KETERGANTUNGAN PEDAGANG PASAR TERHADAP RENTENIR di PASAR PRAWIROTAMAN YOGYAKARTA TAHUN 2015

(1)

KETERGANTUNGAN PEDAGANG PASAR TERHADAP RENTENIR di PASAR PRAWIROTAMAN YOGYAKARTA TAHUN 2015

THE DEPENDENCE OF TRADERS TOWARDS MONEYLENDERS at PRAWIROTAMAN TRADITIONAL MARKET 2015

SKRIPSI

Oleh:

MUCHAMAD NURCAHYO ROMADHONI 20110430067

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

i

PRAWIROTAMAN TRADITIONAL MARKET 2015

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

MUCHAMAD NURCAHYO ROMADHONI 20110430067

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

ii

SKRIPSI

KETERGANTUNGAN PEDAGANG PASAR TERHADAP RENTENIR di PASAR PRAWIROTAMAN YOGYAKARTA TAHUN 2015

THE DEPENDENCE OF TRADERS TOWARDS MONEYLENDERS at PRAWIROTAMAN TRADITIONAL MARKET 2015

Diajukan oleh

MUCHAMAD NURCAHYO ROMADHONI

20110430067

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

Lilies Setiartiti. Dra.,M.Si. Tanggal, 2 April 2016 NIK: 143 009


(4)

iii

THE DEPENDENCE OF TRADERS TOWARDS MONEYLENDERS at PRAWIROTAMAN TRADITIONAL MARKET 2015

Diajukan oleh

MUCHAMAD NURCAHYO ROMADHONI 20110430067

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal, 2 April 2016

Yang terdiri dari

Masyhudi Muqorrobin,M.Ec.,Ph.D.,Akt. Ketua Tim Penguji

Lilies Setiartiti. Dra.,M.Si.Dr. Nano Prawoto. S.E., M.Si. Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si. 19660604199202 143 016


(5)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Mucahamad Nurcahyo Romadhoni Nomor Mahasiswa : 20110430067

menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: ”KETERGANTUNGAN

PEDAGANG PASAR TERHADAP RENTENIR di PASAR PRAWIROTAMAN

YOGYAKARTA TAHUN 2015” tidak terdapat karya yang pernah diajukan

untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 2 April 2016


(6)

v

(professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan mujahid di jalan Allah Azza

wajalla.”(HR. Ahmad)

“Jadiaknlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”

(QS. 2: 45)

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;

Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. 2: 216) “Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita

juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah.” (Kahlil Gibran)

“Always be yourself and never be anyone else even if they look better than you.”

“Do whatever you like, be consistent, and success will come naturally.” “Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah.” (Lessing)

“Talk Less Do More, Short Less Will More” (Chandra Liow) “Jangan Lupa Bahagia”


(7)

vi

Halaman Persembahan

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Orangtua tercinta, mama yang sudah melahirkan , merawat dari kecil hingga sekarang, mengingatkan disaat aku salah, yang paling pertama menyetujui permintaan anaknya dan yang telah mengajarkanku menjadi orang yang sabar. Untuk bapak yang sudah berjuang keras menafkahi keluarga kecil kami, yang selalu sayang dan khawatir dengan anaknya. Terima kasih untuk motivasi terbesar dari kalian, terima kasih untuk kasih sayang dan doa yang tak pernah putus, semoga ini bisa menjadi hadiah kecil untuk kalian.

Kakak tersayang, Ratma Maulya Rosie. terima kasih untuk perhatiannya selama ini.

Kekasih yang roni sayangi, Gayatri Hutami Putri. Yang udah sabar ngadepin roni, terimakasih telah menjadi teman baik dan kekasih setia yang mau menemani roni di saat sedih dan bahagia.

Teman-teman roni terkacau, Oben, Alfat, Obed, Moulan AM, Putri Iva, Upi, Oyan, Keluarga Kartel Squad, Keluarga Baciro YK yang selalu ada baik saat senang dan sedih. Terima kasih telah menjadi sahabat paling dekat selagi aku di jogja.

Teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini, untuk Ami, Risma, Adam, Nurul, Rona yoyok, Mas Tommy. Terima kasih karena tak pernah lelah membantu dan menemani dalam pembuatan skripsi ini.


(8)

vii lulusnya.

Untuk semua orang yang telah membantu, menyemangati dan mendoakan dari jauh, yang namanya tidak tersebut dalam halaman


(9)

viii

Thanks to:

Allah SWT yang telah memberikan nikmat hidup, sehat, rejeki, ilmu, keluarga dan teman. Tanpa hidayah dan karunia dari-Nya, aku tak akan menjadi apa-apa. Terima kasih Ya Allah atas limpahan nikmat, karunia dan hidayahNya……

Bu Lilis selaku DPA dan sekaliguas DPS. Terima kasih ibu atas waktu yang diluangkan untuk mahasiswanya, terima kasih atas ilmu dan masukan yang selalu membantu……

Segenap dosen FE UMY yang telah mendidik dan memberikan ilmunya baik tentang duniawi, maupun tentang akhirat……


(10)

ix

Terhadap Rentenir di Pasar Prawirotaman Yogyakarta Tahun 2015. Dalam penulisan penelitian ini, data yang di gunakan merupakan data primer, data primer memiliki arti bahwa data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti.

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Ketergantungan pedagang pasar terhadap rentenir, sedangkan sebagai variable independennya yaitu Kepercayaan, Kemudahan, Kenyamanan, dan Keuntungan. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis cross section dengan model Analisis Regresi Linier Berganda dengan fungsi pada masing-masing variabel diubah dalam bentuk diferensial logaritma (log), dimana variable-variabelnya merupakan variabel yang datanya bersifat kuantitatif.

Berdasarkan pada uji t, hasil penelitian menunjukan bahwa variable

independen Rasio “Kepercayaan dan Kenyamanan” berpengaruh signifikan

terhadap Ketergantungan pedagang pasar terhadap rentenir dan variable

independen rasio “Kemudahan dan Keuntungan” tidak berpengaruh signifikan


(11)

x ABSTRACT

This research discusses about The Dependence Of Traders Towards Moneylenders at Prawirotaman Traditional Market 2015. The which is used in this research is primary data, whose content is collected by the researcher.

Dependent variable which is used in this research is The Dependence Of Traders Towards Moneylenders, meanwhile, the independent variable are trust, facility, comfort, and advantage. The analytical method which is used is cross section analytical method, specifically in regression linier risks and the functions in each variable which is change into logarithm differential from (log) which are quantitative.

According to research, the result indicates that ratio of independent

variable “Trust and Comfort” Significantly influences the issue, meanwhile ratio

of independent variable “facility and advantage” doesn’t influence the issue as well as the first ratio.


(12)

xi

Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi

dengan judul ”Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Relevansi Nilai Informasi Akuntansi dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Intervening”. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau hingga akhir zaman.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi para pembaca dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya. Dalam menyusun skipsi ini, penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai sesuai yang penulis harapkan tanpa adanya bimbingan, motivasi, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., Msi. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Imamudin Yuliadi, S.E., M.Si. selaku kepala Program Studi Ilmu Ekonomi.

3. Lilies Setiartiti Dra., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan waktu dan pikirannya dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.


(13)

xii

4. Seluruh Dosen Ilmu Ekonomi UMY yang telah membimbing, mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis selama berkuliah di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Orangtua, saudara dan segenap keluarga besar yang selalu memotivasi dari jauh.

6. Sahabat-sahabat seperjuanganku di Fakultas Ekonomi dan khususnya yang setia menghibur, memberi semangat, dan membantu jalannya skripsi ini. 7. Seluruh pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat

peneliti sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga tentu saja skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca dan semua pihak demi kebaikan skripsi ini. Semoga ilmu yang terkandung dalam skripsi ini dapat berkembang dan

bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya rabbal ’alamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta,


(14)

xiii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1.Latar Belakang Penelitian………. 1

1.2.Rumusan Masalah………. 6

1.3.Tujuan Penelitian……….. 7

1.4.Manfaat Penelitian………... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 9

2.1.Landasan Teori………. 9


(15)

xiv

2.1.2.Perilaku Pedagang……… 11

2.1.3.Ciri-ciri Pedagang Tradisonal………... 12

2.1.4.Definisi Rentenir……… 13

2.1.5.Dampak Negatif dan Positif Renternir………... 13

2.1.6.Definisi Usaha Mikro………... 15

2.1.7.Peran Usaha Mikro dan Kecil (UMK)………... 16

2.1.8.Masalah Usaha Mikro dan Kecil (UMK)………... 19

2.1.9.Pasar Tradisonal………...….... 24

2.1.10.Definisi Kredit Mikro………... 28

2.1.11.Faktor yang Mempengaruhi Kredit Informal... 31

2.2.Penelitian Terdahulu……….………..31

2.3.Hipotesis……….……… 39

BAB III METODE PENELITIAN……….... 41

3.1.Obyek Penelitian……….... 41

3.2.Jenis Data………... 41

3.3.Teknik Pengambilan Sampel……….. 42

3.4.Teknik Pengumpulan Data………... 43

3.5.Definisi Operasional Variabel Penelitian………. 43

3.6.Uji Kualitas Data……… 44

3.7.Uji Hipotesis dan Analisis Data………. 47

3.7.1.Analisis Regresi Linier Berganda……….. 47

3.7.2.Uji Asumsi Klasik………... 48


(16)

