79
Tabel 3.4 Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Pedagang dalam
Pengelolaan Kebersihan Faktor pendukung
Faktor penghambat Faktor
pendorong Faktor penarik
Internal Eksternal
- Kesadaran
pedagang akan pentingnya
mematuhi tata tertib yang ada
- Kesadaran
pedagang sebagai bagian
dari
TSTJ Surakarta
- Adanya rapat-
rapat yang
diadakan menjelang
event-event
di TSTJ
- Masih
banyaknya pedagang yang
tidak berjualan setiap hari
- Masih
banyaknya pedagang yang
tidak bisa hadir dalam
pertemuan- pertemuan PBTJ
- Kekhawatiran
pedagang bila
tidak dilibatkan dalam
perencanaan- perencanaan
menjelang
event- event
tertentu
- Kesadaran
pedagang akan pentingnya
menjaga kebersihan
lingkungan -
Himbauan PBTJ
kepada pedagang untuk
menaati peraturan-
peraturan yang ada
- Waktu
berdagang yang tidak setiap hari
- Waktu
pelaksanaan kerja bakti yang
terkadang tidak pasti
- Minimnya
jumlah petugas kebersihan
di TSTJ
- Perilaku
pengunjung yang suka membuang
sampah sembarangan
- Keinginan
pedagang untuk
mendapatkan hasil
yang maksimal dari
usahanya -
Adanya
event- event
yang diadakan TSTJ
Surakarta untuk menarik
pengunjung -
Adanya sebagian
dagangan yang harus
dibuang karena
tidak kunjung laku
- Situasi
TSTJ Surakarta
yang ramai
pengunjung pada hari-hari tertentu
saja
Sumber: Data primer 2008
D. Analisa Pembahasan
Pengelolaan kebersihan di Taman Satwa Taru Jurug TSTJ Surakarta merupakan salah satu bentuk usaha dalam memajukan kepariwisataan di
Surakarta pada khususnya dan Jawa Tengah pada umumnya. Keikutsertaan
80
seluruh elemen masyarakat dalam pengelolaannya menjadi hal yang perlu mendapat perhatian di tengah era otonomi daerah dewasa ini yang
memberikan ruang seluas-luasnya kepada pemerintah daerah untuk berlomba- lomba memajukan daerahnya secara mandiri dan terbebas dari campur tangan
pemerintah pusat secara mutlak. Sangat disadari oleh para pembuat kebijakan, bahwa pariwisata
merupakan
clean and safe industry
, oleh karena itu dalam rangka menghadirkan bisnis pariwisata di Indonesia dituntut adanya berbagai jaminan
agar lingkungan, baik sosial, politik, ekonomi dan bidaya senantiasa berada dalam kondisi stabil dan terjamin keamanan dan kenyamanannya, karena pada
hakekatnya pariwisata merupakan industri yang sangat rentan akan gangguan keamanan. Untuk mewujudkan suatu lingkungan yang nyaman di TSTJ
Surakarta, salah satu upayanya adalah dengan melalui pengelolaan kebersihan lingkungan yang baik secara rutin.
Pedagang sebagai salah satu bagian besar dari TSTJ Surakarta mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam mewujudkan kondisi tersebut.
Partisipasi pedagang dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil pengelolaan kebersihan merupakan tindakan sosial yang didasarkan pada
tujuan bersama yaitu mewujudkan sebuah lingkungan daerah wisata yang asri, nyaman dan terjaga kelestariannya dengan tidak mengesampingkan
pendapatan pedagang yang ada di TSTJ Surakarta. Menurut Weber, atas dasar rasionalitas tindakan sosial, maka tipe tindakan sosial pedagang dalam
berpartisipasi dapat dibedakan menjadi:
81
1. Zwerk rational action
Tindakan murni. Aktor dalam hal ini pedagang tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapi tujuannya tapi juga menentukan
nilai dari tujuan itu sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari partisipasi pedagang yang ikut menghadiri pertemuan-pertemuan atau rapat-rapat
dalam merencanakan cara yang terbaik untuk mencapai keberhasilan pengelolaan kenersihan di TSTJ Surakarta.
