Metabolisme Kolesterol Hati: Khasiat Ramuan Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dalam Mengatur Konsentrasi Kolesterol Selular.

METABOLISME KOLESTEROL HATI: KHASIAT RAMUAN
JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) DALAM
MENGATUR KONSENTRASI KOLESTEROL SELULAR

ANDY WAHYUDI

PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

ABSTRAK
ANDY WAHYUDI. Metabolisme Kolesterol Hati: Khasiat Ramuan Jati Belanda
(Guazuma ulmifolia Lamk.) dalam Mengatur Konsentrasi Kolesterol Selular.
Dibimbing oleh SULISTIYANI dan POPI ASRI KURNIATIN.
Jumlah penderita penyakit jantung koroner yang tinggi, mendorong
penelitian untuk mencegah penyakit ini. Salah satunya dengan mempelajari lebih
jauh regulasi kolesterol dalam hati dan mencegah kenaikannya menggunakan
formula antikolesterol alami, yaitu formula daun jati belanda. Ada 32 kelinci
dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok normal yang diberi pakan standar,

kelompok hiperlipidemia dengan pakan kolesterol (0.5%), kelompok ekstrak
diberi pakan kolesterol dan formula daun jati belanda, dan kelompok lovastatin
diberi pakan kolesterol dan lovastatin (40 mg/70 kgBB). Pemberian perlakuan
dilakukan selama 8 minggu dan pada minggu terakhir konsentrasi kolesterol hati
dianalisis menggunakan metode Lieberman-Buchard.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian pakan kolesterol dapat
meningkatkan konsentrasi kolesterol hati sebesar 44.38 mg/g atau 6.36 kali lebih
besar dari konsentrasi normalnya (6.97 mg/g). Konsumsi 1 mg kolesterol tiap
harinya akan meningkatkan kolesterol hati sebesar 73.1 mg/g dengan R-Square
47.5%. Sedangkan konsumsi 1 mg lemak tiap harinya akan meningkatkan
kolesterol hati sebesar 4.69 mg/g dengan R-Square 47.8%. Konsentrasi kolesterol
hati pada kelompok ekstrak dan lovastatin adalah 34.58 mg/g dan 31.66 mg/g.
Berdasarkan uji Kruskal-Wallis, kolesterol hati kedua kelompok ini sama dengan
kolesterol hati kelompok hiperlipidemia, sehingga dapat dikatakan formula daun
jati belanda dan lovastatin belum dapat mencegah kenaikan konsentrasi kolesterol
hati.

ABSTRACT
ANDY WAHYUDI. Liver Cholesterol Metabolism: The Effect of Jati Belanda
(Guazuma ulmifolia Lamk.) Formulation in Regulating the Cellular Concentration

of Cholesterol. Under the direction of SULISTIYANI and POPI ASRI
KURNIATIN.
The high incidences of coronary heart disease encouraged studies to prevent
this disease. One of these studies is by studying the cholesterol regulation in the
liver and prevention of cholesterol increased by using extract of jati belanda
leaves as natural anticholesterol formula. As many as 32 rabbit were randomly
divided into 4 following group: normal group (fed with standard pellet),
hiperlipidemic group (fed with 0.5% rich-cholesterol diet), extract group (fed with
diet containing jati belanda formulation enriched with cholesterol), and lovastatin
group (fed with rich-cholesterol diet plus 40 mg/70 kgBB lovastatin). Experiment
was conducted for 8 consecutive weeks and liver cholesterol was analysed at the
end of the experiment using Lieberman-Buchard method.
Result showed that rich-cholesterol feeding increases the liver cholesterol
level 6.36 times greater (44.3 mg/g) then normal concentration (67.7 mg/g).
Cholesterol consumption as many as 1 mg will increases the liver cholesterol
concentration to 4.69 mg/g (R-Square 47.8%). Liver cholesterol concentration on
extract group and lovastatin group is 34.58 mg/g and 31.66 mg/g respectively.
Kruskal Wallis test on liver cholesterol concentration of both group equal the liver
cholesterol of hyperlipidemic group. This result concluded that the increase in
liver cholesterol concentration cannot be inhibited by the supplementation of jati

belanda formulation and lovastatin.

METABOLISME KOLESTEROL HATI: KHASIAT RAMUAN
JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) DALAM
MENGATUR KONSENTRASI KOLESTEROL SELULAR

ANDY WAHYUDI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Judul Skripsi : Metabolisme Kolesterol Hati: Khasiat Ramuan Jati Belanda

(Guazuma ulmifolia Lamk.) dalam Mengatur Konsentrasi
Kolesterol Selular
Nama
: Andy Wahyudi
NIM
: G44103048

Disetujui

Popi Asri Kurniatin, S.Si., Apt.
Anggota

drh. Sulistiyani, M.Sc., Ph.D
Ketua

Diketahui

Dr. drh. Hasim, DEA
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Agustus 1986 dengan
Achirullah Ladjin (Alm) sebagai ayah dan Ermy sebagai ibu. Penulis merupakan
anak ketiga dari empat bersaudara.
Sejak lahir penulis bersekolah di Jakarta hingga tingkat SMU. Tahun 2003
penulis lulus dari jenjang pendidikan SMU melalui program akselerasi (2 tahun)
di SMU 81 Jakarta dan melanjutkan ke jenjang Srata 1 pada Jurusan Biokimia
Institut Pertanian Bogor.
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis pernah aktif di beberapa
kelembagaan mahasiswa, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga
Mahasiswa IPB pada tahun 2007, Badan Eksekutif Mahasiswa FMIPA IPB tahun
2005, Himpunan Profesi Biokimia IPB tahun 2006, dan Himpunan Profesi Kimia
IPB tahun 2004. Penulis juga pernah menjadi Asisten Kimia Dasar untuk
mahasiswa tingkat 1, Asisten Pendidikan Agama Islam, dan melakukan praktek
lapang di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen) Bogor dengan tema purifikasi virus
tungro dari tanaman padi pada tahun 2006.


PRAKATA
Segala puji hanyalah milik Allah ’azza wa jalla, Shalawat serta salam untuk
Rasulullah Muhammad saw. Syukur kepada Allah karena telah selesainya
penyusunan karya ilmiah saya dengan judul “Metabolisme Kolesterol Hati:
Khasiat Ramuan Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dalam Mengatur
Konsentrasi Kolesterol Selular“. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil
penelitian yang saya lakukan selama kurang lebih enam bulan di awal tahun 2008
yang bertempat di Pusat Studi Biofarmaka (PSB) IPB dan Laboratorium Biokimia
Departemen Biokimia IPB.
Karya Ilmiah ini merupakan salah satu prasyarat kelulusan dalam
menempuh studi di Departemen Biokimia IPB dengan penelitian sebagai sarana
untuk menyusun karya ilmiah tersebut. Saya mengucapkan terima kasih kepada
drh. Sulistiyani, M.Sc., Ph.D selaku pembimbing utama dan Popi Asri Kurniatin,
S.si., Apt. Sebagai pembimbing anggota dalam pelaksanaan penelitian ini. Terima
kasih juga saya sampaikan untuk Martini Hudayanti atas bantuan yang diberikan
dalam penelitian saya, para laboran, teknisi, dan rekan-rekan mahasiswa biokimia
lainnya sehingga kerja penelitian saya telah terlaksana dengan baik.
Dengan dukungan dari berbagai pihak dan dengan ridha Allah juga,
akhirnya karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga karya ilmiah ini
dapat memberikan kontribusi dalam proses pengembangan intelektual muda

Indonesia. Semoga!

