Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat

(1)

11 2.1 Definisi Kemiskinan

Kemiskinan dapat dicirikan keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga Negara (PerpresNomor7 Tahun 2005 tentang RPJMN). Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan sekelompokorang.

Menurut Chambers (1998) kemiskinan adalah suatu integrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1)kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3)kerentanan menghadapi situasi darurat (stateof emergency), 4)ketergantungan (dependence), dan 5)keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis. Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti: tingkat kesehatan, pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan menghadapi kekuasaan, dan ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri.


(2)

Kemiskinan dapat dibagi dengan empat bentuk (Suryawati,2005), yaitu:

(1) kemiskinan absolut: bila pendapatannya dibawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi pangan,sandang,kesehatan,perumahan,dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.

(2) kemiskinan relatif: kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.

(3) kemiskinan kultural: mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya,seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros,tidak kreatif meskipun ada bantuandari pihak luar.

(4) kemiskinan struktural: situasi miskinyang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumberdaya yangterjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan,tetapi seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan.

2.2 Ukuran-ukuran Kemiskinan

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS,2004), tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah rupiah konsumsi berupa makanan yaitu 2100 kalori per orang per hari (dari52 jenis komoditi yang dianggap mewakili pola konsumsi penduduk yang berada dilapisan bawah), dan konsumsi nonmakan (dari 45 jenis komoditi makanan sesuai kesepakatan nasional dan tidak dibedakan antar wilayah pedesaan dan perkotaan). Patokan kecukupan 2100 kalori ini berlaku untuk semua umur, jenis kelamin,tingkat kegiatan fisik,berat badan,serta perkiraan status fisiologis ukuran penduduk,ukuran ini sering disebut juga dengan garis kemiskinan. Penduduk yang memiliki garis kemiskinan dibawah maka dinyatakan dalam kondisi miskin.

Menurut Sayogyo dalamSuryawati (2005), tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah rupiah pengeluaran rumah tangga yang disetarakan dengan jumlah kilogram konsumsi beras perorang pertahun dan dibagi wilayah pedesaan dan perkotaan.


(3)

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasioanl (BKKBN,2010), mengukur kemiskinan berdasarkan dua kriteria, yaitu:

a. Kriteria Keluarga Pra Sejahtera (PraKS), yaitu keluarga tidak mempunyai kemampuan untuk menjalankan agama dengan baik,minimum makan dua kali sehari,membeli lebih dari satu stel pakaian perorang pertahun,lantai rumah bersemen minimal 80%,dan berobat kepuskesmas bila sakit.

b. Kriteria Keluarga Sejahtera 1(KS1), yaitu keluarga yang tidak berkemampuan untuk melaksanakan perintah agama dengan baik, minimal

satu kali per minggu makan daging/telur/ikan, membeli pakaian satustel pertahun,rata-rata luas lantai rumah 8 meter persegi peranggota keluarga,tidak ada keluarga umur 10 tahun samapai 60 tahun yang buta huruf,semua anak yang berusia 5 sampai 15 tahun bersekolah,satu dari anggota keluarga memiliki pengahasilan yang tetap atau rutin,dan tidak ada yang sakit dalam tiga bulan.

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kemiskinan

2.3.1 Tingkat Pendidikan

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan,pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatans piritual, keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan,akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan Negara.

Tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat berilmu,cakap,kreatif mandiri,dan menjadi warga Negara yangdemokratis dan bertanggung jawab.


(4)

2.4 Pertanian

2.4.1 Definisi Pertanian

Pengertian Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup termasuk tanaman, hewan dan mikroba untuk kepentingan manusia, sedangkan dalam arti sempit, pertanian diartikan sebagai suatu kegiatan usaha tani yang dilakukan dengan segala jenis budidaya tanaman.

Usaha pertanian lain diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu, seperti :

1. Kehutanan

Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan).

2. Peternakan

Peternakan adalah usaha tani menggunakan subjek hewan darat kering khususnya semua hewan bertulang belakang/vertebrata kecuali ikan dan amfibia atau serangga (misalnya lebah).

