Jenis, Harga Kayu Komersil dan Analisis Ekonomi pada Industri mKayu Sekunder Panglong di Kota Padangsidimpuan

JENIS, HARGA KAYU KOMERSIL DAN ANALISIS EKONOMI
PADA INDUSTRI KAYU SEKUNDER PANGLONG DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
SKRIPSI
Oleh: Karim Indra Muda Lubis
071203021
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
1
Universitas Sumatera Utara

JENIS, HARGA KAYU KOMERSIL DAN ANALISIS EKONOMI
PADA INDUSTRI KAYU SEKUNDER PANGLONG DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
Karim Indra Muda Lubis 071203021
Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
LEMBAR PENGESAHAN
2
Universitas Sumatera Utara


Judul

:iJenis, Harga Kayu Komersil dan Analisis Ekonomi pada

qqqqqqqqqqqqqqaIndustri mKayu Sekunder Panglong di Kota Padangsidimpuan

Nama

: Karim Indra Muda Lubis

NIM

: 071203021

Program Studi : Kehutanan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Tito Sucipto, S.Hut, M.Si Ketua


Irawati Azhar, S.Hut, M.Si Anggota

Mengetahui:
Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D Ketua Program Studi Kehutanan

ABSTRACT
Karim Indra Muda Lubis.Type,Price and Economical Analysis of Commercial Wood on Wood Processing Industry at Padangsidimpuan City. Suvervised by Tito Sucipto, S.hut. M. Si and Irawati Azhar, S. Hut. M.Si.
3
Universitas Sumatera Utara

Wood processing of timber forest production creates a range activities for wood industry. This research aim to describe the existence and development of wood processing at Padangsidimpuan city. Data obtained through the census wood processing industry in 6 districts at Padangsidimpuan city and guided interviews with selected wood processing industry and analyze the feasibility in UD Daya Mulya. The results of reasearch showed that the wood processing industry is found 62 in all districts at Padangsidimpuan city. The existences type of wood that in wood processing dominated by type of “sembarang keras kampung” wood about 100%, “sembarang keras hutan” 100%, “meranti” 11,3% and “jenis lain” wood 6,5%. Wood products selling prices between Rp. 60.000Rp.800.000 per product. Based on the R/C ratio and the BEP of both products in the UD. Daya mulya viable and economically beneficial to the R/C ratio >1 and the lowest BEP 49 of the 60 units (door frame products) in UD. Daya Mulya.
Keywords : wood type, wood price, economic analysis, wood industry
ABSTRAK
Karim Indra Muda Lubis. Jenis, Harga Kayu Komersil dan Analisis Ekonomi pada Industri Kayu Sekunder Panglong di Kota Padangsidimpuan. Dibimbing oleh Tito Sucipto, S.Hut. M.Si. dan Irawati Azhar, S.Hut. M.Si.
Pengolahan kayu sebagai produksi hasil hutan kayu menciptakan berbagai aktifitas produksi bagi berbagai industri kayu. Penelitian ini bertujuan
4
Universitas Sumatera Utara

mendeskripsikan keberadaan dan perkembangan industri pengolahan kayu di Kota Padangsidimpuan, Data diperoleh melalui sensus industri pengolahan kayu di 6 kecamatan di Kota Padangsidimpuan dan melakukan wawancara terbimbing dengan industri pengolahan kayu yang terpilih serta menganalisis kelayakan usaha di UD Daya Mulya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri pengolahan kayu ditemukan 62 di seluruh kecamatan di Kota Padangsidimpuan. Keberadaan jenis kayu yang diperdagangkan di industri pengolahan kayu didominasi oleh jenis kayu “sembarang keras kampung” sebesar 100%, kayu “sembarang keras hutan” sebesar 100%, kayu “meranti” sebesar 11,3% dan kayu “jenis lain” sebesar 6,5%. Produk-produk kayu dengan harga jual antara Rp. 60.000-Rp. 800.000 per produk. Berdasarkan R/C ratio dan BEP dari kedua produk di UD. Daya Mulya layak diusahakan dan menguntungkan secara ekonomi dengan R/C ratio >1 dan BEP terendah yaitu 49 dari 60 unit (kusen pintu) di UD Daya Mulya. Kata kunci: jenis kayu, harga kayu, analisis ekonomi, Industri kayu
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan, Sumatera Utara pada tanggal 13 Februari 1989 dari keluarga Bapak Abdul Malik Azhari Lubis dan Ibu Juliana Nasution. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Penulis memulai pendidikan di SD Negeri No.12 Kota Padangsidimpuan dan lulus pada tahun 2001 kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Padangsidimpuan. Pada tahun 2007, penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Padangsidimpuan dan pada tahun 2007 penulis diterima di Program
5
Universitas Sumatera Utara

Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama perkuliahan penulis tergabung dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Slyva USU. Pada tahun 2009, penulis mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Aras Napal dan Pulau Sembilan, Kabupaten Langkat. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PERUM Perhutani Unit III, KPH Kuningan, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat pada bulan Januari-Februari 2011.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan anugerahNya sehingga dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Jenis, Harga Kayu Komersil dan Analisis Ekonomi pada Industri Kayu Sekunder Panglong di Kota Padangsidimpuan”. Skripsi penelitian ini merupakan syarat untuk menjadi Sarjana Kehutanan.
Penulis menyampaikan terimakasih banyak kepada dosen pembimbing yaitu Bapak Tito Sucipto, S. Hut., M. Si. sebagai ketua pembimbing dan Ibu Irawati Azhar, S. Hut., M. Si. sebagai anggota pembimbing yang telah banyak memberi masukan dan saran dalam pembuatan skripsi penelitian ini.
6
Universitas Sumatera Utara

Industri panglong merupakan salah satu pendukung pembangunan disuatu daerah khususnya di Kota Padangsidimpuan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keberadaan industri kayu sekunder, jenis kayu yang beredar, jenis produk yang diperdagangkan dan menganalisis kelayakan panglong sekunder di Kota Padangsidimpuan. Dalam skripsi penelitian ini ditemukan sampel usaha 17 panglong dengan intensitas sampling 27% dari jumlah keseluruhan industri yang menghasilkan produk kayu yang tersebar di 6 Kecamatan di Kota Padangsidimpuan.
Penulis mengharapkan agar skripsi penelitian ini dapat menjadi panduan belajar dan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa/i kehutanan secara khusus dan masyarakat secara umum. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.
Medan, Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRACT ......................................................................................................... i ABSTRAK ........................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP ................................................................................................................................ ii i KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
7