2. Werkrational action
Tipe tindakan ini aktor tidak menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk
mencapai tujuan yang lain. Tipe tindakan dapat dilihat dari tindakan pedagang yang berpartisipasi memberikan bantuan tenaga dan meluangkan
waktu untuk mendukung pelaksanaan pengelolaan kebersihan di TSTJ kerja bakti tapi mereka belum bisa memanfaatkan secara optimal
kegiatannya untuk kemajuan mereka.
3. Traditional action
Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu di masa lalu saja. Para pedagang yang berpartisipasi
dalam memanfaatkan sisa-sisa kayu hasil pengelolaan kebersihan di TSTJ Surakarta untuk memasak merupakan tindakan yang sudah mereka
lakukan sejak jaman dahulu. Sedangkan tradisi Syawalan di TSTJ Surakarta merupakan bentuk tindakan tradisional yang baik secara tidak
82
langsung berkaitan dengan partisipasi pedagang dalam pengelolaan kebersihan di TSTJ Surakarta.
Partisipasi pedagang dalam pengelolaan kebersihan di Taman Satwa Taru Jurug Surakarta dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu:
1. Partisipasi dalam perencanaan
Idea planning stage
Partisipasi dalam perencanaan hanya dilakukan oleh pedagang yang terlibat di dalam kepengurusan paguyuban pedagang. Partisipasi
pedagang yang menjabat sebagai pengurus paguyuban sudah tumbuh saat mulai dibukanya forum yang memungkinkan para pedagang tersebut untuk
berpartisipasi secara langsung di dalam proses pengambilan keputusan tentang pengelolaan kebersihan di TSTJ Surakarta. Dalam proses ini
meliputi menerima dan memberi informasi, gagasan, tanggapan serta saran, ataupun menerima dengan syarat dan merencanakan pengelolaan
kebersihan. 2.
Partisipasi dalam pelaksanaan
Implementation stage
Partisipasi dalam pelaksanaan pengelolaan kebersihan Taman Satwa Taru Jurug Surakarta adalah sebagai pemerataan sumbangan
pedagang dalam bentuk tenaga kerja bakti, uang retribusi, waktu dan lain sebagainya.
3. Partisipasi dalam pemanfaatan
Utilization stage
Partisipasi dalam pemanfaatan adalah memetik hasil ataupun memanfaatkan pengelolaan kebersihan di TSTJ Surakarta seperti misalnya
dirasakannya lingkungan yang nyaman dan asri maupun mengambil hasil dari proses pelaksanaan pengelolaan kebersihan di TSTJ Surakarta.
83
Partisipasi pedagang TSTJ Surakarta apabila dilihat dari pendekatan Dusseldorp
yang membedakan
partisipasi berdasarkan
derajad kesukarelaannya, adalah sebagai berikut:
1. Partisipasi bebas. Yaitu partisipasi yang dilandasi oleh rasa kesukarelaan
pedagang untuk mengambil bagian dalam kegiatan pengelolaan kebersihan di TSTJ Surakarta
2. Partisipasi spontan. Yaitu partisipasi yang terbentuk secara spontan dari
keyakinan dan pemahaman sendiri tanpa adanya pengaruh yang diterimanya dari penyuluhan atau bujukan yang dilakukan oleh pihak lain
baik individu maupun lambaga masyarakat 3.
Partisipasi terinduksi. Yaitu partisipasi karena adanya pengaruh, bujukan, penyuluhan dari pemerintah, lembaga masyarakat ataupun oleh lembaga
sosial setempat atau individu. Partisipasi pedagang dalam pengelolaana kebersihan di Taman Satwa
Taru Jurug Surakarta pada umumnya merupakan partisipasi yang bebas, dimana para pedagang tidak mendapat tekanan dari pihak manapun termasuk
dari pengelola pemerintah. Hal tersebut karena para pedagang sadar akan manfaat yang mereka dapatkan, selain itu para pedagang juga merasa sebagai
bagian tak terpisahkan dalam tubuh TSTJ Surakarta. Namun keberadaan pemerintah dalam hal ini pengelola TSTJ Surakarta juga memiliki andil yang
cukup besar dalam mendukung keberhasilan pengelolaan kebersihan di TSTJ Surakarta.
