Strategi nasional penerapan pola konsumsi makanan dan aktivitas fisik untuk mencegah penyakit tidak menular - [BUKU]

612.3
Ind
s

STRATEGI NASIONAL

Penerapant
fora Konsumsi
akanan dan
kt i
UNTUK
PENYAKIT TIDAK MENULAR
nu t^25 kg /M2 clan
obesitasjika IMT> 7 kg/m2.
6. Jejaring kerja a alah upaya untuk melibatkan berbagai sektor, kelompok
masyarakat, lemba a pemerintah untuk bekerjasama berdasarkan atas kesepakatan,
prinsip dan perana

masing-masing.

7. Junk food adalah istilah yang mendeskripsikan makanan yang tidak sehat dan

memiliki sedikit ka dungan gizi,

8. Keamanan pang

adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah

pangan dari kem ngkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, mer gikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
9. Kebugaran jasm ni adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan
pekerjaan sehari-h ri tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.
10. Kecukupan zat gi i adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi
dari makanan unt k mencakup hampir semua orang sehat, dipengaruhi oleh umur,

xii

jenis kelamin, aktivitas, berat badan dan tinggi badan serta keadaan hamil dan
menyusui.
11. Kemitraan adalah upaya untuk melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat,
lembaga pemerintah maupun non pemerintah untuk bekerjasama dalam mencapai
tujuan bersama berdasar atas kesepakatan, prinsip dan peranan masing-masing.

12. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baikjumlah maupun mutunya, aman,
merata dan terjangkau.
13. Latihan fisik adalah semua bentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara terstruktur
dan terencana, dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
14. Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang dapat diolah dan dihidangkan
atau disajikan dengan cepat oleh pengusaha jasa boga, rumah makan, restoran.
Biasanya makanan ini tinggi garam dan lemak serta rendah serat.
15. Makanan slap saji adalah makanan dan atau minuman yang sudah diolah dan
slap untuk langsung disajikan ditempat usaha atau luar tempat usaha berdasarkan
pesanan.
16. Olahraga adalah salah satu bentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara terstruktur,
terencana, dan berkesinambungan dengan mengikuti aturan-aturan tertentu dan
bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan prestasi
17. Olahraga yang balk adalah olahraga yang dilakukan sejak usia dini, sesuai dengan
kondisi fisik medis dan tidak menimbulkan dampak yang merugikan.
18. Olahraga yang benar adalah olahraga yang dilakukan secara bertahap, dimulai
dengan pemanasan, dilanjutkan latihan inti dan diakhiri dengan pendinginan
19. Olahraga yang terukur adalah olahraga yang dilakukan dengan memperhatikan
denyut nadi selama latihan berada dalam zona latihan.

20. Olahraga yang teratur adalah olahraga yang dilakukan dengan frekuensi 3 - 5 kali
seminggu dengan selang waktu satu hari istirahat.
21. Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan
kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan
kegembiraan.
22. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, balk yang
diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

Xill

minuman bagi ko sumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bah
atau pembuatan
23. Pangan beraga

lain yang digunakan dalam proses penyiapan pengolahan dan
akanan dan minuman.
bergizi seimbang dan aman adalah aneka ragam bahan


pangan, balk sum er karbohidrat, protein, lemak maupun vitamin dan mineral, yang
bila dikonsumsi
dianjurkan dan ti
24. Pangan olahan
metode tertentu

alam jumlah seimbang dapat memenuhi kecukupan gizi yang

k tercemar bahan berbahaya yang merugikan kesehatan.
dalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau
engan atau tanpa bahan tambahan.

25. Pengendalian m rupakan nama lain dari pencegahan dan penanggulangan.
26. Penyakit tidak m nularadalah penyakit yang bukan disebabkan oleh proses infeksi.
27. Perilaku hidup b rsih dan sehat adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan

atas dasar kesad ran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri dal m hal kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan kesehatan di
masyarakat.
28. Pola konsumsi m kanan adalah susunan makanan yang biasa dimakan mencakup

jenis dan jumlah

han makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang/

penduduk dalam rekuensi dan jangka waktu tertentu.

