FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(1)

i

SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

FERRY ARDANI TRISTIADI 20120320007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

FERRY ARDANI TRISTIADI 20120320007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Disusun oleh:

FERRY ARDANI TRISTIADI 20120320007

Telah disetujui dan diseminarkan padaAgustus 2016

Dosen pembimbing, Dosen penguji,

Nur Azizah Indriastuti,S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK : 19841217201507173161

Sri Sumaryani, Ns.,M. Kep., Sp. Mat., HNC NIK: 19770313200104173046

Mengetahui,

Ka.Prodi Ilmu Keperawatan FKIK UMY Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sri Sumaryani, Ns.,M. Kep., Sp. Mat., HNC NIK: 19770313200104173046


(4)

iii Nama : Ferry Ardani Tristiadi

NIM : 20120320007

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,


(5)

iv

Bismillahirahmanirrahim

Perjalanan penelitian ini sangatlah berkesan dan penuh perjuangan Alhamdulillah

Kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini Kepada: Allah Subhanahu wa Ta’ala

Nabi Muhammad Shallallahu`alaihi Wa Sallam Bapak dan Ibu Tercinta

Adik Tersayang Dosen PSIK FKIK UMY

Dosen Pembimbing Teman-teman dan sahabat saya:

BEM FKIK UMY, Sunsine Voice UMY, Plankton, dan IKPM KOBAR YK, Teman dan Sahabat Seperjuangan PSIK UMY

Teman-teman semua Terimakasih

Kabupaten Pati, Kota Pangkalan Bun, dan Provinsi D.I.Y. Yogyakarta INDONESIA


(6)

v

rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabatnya, dan Insya Allah kepada kita sebagai umatnya. Semoga ajaran yang beliau ajarkan dapat kita amalkan dalam kehidupan ini dan

semoga kita mendapat syafa’at beliau di akhir nanti. Amin

Proposal Karya Tulis Ilmiah diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Terwujudnya Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.

2. Bapak (Sutrisno), Ibu (Warsini) tercinta, yang tak henti-hentinya memberi dukungan baik moril berupa semangat serta motifasi dan mendoakan atas kelancaran semuanya, maupun berupa materi.

3. dr. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns., M.Kep,. Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sekaligus dosen penguji yang telah memberikan saran perbaikan dan kemajuan peneliti. 5. Ibu Nur Azizah Indriastuti,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing yang

penuh dengan kesabaran, kelembutan dan pengorbanan dalam membimbing dan mengarahkan penyusunan proposal ini.


(7)

vi

8. Teman-teman satu bimbingan Bu Nur Azizah: Amel, Muslimin, Maulidah, Habibah, Hikmah, dan Kiki.

9. Penerjemah dan teman belajar skripsi Agus Gunadi (PSIK UMY 12) 10. Teman-teman Skill Lab :Lia, Dewi, Erik, Sudra, Maya, Zolfika, dan Eka. 11. Teman-teman PSIK UMY angkatan yang selalu memberikan semangat dan

dukungan yang kuat dalam penyusunan proposal ini.

12. BEM FKIK UMY, IKPM KOBAR YK, UKM Sunsine Voice UMY yang telah memberikan pengalaman dan dukungan selama berkuliah.

13. Seluruh sahabat dan teman-teman saya Plankton: Dwi Sasmoko Adji, Rizaludin Akbar, Aris Handoko, Ahmad Nugroho, Dian Putranto, Ahmad Jumanto, Deby Listioning Pambudi, Yudan Harisandika dan Hafidz Ardita. serta yang tidak saya sebutkan satu per satu namun selalu ada dalam ingatan dan hati saya, yang telah memberikan dukungan berupa semangat dan tempat bercurah keluh kesah.

Peneliti menyadari bahwa proposal karya tulis ilmiah ini memiliki banyak kekurangan, mengingat keterbatasan penelitian, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan proposal karya tulis ilmian ini.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Yogyakarta, 24 Juni 2016


(8)

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

INTISARI ... xi

ABSTRACT ... xii

BAB I ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penelitian Terkait ... 6

BAB II ... 9

A. Tinjauan Teori ... 9

Remaja ... 9

Perilaku ... 18

Perilaku Seksual Pranikah ... 19

B. Kerangka Konsep ... 32

C. Hipotesis ... 32

BAB III ... 34

A. Desain Penelitian ... 34

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

C. Variabel Penelitian ... 36

D. Definisi Operasional ... 36

E. Instrumen Penelitian ... 41

F. Cara Pengumpulan Data ... 43

G. Uji Validitas dan Reabilitas ... 45

H. Pengolahan dan Metode Analisis Data ... 47

I. Etika Penelitian ... 49

BAB IV ... 52


(9)

viii

Pranikah ... 59

2. Hubungan Antara Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Pranikah Dengan Perilaku Seksual Pranikah ... 75

3. Faktor-Faktor Yang Paling Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Pranikah ... 89

C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 102

1. Kekuatan Penelitian ... 102

2. Kelemahan Penelitian ... 102

BAB V ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

LAMPIRAN ... 111

Lampiran I. Permohonan Menjadi Responden ... 112

Lampiran II. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden ... 113

Lampiran III. Kuesioner Penelitian ... 114


(10)

ix

Tabel 4.2. Analisis Bivariat Variabel Perilaku Pornografi, Teman Sebaya, Ketaatan Agama, Tingkat Pengetahuan Seksual, Komunikasi Orang Tua, Kontrol Diri, Komunikasi Orang Tua Dengan Perilaku Seksual Pranikah ... 52 Tabel 4.3. Hasil Analisis Multivariat Pada Variabel Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Pranikah ... 55


(11)

x

AIDS = Acquired Immune Deficiency Syndrome HIV = Human Immunodeficiency Virus

PKBI = Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia MCR = Mitra Citra Remaja

DEPKES = Departemen Kesehatan RI = Republik Indonesia PMS = Premenstrual Syndrome


(12)

ii

KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Disusun oleh:

FERRY ARDANI TRISTIADI 20120320007

Telah disetujui dan diseminarkan padaAgustus 2016

Dosen pembimbing, Dosen penguji,

Nur Azizah Indriastuti,S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK : 19841217201507173161

Sri Sumaryani, Ns.,M. Kep., Sp. Mat., HNC NIK: 19770313200104173046

Mengetahui,

Ka.Prodi Ilmu Keperawatan FKIK UMY Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sri Sumaryani, Ns.,M. Kep., Sp. Mat., HNC NIK: 19770313200104173046


(13)

xi

terkecuali bidang seks. Perilaku seksual pranikah pada remaja dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor usia, jenis kelamin, pengaruh teman sebaya, paparan media pornografi, komunikasi orang tua, tingkat pengetahuan seksual, ketaatan agama dan kontrol diri.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Metode Penelitian: Penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada Juni 2016 di PSIK UMY. Responden terdiri dari 225 responden dengan teknik stratified random sampling. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dilanjutkan dengan analisis multivariat Regresi Logistik.

Hasil Penelitian: Kategori paparan media pornografi tinggi sebanyak 113 responden (50,2%), kategori pengaruh teman sebaya tinggi sebanyak 127 responden (56,4%), kategori tingkat ketaatan agama tinggi sebanyak 142 responden (63,1%), kategori tingkat pengetahuan seksual sebanyak 116 responden (51,6%), kategori komunikasi orang tua tinggi sebanyak 116 responden (51,6%), kategori kontrol diri tinggi sebanyak 173 responden (76,9%), dan kategori perilaku seksual rendah sebanyak 142 responden (63,1%). Terdapat hubungan yang bermakna antara paparan media pornografi (p=0,000), teman sebaya (p=0,000), ketaatan agama (p=0,007), komunikasi orang tua (p=0,007), dan kontrol diri (p=0,000) terhadap perilaku seksual pranikah. Faktor yang paling berhubungan dengan perilaku seksual pranikah adalah faktor teman sebaya (RO=2,440), paparan media pornografi (RO-=2,039), komunikasi dengan orang tua (RO=0,551), dan perilaku kontrol diri (RO=0,408).

Kesimpulan: Faktor pengaruh teman sebaya merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual pranikah.


(14)

xii

many factors such as age, sex, peer influences, exposure to pornographic media, parent communication, the level of sexual knowledge, religious devotion and self-control. Objective: This study aimed to analyze the factors associated with premarital sexual behavior in students of Nursing at Universitas of Muhammadiyah Yogyakarta.

Methods: This study was descriptive correlation with cross sectional approach. Research was conducted in June 2016 in PSIK UMY. The respondents consisted of 225 respondents by stratified random sampling technique. Data analysis were using Chi-square test followed by multivariate logistic regression analysis.

