Pendugaan parameter genetik dan karakteristik molekuler

g p p 5!

ABSTRACT

gggg
3

z::

*3 a=. .zr r3O QI
2

Q Q s
* s s m

.sso
2 rgxr'a
9a.Z
g
e


Q

%3.gg

s;3gj.
QS.xr3

Q

5 ~ g a S
;&%gg

3 r n = m z
w % 5 = a

8 3 I Q - Q

ggkj5s
s*-xr?
K Q I D Q C

%!:
2

go E g i

m s Q - Q

s.€ -3 -.

;8.2

Q

CD
- 3

3.

2


S
'OL
* mgx
c

i

=5

xS 2Q

4

9 g

E

r

C


t-8.

-.
2.

Q

B

s
.

gg
g2

G Q

:9


z. ;

TZ

WE
P 35
3 ;$

-

r
Q

2 E
s3

z -ED3?
g -3
Q


=I

x

I!

LOLLIE AGUSTINA P ANC AWARASWATT PUTRI. Genetic Parameter
Estimation and Molecular Characterization of Oil Palm Genetic Diversity Using
Supervised by SUDARSONO, IL4JRIAL
Microsatellite Markers (SSR).
ASWIDINNOOK DWI ASMONO, and NORBERT BILLOTTE.
Since the beginning of the last century, a lot of breeding programmes have
been performed to genetically improve palm oil productivity. An experiment to
study heritability, general combining ability (GCA), and specific combining
ability (SCA) of some traits in oil palm progeny was conducted at Kebun Surya
Adi, PT. Bina Sawit Makmur, Sampoerna Agro, Ogan Komering Ilir, Sumatera
Selatan, from July 2006 until September 2008. The research was arranged in
alpha design with two replications, 50 progenies and 12 palms for each
replication, respectively. The results showed that broad sense heritability
estimates were high for kernel to h i t content ratio and p-carotene content;

medium for mesocarp to h i t , oil to fresh mesocarp, and bunch number; and low
for fresh fruit bunch, oil to bunch and h i t to bunch ratios. The general combining
ability (GCA) of bunch number, rnesocarp to b i t , oil to fresh mesocarp, and
kernel to .Fruit ratios and p-carotene content were highly significant. Similarly, the
specific combining ability (SCA) of mesocarp to h i t , oil to fresh mesocarp, and
kernel to h i t ratios and p-carotene content were also highly significant.
Moreover, for genetic diversity analysis, the objectives are to check the
origin and to study the genetic diversity of the genitors, along with 34 reference
accessions (fiom CJRAD) including self-progenies from two of the four historic
oil palms introduced in 1848 in the Botanical Gardens of Buitenzorg (Bogor,
Indonesia). They included additional AVROS, Ghana and Cameroon origins,
which brought some allelic richness somewhat limiting a diversity loss due to the
intra-selection of other origins. The Deli accessions were grouped together
confirming their common origin and narrow genetic basis. A second very distinct
group of least genetic diversity was the A W S and SP540T breeding material. A
third broader group was formed by West and Central Africa accessions from CGte
d9Ivoire,Ghana,Nigeria, Zaire, Tanzania, Cameroon. The genetic parameters and
the structure of the Sampoerna Agro's selected germplasm showed a good
representation of the oil palm species global diversity. Based on such results,
favourable heterosis effects for the palm oil production may also exist in an interpopulation hybridization program between AVlROS and Africa genitors as it has

traditionally been shorn in crossing between Deli and Africa materials.

Key words : E. pineensis Jacq., combining ability, heritability, genetic diversity,
simple seqwence repeat (SSR)