29. Sehat adalah kea aan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang memungkinkan
setiap orang hidu produktif, secara sosial dan ekonomi.
30. Social enforceme t atau Pengendalian Sosial adalah merupakan suatu mekanisme

untukmencegah enyimpangan sosial serta mengajakdan mengarahkan masyarakat
untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku.
31. Surveilans adala

proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data

serta penyebarlu isan informasi secara sistematis dan terus menerus agar dapat
dilakukan tindaka
32. Umur harapan


penanganan secara efektif dan efisien.
idup adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi

yang baru lahir p da suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di
lingkungan many rakatnya.

xiv

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 .

Distribusi Kematian Semua Umur Menurut Sebab Kematian ......................

2

Gambar 2 .

Permasalahan Penyakit Tidak Menular dan Besaran Faktor Risiko ..............


5

Gambar 3 .

Status Gizi Anak Balita .................................................................................................

9

Gambar 4.

Obesitas (IMT ? 27) Menurut Karakteristik, Riskesdas 2007 ........................... 10

Gambar S.

Persentase Kematian Akibat PenyakitTidak Menular pada Penduduk
Usia < 60 tahun Menurut Jenis Penyakit , 2008 (WHO, 2011) ......................... 11

Gambar 6.

Kurang Aktivitas Fisik Menurut Karakteristik , Riskesdas 2007 ...................... 17


Gambar 7.

Kurang Makan Sayur dan Buah Menurut Karakteristik, Riskesdas 2007.... 20

Gambar 8.

Kerangka Konsep Strategi Nasional Penerapan Pola Konsumsi Makanan
dan Aktivitas Fisik ..........................................................................................................

Gambar 9.

23

Keterkaitan Antar komponen Dalam Pola Konsumsi Makanan dan
Aktivitas Fisik ................................................................................................................... 28

Gambar 10. Mekanisme Pemantauan , Evaluasi dan Surveilans ............................................ 41

xv


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di seluruh dunia kenaikan beban akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) semakin
meningkat. Penyakit tidak menular memberikan beban ekonomi yang bermakna
tidak saja pada pertumbuhan, kecerdasan dan produktivitas kerja individu tetapi
pada akhirnya akan bermuara pada pendapatan keluarga dan pertumbuhan
ekonomi negara.
WHO memperkirakan PTM menyebabkan 56 persen dari semua kematian dan 44
persen dari beban penyakit dalam negara-negara di wilayah Asia Tenggara. Hampir
setengah dari kematian akibat PTM terjadi pada usia lebih dini, yaitu pada fase
paling produktif dalam kehidupan (35-60 tahun), sehingga kondisi ini merupakan
ancaman serius bagi tingkat sosial-ekonomi masyarakat. Apalagi prevalensi PTM
juga cenderung meningkat di negara berkembang termasuk pada penduduk miskin
yang juga sangat terbatas aksesnya pada pelayanan kesehatan.
Di Indonesia, salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sedang kita hadapi
saat ini adalah beban ganda penyakit dan beban ganda masalah gizi. Artinya, pada
saat pembangunan kesehatan masih menghadapi beban mengendalikan penyakit
menular dan gizi kurang pada penduduk, beban akibat peningkatan PTM dan gizi

lebih meningkat. Berdasarkan data Riskesdas 2007 dan 2010 diketahui kekurangan
gizi masyarakat yang diukur dengan prevalensi gizi kurang dan pendek (stunting)
anak balita mengalami penurunan dari masing-masing 18.4 persen dan 36.8 persen
menjadi masing-masing 17.9 persen dan 35.6 persen, namun angka ini masih cukup
tinggi dibanding dengan target MDGs. Dilain pihak prevalensi anak balita gemuk naik
dari 12.2 persen menjadi 14 persen. Kegemukan pada dewasa meningkat dari 19.1
I

persen pada tahu 2007 menjadi 21.7 persen pada tahun 2010, dengan prevalensi
kegemukan lebih inggi pada perempuan (Riskesdas 2007 dan 2010).
Demikian pu halnya dengan proporsi angka kematian PTM meningkat dari
41.7 persen pada tahun 1995 (SKRT, 1995) menjadi 59.5 persen pada tahun 2007
(Riskesdas, 2007). eningkatnya umur harapan hidup di Indonesia selama beberapa
dekadeterakhirdi erkirakanjuga berdampakterhadap peningkatan kejadian PTM di
saat ini dan mass endatang, sementara penyakit infeksi masih belum sepenuhnya
teratasi.

