Dampak Implementasi IFRS MANAJEMEN LABA,

Tabel 2.1. Tahap Konvergensi IFRS di Indonesia No Tahap Keterangan Tahun 1. Tahap Adopsi Adopsi seluruh IFRS terakhir ke dalam PSAK 2008 – 2010 2. Tahap Persiapan Penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS 2011 3. Tahap Implementasi Penerepan PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik. 2012 Sumber: Proposal Konvergensi IFRS IAI dalam Marasanti, 2013: 113 Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 3 tahap utama dalam implementasi IFRS, yaitu tahap adopsi, tahap persiapan, dan tahap implementasi. Dari ketiga tahap tersebut, tahap adopsi akan dilakukan dengan cara adopsi satu per satu IFRS. Pada tahun 2009, Indonesia belum mewajibkan perusahaan-perusahaan listing di BEI menggunakan sepenuhnya IFRS, melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan nasional atau PSAK. Perusahaan yang memenuhi syarat kemudian sangat dianjurkan untuk mengadopsi IFRS pada tahun 2010. Pada tahun 2012, Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan DSAK merencanakan untuk menyusunmerevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009.

2.4. Dampak Implementasi IFRS

Pada berbagai negara di dunia, implementasi IFRS telah menuai banyak pro dan kontra. Beberapa penelitian terdahulu telah mengungkapkan dampak dari konvergensi IFRS. Daske et al. 2008 melakukan penelitian tentang konsekuensi ekonomis dari adopsi IFRS secara wajib di seluruh dunia. Daske mengamati dampak adopsi IFRS terhadap likuiditas pasar, cost of capital dan Tobins Q dengan sampel perusahaan besar di 26 negara di dunia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adopsi IFRS berdampak terhadap likuiditas pasar. Secara rata-rata likuiditas pasar meningkat pada peristiwa sekitar adopsi IFRS, selain itu cost of capital perusahaan menjadi lebih rendah. Pasar memiliki reaksi tersendiri terhadap adopsi IFRS. Armstrong et al. 2010 melakukan penelitian tentang reaksi pasar Uni Eropa terhadap adopsi IFRS. Adopsi IFRS yang dilakukan termasuk IAS 39 yang mengatur tentang penilaian financial instrument dengan fair value. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pasar merespon positif atas peristiwa adopsi IFRS di Uni Eropa, sebab pasar menilai dengan diadopsinya IFRS dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi, dan menurunkan asimetri informasi. Berdasarkan penelitian ini diperoleh fakta empiris bahwa adopsi IFRS berpengaruh terhadap kualitas informasi akuntansi, dan menurunkan asimetri informasi. Qomariah 2013: 21 mengatakan bahwa konvergensi PSAK ke IFRS memiliki beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut. 1. Meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan SAK 2. Mengurangi biaya SAK 3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan 4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan 5. Meningkatkan transparansi keuangan 6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal 7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan Perubahan konseptual yang dialami oleh dunia akuntansi di Indonesia, akan menimbulkan dampak yang bermacam-macam bagi perkembangan ilmu akuntansi. Berbagai manfaat di atas menunjukkan bahwa adopsi IFRS akan memberikan dampak positif terhadap penyusunan laporan keuangan. Salah satu IFRS yang diadopsi ke dalam PSAK adalah IFRS 8: Operating Segments menjadi PSAK Nomor 5 Revisi 2009: Segmen Operasi. PSAK 5 revisi 2009: Segmen Operasi merevisi PSAK 5 revisi 2000: Pelaporan Segmen. PSAK 5 revisi 2009 mempunyai beberapa pengaturan yang berbeda dengan PSAK 5 revisi 2000. Dalam ketentuan transisi PSAK 5 revisi 2009 disyaratkan untuk disajikan kembali restatement informasi segmen untuk tahun-tahun lalu yang dilaporkan sebagai informasi komparatif untuk awal tahun penerapan sesuai dengan persyaratan dalam PSAK 5 revisi 2009. Pengaturan ketentuan transisi dalam PSAK 5 revisi 2009 tersebut sejalan dengan pengaturan dalam IFRS 8: Operating Segments. Hal ini menjadi pertimbangan untuk ketentuan transisi dalam PSAK 5 revisi 2009. PSAK 5 Revisi 2009: Segmen Operasi mengadopsi seluruh pengaturan dalam IFRS 8 2009: Operating Segment. Berikut ini adalah tabel perbedaan PSAK 5 2000 menjadi PSAK 5 2009 yang telah mengadopsi IFRS 8. Tabel 2.2. Perbedaan PSAK 5 2000 dan PSAK 5 2009 Perihal PSAK 5 revisi 2009 PSAK 5 revisi 2000 Ruang Lingkup • Laporan keuangan tersendiri • Laporan keuangan konsolidasian Paragraf 02 Laporan keuangan yang lengkap Paragraf 02 Definisi Hanya ada definisi “segmen operasi”. Paragraf 05 Ada definisi istilah: • segmen usaha, segmen geografis, dan segmen dilaporkan Paragraf 09 • pendapatan, beban, hasil, aset, kewajiban, kebijakan akuntansi segmen, dan organ perusahaan berwenang Paragraf 08 dan 16 Segmen Usaha Suatu komponen entitas: • terlibat dalam aktvitas usaha dan memperoleh pendapatan dan terjadi beban. • hasilnya di kaji ulang secara reguler oleh organ pengambil keputusan tentang sumber daya dan kinerja. • tersedia informasi keuangan terpisah. Paragraf 05 Suatu komponen entitas: • dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa • risiko dan imbalan yang berbeda dari segmen lain Paragraf 09 Tabel 2.2. Lanjutan Perbedaan PSAK 5 2000 dan PSAK 5 2009 Perihal PSAK 5 revisi 2009 PSAK 5 revisi 2000 Identifikasi segmen dilaporkan • Syarat kualitatif pengertian segmen usaha • Syarat kuantitatif: Menghilangkan syarat Mayoritas 50 penjualan eksternal Paragraf 13 • Tidak terdapat syarat kualitatif • Syarat kuantitatif: Mayoritas 50 penjualan eksternal. Paragraf 33 • Suatu segmen dapat dianggap segmen dilaporkan tanpa melihat ukuran kuantitatif Paragraf 36 • Integrasi vertikal, segmen penjual di gabung ke segmen pembeli jika bukan segmen terpisah Paragraf 39 Kebijakan akuntansi Segmen Tidak dijelaskan • Informasi segmen disusun sesuai kebijakan akuntansi segmen • Aset yang digunakan bersama dialokasikan ke setiap segmen jika pendapatan dan bebannya dialokasikan Paragraf 42 Tabel 2.2. Lanjutan Perbedaan PSAK 5 2000 dan PSAK 5 2009 Perihal PSAK 5 revisi 2009 PSAK 5 revisi 2000 Pengungkapan segmen dilaporkan • Umum • Laba atau rugi segmen, aset dan kewajiban segmen • Rekonsiliasi total pendapatan, laba atau rugi, aset, kewajiban, dan unsur material lain antara segmen dengan entitas Paragraf 21 • Bentuk primer pelaporan • Bentuk sekunder pelaporan Paragraf 47 Pengungkapan pada level entitas Jika belum ada dalam pelaporan segmen, maka diungkapkan: • Produk dan jasa Paragraf 32 • Area geografis Paragraf 33 Tidak diatur Sumber : PSAK 5 2000 dan PSAK 5 2009 Pengungkapan informasi-informasi segmen pada laporan keuangan segmen sebelum mengadopsi IFRS 8 hanya terbatas pada informasi tertentu saja. Beban- beban segmen seperti beban penjualan, beban umum dan administrasi, beban beban lain-lain, beban bunga dan keuangan, dan lain-lain diungkapkan secara lebih terperinci pada laporan informasi segmen yang telah menggunakan PSAK 5 2009. Pelaporan segmen yang diatur dalam PSAK 5 2009 setelah adopsi IFRS 8 memiliki komponen pelaporan yang lebih rinci, sehingga diharapkan mampu meningkatkan transparansi dari informasi segmen yang disajikan dalam laporan keuangan.

