Uji Penurunan Kadar Kolesterol Darah Marmot Jantan (Cavia porcelus) dari Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazoma ulmifolia Lamk)

(1)

UJI PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DARAH

MARMOT JANTAN (

Cavia porcellus

) DARI EKSTRAK

DAUN JATI BELANDA (

Guazuma ulmifolia

Lamk)

SKRIPSI

OLEH: RIWANDI YUSUF

NIM 071501047

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UJI PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DARAH

MARMOT JANTAN (

Cavia porcellus

) DARI EKSTRAK

DAUN JATI

BELANDA (

Guazuma ulmifolia

Lamk)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH: RIWANDI YUSUF

NIM 071501047

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Pengesahan Skripsi

UJI PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DARAH MARMOT JANTAN (Cavia porcellus) DARI EKSTRAK DAUN JATI

BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk)

OLEH: RIWANDI YUSUF

NIM 071501047

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: Juli 2011

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt. Prof. Dr. Urip Harahap, Apt

NIP 195008221974121002 NIP 195301011983031004

Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt

Pembimbing II NIP 195008221974121002

Drs. Saiful Bahri, M.S .,Apt. Drs. Rasmadin Mukhtar, M.S., Apt. NIP 195208241983031001 NIP 194909101980031002

Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt. NIP 195109081985031002

Dekan Fakultas Farmasi

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Uji Penurunan Kadar Kolesterol Darah Marmot Jantan (Cavia porcelus) dari Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazoma ulmifolia Lamk)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus tiada terhingga kepada Ayah Muklis siregar dan Ibu Rusdinar Nainggolan tercinta, serta kepada Adikku Ediman Siregar atas doa, dorongan dan semangat baik moril maupun materil kepada penulis selama masa perkuliahan hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt. dan Bapak Drs. Saiful Bahri, MS., Apt. yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada,

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.


(5)

2. Ibu Dra. Sudarmi, M.S., Apt., sebagai dosen wali yang telah membimbing penulis selama masa pendidikan.

3. Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., Bapak Drs. Rasmadin Mukhtar, M.S., Apt., Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.

4. Ibu July selaku pembimbing selama penelitian di laboratorium Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Utara.

5. Seluruh Staf Pengajar, Pegawai Tata Usaha, Kakak, Abang, Adek, Febri, Elysa, Sariaty dan teman lainnya yang tidak bisa disebutkan yang telah membantu selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu sangat diharapkan kritikan dan saran yang dapat menyempurnakan skripsi ini.

Medan, Juli 2011

Penulis,

Riwandi Yusuf NIM. 071501047


(6)

UJI PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DARAH MARMOT JANTAN (Cavia porcellus) DARI EKSTRAK DAUN JATI BELANDA

(Guazuma ulmifolia Lamk) ABSTRAK

Kadar kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab arterosklerosis. Pengobatan untuk penderita kolesterol tinggi dengan obat-obatan kimia harganya relatif mahal dan memiliki efek samping sehingga masyarakat sudah menggunakan obat tradisional untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi. Banyak tumbuhan obat yang digunakan, salah satunya adalah daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) suku Sterculiaceae. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun Jati Belanda terhadap kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia dengan memberikan makanan induksi berupa pakan yang dicampur dengan kuning telur (dosis 1% BB) serta lemak kambing 15 g/100 g jumlah pakan selama 14 hari. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi simplisia, ekstraksi serbuk simplisia dengan cara perkolasi dan uji efek penurunan kadar kolesterol ekstrak daun Jati Belanda terhadap marmot jantan yang dibuat hiperkolesterolemia. Ekstrak daun Jati Belanda diberikan secara oral dengan dosis 50, 100, 200, dan 400 mg/kg BB. Simvastatin digunakan sebagai kontrol positif dengan dosis 0,80 mg/kg BB, dan suspensi Na-CMC 0,5 % sebagai kontrol negatif. Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun Jati Belanda diperoleh kadar air 9,90 %, kadar abu total 9,77 %, kadar abu tidak larut dalam asam 0,37 %, kadar sari larut dalam air 25,29 %, kadar sari larut dalam etanol 15,56 %. Pemberian ekstrak daun Jati Belanda dengan dosis 100 mg/kg BB memberikan persentase penurunan kadar kolesterol yang paling tinggi dan merupakan dosis yang paling efektif serta lebih kuat dibandingkan dengan simvastatin dosis 0,8 mg/kg BB.


(7)

THE TEST IN LOWERING BLOOD CHOLESTEROL LEVEL OF MALE GUINEA PIG (Cavia Porcellus) FROM BASTARD CEDAR

LEAVES EXTRACT (Guazoma Ulmifolia Lamk) ABSTRACT

High cholesterol levels is one of the major risk factors causing atherosclerosis. The treatment for high cholesterol sufferers with chemical drugs is relatively expensive and have side effects so that the community has been using traditional medicine for lowering high cholesterol levels. Many medicinal plants are used, and one of them is bastard cedar’s leaves (Guazuma ulmifolia Lamk) Sterculiaceae family. The aim of this study was to determine the effect of bastard cedar leaves extract against guinea pig blood cholesterol levels which are made hypercholesterolemic by providing food induction of feed mixed with egg yolk (a dose of 1% BW) and goat fat 15 g / 100 g of food during 14 days.

In this research, characterization of simplex has done, extraction simplex powder by using percolation method and test activity of cholesterol-lowering effect bastard cedar extract to male guinea pig that induced hypercholesterolemia were done. Bastard cedar extract was administered orally at a dose of 50, 100, 200, and 400 mg /kg BW. Simvastatin used as a positive control with a dose of 0.80 mg / BW, and the suspension of Na-CMC 0.5% as a negative control.

The result of the characterization of crude drug obtained bastard cedar leaves water content of 9.90%, total ash 9.77%, ash insoluble in acid 0.37%, levels of water soluble extract 25.29%, grade 3 in ethanol-soluble extract 15.56%.

The results of blood cholesterol lowering activity of guinea pig showed that extract of bastard cedar leaves at dose of 100 mg /kg BW gave the highest a reduction in cholesterol levels and have effective dose and more stronger than simvastatin at dose 0.80 mg /kg BW.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Kerangka Pikir Penelitian ... 2

1.3 Perumusan Masalah ... 3

1.4 Hipotesis ... 3

1.5 Tujuan Penelitian ... 3

1.6 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan ... 5

2.1.1 Sietematika Tumbuhan ... 5

2.1.2 Nama Daerah ... 5

2.1.3 Habitat ... 5

2.1.4 Morfologi Tumbuhan ... 6

2.1.5 Kandungan Kimia ... 6


(9)

2.2 Ekstraksi ... 7

2.3 Kolesterol ... 9

2.3.1 Jenis Kolesterol ... 11

2.3.2 Kolesterol dan Hubungannya dengan Penyakit ... 13

2.4 Obat-obat Penurun Kolesterol ... 14

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 16

3.1 Alat dan Bahan ... 16

3.1.1 Alat ... 16

3.1.2 Bahan ... 16

3.2 Hewan Percobaan ... 16

3.3 PenyiapanSampel ... 16

3.3.1 Pengambilan Sampel ... 16

3.4 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia ... 17

3.4.1 Pemeriksaan Makroskopik ... 17

3.4.2 Pemeriksaan Mikroskopik ... 17

3.4.3 Penetapan Kadar Air ... 18

3.4.4 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air ... 19

3.4.5 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Etanol ... 19

3.4.6 Penetapan Kadar Abu Total ... 19

3.4.7 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam ... 20

3.5 Pembuatan Ekstrak Daun Jati Belanda ... 20

3.6 Uji Aktivitas Penurunan Kadar Kolesterol ... 21


(10)

3.6.1.1 Pembuatan Suspensi CMC 0,5% ... 21

3.6.1.2 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol ... 21

3.6.1.3 Pembuatan Suspensi Simvastatin ... 22

3.7 Penyiapan Hewan Uji yang dibuat Hiperkolesterolemia... 22

3.7.1 Pemberian suspensi CMC-Na, Simvastatin, dan Ekstrak Pada Marmot ... 22

3.7.2 Pengambilan Darah Marmot ... 23

3.7.3 Pengujian Efek Penurunan Kadar Kolesterol ... 23

3.7.4 Pengambilan Serum Darah Marmot ... 23

3.8 Analisis Data ... 24

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Karakterisasi Simplisia ... 25

4.2 Uji Farmakologi ... 26

4.2.1 Pengaruh Pemberian Makanan Induksi Terhadap Kadar Kolesterol Darah ... 27

4.2.2 Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Darah Pada Masing-Masing Pemberian Obat ... 29

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 40

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Skema kerangka pikir penelitian ... 3

Gambar 2.1 Metabolisme lipid dalam tubuh ... 11

Gambar 2.2 Struktur kolesterol ... 12

Gambar 2.3 Perkembangan plak aterhoskerosis ... 13

Gambar 4.1 Grafik perbandingan Penurunan rata-rata kadar kolesterol darah marmot setelah pemberian obat dibandingkan dengan kontrol ... 35


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil determinasi tumbuhan ... 44

Lampiran 2. Bagan kerja pembuatan ekstrak daun Jati Belanda ... 45

Lampiran 3. Bagan alur penyiapan hewan uji hiperkolesterolemia ... 46

Lampiran 4. Bagan alur pengujian efek penurunan kolesterol ... 47

Lampiran 5. Bagan Alur Pengambilan Darah ... 48

Lampiran 6. Karakteristik tanaman daun Jati Belanda (Guazoma ulmifolia Lamk) ... 49

Lampiran 7. Data kadar kolesterol darah marmot selama penelitian ... 52

Lampiran 8. Perhitungan Penetapan Karakteristik Simplisia dan Ekstrak. 53 Lampiran 9. Hasil SPSS ... 55

Lampiran 10. Spesifikasi Alat Microlab 300 (E-Merk) ... 60

Lampiran 11. Pengoperasian Alat Microlab 300 ... 62

Lampiran 12. Reagensia kolesterol ... 63

Lampiran 13. Alat Microlab 300 (E-Merck) dan Marmot ... 64

Lampiran 14. Perhitungan penetapan karakeristik simplisia dan ekstrak .. 66


(13)

UJI PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DARAH MARMOT JANTAN (Cavia porcellus) DARI EKSTRAK DAUN JATI BELANDA

(Guazuma ulmifolia Lamk) ABSTRAK

Kadar kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab arterosklerosis. Pengobatan untuk penderita kolesterol tinggi dengan obat-obatan kimia harganya relatif mahal dan memiliki efek samping sehingga masyarakat sudah menggunakan obat tradisional untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi. Banyak tumbuhan obat yang digunakan, salah satunya adalah daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) suku Sterculiaceae. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun Jati Belanda terhadap kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia dengan memberikan makanan induksi berupa pakan yang dicampur dengan kuning telur (dosis 1% BB) serta lemak kambing 15 g/100 g jumlah pakan selama 14 hari. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi simplisia, ekstraksi serbuk simplisia dengan cara perkolasi dan uji efek penurunan kadar kolesterol ekstrak daun Jati Belanda terhadap marmot jantan yang dibuat hiperkolesterolemia. Ekstrak daun Jati Belanda diberikan secara oral dengan dosis 50, 100, 200, dan 400 mg/kg BB. Simvastatin digunakan sebagai kontrol positif dengan dosis 0,80 mg/kg BB, dan suspensi Na-CMC 0,5 % sebagai kontrol negatif. Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun Jati Belanda diperoleh kadar air 9,90 %, kadar abu total 9,77 %, kadar abu tidak larut dalam asam 0,37 %, kadar sari larut dalam air 25,29 %, kadar sari larut dalam etanol 15,56 %. Pemberian ekstrak daun Jati Belanda dengan dosis 100 mg/kg BB memberikan persentase penurunan kadar kolesterol yang paling tinggi dan merupakan dosis yang paling efektif serta lebih kuat dibandingkan dengan simvastatin dosis 0,8 mg/kg BB.


