Peran Rentenir dalam Meningkatkan Pendapatan Usaha Mikro di Kabupaten Simalungun ( Studi Kasus : Pedagang di Pasar Kecamatan Raya)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERAN RENTENIR DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN USAHA MIKRO DI KABUPATEN SIMALUNGUN

(STUDI KASUS : PEDAGANG DI PASAR KECAMATAN RAYA)

SKRIPSI Diajukan Oleh:

HOTMA KRISTIANA SIPAYUNG 080523016

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan

2011


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Hotma Kristiana Sipayung Nim : 080523016

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi :Peran Rentenir dalam Meningkatkan Pendapatan Usaha Mikro di Kabupaten Simalungun ( Studi Kasus : Pedagang di Pasar Kecamatan Raya)

Tanggal, ______________ Pembimbing

( Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec ) NIP. 19730408 199802 1 001


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

BERITA ACARA UJIAN

Hari :

Tanggal :

Nama : Hotma Kristiana Sipayung Nim : 080523016

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Peran Rentenir dalam Meningkatkan Pendapatan Usaha Mikro di Kabupaten Simalungun ( Studi Kasus : Pedagang di Pasar Kecamatan Raya)

Ketua Program Studi Pembimbing

( Irsyad Lubis, SE, M. Soc. Sc, Ph.D ) ( Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec ) NIP. 19710503 200312 1 003 NIP. 19730408 199802 1 001

Penguji I Penguji II

(Drs. Sahat Silaen, M.Si) (Syarief Fauzi, SE, M.Acc, Ak) NIP. 130251879 NIP.19750909 200801 1 012


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Hotma Kristiana Sipayung Nim : 080523016

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Peran Rentenir dalam Meningkatkan Pendapatan Usaha Mikro di Kabupaten Simalungun ( Studi Kasus : Pedagang di Pasar Kecamatan Raya)

Tanggal, ______________ Ketua Program Studi

( Irsyad Lubis, SE, M. Soc. Sc, Ph.D ) NIP. 19710503 200312 1 003

Tanggal, ______________ Dekan Fakultas Ekonomi

( Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec ) NIP. 19550810 198303 1 004


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber segala kasih dan hikmat yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Adapun judul skripsi ini adalah

“Peran Rentenir dalam Meningkatkan Pendapatan Usaha Mikro di Kabupaten Simalungun ( Studi Kasus : Pedagang di Pasar Kecamatan Raya)”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan semanagat maupun sumbangan pemikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo,SE,M.Ec selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Irsyad Lubis selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo,SE,M.Ec selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam proses penulisan skrisi ini

5. Bapak Drs. Sahat Silaen, M.Si selaku Dosen Penguji I dan Bapak Syarief Fauzi, SE, M.Acc, Ak selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktunya, dan memberikan saran dan kritikan dalam skripsi ini


(6)

6. Bapak Paidi Hidayat selaku Dosen Wali serta seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah mendidik dan membimbing penulis dengan tulus

7. Seluruh Staf dan pegawai BPS Kabupaten Simalungun atas bantuan dalam memberikan data sehingga skripsi ini dapat selesai

8. Buat orangtua tercinta Pdt. Jaminton Sipayung, S.Th dan Rolmendiana Saragih, S.Pd atas kasih sayang dan seluruh dukungan baik dana maupun semangat. Buat adik-adik saya Ruth Sipayung, Jansen Dapit Sipayung dan Tri Besri Kroper Sipayung atas semangat yang terus diberikan

9. Buat Bang Tommi Juniarto Purba yang telah memberikan motivasi dan dukungan doa dalam penyelesaian skripsi ini. Buat teman-teman satu jurusan khususnya (Eprina, Lidia, Lestari, Hcristina dan Indra), adik-adik kelompokku ( Dien dan Lesrin ), seluruh Pemuda GKPS P.Bulan dan Sidorame atas setiap dukungan doa dan semangat yang diberikan

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari segi bahan penulisan, kemampuan ilmiah dan cara penulisan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya tulisan ini dimasa yang akan datang.

Medan, Juli 2011


(7)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Peran Rentenir dalam Meningkatkan Pendapatan Usaha Mikro di Kabupaten Simalungun ( Studi Kasus : Pedagang di Pasar Kecamatan Raya)”. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 30 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada peranan rentenir terhadap pendapatan pedagang di Kecamatan Raya di Kabupaten Simalungun.

Data ini diperoleh dari penelitian di lapangan dan kepustakaan dan pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner. Penelitian ini menggunakan model analisa regresi linier dan diolah dengan menggunakan Eviews 5.0.

Hasil analisa menunjukkan bahwa variabel jumlah pinjaman dan hasil produksi secara bersama-sama berpengaruh nyata (signifikan) terhadap pendapatan pedagang di Kecamatan Raya di Kabupaten Simalungun.


(8)

ABSTRACT

The study is titled "The Role of Moneylenders in Revenues Increase Micro in Simalungun District (Case Study: District Market Traders in Britain)". This study uses respondents as many as30 people. The purpose of this studywas to see if there is the role of moneylenders to income trader in the district in District SimalungunKingdom.

This data was obtained from field research and literature and data collection is done by questionnaire. This study uses linear regression analysis model and processedbyusingEviews5.0.

Results of analysis showed that the variable amount of borrowing and produced jointly significant effect (significant) to income trader in the district in District SimalungunKingdom.


(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR... iv

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR TABEL... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Hipotesis ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pendapatan... ... 9

2.2 Peranan Perbankan dalam Kegiatan Ekonomi Masyarakat. 8 2.3 Profil Praktek Rentenir dalam Masyarakat... 20

2.4 Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data ... 31

3.3 Pengolahan Data ... 32

3.4 Metode Analisis Data ... 30

3.5 Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuisioner ... 34

3.6 Uji Kesesuaian ... 36

3.6.1 Uji Koefisien Determinasi ... 36

3.6.2 Uji t-statistik ... 37

3.6.3 Uji Keseluruhan (Uji F-Statistik) ... 38

3.7 Penyimpangan Asumsi Klasik ………... 39

3.7.1 Multikolineritas ……….. 39


(10)

3.7.3 Uji Linieritas……… 40

3.7.4 Uji Normalitas……….. 40

3.8 Definisi Operasional ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian... 41

4.2 Gambaran Umum Sampel Penelitian... 54

4.3 Analisis Model Regresi Berganda... 59

4.4 Instrumen Penelitian ... 60

4.4.1 Uji Validitas ………. 60

4.4.2 Uji Reliabilitas……….. 61

4.5 Uji Kesesuaian ... 61

4.5.1 Uji Koefisien Determinasi ... 61

4.5.2 Uji t-statistik ... 61

4.6.3 Uji Keseluruhan (F-Statistik) ... 63

4.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ………. 64

4.6.1 Multikolineritas ……… 64

4.6.2 Heteroskedastisitas ………... 66

4.6.3 Linieritas ……… 67

4.6.3 Normalitas ………. 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 70


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Persentase Umur Responden...……….……….…54 Gambar 4.2 Persentase Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin……….…55 Gambar 4.3 Persentase Jumlah Responden Menurut Pendidikan….………….56 Gambar 4.4 Persentase Jumlah Responden Menurut Status…….……….57 Gambar 4.10 Gambaran Perbandingan Alasan Responden Meminjam


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Luas Kabupaten Simalungun Berdasarkan Kecamatan………….42

Tabel 4.2 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Penduduk dan Kepadatannya……. 45

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur Kelompok Umur dan Jenis Kelamin……… 46

Tabel 4.4 Daftar Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Simalungun………48

Tabel 4.5 Jumlah Pasar di Kecamatan Raya...……….….50

Tabel 4.6 Alasan Meminjam Kepada Rentenir………..………58

Tabel 4.7 Bunga yang Diberikan Rentenir……….58

Tabel 4.8 Uji Validitas………..……….60

Tabel 4.9 Uji Reliabilitas………..……….61

Tabel 4.10 Uji Korelasi Parsial dengan Dependen Variabel X1………..……65

Tabel 4.11 Uji White Test……….…..66

Tabel 4.12 Uji Linearitas………..………67


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Peran Rentenir dalam Meningkatkan Pendapatan Usaha Mikro di Kabupaten Simalungun ( Studi Kasus : Pedagang di Pasar Kecamatan Raya)”. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 30 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada peranan rentenir terhadap pendapatan pedagang di Kecamatan Raya di Kabupaten Simalungun.

Data ini diperoleh dari penelitian di lapangan dan kepustakaan dan pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner. Penelitian ini menggunakan model analisa regresi linier dan diolah dengan menggunakan Eviews 5.0.

Hasil analisa menunjukkan bahwa variabel jumlah pinjaman dan hasil produksi secara bersama-sama berpengaruh nyata (signifikan) terhadap pendapatan pedagang di Kecamatan Raya di Kabupaten Simalungun.


(14)

ABSTRACT

The study is titled "The Role of Moneylenders in Revenues Increase Micro in Simalungun District (Case Study: District Market Traders in Britain)". This study uses respondents as many as30 people. The purpose of this studywas to see if there is the role of moneylenders to income trader in the district in District SimalungunKingdom.

This data was obtained from field research and literature and data collection is done by questionnaire. This study uses linear regression analysis model and processedbyusingEviews5.0.

Results of analysis showed that the variable amount of borrowing and produced jointly significant effect (significant) to income trader in the district in District SimalungunKingdom.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dengan melihat kondisi perekonomian yang tidak menentu sekarang ini, maka semua orang berusaha untuk memperbaiki kondisi ekonominya. Dalam kehidupan sehari-hari setiap individu, perusahaan-perusahaan dan masyarakat secara keseluruhannya akan selalu menghadapi persoalan-persoalan yang bersifat ekonomi, yaitu persoalan yang menghendaki seseorang, suatu perusahaan atau suatu masyarakat membuat keputusan tentang cara yang terbaik untuk melakukan suatu kegiatan ekonomi.

Secara mendasar, kegiatan ekonomi meliputi usaha individu-individu, perusahaan-perusahaan dan perekonomian secara keseluruhannya untuk memproduksikan barang dan jasa yang mereka butuhkan. Di lain pihak, kegiatan ekonomi meliputi pula kegiatan untuk menggunakan barang dan jasa yang diproduksikan dalam perekonomian. Dengan demikian kegiatan ekonomi dapat didefenisikan sebagai kegiatan seseorang, suatu perusahaan atau suatu masyarakat untuk memproduksikan barang dan jasa maupun mengkonsumsi (menggunakan) barang dan jasa tersebut (Sukirno : 1996). Dalam melakukan berbagai kegiatan ekonomi seorang individu, suatu perusahaan, atau masyarakat secara keseluruhannya akan mempunyai beberapa pilihan atau alternatif untuk melakukannya. Berdasarkan kepada alternatif-alternatif yang tersedia tersebut,


(16)

mereka perlu mengambil keputusan untuk memilih alternatif yang terbaik untuk dilaksanakan.

