Peningkatan pemahaman bacaan cerita anak terjemahan melalui teknik peta pikiran (mind map) pada siswa kelas VII tahun pelajaran 2011-2012 (PTK di MTs Annajah Petukangan)

PENINGKATAN PEMAHAMAN BACAAN CERITA ANAK TERJEMAHAN
MELALUI TEKNIK PETA PIKIRAN (MIND MAP)
PADA SISWA KELAS VII TAHUN PELAJARAN 2011-2012
(PTK di MTs. Annajah Petukangan)

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh
Gita Desi Lestari
NIM: 107013002740

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M

ABSTRAK

Penelitian berjudul “Peningkatan Pemahaman Bacaan Cerita Anak
Terjemahan Melalui Teknik Peta Pikiran Pada Siswa Kelas VII Tahun Pelajaran
2011-2012 (PTK di MTs. Annajah Petukangan)”. Skripsi, Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syahid
Jakarta, September 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan
hasil pembelajaran pada materi cerita anak terjemahan melalui penerapan teknik
peta pikiran di kelas VII MTs. Annajah Petukangan. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Juli – Agustus 2011, yang bertempat di MTs. Annajah Petukangan, Jl.
Ciledug Raya Petukangan Selatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan sampel
berjumlah 32 siswa kelas VII-1, yang diajarkan adalah cerita anak terjemahan
dengan menerapkan teknik peta pikiran. Instrumen yang digunakan berupa tes
berbentuk pilihan ganda dan esai; dengan 10 butir soal pilihan ganda, dan 5 soal
esai. Skor tiap soal pilihan ganda sebesar 10 dengan jumlah total 100; sedangkan
total skor esai sebesar 100. Cara penghitungan, yaitu jumlah skor pilihan ganda
ditambah jumlah skor esai dibagi 2. Selain itu, instrumen lain yang digunakan
adalah RPP, catatan lapangan, jurnal siswa, wawancara, angket, kuesioner, form
pengamatan siswa terhadap guru, dan foto, sebagai instrumen pendukung.
Teknik peta pikiran yang belum pernah digunakan pada pembelajaran di
MTs. Annajah Petukangan, mengharuskan peneliti dan guru mengajarkan dan

memberitahukan terlebih dahulu cara membuat dan menerapkan teknik peta
pikiran tersebut dalam memahami cerita anak terjemahan. Walaupun pengetahuan
siswa terbatas dalam membuat dan menerapkan teknik ini, namun dari
perhitungan hasil penelitian dengan menggunakan uji-t menunjukkan adanya
peningkatan yang signifikan. Hasil PTK menunjukkan bahwa penerapan teknik
peta pikiran ini dapat mempermudah siswa dalam memahami bacaan cerita anak
terjemahan. Hal tersebut terbukti dari nilai t hitung > t tabel, yaitu 9,54 > 1,66,
yang berarti hipotesis penelitian dapat diterima.

i

KATA PENGANTAR
   
Alhamdulillahi rabbilalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT, atas segala taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, para sahabatnya, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Adapun penulisan skripsi ini diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini,
penulis banyak menerima saran, petunjuk, bimbingan, dan masukkan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya
kepada:
1. Ibu Nurlena Rifa‟i, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Mahmudah Fitriyah, M.Pd. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang selalu mengarahkan dan pemberi semangat.
3. Ibu Rosida Erowati, M.Hum. sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis.
4. Ibu Dra. Hindun, M.Pd., sebagai penasehat akademik yang telah memberikan motivasi
dan dukungannya.
5. Bapak Drs. E. Kusnadi, Bapak Aria, M.Pd., Bapak Dr. Alek Abdullah, M.Pd., Bapak
Makyun Subuki, M.Hum., Ibu Elvi Susanti, M.Pd., Ibu Dra. Siti Sahara, Bapak Dona
Aji Karunia Putra, M.A., dan Ibu Nuryani, M.A., sebagai dosen yang telah memberikan
ilmunya selama mengajar dan memberikan nasihat kepada penulis, serta Bapak Sapri
yang selalu memotivasi dan membantu penulis selama kuliah.
6. Bapak Drs. Sam‟unal Ghozi, sebagai Kepala MTs. Annajah Petukangan; Bapak M.
Guntur, S.Pd., sebagai guru bidang studi; dan segenap guru serta karyawan tata usaha
MTs. Annajah Petukangan, terima kasih atas bantuannya dalam pengumpulan data
penelitian pada skripsi ini.
7. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen di Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

ii

8. Pimpinan dan staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Ayahandaku, Ujang Nopendy, dan Ibunda tercinta, Suratmi, yang selalu menyayangi
aku sedari kecil, yang tak pernah berhenti berdoa untukku, semoga aku bisa
memberikan yang terbaik untuk orangtuaku tercinta.
10. Untuk abang-abangku, Yarfa, Yarfu, dan adik kecilku yang manis, Althifani, terima
kasih atas motivasi dan saran-saran serta senyum dan canda tawanya.
11. Teristimewa, Buya Bonang, K‟Ida, K‟Anggita, K‟Anggun, dan seluruh keluarga besar
ASC, yang tak pernah lelah mengajariku banyak hal, yang tak berhenti berdoa untukku,
dan yang selalu memberikan yang terbaik untukku.
12. Tercinta untuk Andi Awaluddin sebagai orang yang istimewa dalam hidup penulis.
Orang yang selalu mendampingi penulis dalam suka dan duka, baik moril maupun
materil.
13. Teman-teman seperjuanganku, Eti Kurniati, Durrah Nafisah, Inayah Setiani, Mirna
Ferdiyawati, Fajar Fitri Rahayu, Nurul Syaefitri, dan seluruh sahabatku di PBSI

terutama angkatan 2007 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih atas
saran dan informasi yang telah diberikan, serta terima kasih telah menjadi teman ketika
suka dan duka selama proses perkuliahan dan proses penyelesaian skripsi ini, dan terima
kasih telah menjadi teman terbaik di kampus UIN ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran demi kesempurnaannya. Hanya kepada Allah jualah
penulis berserah diri, semoga yang penulis amalkan mendapat ridho-Nya. Amin ya robbal
alamin.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat menyumbangkan sesuatu yang
bermanfaat bagi para pembaca, semua pihak yang memerlukan, dan khususnya kepada
penulis sebagai calon guru. Hasil skripsi ini yang merupakan skripsi penelitian tindakan
kelas, diharapkan dapat digunakan sebagai tindak lanjut untuk membantu perkembangan
bahasa dan sastra di Indonesia.
Jakarta,

September 2011

Penulis,

Gita Desi Lestari


iii

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. ix
DAFTAR BAGAN .................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................


