Peran modal sosial dalam pemberdayaan perempuan pada sektor informal (studi kasus pada pedagang warung nasi)

PERAN MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN PADA SEK TOR INFORM AL
(Studi K asus Pada Pedagang Warung Nasi
Di Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Menempuh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos)

Disusun Oleh

RAHM I GARNASIH
(106032201119)

JURUSAN SOSIOLOGI
FAK ULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF H IDAYATULLAH
JAK ARTA
2011

ABSTRAK


Rahmi Garnasih. Peran Modal Sosial dalam Pemberdayaan
uan
pada Sektor Informal (Studi Pada Pedagang Warung Nasi di Kampung Lio Pasar
Depok Lama Pancoran Mas Depok) Skripsi, Jakarta: Jurusan Sosiologi, Fakultas
ilmu Sosial dan Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Modal sosial terdiri dari beberapa elemen, yaitu norma, trust , dan jarin gan.
Semuanya akan diteliti melalui gambaran sektor informal dilihat dari perempuan
yang bekerja sebagai pedagang Nasi di Kampung Lio Pasar Depok Lama
Pancoran Mas Depok. Permasalahan penelitian yang akan dijawab pada penelitian
ini yaitu mengetahui gambaran modal sosial dan peranannya terhadap
pemberdayaan perempuan pada sektor informal. Tujuan penelitian ini adalah
Untuk mengetahui gambaran modal sosial dan peran pemberdayaan perempuan
pedagang nasi di Kampung Lio Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok.
Selanjutnya, penelitian ini dapat berguna sebagai masukan
menentukan
kebijakan yang tepat oleh stakeholder terhadap pemberdayaan perempuan,
khususnya pedagang perempuan.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan meto pengumpulan data,
wawancara dan observasi pedagang perempuan yang berlokasi di Pasar Depok

Lama Pancoran Mas Depok.
Penelitian ini menghasilkan jawaban tindakan yang diakui oleh pedagang
mencerminkan norma informal berlanjut kepada timbulnya trust diantara
pedagang dan pihak-pihak yang berinteraksi dengan pedagang sehingga adanya
nilai-nilai yang dibangun bersama (sosiabilitas). Aturan -aturan informal yang
berlaku di kelompok pedagang mampu mereka patuhi bersama, meskipun tidak
ada perjanjian tertulis. Sehingga aturan-aturan informal tersebut menjadi normanorma tersendiri yang berkembang serta dilaksanakan secara bersama-sama.
Maka, peran norma dikelompok pedagang sebagai pembentuk aturan -aturan
informal yang mengiringi proses interaksi diantara pedagang dengan pihak-pihak
yang berhubungan dengan pedagang, khususnya pedagang masakan matang.
Peran jaringan di kelompok pedagang nasi diantaranya adalah bertambahnya
jumlah pelanggan, pedagang mudah memperoleh bahan -bahan baku, perilaku
saling membantu diantara pedagang, pedagang mendapatkan rasa aman, pedagang
memperoleh dukungan dari anggota keluarganya dalam menjalankan usahanya.

K ATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat llah SWT yang
telah memberikan segala karunia besar-Nya kepada kita semua, penggenggam
setiap kejadian, pengangkat setiap kemuliaan dan penye urna kebahagiaan.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai
hamba pilihan yang membimbing umatnya untuk menemui jalan Tuhan -Nya dan
seluruh keluarga, sahabat serta um at-Nya sepanjang zaman.
Dengan rasa puji syukur penulis panjatkan kehadirat-Nya dengan sifat
Rahman, Rahim -Nya serta meyakini bahwa Allah SWT memiliki kuasa diatas
keinginan hamba-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:
“Peran Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Perempuan Pada Sektor Informal
(Studi Kasus Pada Pedagang Warung Nasi di Pasar Depok Lama Pancoran Mas
Depok”.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih kepada pihakpihak yang telah membantu, memberikan dorongan serta motivasinya, diantaranya
:

1. Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendy, MA, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik beserta para pembantu Dekan.

2. Bapak Zulkifly, Ph. D, Ketua Jurusan Sosiologi.
3. Ibu Joharotul Jamilah, M. Si, Sekretaris Jurusan Sosiologi
4. Bapak Jajang saprijal, yang telah banyak membantu dalam mengurus nilai
5. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, Dosen Pembimbing skripsi yang
telah banyak meluangkan waktunya serta banyak memberikan masukkan

kepada penulis mengenai penelitian yang penulis kerjakan semoga Allah
SWT memberikan kesehatan kepada beliau serta membalas
ibadah beliau.

amal

6. Bapak Hendro Prasetyo, Ph. D, Dosen Penasehat Akademik, Kepada
Dosen Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.
7. Bapak/Ibu Dosen Fakuktas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya
kepada penulis sewaktu berada di bangku kuliah.

8. Pimpinan dan segenap karyawan Perpusatakaan Utama dan

ustakaan

Ushuluddin yang telah memfasilitasi penulis dalam mencari bahan literatur
berkaitan dengan penulisan skripsi ini.


9. Para informan yang telah bersedia penulis wawancarai berkaitan dengan
pengumpulan data dalam penulisan skripsi.
10. Kepada Orang Tua Penulis, Ayahanda Tukiman (Alm) yang

lu

berjuang untuk anak-anaknya semoga amal ibadahnya selama beliau hidup
di terima Allah SWT. Amin dan Ibunda Isah Sariyah

yang selalu

mendo’akan penulis setiap nafasnya. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan perlindungan, kesehatan kepada beliau dan semoga apa yang
beliau inginkan selama ini untuk ibadah berangkat ke Tanah Suci di
kabulkan. Amin.

11. Kepada kakak-kakak tersayang Sri Utami, SE, Wiwik Puji Widodo, Bdn
Suliyanti, Drs. Mas’ad Hadianto. Terimakasih untuk sem


jasa-jasa

kalian tak kan pernah ku lupakan.

12. Kepada ponakan ku Firdha, Erinda, Dania, Jelita, Dina, Adlian dan sepupu
ku semuanya Ika, Putri, Lintang terima kasih atas hari-harinya.

