Estimasi Jumlah KK Yang Seharusnya Terdaftar Jumlah WP OP Terdaftar % (Prosentase)

1 2 3 4 5 6 7 8 9=8/7 10=8/5

1 Kab. Sumba Barat 737.42 121.62 22,065 15,445 7,722 5,348 69 24

2 Kab. Sumba Timur 6,909.20 412.11 66,545 39,046 19,523 10,497 54 16

3

Kab. Sumba Barat Daya

1,445.32 309.52 42,088 29,461 14,730 4,013 27 10

4 Kab. Sumba Tengah 1,817.85 146.51 14,128 9,889 4,944 1,548 31 11

Jumlah 10,909.79 989.76 144,826 93,841 46,919 21,406 46 15


(22)

KPP Pratama Waingapu yang jauh dari pusat kota serta memiliki wilayah kerja yang ada di pulau sumba yaitu Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya. Serta ditambah masih minimnya pengetahuan Wajib Pajak akan perpajakan sehingga membuat para pekerja termasuk Kepala KPP Pratama Waingapu melakukan inovasi bagaimana caranya untuk meningkatkan kepatuhan dari Wajib Pajak. KPP Pratama Waingapu yang telah mengalami modernisasi sejak 31 Desember 2008 banyak mengalami perubahan administrasi perpajakan, di samping itu para pegawai yang ada juga menyesuaikan diri atas perkembangan yang di lakukan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya kepatuhan menyampaikan SPT Tahunan baik Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan.

Table 1.2 Perkembangan Penyampaian SPT Tahunan KPP Pratama Waingapu

No. SPT Tahun

Jumlah WP Terdaftar Jumlah SPT Tahunan Rasio Kepatuhan Badan OP

Total Bada n

OP

Total Badan OP Total

1. 2. 3. 4. 2008 2009 2010 2011 1.463 1.702 1.816 1.941 3.618 6.485 7.829 18.853 5.081 8.187 9.645 20.794 800 774 1.077 1.262 1.096 1.625 5.799 8.614 1.896 2.399 6.876 9.876 54,68% 45,48% 59,31% 65,02% 30,29% 25,06% 74,07% 45,69% 37,32% 29,30% 71,29% 47,50%

*Sumber dari KPP Pratama Waingapu per 1 Juni 2012

Bila dilihat dari tabel diatas bahwa terjadi kenaikan yang sangat tajam penyampaian SPT di KPP Pratama Waingapu yang disebabkan koordinasi yang dilakukan baik di interen pegawai, maupun berkoordinasi dengan instansi vertikal maupu horizontal yang ada satuan kerja di setiap kabupaten. Selain itu juga


(23)

dilakukan penyampaian informasi yang dilakukan dari media elektronik atau pemasangan spanduk.

Tabel 1.3 Penerimaan KPP Pratama Waingapu 4 Tahun Terakhir

Tahun Pajak

Rencana Penerimaan

Realisasi Penerimaan

%

Pencapaian Keterangan 2009 108.968.935.000 135.566.405.100 124,41

2010 163.122.415.082 180.213.316.393 110,48 2011 208.668.443.158 208.958.030.983 100,14

2012 189.440.294.591 37.376.570.123 19,73 Keadaan Per 31 Mei 2012 *Sumber dari KPP Pratama Waingapu

Seiring dengan penyampaian SPT Tahunan yang terus mengalami peningkatan, serta dengan tingkat pencapaian pendapatan dari sektor pajak yang terus meningkat di setiap tahunnya, maka dituntut untuk seluruh pegawai KPP Pratama Waingapu harus mampu menjabarkan dari tugas pokok di struktur yang diembannya. Tetapi terdapat kendala yang dihadapai di lapangan yaitu tingkat pelaporan SPT Masa yang disampaikan oleh Wajib Pajak sering terlambat pada bulan pelaporan sehingga terjadi naik turunya pelaporan.

Dari keterangan diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Waingapu (Penyuluhan Pajak Sebagai Variabel Moderating).


(24)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah reformasi administrasi perpajakan (tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, dan unit khusus pelayanan) berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Waingapu?

2. Apakah penyuluhan pajak sebagai variable moderating mempengaruhi hubungan antara reformasi administrasi perpajakan (tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, dan unit khusus pelayanan) dengan tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Waingapu?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang ada, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Menemukan bukti empiris pengaruh reformasi administrasi perpajakan (tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, dan unit khusus pelayanan) berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Waingapu,

2. Menemukan bukti empiris penyuluhan pajak sebagai variable moderating merpengaruhi hubungan antara reformasi administrasi perpajakan (tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, dan unit khusus pelayanan) terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Waingapu.


(25)

1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti terutama mengenai pengaruh reformasi administrasi perpajakan (tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, dan unit khusus pelayanan) terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Waingapu serta penyuluhan pajak sebagai variable moderating,

b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Waingapu dalam meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak,

c. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

1.5 Originalitas

Disini penulis melihat potensi pajak yang dapat digali dengan menggunakan suatu reformasi administrasi perpajakan yang berupa tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, dan unit khusus pelayanan guna meningkatkan kepatuhan Wajib pajak di KPP Pratama Waingapu oleh sebab itu penulis tertarik mengangkat sebagai judul, dimana peneliti melanjutkan penelitian dari penulis terdahulu oleh Chaizi Nasucha pada tahun 2003 yang mengangkat judul Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap kepatuhan Wajib Pajak dimana peneliti menambah satu variable moderating yaitu penyuluhan pajak, yang memberdakan dengan peneliti terdahulu dimana tempat serta waktu pelaksanaanya penelitian.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Landasan Teoritis

Dari permasalahan yang diangkat dari penelitian, maka dapat dijelaskan beberapa hal yang berkaitan penulisan ini

2.1.1. Sistem Perpajakan

Sistem perpajakan suatu negara terdiri atas tiga unsur, yakni Tax Policy, Tax Law dan Tax administration. Sedangkan menurut Undang-undang No 16 tahun 2009 menjelaskan sistem perpajakan dapat disebut sebagai metode atau cara bagaimana mengelola utang pajak yang terutang oleh wajib pajak dapat mengalir ke kas Negara, untuk itu dalam sistem pajak penghasilan yang dikenal dengan nama Official Assesment System, Withholding Tax System, Self Assement system.

1. Official Assesment System yakni sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang.

2. Withholding Tax System yakni suatu sistem perpajakan dimana pihak ketiga diberi kepercayaan atau diberdayakan (empowerment) oleh undang-undang perpajakan untuk memotong pajak penghasilan sekian persen dari penghasilan yang dibayarkan kepada wajib pajak.

3. Self Assement system yakni suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak.


(27)

Tugas utama administrasi perpajakan adalah pertama, penyediaan informasi dan mengarahkan wajib pajak; kedua, melaksanakan pendaftaran, penatalaksanaan dan memproses pelaporan wajib pajak; ketiga, monitoring pembayaran pajak; keempat, pengawasan atau pemeriksaan terhadap pelaporan wajib pajak; kelima, memberikan pelayanan hukum perpajakan.

Sistem perpajakan yang baik terutama harus memperhatikan aspek kebijakan ekonomi yang dianut oleh negara yang bersangkutan dalam rangka mensejahterakan masyarakat dan kemampuan administrasi perpajakan itu sendiri. Sistem perpajakan yang baik juga harus menggali potensi perpajakan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang ada. Meminimalkan distorsi terhadap kegiatan ekonomi, memenuhi keadilan dibidang perpajakan serta kemampuan administrasi perpajakan meliputi kelembagaan, sistem dan prosedur perpajakan, dukungan infrasturktur di dalam melaksanakan administrasi perpajakan dan sumber daya manusia yang kompeten dalam melaksanakan kebijakan perpajakan.