xv

4.2.Karakteristik Responden….……… 54

4.3.Uji Kualitas Instrumen……….... 56

4.3.1.Uji Validitas……….……… 57

4.3.2.Uji Reabilitas……….………... 61

4.3.3.Uji Asusmsi Klasik……….……. 65

4.4.Uji Hipoteisis……..………. 68

4.4.1.Model Regresi Linier Berganda……….………. 68

4.4.2.Uji Koefisien Determinasi……….………... 73

4.4.3.Uji F……….……... 73

4.4.4.Uji T……….……….... 74

4.5.Pembahasan………. 76

BAB V KESIMPULAN 5.1.Kesimpulan...………..………. 81

5.2.Saran…..……….. 81

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur….. ... 55

Tabel 4.2 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………... 55

Tabel 4.3 Klasisikasi Responden Berdasarkan Jumlah Pinjaman ... 56

Tabel 4.3.1Hasil Uji Validitas………. ... 57

Tabel 4.3.2 Hasil Uji Reabilitas……….. ... 61

Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinealitas………... 67

Tabel 4.15 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda………..…... 69

Tabel 4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi………. ... 73

Tabel 4.17 Hasil Uji F……… ... 74

Tabel 4.18 Hasil Uji T……… ... 75


(18)

xvii

4.1Hasil Uji Heteroskedastisitas……… ... 66 4.2Hasil Uji Normalitas……… .... 68


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Persoalan ekonomi merupakan hal yang penting dan cukup mendasar dalam roda kehidupan manusia. Keberlangsungan serta kelancaran ekonomi akan berdampak pula pada keberlangsungan hidup manusia. Aktifitas ekonomi sudah berjalan sejak manusia diciptakan seriring dengan perjalanan waktu, aktifitas tersebut terus bergeliat dengan bentuk dan cara-cara tertentu yang disesuaikan dengan zaman. Pembahasan ekonomi tidak akan luput dari persoalan pasar. Jika diibaratkan, pasar merupakan tempat berlangsungnya aktifitas perekonomian berada.

Pasar dijelaskan sebagai kumpulan para penjual dan pembeli yang saling berinteraksi saling tarik menarik, kemudian menciptakan harga barang di pasar-pasar modern atau pasar-pasar tradisonal merupakan pasar-pasar yang memiliki aktivitas jual beli yang sederhana, terjadi tawar menawar dengan alat pembayaran berupa uang tunai. (Prianto 2008)

Dalam pandangan ekonomi, pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli.Untuk menentukan kesepakatan harga dalam rangka pertukaran barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang.Aktifitas pertukaran dan perdaganganlah yang mengkontruksi pasar. Dengan kata lain,


(20)

tidak akanada perdagangan tanpa pasar, dan pasar tidak akan terbentuk jika tidak ada perdagangan.

Hal yang paling mendasar dalam proses perdagangan adalah adanya interaksi sosial. Interaksi tersebut meahirkan norma dan sanksi seperti halnya awal terbentuknya masyarakat, dimana peran semua aktor sangatlah penting. Tak aka nada pedagang tanpa pembeli, begitu sebaliknya, dan tidak ada pasar tanpa kedua belah pihak tersebut. Namun tidak hanya kedua aktor itu saja, masih ada pihak lain yang disebut rentenir.

Mayoritas pedagang dan petani mengandalkan kredit dari rentnir yang mudah tanpa syarat dan jaminan.Selain itu, pada tahun-tahun tersebut, kebijakan perbankan Indonesia cenderung memihak pada orang-orang kaya.Belum ada kredit berskala kecil yang ditawarkan untuk mengurangi resiko kredit macet.Selain itu, syarat yang diberlakuakan oleh bank sangat rumit, sehingga untuk golongan petani dan pedagang sudah pasti tidak lolos.(Nugroho2001).

Seiring dengan arus globalisasi ekonomi begitu cepat, kedua jenis pasar ini bersaing dengan ketat.Keberadaan pasar tradisonal terdesak oleh keberadaan pasar-pasar modern seperti supermarket atau mall. Dibeberapa tempat, letak kedua pasar ini saling berdekatan di wilayah Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) misalnya, pasar nologaten yang bersejajaran dengan Ambarukmo Plaza begitu pula dengan pasar pasar Demangan yang berdegatan dengan Shapir square.


(21)

3

Maraknya keberadaan supermarket atau mall adalah sebuah tantangan yang harus dihadapi para pedagang pasar tradisonal agar mereka tetap bisa melakuakan aktifitas ekonomi persaingan ekonomi tidak hanya didasarkan atas persaingan harga. Akan tetapi, bias menyangkut persoalan modal inovasi, kreativitas dan lain sebagainya.

Perkembangan usaha mikro dan kecil di Indonesia tidak lepas dari berbagai macam masalah.Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah tersebut tidak bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani.Tetapi juga berbeda antar wilayah atau lokasi.Masalah yang sering dihadapi UMKM yaitu kesulitan pemasaran sering dianggap sebagai salah satu aspek kendala kritis bagi perkembangan usaha mikro dan kecil.Salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan.Keterbatasan keuangan yang sering mengemukakan setiap pembincangan usaha kecil adalah lemahnya bidang keuangan.Pengusaha mikro hampir tidak memiliki akses yang luas kepada sumber permodalan, kendala modal tidak dapat dipenuhi oleh lembaga keuangan modern karena pengusa kecil tidak dapat memenuhi prosedur yang ditetapkan.

Banyak para pengusaha UMKM tidak leluasa dalam mengembangkan usaha karena terkendala dalam permodalan.Jumlah tenaga kerja juga berpengaruh terhadap pengembarang usaha karena dapat meningkatkan kuantitas produksi dan membantu operasional manajemen. Disamping itu lama usaha juga mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha akan semakin meningkat. Bahkan permasalahan permodalan tersebut sudah menjadi masalah bagi para pelaku


(22)

UMKM dari dulu. Banyak para pelaku usaha mikro di Kabupaten Sleman yang tidak mendapatkan kredit karena mengharuskan adanya kelengkapan surat-surat izin usaha dan juga tingkat suku bung yang cukup tinggi. Padahal cukup banyak pelaku UMKM yang bentuk usahanya belum memiliki izin usaha tetapi sangat produktif dan menyerap tenaga kerja yang sangat besar.

UMKM sangat membutuhkan Lembaga Keuangan seperti Perbankan, BMT, BPR Banyak lembaga keuangan di Indonesia baik asing maupun lokal yang sangat tertarik dalam pemberian kredit atau pembiyaan kepada para pengusaha UMKM karena besarnya pangsa pasar yang dimiliki UMKM. Namun, ada berbagai kendala dalam pemberian kredit atau pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan, diantaranya wilayah jangkauan, jumlah peminjaman UMKM kecil, ketidakmampuan UMKM dalam pemenuhan persyaratan yang ditetapkan bank hingga permasalahn dalam pengembalian kredit tersebut. Oleh karena itu, Lembaga Keuangan yang cocok untuk menghadapi hambatan pembiayaan UMKM adalah Lembaga Keuangan Mikro.

Sampai sekararang perkembangan usaha UMKM masih saja menghadapi masalah dan kendala yang krusial, yakni sangat minimnya permodalan yang mereka miliki untuk pengembangan usaha.Mereka masih sering menjumpai kendala klasik dalam mengakses kesumber-sumber permodalan formal karena dihadang oleh berbagai persyaratan yang bersumber dari prinsip kehati-hatian bank dan didukung oleh pemerintah yang tertuang dalam UU No, 10 tahun 1998 tentang perbankan.


(23)

5

Persoalan modal merupakan salah satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari para pelaku usaha mikro atau informal seperti pedagang pasar.Bagi pedagang pasar, permodalan merupakan unsur yang terpenting dalam mendukung peningkatan produksi dan pendapatan dalam rangka peningkatan kesejahteraannya.Modal memiliki pengaruh besar atas keberlangsungan serta geliat ekonomi pasar. Jika ketersediaan modal minim maka geliat ekonomi pasar pun akan lemah dan berdampak langsung pada tarap kesejahteraan ekonominya. Sebaliknya, persoalan modal juga menjadi sebuah kendala tersendiri untuk tetap menjalankan usahanya.

Permasalahan lainnya adalah pihak bank kurang berminat untuk melayani pinjaman untuk usaha mikro atau sektor informal.Hal ini disebabkan karena keperluan permodalan atau pinjamannya sangat kecil disertai dengan resiko yang besar dan memakan banyak tenaga dan biaya, sehingga tidak ekonomis menurut ukuran bank umum.Padahal mereka sedang dituntut untuk bekerja secara efisien karena persaingan antara perbankan yang semakin ketat.

Akhirnya, sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan permodalan, para pelaku usaha mikro terpaksa mencari dari para pelepas uang seperti tengkulak dan rentenir, yang memberikan kredit dengan bunga yang sangat tinggi.Yaitu dengan bunga yang berkisaran antara 10 dan 30 persen per bulan.

Eksistensi rentenir ditengah-tengah pelaku usaha mikro sudah menjadi rahasia umum di masyarakat.Keberadaan mereka bisa memberikan “nafas tambahan” bagi para pelaku usaha mikro untuk penyediaan modal usaha.Apalagi pinjaman


(24)

modal dari bank. Hal ini bias dilihat dari persyaratan pinjaman yang diberikan. Permintaan pinjaman kepada rentenir bahkan cukup dengan modal perkenalan atau KTP.Berbeda dengan bank mengharuskan adanya syarat-syarat lain seperti laporan pendapatan usaha.Selain itu, rentenir memberikan tenggang waktu untuk melunasi pinjaman dengan fleksibel.

