BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Analisis Pengaruh Program Revitalisasi Pasar Terhadap Keuntungan Pedagang Di Pasar Antik Windujenar Surakarta

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi”. Pembangunan ekonomi tidak hanya berorientasi terhadap masalah perkembangan pendapatan nasional riil akan tetapi juga meliputi modernisasi kegiatan ekonomi. Salah satu cara mewujudkan modernisasi ekonomi adalah pemberdayaan perekonomian dari sektor informal. Sektor informal berfungsi untuk mengurangi pengangguran karena terbatasnya daya serap lapangan pekerjaan di sektor formal. Perkembangan sektor informal diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Usaha berdagang merupakan bagian dari sektor informal yang mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam peningkatan taraf hidup dan pendapatan masyarakat. Sektor ini merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Di Kota Surakarta sendiri kontribusi sektor perdagangan dari tahun 2007 maupun 2011 menempati urutan pertama dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta. kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB pada tahun 2010 sebesar 25,72% dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 26.25% dari total PDRB. Berikut ini sumbangan beberapa sektor terhadap PDRB di Surakarta tahun 2008-2011:

Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar

Harga Berlaku Di Kota Surakarta Tahun 2007– 2011 (Jutaan Rupiah)

Lapangan Usaha

0,06 5.927 0,05 Pertambangan dan Galian

0,03 3.010 0,03 Industri P engolahan

20,94 2.233.248 20,32 Listrik, G as dan Air Bersih

25,72 2.885.293 26,25 Pengangkutan dan Komunikasi

11,13 1.206.106 10,97 Keuangan dan Jasa Perusahaan

10.992.971 100,00 Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 sektor perdagangan menyumbangkan sebesar 26.25% dari seluruh Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta. Sektor yang menduduki urutan kedua adalah sektor industri pengolahan yang menyumbangkan sebesar 20,32%. Urutan ketiga ditempati sektor jasa yang menyumbangkan sebesar 13,69%. Sektor yang menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terendah pada tahun 2011 adalah sektor pertambangan. Sektor pertambangan menyumbang sebesar 0,03% dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta.

Salah satu instrumen dari sektor perdagangan adalah pasar. Pada awalnya pasar dinyatakan sebagai tempat di mana barang-barang diperdagangkan. Menurut konteks yang lebih spesifik, pasar didefinisikan sebagai adanya pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melakukan negosiasi jual beli atas barang maupun jasa tertentu (Sunarto dan Bambang Salah satu instrumen dari sektor perdagangan adalah pasar. Pada awalnya pasar dinyatakan sebagai tempat di mana barang-barang diperdagangkan. Menurut konteks yang lebih spesifik, pasar didefinisikan sebagai adanya pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melakukan negosiasi jual beli atas barang maupun jasa tertentu (Sunarto dan Bambang

Suatu pasar yang baru dibangun 10 tahun terakhir misalnya, dapat dimasukkan dalam jenis pasar tradisional karena perdagangannya menggunakan cara-cara tradisional (Pamardi, 2002). Sedangkan pengertian tradisional menurut Pepres RI Nomor 112 tahun 2007 adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah. Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), termasuk kerjasama swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki maupun dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar- menawar. Pasar tradisional merupakan aset yang memiliki nilai dan potensi yang tak terhingga bagi pemerintahan daerah dan masyarakat. Dengan adanya peran pemerintah daerah serta pengelolaan yang baik terhadap pasar tradisional akan mampu menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi pemerintah daerah maupun masyarakat. Dengan peningkatan pendapatan yang diterima oleh pemerintah daerah tentunya akan memberikan dampak positif terhadap sendi- sendi kehidupan yang lain.

Pasar tradisional di Kota Surakarta berperan dalam mendorong kelancaran distribusi barang kebutuhan masyarakat walaupun harus bersaing dengan toko modern yang semakin berkembang. Perhatian Pemerintah Kota Surakarta terhadap keberadaan pasar tradisional antara lain dengan menerbitkan

Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 5 Tahun 1983 tentang Pasar, dan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta

Nomor 3 Tahun 1993 yang berisi tentang Pasar serta pembangunan atau rehabilitasi pasar tradisional secara berkesinambungan. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2011 berasal dari pasar tradisional sebesar Rp 20,3 miliar dari total PAD sebesar Rp. 132 miliar. Sumber setoran dari pasar tradisional antara lain berasal dari retribusi para pedagang, penjualan kios, dan perpanjangan surat hak penempatan.

