3
menggunakan alat kontrasepsi masih sangat kecil. Penggunaan alat kontrasepsi masih dominan dilakukan oleh perempuan Kemenkes RI, 2014.
Data BKKBN 2015 menunjukkan pada tahun 2015 sebanyak 0,27 peserta KB baru menggunakan MOP yang merupakan metode kontrasepsi pria
BKKBN, 2015. Pria yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang KB,
tidak akan termotivasi untuk berperan serta dalam menggunakan kontrasepsi Kemenkes RI, 2013. Pada tahun 2015, pelayanan peserta KB baru di
Kabupaten Karanganyar sebanyak 2,49 22.988 jiwa. Peserta KB hormonal sebanyak 1,94 17.875 jiwa, sedangkan peserta KB non hormonal
sebanyak 0,55 5.113 jiwa dimana 0,59 30 jiwa diantaranya merupakan peserta MOP BP3AKB Kab. Karanganyar, 2015. Peserta KB di Kecamatan
Jenawi tahun 2016 hingga bulan Juni sebanyak 15,72 4388 jiwa dan 5,17 227 jiwa diantaranya merupakan peserta KB MOP.
Tujuan penelitian ini Mengetahui faktor determinan perilaku KB Metode Operasi Pria MOP di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan desain studi case control, yang menilai hubungan paparan dan penyakit dengan cara
menentukan kelompok kasus dan kelompok kontrol secara retrospektif Azwar dan Prihartono, 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pria usia subur yang sudah menikah baik pengguna alat kontrasepsi maupun yang tidak menggunakan alat kontrasepsi di wilayah Kecamatan Jenawi tahun
2016. Jumlah sampel kelompok kasus pada penelitian ini yakni sebanyak 60.
Perbandingan antara sampel kelompok kasus dan kelompok kontrol adalah 2:1, sehingga sampel untuk kelompok kontrol sebanyak 30 pria. Jadi, jumlah
keseluruhan sampel pada penelitian ini sebanyak 90 pria. Analisis yang digunakan adalah uji chi-square dan multivariat regresi logistic.
4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Gambaran tentang umur responden diketahui bahwa sebagian besar umur
responden berumur 44 tahun, pada kelompok kasus yang tidak menggunakan KB MOP sebanyak 31 orang 51,7, pada kelompok kontrol
yang menggunakan KB MOP sebanyak 17 orang 56,7. Untuk rata-rata umur responden adalah 44 tahun dan umur termuda adalah 30 tahun
sedangkan umur yang paling tua adalah 74 tahun. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value sebesar 0,654 yang menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara umur dengan perilaku KB MOP. Nilai OR=0,817 pada 95 CI=0,338-1,975 melewati angka 1, berarti pendidikan bukan merupakan
faktor yang mempengaruhi perilaku KB MOP. Terkait dengan karakteristik pendidikan digambarkan pada kelompok
kasus diketahui sebagian besar responden memiliki pendidikan SD dan SMP sebayak 41 orang 68,3 pada kelompok kasus begitu pula pada kelompok
kontrol sebanyak 21 orang 70,0. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value sebesar 0,872 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara pendidikan dengan perilaku KB MOP. Nilai OR=0,925 pada 95 CI= 0,357-2,395 melewati angka 1, berarti pendidikan bukan merupakan faktor
yang mempengaruhi perilaku KB MOP. Dalam hal pekerjaan sebagian besar responden memiliki pekerjaan
sebanyak 56 orang 93,3 pada kelompok kasus sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 29 orang 96,7. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai
p-value sebesar 0,515 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan perilaku KB MOP. Nilai OR=2,071 pada 95 CI=0,221
– 19,394 melewati angka 1, berarti pekerjaan bukan merupakan faktor yang
mempengaruhi perilaku KB MOP. Tingkat pendapatan responden dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden memiliki pendapatan rendah pada kelompok kasus 54 orang 90,0 sedangkan pada kelompok kontrol 28 orang 93,3. Berdasarkan
5
uji statistik didapatkan nilai p-value sebesar 0,600 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku KB MOP. Nilai OR=
0,643 pada 95 CI=0,122 –3,395 melewati angka 1, berarti pendapatan
bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku KB MOP. Gambaran banyaknya jumlah anak responden diketahui bahwa
sebagian besar responden yang memiliki jumlah anak ˃ 2 pada kelompok kasus sebanyak 34 orang 56,7 sedangkan pada kelompok kontrol
sebanyak 19 orang 63,3. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value
sebesar 0,545 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan perilaku KB MOP. Nilai OR= 1,321 pada 95 CI=0,3536
– 3,253 melewati angka 1, berarti jumlah anak bukan merupakan faktor yang
mempengaruhi perilaku KB MOP.
