73
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Prospek Usahatani Padi dan Palawija pada Lahan Kering di
Kabupaten Gunung Kidul DIY dapat disimpulkan : 1.
Manajemen usahatani padi dan palawija petani lahan kering di Kabupaten Gunung Kidul diperlukan untuk
merancang pola tanam yang dapat memberikan tingkat pendapatan yang tertinggi.
2. Pendapatan usahatani pola tanam Padi-Padi- Kedelai
sebesar Rp. 39.922.824,-ha tahun. Pendapatan usahatani pola tanam Padi-Padi-Bero sebesar Rp.27.690.615,-
hatahun. Pendapatan usahatani pola tanam Tumpangsari
Padi-Jagung-Ubikayu- Kacang
Tanah sebesar
Rp.11.786.148,-hatahun .
3. Pola tanam yang memberikan pendapatan petani tertinggi
yaitu Padi-Padi-Kedelai.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjikkan bahwa pola tanam Padi-Padi-Kedelai dapat memberikan pendapatan
tertinggi, maka disarankan agar petani mengubah pola tanam sesuai dengan hasil penelitian ini.
75
REFERENSI
Arsyad, S. 1985. Strategi Konversi Tanah. Makalah Proceeding LokakaryaPengelolaan
Daerah Aliran
Sungai Terpadu.Yogyakarta,3-5 Oktober 1985Atmadilaga, D.
1976.
Haryati, Umi. 2002. Keunggulan dan Kelemahan Sistem Alley Cropping SertaPeluang dan Kendala Adopsinya Di
Lahan Kering DAS Bagian Hulu.
Gunungkidul Dalam Angka. Gunungkidul in Figures.2015. Bdan Pusat Statistik Kabupaten Gunung kidul.
Notohadinagoro, Tejoyuwono. 1997. Bercari manat Pengelolaan Berkelanjutan Sebagai Konsep Pengembangan Wilayah
Lahan Kering. Makalah Seminar Nasional dan Peatihan Pengelolaan Lahan Kering FOKUSHIMITI di Jember.
Universitas Jember. Jember
Pusat Peneliti Universitas Brawijaya. 1991. Penelitian dan Pengembangan Sistem Usaha Tani Lahan Kering Yang
Berkelanjutan; Proseding Simposium Nasional Malang. Universitas Brawijaya. Malang
Sutrisno,2012. Metode Statistika Untuk Penelitian Kuantitatif. Penerbit Ombak. Yogyakarta.
Suwardji. 2003. Profil Wilayah Lahan Kering Propinsi NTB: Potensi, Tantangan dan strategi Pengembangannya.
Makalah Seminar Nasional FOKUSHIMITI BEW III di Mataram. Universitas Mataram. Mataram
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Perhitungan estimasi Rata-rata biaya dalam 1 ha untuk PADI MT 1
No resp
Luas Lahan
Pengolahan lahan
Pemupukan 1 Penanaman Pemupukan 2 Pengendalian
Hamapenyakit Penyiangan Pengairan
Peralatan Pemanenan Ha
Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp
Rp
1 0,20 1.250.000 350.000 400.000 322.500 - 510.000 - 282.500
2 0,20 600.000 - 550.000 1.000.000 - - - 1.550.000
5 0,50 460.000 588.000 470.000 680.000 240.000 240.000 1.260.000
8 0,24 575.521 1.041.667 575.521 - 208.333 - -
9 0,10 2.400.000 2.400.000 2.400.000 - 2.400.000 - -
10 0,24 713.542 - 713.542 - 1.250.000 - -
12 0,10 1.585.000 825.000 1.585.000 -
- 790.000
15 0,35 295.714 2.800.000 295.714 -
1.142.857 - 228.571
16 0,20 1.035.000 12.400.000 1.035.000 -
15.000.000 - 400.000
17 0,06 - - 6.900.000 333.333 - 666.667 694.445
18 0,08 - - 3.800.000 250.000 - - 1.302.083
19 0,12 - 491.000 4.500.000 166.667 - - 170.833
20 0,08 - 269.500 2.812.500 250.000 - - 233.333
21 0,20 - 150.000 5.000.000 250.000 - - 187.500
22 0,25 - 450.000 2.800.000 200.000 - 1.200.000 60.000
25 0,10 1.660.000 3.000.000 1.660.000 - - - 625.000
26 0,20 480.000 1.950.000 480.000 - - - 382.000
27 0,20 2.450.000 3.000.000 2.450.000 - - - 382.000
28 0,11 1.900.000 4.068.182
800.000 287.879 4.636.364 4.636.364
29 0,20 1.515.000 600.000 1.515.000 900.000 2.450.000 - 908.335 500.000 500.000
Total 16.919.777 34.383.348 39.542.277 4.830.000 22.691.190 2.106.667 7.911.980 6.968.864 5.136.364