(14)

THE TEST IN LOWERING BLOOD CHOLESTEROL LEVEL OF MALE GUINEA PIG (Cavia Porcellus) FROM BASTARD CEDAR

LEAVES EXTRACT (Guazoma Ulmifolia Lamk) ABSTRACT

High cholesterol levels is one of the major risk factors causing atherosclerosis. The treatment for high cholesterol sufferers with chemical drugs is relatively expensive and have side effects so that the community has been using traditional medicine for lowering high cholesterol levels. Many medicinal plants are used, and one of them is bastard cedar’s leaves (Guazuma ulmifolia Lamk) Sterculiaceae family. The aim of this study was to determine the effect of bastard cedar leaves extract against guinea pig blood cholesterol levels which are made hypercholesterolemic by providing food induction of feed mixed with egg yolk (a dose of 1% BW) and goat fat 15 g / 100 g of food during 14 days.

In this research, characterization of simplex has done, extraction simplex powder by using percolation method and test activity of cholesterol-lowering effect bastard cedar extract to male guinea pig that induced hypercholesterolemia were done. Bastard cedar extract was administered orally at a dose of 50, 100, 200, and 400 mg /kg BW. Simvastatin used as a positive control with a dose of 0.80 mg / BW, and the suspension of Na-CMC 0.5% as a negative control.

The result of the characterization of crude drug obtained bastard cedar leaves water content of 9.90%, total ash 9.77%, ash insoluble in acid 0.37%, levels of water soluble extract 25.29%, grade 3 in ethanol-soluble extract 15.56%.

The results of blood cholesterol lowering activity of guinea pig showed that extract of bastard cedar leaves at dose of 100 mg /kg BW gave the highest a reduction in cholesterol levels and have effective dose and more stronger than simvastatin at dose 0.80 mg /kg BW.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sebagai landasan Program pemerintah, telah ditetapkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) melalui Kepmenkes No.131/Menkes/SK/II/2004.

Pengembangan dan peningkatan obat tradisional ditujukan agar diperoleh obat tradisional yang bermutu tinggi, aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimamfaatkan secara luas, baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam kesehatan formal. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Anonim1).

Melalui kebijakan obat tradisional nasional (KOTRANAS), sumber daya alam bahan obat dan obat tradisional merupakan aset nasional yang perlu terus digali, diteliti, dikembangkan dan dioptimalkan pemamfaatannya. Indonesia merupakan mega-senter keragaman hayati dunia, dan menduduki urutan terkaya kedua di dunia setelah Brazilia. Terdapat 30.000 spesies tumbuhan berkhasiat sebagai obat dan kurang lebih 300 spesies telah digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh industri obat tradisional (Depkes, 2009).


(16)

merupakan salah satu spesies yang tumbuh di Indonesia. Industri obat tradisional atau industri jamu banyak menggunakan daun Jati Belanda sebagai bahan utama ataupun sebagai bahan tambahan jadi jamu pelangsing dan meurunkan ladar kolesterol. Pada daerah-daerah tertentu di Indonesia penggunaan daun Jati Belanda secara tradisional sebagai obat pelangsing dan penurun kadar kolesterol darah baik tunggal maupun campuran sudah banyak dilakukan, tetapi masih sedikit sekali penelitian yang membahas masalah tersebut (Andriani, Y. 2005).

Kelebihan kolesterol menjadi hal yang sangat ditakuti karena sebagai salah satu penyebab penyempitan pembuluh darah yang dinamakan aterosklerosis, yaitu suatu proses pengapuran dan pengerasan dinding pembuluh darah, terutama di jantung, otak, mata, dan ginjal. Pada otak, aterosklerosis menyebabkan stroke, sedangkan pada jantung menyebabkan penyakit jantung koroner (Dalimartha, 2000).

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian uji penurunan kolesterol darah marmot jantan dari ekstrak daun Jati Belanda.

1.2 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini menggunakan marmot jantan sebagai hewan uji. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu ekstrak daun Jati Belanda (EDJB) dan simvastatin sebagai variabel bebas dan kadar kolesterol darah marmot (mg/dl) sebagai variabel terikat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1.


(17)

Variabel bebas

Variabel terikat

Gambar 1.1 Skema kerangka pikir penelitian

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah :

a. apakah EDJB dapat menurunkan kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia.

b. apakah ada perbedaan antara efek penurunan kadar kolesterol dari EDJB dibandingkan dengan simvastatin

1.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dibuat hipotesis sebagai berikut:

a. EDJB dapat menurunkan kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia.

b. Pemberian EDJB memberikan efek penurunan kolesterol yang sama dibandingkan dengan simvastatin.

Ekstrak Daun Jati

Belanda Makanan

induksi Simvastatin Marmot jantan Kadar kolesterol darah (mg/dl) Marmot hiperkolesterolemia Dosis dan Waktu Pemberian


(18)

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.5.1 Tujuan Umum

untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak EDJB terhadap kadar koleserol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia.

1.5.2 Tujuan Khusus

a. untuk mengetahui efek EDJB sebagai penurun kadar kolesterol dengan obat simvastatin.

b.untuk mendapatkan dosis yang efektif EDJB sebagai penurun kadar kolesterol darah.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :

a. sebagai informasi ilmiah mengenai khasiat EDJB sebagai penurun kadar kolesterol darah.

b. menambah inventaris tumbuhan obat Indonesia yang berkhasiat penurun kadar kolesterol yang didukung oleh penelitian ilmiah.

c. sebagai respon terhadap program pemerintah dalam pengembangan obat tradisional yang tertuang dalam KOTRANAS.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi sistematika tumbuhan, sinonim, nama daerah, habitat dan daerah tumbuh, morfologi tumbuhan, kandungan kimia dan khasiat. 2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Malvales Suku : Sterculiaceae Marga : Guazuma

Spesies : Guazuma ulmifolia Lamk, var. tomantosa. K. Schum (MMI, 1978) 2.1.2 Nama Dearah

Nama Daerah dari tumbuhan Jati Belanda adalah jati belanda (Melayu), jati londo (Jawa Tengah), Jati Landi dan Jatos Landi (Jawa), Bastard Cedar (Inggis), Ibixuma (Brazil), Guácimo (spayol), Bois d'orme (Prancis), Guácimo baba (Cuba), Hapayillo (Peru), Tapaculo (Tamil) (Andriani, 2005).

2.1.3 Habitat dan Daerah Tumbuh

Tumbuhan Jati belanda berasal dari Hindia Barat (kecuali Bahamas) dari Cuba sampai Trinidad dan Tobago serta dikembangbiakkan di Hindia Belanda Barat. Serta dari Mexico hingga Ecuador, Peru, Argentina Utara, Paraguay, dan Brazil. Di Indonesia tanaman Jati Belanda tumbuh secara liar di daerah tertentu


(20)

seperti pulau Jawa dengan penyebaran tumbuh pada daerah dataran rendah hingga ketinggian 800 m dpl. Jati Belanda belum dibudidayakan secara komersil (Jaka, 2005).

2.1.4 Morfologi Tumbuhan

Tumbuhan berupa semak atau pohon. Tinggi 10 m sampai 20 m, percabangan ramping. Batang tanaman jati belanda keras, berkayu, bercabang, dan berwarna hijau keputih-putihan. Daunnya tunggal, bulat telur, permukaan kasar, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal berlekuk, pertuakangan menyirip, dan letaknya berseling. Panjang daun sekitar 4-22,5 cm dan lebar 2-10 cm. Pada bagian bawah daun berbulu. Panjang tangkai daun sekitar 5-25 mm. Jati belanda mempunyai daun penumpu yang berbentuk lanset atau berbentuk paku dengan panjang antara 3-6 mm. Bunga tanaman jati belanda tunggal, bulat, dan muncul dari ketiak daun. Bunganya berwarna hijau muda. Bentuk bunga agak ramping,berjumlah banyak, dan beraroma harum. Panjang kelopak bunga sekitar 3-4 mm dengan tajuk terbagi menjadi dua bagian. Tajuknya berwarna ungu tua dan kadang-kadang menjadi kuning tua. Panjang tajuk sekitar 3-4 mm. Bagian bawah tajuk berbentuk garis dengan panjang 2-2,5 mm. Buah jati belanda berbentuk kotak atau agak bulat, keras, permukaan berduri, dan berwrna hitam. Bijinya kecil, keras, dan berwarna coklat muda, dan berdiameter 2 mm. Akarnya tunggang dan berwarna putih kecoklatan (MMI, 1978).

2.1.5 Kandungan Kimia

Tanaman Jati Belanda mengandung senyawa aktif seperti tanin dan musilago. Kandungan zat aktif yang juga diketahui pada hampir semua bagian tanaman adalah Beta-sitosterol, resin, glukosa. Daun Jati Belanda mengandung alkaloid,


(21)

flavonoid, saponin, tanin, sterol, dan karetonoid ( Anonim3, 2011) 2.1.6 Khasiat Tumbuhan

Secara tradisional tumbuhan Jati Belanda bijinya digunakan sebagai obat mencret atau diare, daunya sebagai pelangsing tubuh, antidiabetes, dan kulit kayu sebagi wasir, radang paru-paru, batuk dan bronchitis (Jaka 2005).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Setelah diketahui senyawa aktif yang dikandung oleh simplisia, akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Simplisia yang lunak seperti rimpang dan daun mudah ditembus oleh pelarut, karena itu pada proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai halus. Simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu dan kulit akar sulit untuk ditembus oleh pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai halus (Ditjen POM, 2000).

