Perilaku Komunikasi Perawatan Di RSUD Cibabat (Studi Fenomenologi Mengenai Perilaku Komunikasi Perawatan Dalam Melayani Pasien di Kelas VIP RSUD Cibabat di Kota Cimahi)

(1)

ii

1. Karya tulis ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Ahli Madya, Sarjana, Master dan Doktor) baik di Universitas Komputer Indonesia maupun Perguruan Tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan dan rumusan penelitian Saya sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dari tim pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dan jelas ditemukan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka Saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini serta sanksi lainnya dengan norma yang berlaku di Perguruan Tinggi.

Bandung, Maret 2015

Luthfi Herfianto NIM. 41809791


(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN

PERILAKU KOMUNIKASI PERAWAT DI RSUD CIBABAT (Studi Fenomenologi Mengenai Perilaku Komunikasi Perawat Dalam

Melayani Pasien di Kelas VIP RSUD Cibabat di Kota Cimahi)

LUTHFI HERFIANTO NIM. 41809791

Telah disetujui dan disahkan di Bandung sebagai Skripsi pada tanggal : Bandung, Maret 2015

Menyetujui, Pembimbing

Drs. Manap Solihat, M.Si NIP. 4127 35 30 007

Mengetahui, Dekan FISIP

Universitas Komputer Indonesia

Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA NIP. 4127.70.00.014

Ketua Progam Studi Ilmu Komunikasi

Melly Maulin P, S.Sos., M.Si NIP. 4127.35.30.004


(3)

v

Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya, yang telah meridoi segala jalan dan upaya peneliti dalam menyelesaikan proposal penelitian ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam melakukan penelitian ini tidak sedikit peneliti mengahadapi kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non-teknis. Namun atas izin Allah SWT. juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan,serta dukungan yang peneliti terima baik secara langsung maupun yang tidak langsung dari berbagai pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya peneliti tunjukan kepada orang tua yang selalu membantu dan memberikan dukungan baik secara moral, spritual, dan mental serta doa kepada peneliti hingga detik ini. doa ananda dapat membahagiakan Mamah dan Bapak serta menjadi seperti yang Mamah dan Bapak harapkan untuk menjadi manusia yang berguna setidaknya untuk hidup ananda sendiri.

Melalui kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan rasa hormat, terima kasih dan penggahargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor, beserta jajarannya yang telah menyediakan gedung demi menunjang perkuliahan yang melahirkan para kalangan intelektual.


(4)

vi

2. Yth. Bapak Prof. DR. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian ini dan mengeluarkan surat pengantar penelitian.

3. Yth. Ibu Melly Maulin P, S.Sos., M.Si selaku ketua Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan dorongan dan motivasinya kepada peneliti selama berkuliah di UNIKOM.

4. Yth. Bapak Sanggra Juliano M.I.Kom selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komnikasi yang telah memberikan ilmu dan memberi semangat kepada peneliti selama berkuliah di UNIKOM.

5. Yth. Bapak Inggar Prayoga M.I.Kom selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan nasihat, semangat dan arahan kepada peneliti demi kelancaran dalam melakukan penelitian.

6. Yth.Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si, selaku Dosen pembimbing yang selalu sabar dalam membimbing peneliti dan telah banyak memberikan ilmunya serta bimbingannya selama dalam menyusun Skripsi.

7. Yth. Ibu Desayu Eka Surya S.Sos,.M.Si selaku Ketua dan Penguji dalam sidang skripsi penelitian ini, yang telah memberikan motivasi kepada peneliti untuk terus lebih baik.

8. Yth. Bapak Olih Solihin M.I.Kom Selaku Penguji Sidang Skripsi Penulis atas Ilmu, motivasi, serta nasehatnya kepada penulis.

9. Yth. Bapak Adiyana Slamet S.Ip., M.Si, dan kepada seluruh Dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan arahan-arahan kepada penulis selama ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, juga telah memberikan Ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.

10.Yth. Mbak Astri Ikawati, A Md.Kom, selaku sekertariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang mengurus semua keperluan administrasi dan seluruhnya selama peneliti melakukan penyusunan Skripsi.

11.Yth. Staff dan karyawan Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan informasi-infomasi yang berkaitan dengan perkuliahan.


(5)

vii

13.Yth. Ibu Evi Kustiawati, Kep,Ners yang telah memberikan informasinya pada saat penelitian.

14.Keluarga Besar Dulibon yang selalu dapat memotivasi satu sama lain.

Dan untuk seluruh pihak yang terlibat dan membantu peneliti dalam menyelesaikan proposal penelian ini yang tidak bisa disebutkan satu-persatu peneliti ucapkan terima kasih. peneliti menyadari bahwa dalam melakukan penelitian ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sisi, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penelitian ini, dan penelitian ini selanjutnya dimasa yang akan datang. Akhir kata peneliti berharap agar hasil penelitian ini memberikan manfaat bagi peneliti khusunya dan pembaca lain umumnya.

Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin

Wassalamualaikum. Wr.Wb.

Bandung, Februari 2015 Peneliti,

Luthfi Herfianto NIM : 41809791


(6)

119 Daftar Pustaka

Buku

A Devito, Joseph. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tanggerang Selatan: Karisma Publishing Group.

Ardianto, Elvinaro & Bambang Q-Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Book, Cassandra L.: 1980. Human Communication: Principles, Contexts, and Skills. New York. St. Martin's Press.

Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT Raja Grasindo. Effendy, Onong Uchjana. 2000. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju. ---. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

---. 2004. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Cetakan Ketiga. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Hersey, P. dan Blanchard, K. H. 1988. Management of Organizational Behavior. New Jersey. Prentice Hall.

Ichwanuddin. Personal Communication, 24 Desember 2008.

Jalaluddin Rakhmat. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. ---. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:

Remaja Rosdakarya. Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Notoatmodjo. Soekidjo. 2003. Pendidikan an Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Rogers, Everett M.1986. Communication Technology. New York: Free Press.

Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sendjaja, Djuarsa, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


(7)

Suranto, A.W. 2005. Komunikasi Perkantoran. Edisi 1. Yogyakarta: Media Wacana.

Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Rineka Cipta.

Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Manual Komunikasi Efektif Dokter-Pasien.

Internet Searching

Peneliti dirawat pada bulan februari tahun 2011 untuk mendapatkan data mentah.

Priharjo, 1995, Praktik Keperawatan Profesional Konsep Dasar dan Hukum, EGC, Jakarta hal. 18

Peran dan fungsi perawat rumah sakit

http://nerskholidrosyidimn.blogspot.com/2012/08/pengertian-perawat-dan-keperawatan.html. Diperoleh tanggal 12 November 2014

http://giz-net.org: Indonesia Nutrition Network, Model Praktik perawatan Profesional diakses tanggal 16 Desember 2014

Profil RSUD Cibabat Kota Cimahi

http://rumah-sakit.findthebest.co.id/l/1742/RSU-Cibabat . Diperoleh tanggal 17 November 2014

Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Manual Komunikasi Efektif Dokter-Pasien

C. SUMBER LAIN

- Data arsip Rumah Sakit Cibabat Kota Cimahi. - Data Peneliti 2014

- Data peneliti 2015


(8)

121

D. PENELITIAN TERDAHULU

1. Ria Dwi Mutiara 2013. Skripsi : judul “PERILAKU KOMUNIKASI SALES PROMOTION GIRL PROVIDER XL AXIATA“

2. Annisa Saputri, UNIKOM 2013. Skripsi : judul “PERILAKU KOMUNIKASI MAHASISWA TIPE KEPRIBADIAN SANGUINIS DI KOTA BANDUNG”.

3. Mohamad Reza Supriatna, UNIKOM 2013. Skripsi : judul “Perilaku Komunikasi Dokter Muda (KOAS) : (Studi Fenomenologi Tentang Perilaku Komunikasi Dokter Muda Kepada Para Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah R.Syamsudin S.H. Kota Sukabumi)”.