Rata-rata 845.989 1.719.167 2.196.793 301.875 1.334.776 140.444 416.420 2.228.788 2.568.182
Lampiran 2. Tabel Perhitungan Estimasi Rata-rata Biaya dalam 1 ha untuk padi MT 2
No resp
Luas lahan
Pengolahan lahan
Pemupukan 1
Penanaman Pemupukan
2 Pengendalian
Hamapenyakit Penyiangan Pengairan
Peralatan Pemanenan Ha
Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp
Rp
1 0,20
1.250.000 325.000
2.750.000 1.612.500
- 1.250.000
- 282.500
1.500.000 2
0,20 600.000
- 500.000
1.437.500 -
- -
1.550.000 1.500.000
5 0,50
240.000 460.000
1.980.000 470.000
680.000 240.000
240.000 1.260.000
- 8
0,24 416.667
575.521 1.041.667
575.521 -
208.333 -
- -
9 0,10
2.500.000 2.400.000
2.400.000 2.400.000
- 2.400.000
- 5.950.000
- 10
0,24 1.041.667
713.542 -
713.542 -
1.250.000 -
1.708.333 -
12 0,10
- 1.585.000
825.000 1.585.000
- -
790.000 -
15 0,35
- 295.714
2.800.000 295.714
- 1.142.857
- 228.571
- 16
0,20 -
1.035.000 12.400.000
1.035.000 -
15.000.000 -
400.000 -
17 0,06
- -
2.750.000 6.900.000
333.333 -
666.667 694.445
- 18
0,08 -
- 2.062.500
3.800.000 250.000
- -
1.302.083 -
19 0,12
6.250.000 -
4.091.667 4.500.000
166.667 -
- 170.833
- 20
0,08 -
- 3.368.750
2.812.500 250.000
- -
233.333 -
21 0,20
- -
750.000 5.000.000
250.000 -
- 187.500
- 22
0,25 2.400.000
- 1.800.000
2.800.000 200.000
- 1.200.000
60.000 -
25 0,10
900.000 1.660.000
3.000.000 1.660.000
- -
- -
- 26
0,20 1.000.000
480.000 1.950.000
480.000 -
- -
- -
27 0,20
3.250.000 2.450.000
3.000.000 2.450.000
- -
- -
- 28
0,11 6.727.273
1.900.000 4.068.182
800.000 287.879
4.636.364 29
0,20 -
1.515.000 600.000
1.515.000 900.000
2.450.000 -
908.333 500.000
Total 26.575.606
15.394.777 52.137.765
42.042.277 3.830.000
23.941.190 2.106.667
16.013.811 8.136.364
Rata-rata 1.328.780
769.739 2.606.888
2.212.751 191.500
1.330.066 110.877
800.691 406.818
Lampiran 3. Tabel Perhitungan Estimasi Rata-rata Biaya dalam 1 ha untuk Kedelai MT 1
No resp
Luas lahan
Pengolahan lahan
Pemupukan 1 Penanaman Pemupukan
2 Pengendalian
Hamapenyakit Penyiangan Pengairan Peralatan Pemanenan
Ha Rp
Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp
1 0,20
- -
2.575.000 -
500.000 -
- 282.500
2 0,20
- -
500.000 125.000
670.000 -
- 1.550.000
150.000 5
0,50 240.000
450.000 690.000
- 262.000
240.000 240.000
1.260.000 8
0,24 -
172.917 333.333
172.917 62.500
- -
1.333.333 9
0,10 -
350.000 1.560.000
280.000 200.000
- -
3.450.000 10
0,24 -
171.667 1.850.000
171.667 145.833
- -
708.333 12
0,10 -
1.585.000 -
- 500.000
- -
790.000 15
0,35 -
295.714 -
- 142.857
- -
228.571 16
0,20 -
1.035.000 -
- 250.000
- -
400.000 17
0,06 -
- 166.667
1.916.667 333.333
- -
652.778 18
0,08 -
- 125.000
1.437.500 250.000
- -
1.270.833 19
0,12 -
- 2.666.667
1.000.000 166.667
- -
120.833 20
0,08 -
- -
1.437.500 250.000
- -
202.083 21
0,20 -
- -
600.000 100.000
- -
107.500 22
0,25 -
- -
480.000 80.000
- -
60.000 25
0,10 -
- 2.700.000
- -
- -
- 26
0,20 -
100.000 -
- -
- -
- 27
0,20 1.000.000
- 385.000
- -
- -
- 28
0,11 -
- -
- -
29 0,20
- -
- -
Total 1.240.000
4.160.298 13.551.667
7.621.250 3.913.190
240.000 240.000
12.416.766 150.000
Rata-rata 72.941
208.015 797.157
508.083 205.957
14.118 16.000
689.820 150.000
Lampiran 4. Tabel Perhitungan Estimasi Rata-rata Biaya dalam 1 ha untuk Pola Tanam PPbero Padi MT1
Nomor resp. bero
Luas lahan
Pengolahan lahan
Pemupukan 1
Penanaman Pemupukan
2 Pengendalian
Hama penyakit Penyiangan Pengairan
Peralatan Pemanenan Ha
Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp
Rp
3 0,12
2.083.333 1.250.000
5.416.667 2.450.000
733.333 2.083.333
833.333 8.958.333
4 0,08
625.000 2.500.000
4.687.500 2.156.250