3. Perikanan

Perikananan adalah usaha tani yang menggunakan subjek hewan perairan (termasuk amfibia dan semua non-vertebrata air).

2.4.2 Usaha Tani

Ilmu usaha tani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga produksi pertanian menghasilkan pendapatan petani yang lebih besar.

Ilmuusaha tani juga didefinisikan sebagai ilmu mengenai cara petani mendapatkan kesejahteraan (keuntungan),menurut pengertian yang dimilikinya tentang kesejahteraan. Jadi ilmu usaha tani mempelajari cara-cara petani menyelenggarakan pertanian (Tohir, 1991).


(5)

cara dalam pertanian. Usaha tani juga dapatdiartikan sebagai suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian (Moehar,2001).

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan usaha tani adalah usaha yang dilakukan patani dalam memperoleh pendapatan dengan jalan memanfaatkan sumber daya alam, tenaga kerja dan modal yang mana sebagian dari pendapatan yang diterima digunakan untuk membiayai pengeluaran yang berhubungan dengan usaha tani.

2.4.3 Pertanian Tanaman Padi

Tanaman padi merupakan tanaman semusim termasuk golongan rumput- rumputan. Padi selain merupakan tanaman termuda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek,kurang dari satu tahun dan hanya satu kali berproduksi,setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman padi dapat digolongkan menjadi beberapa golongan :

a. Menurut keadaan berasnya dibedakan: 1. Padi biasa

2. Padi ketan

b. Menurut cara dan tempat bertanam dibedakan: 1. Padi sawah

Adalah tanaman padi yang di tanam ditanah sawah atau tanah basah. 2. Padi gogo

Adalah padi yang ditanam pada tanah tegalan. 3. Padi gogorancah

Adalah padi yang ditanam pada tanah sawah atau tanah tadah hujan. Semula tanaman padi ini digarap dengan cara padigogo,tetapi setelah ada hujan dikerjakan seperti padi sawah.

4. Padi lebak

Adalah padi yang ditanam didaerah rawa yan grendah (lembah) dinamakan padi lebak.

c. Menurut umur tanaman padi 1. Padi genjah


(6)

2. Padi tengahan 3. Padi dalam 1.5 Data

Data dalam bentuk jamak dari datum, diartikan sebagai informasi yang diterima yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau dalam bentuk lisan dan tulisan lainnya. Menurut (Danapriatna, 2005: 5) data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta. Menurut cara memperolehnya data terbagi dua, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti, baik dari objek individual (responden) maupun dari suatu instansi yang mengolah data untuk keperluan dirinya sendiri. Contoh: hasil wawancara dengan responden, hasil perhitungan suara dari masyarakat yang melaksanakan pemilihan kepala desa atau lainnya, data jumlah mahasiswa yang diperoleh dari lembaga pendidikan yang bersangkutan, dan lainnya. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung untuk mendapatkan informasi (keterangan) dari objek yang diteliti, biasanya data tersebut diperoleh dari tangan kedua baik dari objek secara individual (responden) maupun dari suatu badan (instansi) yang dengan sengaja melakukan pengumpulan data dari instansi-instansi atau badan lainnya untuk keperluan penelitian dari para pengguna. Badan yang biasa mengumpulkan data tersebut antara lain BPS (Badan Pusat Statistik), misal data mengenai laju inflasi, statistik penduduk, statistik pertanian, statistik ekonomi, data tingkat kemajuan pembangunan suatu daerah yang diperoleh dari BAPPEDA setempat, dan sebagainya.

