Tabel 1.1. Indikator Makro Sosial Kabupaten Langkat
Tahun Angka Harapan
Hidup Angka Buta
Huruf Rata-Rata
Lama Sekolah Tingkat
Pengangguran Terbuka
Tahun Tahun
2007 68.92
3.19 8.70
10.95 2008
68.99 3.19
8.70 9.90
2009 69.03
3.15 8.72
8.77 2010
69.07 3.08
8.76 8.69
2011 69.12
3.04 8.78
5.78 2012
69.16 2.52
8.80 5.98
2013 69.25
2.02 8.82
7.10
Sumber : BPS, 2014
Pada Tabel 1.1 menunjukkan indikator makro sosial kabupaten Langkat selama tahun 2007 – 2013, seperti harapan hidup di tahun 2007 sebesar 68,92
tahun terus meningkat hingga tahun 2013 menjadi sebesar 69,25 tahun. Angka buta huruf di tahun 2007 dan tahun 2008 sebesar 3,19 persen menurun terus
hingga tahun 2013 menjadi sebesar 2,02 persen. Sementara angka rata-rata lama sekolah di tahun 2007 sebesar 8,70 tahun dan menjadi sebesar 8,82 tahun di tahun
2013. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka sebesar 10,95 persen di tahun 2007 hingga tahun 2013 menurun menjadi sebesar 7,10 persen.
Tulisan ini mengkaji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan dilihat dari sisi makro sosial di kabupaten Langkat,
diantaranya adalah tingkat pendidikan yang diukur dengan angka buta huruf dan rata-rata lama sekolah, tingkat kesehatan yang diukur dengan harapan hidup, dan
ketenagakerjaan yan diukur dengan tingkat pengangguran terbuka TPT .
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah angka harapan hidup , angka buta
huruf, angka rata-rata lama sekolah, dan angka tingkat pengangguran terbuka berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Langkat ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah angka harapan hidup , angka buta huruf, angka rata-rata lama sekolah, dan angka tingkat
pengangguran terbuka berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Langkat.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Dapat dijadikan alat evaluasi dalam kerangka penilaian arah pembangunan apakah berperspektif pembangunan propoor atau tidak.
2. Sebagai masukan bagi kaum akademisi untuk lebih banyak lagi melakukan kajian dan penelitian tentang kemiskinan di Kabupaten Langkat yang relatif
masih jarang dilakukan. Diharapkan dengan semakin banyaknya penelitian akan semakin terbuka informasi dan cara-cara yang efektif dalam
menanggulangi masalah kemiskinan di Kabupaten Langkat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan estimasi terhadap model yang di analisis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari nilai koefisien determinasi pada hasil estimasi maka variabel Tingkat
Kemiskinan TK di Kabupaten Langkat propinsi Sumatera Utara mampu dijelaskan oleh variabel-variabel Rata-Rata Lama Sekolah RLS, Harapan
Hidup HH, Angka Buta Huruf ABH dan Tingkat Pengangguran Terbuka TPT dengan model yang digunakan.
2. Variabel-variabel yang digunakan menjelaskan variabel tingkat kemiskinan
menunjukkan arah pengaruh yang sesuai dengan hipotesis. Harapan hidup dan tingkat pengangguran terbuka berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Langkat propinsi Sumatera Utara, sedangkan variabel rata-rata lama sekolah dan angka buta huruf tidak
signifikan mempengaruhi tingkat kemiskinan di Kabupaten Langkat propinsi Sumatera Utara.
3. Besarnya nilai koefisien variabel-variabel yang menjelaskan variabel Tingkat
Kemiskinan, yang terbesar adalah variabel harapan hidup diikuti berturut- turut oleh variabel rata-rata lama sekolah dan variabel tingkat pengangguran
terbuka serta variabel angka buta huruf.