LOLLE AGUSTWA PANCAWARASWATI PUTRI. Pendugaan Parameter
Genetik dan Karakterisasi Molekuler Keragaman Genetik dengan Marka
MikrosateIit (SSR) pada Kelapa Sawit. Dibirnbing oleh SUDARSONO,
HAMAL ASWTZ3INNOOR, DWI ASMONO, dan NOWERT BILLOTTE.
KeIapa sawit (Elaeisgtrii~eei~sis
Jacq.) saat ini tetah menjadi komoditas
perkebunan strategis di Indonesia. Peningkatan perm kelapa sawit tidak terlepas
dari kontribusi pemuliaan tanaman dalam mendukung penyediaan bahan tanaman
unggul. Usaha merakit bahan tanaman ke1apa sawit unggul sangat ditentukan
oleh ketersediaan bahan dasar plasma nugah dan variabilitas genetiknya.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari (1) parameter genetik pada
progeni-progeni kelapa sawit DxP, menduga nilai daya gabung umum (DGU),
daya gabung khusus @GK) dan herithilitas dari komponen hasil beberapa
karakter progeni-progeni kelapa sawit DxP, (2) parameter genetik pada progeniprogeni kelapa sawit DxP, menduga nilai daya gabung umum (DGU), daya
gabung khusus @GK) dan heritabilitas dari komponen kualitas minyak progeniprogeni kelapa sawit DxP,dan (3) menganalisis keragaman genetik pada beberapa

plasma nutfah kelapa sawit Pisifera dan Dura dengan rnenggunakan 20 marka
SSR (rnikrosatelit), dan (4) mempelajari peta keragaman genetik plasma nutfah
kelapa sawit Indonesia pada plasma nutfah kelapa sawit dunia. Secara keseluruhan
informasi keragaan parameter genetik (daya gabung umum, daya gabung khusus
dan heritabilitas), penetapan pola stnrktur dan variasi distribusi genetik secara
molekuler di dalam dan antar popdasi akan rnemberikan informasi dasar bagi
kepentingan penetapan alctivitas pemuliaan di masa datang dan upaya melakukan
konservasidan eksplorasi plasma nutfah kelapa sawit serta memperluas genetic
base kelapa sawit dalam memperkokoh pijakan pengembangan program
pemuliaan untuk memperoleh bahan tanaman kelapa sawit yang menghasilkan
kualitas dan kuantitas minyak yang tinggi melahi pemakaian marka molekuler
khususnya marka mikrosatelit (SSR).
Keragaman genetik menempati posisi penting dalarn program pernuliaan,
karena optimalisasi dan rnaksimaIisasi sifat-szat tertentu akan dapat dicapai jika
cukup peluang untuk melalrukan seleksi gen untuk sifat yang diinginkan juga
merupakan syarat mutlak untuk pengembangan kultivar. Adanya penekanan pada
program hibridisasi pemuliaan rnenimbulkan kepentingan pendugaan keragaman
pada plasma nuthh keiapa sawit. Keragaman gene& tanaman dapat ditingkatkan
baik dengan c a a persilangan, Introduksi, mutasi maupun pemeliharaan genotipe
liar.

Pemilihan calon tetua dapat diseleksi dafi teha dura untuk karakter jumlah
tandan (nilai DGU tertinggi pada tetua D15) dan rasio mesokarp per buah (nilai
DGU tertinggi pada tetua D16). Pemilihan calon tetua untuk karakter rasio
minyak per mesokarp segar d m rasio kernel per buah dapat diseleksi dari tetua
pisifera (nilai DGU tertinggi pada tetua P21). Nilai DGK sangat nyata pada
karakter rasio mesokarp per bush (niIai duga rataadLeast Square Mean tertinggi
pada D22910), rasio kernel per buah (nilai duga rataadLenrt Square Mean
tertinggi pada D7xP21), dm kandungan f3-karoten (nilai duga r a t a d h a s t Square
Mean tertinggi pada DlOxP19), serta nyata pada karakter rasio minyak per
mesokaq segar (nilai duga rataanlhm Stpure Mean tertinggi pada D23e11).

Z!PP

2

Karakter rasio kernel per buah dan kandungan P-karoten pada kelapa sawit
3 z : :
lebih banyak dikendalikan oleh faktor genetik tanaman dan hanya sedikit
'Qss
*