13. Kepada Oman Hidayatur Rahman yang telah memberikan motivasi dan
doa yang tak pernah putus, semoga kebaikannya di balas oleh Allah SWT.

14. Seluruh teman -teman angkatan 2006 Sosiologi, Kelompok Kuliah Kerja
Nyata (KKN), Kosan Sri Makmur, teman -teman asrama, Tya Kristya
Anyarani, Mitri Handayani, Lesti Trianasari, Jehan, Betri, Ilham, Bima,
Ones dan kepada orang yang pernah hadir dalam hidup ku. Terima kasih
untuk teman -teman ku semua yang telah memberikan motivasi kepada

penulis.
15. Kepada semua teman -teman dan orang-orang yang belum bisa disebut satu
persatu namun tak mengurangi rasa terimakasih penulis.


Depok,

Mei 2011

Rahmi Garnasih

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

A. .................................................................................................... L
atar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B. .................................................................................................... P
embatasan dan Perumusan Masalah ....................................................... 7


C. .................................................................................................... T
ujuan Penelitian ........................................................................................ 7

D. .................................................................................................... M
anfaat Penelitian ....................................................................................... 7

E. .................................................................................................... T
injauan Penelitian sejenis ........................................................................ 7

F. ..................................................................................................... M
etodologi Penelitian
................................................................................................................... 1
1
G. .................................................................................................... S
istematika Penulisan

................................................................................................................... 1
5
BAB II TINJAUAN TEORITIS
...................................................................................................................................... 1

6

A. .................................................................................................... M
odal Sosial

................................................................................................................... 1
6
1. ............................................................................................... P
engertian Peran

............................................................................................................. 1
6
2. ............................................................................................... P
engertian Modal Sosial

............................................................................................................. 1
8
3. ............................................................................................... D
imensi Modal Sosial


............................................................................................................. 2
3
4. ............................................................................................... P
eran dan Fungsi Modal Sosial

............................................................................................................. 2
4
B. .................................................................................................... P
emberdayaan

................................................................................................................... 2
5
1. ............................................................................................... P
engertian Pemberdayaan
............................................................................................................. 2
5
2. ............................................................................................... T
ujuan Pemberdayaan

............................................................................................................. 2

7
3. ............................................................................................... T
ahapan Pemberdayaan

............................................................................................................. 2
8
4. ............................................................................................... S
trategi Pemberdayaan

............................................................................................................. 3
1

C. .................................................................................................... P
emberdayaan Perempuan

................................................................................................................... 3
2
1. ............................................................................................... P
engertian Pemberdayaan Perempuan

............................................................................................................. 3
1
2. ............................................................................................... T
ujuan Pemberdayaan Perempuan

............................................................................................................. 3
4
3. ............................................................................................... C
iri Khas Pemberdayaan Perempuan
............................................................................................................. 3
6
D. .................................................................................................... S
ektor Informal

................................................................................................................... 3
7
1. ............................................................................................... P
engertian Sektor Informal

............................................................................................................. 3
8
2. ............................................................................................... J
enis-jenis Sektor Informal
............................................................................................................. 4
0
BAB III MODAL SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA
SEKTOR INFORMAL
...................................................................................................................................... 4
0

A. ......................................................................................................... G
ambaran Obyek Penelitian

......................................................................................................................... 4
0
1. ..................................................................................................... J
umlah dan Mata Pencaharian Penduduk di Kel. Pancoran Mas
Kec.Pancoran Mas Depok
................................................................................................................... 4
2
2. ..................................................................................................... K
ondisi Ekonomi Penduduk di Kel. Pancoran Mas Kec. Pancoran Mas

Depok
................................................................................................................... 4
4

3. ..................................................................................................... K
ondisi Sosiologis Penduduk di Kel. Pancoran Mas Kec. Pancoran Mas

Depok
................................................................................................................... 4
7
B. Gambaran Umum Pedagang Jenis Masakan Matang di Kampung Lio Pasar
Depok Lama Kelurahan Pancoran Mas Depok
......................................................................................................................... 5
1
C. Gambaran Modal Sosial dan Pemberdayaan Perempuan Pada Sektor
Informal
......................................................................................................................... 5
5

1. .......................................................................................................... K
eterikatan Terhadap Aturan Informal di dalam Kelompok Pedagang

......................................................................................................................... 5
5
2. .......................................................................................................... I
mplikasi Trust terhadap Pemberdayaan Perempuan

......................................................................................................................... 6
0
3. .......................................................................................................... J
aringan Personal Perempuan Pedagang

......................................................................................................................... 6
5

D. Peran Modal Sosial Terhadap Pemberdayaan Perempuan
............................................................................................................................... 6
9

BAB IV PENUTUP
...................................................................................................................................... 7
1

A. ......................................................................................................... K
esimpulan
......................................................................................................................... 7
1
B. .......................................................................................................... S
aran
......................................................................................................................... 7
3
DAFTAR PUSTAKA
...................................................................................................................................... 7
4
LAMPIRAN
...................................................................................................................................... 7
6

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Gejala sosial terkait dengan perempuan yang bekerja di sektor
informal bukanlah hal yang asing lagi di masyarakat, terutama di daerah
pekotaan (Urban). Sektor informal telah terbukti menjadi kutub pengaman
bagi masyarakat miskin terutama di Negara-negara yang sedang berkembang
seperti di Indonesia.1
Kegiatan yang dilakukan oleh perempuan di sektor informal
merupakan kesempatan bagi perempuan untuk melakukan aktifitas produksi
di tengah -tengah kondisi ekonomi yang kurang mendukung bagi kelompok
miskin. Tujuan kegiatan yang dilakukan oleh perempuan semata-mata tidak

1

Ratih Dewayanti & Erna Ernawati Chotim, Marjinalisasi & Eksploitasi Perempuan Usaha
Mikro Di Pedesaan Jawa, (Bandung: Yayasan AKATIGA, 2004)

terlepas dari pentingnya kelangsungan hidup dari para

keluarga yang

dimilikinya.

Kegiatan perempuan di sektor informal memainkan peranan penting di
dalam pembangunan masyarakat yang mencerminkan pemberdayaan. Pada
dasarnya, konsep pemberdayaan menyangkut kekuatan sosial dan informal
tentang sumber-sumber keuangan.

