Penampilan reproduksi kambing jawarandu (Studi kasus di PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung)

Penampilau Reproduksi Kambing Jawarandu
(Studi Kasus di PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung)

OLEH :
ANNA RICA LESTARI

B04051105

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

ABSTRAK
Anna Rica Lestari (B04051105). Penampilan Reproduksi kambing
Jawarandu (Studi Kasus di PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung). Di
bawah bimbingan R. Kurnia Achjadi. Penampilan reproduksi kambing
Jawarandu sangat berperan penting dalam upaya peningkatan populasi kambing
Jawarandu. Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui penampilau reproduksi
kambing Jawarandu untuk peningkatan populasi yang disajikan dalam bentuk nilai


Conception Rate (CR), nilai Service per Conception (SIC) baik secara kawin d a m
dan Inseminasi Buatan (IB), serta berbagai masalah yang sering muncul dalam
pemeliharaan kambing Jawarandu dari 50 ekor kambing Jawarandu yang terdiri
dari 41 ekor secara kawin alam dan 9 ekor secara Inseininasi Buatan (IB). Studi
ini dilakukan berdasarkan metode survei deslaiptif dengan pengumpulan data
primer melalui wawancara dari beberapa pekerja di PT Widodo Makmur Perkasa
dan data sekunder diperoleh dari data yang telah ada di PT Widodo Makmur
Perkasa, beberapa literatur, dan internet. Hasil studi menunjukkan bahwa nilai

Conception Rate (CR) atau tingkat keberhasilan reproduksi secara kawin alam
lebih tinggi dibandingkan secara Inseminasi Buatan yaitu sebesar 82,93% secara
kawin dam dan 66,67% secara Inseminasi Buatan (IB). Nilai Service per

Conception (SIC) pada kambing yaug dikawinkan secara kawin alam sebesar 1,2
dan secara Inseminasi Buatan (IB) sebesar 1,5. Data meiiunjukkan bahwa nilai
SIC secara Inseminasi Buatan (IB) lebih tinggi dibandingkan secara kawin alam.
Kelainan yang sering muncul dalam pemeliharaan kambing Jawarandu yaitu an&
latlir prematur, an& lalir kecil, anak tidak mampu bertahan hidup karena kondisi
badannya terlalu lemah akibat pengaruh lingkungan asal yang k m n g bersih, dan
patah tulang akibat transportasi.


ABSTRACT

lhis study aimed to learn the reproduction perjonn of Jawarandu goat for
the increase in the population cover the aspect of Conception Rate (CR), Service
per Conception (S/C), as well as problems that open in the maintenancefrom 50
Jawarandu goat that consists of 41 heads in natuml breeding and 9 heads in
Artrficial Insemination. Method in this study used of descriptive method, and
primary data collection through interview with several st& in PT Widodo
Makmur Perkasa and secondary data obtained from the available data in PT
Widodo Makmur Perkasa, some literature, and the internet. The observation
showed that the level success of the reproduction or Conception Rate (CRJ of
natural breeding is higher than Artrficial Insemination that is of 82,93% in
natural breeding and 66,67% in Artrficial Insentination. The Service per
Conception (S'C) of natural breeding is 1,2 and the Artificial Insemination is 1,5.
The data showed that S/C of ArhJicial Insemination is higher than natural
breeding. The problems that o$en in the maintenance of the Jawarandu goat that
is premature, born small, the young goat can't survive because the condition the
body too weak, and thefracture.


Penampilan Reproduksi Kambiig Jawaradu
(Studi Kasus di PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung)

SKRIPSI
OLEH :
ANNA RICA LESTARI

B04051105

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

: Penampilan Reproduksi Kambing Jawarandu (Studi


Kasus di PT

Widodo Makmur Perkasa, Propinsi

Lampung)
Nailla

: Anna Rica

NRP

: B0405 1105

Lestari

dan disetujui oleh :

Drh. R. Kurnia Achiadi MS
NIP. 195009071976031002


ultas Kedokteran Hewan

RIWAYAT HlDUP
Penulis dilabirkan pada tanggal 15 September 1986 di Kotagajah,
Lampung. Orang tua penulis adalah Bapak Sukarji dan Jbu Sri Astutiani.
Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Rejo Basuki pada
tahun 1999, kemudian penulis melanjutkan peiididikan ke SLTPN 1 Metro dan
lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2005 penulis telah menyelesaikan pendidikan
di SMAN 1 Kotagajah. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2005.
Selama kuliah penulis aktif dalam organisasi internal kampus yaitu
Himpunan Profesi Satwa Liar (SATLI) FKH IPB, Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM K M FKH IPB ) kabinet Pembahman, dan Komunitas Seni S T E W .

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dalam kehidupan karena berkat karunia-Nya dan Ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang merupakan syarat untuk
meinperoleh gelar sarjana di fakultas Kedokteran Hewan lnstitut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bimbingan, bantuan, dan dukungan baik moril maupun mated dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua yang selalu mendo'akan, inendidik, dan mendukung
p&ulis, selama menjadi mahasiswa sampai menyelesaikan skripsi ini.

2. Drh. R. Kurnia. Achjadi, MS, sebagai pembimbing skripsi yang telah
dengan sabar memberikan bimbingannya kepada penulis dalan proses
penyelesaian skripsi ini.
3. Dr. Drh. Hj. Upik Kesumawati Hadi, MS, sebagai pembimbing
akademik yang telah membantu selama penulis menjalankan stndi di

FKH-IPB.
4. Moh. Yasa Aproni, S.Pt selaku General Manager PT Widodo Makm1u
Perkasa atas izin yang telah diberikan untuk melakukan studi kasus ini

5. S e l d i Staf PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung yang
telah membantt~dalam proses pengumpulan data

6. Teman-teman di Vetz Home yang telah berjuang bersmna-sama dalanl
menyelesaikan pendidikan di FKH-IPB, dan melewati snka duka
dalam m e n g m g i kehidupan selama mennntut ilmu.
7. Muchlido Apriliast atas semua motivasi yang tak henti-hentinya telah

diberikan agar penulis mampu untuk menjalani kehidupan ini dengan
tegar, mampu melewati semua rintangan, dan bersama-sama melewati
segalanya baik suka maupun dnka.
8. Caca, Ethe, Mima, Ronald, Erlinc, Jengki, Ndie, Nenek, atas motivasi
yang telah dibenkan yang mampu membuat penulis memahami apa

arti hidup ini yang sebenarnya, dan mengetahui makna persahabatan
yang sehenarnya.
9. Angkatan 40, 41, 42 dan setiap insan yang singgah dalam kehidupan

ini dan mewarnai serta menjadikan hidup ini jadi lebih bermakna.
Penulis menyadari terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
walaupun demikian penulis berharap semoga bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Bogor, 24 Agustus 2009

Penulis

Abstrak .....................................................................