Pada umumnya masyarakat selalu ingin mendapatkan penghidupan yang layak setiap harinya. Dalam kehidupan sehari-hari mayarakat selalu berusaha mengerjakan pekerjaan yang dapat memampukan mereka dalam mencukupi kehidupan mereka. Kondisi ekonomi yang meningkat hari kehari sangat diharapkan seluruh masyarakat, sebab dengan kondisi ekonomi yang baik maka setiap kebutuhan keluarga dapat dipenuhi. Banyak pekerjaan yang sering dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi seperti: bertani, berdagang, dll. Dalam melakukan pekerjaan tersebut, tidak semua masyarakat memiliki modal yang cukup dalam mengerjakannya. Namun tidak dapat dipungkiri masyarakat membutuhkan sumber modal untuk dapat mengerjakannya usaha atau pekerjaan tersebut.

Lembaga pemberian kredit jelas sangat dibutuhkan masyarakat. Banyak jenis-jenis kredit yang sering datang menawarkan bantuan modal bagi masyarakat mulai dari bank, lembaga non bank, bahkan sampai rentenir sekalipun. Tidak jarang masyarakat lebih memilih jalan cepat untuk mendapatkan modal, dengan merogoh kantong sendiri, pinjam dari keluarga dan juga dari rentenir.

Lembaga keuangan bank memiliki kriteria-kriteria dalam memberikan kredit pada mayarakat. Secara umum persyaratan yang harus dipenuhi oleh peminjam kredit antara lain sebagai berikut:


(17)

1. Character, dalam prinsip ini bank memperhatikan dan meneliti tentang

kebiasaan-kebiasaan, sifat-sifat pribadi calon debiturnya. Ini akan dijadikan ukuran tentang kemauan untuk membayar.

2. Capacity, penilaian terhadap capacity masyarakat dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana kemampuan masyarakat mengembalikan pokok pinjaman serta bunga pinjamannya.

3. Capital, untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak dilihat dari

laporan keuangan yang dimiliki oleh si debitur.

4. Collateral, merupakan jaminan yang diberikan oleh calon nasabah baik yang

bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya nilainya melebihi jumlah kredit yang diberikan dan diteliti keabsahannya serta kesempurnaannya.

5. Condition, pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi

ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Ada suatu usaha yang sangat tergantung dari kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi ekonomi dengan usaha calon debitur.

Semuanya merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk memperoleh pinjaman modal dari bank. Namun banyak juga masyarakat yang tidak mengerti tentang persyaratan bank tersebut. Ini disebabkan oleh kurangnya sosialisasi yang dilakukan bank. Tidak dapat dipungkiri, bank menganggap masyarakat kecil kurang memberikan keuntungan dibandingkan dengan memberikan kredit kepada usaha-usaha yang dapat memberikan keuntungan yang banyak dan lebih terhindar dari kredit macet. Oleh karena itu, bank kurang mensosialisasikan tentang pemberian kredit kepada masyarakat kecil.


(18)

Hal inilah yang menyebabkan banyak masyarakat memilih lembaga-lembaga lainnya yang memberikan kredit.

Masyarakat pun menganggap proses administrasi bank terlalu rumit, tidak memadainya syarat-syarat yang diminta, membutuhkan waktu yang lama dan lokasi bank terlalu jauh dari tempat tinggal mereka. Mereka tidak mempunyai waktu yang cukup untuk mengajukan proposal kredit kepada bank karena harus menjaga atau mengerjakan pekerjaannya. Masih banyak ketakutan lain yang dirasakan masyarakat, seperti takut tidak sanggup mengembalikan pokok pinjaman serta bungannya, sampai takut barang jaminan atau agunan akan disita oleh pihak bank. Karena kekhawatiran itu masyarakat beranggapan kredit bank bukan untuk mereka, melainkan untuk usaha-usaha yang lebih besar, yang lebih mampu membayar pokok pinjaman beserta bungannya. Pandangan diatas menyebabkan masyarakat kurang tertarik pada kredit bank.

Sulitnya pernyaratan yang diajukan lembaga bank bagi calon debitur, menyurutkan semangat masyarakat untuk meminjam ke bank. Akhirnya masyarakat mengambil alternatif lain yang tersedia seperti rentenir. Bagi masyarakat, berhubungan dengan sumber pembiayaan informal seringkali membuat terlena dan menjadi pilihan yang menarik karena faktor kemudahan mendapatkan dana secara cepat tanpa birokrasi dengan asas saling percaya meski berbunga tinggi. Bagi pemodal, situasi ini sebenarnya menjadi peluang baik untuk memupuk keuntungan.

Pemerintah Indonesia telah menyelenggarakan kredit dengan bunga rendah untuk masyarakat melalui Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Pembangunan


(19)

Daerah (BPD), Koperasi Unit Desa, dll. Namun demikian, kredit ini tidak selalu mencapai target groupnya karena prosedur administrasinya sulit diakses oleh masyarakat. Sementara kredit yang ditawarkan oleh rentenir lebih popular dan mudah diakses oleh siapapun dan dari lapisan manapun (Heru : 2001).

Pada kenyataannya hal ini merupakan suatu paradoks, sebab kredit yang ditawarkan oleh pemerintah dengan tingkat bunga rendah tidak mampu menghilangkan kredit dengan bunga tinggi seperti yang disediakan oleh para rentenir. Ada 2 argumen utama yang mendasari terjadinya realitas itu antara lain sebagai berikut:

1. Lembaga-lembaga financial informal lebih atraktif dalam berpraktek mencari nasabah daripada lembaga-lembaga formal. Rentenir lebih fleksibel dalam menjalankan prakteknya bahkan mengembangkan hubungan personal dengan para nasabah, sementara bank-bank resmi bersifat “rasional” di mata para nasabah di pedesaan. Fleksibilitas merupakan hal penting dalam menjaga hubungan rentenir dengan nasabah. Misalnya, adanya upaya-upaya rentenir untuk memahami kondisi ekonomi nasabah sehingga tidak jarang memberikan kesempatan menunda pembayaran kredit.

2. Rentenir dapat mengatasi “masalah kepercayaan” yang dihadapi oleh warga masyarakat yang tidak familiar dengan prosedur sistem legal. Atas dasar itu transaksi kredit dilakukan oleh kedua belah pihak atas dasar kepercayaan. Sistem kepercayaan sepertu itu merupakan bagian dari budaya transaksi uang dalam masyarakat pedesaan.


(20)

Walaupun berbagai upaya telah dilakukan untuk membatasi ruang gerak praktek-praktek rentenir dalam rangka menghindarkan lapisan masyarakat jatuh pada “penghambaan bunga”, rentenir masih tetap saja beroperasi di desa-desa khususnya di pasar.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti apakah di Kabupaten Simalungun praktek rentenir tersebut sangat berpengaruh terhadap usaha yang dilakukan masyarakat khususnya para pedagang melalui penulisan skripsi yang berjudul “Peran Rentenir dalam Meningkatkan

Pendapatan Usaha Mikro di Kabupaten Simalungun ( Studi Kasus : Pedagang di Pasar Kecamatan Raya)”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor apakah yang menyebabkan masyarakat menggunakan pinjaman dari rentenir?

2. Bagaimanakah pengaruh pinjaman rentenir terhadap pendapatan pedagang di Kecamatan Raya?

3. Bagaimanakah pengaruh hasil produksi terhadap pendapatan pedagang di Kecamatan Raya?


(21)

1.3 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empris. Hal ini berarti hipotesa yang ada bukan berarti jawaban akhir, namun menjadi kesimpulan sementara yang harus diuji kebenarannya dengan data-data yang mempunyai hubungan, ataupun dengan melihat fakta yang terjadi di lapangan.

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh positif antara pinjaman rentenir terhadap peningkatan pendapatan pedagang di Kecamatan Raya

2. Terdapat pengaruh positif antara hasil produksi terhadap peningkatan pendapatan pedagang di Kecamatan Raya

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulis melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pinjaman rentenir dalam meningkatkan pendapatan pedagang di Kecamatan Raya.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh hasil produksi dalam meningkatkan pendapatan pedagang di Kecamatan Raya.


(22)

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan oleh si penulis setelah melakukan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan sehubungan dengan meningkatkan pelayanan kepada pedagang. 2. Sebagai bahan masukan bagi bank negara dan bank swasta dalam

menyalurkan dana kepada pedagang.

3. Sebagai sarana informasi kepada pedagang untuk dapat mengetahui lembaga yang lebih baik untuk mengambil pinjaman dalam usaha.

4. Menambah wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu penulis tekuni.

5. Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.


(23)

BAB II

TUNJAUAN TEORITIS

2.1 Pendapatan

2.1.1 Pengertian Pendapatan

Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah kewajiban suatu badan usaha yang timbul dari penyerahaan barang dan jasa atau aktifitas usaha yang lainnya dalam suatu periode (IAI, 1991:17).

Pendapatan merupakan kenaikan kotor dalam asset atau penurunan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan yang berakibat dari investasi, perdagangan, memberikan jasa atau aktivitas lain yang bertujuan meraih keuntungan (Antonio Muhammad Syafii ,2001:204).

Pendapatan adalah pendapatan uang yang diterima dan diberikan kepada subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan yaitu berupa pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha perorangan dan pendapatan dari kekayaan (Mulyanto Sumardi, 1982:65).

Dari beberapa pendapat tentang definisi pendapatan di atas, yang dimaksud pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh atau didapat dari usaha dagang.


(24)

2.1.2 Macam-macam pendapatan

Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers, pendapatan dapat digolongkan menjadi:

1. Pendapatan berupa uang, adalah semua penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan diterima sebagai balas jasa atau kontra prestasi.

2. Pendapatan berupa barang, adalah semua pendapatan yang sifatnya reguler dan diterimakan dalam bentuk barang.

3. Lain-lain penerimaan uang dan barang. Penerimaan ini misalnya penjualan barang-barang yang dipakai, pinjaman uang hasil undian, warisan, penagihan piutang dan lain-lain. (Mulyanto Sumardi,1982:92).