1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................

5

C. Pembatasan Masalah................…………………………………

5

D. Perumusan Masalah ...................………………………………..

5

E. Tujuan Penelitian…….....................................………………….

5

F. Manfaat Penelitian..........……………………………………......


6

ACUAN TEORETIS
A. Hakikat Membaca ..........................................…………………..

7

1. Pengertian dan Tujuan Membaca..........................................

7

2. Aspek Membaca....................................................................

8

B. Hakikat Cerita ............................................................................. 11
C. Hakikat Peta Pikiran (Mind Map) ..…......................................... 15
D. Peningkatan Pemahaman Bacaan Cerita Anak Terjemahan
Melalui Teknik Peta Pikiran ………………................................ 18
E. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan ............................... 19


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...………………………………. 21
1. Tempat Penelitian …………..............…………………….. 21
2. Waktu Penelitian ……..…..............……………….……..... 21
iv

B. Populasi dan Sampel……................................................……… 21
1. Populasi ..............…………..............……………………... 21
2. Sampel ..............…………..............……..………………... 21
C. Metode Penelitian ……..........................................……………. 22
D. Instrumen Pengumpulan Data ….....…………………………… 23
1. Wawancara ..............…………..............………………….. 23
2. Observasi dan Catatan Lapangan ..............………….......... 23
3. Tes Hasil Belajar Siswa ..............…………..............……... 24
4. Angket (Kuesioner) ..............…………..............…….......... 24
5. Jurnal Siswa ..............…………..............………………..... 24
6. Dokumentasi ..............…………..............……………….... 24

E. Teknik Pengumpulan Data …................……………………….. 24
F. Teknik Analisis Data …........…………………………………... 25
G. Analisa Uji Coba Instrumen/Validitas Alat Ukur ..……………. 25
H. Hipotesis Tindakan …...............................................………….. 26
BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI
ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Pengamatan ………………………………….... 28
1. Gambaran Sekolah/Madrasah ..................................……….. 28
a. Profil MTs. Annajah Petukangan …………………….... 28
b. Sejarah Berdirinya MTs. Annajah…………………….... 29
c. Visi dan Misi MTs. Annajah .................................…….. 30
d. Data Fisik Sekolah ..................................………............. 30
e. Sarana dan Prasarana ..................................………......... 31
f. Struktur Organisasi MTs. Annajah .................................. 33
g. Tugas dan Wewenang ..................................………....... 34
2. Deskripsi Intervensi Tindakan (sebuah deskripsi
catatan lapangan)………………………………………...… 35
a. Observasi Awal……………………………………....… 35

b. Keadaan MTs. Annajah Petukangan saat Penelitian....… 37
c. Perencanaan Tindakan Penelitian ……………………… 40

v

3. Tindakan Pembelajaran Siklus I ……...………………....… 41
a. Pertemuan Pertama ……………………………..........… 41
1. Tahap Perencanaan ……………………………....…. 41
2. Tahap Pelaksanaan ……………………………....….. 41
b. Pertemuan Kedua ……………………………............… 44
1. Tahap Perencanaan ……………………………........ 44
2. Tahap Pelaksanaan ……………………………......... 45
c. Tahap Observasi ……………………………..............… 46
d. Tahap Refleksi …………………………….................… 50
4. Tindakan Pembelajaran Siklus II ……………………….… 50
a. Tahap Perencanaan ……………………………..........… 50
b. Tahap Pelaksanaan …………………………….............. 51
c. Tahap Observasi ……………………………..............… 52
d. Tahap Refleksi ….............…………………………....… 59
B. Pemeriksaan Keabsahan Data ……....…………………………. 70
C. Analisis Data …………...……………………………………… 71
1. Data Hasil Kuesioner ……………………………............… 71
2. Analisis Hasil Tes Siklus ..........................……………….… 75
3. Menghitung Nilai t (analisa komparatif siklus I dan II) …... 77
D. Interpretasi Hasil Analisis ………………………..……………. 81
E. Pembahasan Temuan Penelitian……………………………..… 81
1. Berdasarkan Pengamatan Lapangan ……………………..... 81
2. Berdasarkan Hasil Wawancara …..............................…....… 83
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………..…………………………….. 84
B. Saran-Saran …………..……………………………………….. 84

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 86
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1

Indeks Tingkat Kesukaran Soal ..........................................................26

Tabel 4.1 Jumlah Bangunan dan Fasilitas MTs. Annajah Petukangan ...............32
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana MTs. Annajah Petukangan ...............................32
Tabel 4.3 Sarana Olahraga ..................................................................................33
Tabel 4.4 Sarana Ibadah ......................................................................................33
Tabel 4.5 Daftar Guru dan Karyawan MTs. Annajah Petukanga .......................39
Tabel 4.6 Pengamatan Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran Siklus I ........47
Tabel 4.7 Perolehan Nilai Siswa dalam Memahami Bacaan...............................48
Tabel 4.8 Tingkat Pemahaman Siswa .................................................................49
Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Pengamatan Tingkah Laku Siswa dalam
Pembelajaran .......................................................................................53
Tabel 4.10 Perolehan Nilai Posttest Siswa dalam Memahami Bacaan ................54
Tabel 4.11 Tingkat Pemahaman Siswa ................................................................56
Tabel 4.12 Form Pengamatan Siswa Terhadap Guru (pertemuan I) .....................60
Tabel 4.13 Form Pengamatan Siswa Terhadap Guru (pertemuan II)....................61
Tabel 4.14 Form Pengamatan Siswa Terhadap Guru (siklus II) ..........................63
Tabel 4.15 Jurnal Siswa (pertemuan I) ..................................................................64
Tabel 4.16 Jurnal Siswa (pertemuan II) ...............................................................65
Tabel 4.17 Jurnal Siswa (siklus II) ........................................................................67
Tabel 4.18 Angket Siswa.......................................................................................68
Tabel 4.19 Data Kuesioner Siswa Terhadap Pengajaran Bahasa Indonesia .........71
Tabel 4.20 Data Hasil Kuesioner Siswa Terhadap Peta Pikiran ...........................73
Tabel 4.21 Perolehan Nilai Tes Siswa dalam Memahami Bacaan ........................75
Tabel 4.22 Tingkat Pemahaman Siswa ................................................................76
Tabel 4.23 Distribusi Komparatif Siklus I (X1) dan Siklus II (X2) .......................77