..

n

Lembar Pengesahan.. .......... ... ...... .................. ............... . iv
Riwayat Hidup.. ....................................................... ... v
Kata Pengantar.. .................................. ......... . .. ............ vi
Daftar Isi... ............ .............................. ..................... .. viii
Daftar Tabel.................................... ... .......................... x
Daftar Gambar... ...... ... ............... ... ......... ...... ................ xi
Daftar Lampiran.... . . ..... . ............... ... ............ ... ............... xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang.. ............................... ...... ... .................. 1
Tujuan...... ......... ........................ ...... ......... ...... ...... ..... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kambing Jawarandu........................ ... ............... ............ 3

Klasifikasi dan Morfologi.. .... .......................................... 3
Pakan........................ ......... ............ ...... .................. ... 6

..

Fisiologi Reproduksi.. . ................................................... 6
Pubertas.................................... ... ...... ... ..................... 7
Siktus Estrus... ... ............. ....................... ... ................... 7
Kebuntingan............. ...... ..................... ........... ............. 8
Kelahiran................................................................... 8
Spematogenesis...................................... .... ................. 9
Efisiensi Reproduksi............ .................... ..... , . ....... ... 9
Calving Interval (CI). ............................................ ......... 9
.

.

Insemmas1 Buatan ........................ . ... .. . .......................... 10
Service per Conception (SIC)............................... ........... .. 10
Conception Rafe (CR)......... ............................................ 10


MATERI DAN METODE

Waktu dan Ternpat Pelaksanaan....................................... 11
Metode Pelaksanaan...................................................... 11
Parameter yang Diamati.................................................

11

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa.....................
Struktur Organisasi........................................................
Gambaran Umum para Pekerja.........................................
Latar Belakang Pekerja..................................................
Manajemen Reproduksi.................................................
Penampilan Reproduksi Kambing Jawarandu Betina...............
Penampitan Reproduksi Kambing Jawarandu Jantan...............
Masalah Reproduksi......................................................

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan................................................................ 21
Saran........................................................................

21

DAFTAR PUSTAKA............................................................ 22

Gambar 1Kambing Jawarandu Betina.. ........................................

4

Gambar 2 Kambing Jawarandu Jantan.. ........................................ 5
Gambar 3 Bagan Struktur Organisasi PT Widodo Malanur Perkasa

.

.

Prop~nsiLampung...................................................... 13

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Klasifikasi Kambing secara Umum.................................... 3
Tabel 2 Karakteristik Kambing s ~ a r Umum
a
.................................4
Tabel 3 Karakteristik Kambing Jawarandu..................................... 5
Tabel 4 Data Populasi Kambing Jawaraadu pada Bulan September 2006 ..13
Tabel 5 Latar Belakang Pendidikan Pekerja di PT Widodo Makmur
Perkasa..................................................................... 15
Tabel 6 Penampilau Reproduksi Kambing JawaranduBetina di PT
Widodo Makmur Perkasa.............................................

17

Tabel 7 Penampilau Reproduksi Kambing Jawarandu Jantan ............. 20

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner PenampiIan Reproduksi Kambing Jawarandu
di PT Widodo Makmw Perkasa, Propinsi Lampung.. ....... 25

Lampiran 2 Foto Udara Lahan PT Widodo Makmw Perkasa

. .

Prop~ns~
Lampung... ... ... ......... ......... ...... ...... ... ....... 29
Lampiran 3 Data Recording Perkawinan dan IB.. ............................ 30

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan ternak kambing umumnya terkait dengan kondisi
ekonomi masyarakat. Temak kambing berkembang umumnya di wilayah lahm
kering dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah. Bagi petani sebagai
pemilii modal, ternak kambiig lebih berperan sebagai tabungan, sedangkan bagi
kelompok masyarakat kurang modal atau dengan tingkat ekonomi yang rendah,
usaha temak hnbing merupakan salah satu alternative lapangan usaha.
(Swydiadi, 2001)
Temak kambing merupakan salah satu jenis temak yang alcrab dengan
sistem usahatani di pedesaan dan mempakan komponen peternakan bagi rakyat.
Distribusi penyebaran populasi relatif merata, kemampuan beradaptasi yang
cukup tinggi dengan kondisi agroekosistem setempat merupakan keunggulan
komparatif tersendiri. (Soebandriyo ef al., 1993)
KamYmg Jawarandu ~nemilikinama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan
Kacukan. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan dari kambing
Peranakan Ettawa (PE) dengan kambing Kacang, secara fisik sifat kanbing
Kacang lebih dominan. Jantan maupun betina sama-sama mempakan tipe
pedaging. Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil persilmgan antara kambing
Ettawa (asal India) dengan kambing Kacang, yang penampilannya mirip Ettawa
tetapi lebih kecil. Kambing PE tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan
susu (perah) sedangkan kambing Jawarandu merupakan tipe pedaging.
Banyak usaha yang dilakukan untuk meniogkatkan populasi kambing
salah satunya melalui Inserninasi Buatan (IB). Inseminasi Buatan (IB) inerupakan
salah satu upaya yang dilakukai~untuk memperoleh temak unggul . Inseminasi
Buatan (IB) mempakan suatt~bentuk modifikasi memasukkan semen ke dalam
salurau kelamin betina melalui alat buatan manusia. (Salisbury el al., 1978)
hseminasi Buatan (IB) dilakukan pada kuda dan pertama kali pada kambing
tahun 1900-an. Keuntungan dari Inseminasi Buatan (IB) yaitu memperbaiki
genetik kambing sehingga diperoleh bibit unggul, menambah keragaman gene&,
mempermudah transportasi material genetik, memperpanjang masa hidup sperma,

menambah efisiensi dari perkawinan antar kambing, mencegah dan mengurangi
penyebaran penyakit menular kelamin, mengontrol peluang kejadian penyalat,
dapat memperoleh semen secara maksimal dari pejantan unggul, dan
memungkdan untuk penggunaan pejantan yang cacat dengan kondisi semen
yang unggul. Kekurangan dari Inseminasi Buatan @I) adalah inbreeding, infeksi
salwan reproduksi tejadi karena teknik Inseminasi Buatan (IB) yang tidak
diiakukan secara aseptis, rendahnya angka fertilitas dan tingginya kasus-kasus
reproduksi yang rnuncul karena minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh
inseminator dalam melakukan teknik Inseminasi Buatan (IB).

Tujuan
1. Mengetahui penampilan reproduksi kambing Jawarandu dalam upaya

peningkatan populasi

2. Mempelajari manajemen pemeliharan kambing Jawarandu
3. Mengetahui tingkat keberhasilan munculnya kebuntingan pada perkawinan

alami dan I n s e h s i Buatan (IB)
4. Mengetahui masalah-masalah yang sering muncul dalam pemeliharaan
kambing Jawarandu

TINdAUAN PUSTAKA

Kambing Jawarandu
Klasifikasi dan Morfologi
Kambiig liar Capra aegagrus di dunia ini dibagi atas 3 kelompok,
yalcni kelompok bezoar (C.a. aegagrus), kelompok ibeks (C.a. ibex), dan
kelompok markhor (C.a. falconen). Setiap kelompok meliputi beberapa
subspesies yang terpisahkau secara geografis (Davendra and Burns, 1994).
Berdasarkan taksonominya, kambing &pat diklasifikasikan menjadi beberapa
tingkatan sesuai dengan Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi Kambing secara Umum
Klasifikasi