Bogor, Januari 2009

Andy Wahyudi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...........................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

x


PENDAHULUAN ..........................................................................................

1

TINJAUAN PUSTAKA
Metabolisme Kolesterol ......................................................................
Hiperkolesterolemia ............................................................................
Obat Alami Antikolesterol ..................................................................
Kelinci New Zealand White .................................................................

1
3
3
5

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ....................................................................................
Metode Penelitian ...............................................................................

5

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Energi Pakan ......................................................................
Jumlah Kolesterol dan Lemak Pakan ..................................................
Konsentrasi Kolesterol Hati ................................................................
Analisis Regresi Terhadap Efek Kolesterol dan Lemak Pakan Pada
Konsentrasi Kolesterol Hati ................................................................
Hubungan antara Kolesterol Hati dengan Kolesterol Darah Total .....

10
12

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ..............................................................................................
Saran ....................................................................................................

13
13


DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

13

LAMPIRAN ....................................................................................................

16

7
8
8

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Pembagian hiperkolesterolemia berdasarkan konsentrasi kolesterol dan
LDL darah ................................................................................................

3


2

Rata-rata konsumsi energi pakan kelompok kelinci ................................

8

3

Rata-rata jumlah kolesterol dan lemak pakan kelompok kelinci .............

8

4

Hasil perhitungan regresi dan koefisien korelasi antara kolesterol pakan
dan kolesterol hati ....................................................................................

11

Hasil perhitungan regresi dan koefisien korelasi antara lemak pakan dan
kolesterol hati ...........................................................................................

11

5

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Jalur metabolisme eksogen kolesterol (Sheperd 2001) ............................

2

2

Jalur metabolisme endogen kolesterol (Kwiterovich 2000) ....................

2

3

Jalur reverse cholesterol transport (Kwiterovich 2000) ..........................

3

4

Daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) .....................................

4

5

Lovastatin (a) bentuk lakton inaktif (b) asam hidroksi terbuka ...............

5

6

Diagram konsentrasi rata-rata kolesterol hati pada kelompok percobaan .

8

7

Grafik hubungan kolesterol hati normal dan hiperlipidemia dengan (a)
asupan kolesterol pakan (b) asupan lemak pakan .................................

9

Grafik hubungan kolesterol hati dengan kolesterol pakan pada (a)
kelompok ekstrak (b) kelompok lovastatin ..............................................

10

Grafik hubungan kolesterol hati dengan lemak pakan pada (a) kelompok
ekstrak (b) kelompok lovastatin ...............................................................

10

8
9

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Tahapan penelitian .............................................................................

17

2

Penentuan kurva standar .....................................................................

18

3

Data konsentrasi kolesterol hati .........................................................

19

4

Penentuan kurva standar (pengenceran) .............................................

20

5

Data konsentrasi kolesterol hati (pengenceran) ..................................

21

6

Rangkuman konsentrasi kolesterol hati kelinci ..................................

22

7

Analisis data konsentrasi kolesterol hati kelinci menggunakan
minitab ................................................................................................

22

8

Data konsumsi energi dan kolesterol pakan rata-rata kelinci .............

25

9

Data konsumsi lemak pakan rata-rata kelinci .....................................

26

10

Data konsentrasi kolesterol darah total kelinci ...................................

27

11

Interaksi antar kelompok data (kelompok normal dan kelompok
hiperlipidemia) ...................................................................................

28

12

Interaksi antar kelompok data (kelompok ekstrak) ….........................

29

13

Interaksi antar kelompok data (kelompok lovastatin) ….....................

29

14

Grafik hubungan kolesterol hati dengan kolesterol darah total ……..

30

15

Kandungan pakan standar RB 12 ........................................................

30

16

Kandungan minyak kelapa merk Barco ..............................................

30

PENDAHULUAN
Penyakit jantung koroner (PJK) sampai
saat ini masih merupakan penyebab kematian
nomor satu di Indonesia. Menurut hasil survei
dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia melalui Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT), sejak tahun 1992 sampai
survei terbaru tahun 2004, PJK masih
menempati urutan pertama penyakit kronis
yang diderita dan penyebab kematian di
Indonesia (Soemantri et al. 2005). Telah kita
ketahui pula bahwa aterosklerosis adalah salah
satu faktor risiko PJK yang paling besar
pengaruhnya terhadap penyakit ini setelah
kebiasaan merokok.
Aterosklerosis
merupakan
penyakit
terbentuknya plak di dinding pembuluh arteri
besar yang mengakibatkan menyempitnya
rongga pembuluh darah dan menurunkan
tingkat elastisitas pembuluh darah tersebut
(Marks et al. 1996). Salah satu penyebabnya
adalah tingginya konsentrasi kolesterol dalam
darah. Tingginya konsentrasi kolesterol darah
salah satu penyebabnya adalah akibat asupan
kolesterol dan lemak dalam makanan yang
cukup tinggi.
Pengendalian jumlah kolesterol dalam
tubuh terjadi pada organ hati. Organ ini
merupakan pusat biosintesis dan degradasi
kolesterol tubuh. Apabila asupan kolesterol
dan lemak dari makanan berlebih, maka hati
sedemikian rupa akan menjaga agar
konsentrasi kolesterol tubuh tetap normal
dengan cara mengurangi laju biosintesis
kolesterol
dan
meningkatkan
sekresi
kolesterol melalui cairan empedu sehingga
jumlah kolesterol berkurang. Dengan regulasi
dari hati, maka konsentrasi kolesterol tubuh
dapat dipertahankan pada kondisi normal.
Rahayu
(2007)
dalam
laporan
penelitiannya
menunjukkan
bahwa
konsentrasi kolesterol hati tikus yang
mengalami hiperlipidemia naik 3-4 kali dari
konsentrasinya pada hati tikus normal.
Pengukuran konsentrasi kolesterol hati dalam
hal ini dilihat sebagai keseimbangan
kolesterol pada waktu tertentu. Penumpukan
kolesterol ini tidak sesuai dengan fungsi organ
hati sebagai pengendali kolesterol karena hati
akan mengeluarkan kolesterol yang lebih
dalam bentuk cairan empedu (tidak
terakumulasi).
Pertanyaan muncul bagaimana kolesterol
hati dapat naik dengan diberikannya asupan
kolesterol dan lemak yang cukup besar.
Permasalahan ini akan dikaitkan dengan efek