2.1.2. Kepatuhan Wajib Pajak

Pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintah (pelayanan umum) pada perkembangannya dikenal dengan istilah pelayanan publik, berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Umum, disebutkan bahwa “Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan, kemudian hakekat pelayanan publik adalah pemberian


(28)

pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Lebih lanjut dijelaskan mengenai 10 prinsip pelayanan publik, yakni :

1. Kesederhanaan, yakni prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan,

2. Kejelasan, yakni persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik; Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian; Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

3. Kepastian waktu, yakni pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan;

4. Akurasi, yakni produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah; 5. Keamanan, yakni proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman

dan kepastian hukum;

6. Tanggung jawab, yakni pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik;

7. Kelengkapan sarana dan prasarana, yakni tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja, dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi, dan informatika (telematika); 8. Kemudahan akses, yakni tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang

memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika;


(29)

9. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan, yakni pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas;

10.Kenyamanan, yakni lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain.

Adapun yang digunakan sebagai dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat mengacu pada prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang relevan, valid dan reliabel yaitu :

a. Prosedur pelayanan, yakni kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;

b. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya; c. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawabnya);

d. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku;


(30)

e. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan;

f. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/ menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat;

g. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;

h. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani;

i. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati;

j. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan;

k. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan;

l. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;

m. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan;

n. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga


(31)

masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

Sejak tahun 2000 Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah memulai langkah reformasi administrasi perpajakan (tax administration reform) yang menjadi landasan terciptanya administrasi perpajakan yang modern, efisien dan dipercaya oleh masyarakat. Reformasi perpajakan adalah perubahan yang mendasar di segala aspek perpajakan. Reformasi perpajakan yang sekarang menjadi prioritas, menyangkut modernisasi administrasi perpajakan jangka menengah (tiga hingga enam tahun) dengan tujuan tercapainya : pertama, tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi. Kedua, kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi. Dan ketiga, produktivitas aparat perpajakan tinggi. Dalam jangka pendek, upaya-upaya yang dilakukan adalah dimungkinkan WP untuk menyampaikan SPT secara elektronik (e-Filing). Dalam rangka peningkatan pelayanan permohonan restitusi kepada WP, sedang dikaji agar permohonannya dapat diberikan cukup dengan penelitian saja.

Disamping itu, peningkatan pelayanan terhadap wajib pajak dilakukan dengan membangun on-line sistem yang menyangkut pembayaran pajak ( e-payment), pendaftaran NPWP (e-Registration) serta pelaporan SPT (e-Filing), sehingga WP tidak perlu lagi datang ke kantor pajak, namun cukup melakukan kegiatan tersebut secara on-line dari rumah/kantor mereka. Dengan demikian persinggungan antara wajib pajak dengan petugas dapat diminimalisir dan bermanfaat bagi semua pihak. Selain itu, reformasi pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan meliputi: pertama pembentukan bank


(32)

data (alat pengawasan). Kedua, mengembangkan E-mapping dan smart-mapping dan ketiga melakukan law enforcement antara lain penyanderaan dan penyidikan. Sejak tahun 2001 Dirjen pajak telah melakukan kampanye sadar dan peduli pajak. Kampanye juga dilakukan kepada seluruh lapisan masyarakat seperti kalangan akademis, politisi, pengusaha, selebritis tokoh agama, tokoh masyarakat dan LSM-LSM. Upaya membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk membayar pajak, DJP telah melaksanakan intensifikasi pajak. Intensifikasi adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak melalui wajib pajak yang sudah terdaftar, untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Kegiatan intensifikasi ini berupa penyuluhan berbagai ketentuan yang berlaku, memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak, pemeriksaan dan penagihan pajak.

Menurut Hadi (2011) menyebutkan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sendiri telah menempuh berbagai cara untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, mulai dari (i) sosialisasi; (ii) pendekatan persuasif; (iii) jemput bola; (iv) pelayanan yang lebih baik; (v) penegakan hukum; hingga (vi) mengajak tokoh-tokoh bangsa dan masyarakat untuk menjadi panutan dalam segara melaporan SPT Tahunan PPh-nya. Namun hasilnya masih jauh dari yang diharapkan.

2.1.3. Tindakan yang Sopan 1. Definisi Tindakan yang Sopan

Seperti kita ketahui bersama, semakin besar suatu organisasi, semakin banyak pula jumlah personil atau tenaga kerja manusia yang dibutuhkan, serta semakin banyak pula jenis pekerjaan yang harus dilaksanakan. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil organisasi, semakin kecil tenaga manusia yang


(33)

dibutuhkan dan semakin sedikit jenis pekerjaan yang harus dilaksanakan. Kelangsungan hidup sebuah organisasi sebenarnya berkaitan erat dengan proses perilaku manusianya yang dapat memperkuat roh atau jiwa bagi kedinamisan sebuah struktur organisasi. Selain itu organisasi yang baik harus melakukan pelayanan pada seluruh aspek yang mempengaruhi tercapainya tujuan organisasi, seperti pelayanan kepada eksteren ataupun interen.

Dari gambaran singkat diatas dapat ditarik kesimpulan dari pengertian pelayanan, dimana pelayanan ialah suatu usaha untuk membantu menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan orang lain. Dalam pelayanan yang disebut konsumen (customer) adalah masyarakat yang mendapat manfaat dari aktifitas yang dilakukan oleh organisasi atau petugas organisasi pemberi pelayanan. Sedangkan bila di sektor pemerintahan adalah melihat bagaimana tingkat kepuasan dari stecholder yang menggunakan pelayanan publik untuk kelangsungan kegiatan, ini sesuai dengan Undang-undang Kepegawaian Nomor 43 Tahun 1999, Pegawai Negeri Sipil (PNS) selaku aparatur pemerintah memiliki kewajiban untuk bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional. Selaku pelayan masyarakat, PNS harus memberikan pelayanan yang terbaik atau prima kepada penerima pelayanan tanpa pandang bulu. Jadi PNS berkewajiban memberikan pelayanan atau melayani, bukan minta dilayani.

Menurut Mardiyanti dalam konsep dasar pelayanan prima berdasarkan konsep sikap (attitude) menyebutkan bahwa Sikap yang perlu dimiliki oleh pegawai berdasarkan konsep pelayanan prima adalah sebagai berikut :

1. Rasa memiliki terhadap instansi, 2. Rasa kebanggaan terhadap pekerjaan,


(34)

3. Loyalitas yang tinggi terhadap pekerjaan, 4. Ingin menjaga martabat dan nama baik instansi.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab seorang pegawai harus memiliki sikap yang harus dapat di pertanggung jawabkan serta berfikir positif. Dimana penegrtian dari berfikir positif yaitu berfikir sehat, logis dan masuk akal (rasional). Untuk memelihara pola berpikir positif ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

a. Melayani pelanggan/masyarakat dengan penuh rasa hormat,

b. Menghindari sikap berprasangka buruk terhadap pelanggan/masyarakat, c. Tidak mencari atau memanfaatkan kelemahan pelanggan/masyarakat.