(9)

viii

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... ... 8

1.2.1 Pertanyaan Makro ... ... 8

1.2.2 Pertanyaan Mikro ... ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... ... 9

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... ... 9


(10)

ix

1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti ... 10

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Universitas ... 10

1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat/Pemerintah ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... ... 11

2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... ... 11

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi ... .... 13

2.1.2.1 Komponen-komponen Komunikasi ... ... 15

2.1.2.2 Konteks Komunikasi ... ... 16

2.1.2.3 Proses Komunikasi ... ... 18

2.1.2.4 Karakteristik Komunikasi ... ... 19

2.1.2.5 Fungsi Komunikasi ... ... 20

2.1.2.6 Tujuan Komunikasi ... ... 22

2.1.3 Tinjauan Tentang Perilaku ... ... 23

2.1.3.1 Pengertian Perilaku ... ... 23

2.1.3.2Bentuk Perilaku ... ... 24

2.1.3.3 Klasifikasi Perilaku ... ... 24

2.1.4 Tinjauan Tentang Perilaku Komunikasi ... ... 25

2.1.4.1 Pengertian Perilaku Komunikasi ... 25

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi ... ... 27

2.1.5.1 Definisi Komunikasi Antar Pribadi ... ... 27

2.1.5.2 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi ... ... 28


(11)

x

2.1.6.2 Faktor Situasional ... ... 34

2.1.7 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal ... ... 35

2.1.7.1 Definisi Komunikasi Verbal ... 35

2.1.7.2 Jenis Bahasa Verbal ... ... 36

2.1.7.3 Tatabahasa Verbal ... ... 37

2.1.7.4 Fungsi Bahasa ... ... 37

2.1.7.5 Keterbatasan Bahasa ... ... 38

2.1.8 Tinjauan Tentang Komunikasi Nonverbal ... ... 40

2.1.8.1 Definisi ... ... 40

2.1.8.2 Ciri-Ciri Umum ... ... 41

2.1.8.3 Klasifikasi ... ... 42

2.1.8.4 Fungsi ... ... 45

2.1.8.5 Tujuan ... ... 46

2.1.8.6 Jenis ... ... 47

2.1.9 Tinjauan Tentang Fenomenologi ... ... 47

2.1.9.1 Pengertian Fenomenologi ... ... 47

2.1.9.2 Keragaman Fenomenologi ... ... 48

2.2 Kerangka Pemikiran ... ... 49

2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... ... 49


(12)

xi

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ... 56

3.1.1 Sejarah RSUD Cibabat ... 56

3.1.2 Visi Misi RSUD Cibabat ... 57

3.1.3 Dasar Hukum RSUD Cibabat ... 57

3.1.4 Makna Lambang RSUD Cibabat ... 58

3.1.5 Pengertian Perawat ... 60

3.1.5.1 Peran Perawat ... 60

3.1.5.2 Pengertian Pasien ... 66

3.2 Metode Penelitian ... 66

3.2.1 Desain Penelitian ... 67

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 69

3.3.1 Studi Lapangan ... 69

3.3.2 Studi Kepustakaan ... 72

3.3.3 Penentuan Informan ... 73

3.3.4 Teknik Analisis Data ... 75

3.3.5 Uji Keabsahan Data ... 79

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 80

3.4.1 Lokasi Penelitian ... 80

3.4.2 Waktu Penelitian ... 80

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Profil Informan ... 90


(13)

xii

RSUD Cibabat Kota Cimahi ... 94 4.2.2 Penggunaan Komunikasi Nonverbal Perawat RSUD Kota

Cimahi ... 104 4.2.2.1 Penampilan Fisik Perawat di RSUD Cibabat ... 106 4.2.2.2 Penggunaan Bahasa Tubuh Perawat RSUD

Cibabat ... 107 4.3 Pembahasan ... 111 4.3.1 Penggunaan Komunikasi Verbal yang di lakukan Perawat

Dalam Melayani Pasien Kelas VIP ... 111 4.3.2 Penggunaan Komunikasi Nonverbal yang di lakukan

Perawat Dalam Melayani Pasien Kelas VIP ... 113 4.3.3 Perilaku Komunikasi yang dilakukan Perawat Dalam

Melayani Pasien kelas VIP ... 116 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 117 5.2 Saran ... 118 DAFTAR PUSTAKA ... 119 LAMPIRAN


(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Model Alur Kerangka Pemikiran ... ... 54

Gambar 3.1 Lambang Rumah Sakit ... ... 58

Gambar 3.2 Denah Rumah Sakit Uum Daerah Cibabat ... ... 60

Gambar 3.3 Komponen-Komponen Analisis Data : Model Kualitatif ... 77

Gambar 4.1 Model Komunikasi Verbal Perawat di RSUD Cibabat ... 112


(15)

xiv

Tabel 3.1 Tabel Informan ... 75

Table 3.2 Tabel Informan Pendukung ... 75

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian... 81

Tabel 4.1 Tabel lokasi dan Waktu Pengamatan ... 84

Tabel 4.2 Tabel lokasi dan waktu wawancara informan pendukung ... 84


(16)

PERILAKU KOMUNIKASI PERAWAT DI

RS. CIBABAT

(Studi Fenomenologi Mengenai Perilaku Komunikasi Perawat di RS. Cibabat Dalam Melayani Pasien di Kelas VIP

RS. Cibabat di Kota Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Sidang Sarjana Strata Satu (I) Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh :

LUTHFI HERFIANTO NIM. 41809791

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(17)

117 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Perilaku Komunikasi Perawat dalam Melayanai Pasien Kelas VIP RSUD Cibabat, maka peneliti menarik beberapa kesimpulan dibawah ini.

1. Komunikasi verbal perawat di RSUD Cibabat Kota cimahi, kebanyakan dari mereka menggunakan bahasa Indoensia yang formal maupun tidak formal ketika sedang merawat pasiennya. Pesan verbal disampaikan dalam bentuk bahasa bertujuan untuk memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya agar jelas dan untuk mempengaruhi perilaku perawat maupun pasiennya di dalam lingkungan yang terkontrol (rumah sakit).

2. Komunikasi nonverbal yang digunakan oleh para perawat meliputi penampilan fisik (seragam), bahasa tubuh (kontak mata, gelengan kepala). Pada pengunaan seragam, perawat diharuskan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan pihak rumah sakit yaitu berpakaian formal, bersih dan rapih serta menggunakan kartu identitas. Pada bahasa tubuh perawat selalu menggunakan kontak mata, gerakan tangan dan anggukan atau gelengan kepala ketika sedang berkomunikasi dengan pasien, pada ekspresi wajah pada saat interaksi selalu tersenyum diawal kepada pasien selanjutnya ekspresi wajah mereka biasa saja dan terlihat cenderung serius dan kontak mata hanya terjadi sesekali saja dan jarang terjadi dengan pasien hal ini guna


(18)

118

mendapatkan informasi dan komunikasi yang efektif. Ruangan perawat tidak berbau obat-obatan seperti halnya di rumah sakit lain, dan perawat selalu menggunakan wewangian agar pasien merasa nyaman apabila dekat dengan perawat.

3. Perilaku komunikasi perawat tidak bisa dibagi-bagi hanya menggunakan komunikasi verbal saja atau komunikasi nonverbal saja. Dalam setiap perilaku komunikasinya kepada pasien, perawat selalu menggabungkan bahasa verbal dan bahasa nonverbal ketika berinteraksi dengan pasien. Perilaku komunikasi tersebut adalah mencerminkan keinginan yang sama dari perawat untuk merawat pasiennya dan pasien untuk mendapatkan kesembuhan dari perawatan tersebut.