Pendapatan dibedakan menjadi tiga yaitu: 1. Pendapatan pokok

Yaitu pendapatan yang tiap bulan diharapkan diterima, pendapatan ini diperoleh dari pekerjaan utama yang bersifat rutin.

2. Pendapatan sampingan

Yaitu pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan di luar pekerjaan pokok, maka tidak semua orang mempunyai pendapatan sampingan.

3. Pendapatan lain-lain

Yaitu pendapatan yang berasal dari pemberian pihak lain, baik bentuk barang maupun bentuk uang, pendapatan bukan dari usaha (Winardi, 1982:11).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh tiap-tiap individu dari bekerja atau berusaha yang dapat berupa uang, barang dan lain-lain penerimaan.


(25)

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah sebagai berikut:

1. Kesempatan kerja yang tersedia

Semakin banyak kesempatan kerja yang tersedia berarti semakin banyak penghasilan yang bisa diperoleh dari hasil kerja tersebut.

2. Kecakapan dan keahlian

Dengan bekal kecakapan dan keahlian yang tinggi akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap penghasilan.

3. Motivasi

Motivasi atau dorongan juga mempengaruhi jumlah penghasilan yang diperoleh, semakin besar dorongan seseorang untuk melakukan pekerjaan, semakin besar pula penghasilan yang diperoleh.

4. Keuletan bekerja

Pengertian keuletan dapat disamakan dengan ketekunan, keberanian untuk menghadapi segala macam tantangan. Bila saat menghadapi kegagalan maka kegagalan tersebut dijadikan sebagai bekal untuk meniti ke arah kesuksesan dan keberhasilan.

5. Banyak sedikitnya modal yang digunakan.

Besar kecilnya usaha yang dilakukan seseorang sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya modal yang dipergunakan. Suatu usaha yang besar akan dapat memberikan peluang yang besar pula terhadap pendapatan yang akan diperoleh (Bintari dan Suprihatin, 1984:35).


(26)

Modal atau Capital dalam pengertian ekonomi umum mencakup benda-benda seperti tanah, gedung-gedung, mesin-mesin, alat perkakas, dan barang produktif lainnya untuk suatu kegiatan usaha. Sehubungan dengan kegiatan operasi badan usaha, modal dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Modal Tetap (Fixed Capital)

Modal tetap yaitu semua benda-benda modal yang dipergunakan terus-menerus dalam jangka lama pada kegiatan produksi seperti misalnya tanah, gedung, mesin, alat perkakas, dan sebagainya.

2. Modal Bekerja (Working Capital)

Modal bekerja yaitu modal untuk membiayai operasi perusahaan seperti pembelian bahan dasar dan bahan habis pakai,membiayai upah dan gaji, membiayai persediaan, membiayai pengiriman dan transportasi, biaya penjualan dan reklame, biaya pemeliharan, dan sebagainya ( Sriyadi, 1991:111).

3. Sumber-sumber Pemenuhan Modal Kerja

Modal yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat dipenuhi dari dua sumber : a. Sumber intern (internal sources) adalah modal yang dihasilkan oleh

perusahaan sendiri dari aktivitas operasional, terdiri dari : 1. Laba yang ditahan

2. Penjualan aktiva tetap

3. Keuntungan penjualan surat-surat berharga/efek di atasharga normal


(27)

b. Sumber Ekstern (external sources) adalah modal yang berasal dari luar aktivitas perusahaan yang merupakan utang atau modal sendiri bagi perusahaan, pihak-pihak luar sebagai sumber pemenuhan modal adalah:

1. Suplier 2. Bank-bank 3. Pasar modal

2.2 Peranan Perbankan dalam Kegiatan Ekonomi Masyarakat

Kegiatan perbankan yang utama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas. Menghimpun dana berarti mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat. Pembelian dana dari masyarakat tersebut dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dipilih masyarakat dapat berupa giro, tabungan, sertifikat dan deposito berjangka.

Bank dapat memberikan rangsangan terhadap masyarakat agar masyarakat tertarik untuk menyimpan uangnya. Rangsangan tersebut berupa balas jasa untuk masyarakat yang sudah mau menananmkan dananya pada bank. Balas jasa yang dilakukan dapat berupa bunga, bagi hasil, hadiah, pelayanan atau balas jasa lainnya. Semakin tinggi balas jasa yang diberikan maka ketertarikan masyarakat untuk menanamkan modal akan semakin tinggi sehingga keuntungan yang didapatkan oleh bank semakin tinggi.


(28)

Setelah bank melakukan penghimpunan dana dari masyarakat, maka kegiatan perbankan yang kedua adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya. Kegiatan penyaluran dana ini dikenal juga dengan istilah alokasi dana. Pengalikasian dana dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit. Pengalokasian dana dapat pula dilakukan dengan memberikan berbagai asset yang dapat menguntungkan bank (Kasmir : 2008). Dengan kata lain alokasi dana adalah menjual kembali dana yang diperoleh dari penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Penjualan dana ini dilakukan dengan tujuan agar perbankan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin. Dalam pengalokasian dananya pihak perbankan harus dapat memilih dari berbagai alternative yang ada.

Oleh karena itu, baik faktor-faktor sumber dana maupun alokasi dana memegang peranan yang sama pentingnya dalam perbankan.

2.2.1 Pengertian Kredit

Istilah kredit berasal dari suatu kata dalam bahasa latin yang berbunyi Credere yang berarti kepercayaan. Dalam pengertian seseorang memperoleh kredit, maka berarti ia telah memperoleh kepercayaan. Jadi dapat diartikan, bahwa dalam suatu pemberian kredit, di dalamnya terkandung adanya kepercayaan orang atau badan yang memberikannya kepada orang lain atau badan yang diberinya, dengan ikatan perjanjian harus memenuhi segala kewajiban yang dijanjikan untuk dipenuhi pada waktu yang akan datang (Hadi Widjaja, 1991:4).


(29)

Kredit adalah pemberian yang kontra prestasinya akan terjadi pada waktu yang akan datang. Kredit adalah penyediaan yang ditulis antara lain disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjaman antara pihak bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban utang setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan (Hadi Widjaja, 1991:6).

Pengertian kredit secara yuridis dapat dilihat pada Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal I Ayat 11 tentang perbankan, bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesapakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 12 tentang perbankan, Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

2.2.2 Unsur-unsur kredit

1. Unsur kepercayaan

Yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benarbenar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu.


(30)

2. Unsur Waktu

Yaitu Adanya jangka waktu pengembalian pinjaman, yakni suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterimanya pada masa yang akan datang.

3. Unsur Risiko

Yaitu suatu tingkat risiko yang mungkin dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima dikemudian hari.

4. Prestasi

Yaitu obyek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang tetapi juga dalam bentuk barang atau jasa (Thomas Suyatno, 1991:15).

2.2.3 Tujuan kredit

Tujuan utama pemberian kredit antara lain : 1. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut.

2. Membantu usaha nasabah

Yaitu membantu usaha nasabah yang memerlukan dana baik dana untuk investasi maupun untuk modal kerja.

3. Membantu pemerintah

Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarkan pemberian kredit adalah penerimaan pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.


(31)

a. Membuka kesempatan kerja yaitu kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha.

b. Meningkatkan jumlah barang dan jasa.

c. Menghemat devisa Negara (Thomas Suyatno, 1991:16)

2.2.4 Fungsi Kredit

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain:

1. Meningkatkan daya guna uang

a. Para pemilik uang dapat langsung meminjamkan kepada para pengusaha yang memerlukan untuk meningkatkan usaha atau produksinya.

b. Para pemilik uang dapat menyimpan uangnya pada lembaga keuangan, uang tersebut dipinjamkan kepada perusahaan untuk meningkatkan usahanya.

2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Kredit perbankan yang ditarik secara tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang.

3. Meningkatkan daya guna uang dan peredaran uang

Kredit oleh para pengusaha dapat mengubah bahan baku menjadi barang jadi sehingga daya guna uang meningkat.

4. Alat stabilitas perekonomian

Arus kredit diarahkan pada sektor-sektor produktif, tujuannya untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri.


(32)

5. Meningkatkan kegairahan usaha

Pemberian kredit akan meningkatkan kegairahan berusaha apalagi bagi nasabah yang usahanya pas-pasan.

6. Meningkatkan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik terutama dalam hal pendapatan. (Thomas Suyatno, 1991:17)

2.2.5 Jenis- jenis Kredit

Jenis-jenis kredit dapat dibedakan menurut: 1. Kredit menurut jangka waktu

Kredit menurut jangka waktu adalah kredit yang diberikan kepada peminjam dengan melihat lamanya waktu pengembalian.

Kredit menurut jangka waktu ada tiga macam : a. Kredit jangka pendek

Yaitu kredit yang mempunyai jangka waktu sampai dengan satu tahun. Yang termasuk dalam kredit jangka pendek diantaranya kredit modal kerja untuk perdagangan, untuk industri serta kredit musiman. b. Kredit jangka menengah

Yaitu kredit yang mempunyai jangka waktu satu sampai tiga tahun. Yang termasuk dalam kredit jangka menengah diantaranya kredit investasi dan kredit modal kerja permanen.

c. Kredit jangka panjang

Yaitu kredit yang mempunyai jangka waktu diatas tiga tahun. Yang termasuk kredit jangka panjang diantaranya kredit investasi.


(33)

2. Kredit menurut tujuan penggunaannya

Dilihat dari tujuannya penggunaan kredit dibagi tiga yaitu: 1. Kredit modal kerja

Yaitu kredit yang disediakan untuk membantu modal kerja dalam usaha meningkatkan kelangsungan hidup perusahaan.

2. Kredit investasi

Yaitu Pemberian kredit jangka menengah atau jangka panjang dengan tingkat bunga yang relatif rendah, bertujuan untuk menambah modal perusahaan.

3. Kredit perdagangan

Sesuai dengan namanya kredit ini digunakan untuk keperluan perdagangan pada umumnya yang berarti meningkatkan utility of place dari suatu barang.

2.2.6 Jaminan Kredit

Menurut Kasmir : 2008 adapun jaminan yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah sebagai berikut:

1. Dengan jaminan

a. Jaminan benda berwujud (misalnya: tanah, bangunan, kendaraan bermotor, dll)

b. Jaminan benda tidak berwujud (misalnya: sertifikat saham, sertifikat tanah, sertifikat obligasi, dll)


(34)

c. Jaminan orang, yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit tersebut macet maka yang memberikan jaminan itulah yang menanggung resikonya.