yang diberikan oleh formula daun jati belanda
sebagai antikolesterol dan lovastatin yang
merupakan obat alami antikolesterol dari
golongan statin yang telah dikomersilkan
sebagai pembandingnya.
Telah
dilaporkan
pada
penelitian
sebelumnya, bahwa ekstrak daun jati belanda
mampu mengurangi konsentrasi kolesterol
darah kelinci (Monica & Farida 1997). Dalam
rangka mengembangkan suatu formula
antikolesterol alami, maka ekstrak ini
dicampur dengan beberapa bahan alami
lainnya dan dibuat sebuah formula yang
disebut formula daun jati belanda. Formula ini
kemudian diuji antikolesterolnya pada suatu
penelitian payung yang bertujuan untuk
mendapatkan obat alternatif dalam mencegah
kenaikan kolesterol tubuh. Pada salah satu
bagian dari penelitian payung ini, yaitu
penelitian Rahayu (2007), formula ini
memberikan hasil yang positif dapat
mencegah kenaikan konsentrasi kolesterol hati
tikus setelah formula ini diujikan pada hewan
coba tikus Sprague-Dawley.
Penelitian ini melanjutkan penelitian
Rahayu (2007) dan bertujuan untuk
mempelajari lebih jauh regulasi kolesterol
dalam hati. Untuk itu telah dipelajari efek dari
asupan makanan kaya kolesterol dan lemak
terhadap konsentrasi kolesterol hati, kondisi
rata-rata konsentrasi kolesterol darah dengan
menggunakan data sekunder, dan efek inhibisi
dari ekstrak formula jati belanda sebagai calon
obat fitofarmaka dan lovastatin sebagai obat
antikolesterol komersil.
Hipotesis penelitian ini adalah asupan
pakan kaya kolesterol dan lemak akan
menyebabkan terjadinya kenaikan konsentrasi
kolesterol hati. Selain itu, formula daun jati
belanda dan lovastatin yang digunakan dapat
mencegah terjadinya kenaikan konsentrasi
kolesterol hati.

TINJAUAN PUSTAKA
Metabolisme Kolesterol
Metabolisme
kolesterol
mengikuti
beberapa jalur dari metabolisme lipoprotein.
Secara garis besar ada tiga jalur metabolisme
lipoprotein yang terjadi di dalam tubuh, yaitu
jalur metabolisme eksogen, jalur metabolisme
endogen, dan jalur reverse cholesterol
transport atau jalur balik kolesterol. Kedua
jalur pertama lipoprotein berhubungan dengan
metabolisme kolesterol-LDL (low density
lipoprotein) dan trigliserida, sedangkan jalur
terakhir berhubungan dengan metabolisme
kolesterol-HDL (high density lipoprotein).

2

Jalur Metabolisme Eksogen
Pada metabolisme ini, trigliserida dan
kolesterol yang berasal dari makanan
berlemak masuk ke usus dan dicerna. Selain
itu, dalam usus juga terdapat kolesterol yang
berasal dari hati yang disekresikan bersama
dengan empedu ke usus halus. Kedua
trigliserida dan kolesterol yang berasal dari
makanan dan hati ini yang terdapat di usus
halus disebut lemak eksogen.
Trigliserida dan kolesterol dalam usus
halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa
usus halus. Trigliserida diserap dalam bentuk
asam lemak bebas sedangkan kolesterol
diserap sebagai kolesterol. Setelah melewati
mukosa usus halus, asam lemak bebas akan
diubah kembali menjadi trigliserida dan
kolesterol diesterifikasi menjadi kolesterol
ester. Kedua jenis molekul ini bersamaan
dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan
membentuk lipoprotein yang disebut dengan
kilomikron.
Kilomikron ini kemudian masuk ke
saluran limfe dan akhirnya menuju ke aliran
darah. Dalam aliran darah kilomikron
dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase
menjadi asam lemak bebas. Asam lemak
bebas akan diserap oleh endotel pembuluh
darah dan dapat disimpan sebagai trigliserida
kembali pada jaringan adiposa. Namun bila
terdapat dalam jumlah yang banyak, sebagian
akan diambil oleh hati untuk membentuk
trigliserida hati. Kilomikron sisa yang kaya
kolesterol ester disebut kilomikron remnant
dan akan dibawa ke hati (Shepherd 2001).
Skema jalur eksogen kolesterol dapat dilihat
pada Gambar 1.

Gambar 1

Jalur
metabolisme
eksogen
kolesterol (Sheperd 2001).

Jalur Metabolisme Endogen
Hati memiliki kemampuan mensintesis
kolesterol dan trigliserida. Kedua produk ini
disekresikan ke dalam sirkulasi darah dalam

bentuk lipoprotein very low density
lipoprotein (VLDL) (Gambar 2). Dalam
sirkulasi, trigliserida di VLDL akan
dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase
(LPL) sehingga VLDL berubah menjadi
intermidiate density lipoprotein (IDL). IDL
sebagian kembali ke hati dan sebagian lainnya
akan dihidrolisis kembali oleh LPL sehingga
berubah menjadi low density lipoprotein
(LDL). LDL adalah lipoprotein yang paling
banyak mengandung kolesterol. Sebagian
LDL akan dibawa ke hati dan jaringan
steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal,
testis, dan ovarium yang memiliki reseptor
untuk kolesterol-LDL. Sebagian lainnya akan
dioksidasi dan ditangkap oleh reseptor
scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan
menjadi sel busa. Jika konsentrasi kolesterolLDL dalam plasma banyak, maka makin
banyak yang akan mengalami oksidasi dan
ditangkap oleh sel makrofag (Kwiterovich
2000).

Gambar 2

Jalur
metabolisme
endogen
kolesterol (Kwiterovich 2000).

Jalur Reverse Cholesterol Transport
Jalur ini berkaitan dengan metabolisme
kolesterol-HDL. HDL dilepaskan sebagai
partikel kecil yang miskin kolesterol dan
mengandung apolipoprotein (apo) A, C, dan
E. HDL ini disebut HDL nascent. HDL ini
berasal dari usus halus dan hati. HDL nascent
akan mendekati makrofag untuk mengambil
kolesterol yang tersimpan di makrofag dan
kemudian berubah menjadi HDL dewasa
(Gambar 3).
Kolesterol yang telah diambil HDL akan
diesterifikasikan
oleh
enzim
lecithin
cholesterol acyltransferase (LCAT) menjadi
kolesterol ester. Kolesterol ester ini kemudian
di transport dalam dua jalur. Pertama, jalur ke
hati dan ditangkap oleh reseptor kolesterolHDL. Jalur kedua, kolesterol ester dalam
HDL akan dipertukarkan dengan trigliserida
dari VLDL dan IDL dengan bantuan

3

cholesterol ester transfer protein (CETP).
Dengan demikian, fungsi HDL sebagai
pembersih
kolesterol
dari
makrofag
mempunyai dua jalur, yaitu langsung ke hati
atau tidak langsung melalui VLDL dan IDL
yang akan kembali ke hati (Kwiterovich
2000).

terbukti mencegah kenaikan konsentrasi
kolesterol, melakukan pengurangan asupan
lemak dan kolesterol, serta berolahraga
teratur.
Tabel 1 Pembagian
hiperkolesterolemia
berdasarkan konsentrasi kolesterol
dan LDL darah
Jenis
Konsentrasi
LDL
Kolesterol
(mg/dL)
(mg/dL)
Normal
Hiperkolestero
lemia rendah
Hiperkolestero
lemia sedang
Hiperkolestero
lemia tinggi

Gambar 3

Jalur
reverse
cholesterol
transport (Kwiterovich 2000).

Hiperkolesterolemia
Konsentrasi kolesterol total darah atau
Total Plasma Cholesterol (TPC) merupakan
resultan konsentrasi dari molekul-molekul
lipoprotein kilomikron, VLDL, IDL, LDL,
dan HDL. Konsentrasi kolesterol total darah
dapat melebihi batas normalnya karena
berbagai hal, antara lain akibat kelainan
genetik, obesitas, asupan makanan kaya
kolesterol dan asam lemak jenuh, kekurangan
hormon estrogen, lanjut usia, dan gangguan
metabolisme (Linder 1992). Keadaan ini
disebut hiperkolesterolemia.
Konsentrasi normal kolesterol total darah
adalah di bawah 200 mg/dL. Kondisi
hiperkolesterolemia akan muncul apabila
konsentrasi kolesterol total darah melebihi
200 mg/dL. Hal ini akan memicu risiko
aterosklerosis (Grundy 1991).
Hiperkolesterolemia dapat dibagi menjadi
tiga berdasarkan konsentrasi kolesterol total
dan LDL darah. Selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 1. Selain itu, hiperkolesterolemia
juga dapat dibedakan berdasarkan sebab
terjadinya, yaitu hiperkolesterolemia karena
kelainan genetik disebut hiperkolesterolemia
keturunan dan hiperkolesterolemia karena
kelainan metabolisme lemak. Kelainan
metabolisme lemak terjadi akibat pola makan
yang tidak seimbang (kelebihan lemak atau
karbohidrat), kurang berolahraga, dan
merokok (Suharti 2007).
Hiperkolesterolemia
dapat
dikurangi
dengan
cara
mengkonsumsi
obat
antikolesterol atau bahan-bahan alami yang

< 200

< 139

200-239

139-160

240-289

160-209

>290

>210

Sumber: Grundy (1991)
Obat Alami Antikolesterol
Menurut Dalimartha (2005), ada empat
golongan obat antikolesterol yang beredar di
pasaran, yaitu golongan resin yang mampu
mengikat
empedu
dan
meningkatkan
pembuangan LDL dari darah, golongan
penghambat sintesis lipoprotein yang mampu
mengurangi sintesis VLDL dan meningkatkan
HDL, golongan derivat asam fibrat yang
mampu meningkatkan aktivitas lipoprotein
lipase, dan golongan statin yang dapat
menghambat
3-hidroksi-3-metilglutarilkoenzim-A (HMG-KoA) reduktase.
Lovastatin
yang
digunakan
dalam
penelitian ini termasuk ke dalam golongan
statin, sedangkan formula daun jati belanda
masih merupakan ekstrak kasar dari obat
alami antikolesterol.
Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)
Jati belanda termasuk ke dalam divisi
spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas
dicotyledonae, bangsa malvales, suku
sterculiaceae dengan marga guazuma (Sugati
et al. 1991). Tumbuhannya dapat mencapai
tinggi sekitar 10 m dengan warna batang hijau
keputih-putihan, keras, bulat, mempunyai
permukaan yang kasar, banyak alur, berkayu,
dan bercabang. Daunnya berwarna hijau
dengan panjang daun 10-16 cm dan lebar 3-6
cm, berbentuk bulat telur dan permukaan
daunnya kasar. Tepi daunnya bergerigi
dengan ujung daun runcing, pangkal berlekuk,
dan pertulangan yang menyirip. Bentuk daun
ini dapat dilihat pada Gambar 4. Sedangkan
buah jati belanda berwarna hitam berbentuk

4

kotak atau bulat keras dan permukaan
buahnya berduri (Soedibyo 1998).
Daun jati belanda mengandung senyawa
flavonoid,
asam
fenolat,
tanin,
steroid/triterpenoid, dan karotenoid (Hartanto
1986). Menurut Miradiono (2002), serbuk
daun jati belanda mengandung flavonoid,
fenol hidrokuinon, dan senyawa flavonoid
lainnya seperti kalkon, auron, dan flavonol.
Daun jati belanda juga mengandung senyawa
alkaloid, terpena, triterpena (sterol), resin,
glukosa, asam lemak, asam fenolat, zat pahit,
dan karbohidrat (Suharmiati & Maryani
2003).
Salah satu hasil penelitian yang meneliti
pengaruh daun jati belanda terhadap kerja
enzim lipase pankreas secara invitro
menunjukkan bahwa seduhan dan rebusan
daun jati belanda dapat meningkatkan
konsentrasi asam lemak hasil hidrolisis
minyak kelapa dengan bantuan enzim lipase
(Wahyuditomo 2000).
Lendir daun jati belanda juga dapat
menghambat kenaikan bobot badan tikus putih
betina dengan pemberian dosis sebesar 350
mg/kg BB. Efek ini tidak lebih besar jika
dibandingkan dengan daya hambat yang
diberikan oleh seduhan daun jati belanda dosis
500 mg/kg BB terhadap kenaikan bobot badan
tikus. Penghambatan kenaikan bobot badan ini
dilaporkan oleh Sugiyanto (2000),dan tidak
dipengaruhi oleh jumlah makanan dan
minuman yang dikonsumsi.
Monica dan Farida (2000) melaporkan
bahwa pemberian ekstrak etanol daun jati
belanda 15% dan 30% sebanyak 2 mL/g bobot
badan secara oral dapat menurunkan
konsentrasi kolesterol total serum kelinci.
Sedangkan menurut Lestari dan Muchtadi
(1997), pemakaian ekstrak etanol daun jati
belanda dosis
1g/kg
BB/hari
dapat
menghambat peningkatan kolesterol darah
tikus yang diinduksi hiperkolesterolemia.
Pengamatan dilakukan selama delapan hari
dengan
jumlah
tikus
masing-masing
kelompok 3 ekor dengan propil tiourasil
sebagai penginduksi kondisi hiperlipidemia.
Kenaikan kolesterol yang terjadi pada
kelompok hiperlipidemia sebesar 54.26%.
Menurut Rachmadani (2001), pemakaian
ekstrak air daun jati belanda dosis 1g/kg BB
tidak mempengaruhi kondisi tikus yang
hiperlipidemia. Pengamatan dilakukan selama
28 hari dengan jumlah tikus 10 ekor
perkelompok dan propil tiourasil dicampur
pakan
kolesterol
digunakan
untuk
menginduksi kondisi hiperkolesterolemia.
Kenaikan kolesterolnya pada kelompok

hiperlipidemia mencapai 129.12% pada hari
ke tujuh.
Ekstrak heksana dan ekstrak kloroform
daun jati belanda dapat menurunkan
konsentrasi kolesterol darah tikus yang
hiperkolesterolemia. Pemakaian ekstrak ini
dianggap aman hingga 5 minggu pemakaian
dengan melihat aktivitas SGOT dan SGPT
darah tikusnya (Kristiani 2003).

Gambar 4

Daun Jati Belanda (Guazuma
ulmifolia Lamk.).

Lovastatin
Lovastatin merupakan senyawa metabolit
sekunder yang dihasilkan melalui jalur
poliketida dan merupakan derivat dari asetat
(Alberts 1989). Senyawa ini diketahui
pertama kali dapat menjadi agen anti
hiperkolesterolemia oleh Cimerman et al.
pada tahun 1973. Saat ini, lovastatin telah
ditemukan pada Aspergillus terreus dan
berbagai cendawan genus Pleurotus seperti
P.sapidus, P.erynggi, P.cornucopial dan
P.ostreatus. Cara memperoleh senyawa ini
melalui fermentasi bawah permukaan
berbagai jamur berfilamen, khususnya dari
kelas Basidiomycetes atau melalui ekstraksi
tubuh buah secara kimiawi (Saimee 2003).
Rumus
molekul
lovastatin
adalah
C24H36O5 dengan berat molekul 404.55 g/mol.
Lovastatin hadir dalam bentuk lakton inaktif
dan asam hidroksi terbuka aktif yang dapat
dilihat pada Gambar 5, bersifat semi polar,
dan larut baik dalam etanol (Albert 1989).
Bentuk aktif dari lovastatin adalah dalam
bentuk asam hidroksi terbuka karena dapat
berperan sebagai inhibitor kompetitif HMG
KoA reduktase (Saimee 2003).
Cara kerja lovastatin sesuai golongannya
adalah sebagai inhibitor kompetitif dari HMG
KoA reduktase sehingga paling efektif dalam
mengobati kondisi hiperlipidemia (Goodman
& Gilmans 2001). Ketika lovastatin hadir
dalam bentuk asam hidroksi terbuka dengan
konsentrasi lebih dari konsentrasi substrat
(HMG KoA) maka HMG KoA reduktase akan

5

lebih cenderung berikatan dengan lovasatin
sehingga jumlah dan frekuensi sintesis
kolesterol tereduksi (Omura 1992). Menurut
Katzung (2002), obat golongan statin juga
dapat menginduksi peningkatan kerja reseptor
LDL sehingga meningkatkan katabolisme
fraksional dari LDL dan ekstraksi prekursor
LDL oleh hati (VLDL sisa). Albert (1989)
juga mengatakan bahwa lovastatin mampu
menurunkan kadar serum kolesterol, LDL,
trigliserol, dan VLDL dalam darah.

Gambar 5

Lovastatin (a) bentuk lakton
inaktif (b) asam hidroksi terbuka.

Kelinci New Zealand White
Kelinci merupakan hewan percobaan yang
sering digunakan untuk
mempelajari
beberapa tujuan, antara lain kandungan gizi
sampel, mencari produk medis seperti obatobatan baru, dan studi tentang berbagai
penyakit tertentu (Cheehe et al. 1986). Kelinci
(Oryctolagus cuniculus) diklasifikasikan ke
dalam filum chordata, subfilum vertebrata,
kelas mamalia, ordo lagomorpha, famili
leporidae, dan genus oryctolagus. Selain
genus oryctolagus, masih terdapat sembilan
genus lainnya dengan spesies yang beragam
(Lebas et al. 1986).
Kelinci New Zealand White merupakan
jenis kelinci yang paling banyak digunakan
untuk penelitian karena sifatnya yang
memberikan respon positif terhadap uji
laboratorium dan kemampuannya yang baik
dalam beradaptasi terhadap beberapa jenis
penelitian. Secara fisiologis darah kelinci
mengandung 35-53 mg/dL kolesterol dan 124156 mg/dL trigliserida (Malole & Pramono
1989).
Pemberian pakan yang mengandung lemak
jenuh dan kolesterol mampu meningkatkan
konsentrasi kolesterol darah hewan coba dan
pemberian 0.25-2.00% (b/b) kolesterol dapat
meningkatkan konsentrasi kolesterol plasma
darah sebesar 300-400 mg/dL dalam jangka
waktu satu minggu pada kelinci New Zealand
White (Prawira 1998).

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Hewan coba yang digunakan pada awal
penelitian adalah kelinci New Zealand White
berjenis kelamin jantan, sehat, berumur 8
bulan-1 tahun, dan beraktivitas normal yang
diperoleh dari PT Indo Anilab Bogor Jawa
Barat dengan bobot yang seragam.
Bahan-bahan yang akan digunakan adalah
ekstrak formula daun jati belanda yang
diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB)
LPPM IPB, akuades, NaCl, KCl, etanol, dietil
eter, kloroform, standar kolesterol, asam
asetat anhidrida, H2SO4 pekat, HCl, petroleum
benzena, pakan kolesterol (kuning telur 0.5%
dan minyak kelapa 5%), pakan standar, dan
lovastatin.
Alat-alat yang digunakan adalah sentrifus
klinis, spektrofotometer UV-VIS, neraca,
oven, kandang kelinci, vorteks, dan penangas
air.
Metode Penelitian
Rancangan Percobaan
Kelinci yang digunakan sebanyak 32 ekor
dan dikelompokkan menjadi 4 kelompok
dengan satu kandang untuk satu ekor kelinci.
Tiap kelompok diberi pakan yang berbedabeda. Pertama kali kelinci diadaptasikan
selama dua minggu dengan pemberian pakan
standar agar cara hidup dan makanannya
menjadi seragam. Pada minggu ketiga, kelinci
diberi pakan sesuai dengan kelompoknya
masing-masing.
Pengelompokkan
kelinci
ditentukan
berdasarkan kesamaan bobot badan. Ada
empat kelompok kelinci, yaitu kelompok
normal, kelompok hiperlipidemia, kelompok
ekstrak, dan kelompok lovastatin. Kelompok
normal diberi pakan standar, kelompok
hiperlipidemia diberi pakan kolesterol,
kelompok ekstrak diberi campuran pakan
kolesterol dan ekstrak, dan kelompok
lovastatin diberi pakan kolesterol yang telah
dicampur dengan lovastatin dosis 40 mg/ 70
kgBB (Duane 1994; Merck 2007).
Semua kelompok diberi makan dengan
pakannya masing-masing setiap pagi hari dari
minggu ke-3 sampai minggu ke-10 dan diberi
minum akuades. Kelompok normal diberi
pakan standar sebanyak 150 g/ekor/hari;
kelompok hiperlipidemia diberi pakan dengan
pakan kolesterol, yaitu campuran pakan
standar, 0.5% tepung kuning telur, dan 5%
minyak kelapa sebanyak 150 g/ekor/hari;
kelompok ekstrak diberi pakan dengan
campuran pakan kolesterol dan ekstrak

6

formula daun jati belanda sebanyak 80
g/ekor/hari pada pagi hari, kemudian pada
sore harinya diberi pakan kolesterol sebanyak
70 g/ekor/hari; kelompok lovastatin diberi
pakan dengan campuran pakan kolesterol dan
lovastatin sebanyak 80g/ekor/hari pada pagi
hari dan 70g/ekor/hari pakan kolesterol pada
sore hari.
Pembuatan Ekstrak
Daun jati belanda dicuci bersih dan
dikeringkan dalam oven. Setelah kering,
bahan diekstraksi dengan cara maserasi
menggunakan pelarut etanol 70% dan hasil
maserasinya
diuapkan
dengan
rotary
evaporator. Hasil ekstrak daun jati belanda
kemudian dicampur dengan bahan lainnya
sesuai formulasi dari Pusat Studi Biofarmaka
IPB.
Pembuatan Pakan Kolesterol
Pakan kolesterol yang digunakan dibuat
dari tepung kuning telur ayam sebagai sumber
kolesterol (konsentrasi kolesterol pakan
0.5%), 5% minyak kelapa, dan pakan standar
sampai 100%. Pakan standar didapat dari
Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor. Semua
bahan dicampur merata dan dibentuk menjadi
seperti pelet.
Tepung kolesterol dibuat dari kuning telur
ayam yang dikeringkan dengan menggunakan
metode Momuat et al. (2001) yang
dimodifikasi. Telur ayam direbus selama 30
menit atau sampai matang, kemudian kuning
telurnya dipisahkan dari putih telurnya.
Kuning telur yang telah matang digerus di atas
loyang sampai menjadi bubuk. Kemudian
diratakan tipis di atas loyang dan dikeringkan
dalam oven pada suhu 65 ºC selama 24 jam.
Bubuk kuning telur yang telah kering digerus
kembali menggunakan blender agar semakin
halus.
Penentuan konsentrasi kolesterol tepung
kuning telur dilakukan menggunakan metode
Lieberman-Buchard (Alexander & Griffith
1993). Tepung kuning telur 0.02 g
dimasukkan ke dalam tabung sentrifus 15 mL
yang telah berisi 12 ml campuran etanol dan
eter dengan perbandingan 3:1. Campuran
dikocok dan dibiarkan selama 30 menit
dengan posisi tabung horizontal. Tabung
kemudian disentrifugasi pada kecepatan 3000
rpm selama 3 menit. Supernatan yang
terbentuk dipindahkan ke dalam gelas piala 50
ml dan diuapkan pada penangas air sampai
kering. Residu yang didapat diekstrak
menggunakan kloroform 2-2.5 mL dan
dikocok perlahan agar residu terekstrak. Hasil

ekstraknya dipindahkan ke dalam tabung
sentrifus. Gelas piala tadi dibilas lagi dengan
kloroform dan bilasannya dimasukkan ke
dalam tabung sentrifus sampai tepat 5 mL.
Standar kolesterol yang digunakan dilarutkan
dalam 5 mL kloroform, blanko digunakan
kloroform 5 ml masing-masing dimasukkan
ke dalam tabung sentrifus. Kemudian semua
tabung ditambahkan 2 mL asetat anhidrida
dan 0.1 mL asam sulfat pekat dan dikocok.
Tabung kemudian disimpan di ruang gelap
selama 15 menit dan larutan diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 420
nm dengan spektrofotometer UV-VIS.
Pembuatan Pakan Ekstrak
Pakan ekstrak yang digunakan merupakan
pakan kolesterol yang ditambah dengan
ekstrak formula daun jati belanda pada dosis
tertentu. Semua bahan dicampur merata dan
dibentuk seperti pelet. Dosis tidak dapat
disebutkan terkait dengan kepentingan paten/
hak cipta dari mitra industri yang bekerjasama
dalam penelitian ini.
Pembuatan Homogenat Hati dan Analisis
Konsentrasi Kolesterol Hati (Alexander &
Griffith 1993)
Hati dihomogenkan sebanyak kurang lebih
1 g dalam larutan KCL 1.5%, kemudian
diambil sebanyak 0.2 ml dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang bertutup. Tabung
sentrifus 15 mL diisi dengan 12 mL campuran
etanol-eter (3:1). Kemudian tabung diisi 0.2
mL homogenat hati yang telah tersedia dalam
tabung reaksi, diaduk perlahan sampai semua
bercampur dengan etanol-eter (3:1). Tabung
ditutup rapat dan didiamkan secara horizontal
selama 30 menit. Selanjutnya, tabung
disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm
selama 3 menit. Supernatan yang diperoleh
dipindahkan ke dalam gelas piala ukuran 50
mL lalu diuapkan pada penangas air mendidih
sampai supernatan kering. Residu kemudian
dilarutkan dalam kloroform 2-2.5 mL dan
dikocok perlahan agar residu terekstrak. Hasil
ekstraknya dipindahkan ke dalam tabung
reaksi. Gelas piala tadi dibilas lagi dengan
kloroform dan bilasannya dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sampai tepat 5 mL.
Standar kolesterol yang digunakan
sebanyak 5 mL, dan blanko menggunakan
kloroform 5 ml masing-masing dimasukkan
ke dalam tabung reaksi. Kemudian semua
tabung ditambahkan 2 mL asetat anhidrida
dan 0.1 mL asam sulfat pekat dan dikocok.
Tabung kemudian disimpan di ruang gelap
selama 15 menit dan campurannya diukur

7

absorbansinya pada panjang gelombang 420
nm dengan spektrofotometer UV-VIS.
Analisis Data
Rancangan
Acak
Lengkap
(RAL)
digunakan pada rancangan penelitian ini
dengan menggunakan metode ANOVA
(Analysis of Variance) untuk menganalisis
data. Model RAL menurut Mattjik dan
Sumertajaya (2002) adalah: Yij =  + i + ij
Keterangan:
Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j
 = Pengaruh rataan umum
i = Pengaruh perlakuan ke-i, i = 1, 2, 3,4
ij = Pengaruh galat perlakuan ke-i, dan
ulangan ke-j, j = 1, 2, 3, 4, 5, 6
Pertama kali dilakukan uji kehomogenan
galat di antara tiap data untuk menentukan uji
berikutnya. Hasil penelitian ini menggunakan
uji lanjut Kruskal Walis dengan program
Minitab.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan diberikan selama 8 minggu
kepada semua kelompok kelinci sesuai
pakannya masing-masing. Selama proses
tersebut, beberapa ekor kelinci mengalami
sakit dan akhirnya mati. Pada kelompok
lovastatin, satu ekor kelinci mati dan pada tiga
kelompok lainnya masing-masing dua ekor
kelinci mati. Sehingga jumlah total kelinci
pada akhir percobaan adalah sebanyak 25
ekor. Pada akhir penelitian semua kelinci
tersebut dimatikan dan di ambil hatinya untuk
dilakukan pengukuran terhadap kandungan
kolesterolnya.
Konsumsi Energi Pakan
Informasi mengenai banyaknya jumlah
energi yang dikonsumsi oleh hewan coba
perlu diketahui agar hasil pembandingan
konsentrasi kolesterol hati pada masingmasing kelompok diketahui berada pada
kondisi yang sama atau berbeda. Apabila
terdapat kesamaan jumlah konsumsi energi,
maka akan diketahui bahwa tidak ada
perbedaan dalam pemberian perlakuan kecuali
komposisi lipid dari pakan tersebut. Hal ini
membuat
perbandingan
analisis
data
kolesterol hati akan lebih dapat dipercaya.
Pada penelitian ini setiap kelompok kelinci
diberikan pakan yang berbeda-beda sesuai
dengan perlakuannya. Kelompok normal
diberikan pakan standar yang di dapat dari
Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi

Bogor. Pakan standar ini mengandung digest
energy (DE) sebesar 2590 kkal/kg. Pakan
yang diberikan ke kelinci masing-masing
sebesar 150 g/hari. Rata-rata konsumsi pakan
selama perlakuan (8 minggu) untuk kelompok
normal berkisar antara 84.33-141.20 g per hari
per ekor. Dengan demikian konsumsi energi
rata-ratanya adalah sebesar 218.42-365.70
kkal per hari per ekor. Kemudian dihitung
rata-rata untuk satu kelompok, sehingga ratarata konsumsi energi pada kelompok normal
adalah sebesar 270.74 + 51.88 kkal per hari.
Kelompok kedua,
yaitu
kelompok
hiperlipidemia mengkonsumsi pakan standar
yang ditambah dengan 0.5% kolesterol tepung
kuning telur ayam dan 5% minyak kelapa.
Kuning telur ayam rata-rata memiliki
kandungan energi sebesar 355 kalori per 100
gram. Kandungan kolesterol kuning telur
sendiri berkisar antara 3.50-4.08% (mg/g),
sehingga rata-rata konsumsi energi dari
tepung kuning telur ayam pada kelompok
hiperlipidemia adalah sebesar 40.94-54.32
kkal per hari per ekor. Demikian pula dengan
konsumsi energi dari minyak kelapa.
Sebanyak
14
gram
minyak
kelapa
mengandung energi sebesar 126 kkal,
sehingga rata-rata konsumsi energinya adalah
sebesar 40.19-52.70 kkal per hari per ekor.
Total rata-rata konsumsi energi adalah sebesar
312.47-410.31 kkal per hari per ekor.
Kemudian data dihitung untuk satu kelompok
sehingga didapat nilai rata-rata konsumsi
energi kelompok hiperlipidemia lebih rendah
dari nilai kelompok normal. Dengan cara yang
sama, konsumsi energi kelompok ekstrak
formula jati belanda dan kelompok lovastatin
dapat ditentukan. Rata-rata konsumsi energi
kelompok ekstrak dan lovastatin juga lebih
rendah dari kelompok normal (Tabel 2).
Berdasarkan uji statistik, konsumsi ratarata energi pada tiap kelompok dapat
dikatakan sama walaupun nilai rata-rata yang
didapat berbeda-beda. Perbedaan ini terjadi
karena konsumsi pakan pada tiap kelinci
bergantung kepada kondisi kesehatan dan
tingkat stres dari kelinci tersebut. Selama
perlakuan ada beberapa ekor kelinci yang
mengalami sakit dan stres sehingga
mengurangi nafsu makan. Namun perbedaan
tersebut tidak signifikan sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
tiap
kelompok
mengkonsumsi energi yang sama perharinya.
Dengan kenyataan ini, maka perbandingan
konsentrasi kolesterol hati yang didapat
selanjutnya menjadi lebih akurat karena
perbandingan dilakukan pada kondisi yang
sama.

8

Tabel 2 Rata-rata konsumsi energi pakan
kelompok kelinci
Kelompok
(Kkal)
Standar
Deviasi
Normal
Hiperlipidemia
Ekstrak
Lovastatin

270.74
257.33
220.21
209.80

51.88
28.82
54.52
33.02

Keterangan: P > 0.05
Jumlah Kolesterol dan Lemak Pakan
Data jumlah kandungan kolesterol dan
lemak dalam pakan diperlukan untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap kenaikan
konsentrasi kolesterol hati. Data ini didapat
dari jumlah pakan yang dikonsumsi oleh
hewan coba. Setiap kelompok perlakuan
diberikan pakan dengan komposisi yang
berbeda, yang disesuaikan dengan jenis
kelompoknya. Namun pada dasanya setiap
kelompok diberikan pakan standar. Sedangkan
yang membedakan hanyalah tambahan asupan
yang sesuai dengan kelompoknya. Kelompok
normal hanya diberikan pakan standar,
kelompok hiperlipidemia diberikan pakan
kolesterol, yaitu pakan standar dengan
tambahan kolesterol, kelompok ekstrak
diberikan pakan kolesterol yang ditambah
formula jati belanda, dan kelompok lovastatin
diberikan pakan kolesterol yang ditambah
lovastatin. Masing-masing komponen yang
diberikan sebagai pakan dihitung kandungan
kolesterol dan lemaknya dan dijumlahkan.
Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tidak adanya kolesterol pada kelompok
normal karena memang pada pakannya tidak
mengandung
kolesterol
dan
tidak
ditambahkan kuning telur dan minyak kelapa.
Sedangkan ketiga kelompok lainnya memiliki
jumlah kolesterol dan lemak yang hampir
sama. Data ini dibutuhkan untuk melihat
pengaruh ekstrak dan lovastatin dalam
mencegah kenaikan konsentrasi kolesterol hati
apabila
memang
terbukti
konsentrasi
kolesterol hati naik dengan pemberian pakan
kolesterol.
Tabel 3 Rata-rata jumlah kolesterol dan
lemak pakan kelompok kelinci
Kelompok
Kolesterol
Lemak
(mg/hari)
(mg/hari)
Normal
0.00
Hiperlipidemia 0.50
Ekstrak
0.42
Lovastatin
0.42
Keterangan: P > 0.05

0.00
7.78
6.64
6.38

Konsentrasi Kolesterol Hati
Pada setiap kelompok dilakukan analisis
konsentrasi kolesterol hati menggunakan
metode Liebermann-Buchard (Alexander &
Griffith 1993). Kelompok normal memiliki
konsentrasi kolesterol hati rata-rata sebesar
6.97 + 0.68 mg/g. Kondisi hati pada saat
dilakukan analisis baik, kecuali satu buah hati
kelinci tidak normal karena sakit. Kelompok
hiperlipidemia
konsentrasi
rata-rata
kolesterolnya jauh lebih besar dari kelompok
normal, yaitu sebesar 44.38 + 29.50 mg/g.
Sedangkan kelompok ekstrak dan lovastatin
konsentrasi kolesterol hatinya sedikit lebih
rendah daripada kelompok hiperlipidemia
(Gambar 6).
Berdasarkan uji Kruskal- Wallis, nilai ratarata konsentrasi kolesterol hati pada kelompok
normal berbeda dengan nilai rata-rata dari
konsentrasi kolesterol hati kelompok lainnya.
Sedangkan konsentrasi kolesterol hati
kelompok hiperlipidemia, ekstrak formula jati
belanda, dan lovastatin, masing-masing
dibandingkan satu sama lain menunjukkan
bahwa konsentrasi yang didapat masingmasing kelompok tidak berbeda. Perhitungan
statistiknya dapat dilihat pada Lampiran 7.

Gambar 6

Diagram konsentrasi rata-rata
kolesterol hati pada kelompok
percobaan.

Pakan Kaya Kolesterol dan Lemak
Meningkatkan Kolesterol Hati
Data menunjukkan bahwa konsentrasi
kolesterol hati kelompok hiperlipidemia
mengalami kenaikan 6.36 kali lebih besar dari
konsentrasi pada kelompok normal. Hal ini
sesuai dengan hipotesis yang diajukan bahwa
pemberian pakan kaya kolesterol dan lemak
dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam
hati pada waktu tertentu. Kenaikan ini
disebabkan oleh banyaknya asupan kolesterol
dan lemak dari pakan. Gambar 7
menunjukkan kenaikan tersebut.

9

Kenaikan konsentrasi kolesterol hati akibat
asupan kolesterol pakan dapat dilihat dari nilai
korelasi antara keduanya, yaitu sebesar 0.689.
Sedangkan nilai korelasi kenaikan konsumsi
lemak dengan kenaikan konsentrasi kolesterol
hati adalah sebesar 0.691. Kedua nilai ini
menjelaskan
bahwa
kenaikan
asupan
kolesterol dapat menaikkan konsentrasi
kolesterol hati (Lampiran 11).
Kolesterol
dan
trigliserida
yang
terkandung dalam pakan, pada peripheral usus
akan ditransport menggunakan kilomikron
menuju ke hati melalui limfe dan jaringan
adiposa. Trigliserida dalam kilomikron ketika
melewati jaringan adiposa ataupun sel otot
akan didegradasi menjadi asam lemak bebas
dan gliserol oleh enzim lipoprotein lipase.
Asam lemak bebas akan masuk ke dalam
jaringan adiposa untuk kemudian didepositkan
dalam bentuk trigliserida kembali. Kilomikron
yang telah kehilangan asam lemak dan masih
mengandung kolesterol (disebut kilomikron
remnant) terus ditransport ke hati. Sebagian
trigliserida dalam kilomikron juga dapat
diambil hati untuk dibentuk menjadi
trigliserida hati. Kilomikron kemudian masuk
ke dalam hati dan kolesterol yang diangkut,
dipisahkan oleh lisosom hati (Lehninger
2008). Kolesterol yang telah berada di organ
hati kemudian akan ditransport ke seluruh
tubuh oleh lipoprotein yang disebut very low

C Hati

(a)

C Pakan

C Hati

(b)

Lemak Pakan

Gambar 7

Grafik hubungan kolesterol hati
normal
dan
hiperlipidemia
dengan (a) asupan kolesterol
pakan (b) asupan lemak pakan.

density lipoprotein (VLDL). VLDL ini dan
derivatnya yang akan membawa molekul
kolesterol menuju ke sel-sel tubuh yang
memerlukan.
Pada saat kolesterol ditransport dari
peripheral usus ke hati, maka HMG KoA
reduktase yang bertugas merubah asetoasetil
KoA menjadi mevalonat dalam sintesis
kolesterol akan terhambat kerjanya sehingga
produk sintesis kolesterol oleh hati sendiri
akan berkurang. Sebagai gantinya digunakan
kolesterol dari asupan pakan. Ketika asupan
kolesterol dari pakan berlebih, maka terjadi
penumpukan molekul kolesterol di dalam hati.
Hal ini terjadi karena laju degradasi kolesterol
di dalam hati tidak sebanding dengan jumlah
kolesterol yang masuk ke hati dalam satuan
waktu tertentu.
Begitu pula dengan konsumsi lemak.
Lemak yang dikonsumsi ternyata juga
memiliki pengaruh terhadap kenaikan
konsentrasi kolesterol hati. Semakin banyak
lemak yang dikonsumsi, maka konsentrasi
kolesterol hati akan semakin meningkat.
Lemak dalam usus akan didegradasi
menjadi trigliserida, kemudian ditransport
oleh kilomikron ke jaringan adiposa atau otot.
Pada jaringan ini trigliserida akan diurai
menjadi asam lemak dan gliserol agar dapat
masuk untuk kemudian disimpan kembali
dalam bentuk trigliserida. Pada percobaan ini,
asam lemak yang didepositkan dapat
dikatakan sebagian besar didegradasi menjadi
asetil koA atau tersimpan dalam bentuk
trigliserida hati dan sebagian kecil disimpan
sebagai cadangan energi. Asetil koA sendiri
merupakan bahan pembuat kolesterol. Hal ini
terjadi karena bobot badan kelinci selama
perlakuan cenderung tetap dan bobot hati
cenderung
naik.
Dengan
demikian,
peningkatan konsumsi kolesterol dan lemak
akan mengakibatkan kenaikan konsentrasi
kolesterol hati.
Pencegahan Kenaikan Kolesterol Hati oleh
Formula Jati Belanda dan Lovastatin
Nilai rata-rata konsentrasi kolesterol hati
masing-masing
kelompok
menunjukkan
bahwa konsentrasi kolesterol hati terbesar
adalah kelompok hiperlipidemia (44.38 mg/g),
kemudian kelompok ekstrak (34.58 mg/g),
dan yang terendah adalah kelompok lovastatin
(31.67 mg/g). Data yang didapat menunjukkan
kelompok ekstrak dan lovastatin memiliki
konsentrasi kolesterol hati yang lebih rendah
daripada kelompok hiperlipidemia. Namun,
berdasarkan uji Kruskal-Wallis nilai dari
ketiga kelompok ini tidak berbeda. Ekstrak

10

formula jati belanda dan lovastatin dalam
percobaan ini hanya mampu menurunkan
sedikit
konsentrasi
kolesterol
hati
hiperlipidemia.
Nilai korelasi antara banyaknya asupan
kolesterol dan lemak pakan dengan kenaikan
konsentrasi kolesterol hati pada kelompok
ekstrak dan lovastatin berturut-turut adalah
sebesar -0.372 dan -0.384 untuk kelompok
ekstrak, sedangkan kelompok lovastatin
sebesar 0.275 dan 0.283. Nilai ini
menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi
kolesterol hati tidak memiliki hubungan yang
jelas dengan jumlah asupan kolesterol dan
lemak pakan. Gambar 8 dan Gambar 9
menunjukkan korelasi tersebut dalam grafik.
Kemiringan grafik pada kedua gambar
tersebut secara statistik tidak memiliki makna
karena nilai korelasinya yang rendah.
Dugaan terhadap hasil ini adalah besarnya
kenaikan konsentrasi kolesterol hati yang
terjadi yang tidak berimbang dengan efek dari
dosis ekstrak atau lovastatin yang diberikan.
Hal ini didukung oleh nilai total plasma
cholesterol (TPC) pada kelompok rata-rata
sebesar 431.89 mg/dL (Darusman et al. 2008),
sedangkan
TPC
kelinci
normalnya
dibawah 200 mg/dL (Grundy 1991). Lebih
lanjut Grundy (1991) membuat kategori
hiperkolesterolemia tinggi pada level TPC di
atas 290 mg/dL. Konsentrasi kolesterol kelinci
hiperlipidemia ini dapat dikatakan sudah
sangat
besar,
sehingga
efek
antihiperkolesterolemia baik dari ekstrak
maupun lovastatin menjadi tidak begitu
berarti. Kenyataan ini diperkuat karena kelinci

C Hati

(a)

C Pakan

C Hati

(b)

C Pakan

Gambar 8

Grafik hubungan kolesterol hati
dengan kolesterol pakan pada (a)
kelompok ekstrak (b) kelompok
lovastatin.

termasuk ke dalam kelompok hewan coba
yang mampu memberikan respon positif
terhadap uji laboratorium dan mempunyai
kemampuan yang baik dalam menyesuaikan
diri terhadap beberapa jenis penelitian
(Cheehe et al. 1986).

C Hati

(a)

Lemak Pakan

C Hati

(b)

Lemak Pakan

Gambar 9

Grafik hubungan kolesterol hati
dengan lemak pakan pada (a)
kelompok ekstrak (b) kelompok
lovastatin.

Analisis Regresi Terhadap Efek Kolesterol
dan Lemak Pakan Pada Konsentrasi
Kolesterol Hati
Data kolesterol pakan digunakan sebagai
nilai pada sumbu X dan konsentrasi kolesterol
hati pada sumbu Y. Hasil analisis
menunjukkan bahwa konsumsi kolesterol
pakan sebesar 1 mg tiap harinya selama masa
perlakuan (8 minggu) akan menaikkan
konsentrasi kolesterol hati sebesar 73.1 mg/g
bobot hati. Kemudian, Jika hewan coba tidak
mendapatkan asu