- 625.000
625.000 2.312.500
7 0,20
500.000 690.625
1.250.000 690.625
- 500.000
- 1.482.500
23 0,10
2.000.000 750.000
1.625.000 1.170.000
750.000 -
- 2.513.333
24 0,20
1.000.000 425.000
920.000 637.500
250.000 1.225.000
- 1.318.333
30 0,20
1.800.000 -
6.032.500 1.685.000
600.000 -
- 2.887.500
5.000.000 31
0,40 625.000
- 1.525.000
542.500 -
- -
900.000 1.250.000
32 0,20
1.750.000 -
2.100.000 1.927.500
400.000 1.250.000
- 1.800.000
- 33
0,25 800.000
- 800.000
212.600 100.000
- -
1.860.000 -
34 0,04
3.750.000 -
3.500.000 5.300.000
2.225.000 -
- 6.250.000
-
total 14.933.333
5.615.625 27.856.667
16.771.975 5.058.333
5.683.333 1.458.333
30.282.500 6.250.000
rata-rata 1.493.333
561.563 2.785.667
1.677.198 505.833
568.333 145.833
3.028.250 1.250.000
Lampiran 5. Tabel Perhitungan Estimasi Rata-rata Biaya dalam 1 ha untuk Pola Tanam PPbero padi MT 2
Nomor responden
bero Luas
lahan Pengolahan
lahan Pemupukan
1 Penanaman
Pemupukan 2
Pengendalian Hamapenyakit
Penyiangan Pengairan Peralatan Pemanenan Ha
Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp
Rp
3 0,12
2.083.333 1.250.000
5.416.667 2.450.000
733.333 2.083.333
833.333 8.958.333
4 0,08
625.000 2.500.000
4.687.500 2.156.250
- 625.000
625.000 2.312.500
7 0,20
500.000 27.625
1.250.000 690.625
- 500.000
- 1.482.500
23 0,10
2.000.000 750.000
1.625.000 1.170.000
750.000 -
- -
24 0,20
1.000.000 425.000
920.000 637.500
250.000 1.225.000
- -
30 0,20
1.800.000 -
6.032.500 1.685.000
600.000 -
- 2.887.500
5.000.000 31
0,40 625.000
- 1.525.000
542.500 -
- -
900.000 1.250.000
32 0,20
1.750.000 -
2.100.000 1.927.500
400.000 1.250.000
- 1.800.000
- 33
0,25 800.000
- 800.000
212.600 100.000
- -
1.860.000 -
34 0,04
3.750.000 -
3.500.000 5.300.000
2.225.000 -
- 6.250.000
-
Total 14.933.333
4.952.625 27.856.667
16.771.975 5.058.333
5.683.333 1.458.333 26.450.833 6.250.000
rata-rata 1.493.333
495.263 2.785.667
1.677.198 505.833
568.333 145.833
2.645.083 1.250.000
Lampiran 6. Tabel Perhitungan estimasi Rata-rata biaya dalam 1 ha untuk PADI MT 1
No resp
Luas Lahan
Pengolahan lahan
Pemupukan 1
Penanaman Pemupukan
2 Pengendalian
Hamapenyakit Penyiangan
Pengairan Peralatan
Pemanenan Ha
Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp
Rp Rp
Rp
1 0,20
1.250.000 350.000
400.000 322.500
- 510.000
- 282.500
2 0,20
600.000 -
550.000 1.000.000
- -
- 1.550.000
5 0,50
460.000 588.000
470.000 680.000
240.000 240.000
1.260.000 8
0,24 575.521
1.041.667 575.521
- 208.333
- -
9 0,10
2.400.000 2.400.000
2.400.000 -
2.400.000 -
- 10
0,24 713.542
- 713.542
- 1.250.000
- -
12 0,10
1.585.000 825.000
1.585.000 -
- 790.000
15 0,35
295.714 2.800.000
295.714 -
1.142.857 -
228.571 16
0,20 1.035.000
12.400.000 1.035.000
- 15.000.000
- 400.000
17 0,06
- -
6.900.000 333.333
- 666.667
694.445 18
0,08 -
- 3.800.000
250.000 -
- 1.302.083
19 0,12
- 491.000
4.500.000 166.667
- -
170.833 20
0,08 -
269.500 2.812.500
250.000 -
- 233.333
21 0,20
- 150.000
5.000.000 250.000
- -
187.500 22
0,25 -
450.000 2.800.000
200.000 -
1.200.000 60.000
25 0,10
1.660.000 3.000.000
1.660.000 -
- -
625.000 26
0,20 480.000
1.950.000 480.000
- -
- 382.000
27 0,20
2.450.000 3.000.000
2.450.000 -
- -
382.000 28
0,11 1.900.000
4.068.182 800.000
287.879 4.636.364
4.636.364 29
0,20 1.515.000
600.000 1.515.000
900.000 2.450.000
- 908.335
500.000 500.000
Total 16.919.777
34.383.348 39.542.277
4.830.000 22.691.190
2.106.667 7.911.980
6.968.864 5.136.364
Rata-rata 845.989
1.719.167 2.196.793
301.875 1.334.776
140.444 416.420
2.228.788 2.568.182
Lampiran 7. Tabel pendapatan pola tanam Padi, Padi, Bero
Nomor res.