Menurut Sondang P. Siagian (2000:3) mengemukakan bahwa organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam visi dan misi, dimana terdapat seorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang/beberapa orang yang disebut bawahan sehingga harus memiliki struktur organisasi yang dapat menjadi prosedur kerja dalam mencapai tujuan.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-111/PJ./2008 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2008-2012, menyebutkan Rencana strategis Direktorat Jenderal Pajak (Renstra DJP) merupakan road map yang sudah menjadi komitmen seluruh jajaran DJP serta berfungsi untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan seluruh potensi yang ada dalam rangka


(35)

mewujudkan tujuan organisasi. Pada prinsipnya Renstra DJP harus diketahui, dihayati, dan dijadikan acuan oleh segenap jajaran pegawai DJP mulai tingkat pimpinan tertinggi sampai dengan para petugas pelaksana. Oleh karena itu Saudara diminta untuk memahami makna dari visi, misi, nilai, tujuan, sasaran, dan strategi DJP serta menyebarluaskan melalui sarana-sarana pembinaan yang ada.

Berdasarkan uraian diatas didapat bahwa suatu organisasi efektif harus ada struktur organisasi yang menjelaskan tugas yang jelas (job discription), wewenang (authority), dan tanggung jawab (accountabillity) antar bagian/seksi dalam organisasi dan hubungan antar personal yang dipercayainya akan menghubungkan perilaku/individu dan kelompok dalam peningkatan pencapaian, sehingga dengan demikian struktur organisasi sangat berpengaruh terhadap efektifitas.

2. Konsep Sikap Pelayanan

Berdasarkan konsep sikap, untuk mewujudkan pelayanan prima kepada pelanggan/masyarakat perlu memperlihatkan kemampuan diri dan penampilan seseorang atau kelompok secara optimal.

1. Kemampuan diri

Kemampuan diri adalah kemampuan optimal yang harus dimiliki seseorang dalam memberikan pelayanan berkaitan dengan wawasan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.

2. Penampilan

Penampilan adalah suatu bentuk citra diri yang terpancar pada diri seseorang dan akan menambah kepercayaan diri seseorang dalam bersikap.


(36)

2.1.4. Pendidikan Khusus

1. Pengertian Pendidikan Khusus

Departemen Keuangan secara keseluruhan telah meluncurkan program reformasi birokrasi sejak akhir tahun 2006. Fokus program reformasi ini adalah perbaikan sistem dan manajemen SDM, dan direncanakan perubahan yang dilakukan sifatnya lebih menyeluruh. Hal ini perlu dan mendesak untuk dilakukan, karena disadari bahwa elemen yang terpenting dari suatu sistem organisasi adalah manusianya. Secanggih apapun struktur, sistem, teknologi informasi, metode dan alur kerja suatu organisasi, semua itu tidak akan dapat berjalan dengan optimal tanpa didukung SDM yang capable dan berintegritas. Harus disadari bahwa yang perlu dan harus diperbaiki sebenarnya adalah sistem dan manajemen SDM, bukan semata-mata melakukan rasionalisasi pegawai, karena sistem yang baik dan terbuka dipercaya akan bisa menghasilkan SDM yang berkualitas. Diharapkan ke depannya DJP dengan sistem administrasi perpajakan modern akan dapat didukung oleh sistem SDM yang berbasis kompetensi dan kinerja.

Sebelum melakukan langkah perbaikan di bidang SDM, DJP melakukan pemetaan kompetensi (Competency Mapping) untuk seluruh 30.000 pegawai DJP guna mengetahui sebaran kuantitas dan kualitas kompetensi pegawai. Meskipun program mapping ini masih terbatas mengidentifikasikan ‘soft’ competency saja, tetapi informasi yang didapat cukup membantu DJP dalam merumuskan kebijakan kepegawaian yang lebih fair. Kemudian seluruh jabatan harus dievaluasi dan dianalisis untuk selanjutnya ditentukan job grade dari masing-masing jabatan tersebut. Selanjutnya beban kerja dari masing-masing jabatan tersebut pun


(37)

dianalisis yang kemudian dikaitkan juga dengan pengembangan sistem pengukuran kinerja masing-masing pegawai. Sebagai catatan, pembuatan dan dokumentasi SOP untuk seluruh proses pekerjaan dapat dimanfaatkan juga sebagai standar penilaian kinerja. Secara bersamaan dilakukan penilaian terhadap seluruh pegawai secara lebih objektif dan konsisten sekaligus standar kompetensi jabatannya melalui proyek assessment center. Selisih (gap) antara hasil penilaian pegawai dengan standar kompetensi jabatan yang didudukinya dijadikan dasar perancangan program capacity building (termasuk pendidikan dan pelatihan) yang lebih fokus dan terarah. Saat ini, DJP sedang mengembangkan berbagai program pelatihan melalui metode Adult Learning Principles.

2. Fungsi Pendidikan Khusus

Fungsi dari pendidikan khusus dalam pelasanaannya adalah:

1. Sebagai salah satu cara penambahan informasi yang terjadi di setiap Kantor Pelayanan Pajak khususnya bagi setiap pegawai.

2. Sebagai salah satu penunjang pelayanan kepada masyarakat, khusunya bagi AR yang berperan untuk konsultasi perpajakan.

3. Sebagai salah satu pemenuhan sistem jenjang karir, khususnya sistem mutasi dan promosi, serta sistem remunerasi yang lebih jelas, adil, dan akuntabel

3. Ciri-ciri Budaya Organisasi pengembangan pendidikan khusus

Menurut Robbins (1996:289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi dalam pengembangan pendidikan khusus adalah:


(38)

a. Inovasi dan pengambilan resiko, sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko,

b. Perhatian terhadap detail, sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap detail,

c. Orientasi hasil, sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut, d. Orientasi orang, sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan

efek pada orang-orang di dalam organisasi itu,

e. Orientasi tim, sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya individu,

f. Keagresifan, berkaitan dengan agresivitas karyawan,

g. Kemantapan, organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik,

2.1.5. Independensi Pegawai 1. Pengertian Independensi

Independen adalah suatu keadaan atau posisi dimana kita tidak terikat dengan pihak manapun. Artinya keberadaan kita adalah mandiri. tidak mengusung kepentingan pihak tertentu atau organisasi tertentu.

Teori sikap dan perilaku (Theory of Attitude and Behaviour) yang dikembangkan oleh Triandis (1971), dipandang sebagai teori yang dapat mendasari untuk menjelaskan independensi. Teori tersebut menyatakan, bahwa perilaku ditentukan untuk apa orang-orang ingin lakukan (sikap), apa yang mereka pikirkan akan mereka lakukan (aturan-aturan sosial), apa yang mereka bisa


(39)

lakukan (kebiasaan) dan dengan konsekuensi perilaku yang mereka pikirkan. Sikap menyangkut komponen kognitif berkaitan dengan keyakinan, sedangkan komponen sikap afektif memiliki konotasi suka atau tidak suka.

Sikap adalah pernyataan evaluatif mengenai seluruh tendensi tindakan, baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan mengenai obyek, orang atau peristiwa. Sikap merupakan kecenderungan dalam merespon sesuatu. Sikap bukanlah perilaku, namun sikap menghadirkan suatu kesiapsiagaan untuk tindakan yang mengarah pada perilaku, sehingga sikap merupakan wahana dalam membimbing perilaku. Fenomena sikap timbulnya tidak saja ditentukan oleh keadaan obyek yang sedang dihadapi, tetapi juga oleh kaitanya dengan pengalaman-pengalaman, oleh situasi pada saat ini, dan oleh harapan untuk masa yang akan datang.