Untuk karakteristik dukungan keluarga responden pada kelompok kasus yang tidak KB MOP diketahui bahwa sebagian besar mendapat
dukungan keluarga lemah dari keluarga yaitu sebanyak 49 orang 81,7, sedangkan pada kelompok kontrol yang menggunakan KB MOP sebagian
besar dukungan keluarganya kuat. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP. Nilai Phi Cramer’s V adalah
0,743 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat kuat 0,600-0,799. Nilai OR= 129,182
95 CI=15,851 –1052,798 sehingga dapat diartikan bahwa dukungan
keluarga yang lemah dapat mencegah atau menghalangi perilaku KB MOP sebesar 129 kali.
Terkait dengan pengetahuan responden digambarkan bahwa pada kelompok kasus yang tidak KB MOP sebagian besar memiliki pengetahuan
rendah sebanyak 39 orang 65,0 sedangkan pada kelompok kontrol KB MOP sebagian besar memiliki pengetahuan tinggi. Berdasarkan uji statistik
didapatkan nilai p-value sebesar 0,002 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku KB MOP. Nilai
Phi Cramer’s V adalah 0,331 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan adanya hubungan
6
antara variabel bebas dan variabel terikat lemah 0,200-0,399. Nilai OR= 4,333 95 CI=1,686
–11,138 sehingga dapat diartikan bahwa pengetahuan yang rendah menyebabkan tidak bersedianya para akseptor KB untuk
menggunakan KB MOP sebesar 4 kali. Karakteristik sikap responden didapatkan gambaran bahwa pada
kelompok kasus yang tidak KB MOP sebagian besar memiliki sikap yang kurang baik sebanyak 46 orang 76,7 sedangkan pada kelompok kontrol
KB MOP sebagian besar memiliki sikap yang baik. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa ada
hubungan antara sikap dengan perilaku KB MOP. Nilai Phi Cramer’s V
adalah 0,601 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat kuat 0,600-0,799. Nilai
OR=21,357 95 CI=6,364 –71,677 sehingga dapat diartikan bahwa seorang
pria yang memiliki sikap kurang baik dapat mencegah perilaku KB MOP atau tidak mau melakukan KB MOP sebesar 21 kali.
Dari hasil pembahasan diatas adapun karakteristik responden yang berhubungan dengan perilaku penggunaan KB MOP ada tiga variabel yaitu
dukungan keluarga, pengetahuan, dan sikap. kemudian dilanjutkan dengan analisis multivariat untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh dalam
penelitian ini. Hasil dari analisis variabel yang berpengaruh terdapat pada tebel 1 dan hasil dari analisis multivariat dapat dilihat pada tabel 2.
Table 1. Hubungan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Jumlah Anak, Dukungan Keluarga, Pengetahuan, dan Sikap dengan Perilaku KB
Metode Operasi Pria MOP di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar.
Umur Kasus
Kontrol p
Value Phi
Cram OR
95 CI n
n
44 tahun 31
51,7 17
56,7 0,654
0,047 0,817
0,338-1,975 ≥44 tahun
29 48,3
13 43,3
Jumlah 60
100 30
100
Pendidikan
SD SMP 41
68,3 21
70,0 0,872
0,925 0,357-2,395
7 SMA PT
19 31,7
9 30,0
0,017 Jumlah
60 100
30 100
Pekerjaan
Tdk Bekerja 4
6,7 1
3,3 0,515
0,069 2,071
0,221-19,394 Bekerja
56 93,3
29 96,7
Jumlah 60
100 30
100
Pendapatan
Rendah 54
90,0 28
93,3 0,600
0,055 0,643
0,122-3,395 Tinggi
6 10,0
2 6,7
Jumlah 60
100 30
100
Jumlah anak
≤ 2 anak 26
43,3 11
36,7 0,545
0,064 1,321
0,536-3,253 ˃ 2 anak
34 56,7
19 63,3
Jumlah 60
100 30
100
Dukungan keluarga
Lemah 49
81,7 1
3,3 0,000
0,743 129,182
15,851- 1052,798
Kuat 11
18,3 29
96,7 Jumlah
60 100
30 100
Pengetahuan
Rendah 39
65,0 9
30,0 0,002
0,331 4,333
1,686-11,138 Tinggi
21 35,0
21 70,0
Jumlah 60
100 30
100
Sikap
Kurang baik 46
76,7 4
13,3 0,000
0,601 21,357
6,364-71,677 Baik
14 23,3
26 86,7
Jumlah 60
100 30
100
Analisis multivariat yang dilakukan dengan uji regresi logistik menggunakan metode “Enter” yakni metode yang digunakan bila semua
variabel bebas dimasukkan sebagai variabel prediktor dengan tidak memandang apakah variabel tersebut berhubungan atau tidak terhadap
variabel terikat. Jadi bila hubungan variabel bebas terhadap variabel terikatnya besar atau kecil tetap dimasukkan.