Pasar Antik Windujenar atau yang dulu lebih dikenal dengan nama pasar Triwindu adalah sebuah pasar tradisional yang memiliki ciri khas, yang membuatnya berbeda dengan pasar-pasar lainnya di kota Surakarta. Ciri khas tersebut adalah komoditi yang dijual di pasar tersebut bukanlah barang kebutuhan sehari-hari akan tetapi menjual barang antik maupun barang reproduksi antik. Selain barang antik, barang lain yang dapat ditemukan antara lain besi tua, onderdil motor dan mobil serta peralatan pertukangan. Pasar Antik Windujenar dalam perkembangannya menjadi identitas tersendiri atas dunia pariwisata maupun perdagangan di kota Surakarta. Eksistensi Pasar Antik Windujenar sejak berdiri hingga sekarang bukan sekedar sebagai ruang ekonomi, tetapi juga menjadi ruang komunitas warga untuk bertukar pikiran dan bersilaturahmi. Warga yang datang ke Pasar Antik Windujenar belum tentu bermaksud untuk membeli barang tertentu. Banyak warga yang datang hanya sekedar ingin berdiskusi tentang barang tertentu. Forum-Forum seperti inilah Pasar Antik Windujenar atau yang dulu lebih dikenal dengan nama pasar Triwindu adalah sebuah pasar tradisional yang memiliki ciri khas, yang membuatnya berbeda dengan pasar-pasar lainnya di kota Surakarta. Ciri khas tersebut adalah komoditi yang dijual di pasar tersebut bukanlah barang kebutuhan sehari-hari akan tetapi menjual barang antik maupun barang reproduksi antik. Selain barang antik, barang lain yang dapat ditemukan antara lain besi tua, onderdil motor dan mobil serta peralatan pertukangan. Pasar Antik Windujenar dalam perkembangannya menjadi identitas tersendiri atas dunia pariwisata maupun perdagangan di kota Surakarta. Eksistensi Pasar Antik Windujenar sejak berdiri hingga sekarang bukan sekedar sebagai ruang ekonomi, tetapi juga menjadi ruang komunitas warga untuk bertukar pikiran dan bersilaturahmi. Warga yang datang ke Pasar Antik Windujenar belum tentu bermaksud untuk membeli barang tertentu. Banyak warga yang datang hanya sekedar ingin berdiskusi tentang barang tertentu. Forum-Forum seperti inilah

Windujenar diharapkan dapat disinergiskan dengan pengembangan koridor pariwisata di Kota Surakarta.

Revitalisasi pasar merupakan salah satu cara yang diterapkan pemerintah untuk memperbaiki perekonomian masyarakat terutama masyarakat kecil dan menengah dan memperbaiki citra pasar tradisional di mata khalayak. Menurut Danisworo (2002), Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital atau hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduruan/degradasi. Berdasarkan Departemen Kimpraswil (2005), dapat didefinisikan bahwa revitalisasi adalah upaya untuk menghidupkan kembali kawasan yang mati, yang pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan, dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya dimiliki oleh sebuah kota.

Pasar tradisional dahulu memberi sebuah kesan tempat perdagangan antara penjual dan pembeli yang memiliki kesan kumuh dan tidak terawat, akan tetapi dengan revitalisasi pasar diharapkan dapat memperbaiki citra tersebut. Penataan dan revitalisasi lokasi-lokasi di beberapa titik di Kota Surakarta termasuk pasar tradisional tidak saja mempercantik kota dan meningkatkan potensi pasar tradisional, namun juga diharapkan dapat memicu peluang pertumbuhan ekonomi. Dengan sistem penataan pasar tradisional yang baik Pasar tradisional dahulu memberi sebuah kesan tempat perdagangan antara penjual dan pembeli yang memiliki kesan kumuh dan tidak terawat, akan tetapi dengan revitalisasi pasar diharapkan dapat memperbaiki citra tersebut. Penataan dan revitalisasi lokasi-lokasi di beberapa titik di Kota Surakarta termasuk pasar tradisional tidak saja mempercantik kota dan meningkatkan potensi pasar tradisional, namun juga diharapkan dapat memicu peluang pertumbuhan ekonomi. Dengan sistem penataan pasar tradisional yang baik

acuan dalam konsep revitalisasi pasar merakyat (www.sindonews.com:31 Januari 2012). Dalam program revitalisasi pasar tradisional yang dilaksanakan terdapat sekitar 3.366 pedagang kios, 7.415 pedagang los dan 4.949 pedagang pelataran di

38 pasar tradisional. Dalam proses revitalisasi ini, seluruh biaya ditanggung oleh APBD kota Surakarta dan tidak ada biaya yang dipungut dari pedagang. Berikut ini asalah jumlah pasar tradisional di Surakarta:

Tabel 1.2 Jumlah Pasar Tradisional di Surakarta Tahun 2009 No

3 Pasar Kliwon

Sumber: Dinas Pasar Pemerintah Kota Surakarta 2009

Pasar Antik Windujenar Surakarta merupakan salah satu pasar yang Pasar Antik Windujenar Surakarta merupakan salah satu pasar yang

Surakarta pada tanggal 25 September 2009 dengan upacara prosesi boyongan pedagang pasar. Adanya revitalisasi pasar dalam hal ini Pasar Antik Windujenar membawa berbagai dampak baik bagi pedagang secara khusus maupun bagi perekonomian kota Surakarta secara umum. Dengan adanya revitalisasi yang dilakukan Pemkot Surakarta diharapkan konsumen semakin banyak, keuntungan pedagang semakin meningkat, serta dapat ditarik kesimpulan apakah revitalisasi tersebut membawa dampak positif terhadap keuntungan pedagang. Maka atas dasar permasalahan di atas Peneliti mengambil judul penelitian “ANALISIS

PENGARUH PROGRAM REVITALISASI PASAR TERHADAP KEUNTUNGAN PEDAGANG DI PASAR ANTIK WINDUJENAR SURAKARTA”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut;

1. Bagaimana pengaruh modal usaha, pengalaman kerja, umur, jumlah tenaga kerja, maupun tingkat pendidikan terhadap keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta?

