PERAN SEKTOR INFORMAL DALAM perkotaan

PERAN SEKTOR INFORMAL DALAM
PEREKONOMIAN MASYARAKAT
POSTED BY ALIWEAR ⋅ 17 MEI 2012
Di negara berkembang sebagian besar angkatan kerja
terlibat di sektor informal. Sektor ini hampir tidak
tercatat dalam statistik ekonomi resmi suatu negara.
Padahal aktivitas informal seringkali memainkan peran
penting sebagai basis sumber kehidupan sebagian
besar penduduk di wilayah-wilayah yang sedang
berkembang. Kegiatan sektor informal sering juga
disebut sebagai underground economy(Gerxhani 2000).
Kata underground di sini mau menunjukkan bahwa
sektor informal tidak hanya kegiatan legal saja tapi bisa
mencakup kegiatan ilegal.
Mengapa sektor informal sangat pesat tumbuh di
negara
sedang
berkembang?
Pendapat
yang
berkembang selama ini cukup beragam. Ada yang

membangun argumen bahwa sektor moderen tidak
mampu menyerap kelebihan tenaga kerja karena
pertumbuhan penduduk yang lebih pesat dari
pertumbuhan ekonomi. Banyak orang masuk ke sektor
informal karena mereka tidak tertampung di sektor
moderen. Usaha kecil di sektor informal bukanlah
pilihan usaha yang terbaik tapi bisa dianggap pilihan
kedua yang terbaik (second best). Sektor informal
adalah bagian dari suatu model usaha yang berada di
luar jangkauan aturan pemerintah. Tentu ini berbeda
dengan sektor formal yang selalu memperhatikan
aturan pemerintah seperti mendapat ijin usaha dan
aturan kepegawaian (Marcouiller 1995).
Kelembagaan juga dilihat sebagai faktor determinan
yang dapat mendorong atau mengurangi tumbuhnya
kegiatan ekonomi sektor informal. Kadang suatu negara
berkembang mulai menapak dalam arus modernisasi
menganggap
sektor
informal

sebagai
lambang
keterbelakangan dan lambang tradisional sehingga
perlu dihilangkan. Baik kaum liberal maupun penganut

aliran kendali negara (state control) kurang mendukung
kehadiran sektor informal yang luas. Memang ada
pandangan bahwa negara tidak dapat berbuat banyak
ketika berhadapan dengan sektor informal. Mereka
yang menganut perspektif kendali negara (state
control) mengusulkan agar pembangunan sektor
moderen perlu dipercepat melalui intervensi negara
bahkan bila perlu negara harus mempunyai kendali
atas semua sektor. Bagi mereka sektor informal adalah
sektor marginal atau sektor sisa yang akan terkikis
dengan sendirinya jika sektor moderen berkembang
sehingga terbuka lapangan kerja yang luas (Morrisson
1995).
Sektor moderen ternyata tidak mampu menyiapkan
pekerjaan seperti yang diharapkan. Pertumbuhan

angkatan kerja di negara berkembang sangat cepat.
Selain itu krisis ekonomi yang sering melanda negara
negara berkembang menyebabkan terhambatnya
mereka mengembangkan sektor moderen. Investasi di
negara berkembang lebih banyak mengandalkan
pinjaman luar negeri dan sangat terbatas. Pemerintah
sangat terbataskemampuannya dalam menciptakan
lapangan pekerjaan. Setelah menghadapi berbagai
masalah di atas pemerintah mulai membangun
pandangan yang berbeda tentang sektor informal.
Sektor ini tidak lagi dianggap sebagai sektor marjinal
tapi merupakan sektor ekonomi yang membantu
pemerintah memecahkan masalah pengangguran di
dalam negeri.
Pendapat lain lagi mengatakan bahwa beban ekonomi
seperti,
pajak
yang
tinggi,
penyogokan,

dan
birokratisasi
yang
berlebihan
mendorong
berkembangnya sektor informal di negara berkembang
(De Soto 1989). Para pengusaha sektor informal
mencoba menghindari berbagai macam beban

keuangan karena praktek korupsi yang meluas. Dengan
masuk ke sektor informal mereka bisa menghindari
pungutan yang membebani keuangan mereka. Namun
karena bergerak di sektor informal maka otomatis
mereka tidak mendapat pelayanan publik yang
memadai dibanding dengan mereka yang bergerak di
sektor formal. Biasanya mereka yang bergerak di
sektor publik mendapat perlindungan jaminan hak milik
dari negara.
Sering pemerintah membuat kebijakan ekonomi yang
keliru sehingga perekonomian negara terpuruk. Krisis