5.2 Saran

Dalam sebuah penelitian, peneliti diharuskan untuk mampu memberikan suatu masukan berupa saran-saran yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian. Adapun saran-saran yang peneliti berikan setelah meneliti permasalahan yang diangkat tersebut:

5.2.1 Saran Bagi Perawat

a. Ketika melayani pasien agar lebih mendengarkan keluhan pasien agar bisa dijadikan feedback (umpan balik) untuk perilaku komunikasi yang lebih baik lagi.

b. Komunikasi verbal tetap dijadikan acuan dasar untuk mempengaruhi perilaku atau tindakan perawat dalam melayani pasien.


(19)

5.2.3 Saran bagi Peneliti Selanjutnya

a. Bagi peneliti yang akan mengambil tema Perilaku Komunikasi sebaiknya menggunakan metode dan teknik analisa yang berbeda. b. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya lebih mempersiapkan waktu

yang panjang dan melakukan studi pendahuluan karena mengingat kondisi dilapangan terkadang tidak sesuai dengan yang diperkirakan. c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan tanpa

melupakan nilai keaslian dalam penelitian dibidang Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas, khususnya mengenai perilaku komunikasi perawat dalam melayani pasien.


(20)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti melakukan studi pendahuluan berupa peninjauan terhadap penelitian sejenis yang mengkaji hal yang sama ataupun serupa serta relevan dengan kajian yang diteliti oleh peneliti.

Peneliti mencari referensi berupa penelitian–penelitian relevan yang mengkaji tentang perilaku komunikasi. Adapun ringkasan penelitian– penelitian relevan yang dijadikan sumber referensi terkait kajian dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

Aspek Nama Peneliti

Ria Dwi Mutiara Annisa Saputri Mohamad Reza Supriatna Universitas Universitas

komputer Indonesia Universitas Komputer Indonesia Universitas Komputer Indonesia Judul Penelitian PERILAKU KOMUNIKASI SALES PROMOTION GIRL PROVIDER XL AXIATA (Studi Kasus mengenai Perilaku Komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL Axiata dalam Memberikan Pelayanan terhadap Konsumen di PERILAKU KOMUNIKASI MAHASISWA TIPE KEPRIBADIAN SANGUINIS DI KOTA BANDUNG PERILAKU KOMUNIKASI DOKTER MUDA (KOAS) : (Studi Fenomenologi Tentang Perilaku Komunikasi Dokter Muda Kepada Para Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah R. Syamsudin S.H Kota Sukabmi)


(21)

Dukomsel Kota Bandung) Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus.

Metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan Studi fenomenologi. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perilaku komunikasi sales promotion girl provider XL Axiat di Dukomsel kota Bandung. Untuk mengetahui perilaku komunikasi mahasiswa tipe kepribadian Sanguinis dalam interaksinya. Untuk menjelaskan,menjawab, dan menguraikan tentang

perilaku komunikasi Dokter Muda di RSUD R.

Syamsudin Kota Sukabumi Hasil

Penelitian

Perilaku komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL Axiata dibagi kedalam dua bagian besar, yaitu perilaku komunikasi yang menggunakan komunikasi verbal dan perilaku komunikasi yang menggunakan komunikasi non verbal ketika sedang memberikan

pelayanan terhadap konsumen. Selain itu, adanya motif yang melatari perilaku komunikasi dari seorang Sales Promotion Girl tersebut. Perilaku komunikasi mahasiswa sanguinis dihiasi dengan keceriaan setiap harinya. Hampir tidak pernah terlihat bahwa dirinya jika sedang dalam kesedihan. Maka dimanapun dia berada, akan membawa pengaruh besar yang menyenangkan kepada lingkungan di sekitarnya. Dalam berinteraksi dengan orang lain, mereka selalu muncul ide-ide tentang topik

pembicaraan yang akan disampaikan kepada orang lain. Sehingga bahasa-bahasa yang

digunakan lebih unik dan eksentrik karena bisa menarik perhatian orang.

Perilaku Komunikasi Dokter Muda (KOAS) Hasil dari peneliti lakukan yaitu penampilan serta bahasa tubuh terlihat seimbang namun kontak mata kurang bermain sehingga kurang mendalami komunikasi. Peneliti masih menemukan dokter muda yang kurang empati terhadap pasien, dan ekspresi wajahnya kurang konsisten sebagian besar hanya tersenyum di awal saja.


(22)

13

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

Manusia sebagai makhluk sosial artinya makhluk yang tidak dapat hidup tanpa ada bantuan orang lain di sekelilingnya. Oleh karena itu ia akan selalu membutuhkan orang lain di dalam kehidupannya, sampai akhir hayatnya, dan untuk memenuhi semua kebutuhannya itu manusia harus selalu berinteraksi dengan yang lainnya dan dalam interaksinya itu akan terjadi saling mempengaruhi. Semakin lama manusia itu hidup dan tumbuh, maka semakin banyak ia akan berinteraksi dan semakin luas ruang lingkup interaksinya, baik itu interaksi dalam kehidupan kelompok ataupun dengan masyarakat di lingkungannya. Untuk memperlancar jalannya interaksi tersebut, maka ini tidak luput dari alat yang digunakan untuk berinteraksi,

yaitu “komunikasi” karena tanpa komunikasi interaksi tidak akan bisa terjadi.

“Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication menurut asal katanya berasal dari bahasa latin Communicate, dalam perkataan ini bersumber dari kata Communis yang berarti sama, sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan

tertentu”. (Effendy, 2002:9)

Carl I Hovland yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:

The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of other individuals (communicates).”(Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain. (Effendy, 2002:49)


(23)

Sedangkan menurut Gerald Amiler yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa:

In the main communication has as its central interest those behavioral situations in which source transmit in message to a receiver (s) with conscious inten to a fact the latte’s behavior”. (Pada pokoknya, komunikasi mengandung situasi keperilakuan sebagai minat sentral, dimana sesseorang sebagai sumber menyampaikan sesuatu kesan kepada seseorang atau sejumlah penerima yang secara sadar bertujuan mempengaruhi perilakunya). (Effendy, 2002:49) Berdasarkan dari definisi di atas, dapat dijabarkan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) kepada orang lain (komunikan) bukan hanya sekadar memberi tahu tetapi juga mempengaruhi seseorang atau sejumlah orang tersebut untuk melakukan tindakan tertentu (mengubah perilaku orang lain).

Mengenai tujuan komunikasi R. Wayne Pace, Brent. D. Peterson dan M. Dallas Burnett mengatakan bahwa tujuan sentral dari komunikasi meliputi tiga hal utama, yakni :

To Secure Understanding (memastikan pemahaman), To Establish Acceptance (membina penerimaan), To Motified Action (motivasi

kegiatan).” (Effendy, 1986:63)

Jadi pertama-tama haruslah diperhatikan bahwa komunikan itu memahami pesan-pesan komunikasi, apabila komunikan memahami berarti ada kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan, karena tidak mungkin memahami sesuatu tanpa terlebih dahulu adanya kesamaan makna (communis). Jika komunikan memahami dapat diartikan menerima, maka penerimannya itu perlu dibina selanjutnya komunikan dimotivasi untuk


(24)

15

melakukan suatu kegitan. Uraian tersebut jelas, bahwa pada hakikatnya komunikasi dalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain, baik secara langsung melalui lisan maupun tidak langsung melalui media proses komunikasi.

Proses komunikasi pada dasarmya adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan seseorang komunikator kepada komunikan pasan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain.

2.1.2.1Komponen-Komponen Komunikasi

Komunikasi itu sendiri memiliki komponen-komponen yang terdapat pada komunikasi. Dari pengertian komunikasi sebagaimana diutarakan diatas tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi.