2. Bagaimana perbedaan keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta sebelum dan sesudah revitalisasi pasar?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini mempunyai tujuan agar penelitian tersebut dapat memberikan manfaat yang sesuai dengan yang dikehendaki, adapun tujuan penelitian ini lebih lanjut adalah sebagai berikut;

1. Untuk mengetahui pengaruh modal usaha, pengalaman kerja, umur, jumlah tenaga kerja, maupun tingkat pendidikan terhadap keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta.

2. Untuk mengetahui perbedaan keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta sebelum dan sesudah revitalisasi pasar.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat member manfaat antara lain :

1. Bagi Pedagang Memberi motivasi untuk peningkatan usaha dan perbaikan manajemen tata kelola usahanya dalam rangka peningkatan keuntungan yang diperoleh dan perkembangan usaha.

2. Bagi Pemerintah Daerah Surakarta Sebagai sumbangan pemikiran dari penulis terhadap upaya pemerintah daerah kota Surakarta dalam rangka pengembangan dan peningkatan kualitas pasar tradisional di Kota Surakarta pada umumnya dan Pasar Antik Windujenar pada khususnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pasar

a. Pengertian Pasar

Pasar adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah barang atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok yang menentukan permintaan terhadap produk dan para penjual sebagai kelompok yang menentukan penawaran terhadap produk (Mankiw, 2007:75). Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi dimana pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan kuantitas tertentu yang mejadi objek transaksi. Kedua pihak, pembeli dan penjual, mendapatkan manfaat dari adanya transaksi atau pasar. Pihak pembeli mendapatkan barang yang diinginkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya sedangkan penjual mendapatkan imbalan pendapatan untuk selanjutnya digunakan untuk membiayai aktivitasnya sebagai pelaku ekonomi produksi atau pedagang.

Pasar dapat terbentuk dengan adanya syarat-syarat sebagai

berikut:

1) adanya penjual

2) adanya pembeli

3) tersedianya barang yang akan diperjualbelikan

4) terjadinya kesepakatan antara penjual dan pembeli.

Pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara penjual (pedagang) dan pembeli (konsumen) memiliki peran dan fungsi penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Adapun fungsi pasar ada tiga macam, yaitu (Sadono Sukirno, 2004:220):

1) Fungsi Distribusi

Dalam kegiatan distribusi, pasar berfungsi mendekatkan jarak antara konsumen dengan produsen dalam melaksanakan transaksi. Pasar memiliki fungsi distribusi menyalurkan barang-barang hasil produksi kepada konsumen. Melalui transaksi jual beli, produsen dapat memasarkan barang hasil produksinya baik secara langsung maupun tidak langsung kepada konsumen atau kepada pedagang perantara lainnya. Melalui transaksi jual beli itu pula, konsumen dapat memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya secara mudah dan cepat.

2) Fungsi Pembentukan Harga

Sebelum terjadi transaksi jual beli terlebih dahulu dilakukan tawar-menawar, sehingga diperoleh kesepakatan harga antara penjual dan pembeli. Dalam proses tawar menawar itulah keinginan kedua belah Sebelum terjadi transaksi jual beli terlebih dahulu dilakukan tawar-menawar, sehingga diperoleh kesepakatan harga antara penjual dan pembeli. Dalam proses tawar menawar itulah keinginan kedua belah

3) Fungsi Promosi

Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang promosi, karena di pasar banyak dikunjungi para pembeli. Pelaksanaan promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memasang spanduk, membagikan brosur penawaran, membagikan sampel atau contoh produk kepada calon pembeli, dan sebaginya.

b. Klasifikasi Pasar

1) Pasar Modern

Pada pasar modern, penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermart, pasar swalayan (supermarket), dan minimarket. Pasar dapat dikategorikan dalam beberapa hal. yaitu menurut jenisnya, jenis barang yang dijual, lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan wujud. Apabila dilihat pendistribusiannya, pasar modern tidak langsung dalam arti Pada pasar modern, penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermart, pasar swalayan (supermarket), dan minimarket. Pasar dapat dikategorikan dalam beberapa hal. yaitu menurut jenisnya, jenis barang yang dijual, lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan wujud. Apabila dilihat pendistribusiannya, pasar modern tidak langsung dalam arti

menentukan harga, sedangkan konsumen tidak membutuhkan kontak langsung dengan penjual, sehingga tidak terjadi kontak sosial antara pembeli dan penjual apalagi dengan produsen.