Results: Exposure to pornographic media in high category as much as 113 respondents (50.2%), category peer influences higher by 127 respondents (56.4%), Categories of religious observance as high as many as 142 respondents (63.1%), category level sexual knowledge were 116 respondents (51.6%), category parent communication higher by 116 respondents (51.6%), high self-control category as many as 173 respondents (76.9%), and low categories of sexual behavior as much as 142 respondents ( 63.1%). There is a significant association between exposure to pornographic media (p = 0.000), peers (p = 0.000), religious observance (p = 0.007), parent communications (p = 0.007), and self-control (p = 0.000) toward premarital sexual behavior. Factors most associated with premarital sexual behavior is a factor of peers (RO = 2.440), exposure to pornographic media (RO- = 2,039), communication with parents (RO = 0.551), and self-control behavior (RO = 0.408).

Conclusions: Factors peer influence is the most dominant factor related to sexual behavior before marriage.


(15)

1

Setiap negara pastilah menginginkan sebuah generasi penerus yang berkualitas dan mampu membawa bangsa dan negaranya menuju kesejahteraan. Harapan itu bisa terlihat pada kualitas remaja suatu bangsa (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembetukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks (Gunawan, 2011).

Menurut keterangan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2012) seksualitas merupakan salah satu dari tiga masalah yang paling menonjol pada remaja Indonesia selain penyalahgunaan narkotika dan HIV/AIDS. Saat ini persepsi mengenai perilaku seksual remaja cenderung mengarah pada hal yang negatif. Dulu orang menganggap kalau seks dilakukan setelah menikah. Sekarang perilaku seks pranikah terkesan sebagai suatu yang lumrah. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab semakin menurunnya batas usia remaja yang melakukan hubungan seksual.

Studi-studi di negara-negara barat seperti di Amerika Serikat, Inggris, dan Australia menunjukkan bahwa pada tahun 2009, 40-50% di antara mereka yang berumur 13 sampai 17 tahun pernah berhubungan seks paling tidak


(16)

sekali, 80% laki-laki dan 70% perempuan aktif secara seksual didalam peralihan mereka kemasa dewasa dan umur median hubungan seks pertama adalah sekitar 16 tahun di negara-negara ini (Moore & Rosenthal, 2006 dalam Geldard, 2012).

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2012) menyimpulkan beberapa temuan terkait perilaku berpacaran remaja yang belum menikah. Sebanyak 29,5% remaja pria dan 6,2% remaja wanita pernah meraba atau merangsang pasangannya. Sebanyak 48,1% remaja laki-laki dan 29,3% remaja wanita pernah berciuman bibir. Sebanyak 79,6% remaja pria dan 71,6% remaja wanita pernah berpegangan tangan dengan pasangannya. Penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan (2011) yang melibatkan responden sebanyak 1.660 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta mendapatkan hasil bahwa 97,5% dari responden mengaku telah melakukan perilaku seksual pranikah. Sementara umur berpacaran untuk pertama kali paling banyak adalah 15-17 tahun, yakni pada 45,3% remaja pria dan 47,0% remaja wanita. Dari seluruh usia yang disurvei yakni 10-24 tahun, cuma 14,8% yang mengaku belum pernah pacaran sama sekali.

Hasil penelitian MCR-PKBI (2006) terdapat 8 faktor penyebab remaja melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Faktor sulit mengendalikan dorongan seksual menduduki peringkat tertinggi, yakni 63,68%. Peringkat kedua, kurang taat menjalankan tuntunan agama (55,79%), ketiga karena rangsangan seksual (52,63%), keempat karena sering nonton film-film


(17)

pornografi (49,47%), kelima karena kurangnya bimbingan dan perhatian orang tua kepada anak (9,47%). Selanjutnya tiga faktor penyebab remaja melakukan hubungan seksual sebelum menikah adalah, pengaruh tren (24,74%), tekanan dari lingkungan (18,12%), dan masalah ekonomi (12,11%).

Dari hasil studi pendahuluan pada tanggal 25 Desember 2015 dengan cara memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan macam macam perilaku seksual pada 120 mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terhadap perilaku seksual pranikah didapatkan hasil sebanyak 91,4% mahasiswa sudah pernah berpacaran, 88,3% mahasiswa diantaranya mulai berpacaran pada umur 13-19 tahun. Sebanyak 82,2% mahasiswa sudah pernah berpegangan tangan. Sebanyak 18,3% mahasiswa sudah pernah meraba bagian tubuh sensitif (alat kelamin, payudara, dan paha). Sebanyak 56,7% mahasiswa sudah pernah cium pipi. Sebanyak 34,1% mahasiswa sudah pernah cium bibir. Sebanyak 10% mahasiswa sudah pernah petting (saling menempelkan alat kelamin). Sebanyak 9,15% orang sudah pernah melakukan hubungan seksual pranikah.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas menunjukan bahwa terdapat kasus mengenai perilaku seksual pranikah di lingkungan mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Seharusnya mahasiswa sebagai generasi penerus (agent of change) yang diharapkan dapat membawa perubahan bangsa kearah yang lebih baik selain itu sebagai mahasiswa juga diharapkan dapat menjaga nama baik lembaga perguruan tinggi yang bersangkutan. Apalagi Program Studi


(18)

Ilmu Keperawatan adalah jurusan yang akan mencetak tenaga-tenaga kesehatan nantinya yang seharusnya bisa memberikan contoh yang baik kepada orang lain terhadap kejadian perilaku seksual pranikah pada remaja ini. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Remaja yang sedang mengalami peningkatan seksual mulai tertarik dengan lawan jenis, mereka mudah terpengaruh oleh faktor-faktor yang dapat menjerumuskannya kedalam perilaku seksual yang menyimpang, seperti melakukan seks pranikah.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil rumusan masalah yaitu ”Faktor Apa Sajakah Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran distrubusi faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah.


(19)

b. Untuk mengetahui hubungan tingkat pegetahuan seksual terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

c. Untuk mengetahui hubungan ketaatan agama terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

d. Untuk mengetahui hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

e. Untuk mengetahui hubungan paparan media pornografi terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

f. Untuk mengetahui hubungan komunikasi orang tua terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

g. Untuk mengetahui hubungan kontrol diri terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

h. Untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.


(20)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai wacana baru dalam pengembangan Ilmu Keperawatan khususnya pada maternitas yaitu dalam pemberian informasi maupun edukasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah.

2. Bagi Institusi

Sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan solusi dan intervensi yang tepat, cepat dan bekesinambungan untuk membimbing mahasiswa dalam mengatasi masalah perilaku seksual yang dihadapi.

3. Bagi Responden

Sebagai masukan tentang pentingnya mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah agar angka kejadian seksual pranikah pada mahasiswa dapat di perkecil.

4. Bagi Peneliti lain

Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya. E. Penelitian Terkait

1. Yuniantari (2012) melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua-Anak terhadap Perilaku Seksual Remaja Kelas X SMAN 2 Wates Kulon Progo Yogykarta dengan metode penelitiannya adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional dan menggunakan random sampling. Hasil dari penelitiannya adalah terdapat hubungan pola komunikasi orang tua-anak terhadap perilaku seksual.


(21)

Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan variable, metode, dan alat ukur. Variabel yang digunakan adalah perilaku seksual, metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional, dan alat ukur yang digunakan adalah Kuesioner. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah menggunakan sampel penelitian mahasiswa semester VII Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Nandhiwardhana (2012) melakukan penelitian tentang Pengeruh Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Terhadap Perilaku Seksual Siswa Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Sidareja Dan di SMAN1 Cilacap Di Kota dengan metode penelitiannya adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional dan menggunakan cluster sampling. Hasil dari penelitiannya adalah terdapat pengaruh antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap perilaku seksual siswa SMA didesa yang diwakili oleh SMAN 1 Sidareja dan di kota yang diwakili oleh SMAN 1 Cilacap. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan variable, metode, dan alat ukur. Variabel yang digunakan adalah perilaku seksual, metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional, dan alat ukur yang digunakan adalah Kuesioner. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah pada teknik sampling dan tempat. Pada penelitian ini menggunakan accidental sampling dan tempat penelitian ini adalah pada mahasiswa semester VII Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(22)

3. Pratiwi (2012) melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Dampak Seks Bebas Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Desa Kweni Sewon Bantul Yogyakarta dengan metode penelitiannya adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional dan menggunakan random sampling. Hasil dari penelitiannya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja tentang dampak seks bebas dengan perilaku seksual remaja. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan variable, metode, dan alat ukur. Variabel yang digunakan adalah perilaku seksual, metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional, dan alat ukur yang digunakan adalah Kuesioner. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah pada teknik sampling dan tempat. Pada penelitian ini menggunakan accidental sampling dan tempat penelitian ini adalah pada mahasiswa semester VII Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(23)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori

1. Remaja a. Pengertian

Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Istilah adolescence sesungguhnya mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 2010). Pandangan ini didukung oleh Piaget yang mengatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas (Hurlock, 2010). b. Tahap perkembangan remaja

Menurut Soetjiningsih (2004), dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut:

1) Remaja awal (early adolescent) 11-13 tahun 2) Remaja madya (middle adolescent) 14-16 tahun 3) Remaja akhir (late adolescent) 17-21 tahun


(24)

Menurut Gunarsa (2003) masa remaja dikategorikan menjadi 3 tahap perkembangan yaitu:

1) Masa pra pubertas (12-15 tahun)

Merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju pubertas, di mana seorang anak telah tumbuh (puber : anak besar) dan ingin berlaku seperti orang dewasa. Pada masa ini terjadi kematangan seksual yang sesungguhnya, bersamaan dengan perkembangan fungsi psikologis.

2) Masa pubertas (15-18 tahun)

Pada masa ini seorang anak tidak lagi hanya bersifat reaktif tetapi juga mulai aktif melakukan kegiatan dalam rangka menemukan jati diri dan pedoman hidupannya.

3) Masa adolesen (18-21 tahun)

Pada masa ini seseorang sudah dapat mengetahui kondisi dirinya, ia sudah mulai membuat rencana kehidupan serta mulai memilih dan menentukan jalan hidup yang akan ditempuhnya.

c. Ciri-ciri masa remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut adalah : 1) Masa remaja sebagai periode yang penting

2) Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak langsung dan dampak jangka panjang dari apa yang


(25)

terjadi pada masa ini. Selain itu, periode ini pun memiliki dampak penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu, dimana terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi inilah yang menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri secara mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan minat yang baru (Hurlock, 2002).

3) Masa remaja sebagai periode peralihan

Seorang anak dituntut untuk meninggalkan sifat-sifat kekanak-kanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya. selama peralihan dalam periode ini, seringkali seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengenai peran yang dituntut oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individu menampilkan perilaku anak-anak maka mereka akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan usianya, namun pada kebalikannya jika individu mencoba untuk berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa mereka berperilaku terlalu dewasa untuk usianya (Hurlock, 2002).

4) Masa remaja sebagai periode perubahan

Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat, perubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi


(26)

terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. Karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu:

a) Peningkatan emosionalitas, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Karena perubahan emosi lebih menonjol pada masa awal remaja.

b) Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk diperankan, menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbun masalah, sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya.

c) Perubahan minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah hampir dewasa tidak penting lagi. Misalnya, sebagian besar remaja tidak lagi menganggap bahwa banyaknya teman merupakan petunjuk dan dihargai oleh teman-teman sebaya. Sekarang mereka mengerti bahwa kualitas lebih penting daripada kuantitas

d) Kebanyakan remaja merasa ambivalen terhadap perubahan yang terjadi. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab


(27)

akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut (Hurlock, 2002). 5) Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode remaja mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi, baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu:

a) Sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalahnya.

b) Karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. Banyak kegagalan yang sering kali disertai akibat yang tragis, bukan yang diajukan kepadanya justru pada saat semua tenaganya telah dihabiskan untuk mencoba mengatasi masalah pokok yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal (Ahmad dan Mubiar, 2011).

6) Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada periode remaja terdapat konformitas terhadap kelompok sebaya memiliki peran penting bagi remaja. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi


(28)

dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Mereka mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku sebisa mungkin sama dengan kelompoknya. Salah satu cara remaja untuk meyakinkan dirinya yaitu dengan menggunakan simbol status, seperti mobil, pakaian dan benda-benda lainnya yang dapat dilihat oleh orang lain (Ahmad dan Mubiar, 2011).

7) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Banyak anggapan popular tentang remaja yang mempunyai arti yang bernilai, dan sayangnya banyak diantaranya yang bersifat negatif. Anggapan stereotif budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan yang cenderung merusak atau perilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal (Ahmad dan Mubiar, 2011).

8) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan


(29)

teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri (Gunawan dan Arif, 2011).

9) Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa

Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype remaja dan menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk memperhatikan perilaku atau symbol yang berhubungan dengan status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-obatan bahkan melakukan hubungan seksual (Gunawan dan Arif, 2011).

d. Pertumbuhan fisik remaja

Menurut Depkes RI (2005) perubahan fisik remaja ditandai dengan munculnya tanda-tanda yaitu :

1) Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks, yaitu :

a) Terjadi haid pada remaja putri (menarche) b) Terjadi mimpi basah pada remaja laki-laki.


(30)

2) Tanda-tanda seks sekunder, yaitu :

a) Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakualasi, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut sekitar kemaluan dan ketiak.

b) Pada remaja putri terjadi perubahan seperti pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut diketiak dan sekitar kemaluan (pubis).

e. Perkembangan Psikososial Remaja

Menurut Ahmad dan Mubiar (2011), perkembangan Sosial dan Emosi pada Remaja.

1) Perkembangan Sosial pada Remaja a) Remaja Awal:

Umumnya bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer, kemudian, adanya ketergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi, selain itu, remaja awal menunjukkan adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tuanya.


(31)

b) Remaja Akhir:

Bergaul dengan jumlah teman yang lebih terbatas dan selektif dan lebih lama (teman dekat). Ketergantungan kepada kelompok sebaya berangsur fleksibel, kecuali dengan teman dekat pilihannya yang banyak memiliki kesamaan minat dan sebagainya. Sudah dapat memisahkan antara system nilai-nilai atau kaidah-kaidah normatif yang universal dari para pendukungnya yang mungkin dapat berbuat keliru atau kesalahan.

2) Perkembangan Emosi pada Remaja a) Remaja Awal

(1) Lima kebutuhan dasar (fisik, rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan, perwujudan diri) mulai menunjukkan arah kecenderungan-kecenderungannya.

(2) Reaksi-reaksi dan ekspresi emosinya masih labil dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya mungkin masih dapat berubah-ubah silih berganti, dalam tempo yang cepat.

b) Remaja Akhir

(1) Sudah menunjukkan arah kecenderungan tertentu yang akan mewarnai pola dasar kepribadiannya.

(2) Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya tampak mulai terkendali dan dapat menguasai dirinya.


(32)

2. Perilaku a. Pengertian

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas yaitu berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010).

b. Bentuk-bentuk perilaku

Menurut Skinner (2001) bentuk respon terhadap rangsangan perilaku dapat dibedakan menjadi dua macam:

1) Perilaku tertutup (Convert Behavior)

Merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tertutup. Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orag yang menerima stimulus tersebut. Respon ini belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka (Overt Behavior)

Merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap rangsangan tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.


(33)

Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar individu. Aspek-aspek dalam diri individu yang sangat berperan atau berpengaruh dalam perubahan perilaku adalah persepsi, motivasi, dan emosi. Persepsi adalah pengamatan yang merupakan kombinasi dari pengelihatan, pendengaran, penciuman serta pengalaman masa lalu. Motivasi adalah dorongan bertindak untuk memuaskan sesuatu kebutuhan. Dorongan dalam motivasi diwujudkan dalam bentuk tindakan (Sarwono, 2003).

3. Perilaku Seksual Pranikah a. Pengertian

Menurut Simanjuntak (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala macam tindakan, seperti bergandengan tangan, berciuman, sampai dengan bersenggama yang dilakukan dengan adanya dorongan hasrat seksual, yang dilakukan sebelum ada ikatan pernikahan.

b. Bentuk-bentuk perilaku seksual pranikah remaja

Bentuk-bentuk perilaku seksual pranikah yang biasa dilakukan remaja menurut Soetjiningsih (2009), sebagai berikut:

1) Bergandengan tangan

Bergandengan tangan adalah perilaku seks mereka hanya terbatas pada pergi berdua/bersama dan saling berpegangan tangan, belum sampai pada tingkat yang lebih dari bergandengan tangan,


(34)

seperti berciuman atau lainnya. Bergandengan tangan termasuk dalam perilaku seks pranikah karena adanya kontak fisik secara langsung antara dua orang lawan jenis yang didasari dengan rasa suka/cinta.

2) Berciuman

Berciuman didefinisikan sebagai suatu tindakan saling menempelkan bibir kepipi atau bibir kebibir, sampai saling menempelkan lidah sehingga dapat menimbulkan rangsangan seksual antar keduanya.

3) Bercumbu

Bercumbu adalah tindakan yang sudah dianggap rawan yang cenderung menyebabkan suatu rangsangan akan melakukan hubungan seksual (senggama) dimana pasangan ini sudah memegang atau meremas payudara, baik melalui pakaian atau secara langsung, juga saling menempelkan alat kelamin tapi belum melakukan hubungan seksual atau senggama secara langsung. 4) Senggama

Bersenggama yaitu melakukan hubungan seksual atau terjadi kontak seksual. Bersenggama mempunyai arti bahwa memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan.

Bentuk-bentuk perilaku seksual pranikah menurut (Efendi, 2009) yaitu:


(35)

1. Masturbasi

Masturbasi adalah menyentuh, menggosok, dan meraba bagian tubuh sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk mendapat kepuasan seksual (orgasme) baik tanpa menggunakan alat maupun menggunakan alat.

2. Onani

Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi. Namun, ada yang berpendapat bahwa onani hanya diperuntukkan bagi peria, sedangkan istilah masturbasi dapat berlaku pada wanita maupun peria.

3. Becumbu berat (petting)

Becumbu berat (petting) adalah melakukan hubungan seksual dengan atau tanpa pakaian tetapi tanpa melakukan penetrasi penis ke dalam vagina, jadi sebatas digesekkan saja ke alat kelamin wanita. Biasanya dilakukan sebagai pemanasan sebelum melakukan hubungan seksual.

4. Hubungan seksual

Hubungan seksual adalah masuknya penis ke dalam vagina. Bila terjadi ejakulasi dengan posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina maka akan memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang menyebabkan pembuahan dan kehamilan.

c. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja


(36)

1. Pengaruh teman sebaya

Dengan kelompok teman sebaya antar remaja saling berkomunikasi dan saling mencurahkan isi hati (curhat). Mereka saling mengadu dan saling menceritakan perasaan dan isi hati mereka. Bukan tidak mustahil para remaja saling tukar pengalaman tentang apa yang mereka baca dan lihat di website mengenai gambar hidup porno. Karena kesamaan tingkat pertumbuhan dan perkembangan kehidupan dan kesamaan pengalaman-pengalaman berinteraksi dengan orang tua di rumah, dengan para guru di sekolah dan dengan orang-orang di lingkungan masyarakat tadi, semua ini mendorong kualitas hubungan antar kelompok sebaya ini menjadi semakin akrab, intim bahkan semakin bebas. Hubungan antar kelompok sebaya dalam kehidupan remaja yang berkembang menjadi semakin bebas. Inilah yang membawa remaja kearah perilaku kehidupan yang tidak sehat berkaitan dengan seks pranikah, narkoba dan HIV/AIDS (BKKBN, 2010).

2. Ketaatan beragama

Salisa (2010) mengungkapkan bahwa banyak para remaja yang pendidikan tentang nilai-nilai agamanya masih rendah, banyak dari mereka masih belum memahami pendidikan agama yang mereka peroleh selama ini. Disisi lain Soetjiningsih (2008) berpendapat bahwa faktor agama berpengaruh langsung dan


(37)

tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Menurut Jazuli (2008) semakin tinggi tingkat pengetahuan fiqih seorang remaja, akan mengontrol seksual remaja. Taufik (2013) menambahkan bahwa remaja yang melakukan seks pranikah dikarenakan kurangnya iman untuk selalu mengingat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga para remaja tersebut berani melakukan perbuatan dosa seperti perilaku seks pranikah.

Religiusitas dalam kehidupan manusia memiliki fungsi individual dan fungsi sosial (Ancok, 2005). Fungsi religiusitas dalam kehidupan individu adalah sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Sebagai sebuah motivasi, agama memiliki unsur ketaatan dan kesucian, sehingga memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindungi dan rasa puas. Sedangkan fungsi religiusitas dalam kehidupan masyarakat meliputi fungsi edukatif, penyelamat, sebagai pendamai, dan kontrol sosial. Melalui agama dapat menjamin berlangsungnya ketertiban dalam kehidupan moral dan ketertiban bersama (Ancok, 2005). Berdasarkan hal ini, seharusnya dengan memiliki keyakinan terhadap suatu ajaran agama (dalam hal ini Islam), lalu melakukan praktek ibadah sesuai keyakinan tersebut, dan mengamalkan ajaran agama dengan baik dan benar, fungsi religiusitas sebagai acuan


(38)

norma dapat berjalan dengan baik. Dengan kata lain, seharusnya tindakan-tindakan yang bertentangan dengan nilai dan norma agama tidak akan dilakukan/dihindari oleh remaja (Jalaluddin, 2008).

3. Paparan media pornografi

Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat (UU No. 44, 2008). Jenis media pornografi Jenis media pornografi menurut UU No. 44 (2008), yaitu: televisi, telepon, surat kabar, majalah, radio, internet.

Dibeberapa media baik cetak maupun elektronik, masalah pelecehan seksual menjadi daya tarik. Hal ini terjadi karena adanya penilaian subyektif terhadap perilaku porno. Perilaku porno verbal lebih diterima dimasyarakat dari pada perilaku porno nonverbal atau visual. Dengan kata lain, masyarakat terbuka untuk berbicara tentang seks ataupun membicarakan kehidupan seksualnya namun jika ada adegan yang mengandung unsur pornografi masyarakat menganggap hal tersebut sebagai hal yang tidak wajar (Bungin, 2003). The Commission on Obscenity and Pornography menyatakan bahwa terpaan erotika walaupun singkat dapat


(39)

membangkitkan gairah seksual pada pria maupun wanita. Selain itu dapat menimbulkan reaksi emosional lain seperti resah, impulsif, agresif dan gelisah (Rakhmat, 2003).

Menurut Santrock (2003) remaja yang terpapar media pornografi secara terus-menerus, semakin besar hasrat seksualnya. Remaja menerima pesan seksual dari media pornografi secara konsisten berupa kissing, petting, bahkan hubungan seksual pranikah, tapi jarang dijelaskan akibat dari perilaku seksual yang disajikan seperti hamil diluar nikah atau kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini membuat remaja tidak berpikir panjang untuk meniru apa yang mereka saksikan. Remaja menganggap keahlian dan kepuasan seksual adalah yang sesuai dengan yang mereka lihat.

Para remaja yang tidak betah di rumah, tidak kerasan di sekolah, dan merasa kesepian di lingkungan masyarakatnya. Mereka kemudian menghabiskan waktunya untuk mengakses berbagai media: TV, radio, majalah, koran, website, handphone dan lainnya. Diberbagai media massa itu, ternyata para remaja mendapatkan informasi, barangkali jauh melebihi apa yang mereka harapkan. Karena ternyata media massa telah berkembang, tidak saja jumlahnya tetapi berkembang kearah cara penyampaian informasi yang sangat permisif. Jenis pilihan dan alternative informasi seperti inilah yang tersedia bagi


(40)

remaja tatkala mereka mengakses media massa, khususnya website. Orang lain tidak bisa membatasi, apalagi mengontrol para remaja untuk hanya melihat, membaca, dan mengakses informasi yang baik-baik saja (BKKBN, 2010).

Menurut Wallmy dan Welin (2006), remaja yang sering terpapar media porno (lebih dari 1x per bulan) memiliki pemikiran berbeda tentang cara memperoleh informasi seks dengan remaja tidak pernah terpapar media pornografi dan remaja yang jarang terpapar media pornografi (1x per bulan). Remaja yang jarang dan tidak pernah terpapar media pornografi menganggap informasi tentang seks tidak harus didapatkan dari media pornografi karena informasi tersebut dapat diperoleh dengan bertanya pada teman, guru, maupun orang tua.

Salah satu faktor yang mendorong remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah karena perubahan-perubahan hormonal dalam tubuh remaja yang membuat hasrat seksual (libido seksual) menjadi meningkat. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu. Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan dan norma-norma yang ada di masyarakat. Selanjutnya remaja akan berkembang lebih jauh terhadap hasrat seksualnya kepada tingkah laku yang lain seperti berciuman dan masturbasi atau onani. Kecenderungan semakin meningkat oleh karena adanya


(41)

penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang sangat mudah diakses oleh para remaja. Media yang sering digunakan oleh remaja seperti situs porno (internet), majalah porno, video, film porno, serta smartphone (Sarwono, 2012). 4. Pengetahuan seksual pranikah

Pengetahuan seksual pranikah remaja merupakan pengetahuan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dalam hal ini pengetahuan seksual pranikah idealnya diberikan pertama kali oleh orang tua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orang tuanya sendiri, tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak didalam membicarakan permasalahan seksual. Selain itu, tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang tua yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut. Dalam hal ini maka sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah besar (Chyntia, 2003).

Pengetahuan seksual pranikah remaja terdiri dari pemahaman tentang seksualitas yang dilakukan sebelum menikah yang terdiri dari pengetahuan tentang fungsi hubungan seksual, akibat seksual pranikah, dan faktor yang mendorong


(42)

seksual pranikah (Sarwono 2006). Masyarakat masih sangat mempercayai pada mitos-mitos seksual yang merupakan salah satu pemahaman yang salah tentang seksual. Kurangnya pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor yaitu adat istiadat, budaya, agama, kurangnya sumber informasi dari sumber yang benar (Soetjiningsih, 2007).

Ilustrasi dari adanya informasi yang tidak benar dikalangan remaja terdiri dari pengetahuan tentang fungsi hubungan seksual (mitos yang berkembang adalah hubungan seksual dapat mengurangi frustasi, menyebabkan awet muda, menambah semangat belajar), akibat hubungan seksual (mitos yang berkembang yaitu tidak akan hamil kalau senggama terputus, hanya menempelkan alat kelamin, senggama 1-2 kali saja, berenang dan berciuman bisa menyebabkan kehamilan, dan yang mendorong hubungan seksual pranikah (mitos yang berkembang) dan yang mendorong hubungan seksual pranikah (mitos yang berkembang adalah ganti-ganti pasangan seksual tidak menambah risiko PMS, pacaran perlu variasi antar lain bercumbu, mau berhubungan seksual berarti serius dengan pacar, sekali berhubungan seksual tidak akan tertular PMS, dan sebagainya) (Sarwono, 2006).


(43)

5. Komunikasi Orang Tua

Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, sehingga cendrung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini (Sarwono, 2010).

Orang tua yang seharusnya pertama kali memberikan pengetahuan seksual bagi anaknya Melalui komunikasi orang tua dapat menjelaskan norma mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan sorang remaja terhadap lawan jenisnya. Ketertutupan orang tua mendorong remaja untuk mengetahui menurut cara mereka sendiri. Pembicaraan antara ibu dan anak hanya terbatas mentruasi. Hal ini merupakan penyebab terjerumusnya remaja (Kitting, 2004).

6. Kontrol Diri

Kontrol diri adalah kemampuan mengendalikan emosi seseorang, perilaku dan keinginan untuk memperoleh imbalan tertentu, atau menghindar dari hukuman tertentu. Self control atau pengendalian diri mengacu pada kemampuan untuk mengubah tanggapan sendiri, terutama untuk membawa diri ke kehidupan yang sesuai dengan standar seperti cita- cita, nilai, moral, dan harapan sosial, dan untuk mengejar tujuan jangka panjang (Baumeister,2007).


(44)

Kontrol diri di pengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri dari temperamen dan proses perkembangan aspek kognitif semasa kanak-kanak seperti perhatian dan kontrol orangtua. Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi lingkungan keluarga yang berperan sebagai pemberi perhatian, saudara kandung, dan hubungan dengan teman sebaya (Calkins, 2003).

Menurut Averill (1973) terdapat tiga aspek kontrol diri, yaitu kontrol perilaku (behavior control), kontrol kognitif (cognitive control), dan kontrol dalam mengambil keputusan (decisional control).

Dalam hal ini, sangat diperlukan kontrol diri yang berkembang dengan baik agar mahasiswa dapat mengendalikan hawa nafsu dan perilakunya khususnya disaat sedang berpacaran agar tidak terjadi hubungan seks pranikah.

d. Dampak Perilaku Seksual Pranikah Remaja

Menurut Sarwono (2003) perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya sebagai berikut:

1) Dampak psikologis

Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa.


(45)

a) Dampak fisiologis

Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.

b) Dampak sosial

Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.

c) Dampak fisik

Dampak fisik lainnya sendiri adalah berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan resiko terkena PMS dan HIV/AIDS yang dapat menurunkan system kekebalan tubuh manusia .


(46)

B. Kerangka Konsep Remaja:

Keterangan:

: Tidak diteliti

: Diteliti

C. Hipotesis

1. Ha: Faktor usia merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiwa PSIK UMY.

2. Ha: Faktor jenis kelamin merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiwa PSIK UMY.

3. Ha: Faktor paparan media pornografi merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiwa PSIK UMY.

Perilaku Seksual Pranikah

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja:

1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Tingkat pengetahuan seksual 4. Ketaatan beragama

5. Pengaruh teman sebaya 6. Paparan media pornografi 7. Komunikasi orang tua 8. Kontrol diri

Remaja awal

Remaja madya


(47)

4. Ha: Faktor pengaruh teman sebaya merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiwa PSIK UMY.

5. Ha: Faktor keataatan agama merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiwa PSIK UMY.

6. Ha: Faktor tingkat pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiwa PSIK UMY.

7. Ha: Faktor komunikasi dengan orang tua merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiwa PSIK UMY.

8. Ha: Faktor kontrol diri merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiwa PSIK UMY.


(48)

34 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dengan variabel terikat (Notoatmodjo, 2002). Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional, dimana variabel independen dan variabel dependen diukur pada waktu yang sama (Arikunto, 2006).

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah 516 mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya (Emzir, 2010). Penentuan sampel dilakukan secara stratified random sampling. Margono (2004) menyatakan bahwa stratified random sampling biasa digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Menurut Sugiyono (2001) teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

Dalam pengambilan sampel ada dua kriteria yang di tetapkan oleh peneliti, yaitu kriteria inklusi dan kriteria ekslusi:


(49)

a. Kriteria Inklusi

1) Mahasiswa aktif Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2) Mahasiswa yang bersedia menjadi subyek penelitian atau responden dengan menandatangani informed consent

b. Kriteria Ekslusi

1) Mahasiswa yang tidak lengkap mengisi kuesioner 2) Mahasiswa yang tidak mengembalikan kuesioner 3) Mahasiswa yang sudah menikah

Menurut Nursalam (2008) bila populasi kurang dari 10.000, maka jumlah sampel dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan:

n = Besar sampel N = Besar populasi

D = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan, yaitu 0.05 (Notoatmodjo, 2005).

Berikut perhitungan sampel yang diambil:


(50)

225,3 (dibulatkan menjadi 225 responden)

Sampel yang didapat dari hasil perhitungan berjumlah 225 responden. B. Lokasi dan Waktu Penelitian

A. Lokasi

Penelitian dilakukan pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2016. C. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (Nursalam, 2008).

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah paparan media pornografi, pengaruh teman sebaya, ketaatan beragama, pengetahuan seksual pranikah, komunikasi orang tua dan kontrol diri.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku seksual pranikah pada mahasiswa.

D. Definisi Operasional

1. Paparan Media Pornografi

Sumber responden memperoleh informasi tentang perilaku seks pranikah yang didapat dari media cetak dan media elektronik. Paparan media pornografi diukur dengan menggunakan kuesioner dengan skala


(51)

likert yang diadopsi dari penelitian Widarti (2008). Kuesioner paparan media pornografi berisi pertanyaan tidak mendukung (unfavorable) sebanyak empat pertanyaan yaitu pada nomor 1, 2, 3, dan 4. Pilihan jawaban “tidak pernah” (TP) diberi skor 5, jawaban “jarang” (J) diberi skor 4, jawaban “kadang-kadang” (KK) diberi skor 3, jawaban “sering” (S) diberi skor 2, jawaban “sangat sering” (SS) diberi skor 1. Paparan media pornografi dikategorikan Tinggi jika nilai total ≤16 dan Rendah jika nilai total >16.

2. Pengaruh Teman Sebaya

Interaksi yang dilakukan mahasiswa dengan teman kos dan teman kampus dan berdampak terhadap perilaku seksual pranikah. Pengaruh teman sebaya diukur dengan menggunakan kuesioner dengan skala likert yang diadopsi dari penelitian Sinaga (2012). Kuesioner pengaruh teman sebaya berisi pertanyaan tidak mendukung (unfavorable) sebanyak lima pertanyaan yaitu pada nomor 1, 2, 3, dan 4. Pilihan jawaban “tidak pernah” (TP) diberi skor 5, jawaban “jarang” (J) diberi skor 4, jawaban “kadang-kadang” (KK) diberi skor 3, jawaban “sering” (S) diberi skor 2, jawaban “sangat sering” (SS) diberi skor 1. Pengaruh teman sebaya dikategorikan Tinggi jika nilai total ≤16 dan Rendah jika nilai total >16. 3. Ketaatan Agama

Ketaatan mahasiswa melakukan ibadah dan aturan-aturan agamanya. Pengukuran ketaatan agama diukur dengan menggunakan kuesioner dengan skala likert dengan alternatif jawaban SS = sangat


(52)

setuju, S = setuju, R = ragu, TS = tidak setuju, STS = sangat tidak setuju yang diadopsi dari penelitian Kusmandari (2006). Kuesioner ketaatan agama berisi pertanyaan mendukung (favorable) sebanyak dua pertanyaan yaitu pada nomor 1 dan 4, pertanyaan tidak mendukung (unfavorable) sebanyak dua pertanyaan yaitu pada nomor 2 dan 3. Pilihan jawaban favorable jawaban “sangat setuju” (SS) diberi skor 5, jawaban “setuju” (S) diberi skor 4, jawaban “ragu” (R) diberi skor 3, jawaban “tidak setuju” (TS) diberi skor 2, jawaban “sangat tidak setuju” (STS) diberi skor 1. Pilihan jawaban untuk unfavorable jawaban “sangat setuju” (SS) diberi skor 1, jawaban “setuju” (S) diberi skor 2,jawan “ragu” (R) diberi skor 3, jawaban “tidak setuju” (TS) diberi skor 4, jawaban “sangat tidak setuju” (STS) diberi skor 5. Ketaatan agama dikategorikan Tinggi jika nilai total >16 dan Rendah jika nilai total ≤16.

4. Tingkat Pengetahuan Seksual

Kemampuan mahasiswa dalam memahami tantang perilaku seksual dan dampak seks pranikah. Pengetahuan seksual pranikah diukur dengan menggunakan kuesioner dengan skala likert dengan alternative jawaban SS = Sangat Setuju, S = Setuju, R = Ragu, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju yang diadopsi dari penelitian Sinaga (2012). Kuesioner tingkat pengetahuan seksual berisi pertanyaan mendukung (favorable) sebanyak dua pertanyaan yaitu pada nomor 3 dan 4, pertanyaan tidak mendukung (unfavorable) sebanyak dua pertanyaan yaitu pada nomor 1 dan 2. Pilihan jawaban favorable jawaban “sangat setuju”


(53)

(SS) diberi skor 5, jawaban “setuju” (S) diberi skor 4, jawaban “ragu” (R) diberi skor 3, jawaban “tidak setuju” (TS) diberi skor 2, jawaban “sangat tidak setuju” (STS) diberi skor 1. Pilihan jawaban untuk unfavorable jawaban “sangat setuju” (SS) diberi skor 1, jawaban “setuju” (S) diberi skor 2, jawaban “ragu” (R) diberi skor 3, jawaban “tidak setuju” (TS) diberi skor 4, jawaban “sangat tidak setuju” (STS) diberi skor 5. Tingkat pengetahuan seksual dikategorikan Tinggi jika nilai total ≥17 dan Rendah jika nilai total <17.

5. Komunikasi Orang Tua

Interaksi mahasiswa dengan orang tuanya tentang permasalahan remaja. Komunikasi orang tua diukur dengan menggunakan kuesioner dengan skala likert dengan alternative jawaban SS = sangat setuju, S = setuju, R = ragu, TS = tidak setuju, STS = sangat tidak setuju yang diadopsi dari penelitian Nurhayati (2012) Kuesioner komunikasi orang tua berisi pertanyaan mendukung (favorable) sebanyak tiga pertanyaan yaitu pada nomor 1, 2, dan 3, pertanyaan tidak mendukung (unfavorable) sebanyak satu pertanyaan yaitu pada nomor 4. Pilihan jawaban favorable jawaban “sangat setuju” (SS) diberi skor 5, jawaban “setuju” (S) diberi skor 4, jawaban “ragu” (R) diberi skor 3, jawaban “tidak setuju” (TS) diberi skor 2, jawaban “sangat tidak setuju” (STS) diberi skor 1. Pilihan jawaban untuk unfavorable jawaban “sangat setuju” (SS) diberi skor 1, jawaban “setuju” (S) diberi skor 2,jawan “ragu” (R) diberi skor 3, jawaban “tidak setuju” (TS) diberi skor 4, jawaban “sangat tidak setuju” (STS)


(54)

diberi skor 5. Komunikasi orang tua dikategorikan Tinggi jika nilai total ≥14 dan Rendah jika nilai total <14.

6. Kontrol Diri

Kemampuan responden dalam mengendalikan diri dari dorongan seksual. Kontrol diri diukur dengan menggunakan kuesioner dengan skala likert dengan alternative jawaban “Sangat Mampu” (SM), “Mampu” (M), “Kadang-Kadang” (KK), “Tidak Mampu” (TM), “Sangat Tidak Mampu” (STM) yang diadopsi dari penelitian Sinaga (2012). Pada bagian pertanyaan kontrol diri jenis pertanyaan yang diajukan adalah jenis pertanyaan favorable sebanyak tiga pertanyaan yaitu pada nomor 1, 2, dan 3, pilihan jawaban favorable jawaban “sangat mampu” (SM) diberi skor 5, jawaban “Mampu” (M) diberi skor 4, jawaban “Kadang-Kadang” (KK) diberi skor 3, jawaban “Tidak Mampu” (TM) diberi skor 2, jawaban “Sangat Tidak Mampu” (STM) diberi skor 1. Tingkat pengetahuan seksual dikategorikan Tinggi jika nilai total ≥12 dan Rendah jika nilai total <12. 7. Perilaku Seksual Pranikah

Aktivitas remaja yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama, misalnya berpegangan tangan,mencium pipi, berpelukan, dan lain-lain selama atau pernah pacaran. Perilaku seksual pranikah diukur dengan menggunakan kuesioner dengan skala likert yang diadopsi dari penelitian Dewi (2012). Kuesioner paparan media pornografi berisi pertanyaan tidak mendukung (unfavorable)


(55)

sebanyak tujuh pertanyaan yaitu pada nomor 1, 2 , 3, 4, 5, 6, dan 7. Pilihan jawaban unfavorable bila jawaban “pernah” (P) diberi skor 0, dan jawaban “tidak pernah” (TP) diberi skor 1. Perilaku seksual dikategorikan Tinggi jika nilai total ≤18 dan Rendah jika nilai total >18.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (Arikunto S, 2006).

Instrumen atau alat yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner dengan metode angket yang terdiri dari 4 bagian:

1. Bagian pertama berisi permohonan menjadi responden. 2. Bagian kedua berisi pernyataan kesediaan menjadi responden.

3. Bagian ketiga berisi 23 pertanyaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja (paparan media pornografi, pengaruh teman sebaya, ketaatan beragama, tingkat pengetahuan seksual paranikah, dan komunikasi orang tua) dan masing-masing faktor terdapat empat pertanyaan. Pada bagian pertanyaan paparan media pornografi jenis pertanyaan yang diajukan adalah jenis pertanyaan unfavorable sebanyak empat pertanyaan yaitu pada nomor 1, 2, 3, dan 4. Pada bagian pertanyaan pengaruh teman sebaya jenis pertanyaan yang diajukan adalah jenis pertanyaan unfavorable sebanyak empat pertanyaan yaitu pada nomor 1, 2, 3, dan 4. Pilihan jawaban “Sangat Sering” (SS) diberi skor 1, jawaban “Sering” (S) diberi


(56)

skor 2, jawaban “Kadang-Kadang” (KK) diberi skor 3, jawaban “Pernah” (P) diberi skor 4, jawaban “Tidak Pernah” (TP) diberi skor 5. Pada bagian pertanyaan ketaatan agama jenis pertanyaan yang diajukan adalah jenis pertanyaan favorable sebanyak dua pertanyaan yaitu pada nomor 1 dan 4, pada jenis pertanyaan unfavorable sebanyak dua pertanyaan yaitu pada nomor 2 dan 3. Pada bagian pertanyaan tingkat pengetahuan seksual jenis pertanyaan yang diajukan adalah jenis pertanyaan favorable sebanyak dua pertanyaan yaitu pada nomor 3 dan 4, pada jenis pertanyaan unfavorable sebanyak dua pertanyaan yaitu pada nomor 1 dan 2. Pada bagian pertanyaan komunikasi orang tua jenis pertanyaan yang diajukan adalah jenis pertanyaan favorable sebanyak tiga pertanyaan yaitu pada nomor 1, 2, dan 3, pada jenis pertanyaan unfavorable sebanyak satu pertanyaan yaitu pada nomor 4. Pilihan jawaban favorable jawaban “sangat setuju” (SS) diberi skor 5, jawaban “Setuju” (S) diberi skor 4, jawaban “Ragu” (R) diberi skor 3, jawaban “Tidak Setuju” (TS) diberi skor 2, jawaban “Sangat Tidak Setuju” (STS) diberi skor 1. Pilihan jawaban unfavorable jawaban “Sangat Setuju” (SS) diberi skor 1, jawaban “Setuju” (S) diberi skor 2,jawan “Ragu” (R) diberi skor 3, jawaban “Tidak Setuju” (TS) diberi skor 4, jawaban “Sangat Tidak Setuju” (STS) diberi skor 5. Pada bagian pertanyaan kontrol diri jenis pertanyaan yang diajukan adalah jenis pertanyaan favorable sebanyak tiga pertanyaan yaitu pada nomor 1, 2, dan 3, Pilihan jawaban favorable jawaban “sangat mampu” (SM) diberi skor 5, jawaban “Mampu” (M) diberi skor 4,


(57)

jawaban “Kadang-Kadang” (KK) diberi skor 3, jawaban “Tidak Mampu” (TM) diberi skor 2, jawaban “Sangat Tidak Mampu” (STM) diberi skor 1 4. Bagian keempat berisi 7 pertanyaan mengenai perilaku seksual

pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Jenis pertanyaan yang diajukan jenis pertanyaan unfavorable sebanyak tujuh pertanyaan yaitu pada nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Pilihan jawaban unfavorable bila jawaban “Sering” (S) diberi skor 1, jawaban“Pernah” (P) diberi skor 2, dan jawaban “Tidak Pernah” (TP) diberi skor 3.

F. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2014).

Peneliti menggunakan beberapa langkah untuk mengumpulkan data antara lain sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi pendahuluan kepada beberapa mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan teknik wawancara.

b. Penyusunan proposal penelitian

c. Menyusun instrumen penelitian berupa kuesioner

d. Meminta surat izin penelitian kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(58)

e. Melakukan uji etik penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Mengumpulkan asisten penelitian.

b. Melakukan observasi untuk menentukan responden sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.

c. Melakukan metode sampling sesuai jumlah responden yang telah didapatkan dan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

d. Memberi penjelasan kepada responden tentang maksud dan tujuan penelitian.

e. Meminta responden menandatangani lembar persetujuan (informed consent) menjadi responden dengan membubuhkan tanda tangan di atas lembar persetujuan tersebut.

f. Pengisian kuesioner dikerjakan selama maksimal satu hari setelah diberikannya kuesioner tersebut.

g. Pengumpulan data penelitian (kuesioner) dilakukan dengan cara responden memasukan lembar kuesioner kedalam amplop yang disediakan peneliti untuk menjaga privasi responden.

h. Setelah data terkumpul dilakukan rekapitulasi data.

i. Dilakukan analisis data setelah data yang dibutuhkan lengkap. j. Membuat pembahasan.


(59)

G. Uji Validitas dan Reabilitas 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalitan suatu instrument, suatu instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur data variable yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006). Menurut Azwar (1999) semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,300 daya pembedanya dianggap memuaskan/valid. Penilaian untuk penelitian ini menggunakan kuesioner yang berasal dari penelitian sebelumnya yang mana telah dilakukan uji validitas dengan hasil data sudah valid. Nilai korelasi untuk perilaku seksual pranikah dengan menggunakan 22 responden didapatkan > 0,300 (valid). Nilai korelasi untuk paparan media pornografi dengan menggunakan 30 responden didapatkan > 0,361 (valid). Nilai korelasi untuk pengaruh teman sebaya dengan menggunakan 30 responden didapatkan > 0,361 (valid). Nilai korelasi untuk ketaatan agama dengan 30 responden didapatkan > 0,306 (valid). Nilai korelasi untuk tingkat pengetahuan seksual pranikah dengan 30 responden didapatkan > 0,361 (valid). Nilai korelasi untuk komunikasi orang tua dengan 30 responden didapatkan > 0, 361 (valid). Nilai korelasi untuk kontrol diri dengan 30 responden didapatkan > 0, 361 (valid).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas dapat diartikan bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena


(60)

instrument tersebut sudah cukup baik. Penelitian dikatakan reliabel jika alat ukur tersebut menunjukan hasil yang konsisten. Menurut Arikunto (2006), koefisien reliabilitas dapat di kategorikan dalam kriteria rendah yaitu apabila nilai r = 0,400, cukup apabila r diantara 0,400 sampai 0,750, dan tinggi apabila r > 0,760.

Penilaian untuk penelitian ini menggunakan kuesioner yang berasal dari penelitian sebelumnya yang mana telah dilakukan uji reliabilitas dengan nilai yang cukup baik, sehingga pada penelitian ini tidak perlu melakukan uji reliabilitas. Nilai reliabilitas untuk perilaku seksual pranikah adalah sebesar 0,801 (reliabel). Nilai reliabilitas untuk paparan media pornografi adalah 0,921 (reliabel). Nilai reliabilitas untuk pengaruh teman sebaya adalah 0,907 (reliabel). Nilai reliabilitas untuk ketaatan agama adalah 0,945 (realibel). Nilai Reliabilitas untuk tingkat pengetahuan seksual pranikah adalah 0,916 (reliabel). Nilai realibilitas untuk komunikasi orang tua adalah 0,864 (reliabel). Nilai reliabilitas untuk kontrol diri adalah sebesar 0,819 (reliabel). Nilai reliabilitas untuk perilaku seksual pranikah adalah sebesar 0,801 (reliabel). Nilai reliabilitas untuk kontrol diri adalah sebesar 0,819 (reliabel).


(61)

H. Pengolahan dan Metode Analisis Data 1. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu rangkaian kegiatan penelitian setelah pengumpulan data selesai. Tujuan pengolahan data untuk memperoleh data yang berkualitas (Notoatmodjo, 2010).

Tahap-tahap memperoleh data antara lain: a) Editing

Editing merukan pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. Apakah semua pertanyaan terisi, isinya jelas, jawabannya konsisten antara pertanyaan satu dengan pertanyaan lainnya.

b) Coding

Coding yaitu mengubah data dalam bentuk huruf menjadi data berbentuk angka, dengan cara memberikan skor pada masing-masing jawaban. Memudahkan dalam analisis data dan mempercepat pemasukan data.

c) Entry data

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master table atau data base computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.

d) Processing

Processing adalah proses memasukkan data (data entry) kedalam program komputer, seperti paket program SPSS for Window Release.


(62)

e) Cleansing

Cleansing (pembersihan data) yaitu proses pengecekan kembali data-data yang telah dimasukkan untuk melihat ada tidaknya kesalahan, terutama kesesuaian pengkodean yang dilakukan.

f) Describing

Describing yaitu menggambarkan data atau menerangkan data. 2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan pada tiap variabel yang akan diteliti yaitu untuk melihat distribusi dan proporsinya. Penyajiannya dilakukan secara deskriptif dalam bentuk persentase (Sugiyono, 2005). Rumus yang digunakan sebagai berikut (Arikunto, 2010):

Jumlah skor dibagi jumlah total soal dan dikalikan 100%, sehingga didapatkan nilai P (presentase).

P = x100%

P : Presentase jawaban benar (%) F : Frekuensi jawaban yang benar n : Jumlah pertanyaan

b. Analisis Bivariat

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis bivariat. Analisis bivarat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoadmodjo,


(1)

Hal ini diperkuat dengan penelitian Maryatun (2013) yang melakukan penelitian hubungan peran teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan remaja yang mendapatkan peran teman sebaya dalam informasi seksualitasnya beresiko berperilaku seksual pranikah dibandingkan remaja yang tidak memperoleh informasi seksualitas dari teman sebaya.

SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Responden didominasi oleh usia ≤20 tahun sebanyak 127 responden (56,4%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 127 responden (56,4%), kategori tingkat media pornografi tinggi sebanyak 113 responden (50,2%), kategori pengaruh teman sebaya tinggi sebanyak 127 responden (56,4%), kategori tingkat ketaatan agama tinggi sebanyak 142 responden (63,1%), kategori tingkat pengetahuan seksual sebanyak 116 responden

(51,6%), kategori komunikasi orang tua tinggi sebanyak 116 responden (51,6%), kategori kontrol diri tinggi sebanyak 173 responden (76,9%), dan kategori perilaku seksual rendah sebanyak 142 responden (63,1%). 2. Terdapat hubungan yang bermakna

antara paparan media pornografi, teman sebaya, ketaatan agama, komunikasi orang tua dan kontrol diri terhadap perilaku seksual pranikah. 3. Tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara usia, jenis kelamin, dan tingkat pengetahuan seksual terhadap perilaku seksual pranikah. 4. Faktor pengaruh teman sebaya

merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual pranikah dengan nilai RO=2,440. Saran

1. Bagi Ilmu Keperawatan

Ilmu keperawatan dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai panduan dalam pengembangan intervensi keperawatan


(2)

yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa.

2. Bagi Institusi

a. Meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler di kampus sehingga mengurangi waktu luang yang tidak bermanfaat. b. Banyak memberikan

pelatihan-pelatihan dengan tujuan pembentukan konsep diri remaja yang baik dalam menanggapi fenomena-fenomena negative keremajaan, seperti pendalaman pengetahuan tentang bagaimana menjadi remaja muslim yang baik, pendidikan tentang pertemanan antara laki-laiki dan wanita dimata islam.

3. Bagi Responden

Responden disarankan agar dapat meningkatkan komunikasi dengan orang tua, meningkatkan kontrol diri, memanfaatkan media masa dengan hal yang psoitif, serta dapat memilih teman

yang baik agar tidak terpengaruh terhadap perilaku seks pranikah sehingga tidak memberikan efek negatif untuk masa depan.

4. Bagi Peneliti lain

Diperlukan analisis kualitatif, untuk mendapatkan hasil yang lebih mendalam lagi tentang masalah perilaku seksual remaja.

DAFTAR RUJUKAN

Agresti, A. 1990, Categorical Data Analysis, John Wiley & Sons, Inc., New York.

Ancok, 2005. Psikologi Islam: Solusi Islam Atas problem-Problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Andisti, Miftah Aulia & Ritandiyono., 2008. Religiusitas dan Perilaku Seks Bebas pada Dewasa Awal. Jurnal Psikologi Volume 1, No. 2: 173 .

Andisti, M. A., & Ritandiyono. 2011. Religiusitas dan Perilaku Seks Bebas Pada Dewasa Awal. Naskah Publikasi Strata 1 Universitas Gunadarma .

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edesi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta. Ardiyanti, N.P. 2012. Hubungan

Karakteristik Remaja dan Pola Asuh Keluaraga dengan Perilaku


(3)

Seksual Remaja Pada Siswa SMA dan SMK di Kecamatan Bogor Barat. Tesis Dipublikasikan. Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Atkin, A. 2007. Situation of and Influential Factors on Sexual and Reproductive Health of Adolescent in Turkey. Journal of Youth Adolescent 31(2): 512-530. Azinar, M. 2013. Perilaku Seksual

Pranikah Berisiko Terhadap Kehamilan Tidak Diinginkan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.8, No.2, 153-160.

Azwar, Saifuddin, 2005. Sikap Manusia “Teori dan Pengukurannya”. Edisi II., Yogyakart: Pustaka Pelajar Offset.

Branstetter, S.A., 2003.“Parental Monitoring andAdo- lescent Drug Use Frequency, Control Problem, and Adverse Consequences” University of Denver Departement of psychology. NIDA Grant F31 DA015030-01.

Baron, R.A.; Byrne, D. 2008. Social Psychology. Pearson Education, New York

BKKBN, 2010. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja. Jakarta.

BKKBN, 2012. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia, Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta.

Bungin, B. 2003. Pornomedia; Konstruksi Sosial Teknologi Telematika dan

Perayaan Seks di Media Massa. Jakarta: Prenada Media.

Chyntia, A. 2003. Pendidikan Seks. http://www.scribd.com/doc/14823 326/. Diakses tanggal 10 agstus 2016.

Dahlan, M. S. 2013. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika. Efendi, F. & Makhfudli. 2009.

Keperawatan Kesehatan Komunitas. Teori dan Praktek dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Emzir, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers.

Geldard, 2012. Konseling Remaja : Intervensi Prakstis Bagi Remaja Beresiko. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gunawan, Arif. 2011. Remaja dan Permasalahannya. Yogyakarta: Hanggar Kreator.

Green, L, Kreuter, M. 2005. Health Program Planning: An Educational and Ecological Approach. Fourth edition. Rollins School of Public Helath of Emory University

Hasan, I., 2004. Analisis Dana Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara

Jazuli, A. S. 2008. Perilaku Seksual Remaja Ditinjau Dari Kontrol Diri dan Pengetahuan Seksualitas Dalam Materi Fiqih di Pondok Pesantren Pelajar. Skripsi Strata


(4)

Satu. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kartika, A. J. 2014. Proses Pengambilan Keputusan Individu Laki-laki untuk Melakukan Perilaku Seksual Pra-Nikah. Skripsi Strata 1 Universitas Widiya Mandala Surabaya.

Kartono, K. 2005. Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Khairunnisa, A. 2013. Hubungan Religiusitas dan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Di MAN 1 Samarinda. eJournal Psikologi Vol 1 Issue 2, 220-229.

Kim, C.R., & Free, C., 2008. Recent Evaluations of the Peer-Led Approach In Adolescent Sexual Health Education: A Systematic Review. International Family Planning Perspectives, Volume 34, Number 2, June 2008, 89–96. Kitting, A.S., Siregar, S.R., Kusumaryani,

M.S.W., Hidayat Z. 2004. Menyiapkan Generasi Muda Yang Sehat & Produktif: Kebutuhan Akan Pelayanan dan Informasi Kesehatan Reproduksi. Jakarta: BKKBN bekerja sama dengan LD-FEUI & Bank Dunia.

Kurniawan, F., 2002. Sikap dan Perilaku Seksual Mahasiswa disalah Satu Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta, Majalah Kedokteran Atmajaya, Volume 1 No. 2 September 2002.

Lewis, T. 2013. How Men's Brains Are Wired Differently Than Women's.

Retrieved March 14, 2016, from

Live Science:

http://www.livescience.com/41619

-male-female-brains-wired-differently.html

Muharsih, L. 2008. Hubungan Antara

Kontrol Diri dengan

Kecenderungan Perilaku Konsumtif Pada Siswa Siswi Kelas XI SMAN 68 Jakarta Pusat. Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia. Margono, 2004. Metodologi Penelitian

Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. MCR-PKBI. 2006. Deskripsi Singkat

Kasus Konseling dan Medis. Bandung.

Michael Reiss & J. Mark Halstead. 2010. Pendidikan Seks Bagi Remaja: dari Prinsip ke Praktik. Yogyakarta: Alenia Press

Myrers, D.G. (2012). Psikologi Sosial. Salemba Humanika, Jakarta. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi

Penelitian Kebidanan.. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


(5)

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Puspitadesi, D. I., Yuliadi, I., & Nugroho, A. A. 2013. Hubungan Antara Figur Kelekatan Orangtua dan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual Remaja SMA Negeri 11 Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa Vol 1 No.4 , 21-26.

Rakhmat, J. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rohmahwati D.A., Lutfiati, A., Sri M.,

2008. Pengaruh Pergaulan Bebas Dan Vcd Porno Terhadap Perilaku Remaja Di Masyarakat. http://kbi.gemari.or.id/beritadetail .php?id=2569 Diakses Tanggal 29 November 2008

Salisa, A. 2010. Perilaku Seks Pranikah Di Kalangan Remaja. Skripsi Tidak Diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Santrock, J. W. 2003 Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, W.S. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sarwono, W. S. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Simanjuntak. 2005. Pengantar Psikologi Perkembangan. Bandung: Tarsito.

Singgih, 2012. Perilaku Seksual Remaja Kian Mengkhawatirkah, http://www.igama.or.id. Diakses 19 Desember 2013

Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.

Soetjiningsih, C. H. 2007. Tumbuh

Kembang Remaja dan

Permasalahannya. Jakarta: CV Sagung Seto.

Soetjiningsih, C. H. 2008 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja. Disertasi Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Sugiyono, 2001. Statistika untuk Penelitain. Bandung: Alfabeta. Sugiyono, 2006. Statistika Untuk

Penelitian. Bandung, Alfabeta. Supranto, 2004. Analisis Multivariat: Arti

dan Interpretasi, Jakarta: Rineka Cipta

Taufik, A. 2013. Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Seks Pranikah (Studi Kasus SMK Negeri 5 Samarinda). Jurnal Sosiatri-Sosiologi, 1(1), 31-44.

Taufik, M. 2010. Analisis Penyebab Perilaku Hubungan Seksual Pranikah pada Remaja di Kota Pontianak (Studi Kualitatif). Tesis. FKM UI. Depok.

Wallmyr, G., & Welin, C. 2006. Young people, pornography, and the internet. http://www/bkkbn.go.id.


(6)

Diakses pada tanggal 15 Maret 2010.

Widanarti, M., & Nashori, H. F. 2014. Pengaruh Pendidikan Seksual Islami Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja. Naskah Publikasi Strata 1 Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Yusuf, S. L. 2002. “Psikologi

Perkembangan Anak dan remaja”, Remaja Rosdakarya, Bandung