Keterangan

Kingdom

Animalia

Film

Chordata

Kelas

Mammalia

Ordo

Artiodactyla

Genus

Capra

Sumber :Anonim, 2008

Kambing men~pakansalah satu jenis temak nuninansia yang akrab
dengan sistem usahatani di pedesaan d m merupakan komponen peternakan bagi
rakyat. Kambing memiliki karakteristik yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Karakteristik Kambing secara Umum
Karakteristik

Keterangan

Kepala

Dahi cembung

Panjang tubuh

1,3 - 1,4 m

Tanduk

Lurus, melengkung

Ekor

Sedikit naik

Bobot kambing betina

50 - 55 kg

Bobot kambing jantan

120 kg

Bobot anakan

1,7 kg

Sumber : Achjadi, K 2007

Gambar 1 Kambing Jawarandu Betina (sumber : koleksi PT Widodo Makmur
Perkasa)
Kambing Jawarandu memiliki nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan
Kacukan. Kambing Jawarandu men~pakan hasil persilangan dari kambing
Peranakan Ettawa (PE) dengan kambing Kacang, di mana sifat fisik kambing
Kacang lebih dominan. Hewan betina yang digunakan dalain persilangan ini
adalah kambing kacang, sedangkan yang jantan adalah kambing Peranakan
Ettawa (PE). Hasil dari persilangan ini diharapkan seekor ka~nbingdengan

penampilan fisik besar dan tingkat kesuburan yang tinggi. Jantan maupun betina
sama-sama merupakan tipe pedaging. Kambing ini memiliki karakteristik seperti
pada Tabel 3.

Tabel 3 Karakteristik Kambing Jawarandu
Karaktcristik

Kcterangan

Ukuran tubuh

Lebih kecil dari kanbing PE

Bobot badan

20 - 40 kg (betina), 25 - 60 kg tiantan)

Tanduk

lurus atau ke samping (semua bertanduk)

Kepala

Garis wajah tidak begitu melengkung

Telinga

Lebar, terbuka, panjang, dan terkulai serta
tidak melipat

Warna tubuh
Tipe

Dominan putih, coklat muda, dan coklat
Pedaging

Bobot lahir

2 kg (tunggai) dan 1,5 kg (kembar)
Sumber : Hasil Wawancara dengan Para Pekerja PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung
dan Pengamatan Langsung (Juli 2008).

Ganlbar 2 Kambing Jawarandu Jantan (sumber : koleksi PT Widodo Makrnur
Perkasa)

Pakan
Pakan atau ransum merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan reproduksi seekor temak. Menurut Sitorus (1991), pada
daerah tropis m u s h kawin lebih dipengaruhi oleh &or

pakan daripada

panjangnya siang hari. Tanpa pakan yang baik dan dalam jumlah yang memadai,
maka temak kurang dalam memperlihatkan keunggulannya walaupnn merupakan
bibit ternak yang unggul jika pakan yang diberikan sangat terbatas. (Partodiharjo,
1982)
Ternak terutama kambiing, hams diberikan pakan bernpa hijauan
sebagai pakan dasar clan pakan tarnbahan (konsentrat). Pakan tambahan dapat
disusnn dari bungkil kelapa, bungkil kedelai, dedak, tepung ikan ditambah
mineral d m vitamin. Pakan dasar umumnya addah nnnput gajah, nunput
kayangan, daun lamtoro, daun nangka, nunput setaria, kaliandra, dsb. Pemberian
hijauan diberikan mencapai 3 % dari berat badan (dasar bahan kering) atau 10 15 % dari berat badan (dasar bahan segar). Pemberian paka~lselaui campuran
hijauan, pakan tambahan diberikan saat temak bunting tua dan barn inelahirkan,
sekitar 1,5 % berat badan dengan kand~mganproteinnya 16 % (Anonim, 2008).
Menurut Brakely dan Bade (1992), dalam memenuhi kebutuhan gizi, kambing
memiliki toleransi yang tinggi terhadap pakan ternak, kambing juga lebih efisien
dalam mencema pakan yang mengandung serat kasar dibandingkan dengan sapi
dan domba. Menurut Van Horn and Heinlein (1992), faktor nutrisi yang paling
mempengaruhi reproduksi adalah energi, protein, fosfor, kalsium dan vitamin A,
vitamin D dan vitamin E, serta garam dan trace element.
Fisiologi Reproduksi

Fisiologi reproduksi erat kaitannya dengan siklus reproduksi. Siklus
reproduksi berhubungan dengan berbagai fenomena meliputi pubertas, siklus
estrus, fertilisasi, kebuntingan, kelahiran, dan pembahan organ seksual post
parhls. Komponen tersebut dipengarnhi oleh lingkungan, genetik, mekanisme
hormon, tingkah laku, serta faktor-faktor fisik dan psikis. (Hafez, 1987)

Fisiologi Reproduksi Kambing Betiua
Pubertas
Pubertas adalah umur atau waktu di mana organ-organ reproduksi
mulai berfungsi d m perkembangbiakan dapat terjadi (Toelihere, 1981). Pada
domba dan kambing mencapai umw 4 - 12 hulan (Partodiharjo, 1982). Menurut
Toelihere (1981), kambing dan domba mencapai pubertas saat umw 6 - 12 bulan
dengan rata-rata berat badan 27 - 34 kg. Tercapainya pubertas bagi setiap hewan
berbeda-beda, dipengaruhi oleh faktor musim, suhy makanan, dan genetik.
Siklus Estrus

Jarak antara estrus yang satu sampai pada estrus yang berikumya
disebut siklus estrus, sedangkan esmls itu sendiri adalah saat di mana hewan
betina bersedia menerima pejantan untuk aktivitas reproduksi (Partodihardjo,
1982). Estrus dicirikan dengan pengeluaran lendir jemih dan encer selama estrus
yang menbent& pola kristalisasi seperti pakis dan setelah ovulasi serta fase akhir
estrus lendir itu menjadi massa put& kental yang mengandung banyak elemen sel
bertanduk. Pavendra dan Bums, 1994)
M ~ u N
Toelihere
~
(1981), lananya siklus estrus pada kambing dan
domba sekitar 16,s hari dengan kisaran 14 - 20 hari. Menurut Hafez (2000),
siklus ini dapat terjadi karena dikontrol oleh honnon dari ovari dan secara tidak
langsung oleh hormon dari AdenohipoJisis dari kelenjar pituitari. Lama estrus
kambing bervariasi tergantung pada bangsa kambing, umur, musim, dan pengaruh
dari hewan jantan itu sendiri.
Siklus estrus dibagi menjadi beberapa fase yaitu proestrus, estrus,
metestrus, dan diestrus. Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode di
mana folikel de Gmaf tumbuh di bawah penganh FoliceI Stimulating Honnon
(FSH) dan menghasilkan seju111ah estradiol yang semakin bertambah. Estrus
adalah periode yang ditandai oleh keinginan kelamin dan penerimaan pejantan
oleh hewan betina, di mana folikel de Graaf membesar dan menjadi matang.
Metestrus adalah periode segera sesudah estrus di mana corpus luteurn tumbdi
dengan cepat dari sel-sel ganufosa folikel yang telah pecah di bawah pengarull
Luitinizing Hormone (LH) dari Adenohipojse. Diestius adalah periode terakhir

