16 5.
Untuk mengetahui perbuatan lima pengguna internet di HU Pikiran Rakyat Bandung dalam meyakinkan dirinya bahwa informasi yang diperoleh di
internet benar-benar bernilai sehingga mendorongnya untuk mengakses in- formasi yang produktif. Penelitian ini juga untuk mengetahui bagaimana
mereka meyakinkan dirinya bahwa informasi yang akan diperolehnya kon- traproduktif, sehingga mendorongnya menghindar mengaksesnya.
6. Untuk mengembangkan model pembelajaran multimedia yang dapat men-
jadikan pengguna internet mampu mengakses informasi yang bernilai dan menghindari informasi yang kontraproduktif.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik secara teoretis mau- pun praktis.
1. Manfaat Teoretis. Penelitian ini diharapkan mampu melahirkan konsep
baru tentang kiat memperoleh nilai tertinggi dan menghindari nilai yang kontraproduktif yang dihadirkan multimedia. Konsep tersebut diperoleh
dari hasil analisis terhadap informasi yang diperoleh dari para informan yang telah berhasil mengalami melek media media literacy. Kiat dan
konsep tersebut kemudian disusun menjadi konsep model pembelajaran untuk mengembangkan model pembelajaran yang selama ini ada, sehingga
dapat menjadi panduan bagi generasi berikutnya agar mereka tidak lagi terjebak ke dalam akses informasi yang kontraproduktif.
2. Manfaat Praktis. Secara praktis, konsep yang disusun dari pengalaman
para informan dapat menjadi bahan ajar bagi para pengguna internet dan
17 pengguna multimedia yang lain untuk tidak terjebak ke dalam arus infor-
masi yang tidak bermanfaat, sehingga pengguna multimedia dapat meng- akses informasi secara lebih efektif tanpa harus melewati fase trial and
error sebagaimana para pendahulunya. Bagi HU Pikiran Rakyat, penemuan penelitian ini dapat menjadi ma-
sukan bagi pengembangan perusahaan media, khususnya dalam pengem- bangan media konvergensi yang memadukan antara media cetak dengan
media digital. Di samping itu, kiat yang disusun dari hasil pengalaman para informan
dapat disusun menjadi model pembelajaran multimedia. Model ini kemu- dian dapat disusun menjadi model pembelajaran dalam bentuk kursus mul-
timedia, workshop, atau bahkan dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah.
E. Paradigma Penelitian dan Diagram Alir Penelitian
Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan Thomas Kuhn 1962 dan kemudian dipopulerkan Robert Friedrichs 1970. Menurut Kuhn, paradigma
adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang
spesifik. Definisi tersebut dipertegas oleh Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok per-
soalan yang semestinya dipelajari Siregar, 2008. Patton sebagaimana dikutip Lincoln dan Guba 1985:15 mendefinisikan
paradigma dengan:
18 A paradigm is a world view, a general perspective, a way of breaking
down the complexity of the real world. As such, paradigms are deeply embedded in the socialization of adherents and practitioners: paradigms
tell them what is important, legitimate, and rasionable. Paradigms are also normative, telling the practitioner what to do without the necessity of
long existential or epistemological consideration. But it is this aspect of paradigms that constitutes both their strength and their weakness –their
strength in that it makes action possible, their weakness in that the very reason for action is hidden in the unquestioned assumptions of the para-
digm. Patton, 1978:203
Bagi Patton, paradigma merupakan pandangan tentang dunia, perspektif umum, cara memecahkan kompleksitas persoalan dunia yang sebenarnya. De-
ngan demikian, paradigma tertanam secara mendalam dalam sosialisasi para pengikut dan praktisi. Paradigma menyatakan apa yang penting, boleh, dan
beralasan. Paradigma bersifat normatif, memberi tahu praktisi apa yang harus dilakukan tanpa harus mempertimbangkan epistemologi ektensial. Namun ini-
lah yang merupakan kekuatan dan kelemahan paradigma. Kekuatannya, me- mungkinkan suatu kegiatan terlaksana, kelemahannya adalah bahwa alasan
kegiatan itu tersembunyi di balik asumsi yang tidak perlu dipertanyakan kebe- narannya.
Implikasinya, penelitian memiliki dua paradigma besar yang seringkali di- pertentangkan, naturalistik atau kualitatif dan konvensional atau eksperimen-
tal. Alwasilah: 2003:78. Penelitian berjudul ”Pengembangan Model Pembe- lajaran Multimedia Melalui ’Valuing Process’ Menuju Masyarakat Melek Me-
dia” ini termasuk penelitian naturalistik atau kualitatif. Oleh karena itu, para- digma yang digunakan mengikuti aturan main yang digunakan dalam peneliti-
an kualitatif.
19 Mengutip Lincoln dan Guba, Alwasilah 2003:78-79 mengungkapkan 14
poin paradigma penelitian kualitatif. Yaitu, 1 natural settings latar tempat dan waktu penelitian yang alamiah, 2 humans as primary data-gathering
instruments manusia atau peneliti sendiri sebagai instrumen pengumpul data primer, 3 use of tacit knowledge penggunaan pengetahuan yang tidak
eksplisit, 4 qualitative methods metode kualitatif, 5 purposive sampling pemilihan sampel penelitian secara purposif, 6 inductive data analysis
analisis data secara induktif atau buttom up, 7 grounded theory teori dari- dasar yang dilandaskan pada data secara terus menerus, 8 emergent design
cetak biru penelitian yang mencuat dengan sendirinya, 9 negotiated out- comes hasil penelitian yang disepakati oleh peneliti dan responden, 10
case-study reporting modes cara pelaporan penelitian gaya studi kasus, 11 idiographic interpretation tafsir idiografik atau kontekstual, 12 tentative
aplication of findings penerapan tentatif dari hasil penelitian, 13 focus- determined boundaries batas dan cakupan penelitian ditentukan oleh fokus
penelitian, 14 dan special criteria for trustworthiness mengikuti kriteria khusus untuk menentukan keterpercayaan dan mutu penelitian.