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi

DAFTAR TABEL

................................................................................................................................ vi

i

DAFTAR LAMPIRAN

................................................................................................................................ vi

ii

PENDAHULUAN Latar Belakang .......................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA


Industri Kayu ............................................................................................ 4

Industri Primer, Sekunder, Tersier ............................................................ 7

Profil Wilayah Kota Padangsidimpuan ..................................................... 8

Kebutuhan Masyarakat Terhadap Kayu .................................................... 9

Kayu

sebagai

Bahan

Konstruksi

10

Harga Mempengaruhi Kebutuhan Masyarakat Terhadap Kayu


11

Mutu dan Kualitas Kayu

11

Jumlah Penduduk Terhadap Kebutuhan Masyarakat Terhadap Kayu

12

Jenis Kayu yang Diperdagangkan di Indonesia

12

Keawetan dan Kekuatan Kayu

14

Analisis Ekonomi


16

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian 19 Bahan dan Alat 19 Pengambilan Data 19

8

Universitas Sumatera Utara

Metode Analisis Ekonomi

21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Industri Panglong di Kota Padangsidimpuan

23

Bentuk Badan Usaha Industri Panglong di Kota Padangsidimpuan


28

Tenaga

Kerja

29

Prospek Industri Panglong di Kota Padangsidimpuan

30

Jenis dan Harga Kayu yang Diperdagangkan di Kota Padangsidimpuan

32

Tingkat

Harga


34

Penyediaan Jenis Kayu Komersil di Panglong

35

Jenis Produk Olahan Kayu yang Diperdagangkan

36

Konsumsi dan Pasokan Kayu di Kota Padangsidimpuan

43

Analisis

Ekonomi

45


Produk

46

Analisis Biaya dan Pendapatan

46

Analisis R/C Ratio

50

Analisis BEP

51

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 54 Saran

55


DAFTAR PUSTAKA

................................................................................................................................ 5

6

9

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Bagan Alir Pengambilan Data
.......................................................................................................................... 2 0 2. Industri Kayu Panglong di UD. Batang Ayumi .......................................................................................................................... 2 9 3. Diagram Prospek Menjual Kayu .......................................................................................................................... 3 0
10
Universitas Sumatera Utara

4. Produk Papan yang Diperdagangkan di UD. Pandasoran .......................................................................................................................... 3 7
5. Produk Broti yang Diperdagangkan di UD. Mandiri Lestari .......................................................................................................................... 3 8
6. Produk Kusen yang Diperdagangkan di UD. Duya Mulya .......................................................................................................................... 3 9
7. Produk Pintu yang Diperdagangkan di UD. Parlagutan .......................................................................................................................... 4 0
8. Produk Jendela yang Diperdagangkan di UD. Parlagutan .......................................................................................................................... 4 1
9. Produk Triplek yang Diperdagangkan di UD. Diana Sari .......................................................................................................................... 4 2
11
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
Halaman 1. Rekapitulasi Jumlah IUPHHK Kapasitas Izin 6000m3 Pengolahan Kayu di
Provinsi Sumatera Utara ......................................................................................... 5 2. Kapasitas Produksi Kayu di Atas 6000m3 di Provinsi Sumatera Utara................... 5 3. Jumlah Tenaga Kerja Industri Pengolahan Kayu di Provinsi Sumatera Utara ........ 6 4. Luas Wilayah Kecamatan di Kota Padangsidimpuan .............................................. 9 5. Kelas Kuat Kayu Menurut Berat Jenis Kayu (BJ) ...................................................................................................................................... 15 6. Tingkat Kelas Keawetan Kayu ...................................................................................................................................... 1 5 7. Tally Sheet untuk Jenis Kayu yang Diperdagangkan di Setiap Kecamatan ...................................................................................................................................... 1 9 8. Industri Panglong di 6 Kecamatan di Kota Padangsidimpuan ...................................................................................................................................... 2 3
12
Universitas Sumatera Utara

9. Industri Panglong yang Mewakili Tiap Kecamatan

...................................................................................................................................... 2

4

10. Keberadaan Industri Panglong di Kota Padangsidimpuan Berdasarkan Lama Beroperasi ................................................................................................................................ 2 7

11. Kuantitas Tenaga Kerja yang Digunakan di Panglong

...................................................................................................................................... 2

9

12.iDaftaraJenisadanaHargaaRata-RataaKayuaKomersiladiaPanglongaKota Padangsidimpuan ................................................................................................................................ 3 4

13. Persentase Industri Panglong yang Menjual Jenis Kayu

...................................................................................................................................... 3

5

14.iDaftar Jenis dan Harga Produk Kayu Olahan yang Diperdagangkan di Panglong Kota Padangsidimpuan

.................................................................................................................. 4

3

15. Harga Produk dan Volume Produksi di UD. Daya Mulya pada Bulan oooDesember

2012

.............................................................................................................................. 4

6

16. Penyusutan Peralatan Produksi di UD. Daya Mulya pada Bulan oooDesember

2012

...................................................................................................................................... 4

7

13

Universitas Sumatera Utara

17. Biaya Pengolahan Kayu Produk Kusen Pintu pada Bulan Desember 2012 ...................................................................................................................................... 4 8

18. Biaya Pengolahan Kayu Produk Kusen Jendela pada Bulan Desember ooo2012

Halaman

...................................................................................................................................... 4

9

19. Biaya Produksi Produk di UD. Daya Mulya pada Bulan Desember 2012

...................................................................................................................................... 5

0

20. Nilai R/C Produk di UD. Daya Mulya pada Bulan Desember 2012

...................................................................................................................................... 5

1

21. Nilai BEP Produk di UD. Daya Mulya pada Bulan Desember 2012

...................................................................................................................................... 5

2

14
Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN
1. Daftar Jenis Kayu yang Diperdagangkan di Kota Padangsidimpuan 2. Daftar Jenis Produk yang Diperdagangkan di Kota Padangsidimpuan 3. Perhitungan persentase industri panglong yang menjual jenis kayu 4. Perhitungan Biaya Produksi 5. Lembar Kuisioner 6. Peralatan dan Mesin di Industri Pengolahan Kayu
15
Universitas Sumatera Utara