Gambar 1. DIstribusi Kematian Semua Umur Menurut Sebab Kematian

740

59,5

610
540

44,2

440
3qo
240
140

m,1
5,9 7,3 5,5

40
Maternal
0 SKRT 1195

Penyakit Menular
n

SKRT 2001

Penyakit Tidak
Menular

Cedera

0 Riskesdas 2007

Sejak bebera a dekade lalu diketahui bahwa perubahan perilaku yang
menyangkut gaya hidup terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, antara lain
konsumsi makana tdak seimbang dengan kurangnya aktivitas fisik dengan banyak
duduk dan meng unakan alat elektronik, berkaitan erat dengan peningkatan
PTM. Perubahan p rilaku ini terkait dengan terjadinya transisi epidemiologi karena
berbagai faktor, an ara lain urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, perubahan teknologi
di rumah dan to pat kerja, kemudahan transportasi, industrialisasi, promosi

1

2

makanan dan minuman serta pertumbuhan media massa yang kesemuanya
merupakan dampak dari globalisasi (Popkin, 2001). Adanya pemanfaatan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi secara umum memberi kemudahan, efisiensi dan
kenyamanan bagi seseorang maupun masyarakat dalam melakukan kegiatan seharihari, namun kondisi tersebut dapat mengakibatkan perubahan gaya hidup manusia
yang membuat malas untuk bergerak dan beraktivitas fisik, sehingga mempunyai
risiko menderita PTM.

Sidang Kesehatan Dunia pada tahun 2004 telah mengesahkan Global Strategy
on Diet, Physical Activity and Health sebagai tindak lanjut Laporan Kesehatan Dunia
tahun 2002 yang menjabarkan dengan rind hubungan antara pola konsumsi
makanan dan aktivitas fisik dengan kejadian PTM. Dalam kerangka kerja WHO, kedua
faktor risiko ini dikenal sebagai faktor risiko umum 'common risk faktor' bersama
dengan konsumsi alkohol, merokok, umur dan faktor genetik. Faktor risiko umum
ini jika tidak dicegah dapat memicu timbulnya faktor risiko antara yaitu hipertensi,
kadar lemakdarah tinggi, kadargula darah tinggi, serta kegemukan dan obesitas.Jika
faktor risiko dapat diketahui Iebih dini, maka intervensi yang tepat dapat dilakukan
sehingga PTM dapat dicegah atau paling tidak mengurangi komplikasi penyakit.
Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2007, sebanyak93.6 persen masyarakat
Indonesia kurang mengkonsumsi sayur dan buah. Riset ini juga menyatakan bahwa
48.2 persen penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 10 tahun kurang melakukan
aktivitas fisik. Persentase faktor risiko ini hampir sama pada kelompok penduduk
kaya maupun kelompok penduduk miskin.

Pendekatan terpadu untuk merubah perilaku masyarakat agar mengkonsumsi
makanan beragam, bergizi seimbang dan aman disertai aktivitas fisik yang cukup
dan teratur akan memberikan dampak sangat bermakna bagi penurunan beban
PTM di masa mendatang. Bukti ilmiah saat ini menjelaskan bahwa kebiasaan makan
sehat dan peningkatan aktivitas fisik dapat mengurangi risiko diabetes sebanyak
58 persen, risiko tekanan darah tinggi sebanyak 66 persen, risiko serangan jantung
serta stroke sebanyak 40-60 persen, dan mengurangi sepertiga dari semua penyakit
kanker.
3