2) Pasar Tradisional

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain adalah pasar Beringharjo di Yogyakarta, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia terus mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern. Di dalam pasar tradisional sebagian besar sebagai pasar eceran

(retail), di mana pembeli mencari barang sesuai kebutuhan sendiri. Sedangkan pasar modern diidentikkan sebagai pasar grosir, pembeli

membeli barang dalam partai besar karena akan dijual lagi (wikipedia, akses Juni 2012).

c. Faktor-faktor Yang Menentukan Struktur Pasar

1. Jumlah penjual atau produsen

Jumlah produsen akan menentukan jumlah penjual dalam suatu industri atau pasar. Semakin banyak produsen yang memproduksi barang yang sama maka akan semakin keras persaingan dalam pasar. Hal ini akan mendorong produsen bekerja secara efisien, atau kualitas produknya semakin unggul. Meskipun produk yang dihasilkan sama tetapi orang dapat membedakan karena merek, kualitas atau kemasan. Struktur pasar yang demikian ini tetap dalam persaingan yang sering disebut persaingan monopolistik. Jika dalam pasar hanya ada satu penjual merupakan pasar monopoli. Disamping itu jika dalam pasar untuk barang tertentu terdapat cukup banyak produsen disebut struktur pasar oligopoli.

2. Jenis atau sifat barang yang dihasilkan perusahaan

Jenis atau sifat barang yang dihasilkan perusahaan akan menentukan pula struktur sifat atau jenis barang yang mempengaruhi struktur pasar. Misalkan barang yang dihasilkan sama atau berbeda Jenis atau sifat barang yang dihasilkan perusahaan akan menentukan pula struktur sifat atau jenis barang yang mempengaruhi struktur pasar. Misalkan barang yang dihasilkan sama atau berbeda

2. Pengertian Pedagang

Pedagang merupakan orang yang berusaha di bidang produksi dan berjualan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen tertentu di dalam masyarakat dalam suasana lingkungan informal. Pedagang adalah orang yang menjalankan kegiatan dalam usaha memindahkan hak atas orang lain secara terus menerus sebagai sumber penghidupannya (Irawan Basu Swastha, 1992: 289). Pedagang kecil pada awalnya diartikan sebagai orang yang menjual barang-barang dan jasa langsung kepada konsumen akhir bagi yang pemanfaatan yang sifatnnya perseorangan dan bukan untuk usaha. Arti sempit pedagang kecil atau pengecer adalah sebuah lembaga untuk melakukan suatu usaha menjual barang kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi atau non-bisnis.

3. Teori Permintaan dan Penawaran

a. Permintaan

Permintaan dalam ekonomi adalah kombinasi harga dan jumlah suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga suatu periode tertentu. Permintaan suatu barang sangat dipengaruhi oleh pendapatan dan harga barang tersebut. Apabila harga barang naik sedang pendapatan tidak berubah maka permintaan barang tersebut akan turun. Sebaliknya, jika harga barang turun, sedang pendapatan tidak Permintaan dalam ekonomi adalah kombinasi harga dan jumlah suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga suatu periode tertentu. Permintaan suatu barang sangat dipengaruhi oleh pendapatan dan harga barang tersebut. Apabila harga barang naik sedang pendapatan tidak berubah maka permintaan barang tersebut akan turun. Sebaliknya, jika harga barang turun, sedang pendapatan tidak

barang dipengaruhi oleh harga barang tersebut.

Analisis hubungan antara jumlah permintaan dengan harga barang tersebut diasumsikan bahwa faktor-faktor lain selain harga barang dianggap tidak mengalami perubahan (ceteris paribus). Oleh karena itu diasumsikan bahwa harga adalah tetap kemudian menganalisis bagaimana permintaan suatu barang dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti selera masyarakat, pendapatan (Sukirno, 2005). Hukum permintaan menyatakan bila harga suatu barang naik sedangkan faktor-faktor lain dianggap ceteris paribus maka jumlah barang yang diminta konsumen akan mengalami penurunan. Hukum tersebut membentuk suatu kurva seperti pada gambar

2.1, dimana sumbu horizontal menunjukkan jumlah barang yang diminta dan sumbu vertikal menunjukkan tingkat harga. Dari kurva tersebut terlihat bahwa pada tingkat harga tinggi (P 0 ), jumlah barang yang diminta rendah (Q 0 ), dan apabila pada tingkat harga yang lebih rendah (P 1 ), jumlah barang yang diminta akan meningkat (Q 1 ). Kurva permintaan berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta, yang memiliki sifat hubungan tang terbalik. Apabila salah satu variabel naik (misal harga) maka variabel lainnya akan mengalami penurunan (misal jumlah barang yang diminta).

Permintaan (D)

Gambar 2.1 Kurva Permintaan

Fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara variabel tidak bebas dan semua variabel yang dapat mempengaruhi besarnya variabel tidak bebas. Menurut Suparmoko (1990) fungsi permintaan dapat ditulis sebagai berikut:

Qd = f ( P x, P y , I, T, A, N, …. ) Keterangan :

Qd = Jumlah barang yang diminta

= Harga barang A

= Harga barang lain

I = Tingkat pendapatan konsumen T = Selera

A = Pengeluaran perusahaan untuk promosi N = Jumlah penduduk

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Menurut Sadono Sukirno (2005) selain harga barang itu sendiri, faktor-faktor lain yang

menentukan permintaan individu maupun pasar adalah :

1) Selera konsumen

Perubahan selera konsumen yang lebih menyukai barang berarti akan lebih banyak barang yang diminta pada setiap tingkat harga. Jadi permintaan akan naik atau kurva permintaan akan bergeser ke kanan. Sebaliknya berkurangnya selera konsumen akan barang tersebut menyebabkan permintaan turun yang berarti kurva permintaan bergeser ke kiri.