Berdasarkan penelitian diatas, berbagai kemudahan pinjaman modal tentu memberikan pengaruh besar kepada rentenir untuk mendapatkan dana pinjaman modal. Untuk mengetahui kondisi tersebut.Maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “KETERGANTUNGAN PEDAGANG PASAR TERHADAP RENTENIR di PASAR PRAWIROTAMAN YOGYAKARTA TAHUN 2015.

1.2.Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana ketergantungan pedagang pasar terhadap rentenir dilihat dari aspek kepercayaan, kemudahan, kenyamanan, dan keuntungan?

2. Mengapa pedagang pasar prawirotaman masih mempertahankan adanya rentenir?


(25)

7

1.3.Tujuan penelitian

Sesuai dengan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana ketergantungan pedagang pasar terhadap rentenir dilihat dari aspek kepercayaan, kemudahan, kenyamanan, dan keuntungan.

2. Menganalisis penyebab pedagang pasar prawirotaman memilih meminjam modal kepada rentenir.

1.4.Manfaat penelitian

Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Praktisi :

a. Bagi Pemerintah, penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan, untuk menentukan kebijakan dalam pengembangan serta pemberdayaan sektor usaha mikro, khususnya menyangkut pinjaman modal.

b. Bagi Pedagang, penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi Pedagang dan umumnya bagi masyarakat Yogyakarta dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas internal pasar maupun eksternal masyarakat sekitar serta dapat memberikan masukan untuk arah kebijakan pemerintah. Khususnya menyangkut pinjaman modal. c. Masyarakat, Penelitian ini diharapkan menambah dan memperkaya

hasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang perdagangan, ekonomi dan isu-isu dalam problematika masayarakat


(26)

2. Akademisi :

Bagi Pelajar atau Mahasiswa penelitian ini diharapkan dapat menambahkan pengetahuan dalam bidang perdagangan.


(27)

9 BAB II Tinjauan Pustaka 1.1.Landasan Teori

1.1.1Definisi Pedagang

Pedagang adalah orang atau badan yang melakukan aktivitas jual beli barang atau jasa dipasar (Pemkot Yogyakarta, 2009).

Dalam konteks usaha mikro, pedagang Mikro adalah suatu bentuk kegiatan ekonomi yang berskala kecil yang banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat lapisan bawah dengan sektor informal atau perekonomian subsisten, dengan cirri-ciri tidak memperoleh pendidikan formal yang tinggi, keterampilan rendah, pelanggannya banyak berasal dari kelas bawah, sebagian pekerja adalah keluarga dan dikerjakan secara padat karya serta penjualan eceran, dengan modal pinjaman’7v dari bank formal kurang dari dua puluh lima juta rupiah guna modal pinjaman dari bank formal kurang dari dua puluh lima juta rupiah guna modal usahanya (Deperindag, dan Abdullah et, et. al: 1996).

Di dalam aktivitas perdagangan, Pedagang adalah orang atau instusi yang memperjualbelikan produk atau barang, kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam ekonomi, pedagang dibedakan menurut jalur distribusi yang dilakukan dapat dibedakan menjadi : pedagang distributor (tunggal), pedagang partai besar, dan pedagang eceran. Sedangkan


(28)

menurut pendangan sosiologi ekonomi menurut Drs. Damsar, MA membedakan pedagang berdasarkan penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang dihasilkan dari perdagangan dan hubungannya dengan ekonomi keluarga. Berdasarkan ppenggunaan dan pengelolaan pendapatan yang diperoleh dari hasil perdagangan, pedagang dapat dikelompokan menjadi :

a. Pedagang profesonal yaitu pedagang yang menggunakan aktivitas perdagangan merupakan pendapatan/sumber utasa dana satu-satunya begi ekonomi keluarga.

b. Pedagang semi-profesonal yaitu pedagang yang mengakui aktivitas perdagangan untuk memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga. c. Pedangang Subsitensi yaitu pedagang yang menjual produk atau

barang dari hasil aktivitas atas subsitensi untuk memenuhi ekonomi keluarga. Pada daerah pertanian, pedagang ini adalah seorang petani yang menjual produk pertanian ke pasar desa atau kecamatan.

d. Pedagang Semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau untuk mengisi waktu luang. Pedagang jenis ini tidak di harapkan kegiatan perdagangan sebagi sarana untuk memperoleh pendapatan, malahan mungkin saja sebaliknya ia akan memperoleh kerugian dalam berdagang.


(29)

11

1.1.2Perilaku Pedagang

Perilaku pedagang di pasar tradisonal menurut (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No 23/MPP/KEP/I/1998) yaitu :

a. Jumalah pedagang yang saling meningkat

Jumlah pedangan yang ingin berjualan di pasar tradisonal dari waktu ke waktu mengalami peningkatan.Hal ini berdampak pada kebutuhan tempat yang juga semakin meningkat.Jika tempat tidak tersedia, maka timbul pemaksaan dan mengabaikan tata ruang pasar.

b. Kesadaran yang rendah terhadap kedisiplinan, keberasilan dan ketertiban.Para pedagang yang umumnya berpendidikan rendah, tidak memiliki kesadaran yang tinggi tentang perlunya kedisiplinan, kebersihan, danketertiban. Kondisi ini dibiarkan oleh para pengelola pasar tanapa ada keinginan untuk melakukan proses edukasi atau pelatihan secara berkala terhadap pedagang.

c. Pemahaman yang rendah terhadap konsumen selalu berubah-ubah, tetapi para produsen dan pedagang tidak bisa mengikutinya karetna terbatasnya pedagang pengetahuan dan informasi. Mereka pada umumnya berkembang secara alamiah tanpa ada persiapan untuk memasuki era persaingan.

Masalah yang bisa dihadapi oleh pedagang di pasar tradisonal adalah kekurangan modal apalagi ditambah dengan inflasi yang tidak menentu.


(30)

1.1.3Ciri-ciri Pedagang Tradisonal

Adapun ciri-ciri dari pedagang pasar tradisonal adalah sebagai berikut : a. Modal yang mereka punya relative kecil

Para pedagang tak mempunyai keberanian mendatangi bank umum untuk memperolah modal, mengingat rumitnya prosedur dan persyaratan yang sulit mereka penuhi.Apalagi kebanyakan dari mereka buta huruf dan tak punya asset sebahagia jaminan. Akhirnya mereka-meraka berpaling pada rentenir, yang setiap saat mampu memberikan pinjaman dengan cepat, tanpa butuh waktu lama dan proses yang rumit.

b. Biasanya mereka melakukan perdagangan hanya memenuhi kebutuhan saat itu. Maksudnya para pedagang tradisonal biasanya kurang memperhitungkan adanya tabungan masa depan.pendapatan yang mereka dapatkan lansung mereka belikan ke barang dagangan, beli keperluan sehari-hari dan tentunya membayar cicilan hutang.

c. Pendidikan para pedagang relative rendah bahkan buta huruf sehingga mereka kurang melihat prospek masa akan datang, bagi mereka perdagangan yang mereka lakukan selama telah memenuhi kebutuhan sudah cukup. Lebih cenderung memilih melakuan pinjaman kepada rentenir karena prosesnya mudah.


(31)

13

1.1.4Definisi Rentenir

Secara awam dapat didefinisikan bahwa rentenir adalah orang yang meminjamkan uang kepada nasabahnya dalam rangka memperoleh profit melalui penarikan bunga.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rentenir adalah orang yang memberikan nafkah dan membuangkan uang/tukar riba/pelepas uang/lintah darat (KBBI,1990: 457).

Satu hal yang perlu diperhitungkan adalah bahwa rentenir adalah agen kapitalis yang seluruh aktivitasnya untuk mencari profit. Dengan demikian dapat dikatanakan bahwa rentenir memiliki dua wajah, yaitu rentenir sebagai “lintah darat” di satu sisi karena menarik bunga yang tinggi, tetapi sekaligus sebgai “agen perkembangan” pada sisi yang lain karena menompang dinamika perdagangan dan mencukupi kelangkaan uang tunai masyarakat.

Jadi rentenir adalah sosok sumber daya yang sangat diperlukan bagi para pedagang untuk mendukung aktivitasnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung kredir dari rentenir itu kegiatan produksi, sedangkan secara tidak langsung kredit itu digunakan untuk konsumsi, baik yang wajar hingga yang kosumtif (Heru Nugroho, 2001 : 18 : 36 : 245).

1.1.5Dampak Negatif dan Positif Rentenir

Dampak-dampak negatif dari lembaga keuangan pedesaan adalah (Teguh, 1999: 107) :


(32)

a. Bersifat eksplotatif karena adanya kehendak mendapatkan keuntungan yang relative besar dari pemberi kredit.

b. Dalam jangaka waktu yang relative lama kredit ini mengurangi konsumsi dan produksi dimasa dating.

c. Kredit informal banyak digunakan untuk keperluan konsumtif sehingga mengurangi kegiatan produktif masyarakat dimasa yang akan dating.

d. Kenyamanan memiliki barang-barang konsumsi yang relative jauh dibawah kemampuan pendapatan menimbulkan beban dan kerugian konsumsi bagi masyarakat dimasa akan dating dan menimbulkan tabungan yang diperiksakan.

e. Menghambat proses pemerataan distribusi pendapatan masyarakat. f. Jangka waktu yang pendek dalam pelunasan hutang menyebabkan

kesulitan bagi peminjam kredit sehingga mengakibatkan perubahan pada pendapatan, konsumsi dan sumber-sumber lain yang dibutuhkan.