bero Luas
lahan pendapatan
padi 1 pendapatan
padi 1ha pendapatan
padi 2 Pendapatan
padi 2ha total
pendapatan Total
pendapatan ha
3 0,12
7.143.000 59.525.000
7.143.000 59.525.000
73.811.000 615.091.667 4
0,08 682.500
8.531.250 682.500
8.531.250 9.896.250
123.703.125 7
0,20 163.750
818.750 383.750
1.918.750 1.366.250
6.831.250 23
0,10 1.481.667
14.816.670 1.733.000
17.330.000 18.031.337 180.313.370
24 0,20
1.102.333 5.511.665
1.366.000 6.830.000
7.979.998 39.899.990
30 0,20
7.529.000 37.645.000
7.529.000 37.645.000
52.703.000 263.515.000 31
0,40 263.000
657.500 263.000
657.500 1.183.500
2.958.750 32
0,20 3.434.500
17.172.500 3.434.500
17.172.500 24.041.500 120.207.500
33 0,25
1.168.850 4.675.400
1.168.850 4.675.400
7.013.100 28.052.400
34 0,04
1.447.000 36.175.000
1.447.000 36.175.000
39.069.000 976.725.000
Rata- rata
0,179 2.441.560
13.640.000 2.515.060
14.050.615 4.956.620
27.690.615
Lampiran 8.Tabel pendapatan pola tanam padi, padi, kedelai
Nomor resp
Luas Lahan
ha Pendapatan
Padi 1 Pendapatan
padi 1ha Pendapatan
padi 2 Pendapatan
padi 2ha Pendapatan
kedelai pendapatan
kedelaiha pendapatan
pagar jagung
Pendapatan pagar jagungha
Pend Total Pendapatan
totalha Rupiah Rp
1 0,20
2794000 13970000
3473500 17367500
1218500 6092500
7.486.000 37.430.000
2 0,20
2945500 14727500
1866000 9330000
226000 1130000
5037500 25.187.500
5 0,50
1461000 2922000
765000 1530000
1109000 2218000
3335000 6.670.000
8 0,24
433750 1807291,667
328750 1369791,667
242000 1008333,333 1825000 7604166,667
2829500 11.789.583
9 0,10
595000 5950000
595000 5950000
606000 6060000
1320000 13200000
3116000 31.160.000
10 0,24
97500 406250
97500 406250
1518600 6327500
1713600 7.140.000
12 0,10
8921500 89215000
8921500 89215000
420000 4200000
18263000 182.630.000 15
0,35 6333000
18094285,71 6333000
18094285,71 1400000 4000000
14066000 40.188.571
16 0,20
1526000 7630000
1526000 7630000
4900000 24500000
7952000 39.760.000
17 0,06
1434333 23905550
1269333 21155550
515833 8597216,667 1800000 30000000
5019499 83.658.317
18 0,08
1671833 20897912,5
1506833 18835412,5
453333 5666662,5
600000 7500000
4231999 52.899.988
19 0,12
428500 3570833,333
428500 3570833,333
925500 7712500
1650000 13750000
3432500 28.604.167
20 0,08
1041833 13022912,5
1041833 13022912,5
848833 10610412,5 1800000
22500000 4732499
59.156.238 21
0,20 4387500
21937500 4387500
21937500 1238500
6192500 4800000
24000000 14813500
74.067.500 22
0,25 6885000
27540000 6885000
27540000 895000
3580000 2400000
9600000 17065000
68.260.000 25
0,10 2239500
22395000 2302000
23020000 988000
9880000 5529500
55.295.000 26
0,20 6181600
30908000 6258000
31290000 2230000
11150000 14669600
73.348.000 27
0,20 3813600
19068000 3890000
19450000 1023000
5115000 8726600
43.633.000 28
0,11 982833
8934845,455 892833
8116663,636 202500 1840909,091 330000
3000000 2408166
21.892.418 29
0,20 2522333
12611665 2522333
12611665 -920000
-4600000 360000
1800000 4484666
22.423.330
Rata-rata 0,19 2.834.806
15.200.031 2.764.521
14.823.168 1.002.030
5.372.815 844.250
4.526.810 6.768.733
36.293.475
Lampiran 9. Tabel Total Pendapatan Tumpangsariha
No. Luas
Lahan Pendapatan
padi Pendapatan
padiha Pendapatan
jagung pendapatan
jagungha pendapatan
ubi kayu pendapatan
ubi kayuha pendapatan
kc tanah pendapatan
kc tanahha Pendapatan
total tumpangsari
Pendapatan total
tumpangsariha
Rupiah
1 0,08
2.880.000 37.844.941 900.000
11.826.544 2.800.000 36.793.693 450.000
5.913.272 7.030.000 92.378.449
2 0,40
3.800.000 9.500.000
1.500.000 3.750.000