dan terlama dari siklus estm pada temak-temak mamalia, di inana corpus luteum
matang dan endometrium mengalami penebalan. Sesuai dengan siklus estrusnya,
hewan-hewan dibagi dalam tiga golongaa Hewan monoestrus adalah hewan yang
m~ngalamisatu siklus estrus selama satu tahun. Hewan polyestrus adalab hewan
yang memperlihatkan estrus secara periodiks selama satu tahun. Hewan polyestrus
bermusim adalah hewan yang mempuuyai siklus estrus periodik hanya selama
musim tertentu dalam satu tahun dan kambing tennasuk dalam golongan ini.
(Toelihe~e,1981)
Kebuntingan
Kebuntingan merupakan suatu interval waktu yang disebut periode
kebuntingan Cgesfasi), terentang dari feMisasi hingga lahimya anak. Periode
kebuntingan terdiri dariperiode ovum, periode embrio, danperiodefetus. Periode
ovum adalah periode yang dimulai dari fertilisasi hingga implantasi, sedangkan
periode embrio dimulai dari implantasi sarnpai saat dimulainya pembentukan alatalat tubuh bagian dalam lalu dilanjutkan dengan periode fetus. Jadi, periode fetus
adalah periode terakhir mulai dari terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam,
terbentuhya ekstremitas hingga terjadinya ketahiran. Menurut Hafez (2000),
periode ovum adalah ovum yang diovulasikan sampai terjadinya fertilisasi. Dari
sejak fertilisasi, implantasi sampai terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam
disebut periode embrio, selanjutnya adalah periode fetus.
Lamanya periode kebuntingan ditentukan oleh faktor genetik,
walaupun dapat dimodiiikasi oleh %&or maternal, faktor foetal (fetus), dan W o r
lingkungan. Lana masa kebuntingan pada kambing dan doiuba 148 liari dengan
lnsaran 140 - 159 hari. (Partodihardjo, 1982)
Kelahiran
Kelahiran adalali proses fisiologk yang berhubungan dengan
pengeluarau anak dan placenta dari hewan induk pada akhir masa kebuntingan
(Toelihere, 1981). Proses kelahiran anak ditunjang oleh perejanan h a t dari mat
daging uterus, perut, dan diaffagma.

Fisiologi Reproduksi Kambing Jantan
Spermatogenesis
Spermatogenesis dimulai saat hewan mengalami pubertas, yaitu
sewaktu hewan mencapai dewasa kelamin. Pubertas pada temak jantan tirnbul
pada waktu yang hampir bersamaan dengan temak betina dalam spesies yang
sama. Waktu pubertas pada kambing dan domba umur 8 bulan dengan kisaran 4 12 bulan. (Toelihere, 1981)
Spermatogenesis adalah suatu proses di mana sel-sel kelamin primer
dalam

testis

menghasilkan

spermatozoa.

Spermatogenesis

meliputi

spermatocytogenesis atau pembentukan spermatosit primer dan sekunder di
bawah pengaruh honnon FSH dari adenohipofise dan spermiogenesis atau
pembentukan spermatozoa dari spermatid di bawah pengaruh hormon LH dan
testosteron. (Toelihere, 1981)
Efisiensi reproduksi
Evaluasi terhadap keberhasilan proses reproduksi dapat dinilai dari
parameter efisiensi reproduksi. Kriteria efisiensi reproduksi adalah angka
kebuntingan atau Conseption Rate (CR) dan Service Per Conseption (SIC).
(Salisbuny et al., 1978)
Menurut Partodihardjo (1982), efisiensi reproduksi datam populasi
ternak tidak dapat diukur semata-mata oleh proporsi ternak yang tidak mampu
memproduksi temak. Hewan betina mampu menghasilkan anakan jika dikawinkan
dengan pejantan yang menghasilkan spermatozoa yang selanjutnya dapat
membuahi ovum dan memulai proses-proses yang berhubungan dengan konsepsi,
implantasi, atau diferensiasi normal dari embrio dan pertumbuhan janin.

Calving Intcrval (CI)
Calving Interval (CI) adalah jarak antara 2 kelahiran yang berurutan
yang dapat dihitung dengan meujumlahkan lama kebuntingan dan jarak dari
melahirkan sampai terjadi konsepsi kembali (Vanderplassche, 1982). Panjang
pendeknya Calving Interval (CI) ini akan mempengmhi tingkat produktifitas
rerata kelompok populasi dari kambing dalam satu tahun. (Abdulgani, 1981)

Inseminasi Buatan (Il3)
Inseminasi Buatan (IB) adalah teknik pemasukan atau penyampaian
semen ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat-alat buatan
manusia, bukan secara alami. Prosedw inseminasi buatan tidak hanya meliputi
deposisi atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina, tetapi
mencakup juga seleksi dan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian,
pengenceran, penyimpangan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan
pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan dan penentuan hasil inseminasi pada
hewan betina serta bimbingan dan penyuluhan pada peternak. (Toelihere, 1993)

Serviceper Concepb'on (SIC)
Service Per Conseption (SIC) adalah jumlah pelayanan inseminasi

yang diperldan hewan betina untuk mendapat kebuntingan (Priyanto dan Setiadi,
1998). Menurut Achjadi, K (2007) nilai SIC optimal berkisar antara 1,l

- 1,3.

Makin kecil nilai SIC, makin tinggi tingkat kesuburan hewan-hewan betina dalam
kelompok tersebut.

Conception Rate (CR)
Conseption Rate (CR) adalah suatu ukuran terbaik dalam penilaian
hasil inseminasi yaitu presentasi hewan yang bunting pada inseminasi pertama.
Angka konsepsi ditentukan berdasarkan hail diagnose kebuntingan dalam waktu
40-60 hari sesudah inseminasi (Toelihere, 1981). Faktor-faktor yang mepengaruhi
angka kebuntingan adalah kesuburan semen beku, efisiensi inseminator, fertilisasi
pejantan, dan efisiensi deteksi estrus. Nilai optimal CR pada kambing berkisar 50

- 70%. (Achjadi, K 2007)

MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan studi kasus ini dilaksanakan pada bulan November 2007
sampai Juli 2008, bertempat di PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung.
Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan studi kasus ini dilakukan dengan cara :

1. Pengumpulan data primer melalui wawancara dengan manager produksi
dan para pekerja PT Widodo Makmur Perkasa
2. Peugambilan data sekunder dari PT Widodo Makmur Perkasa akhir tahun
2005 hingga bulan September 2006.
Parameter yang diamati
Parameter yang diamati dalam studi kasus ini berupa banyaknya
kelahiran, Sewice Per Conseption (SIC), mengetahui nilai Conseption Rate (CR),
penampilan reproduksi dari kambing Jawarandu jantan dan betina, serta efektifitas
perkawinan alami yang dilakukan, dianalisa dengan perbitungan Calving Interval
(CI) dari 50 ekor kambi~~g
Jawarandu yang terdiri dari 41 ekor secara kawin alam
dan 9 ekor secara Inseminasi Buatan (IB).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa
PT Widodo Makmur Perkasa bagian kambing dan domba berlokasi di
kecamatan Palas, kabupaten Lampmg Selatan, Propinsi Lampung. Menurut
Badan Meteorologi dan Geofisika propinsi Lampung secara geografis, daerah
Kabupaten Lampung Selatan berada pada kedudukan 5" 15' LS