Dampak positif dari lembaga kuangan kredit pedesaan :

1. Dalam kondisi mendesak, lembaga kredit dapat membantu krisis keuangan sementara.

2. Eksistensi lembaga keuangan informal dalam waktu yang relative singkat dapat meningkatkan konsumsi dan prestasi masyarakat.


(33)

15

1.1.6Definisi Usaha Mikro

Menurut Bank Indonesia, usaha mikro adalah usaha yang di jalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin dengan ciri-ciri: dimiliki oleh keluarga, mempergunakan teknologi sederhana, memanfaatkan sumber daya local, serta lapangan usaha yang mudah dimasuki dan ditinggalkan.

Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003 Tanggal 29 Januari 2003, usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan yang memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta per tahun, dan dapat mengajukan kredit kepada bang yang paling banyak Rp 50 juta.Ciri-ciri Usaha Mikro, antara lain:

a. Belum melakukan manajemen/catatan keuangan, sekalipun yang sederhana, atau masih sangat sedikit yang mampu membuat neraca usahanya.

b. Pengusaha atau SDM-nya berpendidikan rata-rata sanget rendah, umumnya tingkat SD, dan belum memilikinya jiwa wirausaha yang memadai,

c. Pada umumnya tidak/belum mengenal perbankan tapi lebih mengenal rentenir atau tengkulak,

d. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP

e. Tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki pada umumnya kurang dari 4 orang


(34)

Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam meningkatkan intermediasinya, karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain: (Ismeth Abdullah, infokop edisi 24 th.2004)

1. Perputaran usaha (turn over) umumnya cepat. Kemampuannya menyerap dana yang relatif mahal dan dalam situasi krisis ekonomi, kegiatan usahanya tetap berjalan bahkan mampu berkembang, karena biayanya manajemennya yang relatif rendah.

2. Pada umumnya para pelaku mikro tekun, sederhana, serta dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.

1.1.7Peran Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

Menurut Rudjito (2003:40) setidaknya ada empat aspek utama yang menjadi alasan mengapa UMK memiliki peran strategis yaitu:

a. Aspek manajerial yaitu meliputi peningkatan produktivitas, omzet, tingkat itilisasi, tingkat hunian, meningkatkan kemampuan pemasaran dan pengembangan sumber daya manusia.

b. Aspek permodalan, yaitu meliputi bantuan modal (penyisahan 1-5% keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha kecil minimum 20 %) portofolio kredit bank dan kemudahan kredit


(35)

17

c. Pengembangaan program kemitraan dengan usaha besar baik lewat sistem bapak-anak angkat,PIR keterkaitan hulu-hilir (forward linkage), keterkaitan hilir-hulur (backward limkage), modal ventura atau subkontrak.

d. Pengembangan sistem sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah berbentuk PIK (pemukiman industri kecil), LIK (lingkungan industri kecil) yang didukung UPT (unit pelayanan teknis) dan TPI (Tenaga Penyuluh Industri).

e. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (kelompok usaha bersama), kopinkra (koperasi industri kecil dan kerajinan)

Menurut lestari (2007) untuk memenuhi kebutuhan permodalan tersebut , UMK paling tidak menghadapi empat masalah yaitu :

1. Masih rendahnya atau terbatasnya akses UMK terhadap berbagai informasi, layanan, fasilitas keuangan yang disediakan oleh keuangan formal, baik bank, maupun non bank misalnya dana BUMN, ventura. 2. Prosedur dan persyaratan perbankan yang terlalu rumit sehingga pinjaman

yang diperoleh tidak sesuai kebutuhan baik dalam hal jumlah maupun waktu, kebanyakan perbankan masih menempatkan agunan material sebagai salah satu persyaratan dan cenderung mengesampingkan kelayakan usaha.


(36)

4. Kurangnya pembinaan, khususnya dalam manajemen keuangan, seperti perencanaan keuangan, penyusunan proposal dan lain sebagainya.

UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan menengah dalam pasal disebutkan bahwa usaha mikro dan kecil bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Usaha mikro dan kecil selain memiliki peran penting dalam penyerapan tenaga kerja ,usaha mikro dan kecil juga sebagai mediasi proses industrialisasi suatu negera anderson (dikutip sulistiyastuti 2004) membangun suatu tipologi untuk tahap-tahap industrialisasi suatu negara.

Noer Soetrisno (2004) menjelaskan usaha mikro dan kecil. Memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi yang yang ditunjukan dalam sejumlah indikator sebagai berikut :

a. Ketika pertumbuhan ekonomi mencapai 4,8 persen tahun 2000 dimana usaha besar (UB) belum bangkit, banyak pakar memperkirakan hal tersebut kontribusi dari usaha mikro dan kecil selain dari sektor ekonomi. b. Hari survei 1998 ketika awal krisis terhadap 225 ribu usaha mikro dan

kecil diseluruh indonesia menunjukan bahwa 4 persen saja usaha mikro dan kecil menghentikan bisnisnya 64 persen tidak mengalami perubahan


(37)

19

omzet 31 persen omzetnya menurun, dan bahkan 1 persen justru berkembang.

c. Thecnical Assistant ADB pada tahun 2001 juga melakukan survei terhadap 500 usaha mikro dan kecil di medan dan semarang yang memberikan hasil bahwa 78 persen usaha mikro dan kecil menjawab tidak terkena dampak krisi moneter.

1.1.8Masalah yang dihadapi usaha mikro dan kecil (UMK)

Perkembangan usaha mikro dan kecil di indonesia tidak lepas dari bebagai macam masalh tingkat itensitas dari masalah-masalah tersebut tidak bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani, tetapi juga berbeda antar wilayah atau lokasi, antar sentra, antar sektor atau subsektor atau jenis kegiatan, dan antar unit usaha dalam kegiatan atau sektor yang sama (tambunan, 2002), meski demikian masalah yang sering dihadapi oleh usaha mikro dan kecil menurut tambunan (2002) :

a. Kesulitan pemasaran

Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan usaha mikro dan kecil. Salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar domestik dari produk serupa buatan usaha besar dan impor, maupun di pasar ekspor.


(38)

b. Keterbatasan financial

Usaha mikro dan kecil. Khususnya di indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek financial: mobilitas modal awal (star up capital) dan akses ke modal kerja, financial jangka panjang untuk infestasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang

c. Keterbatasan SDM

Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak usaha mikro dan kecil di indonesia, terutama dalam aspek-aspek enterpreunership, menajemen, teknik produksi, pengembangan produk, engineering,design, quality control, organisasi bisnis, akutansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. keterbatasan ini menghambat usaha mikro dan kecil indonesia untuk dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional.

d. Masalah bahan baku

Keterbatasan bahan baku (dan input-input lainnya ) juga sering menjadi salah satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak usaha mikro dan kecil di indonesia. Keterbatasan ini di karenakan harga baku yang terlampau tinggi sehingga tidak terjangkau atau jumlahnya terbatas .

e. Keterbatasan teknologi

Usaha mikro dan kecil di indonesia umumnya masih menggunakan teknologi lama atau tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua atau


(39)

alat-21

alat produksi yang sifatnya manual. Keterblakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya total factor productivity dan efesiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat.

Genewati (1997) menyebutkan bahwa permasalahan yang sering dihadapi oleh usaha mikro dan kecil dapat bersifat internal maupun eksternal. Secara internal kendala usaha mikro dan keci adalah modal, teknologi , akses pasar keterbatasan menajemen dan SDM serta informasi yang terbatas. Sedangkan faktor eksternal adalah kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak mikro dan kecil seperti praktek monopoli dan proteksi terhadap beberapa industri besar.

Menurut suhardjono (2003) permasalahan yang sering dihadapi oleh usaha mikro dan kecil meliputi :

1. Masalah finansial

a. Kurangnya kesesuaian (terjadinya mismmacth) antara dan yang tersedia yang dapat diakses oleh usaha mikro dan kecil.

b. Tidak adanyapendekatan yang sistematis dalam pendanaan usaha mikro dan kecil.

c. Biaya transaksi yang tinggi yang disebabkan oleh prosedur kredit yang cukup rumit sehingga menyita banyak waktu sementara jumlah kredit yang di kucurkan kecil.


(40)

d. Kurangnya akses ke sumber dana yang formal, baik disebabkan oleh ketiadaan bank di plosok maupun tidak tersedianya informasi yang memadai.

e. Bunga kredit untuk investasi maupunj modal kerja yang cukup tinggi. f. Banyaknya usaha mikro dan kecil yang belum bankable, baik disebabkan belum adanya menajemen keuangan yang transparan maupun kurangnya kemampuan manajerial dan bfinancial

2. Masalah Non-financial

a. Kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan teknologi serta kurangnya pendidikan dan pelatihan b. Kurangnya pengetahuan pemasaran, yang disebabkan oleh

terbatasnya informasi yang dapat dijangkau oleh usaha mikro dan kecil mengenai pasar, selain karena keterbatasan kemampuan usaha mirko dan kecil untuk menyediakan produk atau jasa yang sesuai dengan keinginan pasar.

c. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) serta kurangnya sumber daya untuk mengembangkan SDM.

d. Kurangnya pemahaman mengenai keuangan dan akutansi. 3. Masalah link age dengan perusahaan


(41)

23

b. Usaha mikro dan kecil memanfaatkan atau menggunakan sistem closter dalam bisnis belum banyak.

