Metode Diagnosis Malaria II. TINJAUAN PUSTAKA PENENTUAN PREVALENSI MALARIA UNGGAS PADA BURUNG MADU SRIGANTI (Cinnyris jugularis) DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR).

D. Metode Diagnosis Malaria

Spesies Haemoproteus, Plasmodium, dan Leucocytozoon memiliki hubungan genetik yang dekat. Deteksi infeksi Leucocytozoon dalam darah menggunakan metode okuler tradisional sangat sulit dilakukan karena parasit ini memiliki periode hidup yang singkat yakni 3-4 hari Fallis dan Desser, 1977; Valkiunas 1997. Walaupun sulit dideteksi, secara umum parasit Leucocytozoon dapat ditemukan pada populasi burung di wilayah yang beriklim sedang di belahan bumi utara Rintamaki et al., 1998; Deviche et al., 2001. Metode diagnosis parasit malaria unggas dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Metode secara langsung untuk menunjukkan parasit malaria yakni berdasarkan metode PCR dan mikroskopik. Metode mikroskopik masih dipertimbangkan dalam diagnosis malaria karena parasit malaria unggas benar- benar terlihat dalam sel darah merah tetapi sangat sulit untuk mendeteksi infeksi dengan parasitemia yang rendah karena jumlah parasit yang sangat sedikit 5 parasitµl. Metode PCR yang mengamplifikasi bagian spesifik dari DNA parasit menyebabkan metode ini lebih sensitif dibandingkan metode mikroskopik, tetapi membutuhkan biaya yang sangat mahal, konsumsi waktu, dan membutuhkan tambahan langkah sequencing untuk memastikan produk berasal dari DNA parasit Atkinson et al., 2001. Metode secara tidak langsung digunakan untuk menunjukkan infeksi malaria termasuk teknik serologi yang menghadirkan antibodi pada parasit. Teknik serologi yang digunakan pada diagnosis malaria unggas di kepulauan Hawaii yakni Enzyme Linked Immunosorbant Assay ELISA Kilpatrick et al., 2006 dan Western Blotting Atkinson et al., 2001. Western Blotting adalah teknik serologi yang paling spesifik untuk malaria unggas dan dapat digunakan untuk memastikan metode ELISA dan PCR Atkinson et al., 2001. Teknologi DNA memberikan pengaruh besar pada beberapa bidang parasitologi termasuk identifikasi dan sistematika parasit, diagnosis infeksi, studi epidemiologi, dan studi resistensi Gasser dan Zhu, 1999. Masalah penentuan jenis parasit dalam darah saat ini dapat di atasi dengan metode molekuler, yang biasanya jauh lebih sensitif daripada prosedur mikroskopis Richard et al., 2002. Metode tersebut, khususnya, menyebabkan terjadinya revolusi penelitian bidang parasitologi dan diketahui mempunyai kegunaan yang luas karena sensitifitasnya dalam mengamplifikasi gen atau fragmen gen dari sejumlah kecil material parasit Mullis et al.,1986. Deteksi infeksi malaria dengan pendekatan molekuler menggunakan Polymerase Chain Reaction PCR dapat mempermudah identifikasi keberadaan parasit Plasmodium dan Haemoproteus walaupun jumlah