Di sisi lain, erbagai penelitian yang dilakukan di seluruh dunia dalam
dua dekade tera hir membuktikan bahwa PTM muncul pada usia lebih dini di
negara berkemba g yang terkait bermakna dengan rendahnya berat dan tinggi
badan bayi saat ilahirkan. Selama 20 tahun penelitian tersebut dilakukan, dapat
disimpulkan bah a penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, kanker dan
obesitas terkait e at dengan kondisi kekurangan gizi yang dialami ibu sejak hamil
(Barker et al). The ancet Series 2008 kemudian mengadopsi hasil penelitian ini dan
merekomendasik n paket intervensi berbasis bukti yang sangat'high cost effective'
difokuskan pads eriode emas kehidupan 'window of opportunity yaitu sejak janin
dalam kandunga sampai anak berusia 2 tahun atau dikenal dengan Seribu Hari
Pertama Kehidup n Manusia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sekretaris Jenderal
PBB pada penca angan komitmen global Scalling Up Nutrition Movement bulan
September 2011, ahwa fokus intervensi pada Seribu Hari Pertama Kehidupan akan
mengubah kualit s kehidupan dan masa depan anak dunia melalui pendekatan
pelayanan berkel njutan 'continuum care' bagi ibu dan anak.
Penanggulan tan PTM memerlukan tindakan yang cepat dan tepat di semua
negara dengan ca a mengintegrasikan kebijakan dan program yang memungkinkan
pencegahan dan penanggulangan PTM yang efektif pada seluruh tahapan daur
hidup manusia. P ncegahan PTM dititikberatkan pada kesehatan masyarakat dan
pendekatan pela Tnan primer, karena itu koordinasi multi-sektor yang efektif dalam
upaya pelayanan ublik sangat diperlukan.
Besarnya kej dian PTM dan kematian akibat PTM hanya merupakan puncak
gunung dalam p rmasalahan, yang kita kenal sebagai fenomena gunung es. Faktor
risiko umum yait pola konsumsi makanan yang tidak sehat (tidak beragam, tidak
bergizi seimbang dan tidak aman), kurangnya aktivitas fisik (tidak cukup dan tidak
teratur), merokok dan konsumsi alkohol menjadi masalah yang tersembunyi karena
belum sepenuh a diketahui dan dipahami sebagai penyebab terjadinya PTM.
Faktor risiko ant a yaitu kegemukan dan obesitas, hipertensi dan meningkatnya
kadar gula darah Jan lemak darah di atas kadar normal menjadi pemicu terjadinya
penyakitjantung embuluh darah, stroke, diabetes dan kanker. Ilustrasi hal tersebut
dapat dilihat pad gambar 2 di bawah ini.
4

Gambar 2: Permasalahan PenyakitTidak Menular dan Besaran Faktor Risiko

FENOMENA GUNUNG ES
PENYAKIT TIDAK MENULAR
FAKTOR RISIKO PENYAKIT

INTERVENSI
Pencegahan Disabilitas
dan Kematian Premature

PELAYANAN
KESEHATAN RUJUKAN

Pengelolaan Stroke,
Penyakit Jantung Koroner,
Komplikasi Diabetes

Kondisi yang Mengancam
Kehidupan
Stroke,
Penyakit Jantung Koroner,
Nefropati Diabetes

Diagnosis DIM
Hiperglikemia
Dislipidemia
Obes

Hipertensi
Hiperglikemia
Dislipidemia
Diabetes

Promosi Kesehatan dan
Pencegahan Penyakit
Setiap individu , keluarga dan
Masyarakat mengadopsi
gaya hidup sehat

SOSIAL DETERMINANT

B. Strategi Global 'Diet, Physical Activity and Health'
Strategi global ini mempunyai tujuan utama untuk menurunkan faktor risiko
PTM dengan pendekatan upaya preventif dan promotif, melalui peningkatan
kesadaran para penentu kebijakan di semua sektor termasuk masyarakat madani,
swasta dan media balk cetak maupun elektronik.

Strategi global dikembangkan berdasarkan intervensi yang terbukti efektif dalam
perspitktif daur kehidupan melalui pendekatan yang dimulai dengan kesehatan
maternal dan janin, menjamin kesehatan bayi yang dilahirkan, termasuk pemberian
S

ASI eksklusif samj ai bayi berusia 6 bulan. Pembinaan kesehatan harus diintensifkan
pada anak berusia di bawah dua tahun, pemberian makanan pendamping ASI yang
tepat dan akurat, munisasi, dan pemantauan tumbuh kembang. Selanjutnya pola
konsumsi makana n dan aktivitas fisik perlu menjadi perilaku sehat bagi anak prasekolah sampai rer naja yang menjangkau populasi di sekolah maupun di luarsekolah,
dan tenaga kerja fi >rmal dan non formal. Pembinaan pada kelompok usia lanjut agar
tetap aktif dan ma mpu menolong dirinya sendiri dapat dilakukan oleh LSM, sarana
pelayanan keseha an dasar