ekonomi yang melanda Indonesia adalah contoh
kegagalan kebijakan ekonomi pemerintah pada masa
yang lalu. Dalam situasi ini sektor informal menjadi
harapan pemerintah sebagai penyelamat ekonomi
nasional (Morrisson 1995).
Setelah sektor informal mendapat pengakuan maka
timbul pertanyaan bagaimana menumbuhkan sektor
ini? Selama ini kebijakan ekonomi neo-klasik lebih
berpihak kepada usaha besar. Oleh karena itu kebijakan
mekanisme pasar seolah olah lebih menguntungkan
usaha besar daripada usaha kecil. Hernando de Soto
adalah ahli ekonomi yang secara konsisten melihat
bahwa kebijakan mekanisme pasar juga cocok untuk
sektor usaha informal atau usaha mikro (De Soto 2000).
Campur tangan pemerintah yang tidak terlalu banyak
akan memberi kesempatan sektor informal tumbuh
secara mandiri dan kuat.Oleh karena itu de Soto
menginginkan pemerintah harus menghapus atau
mengurangi aturan yang terlalu membelenggu sektor
informal berkembang. Perkembangan sektor informal

yang pesat akan membantu pemerintah dalam
penciptaan lapangan kerja.
A. Pengertian Sektor Informal

Banyak tulisan yang dibuat telah mengakui peran
sektor informal dalam perekonomian negara-negara
berkembang. Namun sampai pada definisi belum ada
konsensus untuk itu. Dalam usaha untuk menghindari
kerancuan sektor informal dapat dijabarkan sebagai
aktivitas ekonomi yang berada di luar sektor swasta
maupun sektor publik yang terdaftar. Merujuk pada
definisi ini, usaha-usaha di sektor informal mencakup
aktivitas ekonomi mikro dan kecil yang tidak terdaftar
baik oleh pemerintah maupun otoritas lainnya. Pada
umumnya, usaha informal tidak mengikuti peraturan
berkaitan dengan ketenagakerjaan, pajak atau memiliki
ijin.
Morrisson
(1995),
mengemukakan

untuk
memahami sektor informal, 3 hal harus diperhatikan:
1.

Ukuran. Dari segi ukuran sektor informal adalah
mereka yang berusaha sendiri atau usaha mikro
yang mempunyai pekerja tidak lebih dari 20 orang.
2. Kelembagaan yang informal. Dari segi
kelembagaan/aturan sektor informal mencakup
perusahan yang tidak terdaftar atau tidak memenuhi
kewajiban administrasi legal seperti, keselamatan
kerja, pajak, dan hukum perburuhan.
3. Modal yang terbatas. Baik modal fisik maupun
modal manusia per pekerja di sektor informal adalah
rendah dan bahkan sangat terbatas. Dengan kata
lain sedikit sekali menggunakan modal fisik dan
modal manusia yang berkualitas.
Sebenarnya defenisi berdasarkan kriteria 1 dan 3 lebih
terukur sehingga dapat dipakai di mana saja dengan
penyesuaian sesuai kondisi setempat. Defenisi sektor

informal berdasarkan kriteria 2 agak sulit dibuat ukuran
yang bersifat umum karena masing masing negara
mempunyai aturan main tersendiri. Namun demikian
faktor kelembagaan tidak bisa diabaikan dalam
pembahasan tentang sektor informal. Agar sektor
informal tidak dianggap sebagai sektor marjinal maka

sektor informal dikategorikan sebagai usaha mikro.
Dengan perubahan nama ini diharapkan tidak ada
beban pemerintah memberi perhatian yang cukup
untuk jenis usaha ini.
Orang pertama yang memperkenalkan konsep sektor
informal adalah Keith Hart, seorang antropolog sosial.
Sektor informal menurut Hart merupakan bagian dari
angkatan kerja daerah urban yang bekerja di luar
sektor formal (Gerxhani 2000). Hart menyamakan
sektor informal dengan usaha sendiri (self-employed).
Jadi menurut Hart mereka yang menerima upah secara
teratur bekerja di sektor formal sedang mereka yang
berusaha sendiri dan pendapatannya tidak teratur