2.1.6. Fasilitas

Menurut Keputusan Direktur jendral Pajak Nomor KEP-27/PJ/2003 tentang Tempat pelayanan terpadu pada kantor pelayanan pajak. Tempat pelayanan terpadu adalah suatu tempat pelayanan perpajakan yang terintregrasi dengan sistem yang melekat pada kantor pelayanan pajak (KPP) dalam memberikan pelayanan pajak kepada Wajib Pajak, fasilitas pelayanan dalam Direktorat Jenderal Pajak di tujukan untuk mempelancar arus informas berua kewajiban serta hak dari Wajib Pajak. Umumnya bentuk-bentuk fasilitas pelayanan telah diintregistas dalam sistem tata laksana perpajakan, dalam hal ini disebutkan fasiltas yang harus tersedia untuk melayani Wajib Pajak adalah:


(40)

a. Mesin nomor urut atau nomor antrian dimana di letakan didekat pintu masuk, apabila nomor antrian masih menggunakan manual akan di berikan oleh satpam (tidak boleh diskriminasi). Dimana penggunaan nomor antrian untuk mencegah saat penyampaian SPT masa atau SPT tahunan tidak terjadi keributan akibat ketidak teraturan.

b. Tempat duduk untuk menunggu antrian, serta layar informasi yang berisikan informasi dari Kantor Pusat DJP atau Kantor Pelayanan Pajak bersangkutan

c. Papan-papan informasi yang berisikan informasi jenis pelayanan dan prosedur pelayanan, serta petunjuk-petunjuk lain yang memberikan informasi agar dapat dilaksanakan seperti jadwal pelayanan, visi dan misi dari Kantor Pelayanan Pajak bersangkutan, dilarang merokok, serta informasi jenis pelayanan dan prosedur layanan.

d. Brosur pajak yang memberikan informasi tentang Kewajiban dari Wajib Pajak serta sanksi yang ada akubat kerlambatan menyampaikan kewajiba e. Alat-alat pendukung seperti Tempat Koran/majalah, tempat sampah,

dispenser, permen di meja counter, papan nama petugas, telivisi yang berisikan iklan layanan masyarakat serta profil dari Kantor Pelayanan Pajak, dan lain-lain.

f. Dokumen-dokumen yang disediakan oleh Kantor Pelayanan Pajak berupa laporan sesuai kewajiban yang di miliki Wajib Pajak, serta alat tulis pendukung.

g. Tempat khusus untuk melakukan konsultasi apabila Wajib Pajak mengalami kesulitan tentang perpajakan


(41)

Selain itu terdapat hal penting yang harus di lakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak yaitu menyediakan sumber daya manusia. Dimana dalam pelayanan terbagi atas dua yaitu pertama petugas inti yang bertugas dalam melakukan pengawasan, petugas di counter pelayanan, serta petugas konsultasi, yang kedua yaitu petugas pendukung disini berupa petugas satpam dan petugas kebersihan.

2.1.7. Unit Khusus Pelayanan 1. Deskripsi Kerja

Setelah mordernisasi yang dilakukan banyak perubahan yang dilakukan untuk menunjang berjalannya sistem yang bersifat transparansi diciptakan lah suatu struktur organisasi dalam bidang pelayanan. Deskripsi kerja dari struktur organisasi yang di miliki oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama, khususnya pada bagian pelayanan :

1. Pengawas

Pengawasan adalah kepala seksi pelayanan KPP Moderen atau Koordinator pelayanan terpadu pada KPP selain KPP Moderen. Juga mengkoordinasi pelayanan di TPT setiap harinya, memonitor pelaksanaan tugas dan para petugas di TPT secara berkala pada jam kerja, menerima dan mencocokan surat atau laporan beserta register harian yang bersangkutan dari petugas TPT. Menandatangani berita acara yang dibuat petugas TPT dalam hal terjadi ketidakcocokan antara surat atau laporan dengan register harian penerimaan surat atau laporan yang bersangkutan.


(42)

2. Petugas di Counter Pelayanan

Petugas di Counter Pelayanan adalah pegawai yang ditugaskan di TPT dan merupsksn ujung tombak pelayanan di KPP. Menyiapak peralatan, sarana administrasi dan kelengkapan TPT sebelum melaksanakan tugas. Melaporkan sedini mungkin gangguan-gangguan pada aplikasi komputerisasi di TPT kepada pengawas agar ditangani oleh seksi pengolahan data dan informasi. Mencetak, menerbitkan dan merekam LPAD/BPS. Merekam surat yang diterima melalui KP4/KP2KP , tanpa menerbitkan LPAD/BPS.

3. Petugas Counter Konsultasi dan Informasi

Memberikan informasi perpajakan kepada masyarakat dan atau wajib pajak yang membutuhkan pelayanan informasi perpajakan di TPT. Menyiapkan segala sarana dan prasarana sebelum melaksanakan tugas di TPT pada hari tersebut, siaga melayani pertanyaan WP (Wajib Pajak) di meja konsultasi/helpdesk, memberikan pelayanan dan informasi tentang pembuatan NPWP/NPPKP dan informasi pajak lainnya, jika perlu mintalah nomor telepon Wajib Pajak yang berkonsultasi, dalam hal petugas tidak dapat menjawab pertanyaan WP (wajib Pajak) maka petugas menghubungkan WP (Wajib Pajak) yang bersangkutan kepada petugas yang berkompeten (AR yang bersangkutan/Auditor/Kasi).


(43)

2.1.8. Penyuluhan Perpajakan 1. Pengertian Penyuluhan Perpajakan.

Peran DJP (Direktorat Jenderal Pajak) sebagai instansi yang bertanggungjawab atas sisi penerimaan APBN menjadi semakin penting. Kinerjanya menentukan realisasi pembiayaan APBN bahkan besaran komitmen hutang luar negeri yang akan dibuat pemerintah. Sejalan dengan hal tersebut diatas, modernisasi perpajakan menjadi keharusan. Modernisasi pada beberapa aspek sudah dilakukan antara lain dengan perubahan struktur Kantor Pelayanan Pajak dan pengajuan RUU Perpajakan. Secara keseluruhan modernisasi perpajakan direncanakan akan tuntas tahun 2009. Modernisasi juga akan menyentuh kegiatan penyuluhan.

Dimana menurut pengertian penyuluhan perpajakan dalam buku panduan materi perpajakan menyebutkan penyuluhan perpajakan adalah suatu sistem penyampaian infomasi, konsultasi dan bimbingan yang secara berkesinambungan kepada masyarakat guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemampuan msayarakat yang berkaitan dengan hak dan kewajiban dalam melaksanakan perpajakan.

Selain itu pengertian penyuluhan perpajakan adalah seorang pegawai perpajakan yang menyampaikan informasi kepada masyarakat yang membutuhkan suatu gambaran tentang perpajakan berdasarkan undang-undang yang berlaku.


(44)

2. Tujuan dan Sasaran Penyuluhan Perpajakan

Tujuan penyuluhan perpajakan adalah agar masyarakat pada umumnya mengerti pentingnya peran pajak dalam keuangan negara. Dimana pajak memiliki peran penting dalam melakukan pembangunan nasional guna mewujudkan tingkat kesejahtraan, kemakmuran dan pemerataan pendapatan bagi masyarakat yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Selain itu penyuluhan perpajakan juga memiliki tujuan agar masyarakat sadar akan hak dan kewajiban dalam melaksanakan sistem perpajakan, serta bendahara pemerintah yang mengawasi keuang yang di tunjuk untuk memotong, menyetorkan dan melaporkan pajak.

