Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

(1)

Laporan Tugas Akhir

TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MELAPORKAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MELALUI E-FILING DI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI

Disusun Oleh :

NAMA : TEJA DOKLAS NIM : 122600074

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

KATA PENGANTAR

Atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa untuk segala kebaikan-Nya dan Ridho-Nya kepada penulis, sehingga sampai hari ini penulis dapat melakukan pembuatan proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara. Adapun judul yang saya angkat adalah mengenai Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

Diharapkan dengan adanya judul ini, pembaca akan mengetahui tentang peraturan perpajakan dan meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan tulus dan ikhlas penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara atas dedikasinya demi kemajuan Fakultas ISIP.


(3)

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara,M,Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Kariono MSi. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan serta dukungan yang sangat berharga bagi penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

4. Teristimewa untuk kedua orangtuaku yang tercinta, ( Alm ) Rajin Kumar dan Nurenti Br.Hutabarat yang telah membesarkan dan mendidik serta memberikan bimbingan, dorongan, nasihat dan doa sehingga penulis berhasil menyusun tugas akhir dan menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk Sumatera Utara.

5. Sahabat-sahabat dan seluruh teman-teman di Program Diploma III Administratsi Perpajakan tahun 2012, terkhusus sahabat-sahabat seperjuangan di kelas B, David, Vany, Edwin, Donny, Ryan, Amri, Laura yang saling menyemangati satu sama lain dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Medan, Juni 2015 Penulis,

Teja Doklas


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar... i

Daftar Isi ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 2

C. Uraian Teoritis ... 6

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 8

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 8

F. Metode Pengumpulan Data ... 9

G. Sistematika Penulisan PKLM ... 10

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai ... 12

B. Rencana Strategis dan Penetapan/ Perjanjian Kinerja ... 14

C. Lokasi Geografi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai ... 18

D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai ... 19

E. Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai ... 24


(5)

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A. Ketentuan Umum ... 26

B. Surat Pemberitahuan (Spt) Orang Pribadi ... 28

C. E-FILING... 35

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A. Pengertian Kepatuhan Perpajakan (Tax Compliance) ... 45

B. Pentingnya Kepatuhan Perpajakan ... 46

C. Aspek Kepatuhan Wajib Pajak ... 47

D. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak ... 49

E. Upaya Untuk Menigkatkan Kepatuhan Wajib Pajak ... 54

F. Kemudahan Fasilitas e-Filing ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2:1 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 26

Tabel 2:2 Berdasarkan Jabatan... 26

Tabel 2:3 Berdasarkan Seksi ... 26

Tabel 2:4 Berdasarkan Golongan ... 27

Tabel 4:1 Rasio Pencapaian Penyampaian SPT Tahunan Tahun 2015... 51

Tabel 4:2 Perbandingan Rasio Kepatuhan WP OP Secara Manual dan e-Filling ... 55


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penerimaan dalam negeri melalui sektor pajak merupakan penerimaan paling populer bagi negara.Hal ini terjadi akibat pengaruh pergeseran penerimaandari sektor non pajak ke sektor penerimaan pajak.Artinya pajak dijadikan alternatif akhir untuk menempati posisi teratas sebagai sumber penerimaan yangpertama dan utama dalam meningkatkan kas negara.Ketika pendapatan negara dari sektor lainnya mengalami penurunan, harapan terhadap penerimaan pajak semakin mendesak.Konsekuensi lanjut dari kondisi ini mau tidak mau mengharuskan keterlibatan semua pihak termasuk masyarakat sebagai Wajib Pajak. Keterlibatan mereka diharapkan mampu untuk dijadikan sebagai motor penggerak untuk memacu roda pembangunan yang sedang dan akan berjalan.Tanggungjawab dibidang perpajakan sebagai pencerminan kewajiban kenegaraan berada pada setiap Warga Negara sebagai Wajib Pajak.Hal ini sesuai dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia. Artinya setiap Wajib Pajak bertanggungjawab sepenuhnya terhadap kewajiban pembayaran pajak, pelaporan pajak dan pemberitahuan pajak yang terutang kepada pemerintah, yang dalam hal ini diatur oleh Direktur Jenderal Pajak (DirjenSecara umum dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukan pembayaran pajak maka Wajib Pajak harus memberitahukan terlebih dahulu jumlah pajak yangterutang kepada


(8)

Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) melalui SuratPemberitahuan (SPT) pajak. SPT ini berisi informasi perpajakan yang benar dan akurat mengenai besarnya jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajakkepada pemerintah.Melaporkan SPT merupakan salah satu kewajiban para Wajib Pajak sebagaimana amanat Undang-undang Perpajakan Indonesia. Undang-Undang-undang No.6 Tahun 1983 sebagaimana dirubah terakhir dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007 dalam pasal (3) menyebutkan:Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar,lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan hurufLatin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani sertamenyampaikannya ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat WajibPajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan olehDirektur Jenderal Pajak.

Undang-undang ini mengamanatkan bahwa penyampaian SPT pajak merupakansuatu kewajiban perpajakan yang harus dilaksanakan dengan benar oleh setiapWajib Pajak.Pada awalnya Surat Pemberitahuan (SPT) pajak ini disampaikan olehWajib Pajak kepada Ditjen Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) secaramanual.Artinya SPT tersebut disampaikan dalam bentuk hardcopy (berbentukkertas) yang sudah disediakan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP).Namun seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi terutama dalam hal komputerisasi dan dunia internet maka Direktorat Jenderal Pajak mengadopsi sebuah inovasi teknologi baru yaitu teknologi internet untuk dijadikan sebagai salah satu alatpelayanan yang memudahkan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya.Salah satu bentuk pelayanan perpajakan berbasis internet adalah penerapan sistem e-filing, yaitu pelayanan penyampaian Surat Pemberitahuan Masa (SPTMasa)


(9)

dan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) yang berbentuk formulir elektronik dalam media komputer. SPT ini tidak berbentuk kertas, melainkan berbentuk formulir elektronik yang ditransfer atau disampaikan ke Ditjen Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak dengan proses yang terintegrasi dan real time.

Pada dasarnya penyampaian SPT secara e-filing ini merupakan upaya dariDitjen Pajak untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi Wajib Pajak dalam melaporkan jumlah pajak yang harus dibayarkannya. Karena Wajib Pajak tidakperlu datang secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dalam hal penyampaian SPT. Sedangkan bagi AparatPajak, teknologi e-filing ini mampu memudahkan mereka dalam pengelolaan database karena penyimpanan dokumen-dokumen Wajib Pajak telah dilakukan dalam bentuk digital. Dengan teknologi ini Pemerintah berharap adanya peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dalam pelaksanaan kewajiban perpajakannya.

Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa teknologi dapatdijadikan sebagai alat untuk membantu Pemerintah dalam upaya peningkatan pendapatan kas negara melalui penerimaan pajak.Karena dengan adanya upayaPemerintah untuk memberi kemudahan dalam penyampaian Surat Pemberitahuan pajak secara elektronik maka diharapkan adanya peningkatan kepatuhan WajibPajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sebagai Warga Negara yang baik. Meskipun pada kenyataannya proses untuk melakukan efisiensi kewajiban pajak melalui sistem e-filing ini tidak semudah yang dibayangkan. Misalnya adanya kesulitan yang dialami oleh Wajib Pajak untuk entry data dokumen perpajakannya karena belum


(10)

memahami sepenuhnya mengenai mekanisme penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) pajak secara elektronik tersebut.

Untuk mengetahui gambaran lebih jelas mengenai permasalahan tersebutmaka Penulis bermaksud untuk membuat sebuah tulisan dari hasil penelitian yangdilakukan dalam bentuk Tugas Akhir dengan judul: “TingkatKepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Melaporkan SPT Melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.”

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKLM) ini adalah:

a. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan SPT Pajak Penghasilan Orang Pribadi melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

b. Untuk mengetahui manfaat penerapan E-Filing dalam melaporkan SPT Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

2. Manfaat

2.1Manfaat bagi mahasiswa:

a. Sebagai media untuk menambah wawasan dan menguji kemampuan mahasiswa dalam bidang perpajakan khususnya tentang E-Filing.


(11)

b. Gunamenciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab, profesionalitas serta kedisiplinan yang nantinya hal-hal tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja.

c. Guna mendorong mahasiswa untuk belajar menjadi tenaga kerja ahli yang siap pakai.

d. Memotivasi mahasiswa untuk beraktifitas dalam melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif melalui praktik kerja lapangan mandiri.

e. Memahami modernisasi yang telah dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

2.2Manfaat bagi masyarakat :

a. Sebagai sarana informasi bagi masyarakat dalam memudahkan masalah perpajakannya.

b. Sebagai media guna mensosialisasikan betapa pentingnya pajak untuk kehidupanbernegara.