- 6" 0' LS dan

105" 0' BT - 105" 45' BT. Berada pada ketinggian 40-175 m d.p.1 beriklim tropis
dengan suhu 18,4 - 3 4 4

OC,

curah hujan 151 - 200 mmhulan dan 2408

mmltahun, kelembaban 79 - 86,7 %. Kecepatan angin rata-rata sebesar 5,83
kmljam. Keadaan ini cukup baik untuk berternak kambing walaupun termasuk
wilayah dengan kondisi daerah yang kering, selain itu kambing merupakan tipe
temak nuninansia yang tahan terhadap kondisi iWim yang ekstrim dan daya
adaptasinya tinggi. Menurut Stuyahadi (2001), temak kambing berkembang
umurnnya di wilayah lahan kering dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
rendah. Menurut Williamson dan Payne (1993),

kondisi lingkungan yang

optimum bagi pertumbuhan kambing yang baik adalah 28 - 33

OC.

Hal ini

menunjukkan bahwa kabupaten Lampung Selatan cukup baik untuk
pengembangan ternak kambing.
PT Widodo Makmw Perkasa, Propinsi Lampung memiliki luas lahan
seluruhnya sekikx 20 ha. Lahan tersebut dimanfaatkan mtuk perkantoran, tempat
tinggal pekerja, laboratorium, lahan hijauan makanan temak, gudang pakan,
kandang pameran, kandang karantina, kandang kawin, kandang bunting dan
meny~sui,dan kandang sapih. Lahan hijauan memiliki luas 12 ha. Tanaman yang
ada di lahan hijauan didominasi oleh rumput gajah, dan beberapa lahan ditanami
rumput setaria dan kolojono. Lahan hijauan ini mampu memenuhi kebutuhan
hijauan untuk pakan tenlak. PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung
bergerak di bidang pengadaan, pembibitan, dan pemasaran kambing. Pengadaan
kambing meliputi kegiatan menjalin kejasama dengan pemasok, mencxi pasar
baru, pengiriman kambing dari peinasok ke Lampung dan dari Lampung ke pasar
yang dituju, bekerjasama dengan bagian pemasaran, dan membuat program
telltang penyediaan ternak untuk pemasaran. Pembibitan dan pemasaran meliputi

kegiatan membuat program untuk penyediaan ternak, melakukan seleksi untuk
kambing yang dijual sebagai bibit atau potong, meiakukan pemeliharaan sampai
tidak ada kematian kambing, dan pencegahan serta pengobatan jika terdapat
kambing yang sakit. Populasi kambing tmtama kambing Jawarandu yang
terdapat di PT Widodo Makmur Perkasa tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Data Populasi Karnbing Jawarandu pada Bulan September 2006
Struktur Populasi

Populasi Ternak

Betina B u n k g

156

Betina Kosong

49

Betina Menyusui

84

Jantan

18

Jumlah

307

-

Sumbet : Arsip PT Widodo Mahur Perkasa Propinsi Lampung tahun 2006

Struktur Organisasi
Struktur organisasi di PT Widodo Makmur Perkasa dapat dilihat pada Bagan
di bawah ini.

Bagan 1 Struktw Organisasi PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung
Ir. Tumiyono, MBA

Duektur Keuangan
Drs. Sumarlan

Prof. Dr.Ir. Trinil

*

I

T

General Manager
M. Yasa Aproni, S.Pt

Kepala Bagian
Keuangan dan Umum
Srihartati, A.Md
Kepala Kandang
Edi

+

+

I

+

Sumber : Arsip PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Larnpung

+

Gambaran Umum Para Pekerja di PT Widodo Makmur Perkasa
Latar Belakang Pekerja
Berdasarkan data dari PT Widodo Malanur Perkasa sebagian besar
pekerja adalah tamatan SMP (38,5%) clan SD (30,8%). Selanjutnya masingmasing sebesar 19,2% tamatan SMAIsederajat dan 11,5% lulusan perguruan
tinggi yang merupakan pemegang jabatan tertinggi di PT Widodo Makinur
Perkasa Propinsi Lampung. Namun, pengetahuan para pekerjanya mengenai
manajemen ternak cukup baik, di samping adanya dasar ilmu petemakan yang
telah dimiliki, merekapun mengadakan pelatihan guna meningkatkan pengetahwin
para pekerja lain yang latar belakang pendidikannya masih jauh di bawah mereka.
Latar pendidikan para pekerja di PT Widodo Makmur perkasa dapat dilihat pada
Tabel 5.

Tabel 5 Latar Belakang Pendidikan Pekerja di PT Widodo Makmur Perkasa
Nama

Gelar

MochYasa. A

SPt

Generai Manager

Sungging.KW

S.Pt

Manager Produksi

Sri Hanati

A.Md

Adm dan Keuangan

Jabatan

Edi S

SMU

Kebla Kandang

Saminguu

SD

Trading ( Anakan )

Apb
Nu Imam

SD

Perah Susu

SMA

Breeding

Timbul

SMP

Breeding

Ade

SMU

Pnkan

Joko S

SMP

Keamw

Suyitno

SMP

Keamanan

Pono

SMP

Pakan

hsuo

SMP

Pakan

Paidi

SMP

Kandang

sums0
Janvo

SMP

g-

SMP

g-

Karirnan

SMP

Dwi

SMA

hdsng
Kandang

Yaya!

STM

kdang

Sutik

SD

Kandang

Tmo

SD

Nurcholis

SD

Kandang
bdang

Gito

SMP

Kandang

Tinggd

SD

Kandang

Mukini

SD

AIL&^

Tunini

SD

Dapur

Sumber :Arsip PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung

Manajemen Reproduksi
Keberhasilan suatu petemakan sangat ditentukan ole11 manajemen
pe~neliharaan yang baik mulai dari sistem pemeliharaan, pemberian pakan,
pelnbersihan kandang, dan temak, sanpai kesehatan temak. Dalan lnanajemen
reproduksi temak dikenal cara perkawinan secara alami dan Inse~ninasiBuatan

(IB). Berdasarkan hasil wawancara, di PT Widodo Makmur Perkasa propinsi
Lamnpung, lnereka menggunakan cara perkawinan secara kawin alam walaupun
masih berlangsung selama 2 tahun terakhir ini. S e b e l m y a mereka melakukan
Inseminasi Buatan (IB). Beberapa alasan tidak dilakukannya Inseminasi Buatan

(LB) antara lain : hasil anakau kurang bagus, tiugkat pertumbuhan lambat, tingkat
kebuntingan relatif rendah, jumlah pejautan yaug dimiliki bauyak jumlahnya,
tingkat reproduksi dari perkawinau alami lebih baik serta biaya yaug hams
dikeluarkan reatif mwah karena yang diguuakau adalah pejantan sendiri atau
pejautan yang disewa dari penduduk. Biaya yang dikeluarkan untuk membayar
setiap perkawinan sekitar Rp 3000/ekor.

