Force Majeure 1 Pemutusan karena Pailit
39 yang tidak benar guna mempengaruhi proses
pengadaan atau pelaksanaan kontrak sehingga merugikan Peminjam, dan meliputi praktek-
praktek kolusi di antara Peserta Lelang sebelum atau
sesudah pemasukan
penawaran yang
dirancang untuk menetapkan harga sengaja dibuat agar tidak bersaing, dan menjauhkan Peminjam
dari keuntungan persaingan yang bebas dan terbuka,
Praktek Kolusi , berarti perencanaan atau pengaturan di antara dua Peserta Lelang atau lebih,
dengan atau tanpa sepengetahuan Pemilik, yang bertujuan untuk menentukan harga penawaran
yang artificial dan tidak kompetitif;
Praktek Pemaksaan mencederai atau mengancam untuk mencederai, secara langsung maupun tidak
langsung, orang-orang atau kepemilikannya untuk mempengaruhi keikutsertaan mereka dalam proses
pengadaan atau
kepemilikannya untuk
mempengaruhi keikutsertaan mereka dalam proses pengadaan atau mempengaruhi dalam pelaksanaan
kontrak.
24.2. Bila Pemberi Kerja membatalkan Kontrak baik keseluruhan atau sebagian, sesuai dengan SUK
Pasal 24.1, Pemberi Kerja dapat mengadakan dengan cara-cara yang sesuai, Barang atau Jasa
yang tidak terkirimkan, dan Pemasok Barang akan bertanggung jawab kepada Pemberi Kerja atas
biaya-biaya tambahan untuk Barang dan Jasa tersebut. Pemasok Barang harus tetap
melaksanakan Kontrak hingga saat pembatalan.
25. Force Majeure 25.1
Meskipun tetap berlaku ketentuan-ketentuan dalam Pasal-pasal 22, 23 dan 24, Pemasok Barang tidak
akan dikenakan sanksi denda sebagai ganti rugi, penyitaan Surat Jaminan Pelaksanaan, atau
pemutusan Kontrak, apabila keterlambatan dalam pelaksanaan
Kontrak atau
kegagalan melaksanakan
kewajiban-kewajibannya berdasarkan kontrak adalah akibat kejadian Force
Majeure.
25.2 Dalam pasal ini yang dimaksudkan dengan Force Majeure adalah suatu kejadian tak terduga yang
di luar kemampuan Pemasok Barang dan yang
40 tidak terkait dengan kesalahan Pemasok Barang
atau kelalaian Pemasok Barang dan tidak diperkirakan sebelumnya. Kejadian ini dapat
termasuk, walau tidak terbatas kepada, tindakan Pemberi Kerja dalam kewenangannya, perang atau
revolusi, kebakaran, banjir, wabah, pembatasan karena karantina dan embargo pengangkutan
25.3 Apabila terjadi keadaan Force Majeure, Pemasok Barang harus segera memberitahukan secara
tertulis kepada Pemberi Kerja tentang keadaan tersebut dan penyebabnya. Kecuali apabila
diarahkan lain secara tertulis oleh Pemberi Kerja, sedapat
mungkin Pemasok
Barang harus
melanjutkan pelaksanaan
kewajibannya berdasarkan Kontrak dan harus mengusahakan
cara pelaksanaan lain yang wajar yang tidak terhalang oleh kejadian Force Majeure tersebut.