2.3Manfaat Bagi Universitas Sumatera Utara:

a. Meningkatkan hubungan kerja sama Universitas Sumatera Utara khususnyaProgram Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.


(12)

b. Menciptakan mahasiswa yang berkualitas dan berintegritas dalam dunia pendidikan, pekerjaan, dan masyarakat.

2.4Manfaat Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai :

a. Mempromosikan image yang baik tentang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai kepada masyarakat khususnya wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

b. Menjalin hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

C. Uraian Teoritis

1. Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam bukunya Perpajakan (2011: 1) menyatakan: “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.


(13)

2. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut Pasal 1 angka 11 Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007, pengertian Surat Pemberitahuan (disingkat SPT) adalah Surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/ atau pembayaran pajak, objek pajak dan/ atau bukan objek pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.

3. Pengertian E-Filing

E-Filing adalah suatu cara penyampaian SPT yang dilakukan secara on-line yang real time melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP).

4. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemeritahuan (SPT)

Menurut Pasal 3 ayat (3) Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007, batasan waktu penyampaian SPT adalah :

a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak,

b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak, c. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak


(14)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan SPT Pajak Penghasilan Orang Pribadi melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

2. Untuk mengetahui manfaat penerapan E-Filing dalam melaporkan SPT Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk menyimpulkan data dan informasi yang diperlukan,maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan yang dimulai daripengajuan judul, penentuan judul dan penentuan tempat Praktik,mencari bahan untuk pembuatan proposal hingga pada tahap berkonsultasi dengan pihak dosen.

2. Studi Literatur (Kepustakaan)

Pada tahap ini penulis mencari berbagai sumber-sumber seperti buku-buku yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan dalam melaksanakan praktik kerja lapangan mandiri.


(15)

3. Observasi Lapangan

Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan / pengamatan secara langsung kelapangan,mencari data-data dan informasi mengenai E-Filing dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk menyimpulkan data dan informasi yang diperlukan,maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode Wawancara ( Interview )

Yaitu kegiatan yang mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan secara langsung dengan kepala seksi dan pegawai instansi yang berkomponen dan menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan yang diperlukan untuk melengkapi laporan penelitian.

2. Metode Observasi ( Pengamatan )

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data secara langsung maupun tidak langsung terjun kelapangan melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar, dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak instansi.

3. Dokumentasi

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang diperoleh dari instansi.


(16)

G. Sistematika Penulisan PKLM

Adapun maksud membuat sistematika penulisan laporan ini adalah untuk mempermudah pemahaman dan penulisan laporan penelitian. Sistematika penulisan laporan ini dibuat dalam 5 (lima) bab dan dilengkapi dengan sub bab dan diberi dengan penjelasan terperinci yang terdiri dari:

Bab I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan secara singkat latar belakang yang menjadi pemikiran serta alasan dalam pemilihan judul. Bab ini berisikan latar belakang PKLM, tujuan, manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan. Bab II : GAMBARAN UMUM OBJEK PAJAK LOKASI PRAKTIK

KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai lokasi PKLM, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran mengenai pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai. Bab III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis menjelaskan data yang berkaitan teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu dimulai dari pengertian, tujuan, dan sasaran penyuluhan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai serta defenisi pajak dan sistem perpajakan Indonesia.


(17)

Bab IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dimulai dari memberikan pelayanan yang terbaik, diadakannya penyuluhan dan penerapan sanksi perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai. Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran. Dimana dalam bab ini disimpulkan uraian-uraian dari bab-bab sebelumnya dan saran yang mungkin dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

DAFTAR PUSTAKA


(18)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI

A.Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai didirikan pada tanggal 1 April 1994, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 94/KMK-01/1994 tanggal 29 Maret 1994, dengan wilayah kerja sebagai berikut: 1. Kotamadya Binjai

2. Kabupaten Langkat 3. Kabupaten Deli Serdang

a. Kec. Labuhan Deli b. Kec. Sunggal c. Kec. Pancur Batu d. Kec. Hamparan Perak e. Kec. Sibolangit f. Kec. Kutalimbaru 4. Kabupaten Tanah Karo

Pada tanggal 27 Mei 2008, KPP Binjai berubah nama menjadi KPP Pratama Binjai yang artinya KPP Pratama Binjai telah menjadi KPP Modern dimana pelayanan perpajakan telah menjadi pelayanan satu atap. KPP Pratama Binjai memiliki wilayah kerja yang meliputi 28 kecamatan, antara lain sebagai berikut:


(19)

1. Kota Binjai

a. Kec. Binjai Timur b. Kec. Binjai Kota c. Kec. Binjai Utara d. Kec. Binjai Barat e. Kec. Binjai Selatan 2. Kabupaten Langkat

a. Kec. Pangkalan susu b. Kec. Gebang

c. Kec. Hinai d. Kec. Secanggang e. Kec. Sawit Sebrang f. Kec. Babalan g. Kec. Sei Lepan h. Kec. Stabat i. Kec. Sirapit j. Kec. Binjai k. Kec. Besitang l. Kec. Tanjung Pura m. Kec. Wampu

n. Kec. Pematang Jaya o. Kec. Brandan barat p. Kec. Kuala


(20)

q. Kec. Selesei r. Kec. Bahorok s. Kec. Kutambaru t. Kec. Padang Tualang u. Kec. Sei Bingai v. Kec. Batang serangan w. Kec. Salapian

B.Rencana Strategis dan Penetapan/ Perjanjian Kinerja

Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan di Kantor Pelayanan Pajak, maka Direktorat Jenderal Pajak membuat suatu rencana strategis DJP tahun 2012 hingga tahun 2014 yang dituangkan dalam sebuah Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-334/PJ/2012 tanggal 23 November 2012 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan dokumen perencanaan yang berisi visi, misi, nilai tujuan, sasaran, strategi, program dan indicator kinerja Direktorat Jenderal Pajak untuk periode 3 (tiga) tahun terhitung mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.

Secara umum sasaran utama yang ingin diraih Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah mengumpulkan penerimaan negara secara optimal sesuai target yang telah dimandatkan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yaitu sebesar Rp295.610.000.000 dan diusahakan pada tahun 2013 ini penerimaan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai lebih tinggi dari target yang telah ditetapkan serta pertumbuhan realisasi penerimaan pajak meningkat. Selain itu diharapkan agar tingkat kepuasan atas pelayanan perpajakan dan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak


(21)

menjadi lebih tinggi, serta terjadi peningkatan dalam efektivitas dan efisiensi organisasi, SDM, sistem informasi, serta pengelolaan anggaran yang lebih optimal. Dengan tercapainya sasaran-sasaran tersebut maka akan mendukung tercapainya visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak.

1. Visi dan Misi DJP

Visi adalah gambaran keadaan organisasi yang ingin dicapai di masa datang yang merupakan arahan yang bersifat menyeluruh bagi organisasi. Visi Direktorat Jenderal Pajak adalah “menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak negara yg terbaik di wilayah asia tenggara”.

Visi tersebut merefleksikan cita-cita Direktorat Jenderal Pajak untuk menjadi institusi yang menyelenggarakan sistem administrasi modern yang efektif dan efisien. Sehingga mendapat pengakuan dari masyarakat bahwa segala eksistensi dan kinerjanya memang benar-benar berkualitas tinggi dan mampu memenuhi harapan masyarakat serta dalam menjalankan tugas dan pekerjaan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan menepati janji. Selain itu memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan serta norma-norma profesi, etika dan sosial. Sedangkan misi adalah pernyataan fundamental tentang alasan atau tujuan keberadaan organisasi, menerangkan mengapa organisasi itu ada, cara yang digunakan atau aktivitas utama yang dijalankan organisasi untuk melakukan fungsinya. Misi Direktorat Jenderal pajak adalah “menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan


(22)

Undang-Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaran negara demi kemakmuran rakyat”.

Misi tersebut merupakan suatu pernyataan tujuan keberadaan, tugas, fungsi, peranan dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Pajak sebagai penghimpun penerimaan negara di bidang perpajakan.

2. Tujuan

Tujuan adalah pernyataan tentang hasil yang ingin dicapai organisasi dalam jangka panjang atau menengah dan merupakan penjabaran dari visi dan harus konsisten dengan misi organisasi. Adapun tujuan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah:

a. Peningkatan pelayanan perpajakan.

b. Peningkatan kepatuhan Wajib Pajak melalui pengawasan dan penegakan hukum.

c. Peningkatan efektifitas dan efisiensi organisasi melalui reformasi dan modernisasi.

d. Peningkatan profesionalisme dan integritas Sumber Daya Manusia.