Pengembangan sumber daya bagi perempuan atau pemberdayaan
terhadap perempuan secara umum akan dapat meningkatkan peranan
perempuan Indonesia dalam pembangunan Negara ini. Ini merupakan
kesempatan bagi perempuan untuk dapat arena bekerja di ruang publik pada
masa transisi yakni ke arah industrialisasi, yang terutama terjadi di daerah

perkotaan.
Tabel di bawah ini akan memberikan gambaran betapa pentingnya
peranan perempuan di sektor informal karena kaum perem

n ternyata lebih

banyak memberikan kontribusi di sektor informal di bandingkan dengan lakilaki. 2

2

Aida Vitalaya Hubeis, Akses Perempuan Terhadap Sumber Permodalan, Makalah Yang
Disampaikan Dalam Acara Silaturahmi Dan Semiloka Nasional Perempuan Parlemen se
Indonesia, Jakarta 22-24 November 2006 , di gedung Nusantara IV DPR RI dan Hotel Sahid
Jakarta.

Tabel 1.1

Persentase Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Dan Jenis
Kelamin Tahun 2001-2004
Status
Pekerjaan
Formal

Informal

Jenis
Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Kesenjangan
Gender
Perempuan
Laki-laki
Kesenjangan
Gender

2001

2002

2003

2004

25,90
36,14
10,24

24,75
33,55
8,80

23,57
31,89
8,32

24,73
33,40
8,67

74,10
63,86
10,24

75,25
66,45
8,80

76,43
68,11
8,32

75,27
66,60
8,67

Program pemberdayaan untuk perempuan pernah berhasil dilakukan
di Bangladesh. Program ini salah satu model pemberdayaan bagi perempuan
lapis bawah (miskin). Pada awalnya Muhammad Yusuf pendiri Grameen
Bank, memulai gerakannya dengan memodali 27 dolar AS pada 42 nasabah
perempuan untuk usaha-usaha kecil pembuatan kursi di desa Jobra.
Bangladesh. Atas keberhasilannya, Komite Nobel Norwegia pada tahun

6

telah menganugrahkan hadiah Nobel bagi penggagas dan pendiri Grameen

Bank, Muhammad Yusuf.3
Organisasi pemberdayaan seperti Grameen Bank, tentunya dalam
melaksanakan program -programnya memiliki hub ungan-hubungan dan nilainilai tertentu dengan para anggotanya. Keberhasilan suatu program
pemberdayaan sebenarnya tak luput dari luas jaringan program tersebut, nilai
3

M. Amin Azis, Republika, 6 Desember 2006.

dan norma yang dianut para anggota organisasi pemberda

Singkatnya,

jaringan, nilai dan norma adalah elemen penting dari modal sosial karena
tanpanya sepertinya akan sia-sia belaka. Pemberdayaan merupakan usaha
mendapatkan akses atau jalur atas sumber daya ekonomi, politik dan budaya
agar dapat mandiri. 4
Proses pemberdayaan perempuan di Depok menyangkut budaya yang
terdapat di dalamnya nilai-nilai yang berkembang di masyarakat, seperti niai
ekonomi yakni mendapatkan penghasilan, nilai politik yakni ikut serta dalam
pengambilan keputusan baik di dalam keluarga maupun masyarakat dan nilai

sosial yakni membantu sesama anggota masyarakat untuk mencapai tujuan
bersama. Nilai sosial tersebut merupakan aspek modal sosial yang
mempengaruhi

proses

pemberdayaan

karena

sasaran

pemberdayaan

perempuan di Depok yang para perempuannya.
Sebagaimana yang diungkapkan Fukuyama bahwa “..... Kenyataan
bahwa nilai-nilai moral dan aturan sosial bukanlah semata-mata kekangan

sewenang-wenang atas pilihan individu: sebaliknya, itulah prasyarat bagi
setiap jenis kerja sama. 5
Permasalahan yang melatar belakangi para pedagang perempuan
yaitu sempitnya lahan kerja formal untuk perempuan di

Pasar Depok

Lama, sebab mayoritas para perempuan di sana matoritas lulusan SMP.

4

Ratih Dewayanti & Erna Ermawati Chotim, Marjinalisasi & Eksploitasi Perempuan
Usaha Mikro Di Pedesaan Jawa, (Bandung: Yayasan AKATIG A, 2004) hlm.25
5
Francis Fukuyama, Guncangan Besar: Kodrat Manusia dan Tata Sosial Baru, (Jakarta:
PT. Gramedia, 2005), hlm. 17

Mereka pun harus memenuhi keluarganya yang dari tingkat ekonomi masih di
bawah. Maka, untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi para
perempuan harus mempunyai skill yang dimiliki.
Para perempuan harus menciptakan, membangun serta menggali
potensi-potensi yang ada di dalam diri mereka. Pada tulisan in potensi
perempuan yang akan digali adalah keterampilan perempuan di Depok dalam
berdagang. Di balik kegiatan berdagang apakah terdapat cerminan modal
sosial yang berpengaruh pada pemberdayaan perempuan di sektor informal.
Keikutsertaan para perempuan di sektor informal yang berada di Pasar
Depok Lama Pancoran Mas Depok ternyata memberikan banyak fungsi bagi
pengembangan

diri

perempuan.

Mereka

semulanya

belum

dapat

mengidentifikasi potensi yang ada di dalam dirinya kin dapat mengenali
potensi diri mereka masing-masing sehingga para perempuan dapat
mengaplikasikannya melalui keterampilan yang mereka kuasai.
Kegiatan pemberdayaan perempuan di Depok juga mempengaruhi
secara psikologi khususnya dalam hal membangun kepercayaan diri
perempuan terhadap dirinya maupun dihadapan orang lain. Pemberdayaan

perempuan juga sebagai proses pendidikan bagi perempuan,

ususnya di

tingkat akar rumput akan menjadi kekuatan bagi para perempuan untuk
mentransformasikan dirinya baik secara ide maupun praktis.
Konsep teori modal sosial yang digunakan oleh Coleman
berasal dari tindakan individu sebagai hasil interaksinya dan kemudian

mendatangkan manfaat bagi publik. “Sebagai atribut dari struktur sosial di
mana seseorang terlibat di dalamnya, kapital sosial /

sosial bukanlah

kepemilikan pribadi yang bermanfaat hanya bagi orang-orang yang
memilikinya.” 6
Manfaat bagi publik/kebersamaan merupakan salah
penting yang menjadi nilai utama modal sosial. Dengan

satu aspek
ian, perihal

manfaat bersama yang ada di dalam konsep modal sosial

modal

sosial dengan modal fisik maupun modal manusia (human capital).7
Selanjutnya,

Coleman

dalam

tulisan

Zulkifly

mengidentifikasikan konsep modal sosial ke dalam tiga

Al

Humami

l, “kewajiban dan

harapan yang bersandar pada kepercayaan atau kesetiaan (trustworthiness)
dalam lingkungan sosial; saluran informasi yang bersumber dari kapabilitas

struktur sosial; dan norma-norma yang disertai sanksi-sanksi efektif.” 8
Beragamnya modal sosial di wilayah Depok yang dapat meningkatkan
pemberdayaan perempuan pada sektor informal tentu saja sangat menarik
untuk di kaji lebih lanjut. Modal sosial atau kontribusi para perempuan di
sektor informal di Depok akan menentukan apakah terdapat hubungan modal
sosial dengan pemberdayaan perempuan, dapat didasarkan pada formasi

6

Laura Evelyn R. Sihombing, Kehidupan Sebuah Kampung Tua Jakarta: Studi Tentang
Modal Sosial dalam Rangka Pemberdayaan Komunitas Kampung Luar Batang – Jakarta Utara,
(Depok: FISIP UI), hlm. 22
7
Zulkifli Al-Humami, Kapital Sosial Pedagang Kaki Lima (PKL): Studi tentang
Sosiabilitas Kumintas Pedagang Angkringan di Kota Yogyakarta, (Depok: Fisip UI, 2006),hlm. 18
8
Zulkifli Al-Humami, Kapital Sosial Pedagang Kaki Lima (PKL): Studi tentang
Sosiabilitas Kumintas Pedagang Angkringan di Kota Yogyakarta,, hlm. 23

modal sosial dengan pemberdayaan perempuan dan kondisi riil di daerah

Depok.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar penulisan ini mempunyai arah terfokus maka masalah akan
dibatasi pada tiga elemen modal sosial yaitu trust (kepercayaan), normanorma dan jaringan.

Sedangkan perumusan masalahnya, antara lain:

1. Bagaimana gambaran modal sosial dan pemberdayaan perempuan
pedagang nasi pada sektor Informal di Pasar Depok Lama Pancoran Mas

Depok?
2. Apakah modal so sial berperan atau memberi kontribusi terhadap
pemberdayaan perempuan pada sektor Informal di Pasar Depok Lama

Pancoran Mas Depok?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui gambaran modal sosial dan pemberdayaan perempuan
pedagang warung nasi di Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok?

b. Untuk mengetahui apakah modal sosial memberi kontribusi terhadap
pemberdayaan perempuan pada sektor Informal di Pasar Depok Lama

Pancoran Mas Depok.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan baru dalam peran modal sosial dalam pemberdayaan
perempuan pada sektor informal.

b. Manfaat Praktis
Penelitian ini penulis berharap bisa memberikan informasi bagi siapa saja
yang ingin mengetahui tentang peran modal sosial dalam pemberdayaan
perempuan pada sektor informal (studi kasus pedagang nasi di Pasar

Depok Lama Kel. Pancoran Mas Kec. Pancoran Mas.

E. Tinjauan Penelitian Sejenis

Sebelum penelitian ini memasuki tahap pengambilan data di lapangan,
peneliti berusaha mencari penelitian yang sudah pernah dilakukan dan
tentunya memiliki kajian yang hampir sama.
Pertama , penelitian dengan judul “Peranan Modal Sosial Terhadap

Program Pemberdayaan Perempuan Usaha Kecil (PPEPUK) Kelurahan
Jelambar Baru Kecamatan Grogol Pertamburan Jakarta Barat)”. Penelitian ini
dilakukan oleh mahasiswa pasca sarjana Universitas Indonesia, Andi Almah
Aliuddin. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif
dan jenis penelitiannya adalah penelitian evaluatif untuk mengevaluasi
program atau proyek yang telah berakhir, untuk pemilihan informan utama
diambil dengan teknik purposive.
Permasalahan penelitiannya

adalah peran modal sosial dalam

pelaksanaan proyek PPEPUK di kelompok Melati dan Lesatari, kemudian
akan dianalisis ke dalam tiga hal yakni pelaksanaan proyek PPEPUK,
identifikasi modal sosial yang berkembang di dua kelompok dan terakhir
peran modal sosial terhadap pelaksanaan proyek PPEPUK. Teori yang
digunakan adalah modal sosial menurut Uphoff karena bentuk modal sosial
yang dipaparkan dapat menganalisa dinamika kelompok, di mana bentuk
modal sosial terdiri dari peran, aturan dan prosedur.
Temuan lapangan atau hasil penelitian yang diperoleh Andi
berdasarkan analisa pelaksanaan dan identifikasi modal sosial bahwa unsurunsur modal sosial seperti kepercayaan, kerjasama, solidaritas

dan

kedermawanan mendorong tindakan kelompok dalam melaksanakan kegiatan
proyek PPEPUK, sehingga mampu menciptakan kerjasama positif demi
keberlanjutan usaha dari keberhasilan proyek PPEPUK serta proyek di

dalamnya.9
Kedua, penelitian yang berjudul “Kapital Sosial Pedagang Kaki Lima
(PKL): Studi Tentang Sosiabilitas Komunitas Pedagang Angkringan di Kota
Yogyakarta”, Penelitian ini merupakan tesis yang dikerjakan Zulkifli AlHumami. Metode yang d igunakan adalah pendekatan kualitatif dan data
diperoleh melalui wawancara mendalam dan pengamatan lapangan, subyek
penelitian adalah para pedagang angkringan yang tergabung dalam kelompok
angkringan Demangan. Sementara itu yang menjadi fokus penelitian Zulkifli
yakni melihat: a) bagaimana para pedagang angkringan membangun jaringan

sosial-ekonomi; b) bagaimana para pedagang angkringan membangun dan
mengembangkan kepedulian sosial; dan c) bagaimana para pedagang
angkringan membangun dan memelihara kepercayaan sosial.
Untuk

menjawab

pertanyaan -pertanyaan

penelitian,

Zulkifli

menggunakan teori jaringan James Colemen, relasi-relasi merujuk pada
Robert D. Putnam, dan Francis Fukuyama untuk teori norma-norma (nilainilai) Kooperatif. Hasil yang di dapatkan zulkifli yaitu para ped agang
angkringan