vii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Contoh Peta Pikiran “Liburanku” ................................................... 16
Gambar 2.2 Contoh Peta Pikiran “Target Tahunan dan Harian” ........................ 17
Gambar 2.3 Contoh Peta Pikiran “Belajar Bahasa Asing” ................................. 17
Gambar 4.1 MTs. Annajah Petukangan .............................................................. 38
Gambar 4.2 Guru Melakukan Apersepsi ............................................................. 42
Gambar 4.3 Kondisi Siswa dalam Menjawab Soal Pretest................................. 42
Gambar 4.4 Guru Menjelaskan Materi Cerita Anak Terjemahan ....................... 44
Gambar 4.5 Suasana Siswa dalam Menjawab Soal Posttest Siklus I ................. 46
Gambar 4.6 Suasana Siswa dalam Menjawab Soal Posttest Siklus II ................ 52

viii

DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 Hasil Pretest Siswa Kelas VII-1 . .................................................... 56
Grafik 4.2 Hasil Posttest Siklus I Siswa Kelas VII-1 ...................................... 57
Grafik 4.3 Hasil Posttest Siklus II Siswa Kelas VII-1 ..................................... 57
Grafik 4.4 Perbandingan Nilai Posttest Siklus I dan Siklus II ......................... 58

ix

DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Aspek Membaca (Tarigan, 2008:14) ................................................ 9
Bagan 2.2 Membaca (Tarigan, 2008:14) ............................................................ 9
Bagan 2.3 Genre Sastra (Jakob Sumardjo, dkk., 1991:18) .............................. 12
Bagan 3.1 Siklus Kegiatan PTK (Suharsimi Arikunto, dkk., 2010:74) ............ 23
Bagan 4.1 Struktur Organisasi MTs. Annajah ................................................. 33

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Surat Pengajuan Proposal Skripsi

Lampiran 2.

Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 3.

Surat Keterangan

Lampiran 4.

Peta Pikiran (Mind Map) Tindakan Penelitian

Lampiran 5.

Surat Izin Observasi

Lampiran 6.

Surat Izin Penelitian

Lampiran 7.

Surat Kesediaan Kolaborasi

Lampiran 8.

Pemetaan Standar Isi

Lampiran 9.

Silabus

Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Pertemuan I, Pretest)
Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Pertemuan II, Posttest)
Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II, Posttest)
Lampiran 13. Materi Ajar Cerita Anak Terjemahan
Lampiran 14. Bahan Cerita Anak Terjemahan “Pippi Menemukan Selepung”
Lampiran 15. Soal Pretest Pertemuan I
Lampiran 16. Bahan Cerita Anak Terjemahan “Lotta”
Lampiran 17. Soal Posttest Pertemuan II
Lampiran 18. Bahan Cerita Anak Terjemahan “Tukang Solder dan Hantu”
Lampiran 19. Soal Posttest Siklus II
Lampiran 20. Kesesuaian Soal dengan Indikator
Lampiran 21. Soal Pravalidasi
Lampiran 22. Distribusi Validasi Soal
Lampiran 23. Standar Nilai KKM
Lampiran 24. Profil Sekolah MTs. Annajah
Lampiran 25. Daftar Nama Siswa VII-1
Lampiran 26. Catatan Lapangan (Ceklist)
Lampiran 27. Catatan Lapangan (Deskripsi)
Lampiran 28. Pengamatan Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran
Lampiran 29. Form Pengamatan Siswa Terhadap Guru
Lampiran 30. Jurnal Siswa

xi

Lampiran 31. Angket Siswa
Lampiran 32. Kuesioner Siswa
Lampiran 33. Pedoman Wawancara Guru
Lampiran 34. Pedoman Wawancara Siswa
Lampiran 35. Perolehan Nilai Tes Siswa dalam Memahami Bacaan
Lampiran 36. Tabel Distribusi t
Lampiran 37. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

xii

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia dalam peranannya sebagai bahasa pemersatu dan bahasa
ilmu, berfungsi sebagai bahasa pendukung ilmu pengetahuan yang dapat
meningkatkan pembangunan nasional terutama di bidang pendidikan. Dalam
dunia pendidikan, bahasa Indonesia juga dijadikan salah satu mata pelajaran wajib
yang menjadi tolok ukur dalam kelulusan siswa di lembaga pendidikan (sekolah).
Di lembaga pendidikan (sekolah), bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa
pengantar dalam kegiatan belajar mengajar.
Secara umum, kemampuan berbahasa memiliki empat aspek keterampilan
yang harus dimiliki serta dikuasai oleh siswa. Empat keterampilan tersebut adalah
keterampilan

mendengarkan,

berbicara,

membaca,

dan

menulis.

Empat

keterampilan inilah yang akhirnya menjadi dasar bagi pembuatan kurikulum
pendidikan di Indonesia.
Dari empat keterampilan berbahasa, keterampilan membaca merupakan
salah satu aspek yang sering dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, terutama di
sekolah. Hal ini kerap kali ditemukan di berbagai proses pembelajaran di sekolah.
Keterampilan membaca haruslah diberikan perhatian khusus oleh pihak pendidik
di sekolah, karena dalam kegiatan pembelajaran bidang apapun kegiatan membaca
tidak dapat dilepaskan. Namun terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia di
sekolah khususnya, aspek atau kegiatan membaca sering dianggap membosankan
atau menjemukan siswa dan bahkan tak jarang bagi guru itu sendiri. Hal ini dapat
dilihat ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, yang tentu saja dapat
berdampak pada rendahnya kesukaan atau kegemaran siswa dalam membaca.
Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Book and Reading Development (1992)
dan dilaporkan oleh Bank Dunia, bahwa kebiasaan membaca belum terjadi pada
siswa SD dan SLTP. Masduki (dalam Depdikbud, 1997:36) juga mengungkapkan
bahwa hasil survei tim International Association for the Evaluation of Education
Assessment (IAEA) pada tahun yang sama, yakni 1992 tentang kemampuan
membaca siswa Indonesia terungkap bahwa (1) siswa SD 36,1% (peringkat 26