2. Tanpa Jaminan

Kredit tanpa jaminan mksudnya adalah bahwa kredit yang diberikan bukan dengan jaminan barang tertentu. Biasanya diberikan kepada perusahaan yang memang benar-benar bonafid dan professional sehingga kemungkinan kredit macet sangat kecil.

1.1.7 Prosedur dalam pemberian kredit

Secara umum prosedur pemberian kredit menurut Kasmir adalah sebagai berikut:

1. Pengajuan berkas-berkas 2. Penyelidikan berkas pinjaman 3. Wawancara I

4. On the spot 5. Wawancara II 6. Keputusan kredit

7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya 8. Realisasi kredit


(35)

2.3 Profil Praktek Rentenir dalam Masyarakat

Oleh karena sulitnya ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pinjaman dari pebankan, maka tidak jarang masyarakat akhirnya meminjam uang dari rentenir. Kegiatan rentenir saat ini masih sangat banyak terjadi di daerah-daerah. Pemahaman tentang rentenir haruslah lebih diperbaiki saat ini sebab pemahaman terdahulu cenderung memahaminya dengan negatif, padahal pada prakteknya sekarang ini praktek kerja rentenir bahkan memiliki fungsi yang sangat penting bagi masyarakat. Bahkan tidak jarang banyak daerah yang melestarikan kegiatan rentenir tersebut.

Ada perbedaan istilah nama yang diberikan oleh masyarakat pada rentenir antara lain: tengkulak, bank titil, pelepas uang, pengijon, dll. Namun perbedaan nama tersebut tidak membedakan cara kerja peminjaman uang yang mereka lakukan.

2.3.1 Pengertian Rentenir

Secara awam dapat didefenisikan bahwa rentenir adalah orang yang meminjamkan uang kepada nasabahnya dalam rangka memperoleh profit melalui penarikan bunga yang cukup tinggi.

Satu hal yang perlu diperhitungkan adalah bahwa rentenir adalah agen kapitalis yang seluruh aktivitasny untuk mencari profit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rentenir memiliki dua wajah, yaitu rentenir sebagai “lintah darat” karena menarik bunga yang tingi, tetapi sekaligus sebagai “agen perkembangan”


(36)

pada sisi yang lain karena menopang dinamika perdagangan dan mencukupi kelangkaan uang tunai masyarakat (Ridwan mohammad : 2006).

Jadi rentenir adalah sosok sumber daya yang sangat diperlukan bagi para pedagang untuk mendukung aktivitasnya baik secara langsung ataupun tidak. Secara langsung kredit dari rentenir itu untuk kegiatan produksi, sedangkan secara tidak langsung kredit itu digunakan untuk konsumsi baik yang wajar hingga yang konsumtif (Heru Nugroho , 2001 : 18).

2.3.2 Sejarah Kegiatan Rentenir

Data Biro Pusat Statistik 2000 menunjukkan data bahwa hanya sebagian kecil usaha kecil dan rumah tangga yang memanfaatkan bank untuk menutupi kekurangan modal usahanya. Hal ini disebabkan karena adanya kesenjangan antara lembaga keuangan perbankan dengan usaha kecil. Salah satu sebab kesenjangan tersebut adalah lembaga keuangan perbankan merupakan lembaga keuangan yang dikelola secara modern, sedangkan usaha kecil khususnya pedagang kecil sebagian besar dikelola secara tradisional tanpa memiliki pembukuan yang baik.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga keuangan bank atau non bank yang bersifat formal beroperasi di pedesaan, pada umumnya tidak menjangkau golongan ekonomi lemah ke bawah. Ketidakmampuan tersebut terutama dari sisi penanggulangan resiko dan biaya operasi, juga dalam identifikasi usaha dan pemantauan penggunaan kredit yang layak usaha.


(37)

Ketidakmampuan penanggulangan ini menjadi penyebab terjadinya kekosongan pada segmen pasar keuangan di daerah pedesaan. Dampaknya sekitar 70 – 90 % kekosongan ini diisi oleh lembaga keuangan non formal, termasuk yang ikut beroperasi adalah para rentenir dengan pembebanan tingkat suku bunga yang sangat tinggi dan memberatkan dalam pengembaliannya (Muhammad, 2000:65).

2.3.3 Praktek Rentenir

Di Indonesia pemerintah secara langsung maupun tidak langsung sudah sejak lama mencoba mendekatkan sumber daya uang kepada masyarakat pedesaan. Adanya lembaga keuangan formal memperlihatkan adanya keinginan untuk membantu kekurangan dana yang banyak dialami penduduk pedesaan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya (Khudzaifah : 1997).

Akan tetapi mengingat banyaknya masalah yang dihadapi, maka sejak lama pula berbagai program perbankan yang disponsori pemerintah itu belum memberikan hasil seperti yang diharapkan. Sumber kredit tidak resmi, yang pelan-pelan akan dihapuskan pemerintah, karena dianggap menjerat kehidupan masyarakat dalam realitasnya tetap dapat bertahan bahkan terus mangalami perkembangan seiring dengan perkembangan pasar. Sumber kredit informal ini misalnya rentenir yang umumnya meminjamkan dananya dengan tingkat bunga yang sangat tinggi. Situasi kekurangan uang menyebabkan penduduk pedesaan memiliki beban hutang yang sangat berat. Meskipun para rentenir dicemooh dengan berbagai caci maki atas profesinya oleh pihak luar yang terkait dengan


(38)

kredit itu, tetapi rentenir tidak dianggap musuh oleh nasabahnya. Banyak orang menganggap bahwa rentenir tersebut sebagai orang yang berjasa bukan hanya dalam membantu kebutuhan dagangnya tetapi juga kebutuhan hidup lainnya (Khudzaifah : 1997).

Dalam praktek rentenir ini kepercayaan sangat menentukan terjadinya suatu transaksi. Jaminan dan prosedur peminjaman tidaklah dipentingkan. Oleh karena itu masyarakat yang berpendapatan rendah lebih menyukai bertransaksi dengan rentenir.

2.3.3.1 Praktek Rentenir

Pada umumnya praktek memberikan pinjaman ini bukan merupakan pekerjaan pokok mereka. Munculnya praktek ini disebabkan karena lembaga keuangan formal belum mampu menjangkau kebutuhan masyarakat bawah atau para nasabahnya secara efektif. Di samping itu rentenir memiliki karakteristik khusus yang pada umunya tidak dimiliki oleh lembaga kredit formal. Menurut Ng. Beoy Kui karakteristik tersebut antara lain :

1. Dana modal diperoleh kapan saja dan dimana saja

2. Prosedur yang sederhana dan tidak diperlukan pengisisan formulir permohonan

3. Terdapa kaitan yang erat antara kebutuhan nasabah dalam pemenuhan kebutuhan input, kredit dan pemasaran hasil


(39)

5. Biaya transaksi yang ditanggung peminjam relatif rendah

6. Pencairan dana dengan cepat sesuai dengan kebutuhan mendadak

7. Penggunaan dana leluasa, tidak terbatas untuk kegiatan ekonomi (produksi) 8. Merupakan sumber penghasilan dan infestasi yang menguntungkan bagi

pemilik uang yang enggan menitipkan uangnya di lembaga formal

2.3.3.2 Citra Universal Rentenir

Pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa pekerjaan rentenir ibarat menikmati kesusahan orang lain, lintah darat, tidak punya perasaan, kejam, pemeras dan citra buruk lainnya. Akan tetapi, walaupun citra buruk dibangun oleh berbagai kebudayaan, profesi ini tidak surut bahkan ada kecenderungan semakin berkembang sejalan dengan berkembangnya perdagangan. Buktinya pemerintah sampai saat ini sangat kewalahan mengatasi rentenir yang sudah berkembang.

2.3.4 Mekanisme Transaksi Kredit

Perbankan memiliki hubungan yang formal dengan para nasabahnya. Apabila seseorang akan mengajukan kredit kepada perbankan, maka mereka harus datang ke kantor perbankan dengan hari dan jam yang telah ditentukan. Dalam hal ini tidak menjadi persoalan sejauh pengambilan kredit oleh para nasabahnya memang akan digunakan untuk tujuan produktif sebagaiman diinginkan oleh pemerintah. Akan tetapi bagi warga yang akan membutuhkan dana untuk keperluan konsumtif, hal ini yang biasanya menimbulkan masalah. Pemenuhan kebutuhan hidup adalah sesuatu yang pribadi, karena hal itu menyangkut


(40)

kehormatan dan harga diri keluarga. Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa akhirnya masyarakat yang tidak memiliki usaha pokok enggan berhubungan dengan perbankan yang disponsori oleh pemerintah.

Rentenir banyak berhubungan dengan masyarakat yang secara sosial tidak memiliki usaha pokok. Meskipun rentenir memiliki kantor yang tetap, akan tetapi lembaga ini tidak menggunakan kantornya untuk menerima masyarakat yang berhutang. Kantor yang ada hanya sebagai pos para pegawainya untuk melayani nasabah-nasabah dari rumah ke rumah. Mereka akan langsung datang dari rumah ke rumah dengan berbagai pendekatan kepada masyarakat. Hubungan antara rentenir dengan nasabah dengan demikian akan menjadi intim. Rentenir yang beroperasi sering pula memperhatikan lingkungan sosialnya, menunjukkan sikap kedermawanannya, dan mengikuti kegiatan sosial lainnya.

Ikatan batin antara rentenir dan para nasabah di atas membuat urusan perkreditan, khususnya persoalan pengembalian kredit menjadi sederhana dalam arti bahwa proses mekanisme transaksi pengembalian kredit menjadi lancar. Meskipun bunga yang dibebankan kepada nasabah relatif cukup tinggi, akan tetapi para nasabah membayar kembali kredit itu sebagai kewajiban sosial mereka. Dari sinilah letak mengapa tunggakan kredit pada rentenir menjadi sangat kecil.