Metode ekstraksi menurut Ditjen POM (2000) ada beberapa cara, yaitu: maserasi, perkolasi, refluks, sokletasi, digesti, infundasi dan dekoktasi.

1. Maserasi

Maserasi adalah suatu cara penyarian simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar, sedangkan remaserasi adalah pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya. Keuntungan metode maserasi adalah prosedur dan peralatannya sederhana (MMI III, 1979).


(22)

2. Perkolasi

Perkolasi adalah suatu cara penyarian simplisia menggunakan perkolator dimana simplisianya terendam dalam pelarut yang selalu baru dan umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Prosesnya terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/ penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) (Ditjen POM, 2000).

Keuntungan metode perkolasi adalah proses penarikan zat berkhasiat dari tumbuhan lebih sempurna, sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan waktu yang lama dan peralatan yang digunakan mahal (Agoes, 2007).

3. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya dalam jangka waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu (Ditjen POM, 2000).

4. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi kontinu menggunakan alat soklet dimana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel dan mengisi bagian tengah alat soklet. Tabung sifon juga terisi dengan larutan ekstraksi dan ketika mencapai bagian atas tabung sifon, larutan tersebut akan kembali ke dalam labu (Ditjen POM, 2000).

5. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, umumnya dilakukan pada suhu 40-60oC (Ditjen POM, 2000).


(23)

6. Infundasi

Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90oC selama 15-20 menit (Anief, 2000).

7. Dekoktasi

Dekoktasi adalah ekstraksi pada suhu 90oC- 98oC menggunakan pelarut air selama 30 menit (Agoes, 2007).

2.3 Lipid dan Lipoprotein

Di dalam darah ada tiga jenis lipid yaitu kolesterol, trigliserida, dan fospolipid. Oleh karena itu sifat lipid yang susah larut dalam lemak, maka dibuat bentuk yang terlarut. Zat pelarut yaitu suatu protein yang dikenal dengan nama apoliprotein atu apoprotein. Setiap jenis senyawa mempunyai apolipoprotein tersendiri. Misalnya VLDL, IDL, dan LDL mengandung apoprotein B100.

Setiap liporotein akan terdiri atas kolesterol (bebas atau ester), trigliserida, fosfolipid, dan apoprotein. Lipoprotein berbentuk sferik dan mempunyai inti trigliserida dan kolesterol ester dan dikelilingi oleh fosfolipid dan sedikit kolesterol bebas. Setiap lipoprotein berbeda berbeda dalam ukuran, densitas, komposisi lemak, dan komposisi apoprotein. Dengan menggunakan metode ultrasentrifugasi dan kepadatan, pada manusia dibedakan menjadi lima bagian yakni kilomikron,

very low density lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Dari kelimanya yang penting untuk diketahui adalah LDL dan HDL.


(24)

1. Low density lipoprotein (LDL) mengandung kolesterol dan fosfolipid yang cukup tinggi. LDL merupakan lipoprotein yang mengangkut kolesterol terbesar untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh dan pembuluh darah. LDL sering disebut kolesterol jahat karena efeknya yang arterogenik (mudah melekat pada dinding pembuluh darah), sehingga dapat menyebabkan penumpukan lemak dan penyempitan pembuluh darah (arterosclerosis). Kadar LDL di dalam darah sangat tergantung dari lemak jenuh yang masuk. Semakin banyak lemak jenuh yang masuk, semakin menumpuk pula LDL. Hal ini disebabkan LDL merupakan lemak jenuh yang tidak mudah larut.

2. High density lipoprotein (HDL) mengandung protein yang tinggi dan rendah kolesterol dan fosfolipid. HDL merupakan lipoprotein yang mengandung Apo A, yang memiliki efek anti-arterogenik, sehingga disebut kolesterol baik. Fungsi utamanya adalah membawa kolesterol bebas dari dalam endotel dan mengirimkannya ke pembuluh darah perifer, lalu keluar tubuh lewat empedu. Dengan demikian, penimbunan kolesterol di perifer menjadi berkurang (Guyton, 2006).

Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur yaitu jalur metabolisme eksogen, dan jalur revers cholesterol transport. Kedua jalur pertama berhunbungan dengan metabolisme kolesterol-LDL dan trigliserida, sedang jalur revers cholesterol transport khusus mengenai metabolisme kolesterol HDL (Dipiro, 2009).


(25)

Metabolisme liporotein dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Metabolisme lipid dalam tubuh

2.4 Kolesterol

Kolesterol terdapat di dalam jaringan dan lipoprotein plasma, yang bisa dalam bentuk kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang


(26)

sebagai ester kolesteril. Unsur ini disintesis di banyak jaringan dari asetil-KoA dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh di dalam empedu sebagai garam kolesterol atau empedu. Kolesterol merupakan prekursor semua senyawa steroid lainnya di dalam tubuh, misal kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D (Murray, 2003).

Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap sebagai berikut : 1. Tahap pembentukan mevalonat, yang merupakan senyawa enam-karbon,

disintesis dari asetil-KoA.

2. Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat dengan menghilangkan CO2. 3. Enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk skualen. 4. Skualen mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk, yaitu

lanosterol.

5. Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melalui beberapa tahap lebih lanjut, termasuk menghilangkan tiga gugus metil (Murray, 2003).

Gambar 2.1 : Struktur Kolesterol


(27)

Selain berguna untuk proses metabolisme, kolesterol berguna untuk membungkus jaringan saraf (mielin), melapisi selaput sel, dan melarutkan vitamin. Kolesterol pada anak-anak dibutuhkan untuk mengembangkan jaringan otak. Kolesterol secara khas adalah produk metabolisme hewan, oleh karena itu terdapat pada makanan yang berasal dari hewan seperti kuning telur, daging, hati dan otak (Murray, 2003).

2.4.2 Kolesterol dan Hubungannya Pada Beberapa Penyakit

Kadar kolesterol normal pada manusia kurang dari 200 mg/dl. Kenaikan kadar kolesterol di dalam darah merupakan faktor resiko dalam pembentukan penyakit jantung koroner. Gambar 2.3 menjelaskan bagaimana terjadinya aterosklerosis.


(28)

Gambar 2.3 Perkembangan plak ateroskerosis

`Hal ini dibuktikan oleh para ahli dengan penurunan kadar kolesterol dalam darah, menurunkan pula resiko pembentukan aterosklerosis penyebab penyakit jantung koroner (Sitepoe, 1993).

Arteriosklerosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Aterosklerosis adalah bentuk arteriosklerosis yang paling umum ditemukan (Suyatna. 1995). Aterosklerosis disebabkan oleh penebalan zat-zat lemak di dalam dan di bawah lapisan intima dinding pembuluh darah, yang juga terjadi pada arteri koroner. Athere (bahasa Yunani) berarti bubur


(29)

encer sedangkan skleros berarti pengerasan. Jadi, arterosklerosis adalah penumpukan endapan jaringan lemak (atheroma) dalam pembuluh darah. Pengendapan lemak seperti ini disebut plaque (plak), terutama terdiri atas kolesterol dan ester kolesterol (Silalahi, 2006).

Usaha untuk mencegah dan memperbaiki aterosklerosis adalah antara lain dengan menurunkan kadar kolesterol dalam plasma (Suyatna. 1995).

2.5 Obat-Obat Penurun Kolesterol

Hiperlipidemia adalah keadaan dimana kadar lipoprotein darah meningkat. Dapat dibedakan dua jenis, yakni :

• Hiperkolesterolemia dengan peningkatan kadar LDL dan kolesterol total. • Hipertrigliseridemia dengan peningkatan kadar trigliserida (Tjay, 2002).

Prinsip utama pengobatan hiperlipidemia ialah mengatur diet yang mempertahankan berat badan normal dan mengurangi kadar lipid plasma (Suyatna, 1995).

Langkah pengaturan diet selalu dimulai dahulu dan tindakan tersebut mungkin dapat menghindari perlunya penggunaan obat (Katzung, 2002).

2.5.1 Secara Tradisional

Masyarakat Indonesia percaya secara turun temurun menggunakan daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) sebagai obat penurun kolesterol. Cara pembuatannya yaitu dengan 20 gram daun dan 1 gelas air, dimasak. lalu setelah dingin, disaring. Hasil saringan diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.

Asem Jawa (Tamarindus indica L), cara meramunya yaitu


(30)

matang panas (200 ml), kemudian diperas, disaring dan diminum untuk satu kali minum. dianjurkan untuk membuatnya 3 kali sehari.

Tempuyung (Sonchus arvensis L), cara meramunya yaitu 3

lembar daun tempuyung dilayukan dan dimakan sebagai sayur atau lalap, dianjurkan untuk 3 kali sehari. Dan banyak lagi tumbuhan lainnya yang telah teruji secara ilmiah sebagai penurun kolesterol (Depkes, 2011).

2.5.2 Secara Kimia

Saat ini dikenal 6 jenis obat yang dapat memperbaiki profil

lipid serum yaitu bile acid sequestrans, HMG-CoA reductase

inhibitor, derivat asam fibrat, asam nikotinik, azatimibe, dan asam lemak omega-3

Bile Acid Sequestrans

Terdapat tiga jenis bile acid sequestrans yaitu cholestyramin,

colestipol, dan colesevelem. Obat ini tidak diserap di usus, dan bekerja mengikat asam empedu di usus halus dan akan dikeluarkan dengan tinja.dengan demikian asam empedu yang kembali ke hati menurun, hal ini memecahkan kolesterol lebih banyak untuk menghasilkan asam empedu yang dikeluarkan ke usus. Akibatnya kolesterol darah akan lebih banyak ditarik kehati sehingga kolesterol serum menurun. Obat golongan resin ini dapat menurunkan kadar kolesterol-LDL sebesar 15-20 %. Obat ini


(31)

digunakan untuk pasien dengan hiperkolesterolemia saja. HMG CoA Reductase Inhibitors

Obat golongan ini ada enam jenis yaitu lofastatin, simvastatin, fluvastatin, atorvastatin, rosuvastatin,dan pravastatin. Obat ini bekerja mencegah kerjanya enzim HMG CoA reduktase yaitu suatu enzim di hati yang berperan pada sintesis kolesterol. Dengan menurunnya sintesis kolesterol di hati akan menurunkan sintesis Apo B100, juga meningkatkan reseptor LDL pada permukaan hati. Dengan demikian kolesterol-LDL darah akan ditarik ke hati, sehingga akan menurunkan kolesterol-LDL dan juga VLDL.