Sasaran yang di prioritaskan dalam penyuluhan pajak adalah masyarakat pada umumnya, perusahaan yang melakukan kegiatan usaha, serta aparatur negara yang mengelola keuangan negara. Secara umum sasaran penyuluhan adalah agar masyarakat yang belum mengetahui sistem perpajakan, konsultan pajak yang membantu masyarakat, instansi pemerintah yang melakukan pemotongan dan penyetoran pajak atas kegiatan yang dilakukan.

Di zaman modernisasi sekarang ini penyuluhan pajak akan dilakukan dalam bentuk perluasan media dan target sasaran penyuluhan. Untuk itu beberapa kegiatan penting akan dilakukan yaitu: penyuluhan langsung ke sekolah dan instansi pemerintah, optimalisasi web-site, pembuatan buku panduan untuk Wajib Pajak (WP) bisnis tertentu, pemuatan materi pajak pada kurikulum sekolah hingga pembentukan call centre.

2.2. Review Peneliti Terdahulu


(45)

reformasi administrasi perpajakan berpengaruhi positif atas variabel kepatuhan wajib pajak.

Penelitian Handayani (2008) meneliti analisa hubungan tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dengan penerimaan pajak pada KPP Pekan Baru, dan hasilnya variabel tingkat kepatuhan berpengaruhi positif atas penerimaan pajak

Penelitian Prahastuti (1999) meneliti peranan penyuluhan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan, dan hasilnya

variable penyuluhan mempengaruhi secara positif kewajiban perpajakan.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu dan Hasil Penelitian

NO Nama /

Tahun Penelitian

Judul Variabel Hasil Yang

Diperoleh

1 Chaizi Nasucha tahun 2003 Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

1. Dependen Variabel : Reformasi administrasi Perpajakan yang terdiri dari subvariabel Struktur Organisasi, Prosedur Organisasi, Strategi Organisasi, dan Budaya Organisasi

2. Idependen Variabel: Kepatuhan Wajib Pajak

Variabel Reformasi administrasi Perpajakan berpengaruhi positif atas variabel

Kepatuhan Wajib Pajak.

2 Desi Handayani tahun 2008

Analisa Hubungan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dengan Penerimaan Pajak Pada KPP Pekan baru

1. Dependen Variabel:

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

2. Independen variabel:

Penerimaan Pajak Variabel Tingkat Kepatuhan berpengaruhi positif atas Penerimaan Pajak

3 Prahastuti tahun 1999 Peranan Penyuluhan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan

1.Dependen Variabel:

Penyuluhan Perpajakan 2. Independen variabel:

Kewajiban Perpajakan Variable Penyuluhan mempengaruhi secara positif Kewajiban Perpajakan


(46)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Melalui reformasi administrasi perpajakan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berfokus pada perbaikan pada tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, serta unit khusus pelayanan yang diambil guna meningkatkan pelayanan serta kepatuhan wajib pajak dalam membayar dan melaporkan SPT ke kantor pelayanan yang ada di wilayah kerja wajib pajak, terutama di KPP Pratama Waingapu.

Tindakan yang sopan merupakan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat (Wajib Pajak) selaku stacholder yang membutuhkan informasi, sehingga dapat memenuhi kewajibanya dalam menyampaikan SPT masa atau SPT tahunan.

Pendidikan khusus merupakan salah kunci utama pegawai pajak dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (Wajib Pajak). Pendidikan yang harus diterima adalah ilmu pajak yang mengikuti perkembangan zaman, dimana masyarakat yang mengalami kendala dalam memperhitungkan besaran pajak yang harus dibayarkan ke negara, sehingga dapat memacu kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya.

Independensi merupakan bukti berpihakan dari pegawai dalam memberikan pelayanan. Hal ini merupakan cermin dari sikap Direktorat Jenderal Pajak dalam mencegah korupsi, sehingga dapat menimbulkan kesadaran bagi Wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya.


(47)

Fasilitas merupakan sarana dan prasarana yan disediakan kantor dalam mempelancar proses pelayanan pajak, sarana dan prasarana yang disediakan berupa alat-alat pendukung pelaporan, seperti blako SPT masa atau SPT tahunan, brosur-brosur informasi pengisian dan perhitungan dari SPT yang dilaporkan, sehingga Wajib Pajak dapat dengan mudah memenuhi kewajibannya.

Bila melihat kondisi alam Indonesia dan Sumber Daya Manusia yang ada sehingga untuk memperlancar Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya di perlukan unit khusus pelayanan. Unit khusus pelayanan berperan dalam membantu Wajib Pajak.

Penyuluhan merupakan suatu cara yang dikukan Direktorat Jendral Pajak untuk menayampaikan apa yang harus dilakukan oleh Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya. Penyuluhan dilakukan ke Wajib Pajak yang belum terdaftar dan Wajib Pajak memiliki potensi besar.

Berdasarkan uraian teori diatas dan rumusan masalah penelitian mengidentifikasi 5 independen variable yaitu tindakan yang sopan (X1), pendidikan khusus (X2), independensi (X3), fasilitas (X4), dan unit khusus pelayanan (X5

Dimana kerangka konseptual yang dilakukan penulis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

) yang diperkirakan mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak (Y) secara simultan dan parsial , serta variable moderating yaitu penyuluhan pajak (Z).


(48)

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Dalam Reformasi Administrasi Perpajakan (X1) terdapat lima fokus utama yang berpengaruh yaitu tindakan yang sopan (X1), pendidikan khusus (X2), independensi (X3), penggajian (X4), dan unit khusus pelayanan (X5) dimana akan mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak (Y) dalam menyampaikan kewajibannya dimana penyuluhan pajak (Z) juga mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak (Y).

3.2 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dikembangkan dari telaah teroritis dan penelitian terdahulu sebagai jawaban sementara dari masalah atau pernyataan yang memerlukan pengujian secara empiris. Dengan demikian dikemukakan hipotesis yang berkaitan dengan penulisan ini yaitu:

Tingkat Kepatuhan WP

(Y)

Penyuluhan Pajak (Z) Reformasi Administrasi

Perpajakan (X)

Tindakan yang sopan (X1)

Unit khusus pelayanan (X5)

Pendidikan khusus (X2)

Independensi (X3)


(49)

H1 : Reformasi administrasi Perpajakan (tindakan yang sopan (X1), pendidikan khusus (X2), independensi (X3), fasilitas (X4), dan unit khusus pelayanan (X5

H

)) berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak (Y) di KPP Pratama Waingapu,

2 : Penyuluhan pajak (Z) sebagai variable moderating mempengaruhi hubungan antara reformasi administrasi Perpajakan (tindakan yang sopan (X1), pendidikan khusus (X2), independensi (X3), fasilitas (X4), dan unit khusus pelayanan (X5)) terhadap tingkat kepatuhan pajak di KPP Pratama Waingapu.


(50)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian kausal yaitu untuk melihat hubungan beberapa variabel yang belum pasti, menurut umar (2008) menyebutkan desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna penelitan yang bersifat eksperimen dimana variabel independen di perlukan secara terkendali oleh penelitian untuk melihat dampak pada variabel dependen secara langsung.