Tabel 2. Daftar Variabel yang Ikut Masuk dalam Analisis Multivariat Faktor determinan perilaku KB MOP
8
Variabel Bebas B
Sig. OR
95 CI Ket.
Dukungan keluarga -5,512 0,000 247,603
14,889-4,118E3 Signifikan
Sikap -4,064 0,001 58,234
5,485-618,252 Signifikan
Pengetahuan -2,168 0,060
8,738 0,012-1,094
Tidak signifikan Konstanta
19,656 Tabel 2. menunjukkan bahwa terdapat satu variabel yang memiliki
nilai p 0,05 sehingga variabel pengetahuan dikeluarkan dari analisis. Dengan demikian, maka variabel yang berhubungan dengan perilaku KB
MOP yaitu sikap p=0,001; OR=58,234; 95 CI 5,485-618,252 dan dukungan keluarga p=0,000; OR=247,603; 95 CI 14,889-4,118E3.
Langkah selanjutnya adalah membuat persamaan regresi logistik, dengan menggunakan nilai konstanta koefisien dan OR di atas maka didapatkan
persamaan regresi logistik: Persamaan regresi logistik yang diperoleh dari hasil analisis
multivariat yakni: y = a + β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
+ β
4
X
4
y = 19,656 + -4,064 Sikap + -5,512 Dukungan keluarga Menurut Dahlan 2012, aplikasi dari persamaan yang diperoleh
adalah untuk memprediksi probabilitas seseorang untuk menderita DM tipe II dengan menggunakan rumus:
p = Keterangan:
p = Probabilitas untuk terjadinya suatu kejadian penyakit
9
e = Bilangan natural exponen = 2,72 y = a + β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
+ β
4
X
4
Probabilitas pria untuk menggunakan KB MOP adalah sebagai berikut: 1.
Probabilitas pria untuk menggunakan KB MOP apabila sikap baik dan dukungan keluarga kuat sebesar 15,7.
2. Probabilitas pria untuk menggunakan KB MOP apabila sikap kurang baik
dan dukungan keluarga kuat sebesar 9,6. 3.
Probabilitas pria untuk menggunakan KB MOP apabila sikap baik dan dukungan keluarga lemah sebesar 8,4.
Berdasarkan nilai OR dan probabilitas dari persamaan regresi logistik di atas, diperoleh hasil yang sama bahwa faktor determinan yang
mempengaruhi perilaku MOP dari urutan terbesar ke terkecil yakni dukungan keluarga dan sikap.
Pembahasan Hubungan antara antara Umur dengan perilaku KB MOP
Tidak ada hubungan antara umur dengan perilaku MOP di Kecamatan Jenawi. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang dalam pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi
dibandingkan dengan yang berumur muda Notoajmodjo, 2003. Tidak adanya hubungan dalam variabel umur dapat disebabkan masih
rendahnya kesadaran pria dan keluarga mengenai KB, karena keterbatasan penerimaan. Selain itu, permasalahan lain yang turut mendukung seperti
peran tokoh agama yang masih kurang dan sarana pelayanan KB bagi pria yang masih terus ditingkatkan. Sehingga meskipun dalam penelitian ini
banyak responden yang berusia kurang dari 40 tahun, namun banyak diantara responden kelompok kontrol yang tidak diimbangi dengan adanya kesadaran
untuk berpartisipasi dalam KB MOP.
10
Hubungan antara antara Pendidikan dengan perilaku KB MOP
Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku MOP di Kecamatan Jenawi nilai p 0,872. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Budisantoso 2009 yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan partisipasi pria dalam KB vasektomi.