Partisipasi pedagang dalam pengelolaan kebersihan di TSTJ Surakarta diwujudkan dengan keikutsertaan mereka dalam rapat-rapat, memberikan ide,
84
gagasan serta meluangkan waktu dan tenaganya untuk bersama-sama membantu petugas kebersihan dalam pengelolaan kebersihan.
Partisipasi pedagang di TSTJ Surakarta, sesuai dengan pendekatan partisipasi oleh Verhangen yang menyatakan bahwa partisipasi merupakan
suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang terkait dengan pembangunan kewenangan, tanggung jawab dan manfaat. Sehubungan dengan
hal itu berbagai kegiatan partisipasi meliputi: 1.
Menjadi anggota kelompok-kelompok sosial. Dalam hal ini adalah Paguyuban Bakul Taman Jurug PBTJ Surakarta.
2. Melibatkan diri dalam kegiatan diskusi kelompok
3. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk menggerakkan
partisipasi pedagang lain. Misalnya kerja bakti di TSTJ 4.
Menggerakkan sumber daya masyarakat dalam hal ini pedagang 5.
Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan. Dalam hal ini mengikuti rapat-rapat yang diadakan.
6. Memanfaatkan hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakat pengelolaan
kebersihan Keikutsertaan para pedagang dalam menjaga kelestarian lingkungan
TSTJ Surakarta merupakan suatu hal yang pantas dihargai dan penting bagi keberhasilan pengelolaan kebersihan di TSTJ Surakarta.
Pedagang mempunyai hal-hal yang dapat mendukung dalam berpartisipasi, yaitu antara lain kesadaran diri pedagang akan pentingnya
mematuhi peraturan yang berlaku, kesadaran pedagang sebagai bagian dari
85
TSTJ Surakarta serta keinginan pedagang untuk memajukan usahanya. Selain itu juga ada hal-hal yang menarik pedagang untuk berpartisipasi, yaitu antara
lain adanya rapat-rapat yang diadakan TSTJ Surakarta serta adanya
event- event
acara yang diadakan oleh TSTJ Surakarta untuk menarik pengunjung. Namun, pedagang juga menghadapi berbagai hambatan dalam
berpartisipasi di dalam pengelolaan kebersihan TSTJ Surakarta. Hambatan- hambatan tersebut yaitu antara lain adalah masih banyaknya pedagang yang
belum membuka warungnya setiap hari sehingga pedagang tidak berada di lingkungan TSTJ Surakarta ketika mereka tidak berdagang. Hambatan lainya
adalah masih banyaknya pedagang yang belum bisa menghadiri pertemuan- pertemuan yang diadakan, baik oleh pengelola TSTJ maupun pengurus PBTJ
dikarenakan kesibukan mereka masing-masing di luar berdagang di TSTJ Surakarta. Hambatan lainnya adalah kurangnya jumlah petugas kebersihan di
TSTJ Surakarta serta kondisi TSTJ Surakarta yang belum dipadati pengunjung setiap hari. Dalam artian, ramainya pengunjung hanya pada hari-hari tertentu
saja. Hambatan-hambatan yang dialami oleh pedagang merupakan sebuah
realita sosial dimana aktor memiliki kemampuan yang terbatas untuk melakukan suatu tindakan sosial. Pedagang berhadapan dengan sejumlah
kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan kondisi di bawah kendali dari nilai-nilai,
norma-norma yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan.
86
Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Talcot Parsons. Dia menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dimana individu sebagai aktor
memburu tujuan-tujuan tertentu. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya. Aktor dalam hal ini para pedagang
berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan yaitu terciptanya lingkungan yang asri dan
nyaman di tempat berdagangnya yaitu lingkungan TSTJ Surakarta. Kendala yang berupa situasi dan kondisi yang sebagian dapat dikendalikan dan
kemudian memunculkan solusi bersama untuk keberhasilan tujuan bersama yaitu kemajuan Taman Satwa Taru Jurug Surakarta
Keseluruahn hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada matrik di bawah ini:
Matrik 3.1 Partisipasi Padagang dalam Pengelolaan Kebersihan
No. Aspek
PengurusAnggota Hasil Temuan
1. Perencanaan
Pengurus a. Mengikuti rapat-rapat yang
diadakan b. Memberikan usulan dalam
rapat-rapat c. Mengetahui usaha dan
peraturan TSTJ Surakarta tentang kebersihan
d. Menyampaikan hasil rapat kepada pedagang lain.