1.500.000 3.750.000 240.000
600.000 7.040.000
17.600.000 3
0,10 1.080.000 10.800.000
200.200 2.002.000
450.000 4.500.000
- -
1.730.200 17.302.000
4 0,10
880.000 8.800.000
152.500 1.525.000
375.000 3.750.000
- -
1.407.500 14.075.000
5 0,10
900.000 9.000.000
250.000 2.500.000
300.000 3.000.000
- -
1.450.000 14.500.000
6 0,05
675.000 13.500.000
225.000 4.500.000
72.000 1.440.000
- -
972.000 19.440.000
7 0,05
1.650.000 33.000.000 750.000
15.000.000 500.000 10.000.000
- -
2.900.000 58.000.000
8 0,05
135.000 2.700.000
125.000 2.500.000
25.000 500.000
- -
285.000 5.700.000
9 0,03
268.000 8.933.333
200.000 6.666.667
40.000 1.333.333
- -
508.000 16.933.333
10 0,25
810.000 3.240.000
350.000 1.400.000
333.500 1.334.000
480.000 1.920.000 1.973.500
7.894.000 11
0,10 3.520.000 35.200.000
3.000.000 30.000.000
920.000 9.200.000
420.000 4.200.000 7.860.000
78.600.000 12
0,10 540.000
5.400.000 420.000
4.200.000 275.000
2.750.000 2.800.000 28.000.000 4.035.000 40.350.000
13 1,00
2.700.000 2.700.000
1.650.000 1.650.000
920.000 920.000
3.600.000 3.600.000 8.870.000 8.870.000
14 1,50
5.280.000 3.520.000
10.890.000 7.260.000
8.800.000 5.866.667 6.000.000 4.000.000 30.970.000 20.646.667
15 1,00
675.000 675.000
1.012.500 1.012.500
1.150.000 1.150.000 1.500.000 1.500.000 4.337.500 4.337.500
16 0,04
180.000 4.500.000
- -
100.000 2.500.000
- -
280.000 7.000.000
17 0,07
660.000 9.428.571
- -
- -
- -
660.000 9.428.571
18 0,10
675.000 6.750.000
1.000.000 10.000.000
- -
- -
1.675.000 16.750.000
19 0,05
675.000 13.500.000
400.000 8.000.000
- -
- -
1.075.000 21.500.000
20 0,03
88.000 2.933.333
- -
180.000 6.000.000
- -
268.000 8.933.333
Lanjutan table total pendapatan Tumpangsari
No. Luas
Lahan Pendapatan
padi Pendapatan
padiha Pendapatan
jagung pendapatan
jagungha pendapatan
ubi kayu pendapatan
ubi kayuha pendapatan
kc tanah pendapatan
kc tanahha Pendapatan
total tumpangsari
Pendapatan total
tumpangsariha
Rupiah
21 1,00
3.240.000 3.240.000
1.800.000 1.800.000
- -
- -
5.040.000 5.040.000
22 0,03
1.080.000 36.000.000 -
- 300.000 10.000.000
- -
1.380.000 46.000.000
23 0,03
1.430.000 47.666.667 150.000
5.000.000 100.000
3.333.333 200.000
6.666.667 1.880.000
62.666.667 24
0,03 562.500
18.750.000 150.000
5.000.000 300.000 10.000.000 200.000
6.666.667 1.212.500
40.416.667 25
0,03 1.125.000 37.500.000
150.000 5.000.000
300.000 10.000.000 250.000 8.333.333
1.825.000 60.833.333
26 0,03
2.200.000 73.333.333 90.000
3.000.000 450.000 15.000.000 250.000
8.333.333 2.990.000
99.666.667 27
0,02 225.000
11.250.000 150.000
7.500.000 600.000 30.000.000 100.000
5.000.000 1.075.000
53.750.000 28
0,03 280.000
9.333.333 -
- 300.000 10.000.000 600.000 20.000.000 1.180.000
39.333.333 29
1,50 560.000
373.333 560.000
373.333 100.000
66.667 1.600.000 1.066.667
2.820.000 1.880.000
30 1,00
350.000 350.000
3.200.000 3.200.000
400.000 400.000
6.600.000 6.600.000 10.550.000 10.550.000
31 1,00
2.100.000 2.100.000
750.000 750.000
1.000.000 1.000.000 800.000
800.000 4.650.000
4.650.000 32
0,50 2.730.000
5.460.000 2.475.000
4.950.000 1.875.000 3.750.000 1.500.000 3.000.000
8.580.000 17.160.000
33 1,50
5.600.000 3.733.333
1.600.000 1.066.667
2.000.000 1.333.333 2.500.000 1.666.667 11.700.000 7.800.000
Rata- rata
0,36 1.501.621
4.165.525 1.033.339
2.866.502 801.985
2.224.721 911.818
2.529.400 4.248.764
11.786.148
Pujastuti Sulistyaning Dyah | Manajemen Usahatani Lahan Kering di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta
1