Judul

:iJenis, Harga Kayu Komersil dan Analisis Ekonomi pada

qqqqqqqqqqqqqqaIndustri mKayu Sekunder Panglong di Kota Padangsidimpuan

Nama

: Karim Indra Muda Lubis

NIM

: 071203021

Program Studi : Kehutanan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Tito Sucipto, S.Hut, M.Si Ketua

Irawati Azhar, S.Hut, M.Si Anggota

Mengetahui:
Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D Ketua Program Studi Kehutanan

ABSTRACT
Karim Indra Muda Lubis.Type,Price and Economical Analysis of Commercial Wood on Wood Processing Industry at Padangsidimpuan City. Suvervised by Tito Sucipto, S.hut. M. Si and Irawati Azhar, S. Hut. M.Si.
3
Universitas Sumatera Utara

Wood processing of timber forest production creates a range activities for wood industry. This research aim to describe the existence and development of wood processing at Padangsidimpuan city. Data obtained through the census wood processing industry in 6 districts at Padangsidimpuan city and guided interviews with selected wood processing industry and analyze the feasibility in UD Daya Mulya. The results of reasearch showed that the wood processing industry is found 62 in all districts at Padangsidimpuan city. The existences type of wood that in wood processing dominated by type of “sembarang keras kampung” wood about 100%, “sembarang keras hutan” 100%, “meranti” 11,3% and “jenis lain” wood 6,5%. Wood products selling prices between Rp. 60.000Rp.800.000 per product. Based on the R/C ratio and the BEP of both products in the UD. Daya mulya viable and economically beneficial to the R/C ratio >1 and the lowest BEP 49 of the 60 units (door frame products) in UD. Daya Mulya.
Keywords : wood type, wood price, economic analysis, wood industry
ABSTRAK
Karim Indra Muda Lubis. Jenis, Harga Kayu Komersil dan Analisis Ekonomi pada Industri Kayu Sekunder Panglong di Kota Padangsidimpuan. Dibimbing oleh Tito Sucipto, S.Hut. M.Si. dan Irawati Azhar, S.Hut. M.Si.
Pengolahan kayu sebagai produksi hasil hutan kayu menciptakan berbagai aktifitas produksi bagi berbagai industri kayu. Penelitian ini bertujuan
4
Universitas Sumatera Utara

mendeskripsikan keberadaan dan perkembangan industri pengolahan kayu di Kota Padangsidimpuan, Data diperoleh melalui sensus industri pengolahan kayu di 6 kecamatan di Kota Padangsidimpuan dan melakukan wawancara terbimbing dengan industri pengolahan kayu yang terpilih serta menganalisis kelayakan usaha di UD Daya Mulya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri pengolahan kayu ditemukan 62 di seluruh kecamatan di Kota Padangsidimpuan. Keberadaan jenis kayu yang diperdagangkan di industri pengolahan kayu didominasi oleh jenis kayu “sembarang keras kampung” sebesar 100%, kayu “sembarang keras hutan” sebesar 100%, kayu “meranti” sebesar 11,3% dan kayu “jenis lain” sebesar 6,5%. Produk-produk kayu dengan harga jual antara Rp. 60.000-Rp. 800.000 per produk. Berdasarkan R/C ratio dan BEP dari kedua produk di UD. Daya Mulya layak diusahakan dan menguntungkan secara ekonomi dengan R/C ratio >1 dan BEP terendah yaitu 49 dari 60 unit (kusen pintu) di UD Daya Mulya. Kata kunci: jenis kayu, harga kayu, analisis ekonomi, Industri kayu
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan, Sumatera Utara pada tanggal 13 Februari 1989 dari keluarga Bapak Abdul Malik Azhari Lubis dan Ibu Juliana Nasution. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Penulis memulai pendidikan di SD Negeri No.12 Kota Padangsidimpuan dan lulus pada tahun 2001 kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Padangsidimpuan. Pada tahun 2007, penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Padangsidimpuan dan pada tahun 2007 penulis diterima di Program
5
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Hutan adalah sumber daya alam yang dikuasai oleh negara dan di
pergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Hutan yang dikuasai oleh negara adalah hutan alam atau hutan hasil budidaya (tanaman) yang berada di dalam kawasan hutan negara. Prinsip legalitas hasil hutan yang barasal dari hutan negara adalah bahwa suatu komoditas hasil hutan dapat secara bebas diperdagangkan atau dimanfaatkan setelah melalui suatu proses verifikasi secara utuh dan dinyatakan memenuhi ketentuan legalitas pemenuhan kewajiban kepada negara dan legalitas pengangkutan hasil hutan khususnya kayu (Kemenhut, 2012).
Kayu masih sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari baik digunakan untuk konstruksi bangunan, peralatan rumah tangga dan lain sebagainya dibandingkan dengan baja, besi dan logam lainnya. Menurut Dinata (2011) salah satu kebutuhan kayu yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat adalah untuk dijadikan sebagai bahan konstruksi bangunan. Beberapa faktor yang menjadikan kayu sebagai bahan konstruksi antara lain adalah mudah untuk dikerjakan, lebih murah, cukup awet, mudah disambung dan memiliki nilai keindahan.
Padangsidimpuan sebagai salah satu kota berkembang di Sumatera Utara memiliki jumlah penduduk yang cukup besar. Kegiatan ekonomi daerah yang mulai berkembang tidak lepas dari perusahaan-perusahaan kayu yang ada di Kota Padangsidimpuan. Banyak perusahaan-perusahaan kayu yang muncul dan menjadikannya suatu bisnis usaha dengan memanfaatkan kayu sebagai produk.
16
Universitas Sumatera Utara

Kayu digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kayu tersebut banyak digunakan sebagai bahan bangunan yang digunakan untuk kegiatan ekonomi yang semakin meningkat sehingga permintaan kayu juga semakin meningkat. Akan tetapi masih banyak masyarakat ataupun pengguna kayu belum mengetahui jenis dan harga kayu di pasaran khususnya di Kota Padangsidimpuan.
Sedikitnya informasi tentang harga dan jenis kayu komersil yang beredar di Kota Padangsidimpuan membuat masyarakat kurang mengetahui dalam memilih dan menilai harga kayu dari berbagai jenis yang banyak diperdagangkan. Panglong sebagai salah satu industri sekunder yang menyediakan bahan kayu untuk masyarakat. Menjual berbagai jenis kayu pada tingkat yang berbeda. Penelitian ini dilakukan guna memastikan jenis dan harga kayu yang banyak diperdagangkan di Kota Padangsidimpuan.
Tujuan 1. Mendeskripsikan keberadaan industri kayu sekunder di Kota Padangsidimpuan. 2. Mendeskripsikan jenis kayu yang beredar di industri kayu sekunder panglong sebagai toko penyedia kayu yang berada di Kota Padangsidimpuan. 3. Mendeskripsikan jenis produk kayu yang diperdagangkan di Kota Padangsidimpuan. 4. Menganalisis kelayakan usaha panglong sekunder di Kota Padangsidimpuan.
17
Universitas Sumatera Utara