Keempat tujuan tersebut mengarah pada pencapaian tujuan eksternal dan internal. Tujuan eksternal mengarahkan segenap perhatian kepada wajib pajak meliputi peningkatan pelayanan perpajakan dan peningkatan kepatuhan wajib pajak melalui pengawasan dan penegakan hukum. Sedangkan tujuan internal mengarahkan kepada pengembangan sumber daya internal DJP meliputi peningkatan profesionalisme dan integritas sumber daya manusia.


(23)

Pengembangan sumber daya internal meliputi pengembangan organisasi, proses bisnis, teknologi informasi, anggaran, dan sumber daya manusia.

3. Sasaran

Sasaran adalah penjabaran dari tujuan dan merupakan pernyataan tentang hasil yang ingin dicapai organisasi dalam jangka waktu relatif pendek dan merupakan tujuan yang bersifat operasional. Sasaran merupakan bagian integrasi dalam proses perencanaan strategis. Sasaran harus bersifat spesifik, dapat dinilai, diukur dan menantang namun dapat dicapai, berorientasi pada hasil dalam periode 1 (satu) tahun.

Dalam rangka mencapai tujuan DJP yang telah ditetapkan, diperlukan penentuan sasaran yang mencerminkan hal yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Sasaran merupakan tujuan yang bersifat operasional yang memenuhi kriteria SMART, yaitu : specific (spesifik), measurable (terukur), achievable (dapat dicapai), relevant (berkaitan), dan time phase (berdasarkan jangka waktu).

Berdasarkan hal tersebut diatas sasaran strategis beserta inisiatif srategis Direktorat Jenderal Pajak adalah sebagai berikut :

a. Sasaran Strategis 1 yaitu Penataan Struktur Organisasi yang Efektif. b. Sasaran Strategis 2 yaitu Sistem Manajemen yang Handal.


(24)

4. Kebijakan

Kebijakan merupakan ketentuan yang telah ditetapkan untuk dijadikan pedoman dan petunjuk dalam pelaksanaan program/kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam perwujudan sasaran, tujuan, visi, dan misi.

Demi tercapainya tujuan dan sasaran berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai telah mengambil langkah-langkah sebagaimana tertuang dalam kebijakan yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi setiap kegiatan yang dilaksanakan yaitu :

a. Meningkatkan kualitas pelayanan

b. Mengamankan pencapaian rencana penerimaan pajak c. Terciptanya masyarakat sadar dan peduli pajak

C.Lokasi Geografi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai terletak di jalan Jambi Nomor 1 Rambung Barat, Binjai Selatan. Kantor Pemerintah ini mempunyai kewajiban untuk memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam membayar pajak.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang terdiri atas Kepala Kantor, Sub Bagian Umum, dan beberapa seksi yang di pimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi agar dapat lebih jelas dan transparan tentang keadaan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai. Maka disini, penulis akan menggambarkan tentang struktur organisasi.


(25)

D.Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Struktur organisasi adalah wadah bagi sekelompok orang yang bekerjasama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi sangat penting untuk terlaksanakan fungsi pengorganisasi dengan baik sebab dengan adanya struktur organisasi akan terlihat jelas tugas dan wewenang dari setiap bagian yang terdapat dalam hierarki organisasi dan akan memudahkan setiap karyawan untuk menjalankan tugas dan fungsinya.

Struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai adalah sebagai berikut:

1. Kepala Kantor

Tugasnya adalah mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak tidak langsung lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum Tugas:

a. Penerimaan dan penyampaian dokumen di KPP.

b. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di Sub bagian umum. c. Pelaksanaan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan serta pengambilan

sumpah Pegawai Negeri Sipil (PNS). d. Permintaan pengujian kesehatan pegawai. e. Pembuatan kartu tanda pengenal pemeriksa.


(26)

f. Pelaksanaan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung kepada rekanan.

g. Pemusnahan dokumen, penyusunan laporan berkala KPP dan pembuatan laporan tahunan.

h. Penyusunan laporan/daftar realisasi anggaran belanja. 3. Seksi Pelayanan

Tugas:

a. Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

b. Penatausahaan surat, dokumen dan laporan Wajib Pajak pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).

c. Perubahan identitas Wajib Pajak.

d. Penyelesaian permohonan pengukuhan pengusaha kena pajak.

e. Penerbitan surat teguran penyampaian SPT Masa dan SPT tahunan PPh. f. Pelaksanaan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi.

g. Penyelesaian pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak lama. 4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Tugas:

a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi PDI. b. Penatausahaan alat keterangan.

c. Pembentukan bank data.

d. Pembuatan dan penyampaian Surat Perhitungan (SPH) kirim ke Kantor Pelayanan Pajak lainnya.


(27)

e. Penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan.

f. Penerbitan STP Bunga Penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) serta Surat Keputusan Pencabutan Sita.

g. Pembuatan Usulan Pencegahan dan Penyanderaan terhadap wajib pajak tertentu.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III)

Seksi Pengawasan dan Konsultasi atau yang biasa disebut seksi Waskon, terbentuk setelah kantor pelayanan pajak melakukan modernisasi, dimana pembagian seksi berorientasi pada fungsi seksi. Fungsi umum dari seksi waskon adalah melakukan pengawasan dan konsultasi terhadap wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. Pada KPP Pratama Binjai seksi ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu: Seksi Waskon I, Waskon II, dan Waskon III. Tugas dari ketiga seksi tersebut pada dasarnya sama, yang membedakan hanyalah pembagian wilayah kerjanya. Hal ini bertujuan mempermudah dan membantu tugas fungsi KPP Pratama Binjai.

Tugas:

a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi pengawasan dan konsultasi.

b. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP). c. Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB). d. Penyelesaian permohonan perubahan metode pembukuan. e. Penetapan Wajib Pajak patuh.


(28)

f. Penyelesaian permohonan pembetulan ketetapan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di KPP. g. Penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi

administrasi PBB di KPP. 6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Tugas:

a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.

b. Pendaftaran objek pajak baru dengan penelitian kantor. c. Penerbitan surat himbauan untuk ber-NPWP.

d. Pendaftaran objek pajak baru dengan penelitian lapangan.

e. Penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) pemotongan PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

f. Penyelesaian permohonan penundaan pengembalian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan mutasi sebagian atau seluruhnya objek dan subjek pajak PBB.

g. Penerbitan daftar nominatif untuk usulan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) PSL, Ekstensifikasi dan lain-lain.

7. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal Tugas:


(29)

b. Penyelesaian usulan pemeriksaan.

c. Penyelesaian usulan pemeriksaan bukti permulaan.

d. Penatausahaan laporan pemeriksaan pajak dan nota perhitungan.

e. Pengamatan KPP, pemeriksaan kantor, pemeriksaan lapangan dan penyelesaian usulan pemeriksaan dan lain-lain.

8. Seksi Penagihan Tugas:

a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi penagihan. b. Menjawab konfirmasi data tunggakan Wajib Pajak.

c. Penyelesaian permohonan penundaan pembayaran pajak. d. Penagihan pajak seketika dan sekaligus.

e. Penerbitan dan penyampaian surat teguran penagihan. f. Penghapusan piutang pajak.

g. Penerbitan STP bunga penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) serta Surat Keputusan Pencabutan Sita. Pemeriksaan kantor.

h. Penyelesaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Lebih Bayar.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(30)

E. Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai 1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2:1 Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki 51

Perempuan 26

Sumber : KPP Binjai, 2015

2. Berdasarkan Jabatan

Tabel 2:2

Jabatan Jumlah

Kepala Kantor 1 Kasi/Kasubag 1

Fungsional 1

Account Representative 23

Pelaksana 36

Sumber : KPP Binjai 2015

3. Berdasarkan Seksi

Tabel 2:3

Seksi Jumlah

Subbag Umum 8 Seksi Pelayanan 11


(31)

Seksi Waskon I 6 Seksi Waskon II 10 Seksi Waskon III 10 Seksi Penagihan 5 Seksi Ekstensifikasi 6 Seksi Pemeriksaan 8 Seksi Fungsional 1

Sumber : KPP Binjai 2015

Total seluruh karyawan yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai saat ini adalah 77 orang pegawai.

4. Berdasarkan golongan

Tabel 2:4

Golongan Jumlah

IV 4

III 38

II 35


(32)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A. Ketentuan Umum 1. Pengertian Pajak

a. Menurut Undang-Undang KUP Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (1): Ditinjau dari sejarahnya masalah pajak ini sudah ada sejak dulu kala walaupun pada saat itu belum dinamakan pajak namun masih merupakan pemberian sukarela dari rakyat kepada pemerintahnya. Perkembangan selanjutnya pemberian itu bersifat wajib dan ditetapkan secara sepihak oleh negara. Dengan kata lain pajak yang semula berupa pemberian berubah menjadi pungutan. Hal ini wajar karena Negara membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pengeluaran rutin Negara dan dana pembangunan nasional demi meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

b. Menurut Undang- Undang KUP Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (1) Secara umum, pajak adalah Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengar tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk kepentingan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.


(33)

c. Menurut Soemitro

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Definisi tersebut kemudian disempurnakan menjadi:

Pajak adalah peralihan kekayan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai rutin dan “surplus”nya digunakan untuk public Saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai Public investment. d. Menurut S.I Djajadiningrat

Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan kepada kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.

2. Fungsi pajak

Ada dua fungsi pajak, yaitu : a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pemerintah untuk membiyai pengelaran-pengeluaran umum.

Contoh : Dimasukkannya pajakdalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai penerimaan dalam negeri.


(34)

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

B. Surat Pemberitahuan (Spt) Orang Pribadi 1. Dasar Hukum

Untuk lebih memahami gambaran tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemeberitahuan (SPT) kita dapat melihat secara jelas dari peraturan yang mengatur tentang tata cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) tersebut, yaitu:

a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009;

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengambilan, Pengisian, Penandatanganan, dan Penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.03/2009;

c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 185/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan;

d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-29/PJ/2014 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan;


(35)

e. Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE-43/PJ/2014 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan.

2. Pengertian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh orang pribadi adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak orang pribadi untuk melaporkan identifikasi diri, harta, kewajiban/utang, penghasilan dan perhitungan serta pembayaran pajak setiap tahun.

3. Fungsi Surat Pemberitahuan

Fungsi SPT Tahunan PPh orang pribadi adalah sebagai sarana wajib pajak untuk menetapkan sendiri besarnya pajak yang terutang, dengan cara:

a. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya;

b. Melaporkan pembayaran pajak yang telah dilaksanakan sendiri dalam satu tahun pajak/bagian tahun pajak;

c. Melaporkan pemotongan/pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak lain dalam satu tahun pajak;

d. Melaporkan penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak;


(36)

4. Jenis Formulir SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

Terdapat dalam Pasal 3 Ayat (6) Undang-Undang KUP Tahun 2009, SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi terdiri dari:

a. Formulir SPT Tahunan 1770 diisi oleh orang pribadi yang memiliki sumber penghasilan dari usaha dan/atau pekerjaan bebas.

b. Formulir SPT Tahunan 1770S diisi oleh orang pribadi yang memiliki sumber penghasilan dari satu pemberi kerja (sebagai karyawan) atau lebih dan/atau penghasilan lainnya yang bukan dari usaha atau pekerjaan bebas. c. Formulir SPT Tahunan 1770SS diisi oleh orang pribadi yang memiliki

sumber penghasilan hanya dari satu pemberi kerja yang jumlah bruto penghasilan setahun tidak melebihi Rp. 60.000.000,- dan tidak mempunyai penhasilan lainnya kecuali dari bunga bank dn bunga koperasi.

5. Jenis SPT

Berdasarkan saat pelaporannya, SPT dibedakan menjadi 2 yaitu:

a. SPT Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu Tahun Pajak.

b. SPT Masa adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu Masa Pajak atau pada suatu saat.


(37)

6. Yang Wajib Menyampaikan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.

Yang wajib mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan PPh orang Pribadi adalah wajib pajak dalam negeri dan warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

a. Wajib Pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas.

b. Wajib pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dari modal dan lain-lain

c. Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan lain dari luar penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan, dan atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan , jasa, atau kegiatan dari satu pemberi kerja.

d. Kuasa warisan yang belum dibagi.

e. Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), anggota ABRI dan pegawai BUMN/BUMD sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1996. f. Warga Indonesia yang bekerja pada perwakilan Negara asing dan

perwakilan organisasi internasional.

g. Orang asing yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau orang yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.

h. Masing-masing suami istri yang dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) secara terpisah dalam hal suami istri telah hidup berpisah.


(38)

i. Dikehendaki secara tertulis oleh suami/istri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.

Dengan demikian suami maupun istri wajib memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sendiri dikecualikan dari kewajiban untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh adalah wajib pajak orang pribadi yang belum memiliki NPWP, yang penghasilan nettonya tidak melebihi jumlah penghasilan tidak kena pajak.

7. Ketentuan Tentang Penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

Dalam hal penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

a. Secara manual

Penyampaian SPT secara manual oleh Wajib Pajak dapat dilakukan: 1) Secara langsung dating ke KPP/KP2KP atau tempat lain yang

ditentuan (Drop Box, Pojok Pajak, Mobil Pajak Keliling); 2) Melalui pos dengan pengiriman surat atau;

3) Dengan cara lain yaitu melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat atau e-Filling melalui penyedia jasa atau ASP (Application Service Provider).


(39)

b. Secara Elektronik (e-SPT)

Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-Filling) melalui perusahaan ASP (Application Service Provider) yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. Wajib Pajak yang telah menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-Filling), wajib menyampaikan induk Surat Pemberitahuan yang memuat tanda tangan basah dan surat setoran pajak (bila ada) serta bukti penerimaan secara elektronik kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar melalui kantor pos secara tercatat atau disampaikan langsung, paling lama 14 hari sejak tanggal penyampaian Surat Pemberitahuan.

Penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik dapat dilakukan selama 24 jam dan 7 hari seminggu. Surat Pemberitahuan secara elektronik pada akhir batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan yang jatuh pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu.

8. Pengecualian Dari Kewajiban Menyampaikan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

Walaupun setiap Wajib Pajak wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikan SPT, tetapi terdapat wajib pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT yaitu wajib pajak penghasilan tertentu yang memenuhi kriteria dan pengecualiannya yaitu sebagai berikut:

a. Wajib Pajak Orang Pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena


(40)

Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Undang-Undang PPh. Wajib Pajak ini dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.

b. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas. Wajib Pajak ini dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.

9. Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

Menurut Undang-Undang KUP Pasal 3 Ayat (3) Nomor 16 Tahun 2009, SPT Tahunan yang telah diisi dengan benar, lengkap, jelas dan ditandatangani harus disampaikan paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya tahun pajak atau pada tanggal 31 maret. Bagi wajib pajak yang tahun bukunya tidak sama dengan tahun takwim, SPT Tahunan harus disampaikan paling lambat 3bulan setelah tahun buku berakhir.

10.Sanksi Administrasi Denda Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT Menurut Pasal 7 Ayat (1) UU KUP No 2, sanksi administrasi terlambat atau tidak menyampaikan SPT adalah :

a. Rp. 500.000,- untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN);

b. Rp. 100.000,- untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa lainnya;

c. Rp.1.000.000,- untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak Badan dan Rp. 100.000,- untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi.


(41)

C. E-FILING

1. Pengertian e-Filing

E-filing adalah layanan yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang berfungsi agar Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) pajak beserta lampirannya secara online dan real time dengan memanfaatkan jalur komunikasi internet. Penyampaian SPT secara elektronik ini dilakukan melalui perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi yang telah ditentukan oleh Dirjen Pajak.

Sebelum teknologi e-filing ini diberlakukan setiap Wajib Pajak harus datang secara langsung ke kantor pajak pada hari kerja untuk melakukan pelaporan SPT pajaknya. Tetapi setelah adanya teknologi e-filing maka Wajib Pajak dapat melaporkan SPT pajak selama 24 jam penuh setiap harinya. Karena perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi yang telah ditunjuk oleh Dirjen Pajak selalu beroperasi setiap saat.

2. Dasar Hukum e-Filing

Secara umum, penyampaian SPT atau penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik melalui E-filing diatur melalui Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-26/PJ/2012 tentang Tata Cara Penerimaan Dan Pengelohan Surat Pemberitahuan Tahunan. Secara khusus, penyampaian SPT atau penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik melalui e-Filing pada situs Direktorat Jenderal Pajak diatur melalui Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-39/PJ/2011 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Menggunakan Formulir 1770S atau 1770SS Secara e-Fling Melalui Website Direktorat Jenderal


(42)

Pajak (www.pajak.go.id) tanggal 23 Desember 2011 serta Peraturan Direktur Jenderal Pajak terbaru, Nomor PER-1/PJ/2014 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang menggunakan Formulir 1770S atau 1770SS secara e-Filing melalui Website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id)

Saat ini aplikasi e-filing melalui situs Direktorat Jenderal Pajak baru dapat memfasilitasi pelaporan formulir 1770S dan 1770SS, sedangkan formulir lainnya dapat dilaporkan melalui Penyedia Jasa Aplikasi (Application Service Provider-ASP). Untuk menggunakan aplikasi E-filing melalui situs Direktorat Jenderal Pajak silahkan klik efiling.pajak.go.id.

Aplikasi e-filing yang disediakan melalui Penyedia Jasa Aplikasi (Application Service Provider-ASP) yang telah ditunjuk oleh Dirketorat Jenderal Pajak adalah sebagai berikut :

1. http://www.pajakku.com 2. http://www.laporpajak.com 3. http://www.spt.co.id

3. Fungsi e-Filing

Untuk menjawab dan menyikapi meningkatnya kebutuhan komunitas wajib pajak yang tersebar di seluruh Indonesia akan tingkat pelayanan yang harus semakin baik, membengkaknya biaya pemrosesan laporan pajak, dan keinginan untuk mengurangi beban proses administrasi laporan pajak menggunakan kertas, Direktorat Jenderal Pajak telah mengeluarkan sebuah Surat Keputusan No. 88 mengenai pelaporan SPT secara elektronik pada bulan Mei 2004.


(43)

Tujuan utama layanan pelaporan pajak secara e-Filing ini adalah :

a. Membantu para Wajib Pajak untuk menyediakan fasilitas pelaporan SPT secara elektronik (via internet) kepada wajib pajak, sehingga wajib pajak orang pribadi dapat melakukannya dari rumah atau tempatnya bekerja, sedangkan wajib pajak badan dapat melakukannya dari lokasi kantor atau usahanya. Hal ini akan dapat membantu memangkas biaya dan waktu yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak untuk mempersiapkan, memproses dan melaporkan SPT ke Kantor Pajak secara benar dan tepat waktu.

b. Dengan cepat dan mudahnya pelaporan pajak ini berarti juga akan memberikan dukungan kepada Kantor Pajak dalam hal percepatan penerimaan laporan SPT dan perampingan kegiatan administrasi, pendataan (juga akurasi data), distribusi dan pengarsipan laporan SPT. c. Saat ini tercatat lebih dari 10 juta Wajib Pajak di Indonesia, dengan cara

pelaporan yang manual tidak mungkin akan dapat ditingkatkan pelayanan terhadap para WP tersebut. Maka dengan e-Filing dimana sistem pelaporan menjadi mudah dan cepat, diharapkan jumlah Wajib Pajak dapat meningkat lagi dan penerimaan negara tercapai.

4. Batas Waktu Penyampaian/Pelaporan

Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-05/ PJ./ 2005 Pasal 6 dijelaskan bahwa:

a. Penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik dapat dilakukan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan standar Waktu Indonesia Bagian Barat.


(44)

b. Surat Pemberitahuan yang disampaikan secara elektronik pada akhir batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan yang jatuh pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses penyampaian SPT secara e-filing ini dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. Selain itu ditegaskan juga bahwa dalam pelaporan SPT secara e-filing, batas waktu pelaporan tetap berlaku meskipun hari tersebut merupakan hari libur nasional. Hal ini berbeda dengan penyampaian SPT secara manual (non elektronik) dimana batas waktu pelaporan yang berlaku dimajukan satu hari sebelum hari libur nasional.

5. Prosedur pelaporan/penyampaian Surat Pemberitahuan melalui e-filing Ada beberapa langkah atau prosedur yang harus dilakukan oleh Wajib jika SPT pajaknya akan disampaikan secara e-filing. Prosedur penyampaian SPT secara e-filing ini diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-05/ PJ./ 2005 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik ( e-filing) Melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). Tahapan-tahapan tersebut antara lain:

a. Langkah Pertama: Mengajukan Permohonan

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh Wajib Pajak sebelum dapat menyampaikan SPT secara e-filing adalah mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala KPP tempat Wajib Pajak bersangkutan terdaftar. Surat permohonan ini disampaikan oleh Wajib Pajak untuk mendapatkan Electronic Filing Identification Number (e-FIN) sebagai


(45)

identitas bagi Wajib Pajak yang akan melaporkan SPTnya secara elektronik. Pasal 1 (1) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-05/ PJ./ 2005 menyatakan bahwa “Electronic Filing Identification Number (e-FIN) adalah nomor identitas yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar kepada Wajib Pajak yang mengajukan permohonan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-Filing).”

Surat permohonan yang diajukan tersebut harus dilengkapi dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Dirjen Pajak. Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 3 (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-05/ PJ./ 2005: Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar sesuai dengan contoh surat permohonan sebagaimana tersebut pada Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, dengan melampirkan fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak atau Surat Keterangan Terdaftar dan dalam hal Pengusaha Kena Pajak disertai dengan fotokopi Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

b. Langkah Kedua: Registrasi ke ASP

Setelah mendapatkan e-FIN maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh Wajib Pajak adalah mendaftar atau registrasi ke salah satu ASP yang telah ditunjuk oleh Dirjen Pajak. Apabila registrasi tersebut telah berhasil maka ASP bersangkutan akan mengirimkan:

1) User ID dan Password.


(46)

3) Aplikasi e-SPT (Surat Pemberitahuan berbentuk elektronik) beserta petunjuk penggunaan sesuai dengan jenis-jenis pajak yang diperlukan. 4) Sertifikat Digital (Digital Sertificate) yang akan terinstal secara otomatis

ke dalam komputer yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan registrasi. Sertifikat Digital ini berfungsi untuk:

5) Keamanan dengan melakukan pengacakan data e-SPT (encryption). 6) Menjamin integritas data e-SPT dan otentifikasi data e-SPT

7) Mencegah penyangkalan (non-repudiation).

Sertifikat ini diberikan secara otomatis oleh sistem yang ada di KPP dan umumnya hanya bisa digunakan untuk ASP yang bersangkutan.

c. Langkah Ketiga: Proses E-Filing

Setelah seluruh langkah tersebut terpenuhi maka Wajib Pajak dapat segera menyampaikan SPT nya secara online. Wajib Pajak dapat mengakses website ASP dengan menggunakan login, password dan e-FIN yang telah diperoleh sebelumnya. Setelah itu Wajib Pajak dapat melakukan upload data SPT nya. Jika proses upload data telah selesai, sistem ASP akan mencatat log transaksi Wajib Pajak yang meliputi nama, NPWP, kode Sertifikat Digital, e-FIN, tanggal dan jam proses pelaksanaan e-filing dan akan berhubungan secara langsung dengan system di KPP untuk meneruskan proses penyampaian SPT. Jika sistem yang ada di KPP telah menerima data elektronik SPT Wajib Pajak dengan benar dan lengkap maka sistem ini akan membubuhkan Bukti Penerimaan SPT elektronik di bagian bawah Induk SPT. Bukti Penerimaan ini berisi informasi NPWP, tanggal transaksi, Nomor


(47)

Transaksi Penyampaian SPT (NTPS), Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA) dan nama ASP.

d. Langkah Keempat: Proses setelah pelaksanaan e-filing

Karena pelaporan dengan tanda tangan basah masih diperlukan maka Wajib Pajak harus melakukan pencetakan (print out) formulir Induk SPT yang telah dibubuhi bukti penerimaan elektronik. Kemudian Wajib Pajak harus menandatangani induk SPT tersebut dan mengirimkan atau menyampaikannya secara langsung ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar. Dalam Pasal 7 (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-05/ PJ./ 2005 dijelaskan bahwa: Wajib Pajak dapat menyampaikan induk Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beserta Surat Setoran Pajak (bila ada) dan dokumen lainnya yang wajib dilampirkan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar secara langsung atau melalui pos secara tercatat, paling lama:

1) 14 (empat belas) hari sejak batas terakhir pelaporan Surat Pemberitahuan dalam hal Surat Pemberitahuan disampaikan sebelum batas akhir penyampaian;

2) 14 (empat belas) hari sejak tanggal penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik dalam hal Surat Pemberitahuan disampaikan setelah lewat batas akhir penyampaian. Artinya print out SPT elektronik dan bukti penerimaan harus disampaikan secara langsung ke KPP dalam waktu 14 hari sejak tanggal penyampaian SPT secara elektronik baik


(48)

SPT tersebut disampaikan sebelum maupun setelah lewat batas akhir penyampaian.

6. Penyedia Jasa Aplikasi (ASP)

Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP) merupakan suatu perusahaan yang menyediakan sarana dan prasarana bagi Wajib Pajak yang ingin menyampaikan SPT secara elektronik. Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-05/ PJ./ 2005 dalam Pasal 1 dijelaskan bahwa: “Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP) adalah perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai perusahaan yang dapat menyalurkan penyampaian Surat Pemberitahuan Secara elektronik ke Direktorat Jenderal Pajak.”

Selain sebagai pihak yang menyediakan sarana dalam penyampaian SPT secara elektronik, ASP juga berfungsi sebagai lembaga mediasi atau perantara yang menghubungkan antara Wajib Pajak dengan Aparat Pajak. Selain itu ASP juga dapat memberikan berbagai informasi perpajakan yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak melalui website yang telah disediakan.

a. Jenis ASP

Salah satu ASP yang telah ditunjuk oleh Dirjen Pajak dalam menyediakan fasilitas penyampaian SPT secara e-filing adalah www.laporpajak.com. Website ini merupakan ASP pertama yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak. Selain itu terdapat beberapa ASP yang dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak dalam hal pelaporan SPT nya, yaitu:


(49)

1) www.pajakku.com 2) www.spt.co.id

3) www.layananpajak.com 4) www.pajakmandiri.com 5) www.onlinepajak.com 6) www.setorpajak.com 7) www.taxreport.web.id

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-05/ PJ./ 2005 dalam Pasal 7 (6) menyatakan bahwa : “Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) wajib memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa Surat Pemberitahuan beserta lampirannya yang disampaikan secara elektronik dijamin kerahasiaannya, diterima di Direktorat Jenderal Pajak secara lengkap dan real time serta diakui oleh pihak Wajib Pajak dan Direktorat Jenderal Pajak.” Artinya pada saat Wajib Pajak melaporkan SPT melalui salah satu ASP yang telah disediakan maka informasi perpajakan dan identitas Wajib Pajak akan tersimpan dalam sistem ASP yang digunakan. Oleh karena itu pihak ASP wajib memberi jaminan akan kerahasiaan informasi Wajib Pajak tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku. 7. Ketentuan Tarif E-Filing

Sistem e-filing merupakan sarana yang diciptakan oleh Pemerintah untuk memudahkan Wajib Pajak dalam hal penyampaian Surat Pemberitahuan. Namun dalam prakteknya, Pemerintah masih membutuhkan pihak lain yakni perusahaan swasta sebagai penyedia fasilitas website yang dapat digunakan oleh Wajib Pajak untuk menyampaikan SPT pajaknya. Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP)


(50)

merupakan perusahaan swasta komersial yang dalam kegiatan jasanya mengenakan tarif tertentu terhadap setiap Wajib Pajak yang memanfaatkan sarana website yang disediakan. Adapun ketentuan tarif jasa e-filing yang dikenakan kepada Wajib Pajak adalah:

a. Tarif jasa e-filing untuk setiap Wajib Pajak adalah sama dan tidak tergantung besar utang pajaknya

b. Tarif yang dikenakan untuk jasa e-filing tersebut adalah:

1) Biaya registrasi atau pendaftaran (1 x selamanya) dikenakan tarif sebesar Rp. 50.000,-.

2) Biaya keanggotaan sebesar Rp. 200.000,- pertahun.

3) Biaya pengiriman data (submission) sebesar Rp. 40.000,- untuk semua pasal setiap pengiriman tidak termasuk pembetulan.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tarif jasa e-filing yang dikenakan merupakan biaya kepatuhan Wajib Pajak yang harus dipenuhi dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Biaya kepatuhan pajak tersebut merupakan biaya tetap (fixed cost) karena tarif yang dikenakan adalah sama untuk setiap Wajib Pajak tanpa memperhitungkan besarnya jumlah utang pajak.

Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007 yang tercantum dalam Pasal 3 (5a), dijelaskan bahwa “Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan sesuai batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapat diterbitkan Surat Teguran.”


(51)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Pengertian Kepatuhan Perpajakan (Tax Compliance)

Menurut Peraturan Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 bahwa wajib pajak dengan kriteria tertentu yang selanjutnya disebut dengan wajib pajak patuh adalah wajib pajak yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT);

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak;

3. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan

4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidan di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kukuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

Menurut Norman D. Nowak dikutip oleh Zain Mohammad dalam buku Manajemen Perpajakan (2007:31), wajib pajak patuh adalah wajib pajak yang memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Wajib pajak paham atau berusaha memenuhi ketentuan perundang-undangan perpajakan.


(52)

2. Mengisi formulir pajak dengan tepat.

3. Menghitung pajak dengan jumlah pajak yang benar. 4. Membayar pajak tepat pada waktunya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Wajib Pajak yang patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi seluruh kewajiban perpajakannya dan menghindari tindakan yang mengakibatkan penerimaan negara menjadi berkurang. Wajib Pajak tidak dapat disebut sebagai Wajib Pajak yang patuh apabila ia tidak memenuhi seluruh kewajiban perpajakanya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Pentingnya Kepatuhan Perpajakan

Penerimaan pajak merupakan salah satu sumber penerimaan yang penting dalam negara dalam membiayai pengeluaran yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, jika Wajib Pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, penyeludupan dan pelalaian pajak. Pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan negara berkurang. Oleh karena itu, pemerintah harus melakukan usaha untuk memungut pajak dari masyarakat dan senantiasa berusaha untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat membayar pajak.

Kepatuhan membayar pajak sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Semakin tinggi pengetahuan masyarakat maka akan semakin mudah bagi pemerintah untuk menyadarkan masyarakat, bahwa dalam kehidupan tidak ada satupun yang dapat diperoleh tanpa membayar, atau


(53)

mengorbankan sesuatu. Semua yang dinikmati oleh seseorang akan dibayar sendiri oleh yang bersangkutan, atau bisa pula bebannya dialihkan kepada orang lain. Misalnya, seseorang yang mengendarai sepeda motor pada suatu kota yang belum pernah disinggahi sebelumnya dapat melewati jalan raya yang cukup baik yang dibangun pemerintah, tanpa harus membayar sejumlah biaya sama sekali. Walaupun orang tersebut tidak mengeluarkan biaya atau pengorbanan untuk ikut serta membangun jalan tersebut, tetapi Ia dapat menikmatinya secara gratis. Tanpa disadarinya sebenarnya jalan tersebut dibiayai oleh sekelompok masyarakat lain yang membayar pajak kepada pemerintah, yang mungkin tidak mendapat manfaat langsung dari pembangunan jalan tersebut.

C. Aspek Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dapat dilihat dari beberapa faktor, misalnya berdasarkan besar kecilnya jumlah Wajib Pajak terdaftar, peningkatan atau penurunan realisasi penerimaan pajak dan kepatuhan dalam pelaporan SPT pajak. Berikut ini Penulis akan membahas lebih dalam mengenai aspek kepatuhan Wajib Pajak berdasarkan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan kepatuhan dalam pelaporan SPT sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh dari KPP Pratama Binjai.

Sebelum itu penulis akan menjelaskan terlebih dahulu beberapa cara dalam penyampaian/pelaporan SPT yang dilakukan selama ini oleh wajib pajak,serta beberapa perbedaan yang melekat di dalam hal pelaporan SPT tersebut.


(54)

1. Penyampaian/pelaporan SPT

Penyampaian/pelaporan SPT dilakukan dalam 2 cara,yaitu : a. Secara Manual

b. Melalui elektronik (e-Filing)

2. Perbedaan pendaftaran secara manual dan e-Filing a. Secara manual:

1) Pendaftaran dilakukan langsung di KPP setempat.

2) WP mendaftar di KPP lokal terlebih dahulu kemudian mendapat NPWP dari pusat.

b. Secara elektronik:

1) WP tidak secara langsung dilakukan di KPP setempat.

2) WP mendaftar untuk mendapat NPWP kemudian meminta konfirmasi dari KPP setempat.

3. Perbedaan SPT Manual dengan e-Filing a. Secara manual

1. Dilaporkan melalui berkas SPT yang dikirim oleh KPP dalam bentuk kertas.

2. Disampaikan semua SPT termasuk lampiran-lampirannya langsung ke KPP.


(55)

b. Secara elektronik

1. Dilaporkan melalui media elektronik/aplikasi SPT yang telah disediakan oleh DJP.

2. Lampiran-lampiran disampaikan melalui media elektronik kemudian induk SPT disampaikan ke KPP.

D. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

Berikut ini penulis akan menyampaikan hal mengenai tingkat kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dalam melaporkan/menyampaikan SPT Tahunan nya,dengan mengambil perbandingan data rasio kepatuhan wajib pajak secara manual dan secara elektronik (e-fiiling) tahun 2015 dalam tabel dibawah ini : Tabel 4.1

Rasio Pencapaian Penyampaian SPT Tahunan PPh pada Tahun 2015

Tahun Jumlah WP

terdaftar

Jumlah WP yang melapor Rasio Kepatuhan Manual e-Filing

2015 62.206 22.527 10.480 53 %

Sumber : KPP Binjai

Dari tabel diatas menjelaskan bahwa di tahun 2015 sekarang ini,jumlah wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah sekitar 62.206 wajib pajak.Tetapi dilihat dari WP yang melapor sangat disayangkan karena dapat disimpulkan bahwa sekitar setengahnya saja yang melapor SPT dari jumlah WP yang terdaftar,yaitu total nya 33.007 WP


(56)

dengan rasio kepatuhan 53% dari total WP yang terdaftar.. Dilihat tabel diatas juga bahwa tingkat kepatuhan WP yang lapor SPT lebih banyak yang melakukan secara manual daripada secara elektronik (e-Filing).Ini disebabkan dari banyak faktor yang didapat dari lapangan maupun dari wajib pajak langsung yang ingin melapor SPT. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan WP yang melapor SPT Tahunan nya secara e-filing masih sangat rendah dibandingkan secara manual.