1

2

dari 27 negara) yang disurvei, (2) siswa SMP 51,7% (di bawah negara Hongkong
75,5%, Singapura 74,0%, Thailand 68,1%, dan Filipina 52,6%).1 Selain itu,
menurut Organization Economic Cooperation and Development (OECD) pada
tahun 2003, dari 40 negara, kemampuan membaca anak Indonesia berada pada
tingkat terbawah. Tiga besar teratas diduduki Finlandia, Korea, dan Kanada. Pada
tahun 2006-2007, hasil pengukuran OECD juga menyatakan bahwa Finlandia
merupakan negara berkemampuan membaca tertinggi di dunia dengan skor
534,09, sedangkan Indonesia hanya memperoleh skor 381,59.2 Hal ini tentu saja
menjadi perbandingan yang memprihatinkan bagi kemampuan membaca di
Indonesia. Temuan survei dan hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa
pembelajaran membaca masih belum dilakukan secara maksimal di sekolah,
sehingga kemampuan membaca siswa juga menjadi rendah.
Rendahnya kemampuan membaca dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik internal maupun eksternal. Secara umum, faktor internal berawal dari
keengganan siswa untuk membaca dikarenakan perasaan malas dan kurang
menariknya buku yang dibaca siswa, walaupun isi bacaan tersebut sangat bagus.
Selain itu, pengetahuan kebahasaan yang sempit, keinginan membaca yang kecil,
dan minat membaca yang rendah akan menjadi faktor penghambat.3 Selain itu,
faktor eksternal yang sering kali turut membuat siswa enggan membaca adalah
faktor lingkungan sekitar, orang-orang di sekitar, bahan bacaan, dan lain
sebagainya. Jika di sekolah, faktor eksternal yang sering berpengaruh dalam
menghambat proses membaca siswa adalah guru, teman, dan bahan bacaan yang
kurang memadai. Hal ini akan sangat mempengaruhi keadaan siswa untuk ingin
membaca. Keadaan guru yang kurang memotivasi siswa dalam membaca, teman
sekolah yang malas membaca, dan ketersediaan buku yang kurang memadai dapat
membuat siswa menjadi bosan, dan tidak ingin membaca.
Sebagai seorang guru, sudah sepatutnya dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan dan menggairahkan bagi siswa. Jika siswa merasa nyaman,
1

Mufari, Penelitian Membaca; Revisi, terdapat di http://bit.ly/mnO98X, diakses Jumat 01
Juli 2011, pukul 21:30.
2
Triani Retno, Quantum Reading For Kids; Agar Anak Gila Membaca, (Jakarta: Luxima
Metro Media, 2010), cet. ke-1, hlm. 12-13.
3
Iwuk P, A Guide For Reading Comprehension; Panduan Memahami Bacaan, (Yogyakarta:
Citra Aji Parama, 2007), cet. ke-1, hlm. 14.

3

senang, dan bergairah dalam belajar, maka dengan sendirinya siswa akan mencari
tahu dan bersemangat untuk membaca buku serta bahan-bahan lainnya yang
mendukung proses pembelajaran. Jiwa dan rasa ingin tahu siswa akan meningkat
dan siswa akan menjadi gemar dalam membaca.
Menjadikan siswa gemar membaca, senang belajar, dan rajin serta mampu
menemukan manfaat dari setiap kegiatan pembelajaran adalah impian bagi tiap
guru. Demikian halnya bagi siswa, mampu menguasai materi pembelajaran atau
dapat menangkap penjelasan yang diberikan oleh guru, serta dapat mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan baik juga merupakan harapan bagi tiap siswa.
Namun harapan itu sering kali kandas, yang terbukti dari keadaan siswa di kelas
yang kerap kali merasa kesulitan ketika diberi pertanyaan yang terkait dengan
materi pembelajaran. Contohnya dalam pembelajaran membaca, setelah membaca
satu wacana dan siswa ditanya oleh guru tentang apa yang ia baca, siswa tidak
dapat menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, ketika siswa diminta untuk
menentukan tema dari sebuah bacaan, menyimpulkan pokok-pokok isi bacaan,
meringkas bacaan, maupun ketika diminta memberikan pendapat serta tanggapan
terhadap isi sebuah bacaan, siswa juga tidak mampu melakukannya. Hal ini tentu
saja membuat guru berpikir, apa yang salah dalam proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Seharusnya, setelah membaca bahan bacaan, siswa dapat melakukan
dan menjawab semua pertanyaan yang berkaitan dengan sumber bacaan, tetapi
pada kenyataannya siswa tidak dapat melakukan hal tersebut. Semua ini akan
berpengaruh terhadap tingkat pemahaman bacaan siswa.
Untuk itu agar dapat meningkatkan pemahaman bacaan siswa, serta dapat
membuat siswa gemar dan tertarik untuk membaca, guru harus mencoba berbagai
macam cara yang kiranya dapat membantu proses kegiatan belajar mengajar di
kelas. Banyak teknik, metode, dan strategi yang dapat digunakan guru dalam
kegiatan pembelajaran, khususnya pembelajaran yang berkaitan dengan tingkat
pemahaman bacaan siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah teknik
peta pikiran (mind map) yang dipopulerkan oleh Tony Buzan.4 Teknik peta
4

Mind Map adalah alat pikir organisasional. Mind map merupakan sebuah cara memetakan
pikiran yang dipopulerkan oleh Tony Buzan. Di Indonesia, istilah mind map di kenal juga dengan
peta pikiran. Untuk itu, dalam skripsi ini, istilah yang digunakan adalah istilah dalam bahasa
Indonesia yaitu Peta Pikiran.

4

pikiran menekankan pada visualisasi suatu ide dalam bentuk kata-kata, gambar,
warna, dan garis. Teknik ini memungkinkan satu ide atau satu topik tersaji pada
satu halaman. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman bacaan siswa, membuat
siswa lebih kreatif, dapat menghemat waktu belajar, dan dapat membuat siswa
lebih tertarik dan lebih terlibat langsung dengan kegiatan pembelajaran.
Oleh karena itu, senada dengan latar belakang masalah yang telah
dipaparkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam kegiatan proses
pembelajaran membaca khususnya di kelas VII MTs. Annajah Petukangan,
dengan mencoba menggunakan teknik peta pikiran (mind map). Pemilihan materi
yang dilakukan peneliti, yaitu cerita anak terjemahan. Materi ini dipilih selain
mengikuti kurikulum yang ada, tetapi juga sebagai bahan atau materi yang akan
membuat siswa dapat mengenal lebih jauh budaya, kebiasaan, dan kesamaankesamaan lain yang terdapat pada cerita anak terjemahan dengan kehidupan nyata
siswa.
Cerita terjemahan yang dipilih adalah cerita yang berasal dari Eropa. Hal ini
dilakukan karena perkembangan sastra di Eropa dapat dikatakan lebih maju jika
dibandingkan dengan negara-negara di sekitar Indonesia atau negara Asia. Selain
itu di salah satu bagian negara Eropa, ada sebuah negara yang terkenal dengan
penulis buku anak-anak yang telah memperbaharui sastra anak-anak di dunia.
Negara tersebut adalah negara Swedia. Di negara Swedia, penulis buku anak-anak
yang terkenal adalah Astrid Lindgren. Karena alasan inilah maka materi cerita
anak terjemahan yang dipilih yaitu cerita terjemahan yang ditulis oleh pengarang
bernama Astrid Lindgren. Selain cerita terjemahan dari pengarang Astrid
Lindgren, bahan cerita terjemahan lain akan dipilih dari buku paket siswa.