20
PENELITIAN ETNOGRAFI
VALUING PROCESS
TEORI MODEL
PEMBELAJARAN TREATMEN
PENDUDUK ASLI
Paradigma penelitian ini dapat dijelaskan dalam diagram berikut:
DIAGRAM 1.1
Paradigma Penelitian
21 Sedangkan diagram alir penelitian digambarkan sebagai berikut:
DIAGRAM 1.2
Diagram Alir Penelitian F.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode et- nografi. Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan.
Tujuan utama aktivitas ini adalah memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Spradley:1979:3. Menurut Malinowski da-
lam Spradley, 1979:3, tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pan-
22 dangan mengenai dunianya. Oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan
aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mende- ngar, berbicara, berpikir, dan bertindak dengan cara yang berbeda. Tidak
hanya mempelajari masyarakat, lebih dari itu etnografi berarti belajar dari masyarakat.
Informan yang menjadi penelitian etnografi ini adalah lima orang yang sudah melek media media literate yang mampu menghindari mengakses,
mengunduh, dan mengunggah informasi yang tidak bermoral, seperti porno- grafi dan informasi yang kontraproduktif lainnya yang bekerja di HU
Pikiran Rakyat Bandung, Jawa Barat. Dengan penelitian etnografi, peneliti berupaya memperhatikan makna tindakan dari kejadian yang menimpa
orang yang ingin peneliti pahami. Sebagaimana dikemukakan Spradley 1979:5, beberapa makna ini terekspresikan secara langsung dalam bahasa;
dan banyak yang diterima dan disampaikan hanya secara tidak langsung melalui kata dan perbuatan. Tetapi dalam setiap masyarakat, orang tetap
menggunakan sistem makna yang kompleks untuk mengatur tingkah laku mereka, untuk memahami diri mereka sendiri dan untuk memahami orang
lain, serta untuk memahami dunia di mana mereka hidup. Sistem makna merupakan kebudayaan mereka, apalagi etnografi selalu mengimplikasikan
teori kebudayaan. Konsep kebudayaan sendiri, menurut Marvin Harris, dalam Spradley,
1979:5 ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan de- ngan kelompok masyarakat tertentu seperti adat custom, atau cara hidup
23 masyarakat. Menurut Spradley 1979:5, pola tingkah laku, adat, pandangan
hidup masyarakat, semua dapat didefinisikan, diinterpretasikan dan dides- kripsikan dari berbagai perspektif. Karena tujuan dalam etnografi adalah
”memahami sudut pandang penduduk asli”, maka perlu didefinisikan konsep kebudayaan dengan cara yang merefleksikan tujuan itu.
Spradley 1979:5 pun mendefinisikan kebudayaan ini merujuk pada pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk menginterpretasi-
kan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial. Penelitian terhadap para pengguna internet yang sudah melek media ini
menggunakan alur penelitian maju bertahap developmental research pro- cess. Sebagaimana dikemukakan Spradley 1979:45-216, terdapat 12 lang-
kah dalam melakukan penelitian etnografi ini. Langkah 1, menetapkan infor- man; Langkah 2, mewawancarai informan; Langkah 3, membuat catatan et-
nografis; Langkah 4, mengajukan pertanyaan deskriptif; Langkah 5, melaku- kan analisis wawancara etnografis; Langkah 6, membuat analisis domain;
Langkah 7, mengajukan pertanyaan struktural; Langkah 8, membuat analisis taksonomik; Langkah 9, mengajukan pertanyaan kontras; Langkah 10, mem-
buat analisis komponen; Langkah 11, menemukan tema budaya; dan langkah 12, menulis etnografi.
24 Berikut digambarkan metodologi penelitian etnografis tersebut:
Sumber: Spradley, 1979 Diadaptasi
GAMBAR 1.1 Metode Penelitian
Salah satu strategi paling penting dalam penelitian etnografi adalah mulai menulis sejak awal, kata Spradley 1997:42. Sebab, menulis di sam-
ping merupakan tindakan komunikasi, juga melibatkan proses berpikir dan menganalisis. Begitu peneliti menulis, peneliti memperoleh wawasan, meli-
hat hubungan, dan memunculkan berbagai pertanyaan untuk penelitian. Jika etnografer baru memulai menulis sampai data sudah terkumpul, maka terlalu
terlambat untuk mengikuti beberapa pedoman penting dalam membuat tu-
25 lisan. Alasan lain untuk menulis sejak awal adalah untuk menyederhanakan
tugas. Kebanyakan orang merenungkan tugas menulis sebuah laporan yang terdiri atas tiga puluh halaman sebagai hal yang berat; menulis laporan yang
terdiri atas tiga halaman tampaknya jauh lebih mudah.
G. Lokasi Penelitian dan Informan