BAB II MANAJEMEN LABA,
INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD IFRS, KONVERGENSI IFRS, DAMPAK IMPLEMENTASI
IFRS, PENELITIAN TERDAHULU, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Manajemen Laba
2.1.1. Pengertian Manajemen Laba
Manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan, atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan
manajemen. Scott 2003: 369 mendefinisikan manajemen laba sebagai pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk mencapai sasaran secara objektif. Scott
2003: 369 membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua, yaitu sebagai perilaku oportunistik manajer dan sebagai efficient contracting efficient
earnings management. Manajemen laba sebagai perilaku oportunistik manajer dilakukan untuk memaksimumkan utilitas perusahaan dalam menghadapi
kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political cost opportunistic earnings management. Manajemen laba dari perspektif efficient contracting efficient
earnings management dapat dipahami sebagai cara untuk memberi manajer suatu fleksibilitas guna melindungi diri dan perusahaan dalam mengantisipasi
kejadian-kejadian yang tak terduga.
Manajemen laba dapat dipahami sebagai perilaku mengubah, menyembunyikan, atau menunda informasi keuangan. Sulistyanto 2008: 4
mengatakan bahwa manajemen laba merupakan perilaku oportunis manajer untuk mempermainkan angka-angka dalam laporan keuangan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, manajemen laba dapat dipahami sebagai suatu perilaku curang dari manajer perusahaan. Kecurangan dalam
manajemen laba disebabkan oleh manipulasi terhadap angka-angka dalam laporan keuangan yang dilakukan secara sadar agar stakeholder yang ingin
mengetahui kondisi perusahaan tertipu karena memperoleh informasi palsu. Ronen dan Yaari 2008: 26 mendefinisikan manajemen laba
sebagaimana kutipan berikut. “Earnings management occurs when managers use judgment
in financial reporting and in structuring transaction to alter financial reports to either mislead some stakeholder about the underlying
economic performance of the company or to influence contractual outcomes that depend on reported accounting numbers.”
Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan kebijakannya dalam pelaporan keuangan
dan struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan. Hal ini dilakukan manajer dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang berbeda kepada
stakeholder mengenai kinerja ekonomi perusahaan sehingga mempengaruhi hasil kontrak antara stakeholder dengan perusahaan. Manajemen laba pada dasarnya
memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Memperbaiki citra perusahaan dimata pihak luar, bahwa perusahaan tersebut
memiliki risiko yang rendah. 2.
Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa yang akan datang.
3. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.
4. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen.
5. Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen
Widyaningdiah 2004: 92 memberikan pendapat mengenai dampak manajemen laba terhadap kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba dapat
mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan untuk pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan karena manajemen laba merupakan suatu bentuk
kecurangan atas laporan keuangan yang menjadi sarana informasi atau komunikasi antara manajer dan pihak eksternal perusahaan.
Para ahli di atas mengemukakan definisi yang berbeda-beda mengenai manajemen laba, namun pada intinya menunjukkan maksud yang sama.
Berdasarkan berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat dipahami bahwa manajemen laba merupakan upaya yang dilakukan manajer,
untuk memanipulasi laporan keuangan dengan sengaja dalam batasan yang dibolehkan oleh prinsip-prinsip akuntansi. Manajemen laba dilakukan dengan
tujuan untuk memberikan informasi yang berbeda kepada para pengguna laporan keuangan demi kepentingan tertentu.
2.1.2. Bentuk-bentuk Manajemen Laba