9

membangun

jaringan

sosial-ekonomi

secara

kolektif

Andi Almah Aliuddin, Peranan Modal Sosial Terhadap Program Pemberdayaan Usaha
Kecil (Studi Kasus Pada Proyek Penguatan Pengembangan Ekonomi Perempuan Usaha Kecil
(PPEPUK) Kelurahan Jelambar Baru Kecamatan Grogol Pertamburan Jakarta Barat), (Depok:
FISIP UI, 2004.

(komunalistik) yang berakar pada ikatan-ikatan sosial, dan norma-norma
sosial masyarakat Jawa, Yakni kesetiakawanan dan kerukunan membangun
kepedulian sosial diantara sesama pedagang angkringan, serta norma-norma
kelompok menjadi pedoman oleh komunitas pedagang angkr

bagi

perilaku sosial-ekonomi mereka yang selanjutnya menjadi dasar bagi
penciptaan kepercayaan sosial. 10
Ketiga , penelitian yang dilakukan oleh Laura Evelyn R. Sihombing

dengan judul “Kehidupan Sebuah Kampung Tua Jakarta (Studi Modal Sosial
dalam Rangka Pemberdayaan Komunitas Kampung Luar Batang – Jakarta
Utara)”. Metode pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
bersifat deskriptif -eksplanatif yakni selain memberikan gambaran peneliti
juga memberikan sejumlah penjelasan tentang kondisi penduduk Kampung
Luar Batang. Peneliti live in di lokasi penelitian dengan tujuan mendapatkan
gambaran yang lebih spesifik, peneliti juga melakukan

mendalam

kepada orang-orang dan berbagai kelompok/institusi (formal dan informal)
dalam kampung. Pertanyaan penelitian yang ingin di jawab oleh peneliti
ialah: bagaimana bentuk modal sosial yang terdapat dalam komunitas
Kampung Luar Batang; apakah buruknya pengelolaan lingkungan kampung
berkaitan dengan lemahnya modal sosial komunitas kampung?; bagaimana
kemungkinan

10

pemberdayaan

bentuk

modal

sosial

tersebut

yang

Zulkifli Al-Humami, Kapital Sosial Pedagang Kaki Lima, (Studi Tentang Sosiabilitas
Komunitas Pedagang Angkringan di Kota Yoyakarta), Depok: FISIP UI, 2006.

memungkinkan

komunitas

kampung

berpartisipasi

secara

aktif

dan

mengambil keuntungan dari proses pembangunan?1 1
Hasil penelitian Laura Evelyn R. Sihombing adalah komunitas
Kampung Luar Batang memiliki potensi modal sosial yang tinggi dalam
kelompok keagamaan, ikatan sosial yang erat, rasa kebersamaan, didukung
dengan nilai sejarah kampung yang berharga, serta pengetahuan lokal yang
dimiliki komunitas. Akan tetapi potensi modal sosial yang dimiliki oleh
komunitas Kampung Luar Batang ternyata belum mampu membawa

penduduk kampung ke taraf hidup yang lebih baik.
Tinjauan -tinjauan penelitian di atas telah memberikan beberapa

referensi serta contoh -contoh tentang rujukan penelitian sejenis, hingga
peneliti dapat melihat secara seksama perbandingan -perbandingan dari
penelitian satu dengan yang lain. Oleh karenanya, peneliti dapat terhindar dari
kemiripan fokus penelitian -penelitian yang telah ada sebelumnya.
Peneliti memfokuskan pada menggambarkan modal sosial d sektor
informal dalam pemberdayaan perempuan dan apakah modal sosial berperan
terhadap pemberdayaan perempuan pada sektor informal d Pasar Depok

Lama Pancoran Mas Depok.
F. Metodologi Penelitian
1. Waktu dan L okasi Penelitian

11

Laura Evelyn R. Sihombing, Kehidupan Sebuah Kampung Tua Jakarta (Studi Modal Sosial
dalam Rangka Pemberdayaan Komunitas Kampung Luar Batang – Jakarta Utara), Depok: FISIP
UI, 2003.

Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai Maret 2011.
Dengan catatan penelitian berakhir jika data-data yang diperlukan telah
rampung. Lokasi penelitian dilakukan di Sektor Informal Pasar Depok Lama

Pancoran Mas Depok.
Penulis memilih lokasi di Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok
karena lokasi tersebut tidak jauh dari rumah penulis hingga mudah untuk
sering observasi di lokasi tersebut dan mayoritas pedagang perempuan
warung nasi berada di Sektor Informal Pasar Depok Lama Pancoran Mas

Depok.

2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian
yang berupaya menghimpun dan menggali data, baik berupa kata-kata
maupun tulisan dari orang-orang yang diamati guna mendapatkan data-data
yang diperlukan kemudian mengolah dan menganalisanya secara deskriptif.
Kata deskriptif berasal dari bahasa Inggris “ description ” yang berarti
penggambaran, kata kerjanya adalah “ to describe” artinya menggambarkan.12
Penelitian deskriptif merupakan

penelitian

yang dimaksudkan

untuk

mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu gejala
menurut apa adanya.

12

M. Meden Ridwan, ed. Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, (Bandung: Nuansa,
2001), h.229.

Jadi, dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan
alasan karena penelitian kualitatif bertujuan untuk menentukan dan menggali
data dari yang diamati oleh penulis, di mana penulis tidak hanya meneliti
perilaku subyek akan tetapi penulis berusaha menyelami kehidupan

keseharian, seperti cara pedagang memasak masakan yang akan dijual,
melihat aparat keamanan saat mereka meminta retribusi kepada pedagang dan
lain sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi
Observasi yaitu sebuah metode pengumpulan data berupa pengamatan
dan pencatatan secara sistematik mengenai fenomena-fenomena yang
diselidiki. 13 Observasi juga bisa dikatakan cara untuk memperoleh data dalam
bentuk mengamati serta mengadakan pencatatan dari hasi observasi. Teknik
observasi yang peneliti lakukan bersifat langsung yaitu mendatangi sektor
informal di Kelurahan Pancoran Mas Depok yang mana terdapat informan
sebagai observer/partisipan .

13

1999)

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

b. Wawancara/Interview
Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to face)
dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh

pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan yang diwawancara
(Interviewee) yang memberikan pertanyaan atas jawaban pertanyaan itu.14
Penelitian ini menggunakan wawancara terbuka tak berstruktur
dengan cara mengajukan pertanyaan yang tidak terikat dan lebih bebas
berdasarkan

pedoman

pertanyaan yang dimiliki oleh

penulis untuk

memperluas informasi yang dibutuhkan.
Untuk mendukung analisa tersebut, penulis melakukan wawancara
secara langsung kepada 1 orang pemilik warung nasi tegal yaitu Ibu Wati
yang berasal dari Jawa , 1 orang pedagang nasi uduk yaitu Ibu Ipah yang
berasal dari Jawa, 1 orang pemilik warung sunda yaitu

Tika yang berasal

dari Sunda, 1 orang pedagang gado -gado yang berasal dari Betawi, 1 orang
pemilik warung bebek yaitu Mba Dian yang berasal dari

1 orang

pedagang soto yaitu Mba Iyah yang berasal dari Betawi dan 6 orang
pelanggan warung nasi. 3 pelanggan warung nasi. Para pelanggan di jadikan
informan untuk memperkuat data yang dibutuhkan. Semuanya informan

berjumlah 9 orang.
c. Dokumentasi

14

Imam Prayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2003), cet ke-2, h. 167.

Yaitu dengan mencari data-data yang tertulis, baik berupa buku,
jurnal, ataupun lainnya. Teknik ini dilakukan dengan cara mengkategorikan
(mengklasifikasikan) kemudian mempelajari bahan -bahan tertulis yang
berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau informasi
yang dibutuhkan. Sumbernya berupa dokumen, buku, majalah, Koran dan
lain-lain. Data yang diambil adalah data sekunder.

4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan
pedoman wawancara, kamera digital dan tape recorder untuk mendukung
kegiatan wawancara agar lebih mudah mengolah data hasil wawancara.

5. Sumber Data

a. Data Primer. Yaitu data dari hasil observasi dan wawancara sektor
informal
b. Data Sekunder. Yaitu berupa dokemen, buku -buku tertentu, majalah dari
berbagai literature yang berhubungan dengan penelitian.

F. Sistematika Penulisan
Bab I, bab ini membahas pendahuluan yang menguraikan Latar

Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Tinjauan Penelitian, Metodologi Penelitian, Sistematika
Penulisan.
Bab II, bab ini membahas tentang tinjauan teoritis yang terdiri dari :

Pengertian Modal Sosial, Dimensi Modal Sosial, Peran dan Fungsi Modal
Sosial, Pengertian, Tujuan, Tahapan, Strategi Pemberdayaan Perempuan.
Bab III, bab ini membahas Tentang Gambaran Modal Sosial Dan
Pemberdayaan Perempuan Pada Sektor Informal berlokasi di Pasar Depok

Lama Pancoran Mas Depok.
Bab IV, penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Peran
1. Pengertian Peran
Peran mempunyai kaitan yang sangat erat dengan status (kedudukan),
walaupun terlihat berbeda tetapi keduanya sangat mempunyai hubungan erat,
sebab seseorang dapat dikatakan berperan manakala seseorang tersebut
mempunyai kedudukan atau status.

Peran atau sering juga disebut role, peran adalah seperangkat harapanharapan yang dikenakan individu tertentu yang mempunyai kedudukan sosial
tertentu. Menurut David Berry harapan merupkan hubungan dari normanorma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan; peran itu ditentukan oleh
norma dalam masyarakat, berarti seseorang diwajibkan untuk melakukan halhal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan dan tingkah laku. 1 5
Peran yang penulis sebutkan di depan berkaitan dengan

idu. Tapi

yang akan penulis bicarakan adalah peran modal sosial dalam pemberdayaan
perempuan pada pedagang warung nasi di Pasar Depok Lama Pancoran Mas

Depok.

Manusia dalam masyarakat diungkapkan sebagai pelaku dari perananperanan sosial, istilah peranan menunjukkan bahwa masyarakat mempunyai
lakon. Lakon masyarakat itu disebut fungsi atau tugas masyarakat jadi
peranan sosial adalah bagian dari fungsi masyarakat. Karena manusia dalam
kehidupannya menempati kedudukan -kedudukan tertentu, oleh karena itu
mereka merasa bahwa setiap

kedudukan

yang mereka tempati itu

menimbulkan harapan -harapan (expectattions) tertentu dari orang -orang
sekitar. Misalnya dalam setiap peranan yang berkaitan
seseorang

diharapkan

dapat

menjalankan

pekerjaan,

kewajiban -kewajiban

yang

berhubungan dengan peranan yang dip egangnya.
15

N. Grass WS. Massa dan AW. MC. E achen, “Exploration Role analysis” dalam David
Berry pokok -pokok pikiran dalam sosiologi, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1995), Cet. 3, h. 99100.

Dari penjelasan di atas tentang peranan, dapat disimpulkan beberapa
aspek: 16

1. Peranan sosial adalah sebagian dari keseluruhan fungsi masyarakat. Fungsi
pada umumnya adalah suatu pengertian menunjukkan pengaruh khas dari
satu bagian terhadap keseluruhan. Masyarakat sebagai keseluruhan
kesatuan hidup bersama mengemban tugas umum, ialah mencakupi
kepentingan umum yang berupa kesejahteraan spiritual dan material, tata
tertib ketentraman dan keamanan.

2. Peranan sosial mengandung sejumlah pola kelakuan yang telah ditentukan.
Jika

peranan

sosial

ditinjau

dari

sudut

lain

yakni

bagaimana

pelaksanaannya, peranan sosial adalah seperangkat pola kelakuan lahiriah
dan batiniah yang harus diikuti oleh indiviu yang bersngkutan.

3. Peranan sosial dilakukan oleh perorangan atau kelompok tertentu.
4. Pelaku peranan sosial mendapat tempat tertentu dalam tangga masyarakat.
Sama halnya dengan suatu pementasan sebuah drama, pelaku -pelaku yang
menjalankan peranan sosial diberi tempat dalam suatu tangga masyarakat.

5. Dalam peranan sosial terkandung harapan-harapan yang khas dari
masyarakat.
Setiap peranan sosial adalah sejumlah harapan yang hendak diwujudkan.
6. Dalam peranan sosial ada gaya khas tertentu
7. Setiap peranan dipegang individu mempunyai harapan yang berbeda-beda
16

Hendropuspito, Drs. D. Sosiologi Sistematik , h. 179 -181.

B. Modal Sosial
1. Pengertian Modal Sosial
Konsep modal sosial dalam Buku Rahmat Rais. Mainstream ilmu
sosial sebagai alat yang sistematis untuk menjelaskan

na pertama kali

diusung dilakukan oleh James Colemen (1988). 17 Kemudian konsep tersebut
semakin di populerkan oleh Putnam (1993, 1995, 1999), Fukuyama (1995)
dan ilmuwan sosial lainnya dalam buku Rahmat Rais pada akhir-akhir ini
World

Bank sebagai

institusi keuangan

internasional yang banyak

menyalurkan bantuan ke negara dunia ketiga juga tertar

dengan kajian yang

menggunakan konsep modal sosial. 18
Pierre Bourdieu mendefinisikan modal sosial sebagai “sumber daya
aktual dan potensial yang dimiliki oleh seseorang berasal dari jaringan sosial
yang terlembagakan serta berlangsung terus menerus dalam bentuk

pengakuan dan perkenalan timbal balik (atau dengan kata

in: keanggotaan

dalam kelompok sosial) yang memberikan kepada anggotanya berbagai
bentuk dukungan kolektif”. 19
Dalam

pengertian

ini

modal

sosial

menekankan

transformasi dari hubungan sosial yang sesaat

dan rapuh,

pertetanggaan, pertemanan, atau kekeluargaan, menjadi

17

pentingnya
seperti
yang

Rahmat Rais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah , (Litbang dan
Diklat Departemen Agama RI, 2009), hlm. 116
18
Rahmat Rais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah .
19
George Ritzer, Teori sosiologi Modern, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007)

bersifat jangka panjang yang diwarnai oleh perasaan kewajiban terhadap
orang lain.

James Coleman dalam buku Rahmat Rais mendefinisikan modal sosial
sebagai “sesuatu yang memiliki dua ciri, yaitu merupakan aspek

struktur

sosial serta memfasilitasi tindakan individu dalam struktur sosial tersebut”.
Dalam pengertian ini, bentuk-bentuk modal sosial berupa kewajiban dan
harapan, potensi informasi, norma dan sanksi yang efektif, hubungan otoritas,
serta organisasi sosial yang bisa digunakan secara tepat dan melahirkan
kontrak sosial. 20
Putnam (1993) dalam buku Rahmat Rais mengkaji tentang kehidupan
politik di Italia menemukan bahwa modal sosial merupakan unsur utama
pembangunan masyarakat madani (civic community). Modal sosial tersebut
mengacu

pada

aspek-aspek

utama

organisasi

sosial

seperti

trust

(kepercayaan), norma-norma (norms), dan jaringan -jaringan (networks) yang
dapat meningkatkan efisiensi dalam suatu masyarakat melalui fasilitasi
tindakan yang terkoordinasi. 21 Menurut Putnam, kerjasama mudah terjadi di
dalam suatu komunitas yang telah mewarisi sejumlah modal sosial yang
substansial dalam bentuk aturan -aturan, pertukaran timbal balik dan jaringan

antar warga.

20

Rahmat Rais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah , (Litbang dan Diklat
Departemen Agama RI, 2009 )
21
Rahmat Rais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah , (Litbang dan
Diklat Departemen Agama RI, 2009)

Fukuyama (1995) dalam In Trust: the Social Capital Value and the
Creation of Prosperity mengkaji bidang ekonomi menyatakan bahwa social
capital yang berintikan kepercayaan (trust ) merupakan dimensi dari

kehidupan

yang

sangat

menentukan

dalam

menuju

keberhasilan

pembangunan ekonomi. Hal ini berbeda dengan modal material atau modal
ekonomi, modal sosial justru semakin bertambah apabila semakin dikelola
dan dipergunakan dengan baik. Penggunaan modal sosial

meningkatkan

efesiensi dalam pengelolaan suatu kegiatan pembangunan secara umum.22
Menurut Fukuyama, kepercayaan (Trust ) muncul jika di masyarakat
itu membagi nilai (shared Values) sebagai dasar dari kehidupan untuk
menciptakan pengharapan umum dan kejujuran. Dengan kepercayaan, orang
tidak akan mudah curiga yang sering menjadi penghambat dari kesuksesan
suatu tujuan. Di samping itu, jaringan (networks) memiliki dampak yang
sangat positif dalam usaha peningkatan kesejahteraan ekonomi dan
mewujudkan tujuan bersama.
Dari pandangan di atas memberi pemahaman bahwa modal sosial ini

berupa elemen pokok yang mencakup, antara lain:
a. Trust (saling percaya)

22

Fukuyama F, Trust: The Social Virtues and Creation of Prosperty, dalam Buku Rahmat
Rais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah , hlm. 114