2.5. Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

ANALISIS PERBEDAAN KUALITAS LABA SEBELUM DAN SESUDAH ADOPSI IFRS KEDALAM PSAK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 4 14

ANALISIS PERBEDAAN KUALITAS LABA SEBELUM DAN SESUDAH ADOPSI IFRS KEDALAM PSAK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ANALISIS PERBEDAAN KUALITAS LABA SEBELUM DAN SESUDAH ADOPSI IFRS KEDALAM PSAK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 10 14

PENDAHULUAN ANALISIS PERBEDAAN KUALITAS LABA SEBELUM DAN SESUDAH ADOPSI IFRS KEDALAM PSAK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 8

ANALISIS MANAJEMEN LABA DI TINGKAT SEGMEN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN ADOPSI IFRS 8 MENJADI PSAK 5 (2009) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 5 13

ANALISIS MANAJEMEN LABA DI TINGKAT SEGMEN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN ADOPSI IFRS 8 ANALISIS MANAJEMEN LABA DI TINGKAT SEGMEN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN ADOPSI IFRS 8 MENJADI PSAK 5 (2009) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK IND

0 2 12

PENDAHULUAN ANALISIS MANAJEMEN LABA DI TINGKAT SEGMEN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN ADOPSI IFRS 8 MENJADI PSAK 5 (2009) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 4 11

PENUTUP ANALISIS MANAJEMEN LABA DI TINGKAT SEGMEN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN ADOPSI IFRS 8 MENJADI PSAK 5 (2009) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 5

ANALISIS PERBEDAAN MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH PENGADOPSIAN INTERNATIONAL FINANCIAL Analisis Perbedaan Manajemen Laba Sebelum Dan Sesudah Pengadopsian International Financial Reporting Standard (Ifrs) Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia (Studi

0 2 19

ANALISIS PERBEDAAN MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH PENGADOPSIAN INTERNATIONAL FINANCIAL Analisis Perbedaan Manajemen Laba Sebelum Dan Sesudah Pengadopsian International Financial Reporting Standard (Ifrs) Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia (Studi

0 2 15

ANALISIS MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH PENGADOPSIAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD (IFRS) Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 SKRIPSI

0 0 15