2) Jumlah penduduk

dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Akan tetapi dengan pertambahan penduduk yang diikuti oleh perkembangan kesempatan kerja maka pendapatan penduduk meningkat sehingga daya beli masyarakat akan naik yang mengakibatkan naiknya permintaan. Bila volume pembelian oleh masing-masing penduduk adalah sama, maka kenaikan jumlah penduduk akan menyebabkan kenaikan permintaan, sehingga kurvanya bergeser ke kanan. Penurunan jumlah penduduk akan menyebabkan penurunan permintaan.

3) Pendapatan konsumen

Pengaruh perubahan terhadap pendapatan mempunyai dua kemungkinan. Pada umumnya pengaruh pendapatan terhadap

permintaan adalah positif dalam arti bahwa kenaikan pendapatan akan menaikkan permintaan. Hal ini terjadi apabila barang tersebut merupakan barang superior atau normal. Ini seperti efek selera dan efek banyaknya pembeli yang mempunyai efek positif. Pada kasus barang inferior, maka kenaikkan pendapatan justru menurunkan permintaan.

4) Harga barang-barang lain yang bersangkutan

Barang-barang lain yang bersangkutan biasanya merupakan barang subsitusi atau barang komplementer. Kenaikan harga barang subsitusi berarti penurunan harga barang tersebut secara relatif meskipun harganya tetap, tidak berubah, sehingga harga barang tersebut menjadi lebih murah secara relatif. Permintaan suatu barang akan naik apabila harga barang penggantinya turun, maka permintaan akan barang tersebut juga turun. Hal ini karena barang tersebut harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga barang penggantinya. Kenaikan harga barang pelengkap suatu barang tertentu akan menyebabkan permintaan akan barang tersebut turun, dan sebaliknya.

5) Ekspektasi Tentang Masa Depan

Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang akan datang dapat mempengauhi permintaan.

Ramalan para konsumen bahwa harga-harga akan menjadi bertambah tinggi pada masa depan akan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak barang pada saat sekarang yang bertujuan untuk menghemat pengeluaran di masa akan datang. Sebaliknya, ramalan bahwa lowongan kerja akan bertambah sulit diperoleh dan kegiatan ekonomi akan mengalami resesi akan mendorong orang untuk lebih berhemat dalam pengeluaran dan mengurangi permintaan.

Gerakan sepanjang kurva permintaan merupakan perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun.

Gambar 2.2 Gerakan Sepanjang Kurva Permintaan Sedangkan pergeseran kurva permintaan jika kurva permintaan

kan bergerak kekanan atau kekiri apabila terdapat perubahan – perubahan kan bergerak kekanan atau kekiri apabila terdapat perubahan – perubahan

menyebabkan kurva permintaan akan pindah ke kanan atau ke kiri.

Gambar 2.3 Pergeseran Kurva Permintaan

Titik A 1 menggambarkan bahwa pada harga P 1 , jumlah yang diminta adalah Q 1 . Apabila Q 1 > Q 2 berarti kenaikan pendapatan menyebabkan harga P 1 permintaan bertambah sebesar Q 1 Q 2 . Apabila kurva bergerak ke sebelah kanan maka perpindahan itu menunjukan pertambahan dalam permintaan. Sebaliknya pergeseran kurva permintaan

ke sebelah kiri berarti permintaan berkurang. Akibatnya pada harga P 1 , jumlah barang yang diminta adalah Q 2 (Sukirno, 2005:84).

b. Penawaran

Penawaran adalah hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Secara lebih spesifik, penawaran menunjukkan seberapa Penawaran adalah hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Secara lebih spesifik, penawaran menunjukkan seberapa

secara langsung berhubungan dengan harganya, hal lain diasumsikan konstan. Jadi semakin rendah harganya, jumlah yang ditawarkan semakin sedikit dan sebaliknya semakin tinggi harganya, semakin tinggi juga jumlah yang ditawarkan.

Kurva penawaran menunjukkan hubungan antara harga suatu barang dengan jumlah yang ditawarkan. Pada umumnya kurva penawaran menaik dari kiri bawah ke kanan atas. Bentuk kurva penawaran bersifat demikian karena terdapat hubungan yang positif diantara harga dan jumlah barang yang ditawarkan yaitu makin tinggi harga, makin banyak jumlah yang ditawarkan (Sukirno, 2005 : 86-87).