Rentenir datang membawa uang yang dibutuhkan oleh nasabah ke rumah nasabah masing-masing. Merekapun menagih angsuran ke rumah-rumah para nasabah. Kunjungan untuk menagih ke rumah telah disetujui bersama antara nasabah dengan rentenir. Sementara itu, rentenir akan mengurungkan


(41)

penagihannya bahkan akan menawarkan pinjaman baru manakala ia melihat nasabah menghadapi kekurangan uang. Dengan demikian, nasabah yang sebagian besar pedagang kecil merasa selalu dipercaya oleh rentenir. Karena merasa dipercaya, merekapun selalu akan berusahan memenuhi kewajibannya dengan mengangsur setiap hari. Bunga yang tinggi atau yang rendah, bukan menentukan kemauan masyarakat menjalin hubungan dengan rentenir. Faktor yang paling menentukan dalam hubungan ini adalah kejujuran dari rentenir, di samping kemudahan dalam memperoleh pelayanan itu.

Walaupun telah banyak usaha yang telah dilakukan perbankan untuk pengembangan usaha kecil, akan tetapi mereka belum mampu melayani sebagian besar golongan miskin di pedesaan. Bahkan kehadiran rentenir semakin hari semakin dibutuhkan oleh masyarakat.

2.4 Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Ada dua defenisi usaha kecil yang di kenal di Indonesia. Pertama, menurut UU No.9 tahun 1995 tentang usaka kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp. 1 milyar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp. 200 juta. Kedua, menurut Biro Pusat Statiskit (BPS), usaha kecil identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga. BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu:

1. Industri rumah tangga dengan pekerja 1- 4 orang


(42)

3. Industri menengah dengan pekerja 20 – 99 orang 4. Industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih

Kebijakan pemerintah untuk memberikan kesempatan yang sama kepada kegiatan usaha kecil dan menengah (UKM) untuk dapat maju dan berkembang sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya, merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi ketahanan dan keamanan perekonomian Indonesia di masa mendatang. Ini artinya bahwa UKM harus dapat tumbuh dengan baik, sehingga masalah mengenai pengangguran, rendahnya minat investasi dan ekonomi biaya tinggi dapat berkurang secara nyata.

2.4.1 Analisis Usaha Kecil Menengah

Masalah ekonomi biaya tinggi hanya dapat diatasi dan diselesaikan dengan baik, apabila keberadaan pemerintahan yang bersih dan jujur dan bertanggung jawab (good governance) diupayakan secara sunguh-sungguh dan berkesinambungan. Apabila ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka akan berdampak secara langsung terhadap penurunan terhadap ekonomi biaya tinggi, baik yang terjadi di pemerintahan maupun yang dilakukan oleh para pengusaha, termasuk pengusaha dengan skala kecil dan menengah. Paling tidak biaya untuk perijinan, restribusi dan pajak serta sejenisnya dapat mengurangi beban para pengusaha kecil dan menengah. Kemudian masalah masih tingginya pengangguran, dapat dikurangi secara nyata apabila kemudahan bagi pengembangan UKM nyata-nyata terlaksana dengan baik. Semakin banyak


(43)

jumlah UKM serta semakin berkualitas dan berkembang UKM, maka akan berpeluang untuk menyerap lebih banyak tenaga kerja.

Badan Pusat Statistik (2003) menyebutkan bahwa jumlah UKM tercatat 42,3 juta atau 99,90 % dari total jumlah unit usaha.UKM menyerap tenaga kerja sebanyak 79 juta atau 99,40 % dari total angkatan kerja.Kontribusi UKM dalam pembentukan PDB sebesar 56,70 %. Kemudian sumbangan UKM terhadap penerimaan devisa negara melalui kegiatan ekspor sebesar Rp 75,80 triliun atau 19,90 % dari total nilai ekspor. Dengan berbagai spefikasinya, terutama modalnya yang kecil sampai tidak terlalu besar, dapat merubah produk dalam waktu yang tidak terlalu lama dan manajemennya yang relatif sederhana serta jumlahnya yang banyak dan tersebar di wilayah nusantara, menyebabkan UKM memiliki daya tahan yang cukup baik terhadap berbagai gejolak ekonomi.

Berbagai permasalahan mikro yang terdapat pada kebanyakan UKM, dapat menghambat UKM untuk dapat berkembang dengan baik, terutama dalam mengoptimalkan peluang yang ada. Kondisi tersebut memberikan isyarat bahwa UKM sepantasnya diberikan bantuan sesuai dengan kebutuhannya. Sehubungan dengan permasalahan secara umum yang dialami oleh UKM, Badan Pusat Statistik (2003) mengidentifikasikan sebagai berikut:

1. Kurang permodalan

2. Kesulitan dalam pemasaran 3. Persaingan usaha ketat 4. Kesulitan bahan baku


(44)

6. Keterampilan manajerial kurang

7. Kurang pengetahuan manajemen keuangan

8. Iklim usaha yang kurang kondusif (perijinan, aturan/perundangan)

2.4.2 Strategi Pengembangan UKM

Menurut Suhendar Sulaeman strategi yang diterapkan dalam upaya mengembangkan UKM di masa depan terlebih dalam menghadapi pasar bebas di tingkat regional dan global, sebaiknya memperhatikan kekuatan dan tantangan yang ada, serta mengacu pada beberapa hal sebagai berikut:

1. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan menyediakan lingkungan yang mampu mendorong pengembangan UKM secara sistemik, mandiri dan berkelanjutan

2. Mempermudah perijinan, pajak dan restribusi lainnya

3. Mempermudah akses pada bahan baku, teknologi dan informasi

4. Menyediakan bantuan teknis (pelatihan, penelitian) dan pendampingan dan manajemen (SDM, keuangan dan pemasaran) melalui BDSP (Busines Development Services)

5. Secara rutin BDSP (Busines Development Services) melakukan pertemuan, lokakarya model pelayanan bisnis yang baik dan tepat

6. Mendorong BDSP (Busines Development Services) untuk masing-masing memiliki keahlian khusus (spesialis), seperti: di bidang pengembangan SDM, keuangan, pemasaran. Ini terutama diperlukan bagi upaya pelayanan kepada usaha menengah yang pasarnya regional dan global


(45)

7. Menciptakan sistem penjaminan kredit yang terutama disponsori oleh pemerintah pusat dan daerah


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian adalah langkah dan proses yang dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris, agar diketahui pokok permasalahan yang sedang dihadapi dan bagaimana memecahkan permasalahan tersebut.

Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan cara sebagai berikut:

3.1Metode Pengumpulan Data 3.1.1 Daerah Penelitian

Daerah penelitian dilaksanakan di Kecamatan Raya, yaitu di Merek Raya dan Pematang Raya.

3.1.2 Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah seluruh pedagang yang tinggal di daerah tersebut yang meminjam uang dari rentenir.

3.1.3 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Random yang dilakukan dengan mengambil orang-orang yang benar-benar terpilih oleh


(47)

peneliti sesuai dengan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh sampel itu (Soeratno dan Lincolin Arsyad : 1993).

Dalam penelitian sosial, dikenal dengan hukum kemungkinan (hukum probabilitas) yaitu kesimpulan yang dapat ditarik dari populasi dapat menggambarkan kepada seluruh pupulasi (Burhan Bungin : 2001). Pada penelitian ini jumlah populasi tidak diketahui secara pasti oleh karena itu peneliti mengambil jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 responden yang tinggal di Merek Raya dan Pematang Raya. Dengan asumsi responden tersebut adalah penduduk daerah tersebut.

3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan baik data kualitatif maupun data kuantitatif yang relevan, terarah dan bertujuan sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam pencapaian tujuan dari penulis, maka dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

Data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara langsung dan menyebarkan kuesioner kepada nasabah rentenir di Pasar Kecamatan Raya.

3.2.1 Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui berbicara dan berhadapan muka


(48)

dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada sipeneliti (Mardalis : 1995).

3.2.2 Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis : 1995).

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan pengutipan dari sumber lain yang menerbitkan data tersebut (Soeratno dan Lincolin Arsyad : 1993).

3.3Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan program E-Views 5.0, SPSS 16 dan Excel 2007. Dalam pengolahan dimulai dari pentabulasian data hingga mendapatkan deskripsi informasi pendukung penelitian.

3.4Metode Analisis Data

Sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan dalam penelitian ini, maka alat analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis deskriptif dan dan kuantitas.


(49)

Yaitu metode analisis dengan pendeskripsian variabel-variabel yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti sebagai pendukung hasil dari analisis kuantitatif.

3.4.2 Analisis Kuantitatif

Yaitu metode analisis data dan hal-hal yang berhubungan dengan angka dan menggunakan rumus-rumus dan teknik-teknik penghitungan yang digunakan untuk menganalisis masalah yang sedang diteliti.

Metode analisis yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara variabel terikat dan variabel bebasnya adalah dengan menggunakan model regresi berganda. Adapun model persamaannya adalah sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + µ

Dimana :

Y = Pendapatan pedagang (Rp)

X1 = Jumlah pinjaman dari rentenir (Rp) X2 = Hasil Produksi (Rp)

X3 = Bunga pinjaman (%) α = Intercept / konstanta β1, β2, β3 = Koefisien regresi

µ = Kesalahan penganggu / error


(50)

> 0, artinya apabila X1 ( Jumlah pinjaman dari rentenir) mengalami kenaikan, maka Y ( Pendapatan masyarakat) juga akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

> 0, artinya apabila X2 ( Hasil produksi ) mengalami kenaikan, maka Y (Pendapatan masyarakat) juga akan mengalami kenaikan, ceteris

paribus.

> 0, artinya apabila X3 ( Bunga Pinjaman ) tinggi, maka Y ( Pendapatan masyarakat) tetap mengalami peningkatan, ceteris paribus.

3.5Uji Validitas dan Reliabilitas 3.5.1 Uji Validitas

Menurut Matius Bangun (2008:31) validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atas instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut.

Uji validitas instrument penelitian menggunakan software SPSS 16, menurut Singgih Santoso (2006:136-141) dasar pengambilan keputusan mengenai validitas adalah:

a. Jika r hasil positif, serta r hasil > t tabel, butir atau variabel tersebut valid


(51)

b. Jika r hasil negatif, serta r hasil < t tabel, butir atau variabel tersebut tidak valid

3.5.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1989). Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu.

Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu dengan teknik belah dua. Teknik ini diperoleh dengan membagi item-item yang sudah valid secara acak menjadi dua bagian. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan, sehingga diperoleh skor total untuk masing-masing item belahan. Selanjutnya skor total belahan pertama dan belahan kedua dicari korelasinya dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah daripada angka korelasi yang diperoleh jika alat ukur tersebut tidak dibelah.