4. Masalah ekspor

a. Kurangnya informasi mengenai pasar ekspor Kurangnya informasi mengenai pasar ekspor ang dapat di manfaatkan

b. Kurangnya lembaga yang dapat membantu mengembangkan ekspor c. Sulitnya mendapat sumber dana untuk ekspor.

d. Pengurusan dokumen yang diperlukan untuk ekspor yang birokratis.

Menurut ridwan (2004) permasalahan yang sering dihadapi oleh usaha mikro meliputi :

1. Aspek pemasaran

Pengusaha mikro tidak memiliki perencanaan dan strategi pemasaran yang baik usahanya hanya dimulai dari coba-coba, bahkan tidak sedikit yang karena terpaksa. Jangkauan pemasarannya sangat terbatas, sehingga informasi produknya tidak sampai kepada calon pembeli potensial.Mereka hampir tidak memperihitungkan tentang calon pembeli dan tidak mengerti bagaimana harus memasarkannya. 2. Aspek manajemen

Pengusaha mikro biasanya tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang sistem manajemen pengelolaan usaha. Sehingga sulit dibedakan antar aset keluarga dan usaha. Bahkan karena banyak


(42)

diantara mereka yang memanfaatkan ruang keluarga untuk perencanaan usaha tidak dilakukan, sehingga tidak jelas arah dan target usaha yang akan dijalankan dalam periode waktu tertentu

3. Aspek teknis

Berbagai aspek teknis yang masih sering menjadi problem meliputi: cara produksi, sistem penjualan sampai pada tidaknya badan hukum serta perizinan usaha yang lain

4. Aspek keuangan

Kendala yang sering mengemukakan setiap perbincangan usaha kecil adalah lemahnya bidang keuangan pengusaha mikro hampir tidak memiliki akses yang luas kepada sumber permodalan.Kendala ini sesunguhnya dipengaruhi oleh tiga kendala diatas. Kebutuhan akan permodalan tidak dapat dipenuhi oleh lembaga ke dapat memenuhi prosedur yang ditetapkan.

1.1.9 Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisik tradisional yang menerapkan sistem transaksi tawar menawar secara langsung dimana fungsi utamanya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat baik didesa, kecamatan dan lainnya (sinaga 2008).

Pengertian yang lain pasar tradisional merupakan tempat penjual dan pembeli memperdagangkan barang-barangnya secara berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati


(43)

25

bersama. Sistem ekonomi tradisonal ini masih berperan penting dalam kehidupan masyarakat desa.

(Said Syahbuddin,www.melayuOnline.com:20/02/2009).

Dalam pasar tradisonal terhadap kesepakatan masyarakat mengenai tempat dan hari untuk menjual hasil produksinya. Misalanya, padahari senin di desa A, kamis di kota atau di desa B. Menurut Gilarso pengertian pasar dalam arti sempit adalah “suatu tempat dimana pada hari tertentu para penjual dan pembeli dapat bertemu untuk jual beli barang. Para pedagang menawarkan barang (beras, buah-buahan, dan sebagainya) dengan harapan dapat laku terjual dan memperoleh sekedar uang sebagai gantinya.Para konsumen (pembeli) datang ke pasar untuk berbelanja dengan membawa uang untuk membanyar harganya.

Harga di pasar tradisonal ini mempunyai sifat yang tidak pasti, oleh karena itu dapat dilakukan tawar menawar.BIla dilihat dari tingkat kenyamanannya, pasar tradisonal selama ini cenderyng kumuh dengan lokasi yang tidak tertata rapi.Pembeli di pasar tradisonal (biasanya kaum ibu) mempunyai perilaku yang senang berinteraksi dengan berkomunikasi/berdialog dalam hal penetapan harga, mencari kualitas barang, memesan barang yang diinginkan, dan perkembangan harga-harga lainnya.

Barang yang dijual di pasar tradisonal umumnya barang-barang local yang jika ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas adalah merupakan barang yang tidak melalui penyortiran secara ketat. Dari segi kuantitas, jumlah


(44)

barang yang disediakan tidak terlalu banyak sehingga apabila ada barang yang dicari tidak ditemukan di satu kios tertentu, maka dapat dicari di kios lain. Rantai distribusi pada pasar tradisonal terdiri dari produsen, distributor, sub distributor, pengecer dan konsumen. Kendala yang dihadapi pada pasar tradisonal antara lain system pembayaran ke distributor atau sub distributor dilakukan dengan tunai, penjual tidak dapat melakukan promosi atau memberikan discount komoditas. Mereka hanya bisa menurunkan harga barang yang kurang diminati konsumen.Selain itu, dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi kontinyuitas barang, lemah dalam penguasaan teknologi dan manajemen sehingga melemahkan daya saing.

Sebagian besar konsumen pasar tradisonal adalah masyarakat kelas menengah ke bawah yang memiliki karakteristik sangat sensitive terhadap harga. Lebih jauh tentang pasar tradisonal yang memegang peranan yang strategis adalah; (menurut Keputusan Menteri Perindustrian & Perdagangan No 23/MPP/KEP/I/1998) yaitu :

a. Jumlah pasar tradisonal di Indonesia lebih dari 13.450 dengan jumlah pedagang berkisar 12.625.000 orang (sumber : APKASI,2003)

b. Pasar tradisonal masih merupakan wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi bersekala menengah kecil serta mikro. Mereka adalah para petani, nelayan, pengrajin, home industry (industry rakyat). Jumlah mereka adalah puluhan juta dan sangat menyandarkan hidupnya kepada pasar tradisonal.


(45)

27

c. Pasar tradisonal adalah wadah untuk mendapatkan berbagai keperluan dan kebutuhan pokok manyoritas penduduk di tanah air. Mereka bisa mendapatkannya dengan harga yang terjangkau.

d. Pasar tradisonal selalu menjadi indicator nasional dalam kaitannya dengan pergerakan tingkat kestabilan harga dan inflasi domestic. Dalam menghitung inflasi, harga kebutuhan pokok penduduk yang dijual di pasar tradisonal seperti, beras, gula, dan Sembilan kebutuhan pokok lainnya menjadi obyek monitoring para ahli statistic setiap bulannya.

e. Interaksi social sangat kental terjadi di dalam pasar tradisonal ini terjadi karena mekanisme transaksinya menggunakan metode tawar menawar. Selain itu para pedagang (produsen) dan pembeli (konsumen) dapat secara langsung berkomunikasi dan saling mengenal lebih jauh, bukan hanya menyangkut barang yang di perdagangkan tetapi juga menyangkut hal lainnya. Termasuk tentang budaya masing-masing yang terkait dengan jenis masakan dan cara berpakaian. Di pasar tradisonal telah berkumpul dan berinteraksi dengan damai para anggota masyarakat dari ragam latar belakang, suku, dan ras mulai dari keturunan Arab, Cina, Batak, Padang, Sunda, Jawa, Madura, dan lainnya.

Pasar tradisonal merupakan kumpulan para entrepreneur dan calon entrepreneur yang pada umumnya menggunakan modal sendiri dalam memulai usahanya.


(46)

1.1.10Definisi Kredit Mikro

Kredit merupakan penyaluran dana yang dilakukan oleh pihak perbankan kepada masyarakat agar dana dapat tersalurkan bagi mereka yang membutuhkan. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamaan dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bungan, imbalan, atau hasil pembagian kuntungan.

Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan (truth atau faith), maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka mereka memperoleh kepercayaan.Sedangkan bagi si pemberi kredit artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang atau barang yang dipinjamkan pasti kembali. Kredit juga dapat diartikan sebagai hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang diminta atau pada waktu yang akan dating karena penyerahan barang-barang yang sekarang (Kent dalam Ramadhini 2008).

Berdasarkan beberapa pengertian maka dapat disimpulkan bahwa unsure yang terkandung dalam kredit (Suyatno, 2007) adalah :

a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang maupun jasa


(47)

29

benar-benar diterima kembali dala jangka waktu tertentu oada masa yang akan dating.

b. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan dating.

c. Degree of Risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari. Adanya unsure resiko ini menyebabkan adanya jaminan dalam pemberian kredit.

d. Prestasi, yaitu objek kredit baik berupa uang, barang ataupun jasa.

Menurut kasmir (2004), prinsisp-prinsip kredit yang dikenal dengan 5C adalah :

1. Character : sifat atau watak calon debitur. Hal ini bertujuan memberikan keyakinan kepada pihak perbankan bahwa sifat dari orang-orang yang akan di berikan kredit dapat dipercaya.

2. Capacity : kemampuan calon dibitur dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuan calon dibitur tersebut dalam mengelola bisnis serta kemampuannya mengelola uang. 3. Capital : sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki calon


(48)

4. Collateral : jaminan yang diberikan calon debitur yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan yang diberikan dianjurkan melebihi jumlah kredit yang diberikan.

5. Condition : penilaian kredit yang mempertimbangkan kondisi sekarang dan masa yang akan datang.

Pengertian dari kredit mikro sangat terkait dengan pengertian usaha mikro. Secara universal pengertian kredit mikro adalah definisi yang dicetuskan dalam pertemuan The World Summit in Microcredit di Washington pada tanggal 2-4 Februari 1997 yaitu progam atau kegiatan memberikan pinjaman yang jumlahnya kecil kepada masyarakat golongan kelas menengah ke bawah untuk kegiatan usaha meningkatkan pendapatan, pemberian pinjaman untuk mengurus dirinya sendiri dan keluarganya (The World Summit in Microcredit, 2007 dalam Ramadhini, 2008).