Hal ini kemungkinan disebabkan sebagian besar responden berpendidikan SD dan SMP. Hal ini berarti responden termasuk dalam tingkat
pendidikan rendah, sehingga kemampuan memahami informasi tentang program KB belum dapat diterima dengan lengkap dan baik. Hasil yang tidak
berhubungan juga dapat dikarenakan pemilihan metode kontrasepsi yang akan digunakan tidak hanya diputuskan oleh akseptor, tetapi juga pengaruh
dari orang-orang sekitar misalnya istri, orang tua, teman, maupun tokoh yang dianggap penting seperti kepala dusun, kader kesehatan maupun petugas
kesehatan di wilayah tersebut. Hubungan antara antara Pekerjaan dengan perilaku KB MOP
Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan perilaku MOP di Kecamatan Jenawi nilai p 0,515. Pria yang bekerja lebih cenderung memiliki interaksi
sosial dengan rekan kerjanya, saling berbagi informasi termasuk diantaranya informasi mengenai penggunaan KB MOP. Hampir semua responden
memiliki pekerjaan sebagai petani dan sisanya pedagang, buruh, perangkat desa, guru SD dan karyawan.
Meskipun banyak dari responden yang berstatus bekerja, namun masih ada diantara responden yang belum memiliki kesadaran untuk turut
berpartisipasi dalam KB MOP. Salah satu hal yang mempengaruhi adalah takut gagal dalam penggunaan KB MOP, karena di wilayah penelitian
terdapat akseptor yang gagal dalam KB MOP. Hal lain yang ditakutkan adalah lemah syahwat. Sebagian besar ketakutan tersebut terjadi pada
kelompok kontrol dan informasi-informasi mengenai kegagalan KB MOP dan lemah syawat tersebut didapatkan melalui perbincangan dengan rekan kerja
11
ketika bekerja. Sebanyak 80 responden memiliki pekerjaan sebagai petani
dan sisanya pedagang, buruh, perangkat desa, guru SD dan karyawan. Hubungan antara antara Pendapatan dengan perilaku KB MOP
Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku MOP di Kecamatan Jenawi nilai p 0,600. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fienalia
2012 yang diperoleh hasil tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan status penggunaan kontrasepsi.
Pelayanan KB MOP di Kecamatan Jenawi diberikan secara gratis kepada para akseptor, selain itu akseptor juga mendapatkan reward atau
penghargaan dari pemerintah berupa uang tunai. Sebagian besar responden memiliki pendapatan menengah ke bawah, namun dengan adanya pelayanan
KB MOP gratis tidak akan menyulitkan akseptor maupun calon akseptor dari segi ekonomi untuk ikut serta menggunakan KB MOP. Meskipun demikian,
masih banyak pria di Kecamatan Jenawi yang belum menggunakan KB MOP. Tidak adanya hubungan dalam variabel ini dapat disebabkan oleh kurangnya
kesadaran pria dalam partisipasi KB MOP. Selain itu, penyebarluasan informasi mengenai KB MOP lebih ditingkatkan lagi melalui sosialisasi dan
penyuluhan oleh tenaga kesehatan maupun tokoh masyarakat yang ada di Kecamatan Jenawi. Harapannya melalui upaya tersebut dapat meningkatkan
kesadaran pria untuk turut berpartisipasi dalam KB MOP
Hubungan antara antara Jumlah anak dengan perilaku KB MOP
Tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan perilaku MOP di Kecamatan Jenawi p sebesar 0,545. Salah satu faktor yang menentukan keikutsertaan
PUS dalam berKB adalah banyaknya anak yang dimilikinya, diharapkan pasangan yang memiliki jumlah anak lebih banyak kemungkinan untuk
memulai kontrasepsi lebih besar dibandingkan pasangan yang mempunyai anak lebih sedikit Dewi dan Notobroto, 2014.
12
Kemungkinan tidak adanya hubungan antara jumlah anak dan perilaku MOP pada penelitian ini dapat disebabkan oleh jumlah anak yang dimiliki
responden dalam kategori cukup 2. Sedangkan responden yang memiliki anak kurang dari 2 kemungkinan masih memiliki keinginan untuk punya anak
lagi dan memutuskan untuk tidak ber-KB. Pada responden yang menggunakan KB MOP dan yang tidak menggunakan KB MOP jumlah anak
hampir seimbang. Karena hanya selisih sedikit dan tidak ada perbedaan
walaupun banyak responden yang memiliki anak lebih dari 2. Hubungan antara antara dukungan keluarga dengan perilaku KB MOP
Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku MOP di Kecamatan Jenawi nilai p 0,000. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyuni, dkk
2013 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan keluarga dengan partisipasi pria dalam vasektomi di
Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang
meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan Friedman, 2010. Salah
satu faktor yang mempengaruhi penggunaan metode KB pria adalah peran keluarga terdekat, seperti istri, orang tua maupun saudara. Pada penelitian ini,
dukungan keluarga yang diperoleh responden terutama dari istri didapatkan karena adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri dalam pemilihan
metode KB sehingga memudahkan dalam mengambil keputusan.
Hubungan antara antara pengetahuan dengan perilaku KB MOP
Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku MOP di Kecamatan Jenawi nilai p 0,002. Sejalan dengan penelitian Erliani 2014, yang
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan pada kelompok yang memanfaatkan metode operasi pria dan kelompok yang tidak memanfaatkan
metode operasi pria dengan pemanfaatan metode operasi pria nilai p 0,012.
13
Sesuai dengan Kemenkes RI 2013, pria yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang KB, akan termotivasi untuk berperan serta
dalam menggunakan kontrasepsi. Menurut Sunaryo 2004, pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka
overt behaviour.
Hubungan antara antara sikap dengan perilaku KB MOP
Berdasarkan hasil penelitian, secara keseluruhan lebih banyak responden memiliki sikap yang kurang baik terhadap perilaku MOP. Hal ini ditunjukkan
pada kelompok kasus yang memiliki sikap kurang baik sebanyak 46 orang 76,73 sedangkan kelompok kontrol memiliki sikap baik terhadap perilaku
MOP 26 orang 86,7. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai p sebesar 0,000 0,05, artinya ada hubungan antara
sikap dengan perilaku MOP di Kecamatan Jenawi. Ini menunjukkan bahwa dengan sikap baik responden terhadap KB pria terutama tindakan metode
operasi pria bisa meningkatkan pemanfaatan metode operasi pria karena sikap
dapat memengaruhi seseorang untuk ber-KB atau tidak ber-KB.
Sesuai dengan penelitian BudiSantoso 2009 yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap partisipasi pria
dalam KB. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Erliani 2014 yang menyimpulkan bahwa ada hubungan sikap responden dengan
pemanfaatan metode operasi pria di Kecamatan Medan Selayang. Demikian pula penelitian yang dilakukan Wahyuni, dkk 2013 yang menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan sikap dengan partisipasi pria dalam vasektomi di Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng.
Analisis multivariate
Pada penelitian ini terdapat tiga variabel bebas yang memenuhi syarat untuk masuk ke dalam analisis multivariat dengan nilai p 0,25. Berdasarkan Tabel
2, setelah dilakukan uji tiga variabel secara bersama-sama dengan menggunakan analisis regresi logistik, maka hasil yang diperoleh adalah
pengetahuan p= 0,060; OR= 8,738; 95 CI= 0,012-1,094, sikap p= 0,001;
14
OR= 58,234; 95 CI= 5,485-618,252, dan dukungan keluarga p= 0,000; OR= 247,603; 95 CI= 14,889-4,118E3. Berdasarkan hasil tersebut,
variabel pengetahuan tidak signifikan karena memiliki nilai p0,05. Sehingga terdapat dua variabel yang berpengaruh terhadap perilaku KB MOP yaitu
sikap p=0,001 dan dukungan keluarga p=0,000. Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa suami yang
memiliki sikap baik dalam KB MOP berpeluang 58 kali menggunakan KB MOP dibandingkan pada suami yang memiliki sikap kurang baik. Sedangkan
suami dengan dukungan keluarga yang kuat berpeluang 247 kali menggunakan KB MOP dibandingkan pada suami dengan dukungan keluarga
yang lemah. Kedua variabel memiliki nilai p 0,25 dan CI tidak menyinggung
angka 1, maka tidak dilanjutkan analisis multivariat ke dalam model 2 karena hasilnya sama. Nilai OR yang terbesar dimiliki oleh variabel sikap. Hal ini
menunjukkan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor dominan dalam perilaku KB MOP p= 0,000; OR= 247,603; 95 CI= 14,889-4,118E3. Hasil
ini menunjukkan bahwa suami yang memiliki dukungan keluarga kuat dalam KB MOP berpeluang 247 kali lebih besar menggunakan KB MOP
dibandingkan pada suami yang memiliki dukungan keluarga lemah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Maharyani dan Handayani
2010 dalam analisis multivariatnya yang menyimpulkan bahwa pengetahuan tidak berhubungan dengan keikutsertaan suami dalam KB. Maharyani dan
Handayani 2010 menjelaskan bahwa pengetahuan suami dalam ber KB yang baik tidak otomatis membuat keikutsertaan suami menjadi baik pula,
pada ranah pelaksanaan partisipasi suami masih banyak mempertimbangkan hal lain sebelum ikut berpartisipasi dalam KB seperti kesenjangan gender.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ekarini 2008, dalam analisis multivariatnya menyimpulkan bahwa ada pengaruh sikap KB terhadap
partisipasi pria dalam Keluarga Berencana OR=5,663.
4. PENUTUP