bekerja di sektor informal. Walaupun konsep sektor
informal pada awalnya hanya terbatas pada usaha
sendiri tapi pembedaan tersebut berhasil menarik
perhatian para ahli tentang sektor ini.
Gerxhani (2000) mencoba mengemukakan beberapa
ciri sektor informal, yaitu:
Jaringan sosial dan entry yang mudah. Para
pelaku usaha di sektor informal mempunyai jaringan
sosial yang kuat dan dapat dipakai sebagai
perlindungan di masa sulit. Selain sektor informal
tidak membutuhkan syarat khusus untuk masuk
berusaha.
2. Otonom dan fleksibel. Banyak orang memilih
masuk sektor informal karena mereka mempunyai
fleksibilitas, kebebasan dan atonomi. Mereka bisa
mengatur jam kerjanya.
3. Kemampuan bertahan. Sektor informal bisa
bertahan terhadap tekanan struktural dari luar. Oleh
karena itu pemerintah diharapkan membantu
tumbuhnya sektor ini karena dalam jangka panjang

dapat menjadi sumber pendapatan daerah.
1.

B. Keuntungan dan Kerugian Kehadiran Sektor
Informal
Banyak tulisan yang pesimis dengan kehadiran sektor
informal. Menurut pemahaman mereka sektor ini
adalah sektor marjinal dan untuk orang miskina. Sektor
ini dianggap tidak produktif sehingga tidak akan
mempunyai konribusi terhadap pendapatan negara.
Namun beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
sektor ini mempunyai potensi yang besar dalam
akumulasi modal bagi pembangunan sebuah wilayah.
Klarita Gerxhani mencoba mengidentifikasi keuntungan
dan kerugian kehadiran sektor informal di suatu
wilayah dari sisi ekonomi, sosial, dan politik (Gerxhani
2000).
1. Keuntungan Kehadiran Sektor Informal
a. Ekonomi
1. menjamin tingkat kompetisi dan fleksibilitas

produksi
2. memberi sumbangan terhadap pertumbuhan
ekonomi lokal
3. sektor ini mendorong upah di sektor formal untuk
bergerak ke bawah
4. menyediakan harga barang dan jasa yang murah
5. memberi pendapatan yang cukup untuk indvidu
tertentu
6. upah tenaga kerja sangat murah
7. upah yang murah dengan biaya
administrasi/birokrasi yang murah mengakibatkan
produktivitas modal sektor ini cukup tinggi
8. pengalaman beberapa negara menunjukkan bahwa
penurunan gdp dapat ditutupi dengan kenaikan yang
cepat sektor informal
b. Sosial
1. kegiatan sektor informal memberi peluang
pekerjaan kepada keluarga, memungkinkan mereka

memnuhi kebutuhan dasar dan peluang
meningkatkan kesejahteraan rumah tangga mereka
2. sektor informal memberi kebebasan untuk
berinisiatif dan berkreasi
3. walaupun pendapatan dari sektor ini mungkin kecil
namun lebih baik dari pada tergantung pada
tunjangan subsidi pemerintah atau mati kelaparan
c. Politik
1. kehadiran sektor informal dapat berperan sebagai
katup pengaman terhadap ketidakpuasan
masyarakat luas atau ketegangan sosial
2. kegiatan sektor informal sering didorong dan
dimanfaatkan para politisi untuk meningkatkan
pengaruh politik mereka
2. Kerugian Kehadiran Sektor Informal
a. Ekonomi
1. sektor informal tidak mempunyai kemampuan
mendorong pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
2. muncul distorsi dari sektor informal terhadap
indikator tingkat kesempatan kerja, tingkat inflasi
dan tingkat pertumbuhan ekonomi
3. sektor informal jarang membayar pajak sehingga
pendapatan negara menurun akibatnya terjadi defisit
anggaran belanja
4. lebih jauh dari itu sektor informal menekan
kenaikan pajak
5. kehadirannya memicu persaingan yang tidak sehat
terhadap pengusaha yang bergerak sektor formal
baik nasional maupun internasional
6. jika sektor informal tersebar secara meluas di
sebuah negara maka akan memicu kesenjangan
teknologi antar negara
7. mereka yang berkiprah di sektor ini mempunyai
produktivitas dan pendapatan rendah
8. kehadiran sektor informal mempunyai korelasi
terbalik dengan pelayanan umum karena pendapatan
pemerintah yang kurang