Manfaat Penelitian Menyajikan data sebagai sumber informasi tentang jenis kayu komersil
dan harga kayu yang diperdagangkan oleh panglong di 6 kecamatan Kota Padangsidimpuan bagi masyarakat serta pihak lain yang membutuhkan.
18
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Industri Kayu Industri kayu merupakan badan usaha yang mengelola kayu dan
menghasilkan suatu produk kayu sebagai objek dari seluruh rangkaian proses produksi. Kayu merupakan salah satu produk alam selain minyak mentah, ikan, biji besi, dan lain-lain sehingga dapat dikatakan sebagai produk alam yang sangat terbatas pasokannya. Menurut Dumanaw (1999), kayu didefenisikan sebagai suatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan sebagai bagian dari suatu pohon. Dalam hal pengelolaannya lebih lanjut perlu diperhitungkan secara cermat bagian-bagian kayu manakah yang dapat lebih banyak dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.
Menurut Risnasari (2001) industri pengolahan kayu di Sumatera Utara mencakup industri kayu gergajian (sawmill), kayu lapis (plywood) dan pulp. Industri sawmill, plywood dan pulp merupakan industri kayu hulu. Industriindustri tersebut tidak hanya mengolah produk-produk yang siap dipasarkan, tetapi juga mengolah kayu bulat menjadi produk yang dibutuhkan sebagai bahan baku bagi industri-industri hilir seperti moulding dan meubel. Industri hilir ini mengolah bahan baku tersebut menjadi barang jadi. Hasil terbaru mengenai industri perkayuan menurut buku Statistik Kehutanan (2012) Rekapitulasi IUPHHK kapasitas izin 6000m3 tahun 2011 di Provinsi Sumatera Utara disajikan pada Tabel 1.
19
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Rekapitulasi jumlah IUPHHK kapasitas izin 6000m3 pengolahan kayu di

Provinsi Sumatera Utara

No Jenis industri

Jumlah unit usaha (buah) tahun 2011

.

1. Kayu lapis

0

2. Kayu gergajian

18

3. Veener

0

4. Wood chips

0

5. Laminated veener lumber

0

6. Wood pellet

0

7. Kayu lapis + Kayu

3

gergajian

8. Kayu gergajian + Veener

2

Jumlah

23

Sumber : Buku Statistik Kehutanan (2012)

Sedangkan kapasitas produksi hasil hutan berdasarkan sumber produksi kapasitas dia atas 6000m3 tahun 2011 di Provinsi Sumatera Utara disajikan pada

Tabel 2.

Tabel 2. Kapasitas produksi kayu di atas 6000m3 di Provinsi Sumatera Utara

No Jenis industri

Kapasitas produksi (m3) tahun 2011

.

1. Kayu lapis (termasuk

60.427,34

LVL)

2. Kayu gergajian

110.828,00

3. Veener

2.653,00

4. Wood chips

0

5. Pulp

185.404,00

6. Kayu bulat

1.257.997,00

Jumlah

1.617.309,34

Sumber : Buku Statistik Kehutanan(2012)

Menurut Buku Statistik Kehutanan (2012) industri kayu gergajian

memiliki kapasitas produksi lebih banyak 110.828,00 dari industri kayu lapis

60.427,34 sedangkan menurut penelitian Risnasari (2001) pada tahun 1998

kapasitas produksi kayu gergajian lebih sedikit 666.800,00 daripada industri kayu

lapis 832.473,00. Hal ini disebabkan pada tahun 1998 adannya kebijakan

pemerintah tentang peningkatan industri terpadu yang berintikan kayu lapis.

20

Universitas Sumatera Utara

Industri pengolahan kayu di Provinsi Sumatera Utara tidak lepas dari

tenaga kerja yang dibutuhkan setiap perusahaan. Menurut Buku Statistik

Kehutanan (2012) tenaga kerja dibagi berdasarkan status kerja tenaga kerja

(harian, bulanan dan borongan). seperti disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. jumlah tenaga kerja industri pengolahan kayu di Provinsi Sumatera Utara

No Status tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja (orang)

.

1. Bulanan

347

2. Harian

257

3. Borongan

0

Jumlah

604

Sumber : Buku Statistik Kehutanan (2012)

Industri pengolahan kayu yang membutuhkan pasokan kayu bulat adalah

industri yang langsung mengolah kayu (industri pengoalahan kayu hulu) seperti

kayu industri penggergajian, pulp dan kayu lapis. Sedangkan industri pengolahan

kayu hilir seperti moulding dan meubel (furniture) mengolah bahan baku yang

berasal dari industri kayu gergajian. Dengan demikian berkembangnya industri

hilir sangat ditentukan oleh industri kayu hulu sebagai pemasok bahan baku. Jenis

kayu yang banyak digunakan adalah kayu meranti, pinus, dan karet (Risnasari,

2001).