2.6 Variabel

Hakim (1997) menyatakan bahwa variabel adalah karakteristik yang bisa memberikan sekurang-kurangnya dua klasifikasi berbeda atau karaktristik yang mungkin bisa memberikan sekurang-kurangnya dua hasil pengukuran


(7)

dan perhitungan yang berbeda. Menurut Suharso (2009: 36) variabel dapat dibedakan menjadi:

1. Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variable) ialah suatu variabel yang dikenal pengaruh (diterangkan) oleh variabel lain. Variabel ini dalam notasinya ditulis dengan Y. Variabel terikat disebut juga sebagai variabel konsekuen, variabel kriteria, variabel pengaruh, tergantung, dan variabel output. Variabel terikat dalam analisis jalur dikenal sebagai variabel endogen. 2. Variabel Bebas

Variabel bebas (independentvariable) yakni suatu variabel yang fungsinya menerangkan (mempengaruhi) terhadap variabel lainnya. Variabel ini merupakan variabel yang menjadi sebab terjadinya perubahan atau mempengaruhi timbulnya variabel terikat (dependent). Variabel ini dalam notasinya diberi notasi X. Variabel ini disebut sebagai variabel prediktor, variabel pengaruh, kausa, variabel perlakuan, treatment, variabel risiko, dan stimulus. Variabel bebas juga sering tuliskan dalam analisis jalur sebagai variabel eksogen.

2.7 Batasan Operasional

Respondenpenelitianadalahpara petani yang berada di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat.

Batasan operasional variabel digunakan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, dibuat suatu batasan operasional antara lain: 1. Variabel Bebas: (X1) Tingkat Pendidikan

(X2) Biaya Hidup (X3) Modal Usaha Tani

(X4) Jumlah Tanggungan Keluarga (X5) Pendapatan Petani

2. Variabel Terikat: ( Y ) Kesejahteraan


(8)

Penguraian defenisi operasional variabel-variabel yang akan diteliti merupakan suatu cara untuk mempermudah pengukuran variabel penelitian. Selain itu juga bertujuan memberikan batasan-batasan pada objek yang akan diteliti. Defenisi operasional variabel-variabel tersebut adalah :

Tabel 2.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Defenisi

Operasional Indikator

Skala Penguk

uran Tingkat

Pendidik an (X1)

Usahasadardantere ncanauntuk mewujudkansuasa nabelajardan prosespembelajara n

agarpesertadidikse cara

aktifmengembangk an potensi

dirinyauntukmemil iki

kekuatanspiritual, keagamaan,pengen dalian

diri,kepribadian,ke cerdasan,akhlakmu lia,serta

keterampilanyangd iperlukandirinya,m asyarakat,

bangsadanNegara.

1.Tingkat pendidikan formal yang dijalani 2.Penyuluhan tentang

pertanian


(9)

Biaya Hidup (X2)

sejumlah uang yang dikeluarkan dari penghasilan yang didapatkan untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan mendapatkan baik barang dan jasa yang memberi manfaat disaat sekarang ataupun dimasa depan demi kelangsungan dan kesejahteraan hidup sesorang. 1.Biaya konsumsi/makan (per bulan)

2.Biaya rumah tinggal ( listrik/air dan sewa rumah apabila

menyewa) (per bulan) 3.Biaya lainnya (

transportasi, biaya sekolah, dan lain-lain )

Likert

Modal Usaha Tani (X3)

Sejumlah uang atau barang yang digunakan untuk kegiatan

perusahaan yang terdiri atas modal tetap seperti gedung pabrik, mesin-mesin dan modal kerja seperti piutang, sediaan barang, sediaan bahan, barang setengah jadi dan barang jadi.

1.Modal Sendiri 2.Modal Pinjaman (

Kredit UMKM dan pinjaman lain) Likert Jumlah Tanggun gan Keluarga (X4)

Jumlah anak dari petani tersebut yang menjadi tanggungan wajib bagi para petani dan anggota

1.Jumlah anak 2.Jumlah anggota

keluarga.


(10)

keluarga yang ada didalamnya seperti suami/istri, anak dan keluarga lainnya yang menjadi tanggungan petani tersebut. Pendapat an Petani (X5)

Pendapatan merupakan salah satu tujuan yang dilakukan untuk mendirikan suatu usaha yang digunakan untuk memenuhi setiap kebutuhan.