MANAJEMEN USAHATANI PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Pujastuti Sulistyaning Dyah Program Studi Magister Managemen
Fakultas Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Absrtak
Pemanfaatan lahan kering merupakan solusi atas semakin menyempitnya lahan sawah untuk produksi pangan. Dengan keterbatasan kondisi lahan kering namun potensi
ketersediaannya yang masih luas maka perlu dikembangkan untuk dikelola dengan lebih baik untuk penyediaan pangan. Ada keberagaman pola tanam yang dilakukan petani selama 1
tahun.Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui manajemen usahatani dalam mengatur perencanaan produksi dan mengetahui pola tanam yang paling menguntungkan petani
dilahan kering Kabupaten Gunung Kidul.Pengambilan sampel petani dengan metode stratified random sampling menyimpulkan bahwa pola tanam Padi-Padi-Kedelai
menunjukkan pendapatan yang tertinggi dibanding pola yang lain.
Kata kunci: Manajemen usahatani, Pola tanam, Pendapatan tertinggi
PENDAHULUAN
Faktor produksi utama dalam produksi pertanian adalah lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya. Tanaman
pangan akan tumbuh optimal pada lahan subur yang dikenal sebagai lahan sawah atau lahan basah. Sudah selayaknya jika selama ini pengembangan pertanian bertumpu pada lahan ini,
terutama padi yang masih menjadi pangan utama di Indonesia. Meskipun potensi produksi lahan sawah atau lahan basah lebih besar dibanding lahan
kering, tetapi keberadaan lahan sawah ini dari sisi ketersediaan luasanya jauh lebih sedikit dibandingkan lahan kering. Pertambahan jumlah penduduk dan sekaligus terjadinya alih
Pujastuti Sulistyaning Dyah | Manajemen Usahatani Lahan Kering di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta
2 fungsi lahan produktif menjadi lahan non pertanian, menjadikan semakin berkurangnya
ketersediaan lahan sawah. Semua itu menyebabkan semakin tidak tercukupinya ketersediaan lahan subur sawah untuk produksi pangan, sehingga alternatif pilihan produksi pertanian di
lahan kering menjadi makin diperlukan. Keberadaan lahan kering di Indonesia cukup luas, sekitar 60,7 juta hektar 88,6 ,
sedangkan lahan sawah jauh lebih sedikit hanya 7,8 juta hektar 11,4 dari luas lahan. Dari lahan sawah tersebut, 3,24 juta hektar separuhnya berada di Jawa Anonim,2007. Realitas
ini menunjukkan bahwa potensi lahan kering sangat besar untuk dikembangkan dibanding lahan sawah.
Selama ini pemanfaatan lahan kering kurang dapat diandalkan, hal ini karena sifat dan karakreristik lahan ini yang tidak mendukung produksi. Tingkat kesuburan yang rendah
menyebabkan produktivitas menjadi rendah.Dari sisi letak, lahan kering pada umumnya memiliki tingkat kemiringan yang curam sehingga peka terhadap erosi, terutama bila
diusahakan untuk tanaman semusim. Faktor keterbatasan sumber air menyebabkan usahatani tidak dapat dilakukan dengan optimal. Faktor pembatas itulah yang menjadi kendala dalam
pengembangan usahatani di lahan kering. Oleh karena itu diperlukan beberapa tindakan untuk mengatasinya.
Dengan tidak tercukupinya pengembangan pangan dilahan subur, mengharuskan sumber daya lahan kering ini sebagai solusi untuk dikembangkan dan menjadi tumpuan harapan
dalam menyediakan pangan didalamn negri. Hanya saja untuk dapat menghasilkan tanaman padi, lahan kering ini hanya dapat menghasilkan tanaman tersebut di musim hujan, yang
dikenal dengan sawah tadah hujan, dimana kebutuhan air sangat tergantung pada hujan. Sedangkan dimusim kemarau lahan kering ini cocok untuk diusahakan tanaman palawija.
Termasuk kelompok tanaman palawija diantaranya jagung, ubi kayu, kedelai, kacang tanah,
Pujastuti Sulistyaning Dyah | Manajemen Usahatani Lahan Kering di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta
3 yang merupakan pangan lokal yang diharapkan pemerintah dapat menjadi pangan alternatif
untuk mengatasi keterbatasan keberadaan tanaman padi. Permasalahannya dengan perbandingan luas lahan kering lebih besar dibanding lahan
sawah, tetapi hanya memberikan kontribusi pada sektor pertanian yang rendah, mendorong perhatian yang serius untuk dapat mengelola lahan ini sebagai penopang dalam memenuhi
kebutuhan pangan nasional, sekaligus untuk dapat meningkatkan pendapatan petani lahan kering sehingga dapat hidup lebih sejahtera.
Untuk dapat meningkatkan pendapatan petani lahan kering tersebut, perlu dibuat sebuah pemetakan tentang pola-pola usahatani lahan kering khususnya tentang padi dan palawija.
Ada beberapa pola tanam pengusahaan padi dan palawija yang dilakukan dalam satu tahun. Setiap pola tanam membutuhkan input yang berbeda dan juga hasil yng berbeda.
Manajemen di sektor hulu terkait dengan bagaimana menyediakan faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk proses produksi mulai dari penyediaan lahan, penyediaan sarana
produksi, kebutuhan tenaga kerja dan sebagainya. Sedangkan di sektor hilir terkait dengan bagaimana memanfaatkan lebih lanjut hasil produksi yang diperoleh sehingga dapat
memberikan nilai tambah dan yang dibutuhkan pasar. Kabupaten Gunung Kidul merupakan salah satu kabupaten di DIY dengan lahan
pertanian yang didominasi oleh lahan kering. Sebagian berupa lahan kering tadah hujan dan sebagian lagi berupa lahan kering tegalan.Lahan kering tadah hujan ditanami padi saat musim
penghujan dan palawija saat musim kemarau. Padi maupun palawija semuanya merupakan tanaman pangan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan pangan di dalam negri.
Pada pola tanam ini petani mengusahakan tanaman secara monokultur, sebagian lainnya menanam dengan sistim tumpang sari. Pola tanam dilakukan bergiliran diantara padi dan
kedelai, dan tumpangsari dilakukan bersama-sama antara padi, jagung, ubikayu, dan kacang
Pujastuti Sulistyaning Dyah | Manajemen Usahatani Lahan Kering di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta
4 tanah. Dengan demikian manajemen pengaturan waktu tanam dan pemberian input
produksinya juga berbeda. Penelitian ini akan melihat manajemen pola tanam usahatani yang mana yang akan
memberikan pendapatan tertinggi bagi petaninya, apa perencanaan selanjutnya untuk mengimplementasikan pola usahatani tersebut, seberapa besar peran dan prospek padi dan
palawija ini bagi petani dalam mengelola lahan kering yang dimilikinya. Dari usahatani padi dan palawija pola tanam mana yang mempunyai prospek lebih baik.
KAJIAN TEORI.
Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan , baik oleh gangguan manusia maupun alam makin meningkat. Lahan subur untuk produksi
pertanian banyak beralih fungsi menjadi lahan non-pertanian. Sebagai akibatnya kegiatan- kegiatan budidaya pertanian bergeser ke lahan-lahan kritis yang memerlukan input yang
mahal untuk menghasilkan produk pangan per satuan luas Mahfudz, 2001. Data menyebutkan bahwa di Indonesia asset nasional berupa pertanian lahan kering
sekitar 148 juta ha 78 dan lahan basah seluas 40,2 juta ha 22 dari 188,2 juta ha total luas daratan Abdulrachmab, et al.2005. Berarti luas lahan kering tiga kali lipat luas lahan
basah. Lahan kering selalu dikaitkan dengan pengertian usahatani bukan sawah yang biasa
dilakukan oleh masyarakat dibagian hulu suatu daerah aliran sungai DAS sebagai lahan atas upland, atau lahan yang terdapat pada wilayah kering kekurangan air dan bergantung
sepenuhnya pada air hujan sebagai sumber air Manuwoto,1991, Satari et.al,1977. Menurut Notohadiprawiro, dalam Minardi,S,2009,. Lahan kering pada umumnya berupa
lahan atasan, karena kebanyakan lahan kering berada di lahan atasan. Pengertian lahan kering dalam istilah lahan kering yang digunakan masyarakat umum banyak mengarah kepada lahan
Pujastuti Sulistyaning Dyah | Manajemen Usahatani Lahan Kering di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta
5 kering dengan kebutuhan air tanaman tergantung sepenuhnya pada air hujan dan tidak pernah
tergenang air secara tetap. Kriteria yang membedakan lahan kering dengn lahan basahsawah adalah sumber airnya. Sumber air lahan kering adalah air hujan, sedangkan bagi lahan basah
disamping air hujan juga dari sumber air irigasi Notohadiprawiro,1988 dalam Suyana,2003. Tejoyuwono, 1989 dalam Suwardji 2003 mengatakan istilah upland farming, dryland
farming dan rainfed farming digunakan untuk pertanian di daerah bercurah hujan terbatas. Sedangkan istilah unirrigated land biasanya digunakan untuk teknik pertanian yang tidak
memiliki fasilitas irigasi. Namun pengertian lahan tidak beririgasi tidak memisahkan pengusahaan lahan dengan sistem sawah tadah hujan.
Beberapa istilah lainnya dapat memperjelas perbedaan satu dengan lainnya berkaitan dengan lahan kering akan mempermudah dalam pemahaman. Daerah yang jumlah curah
hujannya tidak mencukupi untuk usaha pertanian tanpa irigasi disebut dengan Daerah Kering. Upland adalah daerah yang berada diwilayah hulu sungai atau DAS bagian atas, pada
umumnya berupa tanah kering. Sedangkan yang diusahakan sebagai tanah pertanian yang tanpa penggenangan air disebut sebagai lahan kering
Ciri utama yang menonjol di lahan kering adalah terbatasnya air, makin menurunnya produktivitas lahan, mudah terjadi erosi, tingginya variabilitas kesuburan tanah, dan
terbatasnya varietas tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan. Keterbatasan ketersediaan air pada lahan kering mengakibatkan usahatani tidak dapat
dilakukan sepanjang tahun, dan hanya dapat ditanami pada musim penghujan tadah hujan. Solum tanah lahan kering ini pada umumnya dangkal. Di bawah lapisan solum adalah lapisan
batuan yang disebut kars yang sifatnya porous, oleh karena itu air yang terkandung pada lapisan solum akan terserap oleh kars tersebut sehingga kondisinya kering. Pemanfaatan air
dengan pembuatan sumur pompa juga mengalami kendala karena kedalamannya, sehingga untuk mendapatkan air untuk keperluan irigasi diperlukan dana besar
Pujastuti Sulistyaning Dyah | Manajemen Usahatani Lahan Kering di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta
6 Aspek Sosial, Ekonomi, karena jumlah penduduk petani miskin yang makin meningkat
menyebabkan mereka bermigrasi. Keterbatasan lahan sawah menyebabkan mereka pindah ke lahan-lahan kering, demikian halnya petani dari dataran rendah atau lembah berpindah ke
kawasan perbukitan yang semula adalah kawasan hutan.
Konsep pendapatan usahatani adalah konsep dimana perhitungan biaya produksi yang digunakan hanya memperhitungkan biaya yang secara nyata dikeluarkan petani secara
eksplisit. Biaya yang tidak dikeluarkan petani seperti biaya tenaga kerja keluarga, sarana produksi milik milik petani sendiri yang tidak dibeli ,dan lahan miliknya sendiri adalah
sebagai biaya implisit tidak diperhitungkan sebagai biaya produksi.
METODE PENELITIAN.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu metode pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kuantitatif digunakan untuk menghitung biaya dan pendapatan usahatani dengan mengolah data menggunakan software Microsoft excel. Selanjutnya data disederhanakan dalam bentuk
tabulasi dan diinterpretasi secara deskriptif. Lokasi penelitian di Kabupaten Gunung Kidul. Penentuan lokasi penelitian dilakukan
secara sengaja purposive di dua kecamatan yaitu Kecamatan Tepus dan Kecamatan Semin. dengan pertimbangan Kecamatan tersebut masing-masing mempunyai lahan kering terluas
di Kabupaten Gunung Kidul, sekaligus mewakili sampel lahan kering sawah dan lahan kering bukan sawah. .Penentuan jumlah sampel menggunakan metode stratified random
sampling. .Jumlah sampel petani dengan pola tanam Padi-Padi-Kedelai sebanyak 20 petani,
Pujastuti Sulistyaning Dyah | Manajemen Usahatani Lahan Kering di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta
7 pola tanam Padi-Padi-Bero sebanyak 10 petani, dan pola tanamTumpangsari sebanyak 34
petani. Total jumlah responden sebanyak 64 petani.
HASIL DAN PEMBAHASAN. Identitas Petani.
Petani lahan kering yang menjadi responden penelitian adalah petani lahan tadah hujan dan lahan tegalan.
A. Identitas petani lahan Tadah Hujan :