P 0 Penawaran (S)

0 Q Q 1 Q Gambar 2.4 Kurva Penawaran

Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan dapat berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran. Perubahan harga dapat menimbulkan gerakan sepanjang kurva penawaran sedangkan perubahan Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan dapat berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran. Perubahan harga dapat menimbulkan gerakan sepanjang kurva penawaran sedangkan perubahan

Harga

2 Q Q 1 Q Q 3 Jumlah Barang

Gambar 2.5 Grafik Gerakan Kurva Penawaran da n

Pergeseran Kurva Penawaran

Dimisalkan pada mulanya kurva penawaran adalah SS. Titik A menggambarkan bahwa pada waktu harga adalah P, jumlah barang yang ditawarkan adalah Q. Bila harga turun menjadi P 1 , hubungan di antara harga dan jumlah yang ditawarkan pindah ke titik B. Berarti sekarang jumlah yang ditawarkan hanya sebanyak Q 1 . Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran. Pergeseran dari SS menjadi S 2 S 2 atau S 3 S 3 menggambarkan perubahan penawaran. Gambar di atas menunjukkan pergeseran kurva penawaran dari SS menjadi S 2 S 2 , menyebabkan jumlah yang ditawarkan berkurang dari Q menjadi Q 2 walaupun harga tetap sebesar P, seperti ditunjukkan oleh titik A 2 . Pergeseran SS menjadi S 3 S 3 menggambarkan peningkatan Dimisalkan pada mulanya kurva penawaran adalah SS. Titik A menggambarkan bahwa pada waktu harga adalah P, jumlah barang yang ditawarkan adalah Q. Bila harga turun menjadi P 1 , hubungan di antara harga dan jumlah yang ditawarkan pindah ke titik B. Berarti sekarang jumlah yang ditawarkan hanya sebanyak Q 1 . Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran. Pergeseran dari SS menjadi S 2 S 2 atau S 3 S 3 menggambarkan perubahan penawaran. Gambar di atas menunjukkan pergeseran kurva penawaran dari SS menjadi S 2 S 2 , menyebabkan jumlah yang ditawarkan berkurang dari Q menjadi Q 2 walaupun harga tetap sebesar P, seperti ditunjukkan oleh titik A 2 . Pergeseran SS menjadi S 3 S 3 menggambarkan peningkatan

4. Keuntungan

Setiap kegiatan usaha memiliki salah satu tujuan utama untuk memperoleh keuntungan. Suatu usaha yang tidak menguntungkan, maka usaha tersebut dapat berhenti beroperasi. Pemilik usaha menjalankan kegiatan usahanya untuk mencari keuntungan yang maksimum, dan keuntungan maksimum hanya akan didapat apabila pemilik usaha membuat pilihan tepat terhadap jenis barang atau jasa yang akan dijualnya. Berikut pengertian keuntungan menurut para ahli :

1) Menurut Lincolin Arsyad (1996:23) keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya sehingga keuntungan tergantung pada besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau seseorang.

2) Apandi Nasehatun (1999:166) mengemukakan bahwa keuntungan adalah selisih lebih dari pendapatan dikurangi biaya-biaya dalam periode tertentu.

3) Sofyan Syafri (2004) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keuntungan adalah pendapatan yang diterima oleh seseorang atau perusahaan setelah dikurangi oleh biaya-biaya yang seharusnya Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keuntungan adalah pendapatan yang diterima oleh seseorang atau perusahaan setelah dikurangi oleh biaya-biaya yang seharusnya

negatif itu disebut rugi.

5. Teori Keuntungan

Fungsi keuntungan didefinisikan sebagai total nilai keluaran (output) yang dikurangi dengan total biaya dari faktor produksi tidak tetap (variables input) Secara bentuk sistematis Fungsi keuntungan dapat dituliskan sebagai berikut (Arsyad, 1987:109):

- TC

Dimana :

– – TR = Total revenue (jumlah seluruh pendapatan dari hasil penjualan

hasil outputnya) TR = output x harga jual.

– TC = Total cost (jumlah biaya) – Apabila TR-TC = positif (0< ) maka terdapat keuntungan, TR –TC =

Negatif maka terjadi kerugian, dan apabila TR-TC = 0 maka terjadi Break Event Point (tidak terjadi keuntungan maupun kerugian)

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang

Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan pedagang antara lain :

1) Modal

Sejalan dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan serta makin banyaknya perusahaan-

perusahaan yang menjadi besar, maka modal mempunyai arti yang lebih menonjol lagi. Masalah modal dalam perusahaan merupakan masalah yang tidak akan pernah berakhir karena bahwa masalah modal itu mengandung begitu banyak dan berbagai macam aspek. Hingga saat ini di antara para ahli ekonomi juga belum terdapat kesamaan opini tentang apa yang disebut modal (Sulistiyono, 2009). Sumber modal, yaitu terdiri dari :

a. Sumber Intern Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang di bentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Alasan perusahaan menggunakan sumbar dana intern yaitu:

1) Dengan dana dari dalam perusahaan maka perusahaan tidak mempunyai kewajiban untuk membayar bunga maupun dana yang di pakai.

2) Setiap saat tersedia jika diperlukan.

3) Dana yang tersedia sebagian besar telah memenuhi kebutuhan dana perusahaan.

4) Biaya pemakaian relatif murah.

b. Sumber Ekstern

Modal yang berasal dari sumber ekstern adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan. Alasan perusahaan menggunakan sumber dana ekstern

adalah:

1) Jumlah dana yang digunakan tidak terbatas.

2) Dapat dicari dari berbagai sumber.