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Dinamika Komunikasi, lingkup Ilmu Komunikasi berdasarkan komponennya terdiri dari:

1. Communicator (Komunikator)

Yaitu komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. Komunikator akan menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan, ini berarti ia memformulasikan pikiran dan perasaannya kedalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Komunikator yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan umpan balik sehingga ia dapat segera mengubah gaya komunikasinya dikala ia mengetahui bahwa umpan balik dari komunikan bersifat negatif.

2. Message (Pesan)

Yaitu pesan merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Penyampaian pesan dapat


(25)

dilakukan secara verbal yakni dengan menggunakan bahasa dan secara non verbal yakni dengan menggunakan alat, isyarat, gambar atau warna untuk mendapatkan umpan balik (feedback) dari komunikan.

3. Channel (Media)

Yaitu saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung

mampu “menerjemahkan” pikiran dan perasaan komunikator

kepada komunikan.

4. Communicant, Communicate, Receiver, Recipient (Komunikan) Yaitu orang yang menerima pesan dari komunikator. Komunikan akan memberikan umpan balik (feedback) terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang diutarakan oleh komunikator. Oleh karena itu, umpan balik bisa bersifat positif atau negatif.

5. Effect, Impact, Influence (Efek)

Yaitu tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah menerima pesan dari komunikator. Tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator terhadap isi pesan, yang dapat menimbulkan reaksi dari kedua belah pihak. (Effendy, 2000:6)

Maka, komunikasi merupakan proses dimana tak luput dari siapa yang menyampaikan, pesan apa, kepada siapa, menggunakan media apa, dan efek yang diperoleh. Komponen tersebut menjalankan prosesnya dengan berbagai cara untuk menyampaikan suatu gagasannya.

2.1.2.2Konteks Komunikasi

Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruangan hampa sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Menurut Deddy Mulyana secara luas konteks disini berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi yang terdiri dari:


(26)

17

1. Aspek bersifat fisik: seperti iklim, suhu, cuaca, bentuk ruangan, warna dinding, tempat duduk, jumlah peserta komunikasi dan alat untuk menyampaikan pesan.

2. Aspek psikologis: seperti sikap, kecenderungan, prasangka dan emosi para peserta komunikasi.

3. Aspek sosial: seperti norma kelompok, nilai social dan karakteristik budaya.

4. Aspek waktu: yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam). (Mulyana, 2007:77)

Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteks atau tingkatannya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenallah komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi publik, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.

Unsur-unsur dari proses komunikasi di atas, merupakan factor penting dalam komunikasi, bahwa setiap unsur tersebut oleh para ahli komunikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus. Menurut Deddy Mulyana proses komunikasi diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan bicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa juga dianggap sebagai suatu sistem kode verbal.

2. Komunikasi Non Verbal

Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsang verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. (Mulyana, 2000:237)


(27)

Dari konteks tersebut komunikasi memiliki aspek-aspek dalam penyampaiannya sehingga pesannya dapat tersampaikan dengan baik, proses komunikasi disini dibagi menjadi dua yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal dimana keduanya memiliki symbol/pesan yang berbeda dalam penyampaiannya.

2.1.2.3Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).

Menurut Onong Uchjana Effendy, Proses komunikasi dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni :

1. Proses komunikasi secara primer, Proses ini adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu

“menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator

kepada komunikan.

2. Proses komunikasi secara sekunder, adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seseorang menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. (Effendy, 2004:11&16)


(28)

19

Proses yang dijalani memiliki suatu karakteristik dari komunikasi tersebut, seperti halnya karakteristik komunikasi dibawah ini.

2.1.2.4Karakteristik Komunikasi

Proses penyampaian pesan atau komunikasi memiliki karateristik tersendiri, menurut Sasa Djuarsa Sendjaja dalam bukunya diperoleh gambaran bahwa pengertian komunikasi memiliki karakterisitik komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi adalah suatu proses, Artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.

2. Komunikasi dalam upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan, Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.

3. Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat, Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik, apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan.

4. Komunikasi bersifat simbolis, Dimana komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang.

5. Komunikasi bersifat transaksional, Pada dasarnya menuntut dua tindakan: memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya pula dilakukan secara seimbang atau proporsional oleh masing-masing, pelaku yang terlibat dalam komunikasi.

6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu, Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. (Sendjaja, 2004:1.13-1.16)


(29)

Dari karakteristik tersebut, komunikasi memiliki fungsi-fungsi dalam penyampaiannya agar pesan tersebut tersampaikan dengan baik.

2.1.2.5Fungsi Komunikasi

Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, sehingga komunikasi itu sendiri memiliki fungsi-fungsi dalam kehidupan manusia. Maka menurut Harold D. Lasswell dalam buku ilmu komunikasi Cangara, mengemukakan bahwa fungsi komunikasi antara lain :

1. Manusia dapat mengontrol lingkungannya

2. Beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada

3. Melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi berikutnya. (Cangara, 1998:59)

Berbeda dengan Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, fungsi komunikasi terdiri sebagai berikut:

1. Menyampaikan Informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertain)

4. Mempengaruhi (to influence). (Effendy, 2004:8)

Adapun Dalam bukunya Ilmu Komunikasi oleh Widjaja, menjelaskan komunikasi dipandang dalam arti luas sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut:

1. Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

2. Sosialisasi (pemasyarakatan),penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan


(30)

21

bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif di dalam masyarakat.

3. Motivasi, menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4. Perdebatan dan diskusi, menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan masalah yang menyangkut kepentingan bersama. 5. Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong

perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6. Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, serta membangun imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan estetiknya.

7. Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan imaji dari drama, tari, kesenian, kesusatraan, musik, olahraga, kesenangan kelompok, dan individu.

8. Integrasi, menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi pandangan dan keinginan orang lain. (Widjaja, 2000: 65-66)

Dari fungsi-fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka komunikasi pun memiliki tujuan penting dalam kehidupan manusia.


(31)

2.1.2.6 Tujuan Komunikasi

Kegiatan atau upaya komunikasi yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud disini menunjuk pada suatu hasil atau akibat yang diinginkan oleh pelaku komunikasi.

Secara umum, menurut Wilbur Schramm (1974) dalam buku Sendjaja, tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan yakni: kepentingan sumber atau pengirim atau komunikator dan kepentingan penerima atau komunikan. Dengan demikian maka tujuan komunikasi yang ingin dicapai dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Tujuan Komunikasi Tujuan Komunikasi dari Sudut

Kepentingan Sumber

Tujuan Komunikasi dari Sudut Kepentingan Penerima 1. Memberikan Informasi 1. Memahami informasi

2. Mendidik 2. Mempelajari

3. Menyenangkan atau menghibur 3. Menikmati 4. Menganjurkan suatu tindakan atau

persuasi

4. Menerima atau menolak anjuran

Sumber: Sendjaja, 2004:2.19

Berbeda dengan Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, tujuan komunikasi adalah :

1. Perubahan Sikap (Attitude Change) 2. Perubahan Pendapat (Opinion Change) 3. Perubahan Perilaku (Behavior Change)


(32)

23

Tujuan-tujuan diatas merupakan bagian dari maksud penyampaian pesan dari pihak komunikator kepada komunikan dimana berupaya untuk mengendalikan apa yang terjadi dilingkungan masyarakat.

Proses komunikasi ini dilakukan dalam berbagai konteks dan diantaranya dengan komunikasi antar pribadi sebagai konteks komunikasi dalam penelitian ini khususnya.

2.1.3 Tinjauan Tentang Perilaku 2.1.3.1Pengertian Perilaku

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah :

“Tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, membaca dan sebagainya, sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.” (Kurniasih, 2005).

Menurut Skinner seorang ahli psikologi yang dikutip dari Notoatmojdo (2003) merumuskan bahwa :

“Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsang dari luar). Dalam teori Skinner ada 2 respon, yaitu:

1) Respondent respon atau flexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus tertentu). Stimulus semacam ini disebut eleciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relative tetap.

2) Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing


(33)

2.1.3.2Bentuk Perilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini berbentuk 2 macam yakni:

1. Bentuk Pasif

Respons internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.

2. Bentuk Aktif

Perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung, oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata disebut overt behavior.

2.1.3.3Klasifikasi Perilaku

Beberapa klasifikasi perilaku berdasarkan teori “S-O-R” maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

1. Perilaku Tertutup (Covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons tersebut masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.


(34)

25

2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik tersebut dapat diamati oleh pasien.

2.1.4 Tinjauan Tentang Perilaku Komunikasi 2.1.4.1Pengertian Perilaku Komunikasi

Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan, dengan kata lain perilaku pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu. Tujuan spesifik tidak selamanya diketahui dengan sadar oleh yang bersangkutan. Dorongan yang memotivasi pola perilaku individu yang nyata dalam kadar tertentu berada dalam alam bawah sadar (Hersey& Blanch, 2004:68).

Sedangkan Rogers (1993:40) menyatakan bahwa perilaku komunikasi merupakan suatu kebiasaan dari individu atau kelompok di dalam menerima atau menyampaikan pesan yang diindikasikan dengan adanya partisipasi, hubungan dengan sistem sosial, kekosmopolitan, hubungan dengan agen pembaharu, keterdedahan dengan media massa, keaktifan mencari informasi, pengetahuan mengenai hal-hal baru.

Rogers (1993) mengungkapkan ada tiga peubah perilaku komunikasi yang sudah teruji secara empiris signifikan yaitu pencarian informasi, kontak dengan penyuluh, dan keterdedahan pada media massa. Peubah pertama yaitu pencarian informasi masih perlu didampingi


(35)

dengan penyampaian informasi, sesuai dengan model transaksional yang bersifat saling menerima dan memberi informasi cara bergantian.

Gould dan Kolb yang dikutip oleh Ichwanudin (1998),

“perilaku komunikasi adalah segala aktivitas yang bertujuan untuk mencari dan memperoleh informasi dari berbagai sumber dan untuk menyebarluaskan informasi kepada pihak manapun yang memerlukan. Perilaku komunikasi pada dasarnya berorientasi pada tujuan dalam arti perilaku seseorang pada umumnya dimotivasi dengan keinginan untuk memperoleh tujuan

tertentu”.

Berdasarkan definisi perilaku yang telah diungkapkan sebelumnya,

“perilaku komunikasi diartikan sebagai tindakan atau respon dalam lingkungan dan situasi komunikasi yang ada, atau dengan kata lain perilaku komunikasi adalah cara berfikir, berpengetahuan, berwawasan, berperasaan dan bertindak atau melakukan tindakan yang dianut seseorang, keluarga atau masyarakat dalam mencari dan menyampaikan informasi melalui berbagai saluran yang ada di dalam jaringan komunikasi masyarakat setempat” (Hapsari 2007:36).

Di dalam mencari dan menyampaikan informasi, seyogyanya juga mengukur kualitas (level) dari komunikasi. Berlo (1960:40) mendeskripsikan level komunikasi adalah mengukur derajat kedalaman mencari dan menyampaikan informasi yang meliputi (1), sekadar bicara ringan, (2), saling ketergantungan (independen), (3), tenggang rasa (empaty), (4), saling interaksi (interaktif). Kebutuhan seseorang akan informasi mampu menggerakannya secara aktif melakukan pencarian informasi. Perilaku komunikasi sesama petani dalam rangka encari dan menyebarkan informasi dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional.


(36)

27

Lebih lanjut Berlo (1960:45), mengungkapkan bahwa perilaku komunikasi seseorang dapat dilihat dari kebiasaan berkomunikasi. Berdasarkan definisi perilaku komunikasi, maka hal-hal yang sebaiknya perlu dipertimbangkan adalah bahwa seseorang akan melakukan komunikasi sesuai dengan kebutuhannya.

Halim (1992:39) mengungkapkan bahwa komunikasi, kognisi, sikap, dan perilaku dapat dijelaskan secara lebih baik melalui pendekatan situasional, khususnya mengenai kapan dan bagaimana orang berkomunikasi tentang masalah tertentu.

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi 2.1.5.1Definisi Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Sebagian besar kegiatan komunikasi berlangsung dlam situasi komunikasi antar pribadi. Melalui komunikasi antar pribadi kita dapat mengenal diri kita sendiri dan orang lain, kita dapat mengetahui dunia luar, bisa menjalin hubungan yang lebih bermakna, bisa memperoleh hiburan dan menghibur orang lain dan sebagainya.

Menurut Joseph A. Devito Berdasarkan Buku Ilmu Komunikasi Teori & Praktik mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai berikut:

“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa


(37)

Berdasarkan definisi itu, komunikasi antar pribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua-duaan atau antara dua orang dalam suatu pertemuan.

Komunikasi antar pribadi pada hakikatnya merupakan proses sosial seperti yang diuraikan diatas, dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi. Komunikasi antar personal 22 dianggap efektif untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan.

Dari definisi diatas, maka komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang dilakukan oleh dua orang, dimana komunikasinya bersifat dialogis, lebih akrab dan terbuka, komunikator dapat melihat feedback secara langsung.

2.1.5.2Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam tujuan komunikasi antarpribadi yaitu komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri sendiri.

Dengan memperbincangkan diri kita sendiri pada orang lain, kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.

A. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Nasihat seorang filsuf terkenal Socrates yaitu: cogito ergosum


(38)

29

cara untuk mengenal diri kita sendiri adalah melalui komunikasi antar pribadi.

B. Mengetahui dunia luar

Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek dan kejadian-kejadian orang lain.

C. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. D. Mengubah sikap dan perilaku

Dengan komunikasi antar pribadi sering kita berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain.

E. Bermain dan mencari hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan.

F. Membantu

Psikiater, psikolog klinik dan ahli terapi adalah contoh profesi yang mempunyai fungsi menolong orang lain.

2.1.5.3Komunikasi Antar Pribadi Sebagai Proses Transaksional Komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses yang sangat unik, artinya tidak seperti kegiatan lainnya. Selain itu, komunikasi antar


(39)

pribadi juga menuntut adanya tindakan saling memberi dan menerima diantara pelaku yang terlibat dalam komunikasi.

A. Komunikasi Antar Pribadi sebagai Proses

Sebagai suatu proses, komunikasi antar pribadi merupakan rangkaian tindakan, kejadian dan kegiatan yang terjadi secara terus menerus atau bisa dibilang merupakan suatu yang dinamis. B. Komponen-komponen dalam Komunikasi Antar Pribadi Saling

Tergantung

Komponen-komponen dalam komunikasi antar pribadi saling berkaitan dan tergantung satu sama lain. Setiap komponen komunikasi antar pribadi mempunyai kaitan baik dengan komponen lain maupun dengan komponen secara keseluruhan. C. Para pelaku dalam Komunikasi Antar Pribadi Bertindak dan

Bereaksi

Di dalam proses tradisional, setiap orang, melakukan tindakan memberi reaksi tindakan sebagai manusia yang utuh. Orang tidak dapat bertindak hanya dengan pikiran dan emosi saja, tetapi melibatkan pikiran, emosi, sikap, gerakan tubuh, pengalaman sebelumnya, dan lain-lain.

2.1.5.4Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

Karakteristik-karakteristik efektivitas komunikasi antar pribadi ini oleh Joseph A Devito dilihat dari dua perspektif, yaitu :


(40)

31

A. Humanistis, meliputi sifat-sifat : 1) Keterbukaan

1. Aspek keterbukaan menunjuk paling tidak pada 2 aspek tentang komunikasi antar pribadi. Pertama kita harus terbuka pada orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Kedua keterbukaaan untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan jujur.