4.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakuka di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Waingapu. Adapun rencana waktu penelitian yakni selama 16 minggu (Oktober s.d Desember 2012)

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam peneitian ini adalah seluruh Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Waingapu yang berjumlah 20.794 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatives sesuai dengan kriteria yang di tentukan. Adapun kriteria sampel yang akan digunakan sebagai berikut:

1. Menyampaikan SPT Tahunan orang pribadi maupun badan selama tahun pajak 2009 s.d 2011


(51)

2. Tepat waktu menyampaikan SPT masa PPh dan PPN 3. Memiliki data lengkap yang ada di SIDJP

Dari kriteria diatas di dapat bahwa Jumlah sampel sebanyak 200 Wajib Pajak.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Dimana sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut Sermayanti dan Syarifudin Hidayat (2011) menyebutkan data primer merupakan data yang dikumpulkan melalui pihak pertama (biasanya dapat melalui angket, wawancara, jajak pendapat dan lain-lain). Dimana penelitian ini menggunakan kuesioner yang memodifikasi dari kuesioner yang peneliti terdahulu Nasucha (2003)

4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas (indenpendent variable), variabel terikat (dependent variable) dan variabel moderating (moderating variable). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, dan unit khusus pelayanan sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kepatuhan wajib pajak di kantor pelayanan pajak pratama waingapu serta penyuluhan Pajak sebagai variable moderating.


(52)

Tabel 4.2. Operasional Variabel

Variabel Definisi

Operasional

Instrument Skala Pengukuran Variabel Dependen

Tindakan yang sopan (X1

Sikap yang diberikan kepada Wajib Pajak

) Kuesioner Interval

Pendidikan khusus (X2 Pemberian tambahan pengetahuan dalam memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak )

Kuesioner Interval

Independensi(X3 Ketidak berpihakan pegawai

)

Kuesioner Interval Fasilitas (X4 Penyediaan alat-alat

pendukung )

Kuesioner Interval Unit khusu

pelayanan (X5

Badan yang dibentuk untuk mempermudah pelayanan

) Kuesioner Interval

Variable Independen Tingkat kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Bagaina tingkat kepatuhan WP dala, mendaftar dan melaporkan SPT Masa maupun SPT Tahunan

Kuesioner Interval

Variable Moderating Penyuluhan Pajak (Z)

Penyampaian

informasi perpajakan kepada Wajib Pajak

Kuesioner Interval

4.6 Metode Analisa Data

Model analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah regresi linier berganda (Multipple Regression Analysis). Untuk membuktikan hipotesis maka digunakan alat uji sebagai berikut :


(53)

Keterangan :

Y = Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak X1

X

= Tindakan yang Sopan 2

X

= Pendidikan Khusus 3

X

= Independensi 4

X

= Fasilitas 5

Z = Penyuluhan Pajak = Unit Khusus Pelayanan

α = Konstanta ε = Error Term

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen digunakan uji anova atau F-test. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen digunakan t-test. Sebelum dilakukan uji F dan uji t dilakukan uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

4.6.1. Uji Asumsi Klasik

Suatu instrumen pengamatan dinyatakan layak untuk diteliti bila variabel penelitian terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, antara lain asumsi multikolinieritas, heteroskesdastisitas dan autokorelasi.

a. Uji Heteroskesdastisitas

Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi menunjukkan variansi antar variabel tersebar dan tidak sama. Untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas dapat menggunakan gambar Scatterplot. Gambar


(54)

diatas sumbu 0 maka dapat dikatan tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. (Ghozali, 2005)

b. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variable bebas (independent). Model yang baik seharusnya tidak terjadsi adanya korelasi antara variabel bebas. Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinieritas, yaitu dengan menganalisis nilai tolerance serta Variance Inflation Factor (VIF) < 10 dan nilai tolerance < 1.

c. Uji Autokorelasi

Digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan adanya autokorelasi, yaitu dengan Durbin Watson (DW), yaitu dengan membandingkan nilai DW statistik dengan DW table. Apabila nilai DW statistik terletak pada daerah no autocorrelation berarti telah memenuhi asumsi klasik regresi (Sujoko et.al. 2008).

Uji ini digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan adanya autokorelasi, yaitu dengan Durbin Watson (DW), yaitu dengan membandingkan nilai DW statistic dengan DW table. Untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria menurut Santoso (2005 : 242) dengan cara melihat besaran Durbin-Watson sebagai berikut :

•Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif.

•Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.


(55)

4. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Menurut Erlina (2007), ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal yaitu :

1. Melakukan transformasi data ke bentuk lainnya. 2. Melakukan trimming yaitu membuang data out lier

3. Melakukan winsonizing yaitu mengubah nilai data out lier ke suatu nilai tertentu.

Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal yakni dengan analisis grafik (grafik PP Plot dan Histogram) dan uji statistik (Uji Kolmogorov Smirnov). Uji normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, distribusi data dikatakan normal jika signifikansi > 0,05. Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal.

4.6.2 Uji Hipotesis

Cara yang dapat dilakukan untuk membuktikan hipotesis maka digunakan alat uji sebagai berikut :

1. Uji F, dengan maksud menguji apakah secara simultan variable bebas

berpengaruh terhadap variable tidak bebas, dengan tingkat keyakinan 95 % (α

= 0,05).

Urutan uji F :


(56)

Ho : β1 = β2 = β3 = β4 =0 artinya tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, dan unit khusus pelayanan secara simultan tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuahan Wajib Pajak

Ha : β1 = β2 = β3 = β4 ≠ 0 artinya tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, dan unit khusus pelayanan secara simultan berpengaruh terhadap tingkat kepatuahan Wajib Pajak

b. Menghitung F – hitung dengan menggunakan SPSS versi 20, tahun 2012, diperoleh nilai Fhitung yang dibandingkan dengan T table

Pengujian hipotesis dilakukan dengan :

dengan tingkat resiko (level of significant) dalam hal ini 0.05 dan degree of freedom = n – k- 1.

Jika F hit > F tabel Ho ditolak atau Ha diterima Jika F hit < F tabel Ho diterima atau Ha ditolak

2. Uji- t statistik, untuk menguji pengaruh secara parsial antara variable bebas terhadap variable tidak bebas dengan asumsi bahwa variable lain dianggap

konstan, dengan tingkat keyakinan 95 % (α = 0,05). Uji ini dilakukan

sekaligus untuk melihat koefisien regresi paling tinggi merupakan koefisien dominan yang mempengaruhi variable terikat penelitian.

Urutan uji t:

a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternatif.

Ho : βi = 0 i = 1,2, 3 dan 4


(57)

Menghitung t dengan menggunakan rumus : i i hit

sb

b

t

=

Dimana : bi sb

: koefisien regresi masing-masing variable. i

Dari perhitungan tersebut akan diperoleh nilai t : standard error masing-masing variable.

hitung yang kemudian dibandingkan dengan t tabel pada tingkat keyakinan 95 %.

b. Kriteria pengujian: t hitung > t tabel t

= Ho ditolak atau Ha diterima hitung ≤ t tabel

Untuk ketepatan penghitungan sekaligus mengurangi human erros, penulis tidak melakukan perhitungan secara manual akan tetapi dengan menggunakan program komputer yang dibuat khusus untuk membaantu pengilahan data statisik, yaitu program SPSS (statistiatical packages for social siciences). ≤dan tepat, juga pengolahan dapat dilakukan dengan cepat.