Dalam Ramadhini (2008) mendefisinikan kredit mikro sebagai pengembangan pinjaman dalam jumlah kecil kepada pengusaha yang terlalu rendah kualifikasinya untuk dapat mengakses pada pinjaman dari bank tradisonal.

Calmeadow (1999) mengartikan kredit mikro sebagai arisan pinjaman modal untuk mendukung pengusaha kecil dalam beraktivitas, umumnya dangan alternative jaminan kolaterial dan system monitoring pengembalian.Pinjaman diberikan untuk melayani


(49)

31

modal kerja sehari-hari, sebagai modal awal untuk memulai usaha, atau sebgai modal investasi untuk membeli asset tidak bergerak. Kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah suatu kredit kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi defisi dan kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, UMKM adalah usaha produkgtif yang memenuhi criteria usaha dengan batasan tertentu kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan.

1.1.11Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Kredit Informal

Menurut Muhammad Teguh (199: 108) dalam penelitiannya mengenai peranan Lembaga Kredit Informal bahwa ada 6 faktor yang mempengaruhi pilihan masyarakat terhadap kredit informal yaitu :

a. Adanya restriksi (pembatasan) yang dibuat oleh lembaga keuangan formal melalui peraturan-peraturan yang diterapkan oleh lembaga tersebut.

b. Adanya keahlian tertentu dari pemberi kredit informal dalam menanggapi kebutuhan masyarakat.

c. Akibat ketidaksabaran masyarakat.

d. Keperluan-keperluan yang mendesak dari masyarakat.

e. Adanya persepsi masyarakat yang lebih berorientasi pada kebutuhan sekarang dari pada dimasa dating.


(50)

f. Tidak adanya alternative lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber dana.

Ada lima alasan menurut Iyuk Wahyudi, kenapa rentenir sebagai lembaga pembiayaan non-formal tetap eksis sampai sekrarang khususnya dikalangan masyarakat miskin dan lemah (Rentenir, Antara Hujatan dan Sanjungan, Harian Kompas, senin, 23/09/2008) yaitu :Simpel tidak birokratis dan berbelit-belit sangat mempertimbangkan aspek momentum. Artinya, rentenir mampu memberikan dana nasabahnya disaat yang tepat.

1. Pendekatan budaya setempat, artinya rentenir dating sebagai kawan/kolega yang senyatanya.

2. Berinteraksi dengan didasari oleh saling kenal dan rasa saling percaya. 3. Pemahaman mendalam terhadap bisnis si nasabah. Artinya, si rentenir

tahu kapan waktu panennya, kapan menjualnya, kapan butuh uang, resiko, bahkan hingga tingkat keuntungan yang akan di peroleh para klien-nya. 4. Progresif dan proaktif, artinya lebih sering rentenir terjun langsung ke

lokasi usaha si calon nasabah. 1.2 Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, sebagai bahan perbandingan serta penunjang penelitian serta penunjang penelitian, terdapat beberapa hasil penelitian (karya ilmiah) yang di jadikan telaah pustaka oleh penulis, yakni:


(51)

33

1. Skripsi yang di susun oleh Muhammad Ridwan, mahasiswa program studi ekonomi pembangunan, fakultas ekonomi, universitas islam Indonesia Yogyakarta (2006) dengan judul, “Determinan dari kredit rentenir untuk pedagang mikro (Studi kasus pada pedagang Mikro di pasar tradisional Gunung kidul Yogyakarta)”.

Terdapat dua fokus yang di kaji dalam penelitian pertama, mengetahui seberapa besar keuntungan bersih per bulan (dalam persen) terhadap pinjaman pedagang mikro kedua, mengetahui seberapa besar pengaruh bunga pinjaman perbulan (dalam persen) terhadap pinjaman pedagang mikro.

Kedua fokus di atas menjadi analisis kemudian melahirkan kesimpulan sebagai berikut:

a. Keuntungan (dalam persen)

Dilihat dari hasil regresi variabel tingkat keuntungan samgat berpengaruh dalam menentukan besarnya jumlah pinjaman dengan lebih tingginya tingkat keuntungan yang di peroleh pedagang mikro di bandingkan dengan tingginya tingkat bunga pinjaman bukanlah suatu kendala bagi pedagang mikro untuk melekukan pinjaman.

b. Bunga pinjaman (dalam persen)

Adapun variabel tingkat bunga dalam penelitian ini kurang berperan dalam menentukan besarnya jumlah pinjaman karena


(52)

meskipun tingkat bunga pinjaman per bulan relative tinggi, para pedagang mikro tetap melakukan pinjaman kepada rentenir.

Dilihat dari fokus yang diteliti, penelitian Mohammad Ridwan memiliki perbedaan dengan apa yang akan di teliti oleh penulis. Seperti yang di jabarkan dalam rumusan masalah, penulis akan lebih melihat dari sudut pandang pedagang pasar itu sendiri terhadap ketergantungan kredit dari rentenir.

2. Skripsi yang di susun oleh Untung Cahyana, Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (1997) dengan judul “Cara Kerja Rentenir dan Pengaruh Terhadap Pedagang Pasar (Studi Kasus: Pasar Sentolo, Ds.Sentolo, Kec. Sentolo, Kab. Progo, Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta)”

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara cara kerja rentenir dalam memperoleh nasabah dengan factor-faktor yang mendukung pedagang pasar memilih menjadi nasabah rentenir, tanggapan pedagang pasar terhadap cara pemberian pinjaman dari rentenir dan konsep cara kerja lembaga kredit formal (dalam hal ini BRI sebagai pembanding).

Penelitian ini menggunakan metode populasi sampel yang di ambil dari 50 pedagang pasar.Teknik yang dipakai dalam analisis data adalah analisis deskriptif dan alanisis statistic dengan menggunakan Korelasi Product Moment.


(53)

35

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa cara kerja rentenir ternyata dalam memberikan pinjaman dengan syarat ringan dan prosedur yang dilakukan cukup sederhana, mudah dan cepat dengan beban bunga 10% per bulan. Sedangkan cara kerja lembaga kredit formal (BRI) dalam memberikan pinjaman membutuhkan syarat-syarat tertentu dan prosedur yang digunakannya memakan beberapa langkah. Adapun untuk beban bunga dari pinjaman ini adalah sebesar 1,5% per bulan.

Bila dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis , penelitian di atas memiliki perbedaan dari sudut pandang yang di angkat. Penelitian diatas mengugnakan sudut pandang rentenir sebagai objek penelitian mengenai cara serta perannya dalam memberikan dana pinjaman untuk pedagang pasar Sentolo. Sebalikny, penelitian yang akan di lakukan oleh penulis melihat dari sudut pandang pedagang pasar. Waktu serta tempat penelitian juga memiliki arti lain, dimana penelitian tersebut dilakukan pada masa-masa atau menjelang krisis moneter yang tentunya memiliki tingkat kesulitan ekonomi tersendiri khususnya mengenai permodalan.

3. Studi yang dilakukan Heru Nugroho yang berjudul “Uang, Rentenir, dan, Hutang Piutang di jawa” yang dilakukan pertengahan tahun 1990 pada masyarakat Bantul (khususnya pedagang di Pasar Bantul dan Petani) tentang uang dan rentenir. Di sini dibahas mengenai peran rentenir dalam masyarakat. Dalam temuannya di lapangan, Heru Nugroho mengatakan


(54)

bahwa rentenir ternyata bukanlah sebagai “lintah darat” melainkan rentenir berperan sebagai “agen perkembangan” dalam masyarakat di Bantul karena kredit yang ditawarkan merupakan sumbangan yang berarti dan rentenir menjadi daya penting bagi pedagang untuk melancarkan aktivitas perdagangan.

4. Penelitian dari Ratna Ayu Widya Lestari dari kredit pelepas uang pedagang mikro di pasar tradisional bantul, Yogyakarta), skripsi fakultas ekonomi, tak diterbitkan, universitas islam Indonesia,Yogyakarta, 2005.

Penilitian ini dilakukan pasar bantul yang mewakili sub daerah perkotaan, pasar niten yang mewakili daerah sub urban, pasar delingo dan pasar imogiri yang mewakili daerah pedesaan pegunungan, dan pasar ngangkruksari yang mewakili daerah pedesaan pantai selatan metode analisa data menggunakan metode kuantitatif dengan program SHAZAM versi 8.0. diperoleh hasil estimasi sebagai berikut :

a. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pinjaman pedagang (Y) dan variable independen adalah keuntungan bersih(X1) (dalam %) per bulan dan variabel bunga pinjaman (X2) (dalam %) per bulan persamaan regresi yang dihasilkan adalah

Y = -7684.7 + 77774 X1 – 0.12259 X2

b. R square ( R2 ) pada model sebesar 0, 3289 yang menunjukan bahwa secara variasi dari variabel independent mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen sebesar 0.3289 yang menunjukan secara


(55)

37

statistic sebesar 32% dan sisanya 68% dijelaskan oleh variabel-variabel diluar model.

c. Pendugaan terhadap nilai koefisien regresi X1 yaitu tingkat keuntungan (dalam %) tanda parameter koefisien regresi untuk X1 positif signifikan dengan nilai koefisien sebesar 77774, artinya setiap penambahan 1 persen tingkat keuntungan, maka akan menyebabkan bertambahnya jumlah pinjaman pedagang micro di pasar tradisional kabupaten bantul sebesar 77774.