2) Perilaku Suportif

1. Jack R. Gibb menyebutkan tiga perilaku yang menimbulkan perilaku suportif, yakni :

a. Deskriptif, suasana yang deskriptif akan menimbulkan suportif dibanding dengan suasana yang evaluatif. b. Spontanitas, orang yang spontan dalam berkomunikasi

adalah orang yang terbuka dan terus terang tentang apa yang dipikirkan.

c. Provisionalisme, seseorang yang memiliki sifat ini adalah orang yang memiliki sifat berpikir terbuka. 3) Perilaku Positif

1. Komunikasi antar pribadi akan berkembang bila ada pandangan positif terhadap orang lain dan berbagai situasi komunikasi.


(41)

4) Empatis

1. Empati adalah kemauan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain.

5) Kesamaan

1. Hal ini mencakup dua hal, pertama kesamaan bidang pengalaman diantara para pelaku komunikasi.

B. Pragmatis, meliputi sifat-sifat : 1) Bersikap yakin

Komunikasi antar pribadi akan lebih efektif bila seseorang mempunyai keyakinan diri.

2) Kebersamaan

Seseorang bisa meningkatkan efektivitas komunikasi antar pribadi dengan orang lain bila ia bisa membawa ras kebersamaan.

3) Manajemen Interaksi

Seseorang yang menginginkan komunikasi yang efektif akan mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskan kedua belah pihak.

4) Perilaku Ekspresif

Perilaku ekspresif memperlihatkan keterlibatan seseorang secara sungguh-sungguh dalam berinteraksi dengan orang lain.


(42)

33

5) Orientasi Pada Orang Lain

Untuk mencapai efektivitas komunikasi, seseorang harus memiliki sifat yang berorientasi pada orang lain.

2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Komunikasi

Meninjau pada Kuswarno (2013:103) perilaku komunikasi yaitu penggunaan lambang-lambang komunikasi. Lambang-lambang dalam perilaku komunikasi terdiri dari lambang verbal dan non verbal. Perilaku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan (respons) terhadap rangsangan (stimulus), karena itu rangsangan mempengaruhi tingkah laku. Intervensi organisme terhadap stimulus respon dapat berupa kognisi sosial, persepsi, nilai, atau konsep. Perilaku adalah satu hasil dari peristiwa atau proses belajar. Proses tersebut adalah proses alami. Sebab musabab perilaku harus dicari pada lingkungan eksternal manusia bukan dalam diri manusia itu sendiri.

2.1.6.1 Faktor Personal Yang Mempengaruhi Perilaku

Terdapat beberapa faktor personal yang mempengaruhu perilaku manusia yaitu :

1. Faktor Biologis

Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Bahwa warisan biologis manusia menentukan perilakunya. Aliran sosiobiologi (Wilson, 1975) memandang segala kegiatan manusia berasal dari struktur biologinya. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing


(43)

oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia (epigenetic rules). Struktur genetis, misalnya mempengaruhi kecerdasan, kemampuan sensasi, dan emosi. Sistem saraf mengatur pekerjaan otak dan proses pengolahan informasi dalam jiwa manusia. Sistem hormonal bukan saja mempengaruhi mekanisme biologis, tetapi juga proses psikologis (Rakhmat 2012:33).

2. Faktor Sosiopsikologis

Karena manusia makhluk sosial, dari proses sosial ia memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya. hal itu dapat diklasifikasi kedalam tiga komponen: afektif, kognitif, dan konatif. (Rakhmat 2012:36)

2.1.6.2Faktor Situasional yang Mempengaruhi Perilaku

Delgado menyimpulkan bahwa respons otak sangat dipengaruhi

oleh “setting” atau suasana yang melingkupi organisme (Rakhmat 2012:43). Edward G. Sampson merangkumkan seluruh faktor situasional sebagai berikut:

1. Faktor temporal

Waktu dapat mempengaruhi bioritma manusia dalam kehidupan. 2. Analisis suasana perilaku

Lingkungan dapat memberikan efek-efek tertentu terhadap perilaku manusia.


(44)

35

3. Faktor teknologis

Revolusi teknologi seringkali disusul dengan revolusi dalam perilaku sosial.

4. Faktor sosial

Sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi, adalah faktor faktor sosial yang menata perilaku manusia. Secara singkat, pengelompokkannya adalah sebagai berikut:

a. Struktur organisasi b. Sistem peranan c. Struktur kelompok d. Karakteristik populasi

2.1.7 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal 2.1.7.1Definisi Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada


(45)

kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti.

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan (Devito, 2011:51)

2.1.7.2Jenis-Jenis Bahasa Verbal

Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan sebagai aspek realitas individual kita. Adapun macam bahasa verbal yang digunakan adalah :

1. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang digunakan sebagai bahasa persatuan Indonesia yang dipakai untuk memperlancar hubungan komunikasi dan merupakan lambang kebangsaan bangsa Indonesia (Buku Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan & Kebudayaan).

2. Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan pada suatu daerah tertentu dan memiliki ciri khas tertentu di bidang kosa kata, peristilahan, struktur kalimat dan ejaannya. Bahasa daerah


(46)

37

merupakan lambang kebanggaan daerah yang bersangkutan (Buku Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan & Kebudayaan).

2.1.7.3Tata Bahasa Verbal

Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.

2.1.7.4Fungsi Bahasa

Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana, 2005) bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

1. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.

2. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.


(47)

Cassandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:

1. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.

2. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.

3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.

2.1.7.5Keterbatasan Bahasa

Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek. Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.


(48)

39

Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.

1. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual

Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula.

2. Kata-kata mengandung bias budaya

Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka menggunakan kata yang sama. Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama; pendeknya


(49)

mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total.

3. Percampuradukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.

Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan kekeliruan persepsi. Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian (encoding). Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman.

2.1.8 Tinjauan Tentang Komunikasi Non Verbal 2.1.8.1Definisi Komunikasi Non Verbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.


(50)

41

Sebagaimana yang diungkapkan Arni Muhammad memberikan definisi komunikasi non verbal sebagai berikut :

“Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan

dengan tidak menggunakan kata-kata, melainkan menggunakan bahasa isyarat seperti gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan berupa kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan

jarak, sentuhan, dan sebagainya”. (Suranto, 2010:146)

Sedangkan menurut Edward T.Hall mengartikan komunikasi non verbal sebagai berikut :

“Komunikasi non verbal adalah sebuah bahasa diam (silent language) dan dimensi tersembunyi (hidden dimension) karena

pesan non verbal yang tertanam dalam konteks komunikasi”.

(Mulyana, 2010:344).

2.1.8.2Ciri-ciri Umum Pesan Non Verbal

Devito (2011:54) mengemukakan bahwa pesan-pesan non-verbal mempunyai ciri-ciri umum, yaitu :

1. Perilaku komunikasi bersifat komunikatif, yaitu dalam situasi interaksi, perilaku demikian selalu mengkomunikasikan sesuatu. 2. Komunikasi non-verbal terjadi dalam suatu konteks yang

membantu menentukan makna dari setiap perilaku non-verbal. 3. Pesan verbal biasanya berbentuk paket, pesan-pesan

non-verbal saling memperkuat, adakalanya pesan-pesan ini saling bertentangan.

4. Pesan non-verbal sangat di percaya, umumnya bila pesan verbal saling bertentangan, kita mempercayai pesan non-verbal.


(51)

6. Komunikasi non-verbal seringkali bersifat metakomunikasi, pesan non-verbal seringkali berfungsi untuk mengkomentari pesan-pesan lain baik verbal maupun non-verbal.

2.1.8.3Klasifikasi Pesan Non Verbal

Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:

1. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

a. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut:

1) Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk

2) Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan


(52)

43

3) Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi

4) Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.

b. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.

c. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah:

1) Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif

2) Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah

3) Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.