= Ho diterima atau Ha ditolak

3. Koefisien Determinasi (R2 Koefisien determinasi (R

) 2

) atau adjusted (R2) bertujuan untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel devenden. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 s/d 1 (0≤R 2≤1). Hal ini berarti jika R2 = 0 menunjukkan tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, bila R2 semakin besar mendekati 1 ini menunjukkan semakin kuatnya


(58)

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan sebaliknya jika R2 mendekati 0 maka semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

4.6.3 Uji Risidual

Uji Risidual menurut Ghozali (2005;171) adalah untuk menguji pengaruh deviasi (penyimpangan dari suatu model, dimana uji residual berfokus pada ketidak cocokkan (lack of fit) yang merupakan hasil dari deviasi hubungan linier antara variable independen. Ketidak cocokkan (lack of fit) oleh nilai residual dalam regresi :

Z = a + b1

│Z│ = a + b

X + e ………. (1) 1

Selain itu menurut Andrew F. Hayes menyebutkan kriteria suatu variable moderating :

Y + e ……….(2)

1. Tingkat signifikan yang α > 0,05

2. Nilai dari koefisien parameter dari :

a. Memiliki nilai negatif dimana variable X menuju Y yang memoderating variable Z dengan nilai efek dari -0.473 s.d -0.063 dengan nilai estimasi 0.226

b. Memiliki nilai positif dimana variable X menuju Y yang memoderating variable Z dengan nilai efek dari 0.006 s.d 0.436 dengan nilai estimasi 0.191


(59)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Data

5.1.1. Karakteristik Responden

Adapun Tabel karakteristik responden berdasarkan jenis wajib pajak, jenis kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan dan lama menjadi wajib pajak terdapat pada Tabel 5.1 berikut :

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Wajib Pajak

Jenis Frekuensi Persen

Orang Pribadi 145 62,16 %

Badan 55 37,84 %

Total 200 100 %

Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Frekuensi Persen

Laki-Laki 173 86.5 %

Perempuan 27 13.5 %

Total 200 100 %

Berdasarkan Kelompok Umur

20-30 Tahun 27 13.5 %

31-40 Tahun 42 21.00 %

41-50 Tahun 22 11 %

51-55 Tahun 41 20.5 %

>55 Tahun 68 34 %

Total 200 100 %

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

SMA Sederajat 131 65.5 %

D3 27 13.5 %

S1 42 21 %

S2 0 0

Total 200 100 %

Lama Menjadi Wajib Pajak

1-5 Tahun 122 65.00 %

6-10 Tahun 29 11 %

11-15 Tahun 24 11.5 %

>15 Tahun 25 12 %

Total 200 100 %


(60)

5.1.2. Deskripsi Data

Variabel independen pada penelitian ini adalah tindakan yang sopan (X.1), pendidikan khusus (X2), independensi (X3), Fasilitas (X4), dan unit khusus pelayanan (X5

Tabel 5.2 Statistik Deskriptif

). Variabel dependen yang digunakan adalah tingkat kepatuhan wajib pajak (Y), serta variable moderating yaitu penyuluhan pajak (Z). Agar terlihat lebih sistematis berikut ini disajikan deskriptif data sebagai berikut :

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

X1 200 18.00 25.00 22.0250 1.87670

X2 200 6.00 15.00 12.0250 1.38708

X3 200 7.00 12.00 9.6700 1.02780

X4 200 15.00 25.00 18.9700 2.08828

X5 200 15.00 25.00 19.8800 1.49222

Y 200 16.00 24.00 18.9600 1.61600

Z 200 10.00 19.00 15.0200 1.56905

Valid N (listwise) 200

Sumber : Data Diolah SPSS Versi 20. 2012.

Dari tabel tersebut terlihat bahwa variabel tindakan yang sopan (X1

Untuk variabel pendidikan khusus (X

) dimana ada 5 (lima) butir pertanyaan dimana jawaban maksimum yang ingin dicapai adalah bernilai 25. Hasil dari tabulasi dari 200 (dua ratus) responden menunjukkan jawaban maksimum mencapai 25 poin dan minimum paling rendah mencapai 18 poin. Nilai rata – rata jawaban mencapai 22.02 dengan deviasi standar dari rata - rata sebesar 1.87. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat jawaban responden adalah sangat setuju.

2) dimana ada 5 butir pertanyaan dimana jawaban maksimum yang ingin dicapai adalah bernilai 15. Hasil dari tabulasi dari 200 (dua ratus) responden menunjukkan jawaban maksimum


(61)

mencapai 15 poin dan minimum paling rendah mencapai 6 poin. Nilai rata – rata jawaban mencapai 12.02 dengan deviasi standar dari rata - rata sebesar 1.38. Dengan demikian intensitas jawaban responden mendekati sangat setuju.

Untuk variabel independensi (X3

Untuk variabel Fasilitas (X

) dimana ada 5 butir pertanyaan dimana jawaban maksimum yang ingin dicapai adalah bernilai 25. Hasil dari tabulasi dari 200 (dua ratus) responden menunjukkan jawaban maksimum mencapai 12 poin dan minimum paling rendah mencapai 7 poin. Nilai rata – rata jawaban mencapai 9.67 dengan deviasi standar dari rata - rata sebesar 1.02. Dengan demikian intensitas jawaban responden mendekati sangat setuju.

4

Variabel Unit Khusus Pelayanan (X

) dimana ada 5 butir pertanyaan dimana jawaban maksimum yang ingin dicapai adalah bernilai 25. Hasil dari tabulasi dari 200 (dua ratus) responden menunjukkan jawaban maksimum mencapai 25 poin dan minimum paling rendah mencapai 15 poin. Nilai rata – rata jawaban mencapai 18.97 dengan deviasi standar dari rata - rata sebesar 2.09. Dengan demikian intensitas jawaban responden mendekati sangat setuju.

5

Variabel Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y) dimana ada 5 butir pertanyaan dimana jawaban maksimum yang ingin dicapai adalah bernilai 24.

) dimana ada 5 butir pertanyaan dimana jawaban maksimum yang ingin dicapai adalah bernilai 25. Hasil dari tabulasi dari 200 (dua ratus) responden menunjukkan jawaban maksimum mencapai 25 poin dan minimum paling rendah mencapai 15 poin. Nilai rata – rata jawaban mencapai 18.97 dengan deviasi standar dari rata - rata sebesar 2.09. Dengan demikian intensitas jawaban responden mendekati sangat setuju.


(62)

Hasil dari tabulasi dari 200 (dua ratus) responden menunjukkan jawaban maksimum mencapai 24 poin dan minimum paling rendah mencapai 16 poin. Nilai rata – rata jawaban mencapai 18.96 dengan deviasi standar dari rata - rata sebesar 1.62. Dengan demikian intensitas jawaban responden mendekati sangat setuju.

Variabel penyuluhan pajak (Z) dimana ada 5 butir pertanyaan dimana jawaban maksimum yang ingin dicapai adalah bernilai 19. Hasil dari tabulasi dari 200 (dua ratus) responden menunjukkan jawaban maksimum mencapai 19 poin dan minimum paling rendah mencapai 10 poin. Nilai rata – rata jawaban mencapai 15.02 dengan deviasi standar dari rata - rata sebesar 1.57. Dengan demikian intensitas jawaban responden mendekati sangat setuju.

5.2. Hasil Uji Kualitas Data

Dari hasil uji coba kuisioner yang disebarkan kepada 200 orang responden yang merupakan responden wajib pajak didapat hasil sebagai berikut.