Panglong menurut Alwi (2008) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga memiliki definisi : perusahaan kayu yang diusahakan orang cina dan kilang kayu (tempat penggergajian kayu). Panglong merupakan salah satu industri pengolahan kayu yang termasuk dalam industri sekunder.
Jual beli kayu yang terus meningkat member peluang untuk pengusaha dalam menciptakan badan usaha yang berbeda-beda sehingga mampu menghasilkan keuntungan ekonomi bagi pendapatan daerah maupun pendapatan nasional. Menurut Fuad et. al., (2005) ada beberapa untuk perusahaan legal di
21

Universitas Sumatera Utara

Indonesia terdiri dari perusahaan perorangan, firma (FA), perseroan komanditer/ commanditer vennotschap (CV), perseroan terbatas (PT), badan usaha milik Negara (BUMN) dan koperasi.
Dephutbun Provinsi Sumatera Utara dan Lembaga Pengabdian pada Masyarakat USU (2000), menjelaskan bahwa ada beberapa faktor-faktor yang berpengaruh dalam tumbuh dan berkembangnya suatu jenis industri adalah :
1. Faktor pendorong, yaitu faktor yang mampu merangsang dilakukannya kegiatan industri oleh pihak–pihak tertentu (investor) sehubungan dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memungkinkan kegiatan tersebut secara normal. Faktor-faktor tersebut antara lain: sumber bahan baku yang terjamin, teknologi yang tersedia, tenaga kerja dan iklim berusaha yang menunjang
2. Faktor-faktor yang mampu memacu pertumbuhan industri tersebut untuk berkembang terus di masa yang akan datang, yaitu permintaan pasar dan nilai tambah.
Industri Primer, Sekunder dan Tersier Menurut Suryana (2012) berdasarkan sifat bahan mentah dan sifat
produksinya, industri dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1. Industri primer adalah industri yang langsung mengolah bahan mentah hasil sektor primer, baik dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, maupun pertambangan, tanpa perlu adanya pengolahan lebih lanjut. Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
22
Universitas Sumatera Utara

2. Industri sekunder adalah industri yang mengolah lebih lanjut hasil-hasil industri lain (industri primer), bahan bakunya adalah barang setengah jadi atau barang jadi yang diproduksi industri lain.
3. Industri tersier adalah industri yang hasilnya berupa layanan jasa yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat. Contohnya seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, pariwisata, dan sebagainya. Berdasarkan klasifikasi diatas industri panglong termasuk kedalam
industri sekunder. Panglong termasuk industri sekunder yang biasanya memproduksi kayu gergajian hingga produk-produk yang terbuat dari kayu. Industri sekunder ini dapat berada jauh dari sumber bahan baku. Misalnya saja terdapat di perkotaan dan kayu gergajian yang biasa ditemui dan dikonsumsi masyarakat misalnya dalam bentuk kaso, reng, papan, broti dan lain–lain. Industri primer cenderung jauh dari perkotaan dan dekat dengan bahan baku. Hasil dari industri primer berupa log kayu yang akan diolah untuk produk lanjutan (Suryana, 2012).
Profil Wilayah Kota Padangsidimpuan Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu kotamadya di Provinsi
Sumatera Utara. Memiliki penduduk 191.531 jiwa dengan areal seluas 146,86 km2 yang secara administratif dibagi atas 6 Kecamatan, seperti disajikan pada tabel 4.
Padangsidimpuan secara geografis terletak 1º08’-1º28’ Lintang Utara 99º13’-99º20’ Bujur Timur. Batas wilayah Kota Padangsidimpuan adalah sebelah utara, berbatasan dengan Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan. Sebelah selatan, berbatasan dengan Kecamatan Batang Angkola dan
23
Universitas Sumatera Utara

Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan. Sebelah barat,

berbatasan dengan Kecamatan Angkola Barat dan Kecamatan Angkola,

Kabupaten Tapanuli Selatan. Sebelah timur, berbatasan dengan Kecamatan

Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan (BPS Padangsidimpuan, 2010).

Tabel 4. Luas wilayah kecamatan di Kota Padangsidimpuan

No. Kecamatan

Luas (km2)

1. Padangsidimpuan Angkola Julu

28,18

2. Padangsidimpuan Batunadua

37,74

3. Padangsidimpuan Hutaimbaru

22,34

4. Padangsidimpuan Selatan

15,81

5. Padangsidimpuan Tenggara

27,69

6. Padangsidimpuan Utara

14,09

Total

146,86

Sumber BPS Kota Padangsidimpuan (2010)

Kebutuhan Masyarakat Terhadap Kayu Produk dapat didefenisikan sebagai : Suatu sifat yang kompleks baik dapat
diraba maupun tidak dapat diraba, bungkus, warna, harga, nama perusahaan, jasa perusahaan, yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya. Barang industri merupakan barang yang memiliki sifat yang berbeda dengan barang konsumsi. Barang industri dibutuhkan dan dibeli oleh konsumen tidak untuk konsumsi sendiri, akan tetapi barang tersebut dibeli untuk dipergunakannya sebagai alat usaha atau alat berproduksi lagi ataupun dijual kembali dalam menjalankan usaha bisnisnya, baik bisnis yang mempertimbangkan untung rugi atau pertimbangan biaya (Indriyo, 2001).
Penggunaan kayu dalam kehidupan manusia telah ada sejak dahulu, fungsi kayu sangat beragam dan digunakan untuk berbagai keperluan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga kayu masih dikonsumsi hingga saat ini. Kayu merupakan komponen terpenting dalam pembangunan perumahan dan bangunan gedung lainnya di Indonesia. Sampai abad ke-20 sebagian besar dari seluruh bangunan
24

Universitas Sumatera Utara

seperti perumahan atau struktur bangunan komersil berbahan dasar kayu (Sitorus, 2009).
Kayu sebagai Bahan Konstruksi Menurut Wirjomartono (1977) dalam Sitorus (2009) bahan konstruksi
adalah bahan yang dipergunakan untuk mendukung beban dalam arti memerlukan analisis perhitungan yang cukup cermat dan untuk kayu mencakup bahan-bahan untuk kuda-kuda, jembatan, tiang pancang dan sebagainya. Sebagai bahan konstruksi bangunan, kayu sudah dikenal dan banyak dipakai sebelum orang memakai beton dan baja. Kayu tersebut harus memenuhi syarat:
1. Mampu menahan bermacam-macam beban yang bekerja dengan aman dalam jangka waktu yang direncanakan.
2. Mempunyai ketahanan dan keawetan yang memadai. 3. Serta mempunyai ukuran penampang dan panjang yang sesuai dengan
pemakaianya dalam konstruksi. Wirjomartono (1977) dalam Sitorus (2009) menunjukkan bahwa penggunaan kuda-kuda kayu dapat menghemat biaya sekitar 10-50% dibandingkan dengan menggunakan baja. Jika membicarakan tentang kayu sebagai struktur bangunan, maka yang harus diperhatikan antara lain adalah kekuatan dan keawetan kayu. Karena tujuan umum para pemilik bangunan maupun perencanaan adalah membangun/ mempunyai gedung yang aman dan kuat konstruksinya, biaya konstruksinya murah, umur bangunan cukup lama serta biaya pemeliharaannya ringan.
Harga Mempengaruhi Kebutuhan Masyarakat Terhadap Kayu 25
Universitas Sumatera Utara