Cara mencari reliabilitas menurut Arikunto,2002 adalah sebagai berikut:

r

11

=

X

Dimana:

r11 : reliabilitas instrumen (Cronbach’s Alpha) k : banyaknya butir pertantaan


(52)

σt : varians total

Nilai dari r11 yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan nilai rtabel. Jika nilai r11 > rtabel maka instrument tersebut reliabel, sebaliknya jika nilai r11 lebih kecil dari nilai rtabel maka instrument tersebut tidak reliabel (Sugiyono,2005).

3.6Uji Kesesuaian

3.6.1 Uji Koefisien Determinasi

Pengujian ini dilakukan untuk melihat kebaikan garis regresi yang dicocokkan terhadap kumpulan data. Koefisien Determinasi (R2) merupakan ikhtisar yang menyatakan seberapa baik garis regresi sampel mencocokkan data secara verbal R2 dengan mengukur proporsi bagian atau persentase total variasi dalam Y yang menjelaskan model Regresi.

Adapun model persamaannya adalah sebagai berikut:

Ri =

Dimana :

R = Koefisien determinasi Y = Variabel dependen Xi = Variabel independen


(53)

i = 1,2,3,…,dst

Batasan adalah 0 < R2 < 1, apabila R2 sebesar 1 hal ini berarti kecocokan sempurna. R2 sama dengan 1 berarti garis regresi yang cocok adalah menjelaskan 100% variabel Y, dan sebaliknya apabila R2 bernilai 0 maka berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Kecocokan model dikatakan lebih baik apabila koefisien determinasi mendekati 1.

3.6.2 Uji t-statistik (Uji Parsial)

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : βi = 0 (tidak ada pengaruh) Ha : βi≠ 0 (ada pengaruh) Kriteria pengambilan keputusan :

Ho : β1= β2= β3 = 0 Ho diterima (t* < t-tabel) artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0 Ha diterima (t* > t-tabel) artinya variabel independen secara simultan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.


(54)

Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

t

*

=

Dimana:

t* = t-hitung

bi = Koefisien variabel ke-i b = Nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i

3.6.3 Uji Keseluruhan (Uji F-Statistik)

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut:

Ho : β1= β2= β3 =0 (tidak ada pengaruh) Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠0 (ada pengaruh) Kriteria pengambilan keputusan :

Ho : β1 = β2 = β3 = 0 Ho diterima (F* < F-tabel) artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.


(55)

Ha : β1≠ β2≠ β3≠ 0 Ha diterima (F* > F-tabel) artinya variabel independen secara simultan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

F

*

=

Dimana:

F* = F-hitung

R2 = Koefisien determinasi k = Jumlah variabel independen n = Jumlah sampel

3.7Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1 Multikolineritas

Multikolineritas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya. Untuk


(56)

mengetahui ada tidaknya multikolineritas dapat dilihat dari nilai R-Square, F-hitung, t-hitung serta standard error.

Adanya multikolineritas ditandai dengan: 1. Standard error tidak terhingga

2. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α = 10% dan α = 1%

3. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori 4. R2 sangat tinggi

3.7.2 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskodastisitas terjadi apabila nilai varian dari variabel dependen (Y) meningkat sebagai akibat meningkatnya varian dari variabel independen (X), maka varian dari Y adalah tidak sama atau variabel gangguan tidak mempunyai varian yang sama untuk semua observasi.

Untuk menguji ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini, kita akan menggunakan metode X2 (Chi-Square), dimana kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1. Ho diterima ( X2 < X2-tabel) tidak terjadi heteroskedastisitas 2. Ha diterima ( X2 > X2-tabel ) terjadi heteroskedastisitas

3.7.3 Uji Linieritas

Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah spesifikasi model untuk digunakan sudah benar atau tidak. Salah satu uji yang digunakan untuk menguji


(57)

linieritas adalah uji Ramsey (Ramsey Reset Test). Ketentuannya adalah apabila F-hitung > F-tabel maka model tersebut tidak linier, sedangkan apabila F-F-hitung < F-tabel maka model adalah linier.

3.7.4 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk memastikan apakah faktor pengganggu (µ) berdistribusi normal atau tidak. Untuk melakukan uji normalitas digunakan

Jarcue-Berra Test. Yang perlu diperhatikan dalam Jarcue-Berra Test adalah

angka probabilitynya > 0.05 maka data berdistribusi normal, sebaliknya apabila angka probabilitynya < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal.

3.8Defenisi Operasional

1. Pendapatan (Y) adalah sejumlah uang yang diterima oleh pedagang sebagai hasil penjualan yang dinyatakan dan dimaksudkan untuk digunakan dalam konsumsi pemenuhan kebutuhan hidup (dalam Rupiah)

2. Jumlah pinjaman dari rentenir adalah jumlah dana yang di pinjam oleh masyarakat dari rentenir ( dalam Rupiah)

3. Hasil produksi adalah hasil penjuan yang di dapatkan pedagang (dalam Rupiah)


(58)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Simalungun terletak antara 02036’-03018’ Lintang Utara dan 98032’-99035’ Bujur Timur. Kabupaten simalungun memiliki motto Habonaron

do Bona. Adapun batas wilayah Kabupaten Simalungun adalah Sebagai berikut:

Batas sebelah Utara : Kabupaten Serdang Bedagai Batas sebelah Timur : Kabupaten Asahan

Batas sebelah Selatan : Kabupaten Toba Samosir / Kabupaten Samosir

Batas sebelah Barat : Kabupaten Karo

Luas wilayah Kabupaten Simalungun adalah 4.386,6 Km2 atau 6,12 % dari luas wilayah Propinsi Sumatera Utara, dan terdiri dari 31 kecamatan, 22 kelurahan, dan 345 desa/nagori.


(59)

Tabel 4.1 Luas Kabupaten Simalungun Berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Persen

1 Silimakuta 77,50 1,77

2 Pematang Silimahuta 68,20 1,55

3 Purba 172,00 3,92

4 Haranggaol Horison 34,50 0,79

5 Dolok Pardamean 99,45 2,27

6 Sidamanik 83,56 1,90

7 Pematang Sidamanik 125,19 2,85

8 Girsang Sipangan Bolon 123,00 2,80

9 Tanah Jawa 213,95 4,88

10 Hatonduhan 275,80 6,29

11 Dolok Panribuan 154,30 3,52

12 Jorlang Hataran 92,25 2,10

13 Panei 72,30 1,65

14 Panombean Panei 82,20 1,87

15 Raya 335,60 7,66

16 Dolog Silau 288,45 6,58

17 Silau Kahean 220,50 5,04

18 Raya Kahean 226,25 5,16

19 Tapian Dolok 116,90 2,66

20 Dolok Batu Nanggar 126,10 2,87

21 Siantar 79,11 1,80

22 Gunung Malela 108,97 2,48

23 Gunung Maligas 58,52 1,33

24 Hutabayu Raja 156,13 3,56

25 Jawa Maraja Bah Jambi 73,72 1,68

26 Pematang Bandar 95,00 2,17

27 Bandar Huluan 102,35 2,33

28 Bandar 109,18 2,49

29 Bandar Masilam 97,72 2,23

30 Bosar Maligas 294,40 6,71

31 Ujung Pandang 223,50 5,09

Kabupaten Simalungun 4.386,60 100,00


(60)

Kecamatan Raya merupakan kecamatan yang memiliki luas wilayah di urutan pertama di seluruh daerah di Kabupaten Simalungun. Luas wilayah Kecamatan Raya tersebut adalah 335,60 atau dengan kata lain 7,66 % dari total jumlah wilayah Kabupaten Simalungun.

4.1.2 Iklim

Keadaan iklim Kabupaten Simalungun bertemperatur sedang, suhu tertinggi terdapat pada bulan juni dengan rata-rata 25,90 C. Rata-rata suhu udara tertinggi per tahun adalah 30,00C dan terendah 21,00C. Kelembaban udara rata-rata perbulan 84,0 % dengan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan januari dan maret yaitu 87% degan penguapan rata-rata 3,18 mm/hari.

Dalam satu tahun rata-rata terdapat 15 hari hujan dengan hari hujan tertinggi terdapat pada bulan maret sebanyak 23 hari hujan, kemudian bulan desember sebanyak 19 hari hujan. Curah hujan terbanyak terdapat pada bulan september sebesar 478 mm.

4.1.3 Pemerintahan

Kabupaten Simalungun terdiri dari 31 kecamatan, 345 nagori (desa) dan 22 kelurahan dengan jarak rata-rata ibukota kecamatan ke ibukota kabupaten (Raya) antara 18 km s.d 127 km. Ada 276 nagori (desa)/kelurahan merupakan desa swasembada dan 91 desa swakarsa.


(61)

4.1.4 Penduduk

Penduduk Kabupaten Simalungun tahun 2009 sebanyak 859.879 jiwa yang terbagi laki-laki sebanyak 430.913 jiwa dan perempuan 428.966 jiwa dan terbesar di 31 kecamatan, dengan perbandingan penduduk laki-laki dan penduduk perenpuan sebesar 100,45. Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Bandar yaitu sebesar 67.807 jiwa dan terkecil di Kecamatan Haranggaol Horison yang hanya sebesar 5.883 jiwa.

Kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar terdapat di Kecamatan Raya dengan luas 335,60 km2 dan wilayah terkecil di Kecamatan Haranggaol Horison sebesar 34,50 km2. Wilayah yang paling padat penduduknya terdapat di Kecamatan Bandar Masilam ( 621 jiwa/km ), disusul Kecamatan Gunung Maligas (440 jiwa/km) dan Siantar (415 jiwa/km).


