43
mengembangkan  Islam,  yang  sangat  popular  adalah  Sunan  Kalijaga  yang mampu  mempengaruhi  pertunjukkan  wayang  menjadi  sarana  dakwah  yang
efektif. Bukti fisik tentang masuknya pengaruh Islam adalah pada bidang seni
bangunan arsitektur dan seni sastra. Seni bangunan yang merupakan bukti adanya  pengaruh  Islam  adalah  Masjid,  bangunan  tempat  shalat  bagi  umat
Islam.  Dalam  bangunan  Masjid  jelas  sekali  adanya  pengaruh  Islam  di dalamnya  Soekmono,  1985.  Selain  bangunan  masjid,  bentuk  bangunan
yang  terpengaruh  Islam  adalah  makam.  Ragam  hias  dan  bentuk  nisan memberikan  bukti  adanya  pengaruh  Islam.  Nisan  Fatimah  binti  Maimun  di
Leran  Gresik,  makam  Al  Malikus  Saleh,  dan  Troloyo  menunjukkan  bukti bahwa  Islam  berpengaruh  dalam  seni  bangunan.  Hasil  seni  ukir
sebagaimana yang terdapat dalam relief di Masjid Mantingan, seni ukir kayu di  Cirebon.  Bukti  pengaruh  Islam  pada  seni  sastra  sangatlah  banyak.  Di
Sumatera  muncul  karya  sastra  yang  berbentuk  hikayat,  syair,  tambo,  dan silsilah.  di  Jawa  muncul  karya  berbentuk  Suluk,  babad,  tembang,  dan  kitab
Soekmono, 1985. Dalam  perilaku  keagamaan  ajaran  tasawuf  dapat  diterima  di
Indonesia  karena  dapat  menemukan  titik  temu  dengan  kepercayaan masyarakat  terdahulu,  sehingga  dalam  perkembangan  Islam  di  masyarakat
bentuk-bentuk  ritual  tasawuf  sangat  mewarnai  perilaku  keagamaan masyarakat. Beberapa tarekat berkembang di Indonesia dengan baik, antara
lain  tarekat  Qodiriyah,  Naqsabandiyah,  Satariyah,  Rifaiyah,  Qodiriyah  wa Naqsabandiyah,  Syadziliyah,  Khalwatiyah,  dan  Tijaniyah  Kartodirjo,
Poesponegoro,  Notosusanto,  1975.  Beberapa  tarekat  bahkan  sampai sekarang masih berkembang di tengah-tengah masyarakat.
4.  Kerajaan-kerajaan Islam awal  di Indonesia a.  Peurlak
Masyarakat  Islam  di  Indonesia  mulai  mampu  menata  sebuah pemerintahan  berbentuk  kerajaan  pada  abad  ke-10  sebagaimana  tampak
pada  munculnya  kerajaan  Peurlak.  Raja  pertama  kerajaan  Peurlak  adalah Alaidin  Sayyid  Maulana  Aziz  Syah,  akan  tetapi  masa  kekuasaannya  tidak
banyak diketahui. Para penerus Sultan Alaidin yakni:
44
1.  Sultan Alaidin Abdurrahim Syah 2.  Sultan Alaidin Syaid Abbas Syah
3.  Sultan Alaidin Mughayat Syah 4.  Sultan Makhdum Alaidin Abdul Kadir Syah
5.  Sultan Makhdum Alaidin Muhammad Amin Syah 6.  Sultan Makhdum Abdul Malik Syah
7.  Sultan Makhdum Malik Ibrahim Aceh, 1985 Kerajaan  Peurlak  sempat  pecah  menjadi  dua.  Satu  berada  di
pedalaman  dengan  pusatnya  di  Tonang,  dan  satunya  di  daerah  pesisir  di Bandar  Khalifah.  Karena  pecah  menjadi  dua  maka  kekuasaannya  menjadi
kecil  dan  bahkan  tidak  lagi  disebut  sebagai  kerajaan.  Perjalanan  sejarah kerajaan  Peurlak  diwarnai  dengan  berbagai  peperangan  termasuk  perang
dengan Sriwijaya. Raja terakhir Muhammar Amir Syah mengawinkan putrinya dengan Malik Saleh, Malikus Saleh kemudian mendirikan kerajaan Samudera
Pasai Harun, 1995. Kerajaan Peurlak masih eksis sampai tahun 1296 M.
b.  Samudera Pasai
Kerajaan  Samudera  Pasai  didirikan  oleh  Malikus  Saleh.  Masa kekuasaannya  diperkirakan  tidak  lama  berdasarkan  informasi  dari  tulisan  di
batu  nisan  makamnya,  ia  meninggal  tahun  1297  M.  Walaupun  masa kekuasaannya pendek Malikus Saleh dikenal sebagai Sultan yang bijaksana.
Setelah  Malikus  Saleh  wafat,  kerajaanSamudera  Pasai  dipegang  oleh  Malik Az-Zahir  I  yang  berkuasa  pada  1297-1326  M.  Pada  masa  pemerintahannya
tidak banyak yang diungkapkan karena kelangkaan sumber. Malik Az-Zahir I kemudian diganti dengan Al Malik Az-Zahir II.
Catatan  perjalanan  dari  Ibnu  Batutah menjelaskan  bahwa  Az-Zahir  II merupakan orang yang taat dengan agama Islam dan bermazhab Syafii. Az-
Zahir  II  juga  sangat  giat  untuk  mengislamkan  daerah  sekitarnya,  sehingga Ibnu  Batutah  menjelaskan  bahwa  Az-Zahir  II  adalah  seorang  ulama  yang
menjadi  Raja  Hamka,  1981.  Samudera  Pasai  menjadi  salah  satu  pusat perkembangan mazhab Syafii.
Az-Zahir  II  wafat  dan  digantikan  oleh  putranya  yang  masih  kecil bernama  Zainal  Abidin.  Pada  masa  kekuasaan  Zainal  Abidin,  Pasai
mendapat  serangan  dua  kali  yakni  dari  Siam  dan  Majapahit,  sehingga kerajaan  Samudera  Pasai  sangat  lemah.  Dalam  kondisi  demikian  datanglah