d. Pendugaan terhadap nilai koefisien regresi X1 yaitu tingkat bunga pinjaman pedagang micro tanda parameter koefisien regresi X2 negative signifikan dengan nilai koefisien sebesar -0 12259E+06 atau -122593. 294563, artinya setiap penambahan bunga sebesakar 1 persen, maka akan menyebabkan penurunan terhadap jumlah pinjaman pedagang mikro di pasar tradisional kabupaten bantul yaitu sebesar -122593, 294563

e. Uji F dengan α =0.05 (5%) apabila F hitung > F tabel yaitu 60. 518 > 3.07 , hal ini menunjukan bahwa variabel dependen berpengaruh signifikan terhadap variabel independennya secara bersama-sama f. Uji t dengan α = 0,05 (5 %) untuk variabel keuntungan (X1) diperoleh

bahwa t statistik > t Tabel yaitu 8,552 > 1.645 sehingga Ho ditolak (positif signifikan) artinya ada pengaruh atau hubungan positif antara kuntungan dan jumlah pinjaman pedagang mikro dimana semakin


(56)

tinggi keuntungan semakin besar keinginan pedagang mikro untuk melakukan pinjaman dan untuk variabel tingkat bunga (X2) diperoleh bahwa t statistik > t tabel yaitu -1.875 > 1.645 sehingga Ho ditolak (negative signifikan), yang artinya ada pengaruh negatif antara tingkat bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pedagang mikro dimana semakin tinggi bunga maka akan semakin kecil keinginan pedagang untuk melakukan pinjaman.

g. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya multiko linearitas , autokorelasi dan heteroskedastisitas dari hasil analisa diperoleh bahwa nilai standar koefisien β dari variabel keuntungan bersih (X1) adalah 0.5105 dan nilai standar koefisien β variabel bunga pinjaman perbulan (X2) adalah -0 .1119 dari hasil analisa tersebut diperoleh kesimpulan bahwa variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi variabel dependen (pinjaman pedagang mikro) adalah variabel keuntungan bersih (X1)

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah keberadaan para rentenir tau pelepas uang yang tetap eksis dalam membantu kesulitan permodalan yang dialami oleh para pedagang mikro.

5. Penelitian Tim Bank Danamon (2003)

Penelitian yang dilakukan oleh Tim Bank Danamon pada bulan November 2003 di 8 kota besar yang mewawancari 1000 responden (pengusaha mikro dan kecil). Dalam penelitian ini di ketahui bahwa 94%


(57)

39

dari responden membutuhkan pinjaman, namun hanya 36% (yaitu 61% dari 60% yang mempunyai pinjaman pada saat penelitian dilakukan - currently borrow), yang meminjam dari BRI dan Bank Komersial lainnya. Hanya 5% yang meminjam dari BPR (8% dari 60% - currently borrow). Sisanya meminjam dari teman, keluarga, rentenir, dan koperasi. Dari hasil penelitian ini responden juga mengatakan, Bank terlalu rumit dan menakutkan dan mereka mengatakan bahwa persyaratan dan proses untuk meminjam uang di bank terlalu rumit, proses terlalu lama dan lokasi bank terlalu jauh dari tempat usaha, dan mereka tidak mempunyai waktu untuk dating ke bank karena harus menunggu took/kios-nya. Sebagian besar mengatakan bahwa bank “menakutkan” dan bukan untuk mereka. Mereka membutuhkan layanan dan persyaratan yang sederhana, proses yang mudah dan cepat, kenyamanan bertransaksi dan kalau bias transaksi dapat dilakukan di tempat mereka.

1.3 Hipotesis

Berdasarkan referensi dan pengamatan dilapangan yang dilakukan penulis, maka menghasilkan hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga terdapat hubungan yang tidak signifikan antara Kepercayaan dengan Ketergantungan pedagang pasar kepada rentenir.

2. Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara Kemudahan dengan Ketergantungan pedagang pasar kepada rentenir.


(58)

3. Diduga terdapat hubungan yang tidak signifikan antara Kenyamanan dengan Ketergantungan pedagang pasar kepada rentenir.

4. Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara Keutungan dengan Ketergantungan pedagang pasar kepada rentenir.


(59)

41 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah pedagang pasar yang terletak di Pasar Prawirotaman Yogyakarta. Pedagang pasar menjadi sumber informasi yang dapat memberikan data sesuai masalah yang diteliti.Dengan demikian obyek penelitian merupakan sumber informasi mencari data dan masukan-masukan dalam mengungkapkan permasalahan penelitian.

Penelitian ini berbentuk survei, yakni menganalisis ketergantungan pedagang pasar terhadap rentenir.Adapun tujuan dari survei ini bersifat menerangkan atau menjelaskan, yakni mempelajari fenomena sosial dengan meneliti variabel penelitian.

3.2Jenis data

Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan serta diolah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data primer adalah suatu data yang dikumpulkan sendiri secara langsung dari narasumber aslinya atau responden. Data yang diperoleh dari kuesioner yang merupakan data kualitatif yang dinyatakan dalam angka menjadi data kuantitatif.

2. Data sekunder adalah suatu data yang diusahakan oleh pihak lain selain dari peneliti. Peneliti menggunakan data sekunder terutama


(60)

untuk keperluan profil suatu daerah tempat dilakukannya penelitian.

3. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui proses tanya jawab secara lisan dengan pihak yang berwenang mengenai data berhubungan dengan perencanaan. Bentuk wawancara yang dilakukan adalah wawancara perorangan, artinya bahwa peneliti mengadakan wawancara hanya dengan satu orang informan atau lebih.

3.3Teknik Pengambilan Populasi atau Sampel

Teknik pengambilan populasi atau sampel akan dijabarkan sebagaimana berikut:

1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang pasar. 2. Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat

mewakili dari populasi tersebut. Untuk menentukan besarnya sampel menurut Arikunto (2002: 112) apabila subjek kurang dari 100, lebih baik di ambil semua sehingga penelitiannya penelitian populasi. Jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%. Dalam penelitian ini digunakan sampel dari semua populasi.


(61)

43

3.4Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik:

a. Membagikan kuesioner (daftar pertanyaan) kepada 50 orang responden yang berisi tentang data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dibuat menggunakan skala likertyaitu dengan skala 1-5. Skala tersebut digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat interval dan diberi skor atau nilai seperti di bawah ini:

1. Sangat setuju (SS) : 5

2. Setuju (S) : 4

3. Netral (N) : 3

4. Tidak setuju (TS) : 2 5. Sangat tidak setuju (STS) : 1

b. Kepustakaan, yaitu mencari literature-literatur yang diperlukan sehubungan dengan data dan teori yang dibutuhkan.

3.5Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Variabel tergantung (variabel dependent)

Variabel dependenadalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Y (Ketergantungan pedagang pasar terhadap rentenir).


(62)

b. Variabel bebas (variable independent)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah: 1. Kepercayaan (X1),menjelaskan seberapa besar pedagang pasar

percaya terhadap rentenir.

2. Kemudahan (X2), menjelaskan seberapa besar pedagang pasar percaya terhadap rentenir.

3. Kenyamanan (X3), menjelaskan seberapa besar pedagang pasar nyaman terhadap rentenir.

4. Keuntungan (X4),menjelaskan seberapa besar kuntungan pedagang pasar meminjam terhadap rentenir.

Peneliti ini mempunyai tujuan untuk mengetahui seberapa besar Kepercayaan, Kemudahan, Kenyamanan, Keuntungan.Berpengaruh terhadap ketergantungan pedagang pasar kepada rentenir.

3.6Uji Kualitas Instrumen dan Data

Instrumen penelitian untuk pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan kuesioner yang digunakan sebagai pedoman penelitian.Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. (Arikuntoro,Suharsimi. 2006)


(63)

45

Instrumen penelitian yang baik adalah instrumen yang memenuhi syarat valid dan reliabel. Tujuan penggunaan uji validitas dan reliabilitas adalah untuk menghindari bias terhadap kuesioner yang di isi oleh responden. 1. Uji Validitas

Suatu skala pengukuran dikatakan valid bila melakukan apa yang seharusnya diukur, jadi harus tepat dan jelas untuk pengukurannya supaya tidak terjadi kesalahan. Jika pengukuran tidak valid maka akan tidak bermanfaat bagi peneliti karena tidak mengukur atau tidak melakukan apa saja yang seharusnya dilakukan.

Uji kualitas terhadap instrument yang dilakukan sebelum peneliti menganalisis pokok permasalahan. Uji kualitas yang dimaksud disini dengan uji validitas, validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat didalam melakukan fungsi ukurannya, uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana item-item dalam instrument mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauh mana isi instrument mencerminkan ciri yang hendak diukur.

Berdasarkan uji validitas yang dilakukan peneliti dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Instrument penelitian dikatakan valid apabila dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh instrument tersebut dapat mengungkapkan gejala-gejala atau bagian yang akan diukur


(64)

dan memberikan gambaran tentang objek yang diteliti sehingga menunjukkan kondisi sebenarnya dari suatu objek yang dimaksud.

Uji validitas dilakukan dengan pearson product moment yang digunakan untuk menghitung nilai korelasi antara masing-masing skor total dan butir jawaban dengan taraf signifikansi 5% jika r hitung > r tabel, maka H0 di tolak yang artinya variabel tersebut valid tetapi sebaliknya jika r hitung < r tabel maka H0 diterima yang artinya variabel tidak valid. 2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas memiliki arti sejauh mana suatu pengukuran dapat memberikan hasil yang tetap bila dilakukuan pengukuran kembali terhadap suatu objek yang sama. Estimasi terhadap tingginya reliabilitas dapat dilakukan dengan pendekatan konsistensi interal dengan prosedur hanya memerlukan satu kali pengenaan sekelompok individu sebagai subjek akan diproses atau distribusi skor tes dari sekelompok subjek yang bersangkutan karena memiliki nilai praktis dan efisiensi yang tinggi. Hasil penelitian dikatakan reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.