(62)

Tabel 4.2 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Penduduk dan Kepadatannya

No Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah Desa/Kel urahan Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km)

1 Silimakuta 77,50 6 12.002 154

2 Pematang Silimahuta 68,20 8 10.862 159

3 Purba 172,00 10 18.807 109

4 Haranggaol Horison 34,50 5 5.883 170

5 Dolok Pardamean 99,45 11 15.144 152

6 Sidamanik 83,56 13 30.868 369

7 Pematang Sidamanik 125,19 10 16.131 128

8 Girsang Sipangan Bolon 123,00 5 14.328 116

9 Tanah Jawa 213,95 20 49.773 232

10 Hatonduhan 275,80 9 20.573 74

11 Dolok Panribuan 154,30 14 19.648 127

12 Jorlang Hataran 92,25 10 18.670 202

13 Panei 72,30 13 25.468 352

14 Panombean Panei 82,20 10 21.323 259

15 Raya 335,60 18 31.739 94

16 Dolog Silau 288,45 10 13.876 48

17 Silau Kahean 220,50 16 16.818 76

18 Raya Kahean 226,25 11 18.120 80

19 Tapian Dolok 116,90 10 35.239 301

20 Dolok Batu Nanggar 126,10 15 39.712 314

21 Siantar 79,11 17 62.833 415

22 Gunung Malela 108,97 16 34.107 312

23 Gunung Maligas 58,52 9 25.762 440

24 Hutabayu Raja 156,13 13 32.669 209

25 Jawa Maraja Bah Jambi 73,72 8 22.737 209

26 Pematang Bandar 95,00 12 34.714 308

27 Bandar Huluan 102,35 10 26.728 365

28 Bandar 109,18 15 67.807 261

29 Bandar Masilam 97,72 9 26.357 621

30 Bosar Maligas 294,40 17 46.106 269

31 Ujung Pandang 223,50 17 45.075 156

Kabupaten Simalungun 4.386,60 367 859.879 196


(63)

Kecamatan Raya menjadi urutan ke 26 dari 31 kecamatan dari jumlah kepadatan penduduk yaitu 94 jiwa/km. Sedangkan pada jumlah desa/kelurahan menjadi urutan urutan ke 2 dari keseluruhan kecamatan di Kabupaten Simalungun yaitu 18 desa/kelurahan.

Jika dilihat dari jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenir kelamin maka penduduk di Kabupaten Simalungun dapat di gambarkan seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

No Kelompok

Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 0 – 4 45.396 42.728 88.124

2 5 – 9 49.018 46.168 95.186

3 10 – 14 52.531 49.359 101.890

4 15 – 19 49.178 46.118 95.296

5 20 – 24 39.491 36.032 75.523

6 25 – 29 30.452 30.010 60.462

7 30 – 34 30.480 30.989 61.469

8 35 – 39 26.720 29.569 56.289

9 40 – 44 26.959 28.809 55.768

10 45 – 49 22.665 23.708 46.373

11 50 – 54 18.778 18.555 37.333

12 55 – 59 10.858 12.161 23.019

13 60 – 64 10.596 12.005 22.601

14 65 – 69 6.742 7.992 14.734

15 70 – 74 5.213 6.846 12.059

16 >75 5.836 7.917 13.753

Jumlah 430.913 428.996 859.879


(64)

Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa jumlah peduduk laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Menurut kelompok umur, jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang paling banyak adalah berumur 10-14 tahun.

4.1.5 Pendidikan

Sarana pendidikan yang tersedia di Kabupaten Simalungun untuk tingkat SD s/d SMA baik negeri maupun swasta berjumlah 1.043 sekolah. Di tingkat SD jumlah sekolah negeri sebanyak 806 buah dan swasta 45 buah, dengan jumlah guru SD negeri sebanyak 8.576 orang dengan rasio murid terhadap guru seberar 12, sedangkan untuk SD swasta jumlah guru 400 orang dengan ratio murid terhadap guru yang lebih tinggi dibandingkan dengan SD negeri yaitu sebesar 7.

Pada tingkat SMP, jumlah sekolah negeri sebanyak 51 sekolah dan sekolah swasta sebanyah 88 sekolah, dengan jumlah guru SMP negeri sebanyak 1.929 orang dan SMP swasta sebanyak 1.229 orang dengan rasio murid terhadap guru masing-masing sebesar 8 untuk SMP negeri dan 13 untuk SMP swasta.

Untuk tingkat SMA, jumlah sekolah negeri sebanyak 20 sekolah dengan jumlah guru 768 orang dan rasio murid terhadap guru sebesar 11, sedangkan jumlah sekolah swasta sebanyak 30 sekolah dengan jumlah guru 579 orang dan rasio murid terhadap guru sebesar 13.

Untuk tingkat SMK negeri hanya ada 2 yakni di Kecamatan Raya dengan jumlah guru 70 orang dan murid 673 orang dan Kecamatan Bandar Masilam dengan jumlah guru 11 orang dan murid sebanyak 61 orang, sementara SMK


(65)

swasta jumlah sekolah mencapai 27 sekolah dan jumlah guru 427 orang dan murid 8.978 orang.

Tabel 4.4 Daftar Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Simalungun

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2009

Jumlah sekolah yang paling banyak adalah SD negeri yaitu sebanyak 806 sekolah, sedangkan yang paling sedikit adalah SMK negeri sebanyak 2 sekolah. Jumlah guru yang mengajar yang paling banyak juga di SD negeri sebanyak 8576 orang dan yang paling sedikit adalah guru yang mengajar di SMK negeri sebanyak 70 orang. Jumlah murid juga sama seperti jumlah sekolah dan jumlah guru, jumlah murid SD negeri adalah yang paling banyak yaitu sampai mencapai 102.912 orang dan yang paling sedikit juga pada SMK negeri yaitu sebanyak 734 orang.

NAMA SEKOLAH

JUMLAH SEKOLAH

JUMLAH GURU

JUMLAH MURID

SD Negeri 806 8576 102912

SD Swasta 45 400 2800

SMP Negeri 51 1929 15432

SMP Swasta 88 1229 9832

SMA Negeri 20 768 8448

SMA Swasta 30 579 7527

SMK Negeri 2 70 734


(66)

4.1.6 Kesehatan

Sarana kesehatan yang tersedia seperti rumah sakit baik oleh pemerintah, swasta maupun perkebunan berjumlah 9 buah dimana terdapat 2 RS pemerintah, 5 RS swasta dan 2 RS perkebunan. Sarana kesehatan untuk tingkat kecamatan seperti puskesmas terdapat diseluruh kecamat dengan berjumlah 34 buah. Sementara tenaga medis yang ada seperti dokter umum berjumlah 120 orang, dokter spesialis sebanyak 1 orang, dokter gigi sebanyak 36 orang. Kemudian bidan sebanyak 428 orang dan bidan PTT sebanyak 330 orang.

4.1.7 Agama

Kabupaten Simalungun memiliki sarana ibadah, khususnya mesjid dan Gereja terdapat diseluruh kecamatan. Mesjid berjumlah 802 buah, Langgar 302 buah, Gereja Protestan 1.049 buah, Gereja Katholik 168 buah dan Vihara 2 buah. Secara persentase pemeluk agama islam sebanyak 57,41 %, Kristen 42,14 % dan lainnya 0,45 %.

4.1.8 Pasar

Defenisi pasar secara umum adalah suatu tempat terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli atau tempat biasanya terdapat penawaran dan permintaan. Keberadaan suatu pasar dari segi kuantitas dan kwalitas sangat ditentukan oleh keadaan sosial ekonomi masyarakat, artinya bila kebutuhan masyarakat terhadap suatu barang meningkat maka akan mendorong munculnya pasar maupun jenis komoditi yang doperdagangkan. Jumlah pasar di Kabupaten Simalungun tahun 2009 ada sebanyak 51 unit.


(67)

Tabel 4.5 Jumlah Pasar di Kecamatan Raya

NO KECAMATAN

JUMLAH PASAR/PEKAN

2005 2006 2007 2008 2009

1 Silimakuta 2 2 2 2 1

2 Pematang Silimahuta - - - - -

3 Purba 1 1 1 1 1

4 Haranggaol Horison 1 1 1 1 1

5 Dolok Pardamean 3 3 1 1 1

6 Sidamanik 6 6 4 4 4

7 Pematang Sidamanik - - 2 2 2

8 Girsang Sipangan Bolon 3 3 1 1 1

9 Tanah Jawa 1 1 2 2 1

10 Hatonduhan 1 1 1 1 1

11 Dolok Panribuan 1 1 1 1 1

12 Jorlang Hataran 1 1 1 1 1

13 Panei 3 3 2 2 1

14 Panombean Panei - - - - -

15 Raya 2 2 2 2 2

16 Dolog Silau 4 4 2 2 2

17 Silau Kahean 2 2 1 1 1

18 Raya Kahean 2 2 1 1 2

19 Tapian Dolok 4 4 4 4 1

20 Dolok Batu Nanggar 2 2 2 2 2

21 Siantar 2 2 1 1 1

22 Gunung Malela - - - - -

23 Gunung Maligas - - - - -

24 Hutabayu Raja 5 5 5 5 3

25 Jawa Maraja Bah Jambi 1 1 1 1 1

26 Pematang Bandar 3 3 2 2 2

27 Bandar Huluan - - 1 1 1

28 Bandar 6 6 3 3 2

29 Bandar Masilam - - 3 3 3

30 Bosar Maligas 7 7 7 7 6

31 Ujung Pandang 5 5 5 5 5

Kabupaten Simalungun 68 68 59 59 51


(68)

Jumlah pasar di Kecamatan Raya ada 2 buah yaitu di Pematang Raya yang sering disebut Tiga Raya dan di Merek Raya yang sering disebut Tiga Merek. Pasar yang ada di Pematang Raya saat ini baru di renovasi menjadi 2 lantai dan sudah disusun rapi dimana pada pasar tersebut di lantai 2 di khususkan untuk pedagang kain. Sedangkan di Pasar yang ada di Merek Raya keadaannya sangat buruk. Para pedagang dapat mengambil tempat sesuai dengan yang mereka inginkan. Skema gambar pasar yang ada di Kecamatan Raya ini dapat dilihat pada lampiran.

4.1.9 Tanaman dan Makanan

Kabupaten Simalungun adalah penghasil padi terbesar si Sumatera Utara. Pada tahun 2009 Kabupaten Simalungun menghasilkan padi sebanyak 465.977 ton yang terdiri dari padi sawah sebanyak 418.763 ton dan padi ladang sebanyak 47.214 ton. Produksi padi sawah berasal dari luas panen bersih sebesar 82.330 Ha dan produksi padi ladang berasal dari luas panen bersih sebesar 47.214 Ha.

Saat ini jagung juga merupakan salah satu komoditi andalan bagi petani, karena disamping biaya produksi yang relatif rendah dibanding komoditas lainnya, juga memiliki nilai tambah yang lebih besar. Kecamatan yang menghasilkan jagung paling banyak adalah Purba, Dolok Pardamean dan Pematang Sidamanik. Produksi jagung dari Kecamatan Purba sebesar 22.645 ton, sedangkan di Kecamatan Dolok Pardamean sebesar 19.503 ton dan dari Kecamatan Pematang Sidamanik produksi jagung sebesar 19.406 ton.


(69)

4.1.10 Perkebunan

Sektor perkebunan mempunyai perana yang cukup besar terhadap perekonomian Kabupaten Simalungun yang mana sumbangan sub sector perkebunan terhadap PDRB Kabupaten Simalungun tahun 2009 cukup tinggi.