3) Dapat bersifat fleksibel. Sumber dari modal ekstern adalah (Sulistiyono, 2009):

1) Supplier Supplier memberikan dana kepada suatu perusahaan dalam bentuk penjualan barang secara kredit, baik untuk jangka pendek (kurang dari

1 tahun), maupun jangka menengah (lebih dari 1 tahun dan kurang dari

10 tahun). Penjualan kredit atau barang dengan jangka waktu pembayaran kurang dari satu tahun terjadi pada penjualan barang dagang dan bahan mentah oleh supplier kepada langganan. Supplier atau manufaktur (pabrik) sering pula menjual mesin atau peralatan lain hasil produksinya kepada suatu perusahaan yang menggunakan mesin atau peralatan tersebut dalam jangka waktu pembayaran 5 sampai 10 tahun.

2) Bank Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.

3) Pasar Modal Pasar modal adalah suatu pasar abstrak yang mempertemukan dua

kelompok yang saling berhadapan tetapi yang kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal (investor) di suatu pihak dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang di lain pihak, atau dengan kata lain adalah tempat (dalam artian abstrak) bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau jangka panjang. Dimaksudkan dengan pemodal adalah perorangan atau lembaga yang menanamkan dananya dalam efek, sedangkan emiten adalah perusahaan yang menerbitkan efek untuk ditawarkan kepada masyarakat. Fungsi dari pasar modal adalah mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang mempunyai surplus tabungan kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan.

Modal dapat dibagi menjadi modal aktif dan modal pasif. Modal aktif ialah modal yang tertera di sebelah debit dari neraca, yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana semua dana yang didapat perusahaaan ditanamkan, sedangkan pengertian dari modal pasif adalah modal yang tertera di sebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-sumber dari mana dana diperoleh. Besar kecilnya modal yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap keuntungan usaha yang diraih pengusaha. Semakin besar modal yang digunakan berarti dapat memproduksi barang dengan jumlah semakin Modal dapat dibagi menjadi modal aktif dan modal pasif. Modal aktif ialah modal yang tertera di sebelah debit dari neraca, yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana semua dana yang didapat perusahaaan ditanamkan, sedangkan pengertian dari modal pasif adalah modal yang tertera di sebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-sumber dari mana dana diperoleh. Besar kecilnya modal yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap keuntungan usaha yang diraih pengusaha. Semakin besar modal yang digunakan berarti dapat memproduksi barang dengan jumlah semakin

Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibedakan menjadi modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pemilik perusahaan (pengusaha), sedangkan modal asing adalah modal yang didapat dari hasil pinjaman atau kredit dari lembaga keuangan yang ada. Kekuatan modal yang tertumpu pada kekuatan sendiri akan lebih baik daripada modal berasal dari luar, karena modal dari luar tentu memiliki konsekuensi biaya bunga dan ketergantungan dari pihak luar.

2) Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha adalah lamanya seseorang menggeluti usaha yang dijalankan. Ada suatu asumsi bahwa semakin lama seseorang menjalankan usahanya maka akan berpengalaman seseorang menggeluti usaha yang dijalankannya. Lamanya usaha yang dijalankan menjadi tolok ukur untuk mempertahankan dan meningkatkan produksinya. Pengalaman usaha berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan. Dalam penelitian tentang mobilitas penghasilan imigran di Surabaya menunjukkan adanya pengaruh usia pendatang dan jangka waktu bertempat tinggal di kota (Chris Manning dan Effendi, 1985: 397). Hal ini dimaksudkan bahwa makin lama seseorang menekuni pekerjaannya, maka makin banyak pula pengalaman dalam usahanya tersebut. Hal ini tentu saja akan meningkatkan Pengalaman usaha adalah lamanya seseorang menggeluti usaha yang dijalankan. Ada suatu asumsi bahwa semakin lama seseorang menjalankan usahanya maka akan berpengalaman seseorang menggeluti usaha yang dijalankannya. Lamanya usaha yang dijalankan menjadi tolok ukur untuk mempertahankan dan meningkatkan produksinya. Pengalaman usaha berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan. Dalam penelitian tentang mobilitas penghasilan imigran di Surabaya menunjukkan adanya pengaruh usia pendatang dan jangka waktu bertempat tinggal di kota (Chris Manning dan Effendi, 1985: 397). Hal ini dimaksudkan bahwa makin lama seseorang menekuni pekerjaannya, maka makin banyak pula pengalaman dalam usahanya tersebut. Hal ini tentu saja akan meningkatkan

sekiranya dapat membuat barang dagangannya laku sehingga akan memperbesar omset penjualan yang akhirnya akan meningkatkan laba. Dengan pengalaman kerja yang lama, seseorang akan lebih terampil dalam melakukan pekerjaannya, sehingga pekerjaan yang dilakukan akan memberikan hasil yang baik.

3) Umur

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, umur didefinisikan sebagai lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Umur merupakan salah satu variabel yang cukup berpengaruh terhadap besarnya keuntungan pedagang karena umur berkaitan dengan tingkat produktivitas seseorang dalam menjalankan segala aktivitasnya, terutama bekerja. Umur produktif ialah usia ketika seseorang masih mampu bekerja dan menghasilkan sesuatu. Indonesia memiliki batasan usia produktif yaitu antara 15 tahun-50 tahun (BPS,2010). Pada masa produktif tersebut seseorang diharapkan dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap dirinya maupun lingkungannya.

4) Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja merupakan salah satu variabel yang cukup berpengaruh terhadap besarnya keuntungan para pedagang. Semakin banyak jumlah tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki maka Jumlah tenaga kerja merupakan salah satu variabel yang cukup berpengaruh terhadap besarnya keuntungan para pedagang. Semakin banyak jumlah tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki maka

5) Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu syarat utama yang harus ditempuh oleh seseorang untuk memasuki pasar kerja. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterima dalam bekerja. Pendidikan memberi pengetahuan bukan hanya dalam pelaksanaan kerja, akan tetapi juga sebagai landasan untuk mengembangkan diri dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di sekitar demi kelancaran pekerjaan. Pendidikan berguna untuk proses kehidupan sekarang dan untuk masa yang akan datang, sedang pendidikan meliputi: pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang mempunyai bentuk/organisasi tertentu yang terdapat di sekolah dan universitas. Dalam pendidikan formal terdapat perjenjangan dalam tingkat persekolahan yang meliputi : (1) SD, (2) SLTP, (3) SMU, (4) Perguruan tinggi. Pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengembangkan sumber daya manusia.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan akan membentuk keleluasaan pengetahuan seseorang dan selanjutnya akan mempengaruhi perilaku dan pengembangan keputusannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan dapat mencerminkan keahlian yang dimilikinya. Keahlian ini akan memudahkan seseorang untuk menganalisa informasi Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan akan membentuk keleluasaan pengetahuan seseorang dan selanjutnya akan mempengaruhi perilaku dan pengembangan keputusannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan dapat mencerminkan keahlian yang dimilikinya. Keahlian ini akan memudahkan seseorang untuk menganalisa informasi

pendidikan dengan produktivitas kerja dapat tercermin dalam tingkat penghasilan yang diperoleh. Pendidikan yang lebih tinggi akan mengakibatkan produktivitas kerja yang lebih tinggi dan akan memungkinkan perolehan penghasilan yang lebih tinggi pula (Simanjuntak, 1987: 66).

7. Pengertian Benda Antik

Istilah barang antik dari bahasa Latin: antiques “tua” ialah benda menarik yang telah berusia tua, seperti mebel, senjata, barang seni, maupun perabotan rumah tangga. Antik adalah sebuah objek yang dimiliki oleh sebuah era masa lalu bernilai seni, kerajinan, kelangkaan dan usia. Barang antik yang berharga yaitu bagi terlihat dari benda langka, seni, usia dan keunikan. Kebanyakan kolektor yang telah cukup berpengalaman dalam bidang ini, tidak asing dengan dasar-dasar penentuan nilai sebuah barang. Benda antik dapat langsung dibedakan berdasar objek benda antik asli maupun benda antik reproduksi. Langkah dalam menentukan nilai barang-barang antik dengan hati-hati yaitu memeriksa kondisi barang. Barang antik yang dijual dalam kondisi baik akan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada barang-barang antik yang telah retak atau rusak.

Selain itu, nilai barang antik yang terkelupas atau retak kurang berharga, kecuali barang yang bersejarah atau unik. Meskipun dikatakan Selain itu, nilai barang antik yang terkelupas atau retak kurang berharga, kecuali barang yang bersejarah atau unik. Meskipun dikatakan

ada beberapa kolektor yang membeli barang dengan cacat kecil, asalkan nilainya signifikan. Untuk alasan ini, bahwa tidak semua barang antik sekurang-kurangnya 50 tahun memiliki nilai yang sama. Nilai barang antik didasarkan pada gagasan pemasaran serta permintaan untuk barang yang baik sesuai dengan nilai barangnya.

8. Revitalisasi

a. Pengertian Revitalisasi

Menurut Danisworo (2002) dalam (http://digilib.its.ac.id), definisi revitalisasi ialah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Berdasarkan Departemen Kimpraswil (2005), revitalisasi adalah upaya untuk menghidupkan kembali kawasan yang mati, yang pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan, dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya dimiliki oleh sebuah kota (http://digilib.its.ac.id). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut Menurut Danisworo (2002) dalam (http://digilib.its.ac.id), definisi revitalisasi ialah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Berdasarkan Departemen Kimpraswil (2005), revitalisasi adalah upaya untuk menghidupkan kembali kawasan yang mati, yang pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan, dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya dimiliki oleh sebuah kota (http://digilib.its.ac.id). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut

masyarakat di lingkungan tersebut akan tetapi masyarakat dalam arti luas.

b. Tahap Revitalisasi

Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu. Tahap revitalisasi antara lain:

1) Intervensi fisik. Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan. Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Isu lingkungan (environmental sustainability ) pun menjadi penting, sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang.

2) Rehabilitasi ekonomi. Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan yang didukung oleh proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan 2) Rehabilitasi ekonomi. Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan yang didukung oleh proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan

revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial.

3) Revitalisasi sosial/institusional. Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan dapat terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat suatu tempat menjadi indah dan layak. Kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga. Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan institusi yang baik.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adanya Revitalisasi

Menurut Danisworo (2002) faktor yang mempengaruhi adanya revitalisasi adalah sebagai berikut: