Infusa Inflamasi Tinjauan Pustaka 1.Obat Tradisional

memenuhi kriteria netral, tidak mudah menguap, dan tidak mudah terbakar, selektif, tidak mudah mempengaruhi zat berkasiat, dan diperbolehkan oleh peraturan Anonim, 1986.

11. Infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90 o selama 15 menit. Pembuatan: campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90 o sambil sekali-kali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki Anonim, 1995.

12. Inflamasi

Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur perbaikan jaringan Mycek, dkk., 2001. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan. Ketika proses inflamasi berlangsung terjadi reaksi vaskuler dimana, cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih, dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi. Berbagai mediator kimia dilepaskan selama proses inflamasi Kee dan Hayes, 1996. Kortikosteroida fosfolipase NSAID’s cyclooxygenase lipooxygenase Zileuton montelukast O 2 Radikal bebas COX-1 COX-2 Gambar 1. Diagram Perombakan Asam Arachidonat Menjadi Prostaglandin Tjay Dan Raharja, 2002 Endoperoksida Asam hidroperoksida Asam arachidonat Tromboxan TXA 2 Prostacyclin PGL 2 Prostaglandin PgE 2 F 2 Leukotrien LTA LBT 4 LTC 4 -LTD 4 -LTE 4 -Vasokontriksi -Menstimulasia Agregasi pelat darah -Proteksi lambung -Vasodilatasi bronci -antiagregasi peradangan -vasokontriktif -permeabilitas pembuluh darah peradangan Fosfolipida membran sel Inflamasi radang biasanya dibagi dalam 3 fase : inflamasi akut, respon imun, dan inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal dari luka jaringan yang diperantarai oleh pelepasan autokoid dan biasanya mendahului perkembangan respon imun. Respon imun terjadi bila sel yang mempunyai kemampuan imunologi diaktivasi untuk menimbulkan respon terhadap organisme asing atau zat antigenik yang dilepaskan selama respon peradangan akut atau kronis. Akibat dari respon imun mungkin bermanfaat bagi hospes, karena hal ini menyebabkan organisme yang menyerang difagositosis atau dinetralisirkan. Akibatnya mungkin menjadi buruk jika hal ini menyebabkan peradangan kronis. Peradangan kronis melibatkan pelepasan sejumlah mediator yang tidak menonjol pada respon akut Katzung, 1998. Lima ciri khas dari inflamasi, dikenal sebagai tanda-tanda utama inflamasi, yaitu: a. Eritema Kemerahan Kemerahan terjadi pada tahap pertama dari inflamasi. Darah berkumpul pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh kinin, prostaglandin, dan histamin.. b. Edema Pembengkakan Pembengkakan merupakan tahap kedua dari inflamasi. Plasma merembes ke dalam jaringan intestinal pada tempat cedera. Kinin mendilatasi arteriol, meningkatkan permeabilitas kapiler. c. Panas Pada tempat inflamasi dapat disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan darah dan mungkin juga karena pirogen substansi yang menimbulkan demam yang mengganggu pusat pengatur panas pada hipotalamus. d. Nyeri Nyeri disebabkan oleh pembengkakan pada pelepasan mediator-mediator kimia. e. Hilangnya fungsi Hilangnya fungsi disebabkan karena penumpukan cairan pada tempat cedera jaringan dan karena rasa nyeri, yang mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena Kee dan Hayes, 1996. Dua tahap inflamasi adalah tahap vaskular yang terjadi 10-15 menit setelah terjadinya cedera dan tahap lambat. Tahap vaskular berkaitan dengan vasodilatasi dan bertambahnya permeabilitas kapiler dimana substansi darah dan cairan meninggalkan plasma dan pergi menuju tempat cedera. Tahap lambat terjadi ketika leukosit menginfiltrasi jaringan inflamasi Kee dan Hayes, 1996. Pengobatan pasien dengan inflamasi mempunyai 2 tujuan utama : meringankan rasa nyeri, yang seringkali merupakan gejala awal yang terlihat dan keluhan utama yang terus menerus dari pasien, memperlambat atau membatasi proses perusakan jaringan. Pengurangan inflamasi dengan obat-obat antiinflamasi non steroid sering berakibat meredanya rasa nyeri selama periode yang bermakna Katzung, 2002. Agen-agen antiinflamasi mempunyai khasiat tambahan, seperti meredakan nyeri analgetik, menurunkan suhu tubuh antipiretik, dan menghambat agregasi platelet antikoagulan Kee dan Hayes, 1996.

13. Obat antiinflamasi nonsteroid