Elemen ini meliputi kejujuran, keadilan, toleran, keramahan dan
saling

menghormati.23

Sebagaimana

dijelaskan

Fukuyama

(1995),

kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang
ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan

norma- norma yang dianut bersama. Fukuyama (1995) kemudian mencatat
bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-

aturan sosial cenderung bersifat positif; hubungan -hubungan juga bersifat
kerjasama. 2 4

b. Jaringan sosial (social networks).
Elemen ini meliputi dengan pertukaran timbal balik, solidaritas dan
kerja sama. 25 Infrastruktur dinamis dan modal sosial berwujud jaringanjaringan kerjasama antar manusia . Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya
komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan

memperkuat kerjasama.
Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan -jaringan sosial
yang kokoh. Orang mengetahui dan bertemu dengan orang lain. Mereka
kemudian membangun inter-relasi yang kental, baik bersifat formal maupun
informal. Putnam berargumen bahwa jaringan -jaringan sosial yang erat akan

23

Rahmat Rais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah , (Litbang dan
Diklat Departemen Agama RI, 2009), hlm. 116.
24
(http://kuntum2008.multiply.com/journal), di akses 13 maret 2011.
25

Rahmat Rais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah , (Litbang dan
Diklat Departemen Agama RI, 2009), hlm. 116.

memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dan
partisipasinya itu.
c. Pranata (institutions)

Elemen ini yang meliputi nilai-nilai yang dimiliki bersama (share

value), norma dan aturan -aturan.26

Norma terdiri dan pemahaman-

pemahaman, nilai-nilai, harapan -harapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan

dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma dibangun dan
berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan d iterapkan untuk
mendukung iklim kerjasama. 27
Berbagai pandangan tentang modal sosial itu bukan sesuatu yang
bertentangan. Ada keterkaitan dan saling mengisi sebagai sebuah alat analisa
penampakan modal sosial di masyarakat. Modal sosial bisa berwujud sebuah
mekanisme yang mampu mengolah potensi menjadi sebuah kekuatan riil
guna menunjang pengembangan masyarakat.

2. Dimensi Modal Sosial
Modal sosial berbeda dari modal lainnya. Apabila modal manusia
(human capital) dapat dilihat dan diukur dari pengetahuan dan keterampilan
yang dikuasai oleh seseorang maka modal sosial hanya dapat dirasakan dari

26

Rahmat Rais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah , (litbang dan
Diklat Departemen Agama RI, 2009), hlm. 116.
27
Edi Suharto, Modal Sosial dan Kebijakan Publik , di Akses 13 Maret 2011,
(http://kuntum2008.multiply.com/journal).

kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum dalam sebuah masyarakat

atau bagian-bagian di dalamnya.
Menurut Fukuyama modal sosial ditransmisi melalui mekanismemekanisme kultural, tradisi atau kebiasaan sejarah. Modal sosial dibutuhkan
untuk menciptakan komunitas moral yang tidak bisa diperoleh atau dibentuk
seperti dalam pembentukan modal manusia. Penanaman dan pengembangan
modal sosial memerlukan pembiasaan terhadap norma-norma moral sebuah
komunitas dan dalam konteksnya sekaligus mengadopsi kebajikan -kebajikan
seperti kejujuran, kesetiaan dan kemandirian. 2 8

Coleman menggambarkan dimensi modal sosial secara rinci dengan
mengemukakan bahwa dimensi modal sosial inhern dalam struktur relasi
sosial dan jaringan sosial di dalam suatu masyarakat yang menciptakan
berbagai ragam kewajiban sosial, menciptakan iklim saling percaya,
membawa saluran informasi dan menetapkan norma-norma serta sanksisanksi sosial bagi para anggota masyarakat tersebut. 29

3. Peran dan Fungsi Modal Sosial
Tak selalu jelas apa alasan sebenarnya dalam fungsi sosial dalam

perkembangan. Mungkin alasannya bermacam -macam dan berbeda-beda

28

Agus Supriono, Modal Sosial: Definisi, Dimensi dan Tipologi, di akses 13 Maret 2011,
http://oceannaz.wordpress.com/2010/07/29/modal-sosial-sebagai-modal-dasar-dalampemberdayaan-masyarakat/.
29

Coleman, J.S., Social Capital In The Creation of Human Capital, dalam Buku Rahmat
Rais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah , (litbang dan Diklat Departemen
Agama RI, 2009 ).

secara individual, namun diduga ada kesamaannya di seluruh dunia, menurut
pandangan masing-masing apa yang diharapkan modal sosial:30

a.

Modal sosial dapat membantu dalam mempersiapkan perempuan untuk

suatu pekerjaan.
Perempuan yang telah mempunyai kemampuan terhadap dirinya untuk
melakukan pekerjaan sebagai mata pencaharian atau setidaknya mempunyai
dasar untuk mencari nafkahnya. Makin tinggi keahlian yang dimiliki, makin
besar harapannya memperoleh pekerjaan yang baik.

b. Modal sosial dapat membantu dalam memberikan keterampilan dasar.
Orang yang telah mempunyai kemampuan dasar pada dirinya itu
adalah suatu bekal untuk lebih meningkatkan keterampilan yang dimilikinya.

c.

Modal sosial dapat membantu dalam membuka kesempatan memperbaiki

nasib.
Pemberdayaan perempuan sering dipandang sebagai jalan

itas

sosial. Melalui pemberdayaan dapat menggali kemapuan apa yang dimiliki
perempuan untuk memperbaiki nasib mereka.

d. Modal sosial dapat membantu dalam menyediakan tenaga perdagangan
yang propesional.

30

Rahmat Rais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah , (litbang dan Diklat
Departemen Agama RI, 2009)

e. Modal Sosial dapat membantu dalam memecahkan masalah -masalah
sosial.
f. Modal sosial dapat membantu dalam mentransmisi kebudayaan.

g. Modal sosial dapat membantu dalam membentuk manusia yang sosial.
h. Modal sosial dapat membantu dalam mentransformasi kebudayaan.

C. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari kata asing “empowerment”, secara bahasa
pemberdayaan berarti penguatan dan secara teknisi isti ah pemberdayaan
dapat disamakan dengan istilah pengembangan.31
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai
pemberdayaan ada