'primary health care' dan panti sosial. Aktivitas fisik

meliputi kebutuha n gerakan tubuh agar tetap sehat balk di rumah, sekolah, tempat
kerja dan tempat-1 empat umum. Termasuk dalam hal ini adalah aktivitas fisik yang
merupakan damp k akibat meningkatnya urbanisasi, perubahan moda transportasi,
serta keamanan d an akses untuk aktivitas fisik di waktu senggang 'leisure time'
Terkait dengan pei ilaku pola konsumsi makanan harus mencakup semua aspek gizi
yaitu gizi lebih dan gizi kurang termasuk defisiensi gizi mikro.
Strategi untul menurunkan faktor risiko PTM harus merupakan bagian dari
upaya komprehei sif kesehatan masyarakat yang terintegrasi. Prioritas harus
diberikan untuk ke iatan yang berdampak positif pada kelompok masyarakat miskin,
sehingga diperluk^ n intervensi kuat dari pemerintah untuk terlaksananya kegiatan
yang berbasis mas a ra kat.
Strategi globa telah diadopsi dengan penjabaran berupa strategi regional yang
dikembangkan pa a tahun 2005 dan diimplementasikan oleh negara-negara di
wilayah Asia Selata dan Asia Tenggara.

C. Landasan Hukum
1. Undang Undan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.
2. Undang Unda Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.
3. Undang Undan Republik Indonesia Nomor8Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
4. Undang Undan Republik Indonesia Nomor32Tahun 2004tentang Pemerintahan
Daerah.

6

5. Undang Undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
6. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025.
7. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
8. Undang Undang RI Nomor 40Tahun 2009 tentang Kepemudaan.
9. Undang Undang RI Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 69Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan.
14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
15. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal.
16. Peraturan Presiden NomorSTahun 2010tentangTentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2010-2014.

7

BAB II
ANALISIS SITUASI DAN TANTANGAN MASA DEPAN

A. Analisis Situasi Ponyakit Tidak Menular dan Faktor Risiko
Laporan Kesel atan Dunia, 2002, mengindikasikan bahwa angka kesakitan, angka
kematian dan disc ilitas akibat PTM semakin meningkat dan telah melampaui angka
kesakitan dan ke atian akibat penyakit menular. Hal tersebut tidak hanya terjadi di
negara maju, teta i juga di negara berkembang termasuk Indonesia. Memasuki awal
millennium di tah n 2000, PTM berkontribusi pada 60 persen dari total kematian dan
47 persen dari be an penyakit. Angka tersebut diestimasikan akan terus meningkat,
sehingga mencap i masing-masing 73 persen dan 60 persen pada tahun 2020, jika
tidak dilakukan ti dakan nyata untuk mereduksi masalah ini. Kondisi berbahaya ini
meningkat akibat erubahan demografi, globalisasi dan kecenderungan gaya hidup,
termasuk perilaku tidak sehat yang terkait dengan pola konsumsi makanan dan
aktivitas fisik.
United Nations Systems Standing Committee on Nutrition

(UNSCN) yang

bersidang tahun 2 00, mempelajari hasil penelitian David Barker yang dilakukan di
daerah termiskin i Inggris, untuk pertama kalinya menunjukkan bahwa seseorang
yang lahir dengan berat dan atau tinggi lahir rendah mempunyai risiko besar akan
menderita penyak t jantung dan pembuluh darah, hipertensi, stroke dan diabetes.
Penemuan ini su ah didukung dengan hasil penelitian lain di Amerika Utara.
Penyakit jantung s lama ini diketahui akibat genetik atau faktor gaya hidup orang
dewasa, tetapi seja dua dekade terakhir muncul pengetahuan baru bahwa penyakit
degeneratif pads ewasa telah dikondisikan oleh keadaan kurang gizi sejak dalam
kandungan. Kemu ian disimpulkan dan disepakati adanya hubungan kekurangan
gizi janin dalam k indungan yang berakibat berat bayi lahir rendah dan pendek
'stunting' dengan ejadian diabetes, obesitas, penyakit jantung, tekanan darah