Menurut Indriyo (2001) jumlah permintaan akan sangat tergantung dari tinggi rendahnya harga pasar yang berlaku. Apabila harga yang berlaku itu rendah maka tentu saja jumlah yang diminta masyarakat akan lebih banyak. Karena dengan harga yang lebih rendah tentulah akan lebih banyak orang yang dapat menjangkau harga tersebut.
Menurut Fuat et. al., (2005) harga adalah sejumlah kompensasi (uang atau barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang dan jasa. Bagi masyarakat harga masih menduduki tempat teratas dalam keputusan untuk membeli suatu barang dan jasa.
Mutu dan Kualitas Kayu Mutu dan kualitas kayu perlu diperhatikan juga sebelum membeli dan
menggunakan kayu untuk berbagai keperluan. Menurut Wirjomantoro (1977) dalam Sitorus (2008) mutu atau kualitas kayu secara umum dapat didefenisikan sebagai suatu ukuran ciri-ciri yang mempengaruhi sifat produk-produk yang dibuat dari kayu tersebut. Defenisi kualitas yang lebih tepat mungkin sukar dipahami karena sifat penting kayu yang digunakan untuk suatu produk sering berbeda dengan sifat penting untuk produk lain.
Menurut Wirjomantoro (1977) dalam Sitorus (2008) mutu dari suatu jenis kayu ditentukan oleh sifat fisiknya seperti warna, tekstur, serat, kesan raba, bau, nilai dekoratif dan sifat-sifat pengerjaan, seperti sifat pengetaman, pembubutan, pemboran dan pengampelasan. Dalam satu hal, kualitas mungkin ditentukan dari kerapatan, kenampakan, cacat kayu yang terkandung seperti mata kayu, serat miring, lubang gerek yang akan mempengaruhi pengerjaan dan pemakaiannya.
26
Universitas Sumatera Utara

Kebutuhan masyarakat akan kayu di Indonesia menurut data statistik dalam satu tahun tercatat tidak kurang dari 2 juta m3 kayu gergajian yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan pembangunan perumahan dan pemukiman. Pada kenyataanya, jumlah kayu gergajian yang diperlukan jauh dari atas angka tersebut karena banyak sekali kayu-kayu yang digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan yang dihasilkan dari industri kecil rakyat yang tidak tercatat (Greenomics, 2004).
Jumlah Penduduk Terhadap Kebutuhan Masyarakat Terhadap Kayu Jumlah penduduk serta banyaknya pembangunan membuat konsumsi kayu
semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini terlihat dari pemasaran produk kayu olahan yang berupa kayu gergajian di wilayah provinsi Sumatera Utara. volume yang dipasarkannya mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun (Dephutbun dan LPPM USU, 2000).
Jenis Kayu yang Diperdagangkan di Indonesia Beberapa jenis kayu yang sering dipakai di industri-industri penggergajian
dan pengerjaan kayu adalah damar (Agathis alba), meranti merah (Shorea leprosula) dan durian (Durio zibethinus). Sifat pemesinan kayu yang baik dan mudah diolah serta kualitas hasil pengolahan yang baik adalah alasan banyak pengusaha indutri dan masyarakat gemar memakai jenis kayu ini. Sebagaimana diketahui bahan ketersediaan kayu semakin menurun baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1980-an kayu bangunan didominasi jenis-jenis kayu tertentu seperti kapur, kempas, jati, merbau, ulin yang termasuk jenis-jenis kayu kelas kuat dan kelas awet cukup (Rudi, 2002 dalam Sitorus, 2009).
27
Universitas Sumatera Utara

Menurut Benny (1992), dalam perdagangan kayu umumnya mempunyai ukuran-ukuran tertentu yang biasanya banyak dipakai untuk bangunan rumah. Masing-masing bentuk dan ukuran dikenal dengan nama-nama sebagai berikut :
1. Balok : mempunyai ukuran tinggi lebih besar dari lebarnya, biasanya terbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar, misalnya (cm) 6 x 12, 6 x 15, 8 x 12, 8 x 14, 10 x 10, 12 x 12.
2. Papan : berupa lembaran tipis yang lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya misalnya (cm) 2 x 20, 3 x 20, 3 x 35.
3. Ram : yaitu papan untuk membuat rangka daun pintu dengan ukuran (cm) 3 x 10, 3 x 12.
4. Kaso/usuk : yaitu balok kecil dengan ukuran (cm) 4 x 6, 5 x 7. 5. Reng : yaitu kecil dengan ukuran (cm) 2 x 3. 6. Plepet : kayu kecil dengan ukuran (cm) 1 x 3, 1 x 5, biasanya untuk klem
kaca pada kusen jendela atau lis penutup sambungan langit-langit/ plafoon. Panjang dari ukuran di atas sudah tertentu, yang banyak dijumpai adalah 1 sampai 3 meter, 3 sampai 4 meter sudah jarang, lebih dari 4 meter sudah sulit dicari dan seandainya ada biasanya harganya mahal.
Menurut Benny (1992) berbagai jenis kayu yang banyak dipakai sebagai bahan bangunan, diantaranya:
1. Kayu jati: cocok untuk pintu dan jendela, mebel, konstruksi berat terutama yang tidak terlindungi.
2. Kayu kalimantan: jenisnya: kamper, kruing, bangkirai, meranti, laban dan sebagainya. Cocok untuk segala macam konstruksi bangunan terutama yang terlindung dari pengaruh panas dan air.
28
Universitas Sumatera Utara