(53)

2. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

3. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.

4. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.

5. Pesan sentuhan dan bau-bauan.

a. Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.

b. Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan


(54)

45

pesan –menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis 2.1.8.4Fungsi Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal bisa dikatakan hanya menggunakan isyarat atau tidak menggunakan kata-kata yang lisan, tapi tetap saja memiliki fungsi dalam penggunaannya. Menurut Mark Knapp (1978) menyebutkan bahwa penggunaannya komunikasi non verbal memiliki fungsi untuk :

a. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repletion)

b. Menunjukan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution)

c. Menunjukan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)

d. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempat. (Cangara, 2011:106)

Fungsi dari komunikasi non verbal dapat menjelaskan maksud dari penyampain pesan itu sendiri. Menurut Mark L. Knapp fungsi-fungsi tersebut yaitu:

a. Repetisi

Mengulang kembali gagasan yang sebelumnya sudah disajikan secara verbal.

b. Subtitusi

Menggantikan lambang-lambang verbal. c. Kontradiski

d. Menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal.


(55)

e. Komplemen

Melengkapi dan memperkaya makna pesan non verbal. f. Aksentuasi

Menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya (Suranto, 2010:173)

2.1.8.5Tujuan Komunikasi Non Verbal

Ketika kita melakukan komunikasi, baik itu melakukan komunikasi verbal terlebih dahulu yang kemudian diiringi dengan komunikasi non verbal atau sebaliknya. Bahkan keduanya seringkali berbarengan dalam melakukannya ataupun penyampaiannya. Setiap penyampaian pesannya baik secara verbal ataupun non verbal sebenarnya memiliki tujuan-tujuan tertentu didalam pesan tersebut.

Adapun tujuan dari komunikasi non verbal diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan atau memberikan informasi. 2. Mengatur alur suara percakapan.

3. Mengekspresikan emosi.

4. Memberikan sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan pesan-pesan dari komunikasi verbal.

5. Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain.

6. Mempermudah tugas-tugas khusus yang memerlukan komunikasi non verbal.


(56)

47

2.1.8.6Jenis-Jenis Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal yang kita anggap cukup penting ternyata dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis pesan yang digunakannya. Dari jenis komunikasi non verbal yang pernah diberikan oleh para ahli sangat beragam. Adapun jenis-jenis komunikasi non verbal yaitu sebagai berikut :

1. Bahasa tubuh : a. Isyarat tangan b. Gerakan tangan

c. Postur tubuh dan posisi kaki d. Ekspresi wajah dan tatapan mata 2. Sentuhan

3. Parabahasa 4. Penampilan fisik :

a. Busana

b. Karakteristik fisik 5. Bau-bauan

6. Orientasi ruang dan jarak pribadi : a. Ruang pribadi dan ruang publik b. Posisi duduk dan pengatutan ruangan 7. Konsep waktu

8. Diam 9. Warna

10.Artefak (Mulyana, 2010:353-433). 2.1.9 Tinjauan Tentang Fenomenologi

Penelitian ini menggunakan studi fenomenologi, maka pada tinjauan pustaka ini akan mengkaji mengenai fenomenologi dengan mengawali perngertian dari fenomenologi, sebagai berikut

2.1.9.1 Pengertian Fenomenologi

Istilah phenomenon mengacu kepada kemunculan sebuah benda, kejadian, atau kondisi yang dilihat. Oleh karena itu fenomenologi merupakan cara yang digunakan manusia untuk memahami dunia melalui


(57)

pengalaman langsung. Pemikiran fenomenologi bukan merupakan sebuah gerakan pemikiran yang koheren.

Menurut Edmund Husserl (1859-1938) :

“Fenomemologi adalah untuk memurnikan sikap alamiah

kehidupan sehari-hari dengan tujuan menterjemahkannya sebagai sebuah objek untuk penelitian filsafat secara cermat dalam rangka menggambarkan serta memperhitungkan struktur

esensialnya”. (Ardianto & Q-Aness, 2007:128)

Pengertian fenomenologi menjelaskan akan apa yang terjadi dan tampak dalam kehidupan dengan menginterpretasikan sesuatu yang dilihatnya. Dengan demikian fenomenologi membuat pengalaman nyata sebagai data pokok sebuah realitas.

Pengertian fenomenologi menjelaskan akan apa yang terjadi dan tampak dalam kehidupan dengan menginterpretasikan sesuatu yang dilihatnya. Dengan demikian fenomenologi membuat pengalaman nyata sebagai data pokok sebuah realitas

2.1.9.2 Keragaman Fenomenologi

Suatu hal yang terjadi dan ada dalam lingkungan yang diinterpretasikan dari pengalamanya yang nyata menjadi sebuah realitas, memiliki keragaman dalam tradisi fenomenologinya. Menurut Alfred Schutz dalam karyanya The Phenomenology of the Social World (1976), pada dasarnya berputar sekitar tiga tema utama, yakni :

1. Dunia sehari-hari (The world of everyday life) yang dibagi menjadi dua yaitu :


(58)

49

The first-order reality, dalam dunia sehari-hari terbentuklah, misalnya, bahasa dan makna, dan yang membentuk berbagai tipe harapan dan tingkah laku yang kemudian diterima bersama. The second-order reality, seperti hanya ilmu pengetahuan, filsafat, atau teknologi.

2. Sosialitas, hubungan seseorang dengan benda-benda fisik. Makna dan pembentukan makna, sebuah pengertian manusia (common sense) adalah pengetahuan yang ada pada setiap orang dewasa yang sadar. Pengetahuan ini sebagian besar tidak berasal dari penemuan sendiri, tetapi diturunkan secara sosial dari orang-orang sebelumnya.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Proses penyampaian pesan komunikasi verbal pada perawat di RS Cibabat kota Cimahi, perawat lebih banyak menggunakan bahasa verbal (lisan/vokal). Karena memang dengan lisan mereka lebih mudah menjelaskan kepada pasien perihal penyakit yang diderita pasien.

Perawat menggunakan kalimat sebagai pesan verbal sebagai berikut: Dalam berinteraksi dengan pasien, perawat dibantu juga dengan menggunakan bahasa nonverbal. Seperti berikut ini:

a. kontak mata, b. ekspresi wajah dan


(59)

c. gerakan tubuh seperti tangan mereka ketika sedang berinteraksi dengan pasien.

Saat mereka berinteraksi pasien biasanya akan bertanya sambil menggerakan bagian tubuh mereka untuk membantu menjelaskan apa yang mereka sampaikan seperti contoh menyuruh pasien menjulurkan lidah atau untuk tarik nafa sedalam – dalamnya , perawat mempraktekan lebih dulu kepada pasien, lalu dilanjut dengan memeriksa kondisi fisik pasien disini biasanya perawat memainkan ekspresi wajahnya agar pasien merasa nyaman dan tidak canggung.

Perilaku komunikasi perawat dapat dilihat dari pandangan teori Interaksi Simbolik. Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non verbal dan pesan verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting. Dengan demikian interaksi simbolik berasumsi bahwa manusia dapat mengerti berbagai hal dengan belajar dari pengalaman. Persepsi seseorang selalu diterjemahkan dalam simbol-simbol. Sebuah makna dipelajari melalui interaksi diantara orang-orang, dan makna tersebut muncul karena adanya pertukaran simbol-simbol dalam kelompok sosial. Pada sisi lain, interaksi simbolik memandang bahwa seluruh struktur dan institusi sosial diciptakan oleh adanya interaksi diantara orang-orang. Selain itu tingkah laku seseorang tidak mutlak ditentukan oleh kejadian-kejadian pada masa lampau saja, melainkan juga dilakukan dengan sengaja.