Dari laporan yang didapat dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai,mengapa tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam penyampaian SPT Tahunan nya secara elektronik (e-filing) lebih rendah daripada secara manual karena disebabkan oleh beberapa faktor,yaitu :

1. Permasalahan

Beberapa permasalahan yang ditemukan penulis dalam pelaksanaan pelaporan SPT Tahunan secara e-Filing di KPP Pratama Binjai antara lain :

1. Ditemukan beberapa NPWP yang tidak valid dan tidak sesuai pada saat pendaftaran e-Fin

2. Terdapat beberapa kesalahan nilai Penghasilan Tidak Kena Pajak pada Formulir 1721 A1/A2 atau bukti potong PPh sehingga proses pelaporan tidak dapat dilanjutkan.

3. Sebagian Wajib Pajak belum memahami penggunaan teknologi dan informasi.

4. Wajib Pajak lupa password dan e-mail nya. 5. Jaringan server yang sering bermasalah.


(57)

2. Analisis Penyebab Timbulnya Permasalahan Utama

Berdasarkan analisa penulis,hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya kendala dalam pelaksanaan pelaporan SPT Tahunan secara e-Filing antara lain :

a. NPWP yang tidak valid dapat disebabkan oleh pembuatan NPWP yang dahulu dibuat secara manual sehingga rawan terjadi kesalahan dikarenakan human error. Petugas harus melakukan pengecekan NPWP di Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) dan Apportal. Tidak jarang juga Wajib Pajak complain kepada petugas karena kesalahan NPWP atau NPWP yang tidak valid sehingga petugas harus menjelaskan kepada Wajib Pajak kondisi tersebut.

b. Terdapat beberapa instansi yang tidak update peraturan terbaru tentang Penghasilan Tidak Kena Pajak. Dikarenakan aplikasi e-Filing ini sudah menggunakan sistem, nilai PTKP juga sudah otomatis disediakan oleh sistem. Nilai PTKP yang berbeda ini menyebabkan Penghasilan Kena Pajak dan jumlah PPh terutang di Formulir A1/A2 atau bukti potong berbeda dengan sistem aplikasi e-Filing. Hal ini menyebabkan terjadinya PPh yang lebih bayar. Jika hal ini terjadi maka proses pelaporan secara e-Filing tidak dapat dilanjutkan dan petugas biasanya memberi rekomendasi kepada Wajib Pajak untuk memperbaiki Formulir 1721 A1/A2 atau bukti potongnya.

c. Dalam pelaksanaan pelaporan SPT Tahunan secara e-Filing banyak Wajib Pajak yang sudah lanjut usia dan tidak dapat menggunakan internet.


(58)

d. Beberapa Wajib Pajak yang sudah pernah melaporkan SPT Tahunan secara e-Filing lupa email dan password login ke website DJP sehingga petugas pemandu e-Filing harus membantu Wajib Pajak melakukan proses riset password.

e. Ketika sudah mendekati batas akhir pelaporan, biasanya pada saat itu jumlah Wajib Pajak sangat banyak untuk melapor SPT Tahunannya. Karena banyaknya Wajib Pajak yang mengakses e-Filing dalam waktu yang bersamaan mengakibatkan jaringan melambat dan bermasalah (server down). Khususnya pada hari terakhir pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi, e-Filing sangat sulit diakses karena server down atau pada layar komputer tertulis under maintenance oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Dibawah ini penulis juga akan membuat perbandingan tingkat kepatuhan wajiib pajak orang pribadi dalam hal pelaporan/penyampaian SPT Tahunannya dengan rasio kepatuhan secara manual dan e-Filing.


(59)

Tabel 4.2

Perbandingan Rasio Kepatuhan WP Orang Pribadi secara manual dan e-Filing

Tahun

(1)

Jumlah WP Terdaftar

(2)

WP melapor SPT Tahunan Rasio Kepatuhan Manual (3) e-Filing (4) Manual (3:2) e-Filing (4:2)

2015 62.206 22.527 10.480 36% 16%

Sumber : KPP Binjai Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rasio tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam melaporkan SPT Tahunannya secara e-filing lebih rendah dibandingkan dengan secara manual. Rasio kepatuhannya yang secara e-Filing hanya sekitar 16 % saja dari total Wajib Pajak yang terdaftar,sementara secara manual mencakup angka 36 %. Ini sungguh sangat disayangkan karena sangat rendah sekali persen angka pencapaian tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan secara e-Filing yang dilakukan oleh Wajib Pajak di KPP Binjai.

Selain beberapa faktor rendahnya tingkat kepatuhan pelaporan SPT Tahunan secara e-Filing yang di rangkum sebelumnya, adapun juga faktor-faktor lain,yaitu :

a. Belum optimalnya penerapan aturan yang diberlakukan oleh pihak KPP Binjai


(60)

b. Masih banyak Wajib Pajak yang memilih melaporkan SPT Tahunannya secara manual dengan mendatangi KPP karena belum mengetahui adanya aplikasi e-Filing dan belum mengetahui manfaat serta kemudahan dari aplikasi ini.

c. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak terhadap kewajiban perpajakannya. d. Kurangnya sosialisasi pihak KPP Binjai tentang manfaat e-Filing

kepada Wajib Pajak.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam melaporkan SPT Tahunannya di KPP Binjai secara e-filing masih sangat rendah dan perlu dilakukan pembaharuan lebih baik lagi dengan cara mensosialisasikan manfaat e-filing dan menjalin komunikasi yang baik dengan Wajib Pajak agar setiap masalah yang dihadapi kedua pihak tersebut dapat ditangani bersama.

E. Upaya Untuk Menigkatkan Kepatuhan Wajib Pajak

Adapun upaya yang dilakukan pihak KPP untuk menigkatkan kepatuhan Wajib Pajak antara lain:

1. Meningkatkan pengawasan internal untuk mendeteksi berbagai kasus penyimpangan sehubungan dengan pelaksanaan tugas.

2. Memperbaiki sistem dan prosedur yang mengarah pada sistem yang dapat mempermudah pelayanan dan mendorong efektifitas dalam pelaksanaan pengawasan.


(61)

3. Menjelaskan kepada Wajib Pajak kapan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilannya tepat waktu, sehingga wajib pajak tidak dikenakan sanksi perpajakan.

4. Melibatkan masyarakat luas dalam mekanisme pengawasan terhadap aparat perpajakan.

5. Menerapkan sistem reward (hadiah) dan punishment (hukuman) dalam pelaksanaan tugas.

6. Database yang lengkap dan akurat mendorong kepatuhan wajib pajak, karena database menyediakandata dan informasi mengenai seluk beluk usaha Wajib Pajak termasuk kepatuhan pembayaran dan pelaporan pajaknya baik dalam menyampajikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunannya secara akurat. Sehingga hal tersebut mendorong kepatuhan sukarela karena Wajib Pajak tidak dapat menghindar dari kewajiban perpajakanya. Selain itu, database sangat membantu fiskus untuk dapat mengenali usaha dan perilaku Wajib Pajak.

F. Kemudahan Fasilitas e-Filing

Selain membahas kekurangan/permasalahan dari fasilitas e-Filing, penulis juga akan menjelaskan kemudahan-kemudahan yang sebenarnya dari adanya fasilitas e-Filing,yaitu sebagai berikut :

1. Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat, aman, dan kapan saja (24) jam.

2. Murah, tidak dikenakan biaya pada saat pelaporan SPT.


(62)

4. Kemudahan dalam mengisi SPT karena pengisian SPT juga dibantu dalam bentuk wizard.

5. Data yang disampaikan WP selalu lengkap karena ada validasi pengisian SPT. 6. Ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan kertas (paperless).

7. Dokumen pelengkap tidak perlu dikirim lagi kecuali diminta oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melalui Account Representative (AR).


(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Pelaporan SPT Tahunan secara e-Filing sangat menguntungkan bagi Wajib Pajak. Ini merupakan salah satu bentuk kemudahan yang diberikan oleh DJP kepada Wajib Pajak untuk memudahkan Wajib Pajak melaporkan SPT Tahunannya. Sehingga Wajib Pajak dapat melaporkan SPT Tahunannya kapanpun dan dimanapun. Wajib Pajak cukup menggunakan internet dan mengisi SPT nya sesuai dengan Formulir 1721 A1/A2 atau bukti potong.Wajib Pajak juga dapat menghemat waktunya dalam melaporkan SPT nya karena tidak perlu datang dan mengantri di KPP untuk melaporkan SPT

Namun dilihat dari persentase tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam hal pelaporan SPT Tahunannya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai secara e-Filing masih sangat rendah sekali. Maka dari itu pihak KPP Binjai perlu mengadakan pembaharuan yang lebih baik lagi, contoh nya mengadakan penyuluhan dan sosialiasi secara jelas kepada Wajib Pajak tentang manfaat e-Filing, memperbaiki aturan dan sistem yang berlaku serta meningkatkan kesadaran Wajib Pajak akan kewajiban perpajakannya.