Penampilan Reproduksi Kambing Jawarandu Betina

Penampilau reproduksi kambing Jawarandu dapat dilihat di Tabel 6
Tabel 6 Penampilan Reproduksi Kambing Jawarandu Betina di PT Widodo

Makmur Perkasa
Penampilan Reproduksi

Wawancara

Literatur

18-20hari

18 - 20 hari

Kambing Jawarandu Betina
Siklus estrus

(Frandson, 1992)
Lama siklus estrus

24 jam

18-24jam
(Toelihere, 1981)

Umur kambing pertama kali

6 - 7 bulan

estrus

(Frandson, 1992)

Bobot badan kambing saat

Rata-rata 32,17 kg

pertama kali estrus
10 bulan

dikawinkan
yang

30 - 50 kg
(Achjadi, K 2007)

Umur kambing pertama kali

Waktu

6 - 10 bulan

10 - 20 bulan
(Achjadi, K 2007)

tepat

untuk

12 -18 jam setelah estrus

dikawinkan
Tingkat kebuntingan

18-24jam
(Toelihere, 1981)

1 - 2 kali kawin baru terjadi

Tidak ditemukan

kebuntingan
Lama kebuntingan

5 bulan (150 hari)

143 - 153 hari
(Davendra and Bums,
1994)

Jumlah anak yang dilahirkan
Calving Interval

1 - 2 ekor

Tidak ditemukan

8 bulan

@urrohmawati. L
2008)

SIC kawin alam

1,2

Tidak ditemukan

SIC iB

1,5

1,l - 1,3
(Achjadi, K 2007)

CR kawin alam

82,93%

Tidak ditemukan

CR IB

66,67%

50 - 80%
(Achjadi, K 2007)

Sumber : Hasil Wa\vancara para Pekerja PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung (Juli
2008), h i p PT Widodo rnakmw Perkasa, Propinsi Lampung Tahun 2006 dan literaur.

Berdasarkan data tersebut dikatakan bahwa siklus estrus pada
kambing Jawarandu berkisar 18 - 20 hari. Menurut Toelihere (1981), siklus estrus
pada kambing dan domba sekitar 16,s hari dengan kisaran 14 - 20 hari. Data
tersebut sudah sesuai dengan literatur. Lamanya siklus estrus yang dapat diamati
oleh para pekerja adalah 24 jam dan diamati setiap waktu baik pagi, siang,
maupun sore hari. Menurut Toelihere (1981), masa estrus kambing dan domba
berlangsung sekitar 18 - 24 jam. Masa e m s ini akan mempengaruhi tingkat
kebuntingan dari populasi kambing. Tingkat kebuntingan cukup baik dilihat dari
hasil wawancara, diperoleh keterangan bahwa 1 atau 2 kali kawiu kambing suddi
dapat bunting. Kambing Jawarandu mengalami estrus pertama kali pada umur 6 7 bulan. Menurut Frandson (1992), kambing dapat mencapai masa pubertas pada
umur 6 - 10 bdan. Data ini sudah sesuai dengan literatur. Bobot badan kambing
saat pertama kali estrus rata-rata 32,17 kg. menurut Achjadi, K (2007) bobot
badan kambing yang normal saat pertama kali estrus berkisar antara 30 - 50 kg.
Data hasil wawancara ini juga sudah sesuai dengan literatur yang ada. Umur
kambing saat pertama kali dikawinkan menurut hasil wawancara yaitu 10 bulan
dan dilakukan 12 - 18 jam setelah estrus. Menurut Achjadi, K (2007) kambing
pertama kali dikawinkan saat umur 10 - 20 bulan dan menurut Toelihere (1981),
dikatakan bahwa waktu yang baik untuk perkawinan berkisar antara 18 - 24 jam
setelah estrus terlihat. Masa kebuntingan kambing dari hasil wawancara yaitu 150
hari. Menurut literatur berkisar antara 143 - 153 hari (Davendra and Burns, 1994).
Lamanya kebuntingan pada kambing Jawarandu di PT Widodo Malanur Perkasa
Propinsi Lampung sudah sesuai dengan literatw yang ada. Periode kebuntingan
sangat beragam. Penyebab keragaman dalam periode kebuntingan dipengaruhi
oleh lingkungan, pakan, dan faktor keturunan.

Anakan yang diperoleh dari hasil perkawinan sangat bervariasi.
Anakan yang dihasilkan 1

-

2 ekor. Dari data dapat dilihat bahwa terdapat

perbaikan produktivitas yaitu jumlah anakan akibat persilangan antara kambing
peranakan Ettawa dengan kambing Kacang. Pada awalnya ciiketahui bahwa
kambing Ettawa biasanya mnelahirkan anak tunggal sekali dalam setahun
(Davendra and Burns, 1994). Begitupula kambing peranakan Ettawa. Bangsa
katnbing Ettawa dilaporkan mempunyai nilai kembar dua yang lebih rendah

diperoleh sebanyak 34 ekor dari 41 ekor kambing Jawarandu yang dikawin alam
dan jumlah kebuntingan pertama sebanyak 6 ekor dari 9 ekor kambing Jawamndu
yang di Illseminasi Buatan (IB).

Penampilan Reprduksi Kambing Jawarandu Jantan
Berdasarkan hasil wawancara dikatakan bahwa PT Widodo Malanur
Perkasa tidak memiliki data mengenai kambing Jawarandu jantan. Menurut
Satwono (2007), penampilan reprodnksi kambig Jawarandu jantan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 7 Penampilan Reproduksi Kambing Jawarandu Jantan
PenampiIan Reproduksi Knmbing

Literatur

Jawarandu Jantan

Berat pejantan
Lingkar testis

Umur produktif
Umur pubertas

40 - 60 kg
15-21 cm

1- 3 tahun
6 - 10 bulan

Masalah Reproduksi
Kejadian aborfus pada kambing Jawarandu di PT Widodo Makmur
Perkasa Propinsi Lampung jarang terjadi. Kalaupun terjadi hal itu dikarenakan
hewan yang datang sudah bunting dari distributor. Kelainan yang sering muncul
yaitu anak lahir prematur, anak lahir kecil, anak tidak mampu bertahan hidup
karma kondisi badannya terlalu lemah &bat p e n g a d lingkungan asal yang
kurang bersih, dan patah tulang akibat transportasi.

KESWIPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Manajeinen pemelihararaan yang baik akan meningkatkan tingkat

reproduksi dari ternak.
2. Pengetahuan manajemen petemakan para pekerja PT Widodo Malanur
Perkasa Propinsi Lampung cukup baik.
3. Calcing Interval (CI) kambing Jawarandu di PT Widodo Makmur Perkasa
Propinsi Lampnng sudah cukup baik yaitu 8 bulan.
4. Nilai SIC dan CR dari kambing Jawarandu yang ada di PT Widodo

Makmur Perkasa cukup baik yaitu nilai SIC secara kawin dam sebesar 1,2
dan secara Inseminasi Buatan (IB) sebesar 1,5 serta nilai CR secara kawin
dam sebesar 82,93%dan secara Inseminasi Buatan (IB) sebesar 66,67%.
5. Tingkat kebuntingan kambing Jawarandu di PT Widodo Makmur Perkasa,

Propinsi Lampung lebih baik pada perkawinan secara kawin dam
dibandingkan dengan Inseminasi Buatan (IB).
6. Kelainan reproduksi jarang terjadi, kalaupun terjadi hal itu disebabkan
karena kelainan yang berasal dari kambing itu sendiri saat pertma kali
datang dari distributor, bukan karena kesalahan dalam manajemen
pemeliharaannya, lalu kelainan lainnya adalah patah tulang akibat
transportasi

Saran
1. Diperlukan adanya pelatihan bagi pekerja agar pengetahuan mengenai
manajemen petemakan terus bertambah.
2. Pengkajian terhdap aspek bibit perlu ditingkatkan untuk inengkaji dan
menjelaskan aspek potensi genetik yang muncul.
3. Meningkatkan produksi terutama hasit dari ternak misalnya susu, agar bisa
menjadi komoditi tambahan bagi PT Widodo Malanur Perkasa, Propinsi
Lampung.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani, I.K. 1981. Beberapa Ciri Populasi Kambing di Desa Ciburuy dan
Cigombong serta Kegunaannya bagi Peningkatan Produktivitas Disertasi
Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Achjadi, K. 2007. Manajemen Pengembangan Bioteknologi Reproduksi pada
Kambing. Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian. Bogor. [tidak dipublikasikan]
[Anonim]. 2008. Kambing. http:/Iid.wikipedia.org/wWambing [22 Mei 20081
Blakely, J. dan H. Bade. 1992. Iltnu Petemakan. Edisi Keeinpat. Tejemahan : B.
Srigandono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Davendra, C, dan M. Bums. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. ITB dan
Universitas Udayana : Bandtug.
Frandson, RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Temak. Edisi 4. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Hafez, E. S. E. 1987. Reproduction in Fann Animal. Fourth Ed. Lea and Fabiger.
Philadelphia.
Hafez, E. S. E. 2000. Reproduction in Farm Animal. 7'h Ed. Lippincott Williams
& Wilkins. USA.
Nurrohmawati, Lissa. 2008. Berharap Kemakmwan Kambing Boer. www. Suara
Merdeka. corn/ cetak I Berharap Kemakmuran Kambing Boer 112 Mei
20081
Partodihardjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Edisi 1. Mutiara Sumber
Widjaya. Jakarta.
Priyanto,D. dan B. Setiadi. 1998. Persepsi Inseminator dun Usaha Temak Sapi
Potong Program Inselninasi Buatan di Propinsi DIY. Puslitbangnak. Bogor.
PT Widodo Makmw Perkasa. 2009. PT Widodo Makmw Perkasa.
www.widodomakm~uperkasa.com.
[lo Febmari 20091
Salisbury, G.W. e f al. 1978. Physiology of Reprodtrction and Artificial
Insemination of Cattle. W. H. Freeman and CO. San Fransisco.
Sarwono, B. 2007. Betemak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sitorus P. 1991. Pedoman Praktis Betemak Kambing dan Domba sebagai Ternak
Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Balai Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Bogor. Bogor.
Sitorus, P dan E. Triwulaningsih. 1981. Performans Kambing Peranakan Etawah.
Bulletin lembaga Penelitian Petemakan. Bogor. No 29.
Soebandriyo, B.Setiadi, D.Priyanto,M. Rangkuti, W.K. Sejati,D.Anggreni,RS.G.
Sianturi, Hastono dan 0.Butar-Butar.1993. Analisis Potensi Kambing
Peranakan Etawah dun Sumberdaya di Daerah Sunlber Bibif Pedesaan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Suryahadi, 2001. Laporan Akhir Sisfem Pengembangan Petemakan di Kabupaten
Tangemng).IPB Press. Bogor.
Toelihere, M.R 1981.Fisiologi Reproduksipada Temak Angkasa. Bandung.
Toelihere, M.R 1981.Ilmu Kemajiranpaak Ternak. FISH. IPB. Bogor
Toelihere, M.R 1993.Inseminasi Buafanpada Temak. Angkasa. Bandung.
Vanderplassche, M. 1982. Reproductive Eficiency in Cattle : Guideline for
Projects Developing Countries. Food and Agriculture Organisation of The
United Nation (FAO). Roma
Von Hom, HH and Heinlein GFW. 1992. Nutritional Causes of Reproductive
Losses. D.L. Ace (ed). Pennsylvania State U. University Park.
Williamson, G dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah
Tropis. Edisi Ketiga. Terjemal~an: S. G. N. Djiwa Damadja. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta

Lampiran 1
Lampiran Kuesioner Penampilan Reproduksi Karnbing Jawarandu di PT Widodo
Makmur Perkasa Propinsi Lampung
Form : kuesioner nntuk penulisan karya ilmiah sebagai syarat nntuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokeran Hewan di
Faknltas Kedokteran Hewan
Instihlt Pertanian Bogor

Nomor Kuisioner :..............
I.

Identitas Hewan

1. Jumlah kambing Jawarandu
a. Induk bunting.. .. Ekor
b. Induk laktasi.. .. Ekor
c. Dara bunting .... Ekor
d. Anak
d. 1 Jantan.... Ekor
d.2 Betina .... Ekor
e. Pejantan. ... Ekor
11. Aspek Reproduksi

1. Cara perkawinan kambing :
a. Seluruhnya di IB (kawin suntik)
b. Seluruhnya kawin almn
c. Keduanya dilakukan
2. Tindakan bila terjadi estrus :

a. Melaporkan pada inserninator
b. Dikawinkan secara alami
c. Lainnya. ...................
(3-7 dijawab jika jawaban melapor pada inseminator)

3. Selang kedatangan petugas setelah melapor :
a. 1-6jam

c. 12-24 jam

b. 6-12 jam

d. >24 jam

4. Tempat melapor bila kambing birahi :
a. Inseminator
b. Lainnya...................
5. Alasan melakukan inseminasi buatan (jika hanya dilakukan IB) :

a. lebih praktis
b. lebili berhasil munculnya kebuntingan
c. biaya lebih murah
d. kebiasaan
6 . Jarak waktu yang dibutuhkan sampai bunting kembali...........bulan
7. Berapa kali kambing Anda dikawinkan sampai tejadi kebuntingan :

a. Satu kali

c. Tiga kali

b. Dua kali

d. ......kali

(8-12 jika jawaban dikawinkan secara alami)
8. Asal pejantan untuk perkawinan alami :

a. Milik sendiri
b. Milik orang lain (membayar tiap kali kawin)
9.