Efek samping yang terjadi adalah adanya miositis yang ditandai dengan nyeri otot dan meningkatnya kadar creatinin phophokinase. Efek samping lainnya ialah terjadinya gangguan fungsi hati. Maka penting untuk memantau fungsi hati. Dampaknya ada kolerasi antara efk samping dengan dosis obat, makin tinggi dosis makin besar kemungkinan terjadinya efek samping obat (Sudoyo, 2007).

Simvastatin memiliki duration of action yang panjang.

Kelebihannya meskipun menghambat HMG CoA reduktase, kolesterol hati tidak langsung drop, karena hepatosit mengkompensasi setiap penurunan kolesterol dengan meningkatkan sintesis reseptor Kolesterol-LDL .


(32)

Karena pada saat reduktase dihambat, hepatosit juga harus memenuhi permintaan kolesterol dengan penyerapan dari darah. Sehingga konsentrasi kol-LDl darah menurun dan pembersihan hati dari plasma meningkat.

Derivat Asam Fibrat

Terdapat empat jenis yaitu gemfibrozil, bezafibrat, dan ciprofibrat. Obat ini menurunkan trigliserida plasma, selain menurunkan sintesis trigliserida di hati. Obat ini bekerja

mengaktifkan enzim lipoprotein lipase yang kerjanya memecahykan

trogliserida. Selain menurunkan kladar trigliserida, obat ini juga meningkatkan kadar kol-HDL yang diduga melalui peningkatan Apo A-I, dan A-II.

Asam Nikotinik

Asam nikotinik sebagai sediaan lepas lambat sehingga absorpsinya di usus berjalan lambat agar efek sampingnya

berkurang. Obat ini diduga mengahambat enzim hormone sensitive

lipase di jaringan adiposa, dengan demikian akan mengurangi jumlah asam lemak bebas. Diketahui bahwa asam lemak bebas ada dalam darah sebagian akan ditangkap oleh hati dan akan menmjadi sumber pembentukan VLDL. Dengtan menurunnya sintesis dalanm hati, akan mengakibatkan penurunan kadar trigliserida, dan juga kol-LDL di plasma. Pemberian asam nikotinik ternyata juga meningkatkan kadar kol-HDL.


(33)

Ezetimib

Ezetimib tergolong obat penuirun lipid yang terbaru dan bekerja sebagai penghambat seklektif penyerapan kolesterol baik yang berasal dari makanan maupun dari asam empedu di usus halus. Pada umumnya obat ini tidak secara tunggal.


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian ini adalah eksperimental meliputi penyediaan simplisia, pembuatan ekstrak, pengujian farmakologi, dan uji statistik terhadap data hasil percobaan.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah aluminium, deck glass, foil, freeze dryer, kertas saring, lemari pengering, Microlab 300 (Merck), mikropipet (Clinicon), neraca listrik, oral sonde, objek gelas, Swing type centrifuge, seperangkat alat destilasi, penetapan kadar air, perkolator, pisau silet,

rotary evaporator, rak tabung reaksi, tabung reaksi, pemotong kuku, dan alat – alat gelas laboratorium.

3.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquadest, Daun Jati Belanda, etanol 96%, kloroform, kuning telur, lemak kambing, Natrium Karboksi Metil Selulosa (Na-CMC), otak, pakan BR-2, reagensia kolesterol CYPRESS, simvastatin bahan baku, dan toluen.

3.2 Hewan Uji

Marmot jantan (200-400 mg) berumur 3 bulan dan sudah dikondisikan selama 2 minggu.


(35)

3.3 Penyiapan Simplisia 3.3.1 Pengambilan Bahan

Pengambilan bahan dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan yang digunakan adalah daun Jati Belanda (Guazoma ulmifolia Lamk) suku Sterculiaceae yang diperoleh dari Kota Batu Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur.

3.3.2 Pembuatan simplisia

Setelah simplisia di dapat dari Kabupaten Malang, bahan dicuci, ditiriskan, ditimbang,lalu dikeringkan di lemari pengering pada suhu 40o C, kemudian di timbang lalu di blender kemudian disimpan dalam kantong plastik.

3.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan abu total, dan pemeriksaan kadar abu yang tidak larut dalam asam (Ditjen POM, 1995).

3.4.1 Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan baik pada daun segar maupun simplisia meliputi bentuk, ukuran, bau, rasa dan warna.

3.4.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik pada daun segar dilakukan dengan membuat irisan tipis secara melintang lalu diletakkan di atas kaca objek yang diteteskan dengan larutan kloralhidrat dan dipanaskan dengan api kecil lalu ditutup dengan kaca penutup kemudian dilihat dibawah mikroskop.


(36)

Pemeriksaan mikroskopik terhadap simplisia dilakukan dengan cara menaburkan serbuk simplisia diatas kaca objek yang telah diteteskan dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup kemudian dilihat dibawah mikroskop. Hasil pemeriksaan mikroskop daun segar dapat dilihat di lampiran 6, Gambar 3.3 halaman 30.

3.4.3 Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan menurut metode Azeotropi (destilasi toluena) (WHO,1992).

Cara kerja :

Dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml air suling ke dalam labu alas bulat, lalu didestilasi selama 2 jam. Setelah itu, toluena dibiarkan mendingin selama 30 menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 ml. Kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen. Hasil pemeriksaan kadar air dapat dilihat di Tabel 3.1 halaman 14.


(37)

3.4.4 Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Air

Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter) dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (MMI, 1979). Hasil pemeriksaan kadar sari larut dalam air dapat dilihat di Tabel 3.1 halaman 14.

3.4.5 Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Etanol

Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 96% dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (MMI, 1979). Hasil pemeriksaan kadar sari larut dalam etanol dapat dilihat di Tabel 3.1 halaman 14.

3.4.6 Penetapan Kadar Abu Total

Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pijaran dilakukan pada


(38)

suhu 6000oC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 1980). Hasil pemeriksaan kadar abu total dapat dilihat di Tabel 3.1 halaman 14.

3.4.7 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam

Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring, dipijarkan, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (MMI, 1980). Hasil pemeriksaan kadar abu tidak larut dalam asam dapat dilihat di Tabel 3.1 halaman 14.

3.5 Pembuatan Ekstrak Daun Jati Belanda

Pembuatan ekstrak daun Jati Belanda dilakukan dengan cara perkolasi. Serbuk simplisia 500 g di masukkan kedalam bejana tertutup, ditambahkan etanol 96% sehingga semua simplisia terendam, aduk-aduk dan diamkan selama 3 jam. Pindahkan masa sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, tuangi cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator,biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya hingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia. Perlokasi dihentikan jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa. Selanjutnya ekstrak cair dipekatkan dengan menggunakan rotavapor, setelah didapat ekstrak kental, kemudian di keringkan di freeze dryer (Ditjen POM, 1986).


(39)

3.6 Uji Aktivitas Penurunan Kadar Kolesterol

Percobaan efek penurunan kadar kolesterol terdiri dari beberapa tahap yaitu penyiapan bahan, penyiapan hewan uji yang hiperkolesterolemia dan pengujian efek penurun kadar kolesterol.

3.6.1 Penyiapan Bahan

Penyiapan bahan-bahan meliputi suspensi Na-CMC (kontrol), bahan uji (EDJB), dan suspensi simvastatin (pembanding)

3.6.1.1 Pembuatan Suspensi Na-CMC 0,5% (b/v)

Sebanyak 0,5 g Na-CMC ditaburkan ke dalam lumpang berisi air suling panas sebanyak 20 ml, ditutup dan dibiarkan selama 30 menit hingga diperoleh massa yang transparan (Anief, M. 1995), digerus lalu diencerkan dengan air suling hingga 100 ml (Gohel, M.,dkk. 2009)

3.6.1.2 Pembuatan Suspensi Ekstrak Daun Jati Belanda (EDJB)

Berdasarkan hasil orientasi yang didapat, dosis yang dipakai pada ekstrak daun Jati Belanda diperoleh empat variasi dosis yaitu dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB

.Cara pembuatan suspensi ekstrak :

Ekstrak etanol daun Jati Belanda ditimbang masing-masing sebanyak 50 mg, 100 mg, 200 mg, dan 400 mg dimasukkan ke dalam lumpang yang berisi sedikit suspensi CMC 0,5% digerus homogen lalu dicukupkan dengan suspensi Na-CMC 0,5% hingga 10 ml.


(40)

3.6.1.3 Pembuatan Suspensi Simvastatin

Sebanyak 50 mg simvastatin digerus dalam lumpang, lalu ditambahkan Suspensi Na-CMC 0,5 % sedikit demi sedikit sambil terus digerus hingga homogen lalu dicukupkan dengan suspensi Na-CMC 0,5 % hingga 625 ml.

3.7 Penyiapan Hewan Uji yang dibuat Hiperkolesterolemia

Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah marmot jantan yang sehat dan dewasa sebanyak 36 ekor yang terlebih dahulu dikarantina selama satu minggu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kemudian diukur kadar kolesterol awalnya lalu dibuat hiperkolesterolemia dengan cara memberikan makanan induksi kuning telur (1 % BB) diberikan, serta diberi pakan biasa yang dicampur dengan lemak kambing 15 g / 100 g jumlah pakan diberikan selama 14 hari berturut-turut secara oral. Diukur kadar kolesterolnya (hasil pada Tabel 4.3 halaman 16 ).

3.7.1 Pemberian suspensi CMC-Na, Suspensi EDJB Dan Suspensi Simvastatin pada marmot yang hiperkolesterolemia.

Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 6 hewan uji yaitu :

1. Kelompok A diberikan suspensi Na-CMC 0,5% ( kontrol negatif) 2. Kelompok B diberikan suspensi EDJB dosis 50 mg/kg BB

3. Kelompok C diberikan suspensi EDJB dosis 100 mg/kg BB 4. Kelompok D diberikan suspensi EDJB dosis 200 mg/kg BB 5. Kelompok E diberikan suspensi EDJB dosis 400 mg/kg BB 6. Kelompok F diberikan simvastatin sebagai kontrol positif

Lalu setiap kelompok marmut ditentukan kolesterol darahnya pada hari ke-14 dan ke-17.


