8
BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
Identifikasi permasalahan yang dilakukan pada keluarga Bapak Pan Mindri dilakukan melalui observasi dan pendekatan kekeluargaan. Penulis datang
bertamu ke rumah Bapak Pan Mindri dan interaksi dilakukan dengan santai seperti berbincang-bincang biasa sambil mengamati suasana rumah Bapak Pan Mindri.
Topik yang dibicarakan tidak kaku hanya menurut pada acuan laporan namun cenderung lebih fleksibel mengenai keseharian keluarga Bapak Pan Mindri.
2.1 Permasalahan Keluarga
Kurun waktu satu bulan pendampingan, Penulis melakukan 15 kali pertemuaan dengan keluarga Bapak Pan Mindri. Pertemuan-pertemuan
tersebut digunakan untuk melakukan identifikasi masalah dan mencoba menyusun suatu solusi pemecahan dari masalah yang dihadapi, beberapa
masalah yang dihadapi keluarga ini adalah sebagai berikut: 2.1.1 Masalah Perekonomian Keluarga
Jika dilihat dari sisi perekonomian keluarga, salah satu hal yang dikhawatirkan oleh Bapak Pan Mindri adalah terkait kelangsungan
hidup sehari-hari. Penghasilan yang terkadang tidak menentu karena dipengaruhi cuaca dan beberapa perubahan saat proses pengerjaan
proyek suatu bangunan juga membuat kekhawatiran tersendiri bagi Bapak Pan Mindri. Bahkan jika sedang terdesak, keluarga Bapak Pan
Mindri tak jarang berhutang untuk dapat meneruskan hidup. Kalau tidak begitu, Bapak Pan Mindri juga menjual sapinya sekali dalam
setahun untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. 2.1.2 Masalah Kesehatan
Untuk isu terkait kesehatan, penulis tidak menemukan suatu indikasi suatu penyakit parah yang dialami oleh keluarga Bapak Pan
Mindri. Namun, dari sisi penulis menangkap keluhan kesehatan yang dialami oleh keluarga Bapak Pan Mindri, khususnya Beliau dan
istrinya adalah terkait kelelehan fisik dan tekanan psikis. Untuk kelelahan fisik, sudah dapat dipastikan dialami oleh Beliau dan
9 istrinya mengingat jenis pekerjaan yang dilakoni tergolong
membutuhkan aktivitas fisik yang banyak. Pada pagi hari sampai sore Bapak Pan Mindri pergi ke ladang untuk bertani. Sore harinya, Bapak
Pan Mindri harus pergi ke Simantri untuk memberi makan lima ekor sapi dan satu ekor babinya. Apalagi, beliau mengaku baru saja terjatuh
sehingga pinggangnya sedikit sakit. Tekanan psikisnya terkait dengan hutang kepada orang lain.
Selain aspek pekerjaan kelelahan fisik dan tekanan psikis, hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengenai asupan gizi pada
keluarga Bapak Pan Mindri. Menurut pengakuan kerabatnya, keluarga Bapak Pan Mindri sehari-hari hanya makan nasi dengan sayur.
Mereka hanya makan daging apabila sedang musim ikan. Hal tersebut tentu perlu diperhatikan mengingat Bapak Pan Mindri dan istrinya
memiliki pekerjaan dengan aktivitas yang berat sehingga harus memiliki asupan gizi yang cukup.
Di sisi lain Penulis merasa terdapat masalah lain yang berpotensi mengganggu kesehatan Bapak Pan Mindri adalah kurangnya
ketersediaan air, padahal status MCK rumah Bapak Mindri baik. Hal ini akan berkaitan dengan higienitas
yang nantinya akan mempenguruhi kualitas kesehatan keluarga Bapak Pan Mindri.
2.1.3 Masalah Penataan Bangunan Terkait masalah penataan bangunan, berdasarkan observasi yang
dilakukan Penulis, penataan bangunan di rumah Bapak Pan Mindri sebenarnya cukup baik jika dilihat dari luas lahan rumah Beliau.
Rumah Bapak Pan Mindri terdiri dari dua bangunan permanen, satu bangunan semi permanen, dan satu bangunan yang diruntuhkan.
Kedua bangunan permanen berlantai keramik dan beratap genteng tanah liat. Bangunan tersebut terdiri dari dua kamar, kamar pertama
merupakan kamar tidur untuk Bapak Pan Mindri dan istrinya, ruangan tersebut juga merangkap sebagai ruang keluarga karena terdapat TV.
Sedangkan kamar yang satunya lagi adalah kamar yang ditempati
10 anak Bapak Pan Mindri. Ruangannya cukup kecil namun kurang
tertata dan bersih. Bangunan kedua merupakan dapur, kamar mandi, dan dua
ruangan yang digunakan sebagai gudang. Dapurnya dilengkapi dengan kompor gas, wastafel, dan ventilasi yang cukup. Kamar mandi juga
sudah dikeramik, dilengkapi dengan bak mandi dan jamban. Untuk bangunan ketiga yang merupakan bangunan semi permanen
merupakan rumah yang ditinggali oleh keluarga Bapak Gede Soma. Bapak ini merupakan keponakan dari Bapak Pan Mindri. Menurut
penulis, rumah Bapak Gede Soma kurang layak ditempati karena masih menggunakan batako sederhana dengan lantai semen. Beliau
mengaku tidak sempat mengusulkan rumahnya untuk dibedah rumah karena beliau telah 8 tahun merantau ke Lampung untuk bekerja.
Sedangkan bangunan terakhir merupakan bangunan permanen yang diruntuhkan karena materialnya digunakan untuk membangun rumah
keponakan Bapak Pan Mindri yang juga masih berdekatan dengan rumah Bapak Pan Mindri.
2.2 Masalah Prioritas