2. Pelaksanaan Pengurus, anggota
a. Mengikuti kerja bakti b. Membantu petugas
kebersihan TSTJ Surakarta c. Rutin membersihkan tempat
berdagang d. Membayar retribusi
e. Memiliki alat-alat kebersihan
f. Mentaati peraturan kebersihan yang berlaku
g. Menjaga kelestarian
87
lingkungan dengan cara menanam tanaman pada
lahan rawan longsor secara swadaya
3. Pemanfaatan hasil
Pengurus, anggota a. Membuka warung setiap hari
b. Merasakan betah berdagang di TSTJ Surakarta
c. Memanfaatkan sisa-sisa ranting dan kayu untuk
keperluan memasak dan lain-lain
Matrik 3.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi
No. Aspek
Hasil Temuan 1.
Pendukung a. Kesadaran pedagang akan pentingnya
mematuhi peraturan yang berlaku b. Kesadaran pedagang sebagai bagian tak
terpisahkan dari TSTJ Surakarta c. Kesadaran pedagang akan pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan. d. Keinginan pedagang untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dari usaha berdagangnya.
e. Adanya rapat-rapat yang diadakan pengelola menjelang
event-event
di TSTJ f. Himbauan PBTJ kepada anggotanya untuk
mematuhi peraturan yang berlaku g. Adanya
event-event
yang diadakan oleh TSTJ Surakarta
2. Penghambat
a. Masih banyaknya pedagang yang tidak berjualan setiap hari.
b. Masih banyaknya pedagang yang belum menghadiri pertemuan PBTJ secara rutin
c. Kekhawatiran pedagang bila tidak diikutkan dalam rapat-rapat di kemudian
d. Waktu berdagang pedagang yang tidak menentu.
e. Pelaksanaan kerja bakti yang terkadang berbenturan dengan kesibukan pedagang
f. Minimnya jumlah petugas kebersihan TSTJ Surakarta
g. Kondisi TSTJ Surakarta yang ramai pada hari-hari tertentu saja.
88
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Umum
Taman Satwa Jaru Jurug TSTJ Surakarta merupakan sebuah obyek wisata kebun binatang yang terletak di Kota Surakarta. Selain memiliki
lingkungan yang asri di tengah kota sebagai hutan kota, lokasinya yang strategis yaitu di tepi Sungai Bengawan Solo, dekat dengan Taman Makam
Pahlawan dan perguruan tinggi, serta berada di tengah-tengah jalur transportasi antar kota, memudahkan bagi wisatawan untuk mencapai kawasan
wisata ini. Dengan potensi yang dimiliki, TSTJ Surakarta diharapkan mampu
menjadi salah satu alternatif tujuan wisata di Jawa Tengah pada umumnya dan Surakarta pada khususnya, sehingga akan meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitarnya termasuk para pedagang yang ada di dalamnya. Dan salah satu syarat yang harus dimiliki TSTJ Surakarta untuk mencapai tujuan
tersebut adalah lingkungan yang nyaman dan asri yang senantiasa berada dalam kondisi stabil dan terjamin kelestarian, kebersihan dan keamanannya.
Untuk itu perlu adanya upaya-upaya untuk mewujudkan hal tersebut. Salah satu upaya untuk mewujudkan lingkungan yang asri dan nyaman adalah
dengan memaksimalkan usaha dalam mengelola kebersihan di lingkungan TSTJ Surakarta. Dalam mengelola kebersihan lingkungannya, dibutuhkan
partisipasi dari semua pihak yang ada di TSTJ Surakarta, baik itu pengunjung maupun para pedagang yang ada di TSTJ Surakarta.