(41)

3.7.2 Pengambilan Darah Marmot

Cara pengambilan darah marmot yaitu terlebih dahulu marmot dipuasakan 10-14 jam. Lalu bulu bulu kaki marmut di pangkas, kemudian kuku kaki marmot disikat dengan sikat gigi basah untuk membuang pasir dan sisa pengotor lainnya. Lalu kaki dan kuku marmot di bersihkan dengan alkohol. Setelah itu kuku marmot di potong dengan pemotong kuku sampai berdarah, kemudian darah yang menetes di tampung dalam tabung reaksi yang bersih sebanyak 1 ml.

3.7.3 Pengambilan Serum Darah Marmot

Darah yang didapat, disentrifugasi selama 10 menit dengan 3000 rpm. Lapisan serum diambil, yaitu lapisan yang berupa cairan. Dipipet serum sebanyak 0,01 ml kemudian dimasukkan kedalam tabung yang berisi reagensia kolesterol 1 ml, dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu 25 C selama 10 menit. Diukur pada alat mikrolab dengan panjang gelombang 546 nm.

3.7.4 Pengujian Efek Penurunan Kadar Kolesterol dari EDJB

Pengujian efek penurunan kadar kolesterol menggunakan empat dosis yang berbeda 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, dan 400 mg/kg BB dengan pembanding simvastatin dosis 0,775 mg/kg BB marmot dan suspensi Na-CMC 0,5 % sebagai kontrol. Pada kondisi hiperkolesterolemia (setelah hari ke-14) diberikan obat pada hari ke-15 sampai hari ke-21, dan diberi makanan biasa (pakan). Pada hari ke -17 dan hari ke-21 diukur kadar kolesterol darah marmot. Skema prosedur kerja pemberian obat dan pengukuran darah dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 27.


(42)

3.8 Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan metode Anava (analisis variansi) secara manual dengan taraf signifikansi 95%. Analisis statistik ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 19.


(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Simplisia

Hasil determinasi tumbuhan dari UPT Materia Medica Indonesia, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, diketahui bahwa sampel yang diteliti adalah Daun Jati Belanda (Guazoma ulmifolia Lamk) Suku : Sterculiaceae.

Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia daun Jati Belanda diperoleh kadar air 9,90 %, kadar sari larut dalam air 25,29 %, kadar sari larut dalam etanol 15,56 %, kadar abu total 9,77 %, kadar abu tidak larut dalam asam 0,37 %,. Hasil penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut dalam asam, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari larut dalam etanol memenuhi persyaratan pada Materia Medika Indonesia edisi II, 1978, seperti tercantum dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Pemeriksaan Penetapan Kadar Simplisia Daun Jati Belanda

Jenis Penetapan Hasil

Pemerik saan

Syarat MMI Ket

Kadar air

Kadar sari larut dalam air Kadar sari larut dalam etanol Kadar abu total

Kadar abu tidak larut dalam asam 9,90 % 25,29 % 15,56 % 9,77 % 0,37 %

< 10,0 % > 7,2 % > 3,7 % < 10,4 % < 2,3 %

Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi

Persyaratan kadar air simplisia tidak lebih dari 10%, bila lebih dari 10% akan menyebabkan tumbuhnya jamur yang akan menghasilkan toxin. Kadar sari larut dalam air dan larut dalam etanol bertujuan untuk mengetahui jumlah komponen aktif yang dapat larut dalam air atau etanol. Antara lain dipengaruhi oleh umur tanaman dan tempat tumbuh tanaman. Kadar abu total dan abu tidak


(44)

larut dalam asam adalah untuk menjaga adanya kontaminasi dari logam-logam maupun pasir. Standarisasi bahan baku tanaman diperlukan untuk menjamin mutu simplisia yang memenuhi persyaratan. Hasil penyarian 500 g serbuk simplisia daun Jati Belanda dengan pelarut etanol 96% diperoleh ekstrak cair yang kemudian di pekatkan dengan menggunakan rotavapor kemudian dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer diperoleh 74 g ekstrak (rendemen 14,8 % ).

Hasil pemeriksaan mikroskopik pada daun segar Jati Belanda yang dibuat dengan irisan tipis secara melintang terlihat susunan atanomi adanya rambut epidermis, rambut penutup berbentuk bintang, epidermis atas, jaringan palisade, jaringan bunga karang, epidermis bawah, stomata, berkas pembuluh, skelerenkim, kristal kalsium oksalat, sel lendir, jaringan parenkim dan kolenkim.

Hasil pemeriksaan mikroskopik pada simplisia yang dibuat dengan cara menaburkan serbuk simplisia diatas kaca objek terlihat pembuluh kayu dengan penebalan tangga, epidermis atas, rambut kelenjar, rambut penutup bentuk bintang, epidermis bawah, hablir kalsium oksalat.

4.2 Uji Farmakologi

Hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Pradita, (2010), untuk membuat hewan yang hiperkolesterolem diberikan sebagai bahan penginduksi adalah kuning telur (1 % BB) dan lemak kambing 15g/100g jumlah pakan yang diberikan selama 14 hari. Keadaan hiperkolesterolemia tercapai bila

kadar kolesterol darah (KKD) dari marmot diatas 43 mg/dl (Soesanto, 1988). Hasil orientasi penurunan KKD dengan pemberian EDJB dosis 100 mg/kg BB.

menunjukkan bahwa EDJB dapat menurunkan KKD marmot. Berdasarkan hasil orientasi ini, maka untuk penelitian selanjutnya digunakan EDJB dengan variasi


(45)

dosis 50, 100, 200, dan 400 mg/kg BB. Hasil pengukuran KKD marmot setelah puasa selama 12 jam, sebelum marmot diinduksi ditunjukkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil pengukuran KKD marmot pada saat puasa

Subset for alpha = 0,05

No Perlakuan Rata-rata KKD

puasa (mg/dl)

1 (pada uji statistik

duncan) 1 2 3 4 5 6 Kontrol CMC-Na

EDJB dosis 50 mg/kg BB EDJB dosis 100 mg/kgBB EDJB dosis 200 mg/kg BB EDJB dosis 400 mg/kgBB

Simvastatin Sig. 27,33 25,66 29,16 28,00 32,83 25,66 27,3333 25,6667 31,1667 28,0000 28,1667 25,6667 ,073

Hasil analisis satistik dari yang tercantum pada Tabel 4.2 diperoleh pada α = 0,05 ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa marmot jantan yang digunakan berada dalam kondisi fisiologis yang homogen, sehingga dapat digunakan sebagai hewan uji. Marmot jantan digunakan karena memiliki hormon estrogen dalam jumlah yang sedikit. Telah diketahui bahwa hormon estrogen berpengaruh terhadap kadar kolesterol dalam darah (Guyton, 1987).

Pengambilan darah dilakukan dengan memotong kuku kaki marmot sampai berdarah (Kusumawati, 2004), lalu ditampung dalam tabung serum dan diukur dengan menggunakan alat spektofotometer Microlab 300. Metode ini dipilih karena pelaksanaannya yang sederhana, tepat dan cepat.


(46)

4.2.1 Pengaruh Pemberian Makanan Induksi Terhadap Kadar Kolesterol Darah

Pada pemberian makanan induksi, ternyata dapat meningkatkan kadar kolesterol darah marmot. Dinyatakan hiperkolesterolemia bila kadar KKD berada diatas 43 mg/dl. Kondisi hiperkolesterolemia dapat ditujukkan pada Tabel 4.3 dbawah ini.

Tabel 4.3 Hasil pengukuran kadar kolesterol darah marmot

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa pemberian makanan induksi dapat meningkatkan kadar kolesterol darah marmot. Jadi seluruh marmot dapat digunakan sebagai hewan uji pada pengujian penurunan kadar kolesterol menggunakan EDJB. Dalam 100 g kuning telur mengandung 1480 mg kolesterol dan lemak kambing 375 mg kolesterol (Adriani, 2005). Asam lemak jenuh banyak terdapat pada lemak hewani (seperti lemak kambing) yang dikonsumsi dapat diubah didalam hati menjadi kolesterol sehingga menyebabkan kenaikan kadar kolesterol. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah dapat bersifat sinergis apabila bahan pangan yang mengandung kolesterol dikonsumsi bersama dengan lemak jenuh (Silalahi, 2006).

Baraas, 1994, menyebutkan bahwa peningkatan kadar kolesterol dapat disebabkan oleh beberapa hal. Diet yang terlalu banyak mengandung kolesterol dan lemak sehingga tubuh tidak mampu untuk mengendalikannya.

Kelompok Rata-rata KKD

(mg/dl) Kontrol CMC-Na

EDJB dosis 50 mg/kg BB EDJB dosis 100 mg/kgBB EDJB dosis 200 mg/kg BB EDJB dosis 400 mg/kgBB Simvastatin 65,00 89,60 67,00 94,60 85,30 73,50


(47)

Disamping itu juga disebabkan karena ekskresi kolesterol ke kolon melalui asam empedu terlalu sedikit sehingga produksi kolesterol dalam hati terlalu banyak.

Makanan berlemak yang dikonsumsi terdiri atas trigliserida dan kolesterol. Selain kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Lemak yang berasal dari makanan atau dari hati disebut lemak eksogen. Trigliserida akan diserap sebagai asam lemak bebas sedang kolesterol sebagai kolesterol. Di dalam usus halus asam lemak bebas akan di ubah lagi menjadi trigliserida, sedangkan kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester dan keduanya bersama denga fosfolipid dan apoliprotein akan membentuk lipoprotein yang disebut kilomikron (Sudoyo,2007).

Aterosklerosis merupakan gangguan arteri yang disebabkan lemak atau kolesterol dapat menyebabkan penyempitan arteri tungkai yang mencetuskan pembentukan udem. Penyempitan ini menimbulkan iskemia (tak menerima darah setempat akibat terhalangnya pemasukan darah) dan terganggunya sirkulasi pada jantung, otak dan otot. Pada gangguan jantung yang lebih serius, jantung tidak mampu lagi mengalirkan peredaran darah hingga arteri mendapat terlalu sedikit darah. Sebagai akibat, darah terbendung di vena paru-paru dan kaki yang menimbulkan sesak dada dan udem pergelangan kaki (Tjay, 2002).


(48)

4.2.2 Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Darah Setelah Pemberian Ekstrak Pada hari ke-3 (hari ke-17 perlakuan) setelah pemberian obat EDJB, ternyata telah terjadi penurunan KKD. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.4 : Uji rata-rata Duncan hari ke-17

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

EDJB dosis 100 mg/kg BB 6 39,5000

Simvastatin 6 55,1667

EDJB dosis 200 mg/kg BB 6 62,3333

EDJB dosis 400 mg/kg BB 6 62,8333

kontrol CMC-Na 6 63,5000

EDJB dosis 50 mg/kg BB 6 66,0000

Sig. 1,000 1,000 ,306

Hasil pengukuran kadar kolesterol darah pada hari ke-17 diperoleh kelompok simvastatin, EDJB 50, 200, dan 400 mg/kg BB masih mengalami hiperkolesterolemia. Sedangkan pemberian EDJB dosis 100 mg/kg BB sudah berada dalam kondisi normal.

Hari ke-17 terjadi penurunan, namun penurunan yang terjadi belum pada batas normal. Berbeda dengan pemberian Na-CMC dimana semua hewan uji masih berada dalam kondisi hiperkolesterolemia dan lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian EDJB dan simvastatin. Hal ini terjadi karena laju pembersihan oleh tubuh oleh asam lemak, kolesterol dan trigliserida dalam jaringan lemak diperbaharui setiap 2-3 minggu, jadi lemak yang disimpan hari ini akan berbeda dengan kadar lemak periode berikutnya (Guyton, 2006). Berarti pada saat pemberian obat selama 3 hari setelah hiperkolesterolemia belum terjadi pembersihan oleh tubuh, karena laju pembersihan oleh tubuh akan terjadi setelah


(49)

2-3 minggu kondisi hiperkolesterolemia. Disimpulkan bahwa pengaruh pemberian obat terhadap penurunan kadar kolesterol tidak drastis terjadi penurunannya karena laju pembersihan yang cukup lama.

Pemberian suspensi EDJB yang dilakukan sampai hari ke-21 ternyata dapat menurunkan kadar kolesterol darah marmot. Hasil pengujian efek penurunan kadar kolesterol EDJB menunjukkan bahwa penurunan kadar kolesterol rata-rata pada marmot yang diberi ekstrak daun Jati Belanda dan simvastatin lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Ini menunjukkan bahwa suspensi ekstrak daun Jati Belanda mempunyai aktivitas penurunan kadar kolesterol darah marmot. Hasil di tunjukkan pada Tabel 4.5 yaitu hasil akhir kadar kolesterol darah marmot.

Tabel 4.5 Uji rata-rata Duncan hari ke-21

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

EDJB dosis 100 mg/kg BB 6 29,3333

Simvastatin 6 30,8333

EDJB dosis 200 mg/kg BB 6 36,1667

EDJB dosis 400 mg/kg BB 6 38,8333

EDJB dosis 50 mg/kg BB 6 44,8333

kontrol CMC-Na 6 60,5000

Sig. ,508 ,243 1,000 1,000

Hasil pengukuran kadar kolesterol darah pada hari ke-21 diperoleh bahwa pada pemberian ekstrak daun Jati Belanda dosis 50, 100, 200, dan 400 mg/kg BB dan pemberian simvastatin dibandingkan dengan pemberian Na-CMC mempunyai aktivitas menurunkan kadar kolesterol darah. Kadar akhir sudah normal, tetapi pada dosis 50 mg/kg BB masih dalam batas hiperkolesterolemia (44,83 mg/dl).


(50)

Gambar 4.1. Grafik perbandingan penurunan rata-rata kadar kolesterol darah marmot setelah pemberian obat dibandingkan dengan kontrol

Gambar 4.1 dapat dilihat KKD marmot dari normal, hiperkolesterolemia, dan setelah pemberian obat. Setelah hari ke-14 terjadi penurunan setelah pemberian EDJB, berbeda dengan Na-CMC yang masih berada dalam kondisi tetap hiperkolesterolemia. Artinya EDJB mampu menurunkan kadar kolesterol darah marmot.

Tabel 4.6 Persentase penurunan kadar kolesterol darah marmot

Perlakuan Hari ke-14” Hari ke-17” Hari

ke-21” ∆ kenaikan % penuru nan ∆ penurunan % penuru nan ∆ penuru nan % penuru nan Na-CMC EDJB 50 EDJB 100 EDJB 200 EDJB 400 Simvastatin 37,60 64,00 37,83 66,67 57,16 47,83 0 0 0 0 0 0 1,67 23,67 28,50 33,00 22,50 18,33 4,70 37,92 77,41 34,59 26,11 39,46 4,50 45,27 37,67 58,44 45,83 42,66 12,49 70,70 101,53 88,21 80,11 89,95 “ = Nilai rata – rata.

Dari Tabel 4.6 tersebut di atas terlihat bahwa pada hari ke-17 (3 hari setelah pemberian EDJB) telah terjadi persentase penurunan yang cukup tinggi,


(51)

tetapi kadar kolesterol darah masih belum normal. KKD akan mencapai normal pada hari ke-21, dimana persentase penurunan KKD sudah tinggi. Persentase penurunan KKD pada hari ke-21 dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Berikut hasil uji statistik duncan pada Tabel 4.7 pada rata-rata persentase besar penurunan KKD yang terjadi pada masing-masing perlakuan.

Tabel 4.7 Hasil persentase penurunan KKD yang terjadi pada hari ke-21 duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

Na-CMC 6 12,5000

EDJB 50 6 70,7000

EDJB 400 6 80,1167 80,1167

EDJB 200 6 88,2000

Simvastatin 6 89,9667

EDJB 100 6 101,5167

Sig. 1,000 ,078 ,080 1,000

Pada hari ke-21, marmot dengan pemberian EDJB terjadi penurunan kadar kolesterol sampai dibawah kadar normal. Kemungkinan disebabkan oleh EDJB yang diberikan dapat menghambat absorbsi kolesterol yang ada dalam makanan yang diberikan, kemungkinan lain EDJB juga berikatan dengan asam empedu yang masuk ke usus halus sehingga asam empedu yang kembali ke hati sedikit, dengan demikian hati akan mengambil kolesterol dari darah untuk memenuhi kebutuhan asam empedu.

Berikut ditampilkan secara grafik batang persentase rata-rata besar penurunan KKD pada gambar 4.2.


(52)

Gambar 4.2 Grafik persentase penurunan kadar kolesterol darah Keterangan :

# = Berbeda nyata dengan Na-CMC $ = Berbeda nyata dengan EDJB 50 ^ = Berbeda nyata dengan EDJB 100 & = Berbeda nyata dengan EDJB 200 ! = Berbeda nyata dengan EDJB 400 @ = Berbeda nyata dengan simvastatin 1 = Tidak berbeda nyata dengan Na-CMC 2 = Tidak berbeda nyata dengan EDJB 50 3 = Tidak berbeda nyata dengan EDJB 100 4 = Tidak berbeda nyata dengan EDJB 200 5 = Tidak berbeda nyata dengan EDJB 400 6 = Tidak berbeda nyata dengan simvastatin

Dari gambar 4.2 terlihat bahwa persentase penurunan KKD yang paling tinggi ditunjukkan oleh EDJB 100 mg/kg BB. Bila dibandingkan persentase penurunan KKD dari EDJB 50 dan EDJB 100 maka penurunan kadar keduanya berbeda signifikan. Jadi, aktivitas penurunan KKD dengan EDJB dosis 100 mg/kg BB lebih baik dari EDJB dosis 50 mg/kg BB.

$^&!@

#^456

#$456

#2356

#2346


(53)

Persentase penurunan KKD yang ditunjukkan oleh EDJB 200 mg/kg BB dan EDJB 400 ternyata lebih rendah dibandingkan dengan persentase penurunan oleh KKD EDJB 100 mg/kg BB. Jadi dapat disimpulkan bahwa dosis yang efektif pada penurunan KKD marmot oleh EDJB adalah dosis 100 mg/kg BB.

Jika dibandingkan persentase penurunan KKD oleh EDJB 100 mg/kg BB dibandingkan dengan simvastatin, maka persentase penurunan EDJB 100 mg/kg BB lebih tinggi dan berbeda signifikan secara statistik.

Dalam penelitian terjadi perbedaan efek penurunan KKD, bahwa semakin tinggi dosis bukan semakin meningkat penurunan KKD yang terjadi. Hal ini dapat dijelaskan dengan kurva dosis-respon bahwa pada dosis 200 dan 400 mg/kg BB menjadi bersifat agonis partial. Agonis partial adalah agonis yang lemah, artinya agonis yang mempunyai aktivitas instrinsik atau efektivitas yang rendah sehingga menimbulkan efek maksimal yang lemah. Akan tetapi, obat ini akan mengurangi efek maksimal yang ditimbulkan oleh agonis penuh. Oleh karena itu agonis parsial disebut juga antagonis parsial. Jika enzim metabolisme mengalami kejenuhan pada kisaran dosis terapi, maka pada peningkatan dosis akan terjadi lonjakan kadar obat dalam plasma, yang disebut farmakokinetik non-linear.

Jadi dengan peningkatan dosis EDJB terjadi perubahan aktivitas instrinsik sehingga menyebabkan penurunan kurva respon. Anjakan yang sesuai dengan kurva dosis respon dapat disebabkan oleh perubahan afinitas atau potensi yang berbeda. Aktivitas Instrinsik adalah ukuran yang digunakan melihat efektivitas biologi yaitu kemampuan obat berikatan dengan reseptornya. Jika reseptor yang diduduki oleh obat mencukupi untuk menghasilkan efek farmakologi, kemudian semua obat bertindak terhadap reseptor, akan dihasilkan efek maksimal.


(54)

Keadaan ini tidak berlaku pada semua obat. Selain afinitas obat dengan reseptor, harus juga mempunyai sifat kedua yaitu aktivitas intrinsik.

EDJB kemungkinan dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan dua cara. Pertama, EDJB bergabung dengan asam empedu yang diproduksi oleh hati untuk memecah lemak di dalam usus halus. Sebagian besar asam empedu akan dikeluarkan sebagai bahan buangan dan tidak diserap lagi. Kolesterol merupakan bahan dasar pembentuk asam empedu. Untuk menggantikan asam empedu yang hilang, kolesterol dikeluarkan dari peredaran darah. Peristiwa ini dapat menurunkan kadar kolesterol. Kedua, EDJB di dalam usus mengikat asam lemak, garam empedu dan kolesterol dari makanan sehingga menghambat penyerapan zat tersebut dan membawanya keluar bersama feses. Berkurangnya absorbsi garam empedu dan kolesterol ke hati ini akan meningkatkan pengambilan kolesterol dari darah yang akan dipakai untuk sintesis garam empedu yang baru yang akibatnya menurunkan kadar kolesterol darah.


(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Ekstrak Daun Jati Belanda dapat menurunkan kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia.

2. Pemberian ekstrak daun Jati Belanda dengan dosis 100 mg/kg BB memberikan persentase penurunan kadar kolesterol yang paling tinggi dan merupakan dosis yang paling efektif serta lebih kuat dibandingkan dengan simvastatin.

5.2 Saran

Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti pengaruh ekstrak daun Jati belanda terhadap kadar kolesterol HDL, LDL, dan TG darah marmot.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. (2007). Teknologi Bahan Alam. Bandung: ITB. Hal 8; 38-39

Andriani, Y., (2005). Pengaruh Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)

Terhadap Bobot Badan Kelinci Yang Diberi Pakan Berlemak. Bengkulu; Jurnal Jurusan Kimia FMIPA. Hal 1-2

Anief. M. (1995). Ilmu Meracik Obat, Teori Dan Praktik. Cet. 5. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 107.

Anonim1. (2007). Kepmenkes 381-2007 Kebijakan Obat Tradisional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Anonim2. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No: 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Anonim3. (2011). http://herbal.medicalonlinemedia.com/2011/02/guazuma-ulmifolia-Jati -Belanda-effic

Baaras, F. (1993). Mencegah Serangan Jantung Dengan Menekan Kolesterol.

Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Dipiro, (2009). Pharmacotherapy. San Antonio,Texas. Pdf. Hal : 438-441

Ditjen POM. (1978). Materia Medika Indonesia. Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal:42-46.

Ditjen POM. (1979). Materia Medika Indonesia. Jilid III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 159, 167-171.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 33, 459, 633.

Ditjen POM. (1980). Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Hal : 153

Ditjen POM. (1994)Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Hal :65.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 57, 72, 550.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal 1, 10-11.


(57)

Gohel, M., Parikh, R., Popat, A. (2009). Pharmaceutical Suspensions : A Review.

India. Dalam http://www.pharmainfo.net

Guyton, A.C. (1987). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi III. Alih bahasa: P. Adrianto, EGC: Jakarta: hal. 623-630.

Joseph, G. (2002). Manfaat Serat Makanan Bagi Kesehatan Kita. Serial online. [Diakses 22 Februari 2011]; Dimbil dari : URL: Hyperlink.

Heinrich, M. (2007). Farmakognosi dan Fitoterapi. Jakarta : penerbit buku kedokteran, EGC. Hal: 62-82

Juheini. (2002). Pemamfaatan Herba Seledri (Apium graveolens L.) Untuk Menurunkan Kolesterol Dan Lipid Dalam Darah Tikus Putih Yang Di Beri Diet Tinggi Kolesterol Dan Lemak . Jakarta; Jurusan Farmasi FMIPA.UI. hal 3-4

Katno, Pramono (2000). Tingkat Mamfaat Dan Keamanan Tanaman Obat Dan Obat Tradisional. Fakultas Farmasi, UGM , Hal 1-2

Katzung, B. G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah dan Editor: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Erlangga. Edisi VIII. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Halaman 433.

Ketaren, S., (1986), Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Penerbit UI Press: hal. 9-10

Kelompok Kerja Ilmiah. (1993). Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik. Jakarta : Penerbit Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica.

Murray, R.K.,(2003). Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 240-245

Mycek, M. J., Haevery, R. A., and Champe, P. C. (2001). Farmakologi: Ulasan Bergambar. Penerjemah: Agoes, A. Edisi II. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Halaman 209.

Pradita, (2010). Uji Efek Ekstrak Temu Giring (Curcuma heyneana Val. & V.Zyp) Sebagai Penurunan Kadar Kolesterol Darah Marmot Secara Pra Klinis. Medan. Fakultas Farmasi. USU.

Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Yogyakara: Penerbit Kanisius. Halaman 85 – 89.

Soesanto, M. (1988). Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di daerah Tropis. UI Press, Jakarta. Halaman 60

Sudoyo, A. W. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4 Jilid 3. Jakarta : Balai pustaka, FK UI. Halaman 242-245


(58)

Sulaksana, Jaka (2005). Kemuning Dan Jati Belanda Dan Pemamfaat Untuk Obat. Jakarta: Penabur swadaya. Hal 12-18 dan 21-22

Suyatna, F. dan Tony H. (1995). Farmakologi Dan Terapi. Editor. Sulistia G., Rianto S., Frans D. dan Purwantyastuti. Edisi Keempat. Jakarta : Penerbit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 365, 374-375.

Tjay, T. H. dan Rahardja, K. (2002). Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Kelima. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Halaman 537, 540 – 541, 545.


(59)

(60)

Lampiran 2. Bagan kerja pembuatan ekstrak daun Jati Belanda

disortasi basah dirajang

dikeringkan di lemari pengering disortasi kering

diserbuk

direndam dengan etanol 96% selama 3 jam

dipindahkan ke dalam perkolator dan dibiarkan selama 24 jam

dibiarkan ekstrak menetes dari perkolator

dipekatkan dengan rotavapor di freeze dryer

rotary evaporator

Serbuk simplisia daun Jati Belanda

Perkolat Daun Jati Belanda segar

• Karakterisasi simplisia - Pemeriksaan makroskopik - Pemeriksaan mikroskopik - Pk air

- Pk sari larut air - Pk sari larut etanol - Pk abu total

- Pk abu tidak larut dalam asam

Ekstrak


(61)

Marmot

Diberi pakan yang dicampur dengan lemak

kambing 15g/100g jumlah makanan selama

14 hari

Diukur kadar kolesterolnya

Marmot Hiperkolesterolemia

Diberi induksi kuning telur 1% berat badan

secara oral


(62)

Marmot

Dikondisikan selama 2 minggu

2. Diberikan perlakuan hiper kolesterolemia selama 14 hari 1. Diukur kadar kolesterol

Kadar kolesterol

normal Diukur kadar kolesterol

Kadar

Hiperkolesterolemia

3. Diberikan perlakuan dengan dan tanpa pemberian suspensi Ekstrak daun Jati Belanda dan pemberian suspensi simvastatin selama 7 hari mulai

dari hari ke 15

Diukur kadar kolesterol pada hari ke-17 dan ke-21

Kadar kolesterol Lampiran 4. Bagan alur pengujian efek penurunan kolesterol


(63)

Darah siap diukur

Dimasukkan dalam lemari pendingin

Didiamkan pada suhu kamar selama 30 menit Ditampung dalam tabung yang bersih

Darah Marmot

Di gunting kuku marmot hingga berdarah Dibilas dengan alkohol

kuku yang bersih

Dipangkas dan di bersihkan kukunya Dipuasakan selama 10 – 14 jam

Marmot


(64)

Lampiran 6. Karakteristik tanaman daun Jati Belanda (Guazoma ulmifolia Lamk)

Gambar 1: Tumbuhan Jati Belanda (Guazoma ulmifolia Lamk)


(65)

Lampiran 6 (Lanjutan) Gambar 3.

Keterangan : Mikroskopik Penampang melintang daun Jati Belanda perbesaran 10x40

1. Rambut Kelenjar 7. Berkas Pembuluh

2. Rambut Penutup bentuk Bintang 8. Skerelenkim

3. Epidermis atas 9. Saluran Lendir

4. Jaringan Palisade 10. Jaringan Parenkim

5. Jaringan Bunga Karang 11.Kolemkim

6. Epidermis bawah 3

1

2 4 5

6

8 9

10 11


(66)

Lampiran 7. Data kadar kolesterol darah marmot selama penelitian (mg/dl)

Kelompok

Kadar kolesterol

normal hiperkolesterolemia Pemberian obat

Hari 17 Hari 21

Na-CMC

21 59 59 55

30 68 67 67

23 72 70 68

25 60 59 55

33 64 60 58

32 67 65 60

Simvastatin

31 76 45 32

22 80 65 28

22 80 64 36

26 68 50 30

26 70 55 30

27 67 52 29

EDJB 50

25 83 66 48

27 94 68 47

24 101 78 50


(67)

33 79 54 40

20 96 68 42

EDJB 100

33 59 30 26

23 65 38 28

25 62 38 22

32 78 42 32

27 70 40 33

35 68 43 35

EDJB 200

38 92 59 36

30 111 65 38

26 98 64 38

28 90 60 35

21 85 58 32

25 92 64 38

EDJB 400

27 74 59 36

24 89 65 38

25 85 61 38

33 92 64 40

29 78 60 41

31 94 68 44

Lampiran 8. Contoh perhitungan dosis

Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan Mencit 20 g Tikus 200 g Marmot 400 g Kelinci 1,5 kg Kera 4 kg Anjing 12 kg Manusia 70 kg Mencit 20 g

1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,3 387,9

Tikus 200 g

0,14 1,0 1,74 3,0 9,2 17,8 56,0

Marmot 400 g

0,008 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5

Kelinci 1,5 kg

0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2

Kera 4 kg

0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1

Anjing 12 kg

0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1

Manusia 70 kg


(68)

Contoh perhitungan Dosis suspensi simvastatin 0.01% Dosis manusia (berat 70 kg) = 10 mg

Dosis marmot (berat 400 g) = 0,031 x 10 mg = 0,31 mg

= 1000/400 x 0.31 mg = 0,775 mg/ kg BB = 0,8 mg/kg BB Suspensi simvastatin sebanyak 0,8 mg/kg BB dibuat dalam sediaan 10 ml, dengan penimbangan minimal 50 mg maka dibuat dalam sediaan 50 mg x 10 ml = 625 ml. Dosis untuk Marmot (Berat 415 g)

= 415 g x 0,8 mg/1000 g = 0,332 mg

Sediaan yang dibuat = 50 mg/ 625 ml = 0,08 mg/ml ~ 80 mg/1000ml = 0,08 mg/ml

Jadi volume suspensi simvastin yang diberikan 0,332 mg = 4,15 ml

0,08 mg/ml

Lampiran 8. (Lanjutan)

Contoh perhitungan dosis ekstrak daun Jati Belanda untuk marmot dengan berat badan 400 g dengan dosis ekstrak daun Jati Belanda 100 mg/Kg BB

.

Dosis ekstrak 100 mg/kg BB dibuat dalam labu tentukur 10 ml, maka di dalam 10 ml mengandung ekstrak daun Jati Belanda 100 mg untuk 1 kg berat badan.

Dosis obat yang diberikan = 400 g x 100 mg = 40 mg 1000 g

Sediaan yang dibuat = 100 mg/10 ml = 10 mg/ml Suspensi EDJB yang diberikan untuk marmot BB 400 g

= 40 mg = 4 ml 10 mg/ml


(69)

Lampiran 9. Hasil SPSS

Oneway Descriptives

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Min Max

Lower Bound

Upper Bound

hari 0 CMC-Na 6 27,3333 5,00666 2,04396 22,0792 32,5875 21,00 33,00

simvastatin 6 25,6667 3,38625 1,38243 22,1130 29,2203 22,00 31,00

EDJB 50 6 25,6667 4,27395 1,74483 21,1814 30,1519 20,00 33,00

EDJB 100 6 31,0000 4,00000 1,63299 26,8023 35,1977 25,00 35,00

EDJB 200 6 28,0000 5,76194 2,35230 21,9532 34,0468 21,00 38,00

EDJB 400 6 28,1667 3,48807 1,42400 24,5062 31,8272 24,00 33,00

Total 36 27,6389 4,46672 ,74445 26,1276 29,1502 20,00 38,00

hari 14 CMC-Na 6 65,0000 4,97996 2,03306 59,7739 70,2261 59,00 72,00

simvastatin 6 73,5000 5,92453 2,41868 67,2826 79,7174 67,00 80,00


(70)

EDJB 200 6 94,6667 9,02589 3,68480 85,1946 104,1388 85,00 111,00

EDJB 400 6 85,3333 7,94145 3,24208 76,9993 93,6674 74,00 94,00

Total 36 79,1944 13,34128 2,22355 74,6804 83,7085 59,00 111,00

hari 17 CMC-Na 6 63,5000 4,84768 1,97906 58,4127 68,5873 59,00 70,00

simvastatin 6 55,1667 7,93515 3,23951 46,8392 63,4941 45,00 65,00

EDJB 50 6 66,0000 7,89937 3,22490 57,7101 74,2899 54,00 78,00

EDJB 100 6 39,5000 2,66458 1,08781 36,7037 42,2963 36,00 43,00

EDJB 200 6 62,3333 4,13118 1,68655 57,9979 66,6687 58,00 69,00

EDJB 400 6 62,8333 3,43026 1,40040 59,2335 66,4332 59,00 68,00

Total 36 58,2222 10,47749 1,74625 54,6771 61,7673 36,00 78,00

hari 21 CMC-Na 6 60,5000 5,75326 2,34876 54,4623 66,5377 55,00 68,00

simvastatin 6 30,8333 2,85774 1,16667 27,8343 33,8323 28,00 36,00

EDJB 50 6 44,8333 4,02078 1,64148 40,6138 49,0529 40,00 50,00

EDJB 100 6 29,3333 4,88535 1,99444 24,2065 34,4602 22,00 35,00

EDJB 200 6 36,1667 2,40139 ,98036 33,6466 38,6868 32,00 38,00

EDJB 400 6 38,8333 1,83485 ,74907 36,9078 40,7589 36,00 41,00

Total 36 40,0833 11,20810 1,86802 36,2911 43,8756 22,00 68,00

Lampiran 9 (Lanjutan) Post Hoc Tests

Depende nt

Variable (I) perlakuan (J) perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

hari 21 CMC-Na simvastatin 29,66667* 2,24144 ,000 25,0890 34,2443

EDJB 50 15,66667* 2,24144 ,000 11,0890 20,2443

EDJB 100 31,16667* 2,24144 ,000 26,5890 35,7443

EDJB 200 24,33333* 2,24144 ,000 19,7557 28,9110

EDJB 400 21,66667* 2,24144 ,000 17,0890 26,2443

simvastatin CMC-Na -29,66667* 2,24144 ,000 -34,2443 -25,0890

EDJB 50 -14,00000* 2,24144 ,000 -18,5776 -9,4224

EDJB 100 1,50000 2,24144 ,508 -3,0776 6,0776

EDJB 200 -5,33333* 2,24144 ,024 -9,9110 -,7557

EDJB 400 -8,00000* 2,24144 ,001 -12,5776 -3,4224


(71)

simvastatin 14,00000* 2,24144 ,000 9,4224 18,5776

EDJB 100 15,50000* 2,24144 ,000 10,9224 20,0776

EDJB 200 8,66667* 2,24144 ,001 4,0890 13,2443

EDJB 400 6,00000* 2,24144 ,012 1,4224 10,5776

EDJB 100 CMC-Na -31,16667* 2,24144 ,000 -35,7443 -26,5890

simvastatin -1,50000 2,24144 ,508 -6,0776 3,0776

EDJB 100 -15,50000* 2,24144 ,000 -20,0776 -10,9224

EDJB 200 -6,83333* 2,24144 ,005 -11,4110 -2,2557

EDJB 400 -9,50000* 2,24144 ,000 -14,0776 -4,9224

EDJB 200 CMC-Na -24,33333* 2,24144 ,000 -28,9110 -19,7557

simvastatin 5,33333* 2,24144 ,024 ,7557 9,9110

EDJB 50 -8,66667* 2,24144 ,001 -13,2443 -4,0890

EDJB 100 6,83333* 2,24144 ,005 2,2557 11,4110

EDJB 400 -2,66667 2,24144 ,243 -7,2443 1,9110

EDJB 400 CMC-Na -21,66667* 2,24144 ,000 -26,2443 -17,0890

simvastatin 8,00000* 2,24144 ,001 3,4224 12,5776

EDJB 50 -6,00000* 2,24144 ,012 -10,5776 -1,4224

EDJB 100 9,50000* 2,24144 ,000 4,9224 14,0776

EDJB 200 2,66667 2,24144 ,243 -1,9110 7,2443

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Lampiran 9 (Lanjutan) ANOVA

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

hari 0 Between Groups 117,472 5 23,494 1,213 0,327

Within Groups 580,833 30 19,361

Total 698,306 35

hari 14 Between Groups 4616,139 5 923,228 17,166 0,000

Within Groups 1613,500 30 53,783

Total 6229,639 35

hari 17 Between Groups 2918,222 5 583,644 18,949 0,000

Within Groups 924,000 30 30,800

Total 3842,222 35

hari 21 Between Groups 3944,583 5 788,917 52,342 0,000

Within Groups 452,167 30 15,072


(72)

Homogeneous Subsets hari 0

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1

Duncana Simvastatin 6 25,6667

EDJB dosis 50 mg/kg BB 6 25,6667

kontrol CMC-Na 6 27,3333

EDJB dosis 200 mg/kg BB 6 28,0000

EDJB dosis 400 mg/kg BB 6 28,1667

EDJB dosis 100 mg/kg BB 6 31,0000

Sig. ,073

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Duncana kontrol CMC-Na 6 65,0000

EDJB dosis 100 mg/kg BB 6 67,0000

Simvastatin 6 73,5000

EDJB dosis 400 mg/kg BB 6 85,3333

EDJB dosis 50 mg/kg BB 6 89,6667 89,6667

EDJB dosis 200 mg/kg BB 6 94,6667

Sig. ,066 ,314 ,247

hari 17

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Duncana EDJB dosis 100 mg/kg BB 6 39,5000


(73)

EDJB dosis 200 mg/kg BB 6 62,3333

EDJB dosis 400 mg/kg BB 6 62,8333

kontrol CMC-Na 6 63,5000

EDJB dosis 50 mg/kg BB 6 66,0000

Sig. 1,000 1,000 ,306

hari 21

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

EDJB dosis 100 mg/kg BB 6 29,3333

simvastatin 6 30,8333

EDJB dosis 200 mg/kg BB 6 36,1667

EDJB dosis 400 mg/kg BB 6 38,8333

EDJB dosis 50 mg/kg BB 6 44,8333

kontrol CMC-Na 6 60,5000

Sig. ,508 ,243 1,000 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.

Lampiran 10. Spesifikasi Alat Microlab 300 (E-Merk)

MICROLAB 300 (MERCK)

Light Source

• Quartz Halogen Lamp 12V-20W Wavelenght range

• Automatic by 12 positions filter-wheel;

• 6 standar interference filters : 340, 405, 505, 546, 578 dan 620 nm;

• 6 positions for optional filters Photometric Range

• -0.1 to 2.3 Absorbance Detector


(74)

• Photo diode (320-1000 nm). Blanking

• Automatic zero setting Operator interface

• Membrame keyboard, for direct function and alpha numeric entry;

• Optional external keyboard;

• High contrast graphical LCD display

• Real time clock, 24 hours system Languages • English; • French; • Spanish; • Portuguese; • German;

• Other languages on request Measurements Procedures

• Kinetic, with linearity check;

• Kinetic, with linearity check and sample slope blank;

• Two point kinetic, with or without reagent blank;

• End point, with or without reagent blank;

• Bichromatic end point; , with or without reagent blank;

• End point, with sampl blank and , with or without reagent blank. Lampiran 10. (Lanjutan)

Multiple testing

• Up to nine replicates;

• Means, SD and CV. Measuring time

• Programmable, 2 to 998 second for kinetic and two point type of test;

• For end point fixed at 2 seconds Delay time

• Programmable, 0 to 999 seconds Method Parameter Setting

a.o.

• Method name;

• Measurement mode


(1)

(2)

Gambar 4. Alat Microlab 300 (E-Merck)

Gambar 5. Hewan Uji (Marmot)


(3)

Kadar air

=

Sampel I Volume I = 1,7 ml

Volume II = 2,3 ml Berat sampel = 5,0121 g

Kadar air

=

=

11,90 % Sampel II Volume I = 2,3 ml

Volume II = 2,8 ml Berat sampel = 5,0159 g

Kadar air

=

=

9,90 % Sampel III Volume I = 2,8 ml

Volume II = 3,2 ml Berat sampel = 5,0137 g

Kadar air

=

=

7,90 %

Kadar air rata-rata :

=

= 9,90 %


(4)

Penetapan kadar sari yang larut dalam air Kadar sari yang larut dalam air

=

Sampel I

Berat sampel = 5,0093 g

Berat sari = 0,264 g

Kadar sari larut dalam air

=

=

26,35 % Sampel II

Berat sampel = 5,0819 g

Berat sari = 0,258 g

Kadar sari larut dalam air

=

=

25,38 % Sampel III

Berat sampel = 5,0518 g

Berat sari = 0,244 g

Kadar sari larut dalam air

=

=

24,14 %

Kadar sari larut dalam air rata-rata

=


(5)

Lampiran 14. (Lanjutan)

Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol Kadar sari yang larut dalam etanol

=

Sampel I Berat sampel = 5,0309 g

Berat sari = 0,157 g

Kadar sari yang larut etanol

=

=

15,6 %

Sampel II Berat sampel = 5,0733 g

Berat sari = 0,167 g

Kadar sari yang larut etanol

=

=

16,4 %

Sampel III Berat sampel = 5,0314 g

Berat sari = 0,142 g

Kadar sari yang larut etanol

=

=

14,1 %

Kadar sari yang larut dalam etanol rata

=


(6)