Biaya

yang

dibutuhkan untuk membayar tiap perkawinan

:

...............rupiah
10. Alasan melakukan perkawinan alami (jika hanya melakukan perkawinan
alami)
a. lebih praktis
b. lebih berhasil munculnya kebuntingan

c. biaya lebih murah
d. kebiasaan
11. Jarak waktu yang dibutuhkan setelah melahirkan sampai buntinh
kernbali.. .............bulan
12. Berapa kali kambing Anda dikawinkan sampai terjadi kebuntingan :
a. Satu kali

c. Tiga kali

b. Dua kali

d. ......kali

13. Waktu pengamatan estrus :

a. Pagi
b. Siang
c. Sore

14. Umur kambing pertama kali estrus...............bulan
15. Lama esms yang diketahui............... hari
16. Umur kambing pertarna kali dikawinkan...............bulan
17. Cara mengetahui kebnntingan :

a. Melihat siklus esmls berikutnya
b. Perneriksaan kebuntingan oleh petugas
18. Bagaimana cara perawatan kebnntingan :
a. Dirawat sendiri
b. Diperiksa Dokter Hewan atau mantri

c. Lainnya....................
19. Tindakan saat terjadi kela.hiran :
a. Ditangani sendui
b. Ditangani oleh Dokter Hewan atau ~nantri
c. Ditangani sendiri dan bila mengalami kesulitan melapor
20. Kejadian abortus (keguguran) pad8 kambing (kluron) :

a. Sering\
b. Kadang-kadang

c. Lainnya....................
21. Gangguan reproduksi yang sering terjadi :

.......................................................................................
22. Apakah dilakukan penanganan :
a. Ya
b. Tidak

23. Penanganan gangguan reproduksi dilakukan oleh :
c. Lainnya....................
a. Petugas IB
b. Dokter Hewan

24. Apakah melakukan perawatan setelah pengobatan :
a. Ya

b. Tidak

29

Lampiran 2

Foto Udara Lahan PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung

Lampiran 3

Data Breeding Ka~nbingJaw-arandu secara Inselninasi Buatan Awal Tahun 2005 hingga Bulan
September 2006
No

Tgl Birahil Desposisi
Dilta~inkan Semen
(IB)

KAWIN
ULANG

WAKTU
KELAHIRAN KELAHIRAN

TIPE
KELAHIRAN

900ZlZZl1
900ZlZZlI

900z10z/1
9OOZl6IlI
900Zl6111

900Z/6L/l

9OOZl611
900Z/8/1
900Z/8/1
9OOU811
9OOZ1811
900Z/9/1
9OOUSl I
900Z/5/1
9OOUSlI
900Z1s11
90OZ/PlI
900Zlbll
900Z1b11
900Zlbll
900z1P1I
9002lVI
900ZlEl1
900ZlEl1
900ZIEll
900Z/E/1
900Z/Z/1
90OZ/Z/l
900Z1Z11
900Z/Z/ 1
9oozlz/l
900Z1111
900Z111l
900Z1I11
900Z/1/1
900Z/1/1
SOOZ/lE/Z1
SOOZ/IE/Zl
SOOZIIEIZI
SOOZII LIZ1
SOOZII EIZ I
SOOZII EIZ1
SOOZ/I EIZI
SOOZ/IE/Zl
SOOZlIElZ1

Lampiran 5
Recording Perkawinan dan IB

Keterangan

Jawarandu

Jumlah kawin alam

41

Jumlah di IB

9

Ju~nlahkebuntingan pada kawin pertama kali

34

Jumlah kebuntingan pada IB peltama

6

SIC kawin alam

1.2

SIC IB

1.5

CR kawin alam

82,93%

CR IB

66,67%

ABSTRAK
Anna Rica Lestari (B04051105). Penampilan Reproduksi kambing
Jawarandu (Studi Kasus di PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung). Di
bawah bimbingan R. Kurnia Achjadi. Penampilan reproduksi kambing
Jawarandu sangat berperan penting dalam upaya peningkatan populasi kambing
Jawarandu. Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui penampilau reproduksi
kambing Jawarandu untuk peningkatan populasi yang disajikan dalam bentuk nilai

Conception Rate (CR), nilai Service per Conception (SIC) baik secara kawin d a m
dan Inseminasi Buatan (IB), serta berbagai masalah yang sering muncul dalam
pemeliharaan kambing Jawarandu dari 50 ekor kambing Jawarandu yang terdiri
dari 41 ekor secara kawin alam dan 9 ekor secara Inseininasi Buatan (IB). Studi
ini dilakukan berdasarkan metode survei deslaiptif dengan pengumpulan data
primer melalui wawancara dari beberapa pekerja di PT Widodo Makmur Perkasa
dan data sekunder diperoleh dari data yang telah ada di PT Widodo Makmur
Perkasa, beberapa literatur, dan internet. Hasil studi menunjukkan bahwa nilai

Conception Rate (CR) atau tingkat keberhasilan reproduksi secara kawin alam
lebih tinggi dibandingkan secara Inseminasi Buatan yaitu sebesar 82,93% secara
kawin dam dan 66,67% secara Inseminasi Buatan (IB). Nilai Service per

Conception (SIC) pada kambing yaug dikawinkan secara kawin alam sebesar 1,2
dan secara Inseminasi Buatan (IB) sebesar 1,5. Data meiiunjukkan bahwa nilai
SIC secara Inseminasi Buatan (IB) lebih tinggi dibandingkan secara kawin alam.
Kelainan yang sering muncul dalam pemeliharaan kambing Jawarandu yaitu an&
latlir prematur, an& lalir kecil, anak tidak mampu bertahan hidup karena kondisi
badannya terlalu lemah akibat pengaruh lingkungan asal yang k m n g bersih, dan
patah tulang akibat transportasi.

ABSTRACT

lhis study aimed to learn the reproduction perjonn of Jawarandu goat for
the increase in the population cover the aspect of Conception Rate (CR), Service
per Conception (S/C), as well as problems that open in the maintenancefrom 50
Jawarandu goat that consists of 41 heads in natuml breeding and 9 heads in
Artrficial Insemination. Method in this study used of descriptive method, and
primary data collection through interview with several st& in PT Widodo
Makmur Perkasa and secondary data obtained from the available data in PT
Widodo Makmur Perkasa, some literature, and the internet. The observation
showed that the level success of the reproduction or Conception Rate (CRJ of
natural breeding is higher than Artrficial Insemination that is of 82,93% in
natural breeding and 66,67% in Artrficial Insentination. The Service per
Conception (S'C) of natural breeding is 1,2 and the Artificial Insemination is 1,5.
The data showed that S/C of ArhJicial Insemination is higher than natural
breeding. The problems that o$en in the maintenance of the Jawarandu goat that
is premature, born small, the young goat can't survive because the condition the
body too weak, and thefracture.

Penampilau Reproduksi Kambing Jawarandu
(Studi Kasus di PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung)

OLEH :
ANNA RICA LESTARI

B04051105

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani, I.K. 1981. Beberapa Ciri Populasi Kambing di Desa Ciburuy dan
Cigombong serta Kegunaannya bagi Peningkatan Produktivitas Disertasi
Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Achjadi, K. 2007. Manajemen Pengembangan Bioteknologi Reproduksi pada
Kambing. Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian. Bogor. [tidak dipublikasikan]
[Anonim]. 2008. Kambing. http:/Iid.wikipedia.org/wWambing [22 Mei 20081
Blakely, J. dan H. Bade. 1992. Iltnu Petemakan. Edisi Keeinpat. Tejemahan : B.
Srigandono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Davendra, C, dan M. Bums. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. ITB dan
Universitas Udayana : Bandtug.
Frandson, RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Temak. Edisi 4. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Hafez, E. S. E. 1987. Reproduction in Fann Animal. Fourth Ed. Lea and Fabiger.
Philadelphia.
Hafez, E. S. E. 2000. Reprod