Dalam pelaksanaan e-Filing juga masih terdapat beberapa kendala baik dari pihak internal Direktorat Jendral Pajak maupun dari Wajib Pajak. Namun kendala tersebut masih dapat ditangani bersama melalui komunikasi yang baik antara sesama petugas pemandu e-Filing dan komunikasi dengan Wajib Pajak.


(64)

B.Saran

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Penulis menyarankan agar pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai dapat menjalin hubungan yang lebih baik lagi dengan Wajib Pajak orang pribadi. Tujuannya adalah untuk menjamin agar Wajib Pajak tersebut memiliki motivasi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

2. Penulis menyarankan agar pegawai pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai dapat memberikan informasi yang lebih jelas lagi mengenai manfaat e-Filing kepada Wajib Pajak orang pribadi yang masih belum mengetahui serta memahami penggunaan fasilitas e-Filing, agar persentase tingkat kepatuhan pelaporan dengan fasilitas e-Filing dapat ditingkatkan di KPP Binjai.

3. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu agar meminimalisasi kesalahan pengetikan pengisian data Wajib Pajak pada saat pendaftaran NPWP.

4. Memberikan sosialisasi kepada pemotong / pemungut PPh mengenai peraturan terbaru Penghasilan Tidak Kena Pajak sehingga pengisian SPT Tahunan dilakukan dengan baik dan benar.

5. Direktorat Jenderal Pajak lebih menanamkan kesadaran bayar pajak kepada masyarakat melalui sosialisasi atau kelas pajak serta mengenalkan fasilitas-fasilitas yang disediakan DJP untuk memudahkan Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya.


(65)

6. Perbaikan server pada system website DJP sehingga dapat menampung akses dalam jumlah yang lebih banyak ketika website dikunjungi oleh Wajib Pajak pada waktu yang bersamaan dan dalam jumlah yang banyak guna mendukung kelancaran pelaporan SPT Tahunan melalui e-Filing. Serta meningkatkan keamanan website agar terhindar dari peretas dan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menggunakan aplikasi e-Filing dalam melaporkan SPT Tahunannya.

7. KPP Pratama melalui AR seharusnya menghimbau pemberi kerja baik pemerintah maupun swasta untuk dapat menyiapkan Formulir 1721 A1/A2 atau bukti potong sesegera mungkin agar karyawan tersebut dapat melapor SPT jauh hari sebelum batas akhir pelaporan SPT.


(1)

3. Menjelaskan kepada Wajib Pajak kapan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilannya tepat waktu, sehingga wajib pajak tidak dikenakan sanksi perpajakan.

4. Melibatkan masyarakat luas dalam mekanisme pengawasan terhadap aparat perpajakan.

5. Menerapkan sistem reward (hadiah) dan punishment (hukuman) dalam pelaksanaan tugas.

6. Database yang lengkap dan akurat mendorong kepatuhan wajib pajak, karena database menyediakandata dan informasi mengenai seluk beluk usaha Wajib Pajak termasuk kepatuhan pembayaran dan pelaporan pajaknya baik dalam menyampajikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunannya secara akurat. Sehingga hal tersebut mendorong kepatuhan sukarela karena Wajib Pajak tidak dapat menghindar dari kewajiban perpajakanya. Selain itu, database sangat membantu fiskus untuk dapat mengenali usaha dan perilaku Wajib Pajak.

F. Kemudahan Fasilitas e-Filing

Selain membahas kekurangan/permasalahan dari fasilitas e-Filing, penulis juga akan menjelaskan kemudahan-kemudahan yang sebenarnya dari adanya fasilitas e-Filing,yaitu sebagai berikut :

1. Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat, aman, dan kapan saja (24) jam.


(2)

4. Kemudahan dalam mengisi SPT karena pengisian SPT juga dibantu dalam bentuk wizard.

5. Data yang disampaikan WP selalu lengkap karena ada validasi pengisian SPT. 6. Ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan kertas (paperless).

7. Dokumen pelengkap tidak perlu dikirim lagi kecuali diminta oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melalui Account Representative (AR).


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Pelaporan SPT Tahunan secara e-Filing sangat menguntungkan bagi Wajib Pajak. Ini merupakan salah satu bentuk kemudahan yang diberikan oleh DJP kepada Wajib Pajak untuk memudahkan Wajib Pajak melaporkan SPT Tahunannya. Sehingga Wajib Pajak dapat melaporkan SPT Tahunannya kapanpun dan dimanapun. Wajib Pajak cukup menggunakan internet dan mengisi SPT nya sesuai dengan Formulir 1721 A1/A2 atau bukti potong.Wajib Pajak juga dapat menghemat waktunya dalam melaporkan SPT nya karena tidak perlu datang dan mengantri di KPP untuk melaporkan SPT

Namun dilihat dari persentase tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam hal pelaporan SPT Tahunannya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai secara e-Filing masih sangat rendah sekali. Maka dari itu pihak KPP Binjai perlu mengadakan pembaharuan yang lebih baik lagi, contoh nya mengadakan penyuluhan dan sosialiasi secara jelas kepada Wajib Pajak tentang manfaat e-Filing, memperbaiki aturan dan sistem yang berlaku serta meningkatkan kesadaran Wajib Pajak akan kewajiban perpajakannya.

Dalam pelaksanaan e-Filing juga masih terdapat beberapa kendala baik dari pihak internal Direktorat Jendral Pajak maupun dari Wajib Pajak. Namun kendala tersebut masih dapat ditangani bersama melalui komunikasi yang baik antara sesama


(4)

B.Saran

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Penulis menyarankan agar pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai dapat menjalin hubungan yang lebih baik lagi dengan Wajib Pajak orang pribadi. Tujuannya adalah untuk menjamin agar Wajib Pajak tersebut memiliki motivasi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

2. Penulis menyarankan agar pegawai pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai dapat memberikan informasi yang lebih jelas lagi mengenai manfaat e-Filing kepada Wajib Pajak orang pribadi yang masih belum mengetahui serta memahami penggunaan fasilitas e-Filing, agar persentase tingkat kepatuhan pelaporan dengan fasilitas e-Filing dapat ditingkatkan di KPP Binjai.

3. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu agar meminimalisasi kesalahan pengetikan pengisian data Wajib Pajak pada saat pendaftaran NPWP.

4. Memberikan sosialisasi kepada pemotong / pemungut PPh mengenai peraturan terbaru Penghasilan Tidak Kena Pajak sehingga pengisian SPT Tahunan dilakukan dengan baik dan benar.

5. Direktorat Jenderal Pajak lebih menanamkan kesadaran bayar pajak kepada masyarakat melalui sosialisasi atau kelas pajak serta mengenalkan fasilitas-fasilitas yang disediakan DJP untuk memudahkan Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya.


(5)

6. Perbaikan server pada system website DJP sehingga dapat menampung akses dalam jumlah yang lebih banyak ketika website dikunjungi oleh Wajib Pajak pada waktu yang bersamaan dan dalam jumlah yang banyak guna mendukung kelancaran pelaporan SPT Tahunan melalui e-Filing. Serta meningkatkan keamanan website agar terhindar dari peretas dan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menggunakan aplikasi e-Filing dalam melaporkan SPT Tahunannya.

7. KPP Pratama melalui AR seharusnya menghimbau pemberi kerja baik pemerintah maupun swasta untuk dapat menyiapkan Formulir 1721 A1/A2 atau bukti potong sesegera mungkin agar karyawan tersebut dapat melapor SPT jauh hari sebelum batas akhir pelaporan SPT.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Jakarta : Penerbit Andi. Resmi,Siti.2009. Perpajakan: teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Soemitro (2012).Perpajakan Teori dan Teknis Pemungutan. Bandung: Graha Ilmu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 7 Ayat 1 tentang sanksi administrasi tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor 1/PJ/2014 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi secara e-Filing. Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor-29/PJ/2014 tentang Tata Cara Penerimaan

dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Isi Surat

Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengembalian, Pengisian,

Penandatanganan, dan Penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.03/2009. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 185/PMK.03/2007 tentang Tata Cara

Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan

Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE-12/PJ/2014 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan.


Dokumen yang terkait

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Terhadap Pembayaran Pajak dan Pelaporan SPT Tahunan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

5 119 74

Analisis Data Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

3 68 66

Pelaksanaan Pengawasan Penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

1 59 110

Tata Cara Pengisian Dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi Dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

26 327 61

Analisis Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Atas Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Secara E-Filing Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

3 123 80

Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPH OP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Barat

0 48 61

Analisa Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

0 57 56

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

0 0 10

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

0 0 11