1.Pendapatan dari usaha tani

2.Pendapatan dari usaha lainnya Likert Kesejaht eraan(Y) Keadaan dimana masyarakat tidak merasa kekurangan terhadap kebutuhan mereka yang harus dipenuhi demi kelangsungan hidup 1. Pemenuhan Kebutuhan hidup yang dapat terpenuhi, 2. Tingkat

Kesejahteraan

Likert

2.9 Jenis Skala Pengukuran

Skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Menurut Riduwan (2005: 6) jenis-jenis skala pengukuran ada empat, yaitu:

1. Skala Nominal

Skala nominal yaitu skala yang paling sederhana disusun menurut jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakterristik lainnya. Adapun ciri-ciri skala nominal antara lain: hasil perhitungan dan tidak dijumpai bilangan pecahan, angka yang tertera hanya label saja, tidak mempunyai urutan (ranking), tidak mempunyai ukuran baru, dan tidak mempunyai nol mutlak. Contoh data, jenis


(11)

kulit: hitam (1), kuning (2), putih (3); agama yang dianut: islam (1), kristen (2), hindu (3), budha (4) dan sebagainya. Angka 1, 2, 3, dan 4 hanya sebagai label saja.

2. Skala Ordinal

Skala ordinal adalah skala yang didasarkan pada ranking, diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya. Contoh mengukur tingkat prestasi kerja, kepangkatan militer, status sosial dll.

3. Skala Interval

Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Contoh skor ujian perguruan tinggi, mengurutkan: kualitas pelayanan, keadaan persepsi pegawai, sikap pimpinan dan sebagainya.

4. Skala Ratio

Skala ratio adalah skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama. Misalnya umur manusia, ukuran timbangan, tinggi pohon, jarak, panjang dan sebagainya yang mana tidak memiliki angka nol negatif.

2.10Populasi dan Sampel Penelitian

2.10.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik (unit/ individu/ kasus/ barang/ peristiwa) hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian (Danapriatna, 2005: 4). Sedangkan Supangat (2007: 3) menyatakan bahwa populasi adalah sekumpulan objek yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian (penelaahan) dengan ciri mempunyai karakteristik yang sama. 2.10.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (contoh), untuk dijadikan sebagai bahan penelaahan dengan harapan contoh yang diambil dari populasi tersebut dapat mewakili (representative) terhadap populasinya. Menurut Danapriatna


(12)

(2005: 5) sampel merupakan bagian dari populasi yang paling tidak mempunyai satu ciri yang sama dengan populasinya untuk mewakili populasi. 2.10.3 Pemilihan Sampel

Proses pemilihan sampel adalah dengan menentukan subjek yang akan menjadi sampel dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Menurut Suharso (2009: 61) untuk menentukan ukuran sampel dari suatu populasi, terdapat banyak teori yang ditawarkan dari berbagai literatur, diantaranya:

1. Slovin

(2.1) keterangan:

n = Ukuran sampel. N = Ukuran populasi.

e = Persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan. 2. Gay

Ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan desain penelitian yang digunakan adalah:

a. Metode deskriptif: minimal 10% populasi, bila populasi relatif kecil minimum 20% populasi.

b. Metode deskriptif-korelasional: minimal 30 subjek.

c. Metode kausal-komparatif: minimal 30 subjek untuk setiap grup. d. Metode eksperimental: minimal 15 subjek untuk setiap kelompok. 3. Kracjie

Kracjie juga membuat daftar seperti Slovin, tetapi hanya untuk α sebesar 5% dan jumlah populasi N mulai dari 10 hingga 100.000. Berdasarkan N dan α tersebut, dapat dihitung besar sampel yang diinginkan. Prinsipnya sama dengan Slovin, sehingga hasilnya juga relatif sama.

4. Harry King

Untuk menghitung jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian Harry King menggunakan monogram dengan jumlah populasi maksimum adalah


(13)

2.000 dimana α bervariasi sampai dengan 15%. Ternyata perhitungan Harry King tidak jauh berbeda dengan Slovin. Jadi, lebih efektif menggunakan cara Slovin karena sudah terwakili.