Butir pertanyaan yang diuji reliabilitasnya adalah butir-butir yang dalam pengujian validitas.Uji reliabilitas menggunakan pengujian alpha cronbach. Semakin besar nilai alpha akan dihasilkan, berarti butir-butir pertanyaan dalam kuesioner semakin reliabel. Adapun reliabelitas dalam penelitian ini yang diuji dengan uji cronbach alpha dengan ketentuan


(65)

47

apabila nilai cronbach alpha> 0,60 instrumen pengukuran dikatakan reliabel.( Ghazali, Imam. 2001)

3.7Uji Hipotesis dan Analisis Data

3.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda merupakan metode analisis yang digunakan untuk mencari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hubungan antara variabel dependen dengan independen tersebut dapat diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan antara variabel dependen Y dengan satu atau lebih variabel independen X1, X2, X3, X4 dalam analisis regresi, pola hubungan antara variabel diekspresikan dalam sebuah persamaan regresi yang diduga berdasarkan data sampel.

Adanya hubungan antara variabel Y dan Variabel X dapat di perlihatkan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, Persamaan umum regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

LogY = Log β0+ β1 Log X1 + β2 Log X2 + β3 Log X3+ β4 Log X4 + ε

Dimana keterangan variabel adalah sebagai berikut: Y= Ketergantungan Pedagang Terhadap Rentenir

Β0= A adalah Harga Y bila nilai dari Variabel X = 0 (nilai konstanta) X1= Kepercayaan

X2= Kemudahan X3= Kenyamanan X4= Keuntungan


(66)

Gambar 3.1 Konsep Pemikiran

Bagan diatas menggambarkan bahwa diterminan atau pengaruh kuat ketergantungan pedagang pasar terhadap rentenir

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan agar hasil regresi yang telah dilakukan bisa dipastikan terbebas dari asumsi klasik.Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas.

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi memiliki hubungan dependen dan independen.Variabel independen yang baik harusnya tidak

Ketergantungan Pedagang Pasar Terhadap Rentenir

keuntungan kenyamanan

kemudahan kepercayaan


(67)

49

memiliki hubungan antar mereka sehingga layak disebut sebagai independent atau disebut tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antara sesama variabel independen sama dengan nol.

Pendektesian terhadap multikolinealitas dapat dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari hasil analisis regresi.Jika nilai VIF lebih besar dari pada 10, maka terdapat gejala multikolinealitas yang tinggi, dan sebaliknya jika nilai VIF lebih kecil dari 10 maka pengujian bebas dari gejala multikolinealitas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari error disatu pengujian dengan pengujian yang lain. Error trem diharapkan konstan karena Error trem menunjukkan variabel diluar model yang mempengaruhi variabel dependen.Ketika error berada dalam kondisi yang konstan, maka model regresi dinyatakan bebas dari heteroskedastisitas. Konsekuensi dari error trem yang berubah-ubah adalah koefisien-koefisien hadiletimasi dalam persamaan akan mengalami bias. Ini berarti apabila sampel data ditambah, maka koefisien-koefisien hasil estimasi akan ikut berubah dan berfluktuasi disekitar nilai tengah.


(1)

total2 Pearson Correlation .701(**) .826(**) .806(**) .937(**) .837(**) 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations

kemudahan1 kemudahan2 kemudahan3 kemudahan4 kemudahan5 total3

kemudahan1 Pearson Correlation 1 .586(**) .164 .091 .267 .516(**)

Sig. (2-tailed) .001 .387 .633 .154 .004

N 30 30 30 30 30 30

kemudahan2 Pearson Correlation .586(**) 1 .660(**) .460(*) .825(**) .900(**)

Sig. (2-tailed) .001 .000 .011 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

kemudahan3 Pearson Correlation .164 .660(**) 1 .574(**) .781(**) .833(**)

Sig. (2-tailed) .387 .000 .001 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

kemudahan4 Pearson Correlation .091 .460(*) .574(**) 1 .520(**) .724(**)

Sig. (2-tailed) .633 .011 .001 .003 .000

N 30 30 30 30 30 30

kemudahan5 Pearson Correlation .267 .825(**) .781(**) .520(**) 1 .875(**)

Sig. (2-tailed) .154 .000 .000 .003 .000

N 30 30 30 30 30 30

total3 Pearson Correlation .516(**) .900(**) .833(**) .724(**) .875(**) 1

Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations

kenyamanan1 kenyamanan2 kenyamanan3 kenyamanan4 kenyamanan5 total4

kenyamanan1 Pearson Correlation 1 .736(**) .878(**) .563(**) .531(**) .880(**)

Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .003 .000

N 30 30 30 30 30 30

kenyamanan2 Pearson Correlation .736(**) 1 .571(**) .686(**) .587(**) .882(**)

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .001 .000

N 30 30 30 30 30 30

kenyamanan3 Pearson Correlation .878(**) .571(**) 1 .554(**) .731(**) .846(**)

Sig. (2-tailed) .000 .001 .001 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

kenyamanan4 Pearson Correlation .563(**) .686(**) .554(**) 1 .597(**) .822(**)

Sig. (2-tailed) .001 .000 .001 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

kenyamanan5 Pearson Correlation .531(**) .587(**) .731(**) .597(**) 1 .779(**)

Sig. (2-tailed) .003 .001 .000 .000 .000


(2)

total4 Pearson Correlation .880(**) .882(**) .846(**) .822(**) .779(**) 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

keuntungan1 keuntungan2 keuntungan3 keuntungan4 keuntungan5 total5

keuntungan1 Pearson Correlation 1 .637(**) .375(*) .217 .375(*) .522(**)

Sig. (2-tailed) .000 .041 .250 .041 .003

N 30 30 30 30 30 30

keuntungan2 Pearson Correlation .637(**) 1 .637(**) .674(**) .637(**) .852(**)

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

keuntungan3 Pearson Correlation .375(*) .637(**) 1 .520(**) 1.000(**) .901(**)

Sig. (2-tailed) .041 .000 .003 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

keuntungan4 Pearson Correlation .217 .674(**) .520(**) 1 .520(**) .794(**)

Sig. (2-tailed) .250 .000 .003 .003 .000

N 30 30 30 30 30 30

keuntungan5 Pearson Correlation .375(*) .637(**) 1.000(**) .520(**) 1 .901(**)

Sig. (2-tailed) .041 .000 .000 .003 .000

N 30 30 30 30 30 30

total5 Pearson Correlation .522(**) .852(**) .901(**) .794(**) .901(**) 1

Sig. (2-tailed) .003 .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

LAMPIRAN 4

UJI REABILITAS

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.732 5

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item


(3)

ketergantungan1 17.3667 2.378 .389 .723

ketergantungan2 17.8333 2.420 .392 .721

ketergantungan3 17.4333 2.047 .526 .672

ketergantungan4 17.6667 2.299 .539 .672

ketergantungan5 17.4333 1.909 .632 .625

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.862 5

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

kepercayaan1 14.3333 10.368 .574 .859

kepercayaan2 14.3667 9.206 .728 .823

kepercayaan3 14.2333 10.116 .726 .834

kepercayaan4 14.8000 8.234 .892 .778

kepercayaan5 15.3333 7.264 .660 .871

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.823 5

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

kemudahan1 13.2667 18.409 .310 .864

kemudahan2 12.8333 14.075 .834 .727

kemudahan3 13.2667 14.202 .716 .758

kemudahan4 13.2000 14.648 .512 .829

kemudahan5 13.3000 14.424 .795 .739

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items


(4)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

kenyamanan1 15.9000 8.921 .763 .828

kenyamanan2 15.0333 9.620 .787 .813

kenyamanan3 14.6333 13.757 .812 .860

kenyamanan4 14.9333 10.478 .699 .837

kenyamanan5 14.9667 11.895 .673 .845

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.839 5

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

keuntungan1 13.6667 15.195 .424 .861

keuntungan2 14.1333 12.464 .789 .789

keuntungan3 15.0333 9.895 .820 .751

keuntungan4 14.9333 9.582 .582 .855

keuntungan5 15.0333 9.895 .820 .751

LAMPIRAN 5

HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .818(a) .669 .640 1.08762 2.734

a Predictors: (Constant), keuntungan, kenyamanan, kemudahan, kepercayaan b Dependent Variable: ketergantungan


(5)

LAMPIRAN 6

HASIL UJI F

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 107.749 4 26.937 22.772 .000(a)

Residual 53.231 45 1.183

Total 160.980 49

a Predictors: (Constant), keuntungan, kenyamanan, kemudahan, kepercayaan b Dependent Variable: ketergantungan

LAMPIRAN 7

HASIL UJI T

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF B Std. Error

1 (Constant) 15.114 .850 17.777 .000

kepercayaan .160 .112 .314 1.435 .158 .154 6.506

kemudahan -.359 .070 -.944 -5.117 .000 .216 4.636

kenyamanan -.063 .076 -.137 -.820 .416 .264 3.790

keuntungan .606 .096 1.354 6.322 .000 .160 6.246


(6)

LAMPIRAN 8

HASIL UJI HETEROSKEDASITIAS

LAMPIRAN 9