5

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah yang muncul dalam penelitian, sebagai berikut:
1. Siswa dan guru kurang termotivasi serta bosan untuk membaca
2. Siswa pasif dalam proses pembelajaran
3. Siswa malas membaca khususnya cerita anak terjemahan
4. Efektivitas pembelajaran membaca mengalami hambatan
5. Kemampuan membaca siswa rendah
6. Hasil belajar dan tingkat pemahaman bacaan siswa rendah

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah ada di atas, maka perlu adanya
batasan sebagai fokus penelitian. Oleh karena itu, peneliti membatasi masalah
yang akan diteliti sebagai berikut: ”Peningkatan pemahaman bacaan cerita anak
terjemahan melalui teknik peta pikiran”. Cerita anak terjemahan yang akan
digunakan dan dibaca siswa adalah cerita-cerita sederhana dan biasa ada dalam
buku paket dan juga yang terbit di toko buku. Proses pembelajaran difokuskan
pada aspek kognitif siswa dengan melaksanakan pretest dan postest.

D. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah: “Bagaimana peningkatan
pemahaman bacaan cerita anak terjemahan siswa dengan menerapkan teknik peta
pikiran?”

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kualitas
pemahaman bacaan cerita anak terjemahan siswa dengan menggunakan teknik
peta pikiran.

6

F. Manfaat Penelitian
1. Teoretis:
a.

Memberikan pengetahuan dasar tentang apa itu teknik peta pikiran,
bagaimana cara membuat peta pikiran, dan apa manfaat dari teknik peta
pikiran pada siswa selama proses penelitian tindakan kelas.

b.

Menjadi masukan serta alternatif untuk mengelola dan meningkatkan
strategi belajar mengajar serta mutu pengajaran guru, terutama dalam
mengajarkan cerita anak terjemahan kepada siswa, serta menjadi salah
satu alternatif cara belajar bagi guru dan siswa.

c.

Mengembangkan pemahaman teoritik tentang peta pikiran dalam
pembelajaran membaca cerita anak terjemahan para peneliti, guru, dan
orang yang berkepentingan dalam bidang ini.

2. Praktis:
a. Menjadi sarana untuk berlatih, belajar, serta menambah wawasan
khususnya pada bidang ilmu bahasa dan sastra Indonesia bagi siswa dan
guru di sekolah.
b. Memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan
keterampilan meneliti berdasarkan bidang yang diteliti bagi peneliti.
c. Menjembatani penelitian lain tentang peta pikiran bagi mahasiswa jurusan
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.

8

BAB II
ACUAN TEORETIS

A. Hakikat Membaca
1. Pengertian dan Tujuan Membaca
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang
ditulis. Membaca merupakan aktivitas yang dapat membuat seseorang mengetahui
berbagai hal yang ada di muka bumi. Membaca dapat membuka wawasan dan
menambah ilmu pengetahuan pembacanya. Definisi atau pengertian membaca
menurut Henry Guntur Tarigan adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan
oleh penulis melalui kata-kata/bahasa tulis.1 Adapun menurut Alek membaca ialah
proses memahami pesan tertulis yang menggunakan bahasa tertentu yang
disampaikan oleh penulis kepada pembacanya.2
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca
adalah proses memahami bacaan yang dilakukan oleh pembaca dalam rangka
memperoleh dan mengerti pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Tujuan
utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,
menyakup isi, memahami makna bacaan.3 Namun membaca bagi sebagian orang
memiliki tujuan yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan perbedaan pengalaman,
pengetahuan, minat, dan kebutuhan akan sesuatu. Dalam dunia pendidikan
(sekolah), tujuan membaca dipengaruhi oleh materi pelajaran, guru, dan rasa ingin
tahu siswa. Tujuan membaca dari tiap individu dalam suatu kelompok ditentukan
oleh pengalaman, kecerdasan, minat, pengetahuan bahasa (pemerolehan
kosakata), dan kebutuhan dari kelompok tersebut. Secara umum, tujuan dari
membaca adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Memperoleh informasi
Menambah wawasan ilmu pengetahuan
Mengisi waktu luang (hiburan, hobi, dsb)
Sebagai prestise dalam kelas sosial
1

Henry Guntur Tarigan. Membaca; Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2008), cet. ke-1 revisi, hlm. 7.
2
Alek A. dan Achmad H.P. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana,
2010), cet. ke-1, hlm. 75.
3
Tarigan, Op.cit., hlm. 9.

7

8

Perbedaan kelas dan status sosial, membuat tiap orang (siswa) memiliki
tujuan yang berbeda-beda dalam membaca. Adapun tujuan membaca secara
khusus, adalah untuk:
1. Menemukan ide atau gagasan utama sebuah bacaan
2. Memperoleh fakta atau perincian akan sesuatu
3. Mengetahui urutan, susunan, dan organisasi dari suatu bacaan
4. Menyimpulkan atau refrensi
5. Menilai atau evaluasi
6. Mengelompokkan (klasifikasi)
7. Membandingkan sesuatu yang bertentangan.

Dengan diketahuinya tujuan umum dan khusus dalam membaca, dapat
diketahui pula bahwa tujuan utama seseorang dalam membaca adalah untuk
mencari, memperoleh, memahami, dan membandingkan informasi, baik
menyangkup isi maupun maksud serta makna dari bacaan.

2. Aspek Membaca
Membaca sebagai suatu keterampilan, memiliki dua aspek yakni:
a.

aspek keterampilan yang bersifat mekanis. Aspek ini menyangkup
pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur linguistik (fonem, kata, frase,
pola klausa, kalimat, dan lain-lain), pengenalan hubungan/korespondensi
pola ejaan dan bunyi, kecepatan membaca ke taraf lambat.

b.

aspek keterampilan yang bersifat pemahaman. Aspek ini menyangkup
memahami pengertian sederhana, memahami makna, evaluasi atau
penilaian, kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan
dengan keadaan.
Jika dalam bentuk bagan, maka akan seperti ini:

8
Bagan 2.1
Aspek Membaca
(Tarigan, 2008:14)

1. Pengenalan bentuk huruf
Keterampilan mekanis
(urutan lebih rendah)

2. Pengenalan unsur linguistik
3. Pengenalan hubungan bunyi dan huruf
4. Kecepatan membaca: lambat

Aspek-aspek
membaca

1. Pemahaman pengertian sederhana
Keterampilan pemahaman
(urutan lebih tinggi)

2. Pemahaman makna
3. Evaluasi/penilaian
4. Kecepatan membaca: fleksibel

Pada aspek keterampilan mekanis, aktivitas yang paling sesuai adalah
membaca nyaring dan membaca bersuara. Sedangkan untuk keterampilan
pemahaman, aktifitas yang paling tepat adalah membaca dalam hati. Adapun
membaca dalam hati dapat dibagi atas membaca ekstensif dan membaca intensif.
Gambaran lebih jelas mengenai jenis membaca ini dapat dilihat pada bagan
berikut ini.
Bagan 2.2
Membaca
(Tarigan, 2008:14)

Membaca
nyaring
Membaca

Membaca
Ekstensif

Membaca survei
Membaca sekilas
Membaca dangkal
Membaca teliti

Membaca
dalam hati

Membaca
telaah isi
Membaca
Intensif

Membaca pemahaman
Membaca kritis
Membaca ide-ide
Membaca bahasa

Membaca
telaah bahasa

9

Membaca sastra

108

Kedua bagan di atas menjelaskan bahwa membaca bukan hanya sekedar
aktifitas membaca, akan tetapi memiliki berbagai macam aspek yang
melatarbelakangi dan mengklasifikasikan kegiatan membaca tersebut. Selain
kedua aspek dan jenis membaca di atas, menurut tingkatannya membaca terbagi
menjadi dua, yaitu membaca permulaan dan pemahaman membaca (reading
comprehension). Membaca permulaan biasa dilakukan pada masa kanak-kanak,
yaitu pada masa pembinaan, dan penguasaan kosakata dalam bacaan. Sedangkan
pemahaman membaca baru terjadi ketika seseorang telah menguasai kosakata dan
mulai mencari maksud serta makna dari sebuah bacaan. Pemahaman membaca
adalah bentuk kegiatan membaca yang dilakukan untuk memperoleh informasi
akan sesuatu dan menjadikannya sebagai sebuah pemahaman baru bagi diri
pembaca untuk dapat lebih mengerti dan memahami akan sesuatu. Dengan
membaca, seorang pembaca akan menemukan sesuatu yang menjadi sebuah ide
atau pengetahuan akan sesuatu. Proses pemahaman suatu bacaan adalah
menemukan hubungan dari tiap ide pokok yang ada dengan ilmu lain atau dengan
kehidupan sehari-hari. Menurut Achdiah (dalam Alek dan Achmad H.P., 2010),
proses dalam memahami bacaan digolongkan dalam tiga jenjang, yaitu jenjang
pertama, membaca secara harfiah, adalah membaca hanya memahami sesuatu
sebagaimana adanya. Jenjang kedua, yaitu membaca antarbaris. Pada jenjang ini
pembaca menarik kesimpulan dari apa yang telah ia baca. Jenjang ketiga, yaitu
membaca lintas baris, yang melibatkan kemampuan aplikasi dan evaluasi.4
Dari kegiatan membaca pemahaman inilah maka akan muncul pemahaman
bacaan. “Pemahaman bacaan merupakan strategi membaca yang bertujuan
memberikan penilaian terhadap karya tulis yang melibatkan diri pada bacaan dan
membuat analisis yang tepat. Untuk membuat analisis yang tepat diperlukan
kemampuan aplikasi dan evaluasi.” 5 Dengan kata lain, pemahaman bacaan adalah
proses membaca yang melibatkan si pembaca dalam menggunakan kemampuannya untuk menganalisis, menilai, menginterpretasi, serta membandingkan suatu
konsep atau ide dari sebuah bacaan. Hal ini dilakukan agar pembaca tersebut

4
5

Alek, A. dan Achmad H.P., Op.cit., hlm. 79-80.
ibid. hlm. 81.

118

memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih matang serta kritis akan
sesuatu.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dikatakan bahwa membaca
adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk mendapatkan informasi,
pesan, dan ilmu pengetahuan dalam rangka menambah dan meningkatkan
pemahaman pembaca itu sendiri. Untuk memperoleh pesan yang ada pada sebuah
bacaan bergantung dari pemahaman tiap orang. Kemampuan pemahaman
membaca adalah bagaimana seseorang dapat memahami dengan baik apa pesan
yang disampaikan dalam suatu bacaan, sehingga informasi yang diserap dapat
diungkapkan kembali dengan tepat, baik secara lisan maupun secara tulisan serta
dalam tindakan.

B. Hakikat Cerita
Cerita adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal
(peristiwa, kejadian, dsb). Cerita merupakan karangan yang menuturkan
perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang baik yang sungguh-sungguh
terjadi maupun yang hanya rekaan belaka.6 Cerita di dalam karya sastra,
penyajiannya tentang „apa yang terjadi‟ dan „mengapa terjadi‟ merupakan unsur
yang penting. Peristiwa-peristiwa di dalam karya sastra dipengaruhi oleh pranata
sosial, kekuatan sejarah berskala besar (berbagai macam revolusi sosial), dan
bahkan kekuatan di luar kemampuan kontrol manusia (misalnya bencana alam
banjir, atau wabah penyakit).7 Cerita menurut Forster (dalam Burhan
Nurgiyantoro, 2005) adalah sebuah narasi berbagai kejadian yang sengaja disusun
berdasarkan urutan waktu. Sedangkan Kenny (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005)
mengartikan cerita sebagai peristiwa-peristiwa yang terjadi berdasarkan urutan
waktu yang disajikan dalam sebuah karya fiksi.8
Dalam sebuah karya fiksi, cerita merupakan aspek yang amat esensial. Ia
memiliki peranan sentral, di mana dari awal hingga akhir karya yang ditemui
6

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008), cet. ke-4, hlm.

7

B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), cet. ke-2, hlm. 72-

263.
73.
8

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2005), cet. ke-5, hlm. 91.

128

adalah cerita. Tanpa cerita, eksistensi sebuah karya fiksi tidak akan terwujud.
Karya fiksi berupa cerita, khususnya cerita pendek yang juga merupakan bagian
dari karya sastra dapat dilihat posisinya pada bagan berikut.
Bagan 2.3
Genre Sastra
(Jakob Sumardjo, dkk., 1991:18)

Sastra

Sastra
Non-Imajinatif: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Sastra
Imajinatif

Esei
Kritik
Biografi
Otobiografi
Sejarah
Memoar
Catatan Harian
Surat-surat

Puisi: 1. Epik
2. Lirik
3. Dramatik
Fiksi: 1. Novel
2. Cerita Pendek
3. Novelet
Prosa

Drama Prosa
1.
2.
3.
4.