(60)

51

Dalam konteks komunikasi antar pribadi, interaksi simbolik menjelaskan bahwa pikiran terdiri dari sebuah percakapan internal yang merefleksikan interaksi yang telah terjadi antara seseorang dengan orang lain. Sementara itu tingkah laku terbentuk atau tercipta didalam kelompok sosial selama proses interaksi. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, maka kita dapat mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain.

Prespektif interaksi simbolik, perilaku manusia harus di pahami dari sudut pandang subyek. Dimana teoritis interaksi simbolik ini memandang bahwa kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol, (D.Mulyana, 2001:70). Inti pada penelitian ini adalah mengungkap bagaimana cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang akan mereka sampaikan dalam proses komunikasi dengan sesama. Penggunaan yang dapat menunjukkan sebuah makna tertentu, bukanlah sebuah proses yang interpretasi yang diadakan melalui sebuah persetujuan resmi, melainkan hasil dari proses interaksi sosial.

“Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan dalam penggunaan bahasa. Negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindakan atau peristiwa

itu).”(Arnold M Rose 1974:143 dalam D.Mulyana 2001:72).

Terbentuknya makna dari sebuah simbol tak lepas karena peranan individu yang melakukan respon terhadap simbol tersebut. Individu dalam


(61)

kehidupan sosial selalu merespon lingkungan termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku manusia) yang kemudian memunculkan sebuah pemaknaan. Respon yang mereka hasilkan bukan berasal dari faktor eksternal ataupun didapat dari proses mekanis, namun lebih bergantung dari bagaimana individu tersebut mendefinisikan apa yang mereka alami atau lihat. Jadi peranan individu sendirilah yang dapat memberikan pemaknaan dan melakukan respon dalam kehidupan sosialnya.

Memahami makna, simbol serta tindakan yang tersembunyi menurut interaksionisme simbolik ini memerlukan metode penelitian kualitatif. Sifat dan kondisi alamiah dari subjek yang diteliti, misalnya dengan memberi mereka kesempatan atau membiarkan mereka berbicara atau berperilaku apa adanya sebagaimana yang mereka kehendaki akan memungkinkan munculnya perilaku tersembunyi ini.

2.2.2 Model Alur Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis diatas, peneliti menggambarkan dan menjelaskan mengenai perilaku komunikasi perawat dalam memberikan pelayanan terhadap pasiendi RS. Cibabat kota Cimahi, Perilaku komunikasi perawat dibagi kedalam 2 (dua) poin utama, yaitu perilaku komunikasi yang menggunakan komunikasi verbal serta perilaku komunikasi yang menggunakan komunikasi non verbal.

Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind), mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan yang bertujuan akhir


(1)

c. gerakan tubuh seperti tangan mereka ketika sedang berinteraksi dengan pasien.

Saat mereka berinteraksi pasien biasanya akan bertanya sambil menggerakan bagian tubuh mereka untuk membantu menjelaskan apa yang mereka sampaikan seperti contoh menyuruh pasien menjulurkan lidah atau untuk tarik nafa sedalam – dalamnya , perawat mempraktekan lebih dulu kepada pasien, lalu dilanjut dengan memeriksa kondisi fisik pasien disini biasanya perawat memainkan ekspresi wajahnya agar pasien merasa nyaman dan tidak canggung.

Perilaku komunikasi perawat dapat dilihat dari pandangan teori Interaksi Simbolik. Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non verbal dan pesan verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting. Dengan demikian interaksi simbolik berasumsi bahwa manusia dapat mengerti berbagai hal dengan belajar dari pengalaman. Persepsi seseorang selalu diterjemahkan dalam simbol-simbol. Sebuah makna dipelajari melalui interaksi diantara orang-orang, dan makna tersebut muncul karena adanya pertukaran simbol-simbol dalam kelompok sosial. Pada sisi lain, interaksi simbolik memandang bahwa seluruh struktur dan institusi sosial diciptakan oleh adanya interaksi diantara orang-orang. Selain itu tingkah laku seseorang tidak mutlak ditentukan oleh kejadian-kejadian pada masa lampau saja, melainkan juga dilakukan dengan sengaja.


(2)

Dalam konteks komunikasi antar pribadi, interaksi simbolik menjelaskan bahwa pikiran terdiri dari sebuah percakapan internal yang merefleksikan interaksi yang telah terjadi antara seseorang dengan orang lain. Sementara itu tingkah laku terbentuk atau tercipta didalam kelompok sosial selama proses interaksi. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, maka kita dapat mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain.

Prespektif interaksi simbolik, perilaku manusia harus di pahami dari sudut pandang subyek. Dimana teoritis interaksi simbolik ini memandang bahwa kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol, (D.Mulyana, 2001:70). Inti pada penelitian ini adalah mengungkap bagaimana cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang akan mereka sampaikan dalam proses komunikasi dengan sesama. Penggunaan yang dapat menunjukkan sebuah makna tertentu, bukanlah sebuah proses yang interpretasi yang diadakan melalui sebuah persetujuan resmi, melainkan hasil dari proses interaksi sosial.

“Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan dalam penggunaan bahasa. Negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindakan atau peristiwa itu).”(Arnold M Rose 1974:143 dalam D.Mulyana 2001:72).

Terbentuknya makna dari sebuah simbol tak lepas karena peranan individu yang melakukan respon terhadap simbol tersebut. Individu dalam


(3)

kehidupan sosial selalu merespon lingkungan termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku manusia) yang kemudian memunculkan sebuah pemaknaan. Respon yang mereka hasilkan bukan berasal dari faktor eksternal ataupun didapat dari proses mekanis, namun lebih bergantung dari bagaimana individu tersebut mendefinisikan apa yang mereka alami atau lihat. Jadi peranan individu sendirilah yang dapat memberikan pemaknaan dan melakukan respon dalam kehidupan sosialnya.

Memahami makna, simbol serta tindakan yang tersembunyi menurut interaksionisme simbolik ini memerlukan metode penelitian kualitatif. Sifat dan kondisi alamiah dari subjek yang diteliti, misalnya dengan memberi mereka kesempatan atau membiarkan mereka berbicara atau berperilaku apa adanya sebagaimana yang mereka kehendaki akan memungkinkan munculnya perilaku tersembunyi ini.

2.2.2 Model Alur Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis diatas, peneliti menggambarkan dan menjelaskan mengenai perilaku komunikasi perawat dalam memberikan pelayanan terhadap pasiendi RS. Cibabat kota Cimahi, Perilaku komunikasi perawat dibagi kedalam 2 (dua) poin utama, yaitu perilaku komunikasi yang menggunakan komunikasi verbal serta perilaku komunikasi yang menggunakan komunikasi non verbal.

Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind), mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan yang bertujuan akhir


(4)

untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap.

Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain:

1. Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain,

2. Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya, dan

3. Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.


(5)

Gambar 2.1

Model Alur Kerangka Pemikiran

Sumber : Peneliti 2015

Perilaku komunikasi yang menggunakan komunikasi verbal dapat dilihat ketika perawat sedang memberikan pemeriksaan kepada pasien. Komunikasi verbal ini dapat dilihat ketika mereka sedang berkomunikasi menggunakan bahasa verbal kepada pasien. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005).

Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan

F

E

N

O

M

E

N

O

L

O

G

I

Perilaku Komnikasi Perawat

VIP Dalam Melayani Pasien

Verbal

Interaksi Simbolik

Perilaku Perawat VIP RSUD

Cibabat


(6)

dipahami suatu komunitas. Selain itu, perilaku komunikasi juga menggunakan komunikasi non verbal yang dapat dilihat ketika perawat sedang memberikan pemeriksaan kesehatan kepada pasien. Pesan komunikasi verbal dan pesan komunikasi non verbal saling berkaitan satu sama lainnya.

“Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata, melainkan menggunakan bahasa isyarat seperti gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan berupa kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak, sentuhan, dan sebagainya”. (Suranto, 2010:146).