8

tinggi, kanker dan stroke pada usia dini. Kondisi kronis seperti ini akan berakibat
gangguan metabolisme dan kerusakan gen sehingga bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang mengalami kurang gizi akan menderita PTM pada usia dini (James, 2000).
Data terkini menunjukkan prevalensi kurang gizi 17.9 persen dan prevalensi
pendek 35.6 persen pada anak balita di Indonesia (Riskesdas 2010) dapat menjadi
ancaman serius untuk meledaknya PTM saat anak anak ini menjadi dewasa. Dua betas
persen penderita hipertensi adalah penduduk muda usia 18-24 tahun (Riskesdas,
2007). PTM terutama penyakit jantung dan pembuluh darah telah bergeser menjadi
penyebab utama kematian di Indonesia, sehingga perlu pengendalian segera.
Data Susenas tahun 2003 menyebutkan bahwa 2.4 persen anak balita mengalami
kegemukan dan meningkat menjadi 3.5 persen pada tahun 2005. Kecenderungan
yang terjadi semakin mengkhawatirkan karena prevalensi anak balita gemuk terus
meningkat, 12.2 persen pada tahun 2007 menjadi 14 persen pada tahun 2010
(Riskesdas 2007 dan 2010).
Gambar 3. Status Gizi Anak Balita
40

Riskesda 2007
Riskesdas 2010

Gizi Kurang Pendek Kurus Gizi Lebih

Masalah gizi lebih sudah merupakan ancaman di Indonesia. Survei indeks
masa tubuh (IMT) pada tahun 1997-1998, yang dilakukan pada orang dewasa usia

18-65 tahun di 2 kota besar, menunjukkan prevalensi kegemukan sebesar 21%
dan obesitas seb ar 9%, dan terbukti yang paling berisiko adalah wanita umur 4156 tahun (Depke RI, 1998). Wanita gemuk sebelum dan sesudah hamil biasanya
merupakan akib t mengkonsumsi karbohidrat yang berlebihan dan kurang
konsumsi mikron trien. Mencermati kecenderungan peningkatan kegemukan dan
obesitas pada ana dan dewasa maka dapat disimpulkan bahwa pada saat ini 1 dari
4 pen( uduk Indo esia mengalami kegemukan dan menderita obesitas.

Gambar 4. gbesitas (IMTz 27) Menurut Karakteristik, Riskesdas 2007
50.0 ,
4010
300

29.0

24 23.1

23.3
151016 817.819.9

7.7

KeloMnpok Umur

Jender

Daerah

Tingkat
Pengeluaran

Semua faktor risiko diatas, yaitu pendek pada balita dan obesitas, disertai
kurangnya aktivit s fisik, perilaku merokok dan konsumsi minuman beralkohol
berakibat nyata p da meningkatnya PTM sebagai penyebab kematian pertama.
Riskesdas, 2007 m nunjukkan kematian akibat stroke 26.9 persen, hipertensi 12.3
persen, diabetes 1 .2 persen, kanker 10.2 persen dan penyakitjantung 9.3 persen.

I0

STRATEGI NASIONAL PENERAPAN POLA

AN DAN AKTIVITAS FISIK

1. Penyakit Tidak Menular
Badan Kesehatan Dunia melaporkan pada tahun 2005 , PTM merupakan
penyebab utama dari 58 juta kematian di dunia. Di wilayah Asia Tenggara, PTM
merupakan 51 persen penyebab kematian pada tahun 2003 dan menimbulkan
DALYs sebesar 44 persen . Di Indonesia dilaporkan kematian akibat kanker 44
persen, diabetes 25 persen dan penyakitjantung 23 persen.
Gambar 5 . Persentase Kematian Akibat Penyakit Tidak Menular pada
Penduduk Usia < 60 Tahun Menurut Jenis Penyakit, 2008
(WHO, 2011)

0 Indonesia
• Global

60 ,
44

25 23

0
Semua Kanker
Penyakit
Penyakit
Diabetes
Jenis PTM Jantung Pernafasan Kronik

Penyebab kematian
Dari Riskesdas 2007, diketahui prevalensi PTM di Indonesia, lima tertinggi
adalah hipertensi (31.7 persen), penyakit sendi (30.3 persen), cedera akibat
kecelakaan lalu lintas darat (25.49 persen), penyakit jantung (7.2 persen), dan
diabetes (5.7 persen).
Stroke merupakan penyebab kematian utama penduduk yang tinggal di
daerah perkotaan. Penyebab kematian pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar
15.9 persen dan meningkat menjadi 26.8 persen kematian pada kelompokusia 55-