Drama

Komedi
Tragedi
Melodrama
Tragedi-komedi

Drama Puisi

Dari bagan di atas dapat dilihat bahwa cerita pendek merupakan bagian dari
karya sastra imajinatif berbentuk prosa, di mana cerita yang diangkat merupakan
fiksi semata. Cerita pendek adalah cerita berbentuk prosa yang relatif pendek.
Cerita pendek atau cerpen, cenderung padat dan langsung pada tujuannya,
dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novela, novelet, dan
novel. Secara umum perbedaan dari keempat karya fiksi tersebut terletak pada
panjangnya kata yang digunakan. Pada cerita pendek, kata yang digunakan
berkisar antara 1500 sampai 15.000 kata, novela antara 20.000 sampai 25.000
kata, novelet antara 30.000 sampai 50.000 kata, dan novel sekitar 70.000 sampai

138

400.000 kata.9 Cerita pendek, memiliki unsur-unsur struktur yang tidak jauh
berbeda dengan cerita-rekaan (fiksi) lainnya. Adapun unsur struktur cerita-rekaan
(fiksi) yaitu alur, penokohan/perwatakan, latar, pusat pengisahan (point of view),
dan gaya bahasa.10 Selain adanya unsur struktur cerita tersebut, penggunaan kata
yang singkat pada cerita pendek juga dapat membuat cerita menjadi sukses. Cerita
atau materi isi dalam cerpen mencakup humor, petualangan, misteri, drama,
detektif, kajian psikologis tokoh, dan sebagainya. Cerita pendek merupakan cerita
dari sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada
tujuannya.
Cerita pendek identik dengan cerita untuk anak-anak, walaupun pada
kenyataannya cerita pendek juga ada yang untuk orang dewasa. Cerita pendek
untuk anak-anak biasanya bertema tentang persahabatan, pertolongan, detektif,
kegembiraan, dan lain sebagainya. Penggolongan cerita anak jika dilihat menurut
tingkat umur dan taraf lingkungan sekolah, maka dapat digariskan sebagai berikut:
1. Anak-anak prasekolah dan Taman Kanak-kanak
2. Para pembaca taraf pemula sampai dengan kelas tiga Sekolah Dasar
3. Pembaca yang duduk di bangku kelas empat sampai dengan kelas enam
sekolah dasar
4. Pembaca berusia remaja11
Pembagian ini ditinjau dari taraf perkembangan intelektual dan mental si
pembaca.

Namun,

pembagian

ini

memiliki

kelemahan

yaitu

sulitnya

menggolongkan jenis cerita anak menurut batas-batas jelas dan tegas karena
perkembangan dan kematangan jiwa serta pikiran pada setiap anak berbeda-beda.
Hal ini tidak hanya ditentukan oleh pendidikan semata, akan tetapi juga
ditentukan oleh bakat, pembawaan, kemampuan daya tanggap, pengalaman, dan
fasilitas ruang lingkup hidup si anak. Marion van Horne (dalam Wimanjaya K.
Liotohe, 1991) membedakan cerita anak menjadi:

9

Furqonul Aziez dkk., Menganalisis Fiksi; Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2010), cet. ke-1, hlm. 33.
10
Mursal Esten, Kesusastraan; Pengantar Teori & Sejarah, (Bandung: Angkasa, 2000), cet.
ke-10, hlm. 25-26.
11
Wimanjaya K. Liotohe, Petunjuk Praktis Mengarang Cerita Anak-anak, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1991), hlm. 22.

8
14

a. Fantasi atau karangan khayal
b. Realistic Fiction atau cerita khayal yang mengandung unsur kenyataan
c. Biografi atau riwayat hidup
d. Religious stories atau cerita-cerita agama
Sedangkan

untuk

lebih

sederhana,

Wimanjaya

K.

Liotohe

telah

menggolongkan cerita anak-anak menjadi tiga; yang pertama, cerita-cerita fiktif,
di mana di dalamnya termasuk dongeng umum, fabel, sage, legenda, dan mitos.
Kedua, yaitu cerita-cerita nonfiktif, di mana cerita jenis ini tidak mengandung
unsur khayalan, melainkan berpegang teguh pada kenyataan. Contohnya seperti
biografi atau riwayat hidup, kisah perjalanan, petualangan, kejadian sehari-hari
dan riwayat hidup orang-orang besar atau pahlawan. Pada cerita jenis ini, anakanak disuguhi masalah hidup yang nyata, seperti gelombang kesulitan hidup,
kegagalan, atau tragedi sekalipun. Yang ketiga, yaitu cerita-cerita informatif. Pada
cerita jenis informatif, anak-anak disuguhi tentang unsur-unsur yang mengandung
informasi atau unsur penerangan. Misalnya pada buku “Darahku buat Valentina”
karangan Wimanjaya K. Liotohe, yang mengisahkan pengalaman gadis kecil yang
ditimpa celaka dan mengharukan, tetapi di dalamnya terjalin pengetahuan tentang
seluk-beluk jenis darah, syarat-syarat donor darah, dan serba penerangan tentang
transfusi darah. Contoh lain seperti “Tono Beternak Kodok” karya A. Suroto,
“Garam Bola” dan “Bau Harum di Malam Hari” karya Ris Therik, dan lain
sebagainya.12
Selain pengelompokkan jenis-jenis cerita anak di atas, cerita anak juga dapat
dikelompokkan berdasarkan asal atau tempat cerita anak tersebut dibuat. Adapun
pengelompokkan tersebut yaitu, pengelompokkan cerita anak lokal (dalam negeri)
dan cerita anak internasional (luar negeri). Cerita anak lokal (dalam negeri) adalah
cerita anak yang dibuat oleh pengarang dalam negeri atau oleh pengarang yang
masih satu lokasi atau satu wilayah (negara) dengan pembacanya. Sedangkan
cerita anak internasional (luar negeri), merupakan cerita anak yang ditulis oleh
pengarang dari wilayah (negara) yang berbeda dengan pembacanya. Cerita anak
yang ditulis oleh pengarang dari luar wilayah (berbeda negara) dengan pembaca,
biasanya akan diterjemahkan ke dalam bahasa yang digunakan di wilayah atau
12

ibid, hlm. 23-24.

8
15

negara pembaca tersebut. Oleh karena itu, timbullah istilah cerita anak
terjemahan. Di Indonesia, cerita anak terjemahan merupakan cerita anak dari luar
negeri yang ditulis dalam bahasa di luar bahasa Indonesia, lalu diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia. Cerita anak terjemahan sangat baik untuk dipelajari bagi
anak-anak, karena selain menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang apa
yang dibaca, secara tidak langsung anak-anak juga akan dapat mengetahui
kebiasaan, budaya, dan adat istiadat dari negara tempat asal cerita anak
terjemahan tersebut berada.