2.11 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui (Riduwan, 2005: 24):

1. Angket (Questionnaire)

Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Angket dibedakan menjadi dua jenis:

a. Angket terbuka (angket tidak berstruktur) ialah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Keuntungan angket terbuka: 1) Bagi responden: mereka dapat mengisi sesuai dengan keinginan yang

sesuai dengan keadaan yang dialaminya.

2) Bagi peneliti: akan dapat data yang bervariasi, bukan hanya yang sudah disajikan karena sudah diasumsikan oleh peneliti.

b. Angket tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang atau tanda checklist .

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Beberapa faktor yang mempengaruhi arus informasi dalam wawancara adalah pewawancara, responden, pedoman wawancara, dan situasi wawancara.

3. Pengamatan (Observation)

Observasi yaitu, melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.


(14)

4. Tes (Test)

Tes sebagai instrument pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. 5. Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, dan film dokumenter.

2.12 Teknik Skala Pengukuran Variabel

Tujuan dari teknik skala pengukuran sebuah variabel adalah untuk mengetahui karakteristik variabel berdasarkan ukuran tertentu, sehingga dapat dibedakan dan bahkan diurutkan berdasarkan atas karakteristik variabel tersebut.Adapun teknik skala pengukurannya (Riduwan, 2005: 12):

1. Skala Likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:

Pernyataan Positif: Sangat setuju (SS) Setuju (S) Netral (N)

Tidak setuju (TS) Sangat tidak setuju (STS)

= 5 = 4 = 3 = 2 = 1

Pernyataan Negatif: Sangat setuju (SS) Setuju (S)

Netral (N) Tidak setuju (TS)

Sangat tidak setuju (STS)

= 1 = 2 = 3 = 4 = 5 2. Skala Guttman

Skala guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang menyisakan pertanyaan yang berbobot lebih berat, ia akan mengiyakan pertanyaan yang kurang berbobot lainnya. Skala guttman mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel yang multidimensi. Jadi skala guttman adalah skala yang


(15)

digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Misalnya: yakin-tidak yakin, benar-salah, setuju-tidak setuju dan lain sebagainya.

3. Skala Diferensial Semantik (Semantic Defferensial Scale)

Skala diferensial semantik atau skala perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti:

Ketat 5 4 3 2 1 Longgar

Panas 5 4 3 2 1 Dingin

Lemah 5 4 3 2 1 Kuat

Buruk 5 4 3 2 1 Baik

Positif 5 4 3 2 1 Negatif

Aktif 5 4 3 2 1 Pasif

4. Rating Scale

Berdasarkan ke-3 skala pengukuran, yaitu skala likert, skala guttman dan skala perbedaan semantik, data yang diperoleh adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Sedangkan rating scale, yaitu data mentah yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

Dalam model rating scale responden tidak akan menjawab dari data kualiatif yang sudah tersedia tersebut, tetapi menjawab salah satu dari jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Dengan demikian, bentuk rating scale lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja, tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadapgejala/ fenomena lainnya. Misalnya skala untuk mengukur status sosial ekonomi, iptek, instansi dan lembaga, kinerja dosen dan lainnya.

5. SkalaThurstone

Skala thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang ia setujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai 10, tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden. Pemberian nilai ini


(16)

berdasarkan jumlah tertentu, pernyataan yang dipilih oleh responden mengenai angket tersebut. Perbedaan antara skala thurstone dan skala likert ialah pada skala thurstone interval yang panjangnya sama memiliki intensitas kekuatan yang sama, sedangkan pada skala likert tidak perlu sama.

2.13 Uji Dalam Pengumpulan Data

1. Validitas

Menurut Singarimbun (1989: 124) validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Metode yang digunakan untuk menguji validitas adalah dengan menggunakan rumus teknik korelasi Pearson product moment, sebagai berikut:

(2.2)

keterangan:

= koefisien korelasi X = skor pertanyaan Y = skor total n = jumlah sampel

Adapun untuk kriteria pengambilan keputusan pada uji validitas adalah: Jika r hitung≥ r tabel maka pernyataan dikatakan valid.

Jika r hitung˂ r tabel maka pernyataan dikatakan tidak valid.

Interpretasi koefisien korelasi product moment ditentukan berdasarkan kriteria (Hartono, 2004: 76):

0,00 – 0,200 = korelasi antar variabel X dengan variabel Y sangat lemah/ rendah, sehingga dianggap tidak ada korelasi

0,200 – 0,400 = korelasinya lemah atau rendah 0,400 – 0,700 = korelasinya sedang atau cukup 0,700 – 0,900 = korelasinya kuat atau tinggi

0,900 – 1,000 = korelasinya sangat kuat atau sangat tinggi 2. Reliabilitas


(17)

Singarimbun (1989: 140) menyatakan bahwa reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali atau lebih untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel.

Metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas adalah dengan metode Cronbach Alpha . Variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,60. Nilai alpha cronbach diperoleh dengan menggunakan rumus:

(2.3) keterangan:

k = Jumlah item pertanyaan

= Jumlah varians skor tiap-tiap item = varians skor total

Adapun kriteria pengambilan keputusan pada uji reliabilitas adalah: Jika r alpha≥ r tabel, maka pernyataan dikatakan reliabel.

Jika r alpha ˂ r tabel, maka pernyataan dikatakan tidak reliabel. 2.14 Kerangka Konseptual

Untuk memudahkan penelitian yang akan dilakukan, maka dibuat kerangka konspetual seperti berikut :

Tingkat Pendidikan

( ) Biaya Hidup

( )

Tingkat Kemiskinan ( Y )

Modal Usaha Petani

( ) Jumlah Tanggungan Keluarga ( )


(18)

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian Pendapatan

Petani ( )


(1)

2.000 dimana α bervariasi sampai dengan 15%. Ternyata perhitungan Harry King tidak jauh berbeda dengan Slovin. Jadi, lebih efektif menggunakan cara Slovin karena sudah terwakili.

2.11 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui (Riduwan, 2005: 24):

1. Angket (Questionnaire)

Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Angket dibedakan menjadi dua jenis:

a. Angket terbuka (angket tidak berstruktur) ialah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Keuntungan angket terbuka: 1) Bagi responden: mereka dapat mengisi sesuai dengan keinginan yang

sesuai dengan keadaan yang dialaminya.

2) Bagi peneliti: akan dapat data yang bervariasi, bukan hanya yang sudah disajikan karena sudah diasumsikan oleh peneliti.

b. Angket tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang atau tanda checklist .

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Beberapa faktor yang mempengaruhi arus informasi dalam wawancara adalah pewawancara, responden, pedoman wawancara, dan situasi wawancara.

3. Pengamatan (Observation)

Observasi yaitu, melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.


(2)

4. Tes (Test)

Tes sebagai instrument pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. 5. Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, dan film dokumenter.

2.12 Teknik Skala Pengukuran Variabel

Tujuan dari teknik skala pengukuran sebuah variabel adalah untuk mengetahui karakteristik variabel berdasarkan ukuran tertentu, sehingga dapat dibedakan dan bahkan diurutkan berdasarkan atas karakteristik variabel tersebut.Adapun teknik skala pengukurannya (Riduwan, 2005: 12):

1. Skala Likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:

Pernyataan Positif: Sangat setuju (SS) Setuju (S) Netral (N)

Tidak setuju (TS) Sangat tidak setuju (STS)

= 5 = 4 = 3 = 2 = 1 Pernyataan Negatif: Sangat setuju (SS) Setuju (S)

Netral (N) Tidak setuju (TS)

Sangat tidak setuju (STS)

= 1 = 2 = 3 = 4 = 5 2. Skala Guttman

Skala guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang menyisakan pertanyaan yang berbobot lebih berat, ia akan mengiyakan pertanyaan yang kurang berbobot lainnya. Skala guttman mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel yang multidimensi. Jadi skala guttman adalah skala yang


(3)

digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Misalnya: yakin-tidak yakin, benar-salah, setuju-tidak setuju dan lain sebagainya.

3. Skala Diferensial Semantik (Semantic Defferensial Scale)

Skala diferensial semantik atau skala perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti:

Ketat 5 4 3 2 1 Longgar

Panas 5 4 3 2 1 Dingin

Lemah 5 4 3 2 1 Kuat

Buruk 5 4 3 2 1 Baik

Positif 5 4 3 2 1 Negatif

Aktif 5 4 3 2 1 Pasif

4. Rating Scale

Berdasarkan ke-3 skala pengukuran, yaitu skala likert, skala guttman dan skala perbedaan semantik, data yang diperoleh adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Sedangkan rating scale, yaitu data mentah yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

Dalam model rating scale responden tidak akan menjawab dari data kualiatif yang sudah tersedia tersebut, tetapi menjawab salah satu dari jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Dengan demikian, bentuk rating scale lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja, tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadapgejala/ fenomena lainnya. Misalnya skala untuk mengukur status sosial ekonomi, iptek, instansi dan lembaga, kinerja dosen dan lainnya.

5. SkalaThurstone

Skala thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang ia setujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai 10, tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden. Pemberian nilai ini


(4)

berdasarkan jumlah tertentu, pernyataan yang dipilih oleh responden mengenai angket tersebut. Perbedaan antara skala thurstone dan skala likert ialah pada skala thurstone interval yang panjangnya sama memiliki intensitas kekuatan yang sama, sedangkan pada skala likert tidak perlu sama.

2.13 Uji Dalam Pengumpulan Data 1. Validitas

Menurut Singarimbun (1989: 124) validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Metode yang digunakan untuk menguji validitas adalah dengan menggunakan rumus teknik korelasi Pearson product moment, sebagai berikut:

(2.2)

keterangan:

= koefisien korelasi X = skor pertanyaan Y = skor total n = jumlah sampel

Adapun untuk kriteria pengambilan keputusan pada uji validitas adalah: Jika r hitung≥ r tabel maka pernyataan dikatakan valid.

Jika r hitung˂ r tabel maka pernyataan dikatakan tidak valid.

Interpretasi koefisien korelasi product moment ditentukan berdasarkan kriteria (Hartono, 2004: 76):

0,00 – 0,200 = korelasi antar variabel X dengan variabel Y sangat lemah/ rendah, sehingga dianggap tidak ada korelasi

0,200 – 0,400 = korelasinya lemah atau rendah 0,400 – 0,700 = korelasinya sedang atau cukup 0,700 – 0,900 = korelasinya kuat atau tinggi

0,900 – 1,000 = korelasinya sangat kuat atau sangat tinggi 2. Reliabilitas


(5)

Singarimbun (1989: 140) menyatakan bahwa reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali atau lebih untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel.

Metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas adalah dengan metode Cronbach Alpha . Variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,60. Nilai alpha cronbach diperoleh dengan menggunakan rumus:

(2.3) keterangan:

k = Jumlah item pertanyaan

= Jumlah varians skor tiap-tiap item = varians skor total

Adapun kriteria pengambilan keputusan pada uji reliabilitas adalah: Jika r alpha ≥ r tabel, maka pernyataan dikatakan reliabel.

Jika r alpha ˂ r tabel, maka pernyataan dikatakan tidak reliabel. 2.14 Kerangka Konseptual

Untuk memudahkan penelitian yang akan dilakukan, maka dibuat kerangka konspetual seperti berikut :

Tingkat Pendidikan

( ) Biaya Hidup

( )

Tingkat Kemiskinan ( Y )

Modal Usaha Petani

( ) Jumlah Tanggungan Keluarga ( )


(6)

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian Pendapatan

Petani ( )