II

64 tahun. Hal ang cukup mengejutkan, kecenderungan peningkatan kematian
akibat PTM ju a meningkat di daerah perdesaan. Riskesdas 2007 menemukan
di perdesaan penyebab utama kematian berturut-turut adalah stroke (17.4
persen), hipe ensi (11.4 persen), penyakit jantung (10.8 persen), penyakit paru
kronik (4.8 pe sen) dan kanker (3.9 persen). Kondisi lain yang ditemukan adalah
ternyata PTM tidak lagi mendominasi kelompok sosial ekonomi menengah
ke atas, tetap sudah cenderung meningkat pada masyarakat miskin. Kondisi
ini senada de gan hasil penelitian dalam 20 tahun terakhir yang menemukan
prevalensi PT 4 tertinggi di Inggris dan Amerika Utara ternyata terjadi pada
kelompok ma yarakat miskin.
Berdasar n fakta ilmiah faktor risiko PTM terdiri dari beberapa komponen
yaitu kegem kan dan obesitas pada penduduk umur >18 tahun meningkat
dari 19.1 pers n menjadi 21,7 persen (Riskesdas 2007 dan 2010), sering makan
makanan asin (24.5 persen), sering makan/minum manis (65.2 persen), konsumsi
sayur kurang 93.6 persen), kurang aktivitas fisik (48.2 persen), merokok setiap
hari (23.7 per n) dan konsumsi alkohol (4.6 persen).
Dilain pi ak fasilitas pelayanan kesehatan belum secara terintegrasi
melaksanaka promosi kesehatan yang terkait pengendalian faktor risiko PTM,
balk pada fasil tas pelayanan kesehatan primer maupun di rumah sakit. Demikian
pula halnya d ngan penyuluhan tentang pentingnya pengaturan pola konsumsi
makan dan ktivitas fisik secara terintegrasi juga belum menjadi program
prioritas di fas litas pelayanan kesehatan, baik milik pemerintah maupun swasta.
Berk naan dengan upaya untuk menurunkan prevalensi PTM, beberapa
hal penting y ng perlu menjadi perhatian:
a. Obesitas ada orang dewasa yang menjadi salah satu faktor risiko utama
PTM men njukkan kecenderungan meningkat.
b. Telah ter ukti terjadi peningkatan penyakit jantung dan pembuluh darah
pada pen uduk miskin dan penduduk di perdesaan.
c. Kurangny pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang hubungan
antara po a konsumsi makanan dan aktivitas fisik dengan kejadian PTM. Hal
ini diseba kan belum optimalnya strategi komunikasi dan promosi tentang
pola kons msi makanan yang beragam dan bergizi seimbang terkait gaya
hidup seh tt.
12

'STRATEGI NASIONAL PENERAPAN POLA
}SUMSI MAKANAN DAN AKTIVITAS FISIK

d. Menjamurnya makanan slap saji yang tinggi energi dan lemak, tinggi gula
dan garam Berta rendah serat, terutama di kota besar.
e. Belum tersusunnya kebijakan tentang pembatasan asupan energi, lemak,
gula, garam sebagai acuan dalam pengaturan dan pengawasan kandungan
zat-zat tersebut pada makanan.
f. Mash banyak makanan, suplemen makanan dan obat serta peralatan
olahraga yang diklaim dan dipromosikan mempunyai efek kesehatan yang
berlebihan `over claimed:
g. Adanya pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara
umum memberi kemudahan, efisiensi dan kenyamanan bagi seseorang
maupun masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari, namun kondisi
tersebuttidakdiimbangi dengan gaya hidupagartidak malas untuk bergerak
dan beraktivitas fisik.

2. Pola Konsumsi Makanan
Penduduk Indonesia terdiri dari bermacam suku bangsa yang mempunyai
kekayaan kuliner yang sangat variatif . Apabila dikonsumsi dalam jumlah cukup
dan seimbang, hidangan tersebut akan memenuhi kecukupan zat gizi yang dapat
menjaga kondisi kesehatan secara optimal . Selain itu setiap daerah mempunyai
keanekaragaman dan ketersediaan sumber pangan hewani dan naba