5.2.1. Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen 5.2.1.1. Hasil Uji Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini perlu diuji sampai sejauh mana alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur apa yang ingin diukur (validitas). Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali,2005). Adapun resume hasil uji validasi terdapat pada Tabel 5.3 berikut :


(63)

Tabel 5.3 Uji Validitas Instrumen Variabel Penelitian Sub

Variabel

Alat Ukur

r hitung r tabel Kriteria

(Y) - Q1

Q2 Q3 Q4 Q5 1.610 1.803 2.055 1.994 1.994 0,138 0,138 0,138 0,138 0,138 Valid Valid Valid Valid Valid

(Z) - Q1

Q2 Q3 Q4 Q5 .176 .192 .078 .560 .445 0,138 0,138 0,138 0,138 0,138 Valid Valid Tidak Valid Valid Valid

(X1) - Q1

Q2 Q3 Q4 Q5 .422 .501 .596 .386 .280 0,138 0,138 0,138 0,138 0,138 Valid Valid Valid Valid Valid (X2) - Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 .069 .448 .519 .381 .077 0,138 0,138 0,138 0,138 0,138 Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid

(X3) - Q1

Q2 Q3 Q4 Q5 .059 .382 -.078 .484 .389 0,138 0,138 0,138 0,138 0,138 Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid

(X4) - Q1

Q2 Q3 Q4 Q5 .426 .417 .325 .545 .400 0,138 0,138 0,138 0,138 0,138 Valid Valid Valid Valid Valid

(X5) - Q1

Q2 Q3 Q4 Q5 .232 .417 .642 .505 .401 0,138 0,138 0,138 0,138 0,138 Valid Valid Valid Valid Valid

Sumber : Data olahan SPSS.

Berdasarkan hasil uji validitas terhadap 200 responden atas instrumen pertanyaan yang digunakan untuk masing-masing variabel sebagai berikut :

Variabel Y dengan 5 (lima) pertanyaan dan dari data yang diperoleh (lampiran) pada kolom yang terdapat Corrected Item-Total Correlation (r hitung) seluruhnya lebih besar r tabel Product Moment dimana r tabel 0.138


(64)

(200-2=0.138), dengan demikian maka dari 5 (lima) item pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Variabel Z dengan 5 (lima) pertanyaan dan dari data yang diperoleh (lampiran) pada kolom yang terdapat Corrected Item-Total Correlation (r hitung) seluruhnya lebih besar r tabel Product Moment dimana r tabel 0.138 (200-2=0.138), dengan demikian maka dari 4 (empat) item pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Variabel X1

Variabel X

dengan 5 (lima) pertanyaan dimana pada kolom yang terdapat Corrected Item-Total Correlation (r hitung) seluruhnya lebih besar r tabel Product Moment dimana r tabel 0.138 (200-2=0.138), dengan demikian maka dari 5 (lima) item pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

2

Variabel X

dengan 5 (lima) pertanyaan dimana pada kolom yang terdapat Corrected Item-Total Correlation (r hitung) lebih besar dari r tabel Product Moment dimana hanya pertanyaan pertama yang tidak valid, sedangkan pertanyaan lainnya lebih besar r tabel Product Moment dimana r tabel 0.138 (200-2=0.138), dengan demikian maka dari 3 (tiga) item pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

3

Variabel X

dengan 5 (lima) pertanyaan dimana pada kolom yang terdapat Corrected Item-Total Correlation (r hitung) lebih besar dari r tabel Product Moment dimana r tabel Product Moment dimana r tabel 0.138 (200-2=0.138), dengan demikian maka dari 3 (tiga) item pertanyaan tersebut dinyatakan valid.


(1)

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

VIF

1

(Constant)

X1 1.153

X2 1.366

X3 1.108

X4 1.585

X5 1.346

Z 1.169

a. Dependent Variable: Y

Collinearity Diagnosticsa Model Dimension Eigenvalue Condition

Index

Variance Proportions (Constant) X1 X2 X3

1

1 6.959 1.000 .00 .00 .00 .00

2 .012 23.607 .00 .00 .37 .06

3 .009 27.532 .00 .02 .00 .77

4 .007 32.033 .02 .38 .07 .02

5 .006 33.998 .01 .16 .47 .03

6 .004 40.658 .09 .31 .03 .10


(2)

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Variance Proportions

X4 X5 Z

1

1 .00 .00 .00

2 .09 .01 .19

3 .02 .00 .24

4 .45 .01 .06

5 .20 .06 .42

6 .18 .46 .08

7 .07 .46 .00

a. Dependent Variable: Y

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 16.6367 22.7415 18.9600 1.06792 200 Std. Predicted Value -2.176 3.541 .000 1.000 200 Standard Error of Predicted

Value .107 .550 .219 .072 200

Adjusted Predicted Value 16.6611 22.9137 18.9559 1.06872 200 Residual -3.41072 2.72651 .00000 1.21285 200

Std. Residual -2.769 2.214 .000 .985 200

Stud. Residual -2.790 2.270 .002 1.004 200

Deleted Residual -3.46220 2.86762 .00406 1.26182 200 Stud. Deleted Residual -2.841 2.295 .002 1.009 200


(3)

a. Dependent Variable: Y


(4)

Regression

Variables Entered/Removeda Model Variables

Entered

Variables Removed

Method

1 Zb . Enter

a. Dependent Variable: Abs_Res b. All requested variables entered.

Model Summary Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate


(5)

ANOVA Model

a

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 1.983 1 1.983 3.861 .050b

Residual 101.672 198 .513

Total 103.655 199

a. Dependent Variable: Abs_Res b. Predictors: (Constant), Z

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .017 .489 .034 .973

Z .064 .032 .138 1.965 .050


(6)

Descriptives

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 200

Normal Parameters

Mean

a,b 0E-7

Std. Deviation 1.21284782

Most Extreme Differences

Absolute .048

Positive .048

Negative -.039

Kolmogorov-Smirnov Z .673

Asymp. Sig. (2-tailed) .756

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

X1 200 18.00 25.00 22.0250 1.87670

X2 200 6.00 15.00 12.0250 1.38708

X3 200 7.00 12.00 9.6700 1.02780

X4 200 15.00 25.00 18.9700 2.08828

X5 200 15.00 25.00 19.8800 1.49222

Y 200 16.00 24.00 18.9600 1.61600

Z 200 10.00 19.00 15.0200 1.56905


Dokumen yang terkait

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 104 66

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 36 55

PERSEPSI MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA SINGOSARI

3 23 106

PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KINERJA PELAYANAN PERPAJAKAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA YOGYAKARTA.

0 3 14

PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKANTERHADAP KINERJA PELAYANAN PERPAJAKAN PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KINERJA PELAYANAN PERPAJAKAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA YOGYAKARTA.

0 2 18

PENDAHULUAN PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KINERJA PELAYANAN PERPAJAKAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA YOGYAKARTA.

0 2 10

KESIMPULAN DAN SARAN PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KINERJA PELAYANAN PERPAJAKAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA YOGYAKARTA.

0 3 42

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK DAN REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Wajib Pajak Yang Terdaftar di KPP Pratama Pati).

0 2 17

PENDAHULUAN Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Wajib Pajak Yang Terdaftar di KPP Pratama Pati).

0 2 9

PENGAA Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Wajib Pajak Yang Terdaftar di KPP Pratama Pati).

0 3 15