C. Hakikat Peta Pikiran (Mind Map)
Peta pikiran adalah sebuah teknik yang dipopulerkan oleh Tony Buzan pada
tahun 1970-an. Pada salah satu buku Tony Buzan, Michael Michalko berpendapat
bahwa peta pikiran adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap
pemikiran linier. Peta pikiran menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai
pikiran dari segala sudut. Sedangkan menurut Tony Buzan sendiri, peta pikiran
adalah suatu teknis grafis yang memungkinkan kita untuk mengeksplorasi seluruh
kemampuan otak kita untuk keperluan berpikir dan belajar.13
Peta pikiran merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan
menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu
kesan yang lebih dalam.14 Dengan kata lain, peta pikiran merupakan teknik
memetakan konsep atau teknik mencatat informasi yang disesuaikan dengan cara
otak memproses informasi yang memfungsikan otak kanan dan otak kiri secara
sinergis (bersamaan dan saling melengkapi) sehingga informasi lebih banyak dan
lebih mudah diingat. Teknik peta pikiran adalah teknik mencatat yang sangat baik
dan sangat membantu kita dalam mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan
pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, serta memberikan
wawasan baru.
Peta pikiran berbentuk suatu gambar keseluruhan dari suatu topik. Gagasan
utama diletakkan di tengah-tengah halaman dan sering dilengkapi dengan
13

Sutanto Windura. Mind Map: Langkah Demi Langkah, (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2010), cet. ke-4, hlm. 16.
14
Femi Olivia. Visual Mapping, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010), cet. ke-1,
hlm. 3.

8
16

lingkaran, persegi, atau bentuk-bentuk lain. Dari gagasan utama, ditambahkan
cabang-cabang untuk setiap point atau gagasan utama. Jumlahnya bervariasi
tergantung dari jumlah gagasan atau segmen, serta hal-hal yang berkaitan dengan
gagasan utama. Tiap-tiap cabang dikembangkan untuk detail dengan menuliskan
kata kunci atau frase dan dapat pula berupa singkatan. Sedangkan simbol-simbol
dan ilustrasi-ilustrasi dapat ditambahkan untuk menambatkan ingatan yang lebih
baik. Untuk itu, peta pemikiran terbaik adalah peta pemikiran yang warna-warni
dan menggunakan banyak gambar dan simbol; biasanya tampak seperti karya
seni.15 Contoh dari peta pikiran adalah sebagai berikut.
Gambar 2.1
Contoh Peta Pikiran “Liburanku”

15

22:16.

PKAB, Peta Konsep, terdapat di http://bit.ly/laC1xT, diakses Kamis, 07 April 2011, pukul

178

Gambar 2.2
Contoh Peta Pikiran “Target Tahunan dan Harian”

Gambar 2.3
Contoh Peta Pikiran “Belajar Bahasa Asing”

Dari beberapa contoh peta pikiran di atas, dapat terlihat bahwa peta pikiran
bukan hanya dapat digunakan untuk membantu proses belajar di sekolah akan

8
18

tetapi juga dapat digunakan dalam berbagai hal, yaitu merancang liburan (gambar
2.1), target tahunan dan harian (gambar 2.2), serta belajar bahasa asing (gambar
2.3).
Peta pikiran yang merupakan kegiatan atau penelaahan pemahaman dengan
cara menvisualisasikan ide dengan gambar, garis, dan warna adalah teknik yang
sangat efektif dan efisien untuk digunakan. Teknik peta pikiran merupakan
alternatif baru untuk kegiatan belajar-mengajar, di mana pada proses
pelaksanaannya siswa dihadapkan pada sebuah ide atau suatu teks bacaan untuk
kemudian membuat sebuah peta atau bagan atau gambar apapun yang dapat
membuatnya lebih mudah untuk mengingat dan memahami apa yang telah dibaca.
Hal ini dilakukan untuk mempermudah dan memperkuat ingatan siswa terhadap
sesuatu serta mempermudah siswa untuk melihat pilihan-pilihan (alternatif)
terhadap suatu masalah. Jadi, secara umum peta pikiran tidak hanya dapat
dilakukan pada kegiatan pembelajaran, akan tetapi pada semua hal termasuk
kegiatan sehari-hari.

D. Peningkatan Pemahaman Bacaan Cerita Anak Terjemahan melalui
Teknik Peta Pikiran
Setiap pengajaran pastilah menggunakan suatu cara, baik berupa metode,
strategi, maupun teknik. Teknik adalah suatu cara yang digunakan untuk
mempermudah sesuatu. Teknik peta pikiran adalah cara memetakan pikiran dalam
bentuk simbol, gambar, kata-kata dan lain sebagainya. Selain itu, dalam
penggunaan teknik peta pikiran sangat disarankan untuk menggunakan warna dan
variasi gambar. Peta pikiran merupakan teknik praktis yang menitikberatkan siswa
sebagai subjek pengajaran. Dengan menerapkan teknik peta pikiran diharapkan
siswa dapat lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan membaca sehingga kegiatan
membaca dapat membuat pemahaman siswa lebih meningkat. Peningkatan
pemahaman bacaan yang ingin dicapai dalam penggunaan teknik peta pikir

Dokumen yang terkait

Pengaruh teknik mencatat (mind map) terhadap hasil belajar Matematika siswa

0 18 140

Pengaruh Teknik Mencatat Menggunakan Peta Pikiran (Mind Map) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SD Pada Aspek Elaborasi

0 25 214

Pengaruh penggunaan teknik mind map terhadap pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA di Kelas V MIN 16 Cipayung

1 34 208

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA MATA PELAJARAN Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode Peta Pikiran ( Mind Mapping ) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV Di SD Negeri 03 Kaliso

0 1 11

PENINGKATAN KEMAMPUAN VOCABULARY DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI TEKNIK PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) Peningkatan Kemampuan Vocabulary Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris melalui Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas V SDN 03 Sumb

0 0 15

PENDAHULUAN Peningkatan Kemampuan Vocabulary Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris melalui Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas V SDN 03 Sumberejo Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 7

PENDAHULUAN Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas 3 Di Sd Negeri 1 Baran Tahun Pelajaran 2011/2012”.

0 0 7

PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELAUI TEKNIK PETA PIKIRAN(MIND MAP).

1 9 40

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI TEKNIK PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII DI SEKOLAH LUAR BIASA MARSUDI PUTRA I.

0 0 233

Mind Map Peta Pikiran Apa dan Bagaimana

0 0 7