5..2. Saran
1. Untuk penangangulangan kemiskinan di Kabupaten Langkat propinsi
Sumatera Utara, sebaiknya pemerintah daerah mengaplikasikan kebijakan dan program-program propoor dan program anti kemiskinan lainnya, seperti
program pembangunan bedah rumah untuk rumah tangga miskin, program kesehatan dan pendidikan gratis bagi penduduk miskin, program padat karya
yang melibatkan banyak penduduk dan sebagainya. 2.
Sebaiknya pemerintah daerah lebih banyak bersosialisasi tentang prospek daerah yang menjanjikan investor menanamkan modalnya di daerah, seperti
regulasi kebijakan yang relatif mudah bagi investor asing untuk menanamkan modalnya, menjamin kestabilan politik dan keamanan dalam
negeri, serta menciptakan suasana yang kondusif bagi ikmlim investasi. Dengan banyaknya investasi maka tenaga kerja akan banyak terserap yang
pada akhirnya pengangguran akan dapat teratasi. Tingkat pengangguran yang rendah akan membawa dampak pengurangan tingkat kemiskinan.
3. Sebaiknya pemerintah lebih meningkatkan sektor kesehatan dengan
peningkatan infrasturktur dan pelayanan kesehatan, seperti peningkatan dalam pelayanan kesehatan yang semakin mudah dan murah dalam
pelayanan kesehatan, meningkatkan kualitas SDM dan pemberian subsidi silang bagi masyarakat utamanya penduduk miskin. Peningkatan kesehatan
masyarakat akan meningkatkan harapan hidup penduduk, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat harapan hidup yang tinggi mampu menurunkan
tingkat kemiskinan.
DAFTAR PUSTAKA
Amijaya, Tisna D, 2008, “Analisis Pengaruh Disparitas Pendapatan, Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan
di Indonesia”, Tesis, Jakarta Arsyad, Lincolin, 1992, Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta; Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, YKPN, Edisi Kedua. Atmawikarta, S. 2007, Pemberdayaan untuk Tekan Kemiskinan, makalah pada
Musyawarah Rencana Pembangunan Propinsi Tahun 2007 dengan Proyek Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM, Direktorat Kesehatan
Bappenas, Jakarta. BPS Propinsi Sumatera Utara, 2009-2013, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun
2009-2013, BPS berbagai edisi dan tahun, Medan. BPS, 2009-2014, Indonesia Dalam Angka Tahun 2009-2014, BPS berbagai edisi
dan tahun, Jakarta. BPS, 2004. Monitoring dan Kajian Terhadap Program Kemiskinan di Indonesia,
Jakarta. Balisacan, A. M, E. M. Pernia anda A. Asra, 2002, ”Revisiting Growth and
Poverty Reduction in Indonesia, : What Do Subnational Data Show”?, Bulletin of Indonesia Economic Studies.
Bappenas, 2004. Rencana Strategis Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, Jakarta.
Barro, Robert, 1991-1998. ”Government Spending in a Simple Model of Endogenous Growth”, Journal of political Economy, 98 : 5102-5125.
Dornbucsh, R. S. Ficher, dan R. Startz, 2004, Macroeconomics, 9
th
ed, McGraw- Hill, Boston.
Dwi Atmananti, Hastarini, 2006, “Investasi Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan”, Jurnal Dinamika Pembangunan, Vol. 2 No. 1
Effendi, A.S. 2006, Strategi Penanggulangan Kemiskinan, Kongres Ilmu Pengetahuan Wilayah Kalimantan timur, Samarinda.
Engelbrecht Hans-Jurgen, 2003, “Human Capital and Economic Growth Cross- Section evidence OECD Countries”, Jurnal Economic Record, East
Ivanhoe, Vol. 79. Esmara, Hendra, 1986, “Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia”, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama Gujarati, Damodar, 2004, Basic Econometries, Fourth Edition, McGraw-Hill
Companies, New York. Greene, William H, 2000. Econometric Analysis.New Jersey : Prentice-Hall.