Tanaman perkebunan yang ada di Kabupaten Simalungun baik yang dikelola oleh rakyat (perkebunan rakyat) maupun perkebunan swasta/PTPN, seperti karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, cokelat, the dan lain-lain memberikan nilai yang cukup berarti bagi usaha peningkatan pendapatan masyarakat, hal ini terlihat dari produksi yang dihasilkan oleh perkebunan tersebut. Tanaman perkebunan rakyat didominasi oleh produksi kelapa sawit tahun 2009 mencapai 50.454 ton.

4.1.11 Kehutanan

Menurut fungsinya hutan dibagi menjadi hutan produksi, hutan lindung dan hutan suaka alam dengan luas areal kawasan hutan 138.741,72 Ha. Produksi hasil hutan Kabupaten Simalungun berupa Eucaliptus dan rotan. Produksi terbesar adalah log rimba sebesar 57.151,5 m3 pada tahun 2009, dan Eucaliptus sebesar 105.325,03.

4.1.12 Perikanan dan Peternakan

Jenis ternak dibedakan atas ternak besar dan ternak kecil (unggas). Ternak besar terdiri sapi, kerbau, kambing, domba dan babi. Sedangkan untuk ternak kecil dibedakan atas ayam dan itik. Pada tahun 2009 jumlah ternak yang


(70)

terbanyak dipotong untuk jenis ternak besar adalah babi dengan jumlah 44.123 ekor yang terdapat di setiap kecamatan. Sedangkan untuk populasi sebesar 1.037.059 ekor dan untuk populasi ituk jumlahnya sangat sedikit sebesar 49.763 ekor.

Rumah Tangga perikanan yang ada di Kabupaten Simalungun dengan jenis usaha yang terdapat di perairan umum dan di sawah/mina padi. Jenis perikanan yang diperairan umum seperti danau/waduk, rawa-rawa, sungai dan lainnya. Dari usaha ini dapat memberikan produksi sebesar 34,4 ton.

4.1.13 Industri

Sektor perindustrian merupakan sektor yang cukup diandalkan dalam perekonomian Kabupaten Simalungun setelah pertanian. Banyaknya industri besar/sedang di Kabupaten Simalungun pada tahun 2006 sebanyak 55 perusahaan dan tenaga kerja yang diserapnya sebanyak 10.503 orang. Untuk industri kecil dan Rumah Tangga yang terdaftar pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Simalungun pada tahun 2006 sebanyak 310 perusahaan dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 3.975 orang.


(71)

4.2 Gambaran Umum Sampel Penelitian

Dari 30 responden yang diteliti maka banyak sekali pendapat responden tentang rentenir. Seluruh renponden berpendapat bahwa dana yang dipinjam berpengaruh terhadap peningkatan hasil produksi mereka walaupun begitu banyak diantara mereka yang berpendapat bahwa bunga yang diberikan oleh rentenir cukup mahal (20%), namun bagi mereka bunga yang mereka harus bayar kepada rentenir sebanding dengan apa yang mereka dapatkan dari hasil penjualan mereka.

Responden yang telah diteliti sejumlah besar berdagang di pinggir jalan/pasar. Barang dagangan yang mereka jual berasal dari para agen barang yang menjual barang kepada pedagang yang ada di pasar tersebut, namun tidak jarang dintara mereka menjual barang dagangan dari hasil ladang mereka sendiri.

4.2.1 Umur Responden


(72)

Dari 30 orang responden yang telah di teliti maka umur responden yang paling banyak adalah umur ≤ 30 tahun yaitu 13 orang (43.3 %) dan yang paling sedikit adalah umur ≥ 50 tahun dan umur 41 -50 tahun yaitu sebanyak 3 orang (10%).

4.2.2 Jenis Kelamin

Gambar 4.2 Persentase Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin

Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan dari responden yang diteliti maka jumlah dari keduanya sama yaitu 15 orang responden (50 %).


(73)

4.2.3 Pendidikan

Gambar 4.3 Persentase Jumlah Responden Menurut Pendidikan

Dari tingkat pendidikan responden yang telah diteliti, maka resonden yang tinggat pendidikannya SMA adalah jumlah yang paling banyak yaitu 13 orang (43.3%) dan yang paling sedikit adalah yang pendidikannya SD dan S-2 tidak ada (0%).


(74)

4.2.3 Status

Gambar 4.4 Persentase Jumlah Responden Menurut Status

Dari seluruh responden yang di teliti 24 orang (80%) adalah responden yang telah berumah tangga, 5 orang (16.7) yang belum berumah tangga dan 1 orang (3.33) duda.

4.2.4 Alasan Responden Meminjam dari Rentenir

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka ada beberapa alasan responden meminjam uang dari rentenir, yaitu sebagai berikut:


(75)

Tabel 4.6 Alasan Meminjam Kepada Rentenir

NO PERTANYAAN Frekuensi

(%)

1 Kebutuhan keluarga mendesak (93.3 93.3

2 Proses pinjaman cepat 90

3 Kemudahan proses meminjam 76.7

4 Susah meminjam kepada yang lain ( Pedagang/Saudara) 46.7

5 Diajak teman/saudara 23.3

6 Pernah ditolak sewaktu meminjam ke Bank 23.3

7 Lainnya …..(Menambah Modal) 20

8 Ikut teman yang meminjam 0

*) Jawaban dapat lebih dari satu

Dari hasil tersebut maka ada beberapa hal yang menjadi alasan responden meminjam dari rentenir. Namun kebanyakan alasan responden meminjam uang dari rentenir adalah karena kebutuhan yang mendesak. Alasan lain yang sering menjadikan responden meminjam adalah karena kemudahan yang diberikan rentenir dalam meminjam.

4.2.5 Jumlah Bunga yang Diberikan oleh Rentenir kepada Para Nasabah

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka di dapat hasil seperti tabel berkut ini:

Tabel 4.7 Bunga yang diberikan Rentenir


(76)

1 20 % 93.3

2 18 % 3.3

3 17 % 3.3

Sumber : Hasil Pengolahan Kuesioner : 2011

Dari tabel tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sebahagian besar (93.3%) responden mendapatkan bunga dari rentenir sebesar 20 % per bulan. Dan ada masing-masing 3.3 % yang mendapatkan bunga 18% dan 17%. Dari penelitian yang dilakukan, sebahagian kecil yang mendapat bunga dibawah 20 % karena adanya hubungan yang terjadi antara rentenir dan peminjam antara lain adanya hubungan kelurga, teman dekat, langganan peminjam dan lain-lain. Oleh karena itu semakin dekat hubungan antara peminjam dan rentenir maka bunga yang diberikan akan semakin kecil dari biasanya.

4.3 Analisa Model Regresi Berganda

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah dengan menggunakan program Eviews 5, diperoleh hasil regresi linear bergaanda sebagai berikut:

Y = 864674.1 + 0.929842 X1 + 0.750128 X2

(t-hit) (t-hit)

Hasil estimasi diatas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yaitu Jumlah Pinjaman dari rentenir (X1) dan Hasil Produksi (X2) terhadap Pendapatan Pedagang (Y) di Kecamatan Raya di Kabupaten Simalungun.


(1)

Validitas

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Pendapatan 2266666.67 1.920E11 .847 .553

Jumlah Pinjaman 4550000.00 4.998E11 .615 .867

Hasil Produksi 2970000.00 2.898E11 .750 .626

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items 4.89E6 6.710E11 819138.881 3


(2)

Lampiran 4 :

Dependent Variable: X1

Method: Least Squares

Date: 07/26/11 Time: 23:18

Sample: 1 30

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -114452.1 160213.1 -0.714374 0.4809

X2 0.238017 0.082112 2.898683 0.0072

R-squared 0.230819 Mean dependent var 343333.3

Adjusted R-squared 0.203348 S.D. dependent var 165432.2 S.E. of regression 147657.1 Akaike info criterion 26.70751 Sum squared resid 6.10E+11 Schwarz criterion 26.80093

Log likelihood -398.6127 F-statistic 8.402366

Durbin-Watson stat 2.096519 Prob(F-statistic) 0.007206


(3)

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 5.382606 Probability 0.001856

Obs*R-squared 15.85824 Probability 0.007261

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/27/11 Time: 00:06 Sample: 1 30

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 5.57E+11 2.56E+11 2.176043 0.0396

X1 631817.8 450630.5 1.402075 0.1737

X1^2 0.524571 0.453505 1.156704 0.2588

X1*X2 -0.400461 0.223725 -1.789971 0.0861

X2 -596742.9 273396.7 -2.182700 0.0391

X2^2 0.162845 0.079769 2.041468 0.0523

R-squared 0.528608 Mean dependent var 4.66E+10

Adjusted R-squared 0.430401 S.D. dependent var 5.07E+10 S.E. of regression 3.83E+10 Akaike info criterion 51.75129 Sum squared resid 3.52E+22 Schwarz criterion 52.03153

Log likelihood -770.2694 F-statistic 5.382606

Durbin-Watson stat 2.075407 Prob(F-statistic) 0.001856


(4)

Lampiran 6:

Ramsey RESET Test:

F-statistic 1.419024 Probability 0.244326

Log likelihood ratio 1.594216 Probability 0.206725

Test Equation:

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 07/27/11 Time: 00:12 Sample: 1 30

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -202781.8 929604.0 -0.218138 0.8290

X1 3.064605 1.815243 1.688262 0.1033

X2 2.549066 1.516932 1.680409 0.1049

FITTED^2 -4.45E-07 3.74E-07 -1.191228 0.2443

R-squared 0.733503 Mean dependent var 2626667.

Adjusted R-squared 0.702754 S.D. dependent var 414340.6 S.E. of regression 225899.7 Akaike info criterion 27.61714 Sum squared resid 1.33E+12 Schwarz criterion 27.80396

Log likelihood -410.2570 F-statistic 23.85408

Durbin-Watson stat 2.002219 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

0 1 2 3 4 5 6

-400000 -200000 0 200000 400000

Series: Residuals Sample 1 30 Observations 30

Mean 1.90e-10 Median -11931.71 Maximum 370148.3 Minimum -454787.6 Std. Dev. 219655.8 Skewness 0.058342 Kurtosis 2.143413 Jarque-Bera 0.934196 Probability 0.626819


(6)

Lampiran 8 :

PASAR PEKAN MEREK RAYA

KEC RAYA

MEREK RAYA

P.SIANTAR

4 m

10 m