*
3
I
dipengaruhi oleh lingkungan. Nilai duga heritabilitas (h2bs) sedaq dimiliki
3
5 . ~ ~
2
4 Q s
e
~
~ karakter
~ jumlah tandan,
r
rasio mesokarp per buah dan rasio minyak per mesokarp,
s e.rSr,
dan
nilai
duga
heritabilitas
(h2bs) rendah dimiliki karakter tandan buah segar,
2 gr z9 ga qQ
rasio buah per tandan dan rasio minyak per tandan.
C 3 s g p
Kombinasi persilangan barn dari tetua Dura dengan nomor D10, D l 1,
S
$$gj.
Qs.rs p
D 12, D23 dan D24 dan tetua Pisifera dengan nomor P10, PI9, P22 dan P23
berpotensi menghasilkan progeni yang baik untuk kriteria kandungan beta karoten
5i g g gs~ .
tinggi,
kadar ekstraksi minyak tinggi dan produksi CPO tinggi. Dengan kriteria
3 CD g
5
=%5.c
yang sama maka individu Tenera 726 nomor pohon 47 (kandungan beta karoten
2
a m
r ' T Q c
Q S S S S
>2000ppm)
dapat digunakan sebagai perbanyakan bahan tanaman secara Wonal.
S'Q-r?
- 4 0 4 c
Em
Origin Nigeria, Ekona, dan Yangambi memiliki level keragaman alelik
83
23 s
m 0 z z g
yang
tinggi
jika berdasarkan nilai rata-rata ale1 per lokus (A), nilai He dan nilai
t~ a
a0 F S S
Q
3
PIC. Origin Ekona dan Yangambi membentuk kelompok yang tersendiri,
s
.€ *s J-.. 0
-.
Q 8.- 3.
sedangkan Nigeria bersama-saya dengan Dami, Lame, dan Ghana rnernbentuk
;2- 3CD 2
kelompok yang berdekatan berdasarkan aksis 1 dan 2 pada analisis faktorial
5
B
gL
e . rrX
Q
=
multivariat. Individu PN-17-3, PY-24-2, dan PN-12 1, disarankan selanjutnya
r s. i
3
tidak digunakan dalam program seleksi, persilangan a& sumber polen%
Jurnlah aIeI, rata-rata ale1 per lokus, PIC, Ho dm He pada Dura adalah
r
gg
5
lebih rendah dari pada Pisifera Ini menunjukkan genetic brse dura Deli lebih
w
9 3
sempit daripada Pisifera M k a . Terdapat 2 group utama pada Dura, yaitu origin
H&
Dami
berada pada satu group sedangkan origin Mardi clan Chemara pada group
b
G a
-.
5
yang
berbeda
Origin Dami memberikan nilai PIC dan He yang tertinggi,
2.
Q
3
berturut-hrrut 39.6% dan 0.468.
m
B .is
0
Hasil rnenunjukkan bahwa aksesi Deli berada dalam satu group bersamaWE
(L1
P 35
a
O
sama dengan common origin dan memiliki genetik dasar yang sempit. Group
kedua
merupakan group yang berbeda yang terdiri dari keragaman genetik yang
3r
keciI
antara
material pemuliaan AVROS dan SP540T. Group yang ketiga yang
Q
Z E
'3
lebih luas terbentuk dari aksesi yang berirsaI dari AErika Barat dan Afrika Tengah
z -Q gc
yaitu dari Cdte daIvoire,Ghana, Nigeria, Zaire, Tanzania, Kamerun. Struktur dm
s
2
parameter genetik dari plasma nutfah yang terseleksi milik Sampoerna A g o
-3
menunjukkan gamb~aiiyang baik untuk keragaman global kelapa sawit.
X 1
Berdasarkan hasil kajian molehler d& kolel&i plasma nutfah Sampoerna
Agro, group deli dan group Pisifera berada pada kelornpok yang berbeda Gar&
genetik cukup jauh) sehingga dari origin Deli terseleksi, Avros dm Afiika Barat
maupun Afrika Teagah terdapat tiga kelompok mayor yang berbeda dan
berjauhan. Berdasarkan struktur genetik dan geografi dari keragaman kelapa
sawit diyakini memberikan pendekatan banr ddam pemuliaan. Dalam rangka
program hibridisasi inter populasi, diharapkan adanya efek heterosis yang
diinginkan dalam peningkatan produksi minyak kelapa sawit, maka diyakini
persilangan Avros dengan tetua Afiika dapat memberikan hasiI yang diharapkan
daripada persilangan secara tradisional antara materi Deli dan Afkika.

$333

Q

-,

Q

-

3
-

m

5 a#
q-

CT

2;

zg

C
2-

L

Kata kunci : E. guineensis Jacq., daya gabung, heritabilitas, keragaman genetik,
simple sequence repeats (SSX)