b. Sosial
1. mereka yang terlibat di sektor informal lebih
melarat dari mereka yang terlibat di sektor formal.
Hal ini tercermin dari kondisi tempat kerja yang
buruk dan mereka tidak menerima tunjangan sosial
apa pun
2. penduduk lain mendapat informasi yang keliru
tentang pendapatan nasional karena mereka yang
terlibat di sektor informal memperoleh keuntungan
karena tidak membayar pajak atau kewajiban lain. Ini
tidak adil untuk mereka yang bekerja di sektor formal
c. Politik
1. oleh karena kegiatan ekonomi sektor informal tidak
tercatat sehingga tidak dimasukkan dalam
perhitungan statistik pendapatan. Ini akan
mengurangi penilaian terhadap kinerja pemerintah
sebagai pembuat keputusan
2. kehadiran mereka mendorong korupsi dan lobi
politik yang membawa akibat negatif
Kehadiran sektor informal telah berhasil memberi
pekerjaan bagi sebagian besar penduduk. Diperkirakan
68 persen angkatan kerja di Indonesia terlibat dalam
sektor informal (Wiebe 1996). Bobo (2003) bahkan
menyebut angka sekitar 90 persen usaha di Indonesia
masuk dalam kategori UKM dan informal. Angka
tersebut tidak berbeda dengan Kenya dengan sekitar
68 persen angkatan kerja terlibat dalam sektor dalam
sektor informal (Bigsten 2000). Bahkan Thailand yang
perekonomiannya cukup mapan memperkirakan sekitar
72 persen angkatan kerja bergelut di sektor informal
(Coate 2006). Angka tersebut menunjukkan bahwa
sektor ini sangat dominan sebagai penyedia lapangan
kerja bagi lebih dari separuh penduduk suatu negara.
Pada aras kabupaten, walaupun belum ada data, sektor
informal masih dominan sebagai penyedia lapangan

kerja bagi penduduk yang tidak terserap ke pasar
tenaga kerja formal.
Jenis usaha yang masuk dalam sektor informal sangat
bervariasi, mulai dari yang legal hingga yang ilegal.
Ada beberapa sub-sektor yang di dalam sektor informal
yang menjadi tempat penampungan mereka yang mau
berusaha di sektor informal (Coate 2006). Sub-sektor
tersebut meliputi:
Eceran (retailing): Sektor ini meliputi pedagang
asongan, pedagang kakilima (PKL), dan pedagang
koran
2. Transportasi: mobil sewaan, taksi gelap, ojek,
andong, becak, dan tukang pikul
3. Jasa pribadi: tukang semir, tukang sepatu, tukang
pijat, tukang kayu dan tukang kebun
4. Penyewaan: penyewaan kursi, penyewaan perlatan
pesta, dan rentenir
5. Jasa keamanan: penjaga malam, pengawal dan
tukang parkir.
6. Perjudian: penjual loteri dan penjual nomor buntut
7. Barang bekas: pemulung sampah, dan penjual
barang bekas
8. Pekerja seks komersil (PSK)
9. Pengemis
10. Kriminal: copet, mencuri, dan merampok
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sektor eceran
merupakan kegiatan yang paling banyak menampung
tenaga kerja. Sebagian besar yang bekerja di sektor ini
adalah pedagang kaklima dan pedagang asongan.
Mungkin ini bisa masuk akal karena sektor ini yang
paling
mudah
untuk
berusaha
karena
tidak
membutuhkan kehlian khusus, dan modal yang
dibutuhkan kecil.
1.

Pembagian sektor formal dan informal dalam beberapa
hal masih sering kabur. Salah satu pembedaan adalah
sektor formal diatur pemerintah sedang sektor informal
kurang diatur pemerintah. Dalam kenyataan sektor
informal ternyata sering diatur oleh pemerintah.
Misalnya,
pemerintah mengatur
tentang
lokasi
pedagang kakilima sehingga tidak bentrok dengan
pengusaha di sektor formal. Sering terjadi sektor
informal bisa juga membangun mitra dengan sektor
formal melalui subkontrak. Sektor informal menjual
produk yang dihasilkan sektor formal dan sebaliknya
sektor formal dapat menjual produk sektor informal.
Jadi pembedaan di atas hanya berguna untuk
kepentingan analisis dalam rangka pembuatan
kebijakan.
C. Rangkuman
Sektor informal menduduki peringkat teratas dalam
menyerap angkatan kerja. Hal ini karena entry ke
sektor ini sangat mudah dan keahlian yang dibutuhkan
sangat terbatas. Sektor informal ini tumbuh sebagai
akibat dari lambatnya sektor formal menyerap tenaga
kerja. Petumbuhan penduduk yang pesat menyebabkan
sektor formal mengalami kesulitan menyediakan
kesempatan
kerja
bagi
angkatan
kerja
baru.
Pengembangan sektor ini tidak sepenuhnya mendapat
sambutan. Banyak negara berkembang ingin sektor ini
dihilangkan karena menjadi lambang keterbelakangan.
Namun kaum optimis percaya bahwa sektor ini bisa
bermitra dengan sektor formal. Sektor informal secara
ekonomi, sosial, dan politik mempunyai keunggulan
dan kelemahan. Terlepas dari itu sektor ini sebenarnya
memberi kontribusi terhadap perekonomian daerah.
Memang pilihan untuk masuk ke sektor informal
bukanlah yang terbaik tapi merupakan pilihan kedua
yang terbaik. Daripada mengangu lebih baik masuk ke

sektor ini walaupun dengan pendapatan yang tidak
terlalu besar. Sebenarnya tidak semua yang terjun ke
sektor ini karena alasan kemiskinan. Ada juga
pengusaha yang sengaja masuk ke sektor ini karena
tidak terlalu diganggu oleh masalah birokrasi yang
mahal. Dalam hal hal tertentu sektor ini dapat
menggalang kerja sama dengan sektor formal sehinga
batas antara sektor informal dan sektor formal menjadi
kabur.
1. Pengertian
a. Ekonomi Formal
Ekonomi formal dapat diartikan sebagai usaha yang
membutuhkan syaratsyarat tertentu agar dapat melakukan kegiatan
usaha, seperti izin usaha, jumlah
modal, proposal kegiatan, dan susunan pengurus.
Persiapan untuk memasuki
bidang perekonomian formal harus benar-benar
mempertimbangkan segala hal
yang berhubungan dengan perekonomian tersebut.
Ciri-ciri bidang ekonomi formal adalah sebagai berikut:
- Memiliki izin
- Adanya keharusan membayar pajak
- Tunduk terhadap kebijakan dari negara
- Secara umum keuntungannya besar
- Pembukuan dilakukan secara teratur karena
transaksinya banyak dan perlu
dianalisis
- Biasanya perekonomian itu dilakukan diperkotaan

6

b. Ekonomi Informal
Penggunaan asli 'sektor informal' istilah dikaitkan
dengan model
pembangunan ekonomi yang dikemukakan oleh W.
Arthur Lewis, yang digunakan
untuk menggambarkan pekerjaan atau mata
pencaharian terutama generasi dalam
dunia berkembang. Itu digunakan untuk
menggambarkan jenis pekerjaan yang
dipandang sebagai jatuh di luar sektor industri modern.
Sebuah definisi alternatif
menggunakan keamanan kerja sebagai ukuran
formalitas, mendefinisikan peserta
dalam perekonomian informal sebagai orang-orang
'yang tidak memiliki pekerjaan
keamanan, pekerjaan keamanan dan jaminan sosial".
Sementara kedua definisi ini
menyatakan kurangnya pilihan atau lembaga dalam
keterlibatan dengan ekonomi
informal, partisipasi juga dapat didorong oleh
keinginan untuk menghindari
peraturan atau perpajakan. Ini mungkin bermanifestasi
sebagai tenaga kerja tidak
dilaporkan, tersembunyi dari negara untuk pajak,
jaminan sosial atau tujuan hukum
perburuhan, namun hukum di semua aspek lainnya.

2. Perbedaan antara ekonomi formal dan ekonomi
informal
Untuk lebih mudah memahami maka perbedaan ini
dibentuk berupa tabel, sebagai
berikut:
Ekonomi Formal
Ekonomi Informal
Memiliki Izin Usaha
Tidak memiliki izin usaha
Berskala besar
Berskala kecil
Teknologi yang digunakan modern
Teknologi yang digunakan
sederhana
Sepenuhnya menjalankan peraturan
pemerintah
Tidak sepenuhnya tunduk
dengan aturan pemerintah
Keuntungan relatif besar
Keuntungan relatif kecil
Memiliki struktur yang teratur
dengan baik dan terorganisir
Tidak memiliki struktur yang
sistematis

7

3. Hubungan antara ekonomi formal dan ekonomi
informal
Hubungan antara ekonomi formal dan informal
merupakan salah-satu kajian
penting dalam studi tentang ekonomi informal. Paling
tidak hubungan tersebut dapat
dilihat dari dua perspektif yaitu pendekatan konflik dan
pendekatan fungsional. Pada
pendekatan konflik melihat bahwa kehadiran sektor
informal diperlukan untuk
mendukung perkembangan sektor formal. Kehadiran
penjual makanan di sekitar proyek
pembangunan diperlukan bagi pekerja-pekerja
harian yang dibayar murah oleh
perusahaan formal. Jika tidak ada penjual makanan
tersebut maka pekerja-pekerja
harian harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi
untuk bisa mendapatkan makanan
sejenis yang terdapat di dalam gedung sepanjang jalan
perusahaan tersebut. Mungkin
saja sebagian pendapatan dikeluarkan hanya untuk itu.
Dengan demikian, seperti itulah
yang sering dilontarkan adalah, sektor informal
mensubsidi sektor formal. Kata subsidi
tersebut merupakan penghalus dari kata eksploitasi.
Sedangkan pendekatan fungsional melihat hubungan
tersebut sebagai sesuatu yang
saling menguntungkan antara sektor formal dan
informal. Istilah mereka adalah dimana
ada gula disana ada semut. Seperti, dimana ada
perusahaan formal disitu ada pekerja

informal juga, misalnya pekerja PT yang membeli
makanan di warung yang kecil.
4. Sektor-sektor dari ekonomi formal dan ekonomi
informal
a. Sektor Usaha Formal Dalam Perekonomian Indonesia
1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Sebagai realisasi dari pasal 33 ayat 2 dan 3 UUD
1945 maka didirikanlah
Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN adalah
bada usaha yang
modalnya sebagian besar/seluruhnya milik
pemerintah/negara. Badan usaha
milik pemerintah pusat disebut BUMN, sedangkan
badan usaha yang modalnya
milik pemerintah daerah disebut BUMD (Badan Usaha
Milik Daerah). BUMN
dan BUMD didirikan utuk melayani kepentingan
umum dan mencari

8
keuntungan dalam ranka mengisi kas negara.
Berdasarkan UU RI No 9 tahun

1969 perusahaan negara digolongkan menjadi 3 jenis
yaitu :
a) Perusahaan Jawatan (PERJAN)
b) Perusahaan umum (PERUM)
c) Perusahaan Perseroan (PERSERO)
2. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)
BUMS/perusahaan suasta adalah perusahaan yang
diberikan wewenang untuk
menyelenggarakan kegiatan ekonomi di luar
perusahaan negara dan koperasi
Peranan BUMS dalam perekonomian nasional.
Menggali dan memfaatkan
potensi ekonomi yang belum digarap oleh
perusahaan negara Membantu
pemerintah memenui kebutuan masyarakat
Meningkatkan penerimaan defisa
negara dari perusahaan suasta yang melakukan
kegiatan ekspor, impor
Membantu mempercepat pertumbuan ekonomi
Meningkatkan lapangan kerja
dalam upaya mengatasi pengangguran Bentukbentuk Perusahaan swasta
Perusahaan swasta dalam menjalankan usahannya
dapat berbentuk perseroan
terbatas, persekutuan komanditer, persekutuan fima,
dan perusahaan
perseorangan.
3. Koperasi
Fungsi dan peran koperasi Indonesia menurut UU No25
tahun 1992 pasal

4 sebagai berikut:
“Membangun dan mengembangkan potensi dan
kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
untuk meningkatkan
kesejateraan ekonomi dan sosisl Berperan serta
secara efektif dealam upaya
mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat”
“Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar
kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko
gurunya. Berusaha untuk
mewujutkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan
uasaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan
dan demokrasi ekonomi”
b. Sektor usaha informal

9
Yang termasuk kedalam sektor ekonomi informal
adalah kebalikan/negasi

dari ekonomi formal. Contoh ekonomi informal
seperti, pedagang kaki lima,
pemilik warung kecil, penjaja makanan keliling,
wirausaha kecil, dan lain
sebagainya.
Referensi
Alam. 2005. Ekonomi Jilid 3. Jakarta: Esis.
Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Haryanto, Sindung. thn. Sosiologi Ekonomi. T4:
penerbit.
Nazara, Suahasil. 2010. Ekonomi Informal di Indonesia:
ukuran, komposisi dan evolusi.
Jakarta: ILO.