3. Kayu glugur (kelapa): masih banyak dipakai untuk membuat kuda-kuda rumah, terutama pohonnya yang sudah benar-benar tua.
4. Kayu nangka, sawo, mahoni, rasamala: masih banyak digunakan rumahrumah di desa. Menurut Martawijaya, et. al., (1995) ada 30 jenis kayu perdagangan
diantaranya agathis (Agathis spp.), balam (Shorea spp., dan Hopea spp.), bangkirai (Shorea leavis Ridi), bintangur (Calophylium spp.), durian (Durio spp.) eboni (Diospyros celebica), gerunggang (Cratoxylon arbosences BI), jati (Tectona grandis L.F.), jelutung (Dyera spp.), kapur (Dryobalanops spp.), kruing (Dipterogarpus spp.), mahoni (Swietenia spp.), matoa (Bonietia spp.), medang (semua family Lauraceae kecuali genus Eusideroxylon), mentibu (Dactylocdalus stenotachys Oliv), meranti kuning (Shorea spp.), meranti putih (Shorea spp.), merawan (Hopea spp.), mersawa (Anisoptera spp.), nyantoh (Ganua sp., Plaquium spp.), pulai (Alstonis spp.), ramin (Gonystylus spp.), rengas (Gluta spp.), resak (Vatica spp.), sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb), sonokembang (Ptrecarpus indicus Willd), sungkai (Peronenomons canescens Jack).
Keawetan dan Kekuatan Kayu Kelas kuat kayu di Indonesia dibagi ke dalam 5 kelas (seperti disajikan
pada Tabel 5) yang diterapkan menurut berat jenisnya. Berat jenis dalam hal ini adalah perbandingan berat dan volume kayu dalam keadaan kering udara dengan kadar air sekitar 15% (Yap, 1964 dalam Sitorus, 2008).
29
Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Kelas kuat kayu menurut berat jenis kayu (BJ)

Kelas awet Berat jenis

Contoh kayu

I

2 – 0,90

bangkirai (Shorea leavis), eboni (Dyospiros

celebica), merbau (Intsia spp.) ulin (Euderoxylon

zwagerii), dll

II 0,90 – 0,60 rengas (Gluta rengas), meranti (Shorea spp.), dll

III 0,60 – 0,40 durian (Durio zibethinus), ramin (Gonystilus

bancanus)

IV 0,40 – 0,30 kemiri (Aleuyitus mollucana), perupuk

(Lophopetahan spp.)

V ≤ 0,30 pulai (Alstonia scholaris)

Sumber : Martawijaya, at. al., (1995)

Tingkat Keawetan

Pemakaian kayu tidak lepas dari kualitas kayu dalam hal ini kekuatan dan

keawetanya yaitu kelas kuat dan kelas awet kayu. Wiryamartono (1976) dalam

Sitorus (2009) menyebutkan bahwa yang menentukan tingkat keawetan kayu

adalah daya tahan kayu terhadap pengaruh perusakan oleh rayap-rayap, serangga

dan binatang-binatang kecil lainnya. Kelas awet kayu dibagi kedalam 5 kelas

seperti disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Tingkat kelas keawetan kayu

Tingkat kelas

A

B

(tahun) (tahun)

I 8 20

II 5 15

III 3 10

C (tahun)
Tak terbatas
Tak terbatas
Lama

IV Singkat Beberapa sekali tahun
V Singkat Singkat sekali sekali
Sumber : Martawijaya, at. al., (1995)

10-20 Singkat

Contoh kayu
Jati (Tectona grandis L.F.)
Bangkirai (Shorea leavis Ridi)
kruing (Dipterogarpus spp.)
Suren (Toona sureni)

Keterangan : A. : Kayu ditempatkan di tanah lembab B. :aKayu ditempatkan ditempat yang tidak terlindungi tetapi dicegah cimasuk air ke dalam C. : Kayu ditempatkan di tempat yang terlindungi

30
Universitas Sumatera Utara

Tingkat Pemakaian Menurut Martawijaya, at. al., (1995) tingkat pemakaian sesuatu kayu
menyatakan kecakapan kayu untuk suatu macam konstruksi. Dalam menentukan tingkat pemakaian tidak dipandang soal mengerjakan kayu serta mudah atau sukarnya pengolahan kayu itu. Kayu yang digunakan adalah kayu biasa atau dalam keadaan tidak diawetkan. Ada 5 macam tingkat pemakaian kayu yaitu :
1. Tingkat I dan II untuk keperluan konstruksi-konstruksi berat tidak terlindung dan terkena tanah lembab. Tingkat I diantanya adalah kayu jati, merbau, bangkirai. Tingkat II diantanya adalah merawan, rasamala dan sebagainya.
2. Tingkat III untuk keperluan konstruksi-konstruksi berat terlindung diantaranya adalah kruing, kamper, meranti.
3. Tingkat IV untuk keperluan konstruksi-konstruksi ringan yang terlindung yang termsuk dalam tingkat ini adalah suren, jerujing dan lain-lain.
4. Tingkat V untuk keperluan pekerjaan sementara.
Analisis Ekonomi Analisis ekonomi adalah proses kekuatan dan kelemahan suatu ekonomi
dianalisis. Analisis ekonomi adalah penting untuk memahami kondisi ekonomi yang tepat (Alam et. al., 2009).
Menurut Aziz (2003) untuk mengetahui tingkat kelayakan dari berbagai produk hal yang dilakukan adalah menganalisis biaya dan pendapatan. Setelah mengetahui biaya dan pendapatan dilanjutkan dengan pemakaian metode R/C Ratio dan Break Event Point (BEP).
31
Universitas Sumatera Utara

a. Analisis biaya dan pendapatan Dalam analisis biaya dan pendapatan dilakukan perhitungan biaya
produksi total (biaya tetap total dan biaya variabel total). Setelah mengetahui biaya produksi dihitung penerimaan dan keuntungan.
Menurut Aziz (2003) rumus perhitungan biaya produksi, penerimaan dan keuntungan adalah sebagai berikut: a. Biaya produksi: TC = TFC + TVC Penerimaan: TR = P.Q Keuntungan = TR – TC Keterangan:
TC = total cost (biaya total) TFC = total fixed cost (biaya tetap total ) TVC = total variabel cost (biaya tidak tetap total) TR = total revenue (penerimaan total) P = price per unit (harga jual per unit) Q = quantity (jumlah produksi) b. Revenue Cost Ratio (R/C) Metode R/C merupakan perbandingan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Menurut Kuswadi (2006) untuk menghitung R/C dapat dirumuskan sebagai berikut.
RC = TR TC
Keterangan: TR = total revenue (penerimaan total) TC = total cost (biaya total)
Kriteria penilaian R/C: R/C < 1 = produk tidak layak secara ekonomi R/C > 1 = produk layak secara ekonomi
32
Universitas Sumatera Utara

c. Pendekatan Break Event Point (BEP) Analisis break event point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk
menemukan satu titik, dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Menurut Aziz (2003) perhitungan BEP (konsep titik impas) dapat dilakukan dengan dua rumus yaitu: BEP Biaya Produksi = Biaya Total
Harga Produk BEP Harga Produksi = Biaya Total
Total Produksi
33
Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di industri kayu sekunder panglong yang tersebar
pada 6 kecamatan di Kota Padangsidimpuan. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai Januari 2013.

Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah seluruh jenis kayu yang ada di panglong
terpilih Kota Padangsidimpuan dan kuisioner. Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah alat tulis, data form, kamera, kalkulator.

Pengambilan Data

1. Pengambilan data industri kayu sekunder panglong yang ada di Kota

Padangsidimpuan dilaksanakan melalui sensus di setiap kecamatan yang ada

di Kota Padangsidimpuan. Data ini meliputi: nama industri, jenis kayu yang

diperdagangkan, produk (sortimen) dan alamat seperti disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Tally Sheet untuk Jenis kayu yang diperdagangkan di setiap

Kecamatan.

Nama

Jenis kayu Produk

Alamat Keterangan

No. industri

1.

2.

3.

4.

5.

6.

2. Dari hasil sensus dipilih industri kayu sekunder di Kota Padangsidimpuan,

dipilih industri kayu yang lebih besar jumlah pekerjannya untuk mewakili

setiap kecamatan dengan intensitas 27% dari jumlah keseluruhan industri.

Sesuai dengan Cochran (1991) menyatakan bahwa penarikan sampel secara 34

Universitas Sumatera Utara

acak sederhana adalah sebuah metode untuk memilih sampel unit dari populasi sehingga setiap elemen dari populasi yang berbeda mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. 3. Selanjutnya perusahaan–perusahaan yang telah terpilih dikunjungi untuk dimintai ketersediaanya untuk wawancara terbimbing. 4. Mengisi bahan kusioner (lampiran 4) oleh peneliti dengan metode wawancara terbimbing. 5. Hasilnya ditabulasikan dan dideskripsikan dengan bagan alir penelitian seperti disajikan pada Gambar 1.
Sensus panglong di 6 kecamatan
Penentuan jumlah sampel (industri kayu sekunder panglong) yang mewakili dengan
intensitas 27% dari seluruh populasi.
Industri kayu sekunder yang bersedia diwawancara terbimbing
Mengisi kusioner dengan metode terbimbing

Ditabulasikan

Data Dideskripsikan

Analisis Data
Gambar 1. Bagan alir pengambilan data
35

Universitas Sumatera Utara

Metode Analisis Ekonomi

1. Pengambilan data untuk analisis ekonomi diperoleh secara langsung melalui

wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan

(kuisioner) yang dibuat terlebih dahulu. Data meliputi: investasi modal awal

(mesin, peralatan, sewa bangunan), biaya pembelian bahan baku, biaya tenaga

kerja, biaya produksi, biaya perawatan, biaya terbuang, biaya penjualan, biaya

overhead (biaya lain-lain), pendapatan, dan keuntungan.

2. Selanjutnya data dianalisis dengan 3 cara sebagai berikut :

a. Biaya produksi: TC = TFC + TVC

Penerimaan: TR = P.Q

Keuntungan = TR – TC

Keterangan: TC TFC TVC TR P Q

= total cost (biaya total) = total fixed cost (biaya tetap total ) = total variabel cost (biaya tidak tetap total) = total revenue (penerimaan total) = price per unit (harga jual per unit) = quantity (jumlah produksi)

b. Revenue Cost Ratio (R/C)

Metode R/C merupakan perbandingan penerimaan dengan biaya yang

dikeluarkan. Menurut Kuswadi (2006) untuk menghitung R/C dapat

dirumuskan sebagai berikut.

RC = TR TC

Keterangan: TR TC

= total revenue (penerimaan total) = total cost (biaya total)

36
Universitas Sumatera Utara

Kriteria penilaian R/C: R/C < 1 = produk tidak layak secara ekonomi R/C > 1 = produk layak secara ekonomi c. Pendekatan Break Event Point (BEP)
Analisis break event point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik, dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Menurut Aziz (2003) perhitungan BEP (konsep titik impas) dapat dilakukan dengan dua rumus yaitu: BEP Biaya Produksi = Biaya Total
Harga Produk BEP Harga Produksi = Biaya Total
Total Produksi
37
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Industri Panglong di Kota Padangsidimpuan

Industri kayu sekunder panglong di Kota Padangsidimpuan dapat

ditemukan di seluruh kecamatan yang ada. Industri kayu sekunder ini berjumlah

62 unit tersebar di 6 kecamatan di Kota Padangsidimpuan yang

memperdagangkan hasil hutan berupa kayu dan produk olahan kayu jadi lainnya.

Keberadaan industri panglong di 6 kecamatan di Kota Padangsidimpuan disajikan

pada Tabel 8.

Tabel 8. Industri panglong di 6 Kecamatan di Kota Padangsidimpuan

No. Kecamatan

Jumlah Industri

1. Padangsidimpuan Angkola Julu

5

2. Padangsidimpuan Batunadua

9

3. Padangsidimpuan Hutaimbaru

8

4. Padangsidimpuan Selatan

17

5. Padangsidimpuan Tenggara

10

6. Padangsidimpuan Utara

13

Total

62

Berdasarkan kriteria pengambilan jumlah sampel dari intensitas sampel

27%. Menurut Cochran (1991) intensitas sampel secara acak sederhana adalah

sebuah metode untuk memilih sampel unit dari populasi sehingga setiap elemen

dari populasi yang berbeda mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih.

untuk hasil penelitian yang didapatkan dari 62 unit di 6 kecamatan di Kota

Padangsidimpuan maka terdapat 17 industri yang mewakili semua industri. Pada

Tabel 9 disajikan industri panglong yang mewakili tiap kecamatan.

38
Universitas Sumatera Utara

Tabel 9. Industri panglong yang mewakili tiap kecamatan

No. Nama Kecamatan

Nama Industri yang Mewakili

Jumlah Industri yang Mewakili

1. Padangsidimpuan UD. Harapan

3

Angkola Julu

UD. Parlagutan

UD. Surya

2. Padangsidimpuan UD. Batang Ayumi jaya

4

Batunadua

UD. Diana Sari

UD. Nanda

UD. Sonatha

3. Padangsidimpuan UD. Bukit Mas

3

Hutaimbaru

UD. Mandiri Lestari

UD