ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK BELUT DI PUSAT KULINER BELUT KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN

(1)

ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK BELUT DI PUSAT KULINER BELUT KECAMATAN GODEAN

KABUPATEN SLEMAN

Skripsi

Oleh :

Rizkha Andika Pramana 20120220005

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(2)

I

ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK BELUT DI PUSAT KULINER BELUT KECAMATAN GODEAN

KABUPATEN SLEMAN

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sebagai Bagian Dari Persyaratan Yang Diperlukan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Oleh :

Rizkha Andika Pramana 20120220005

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(3)

II

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan petunjuk, kekuatan, dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK BELUT DI PUSAT KULINER BELUT KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN ini dapat disusun dan diselesaikan.

Skripsi ini disusun guna memperoleh derajat Sarjana pada Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat terwujud tentu saja tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Ir. Sarjiyah, M.S. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Ir. Eni Istiyanti, M.P. Selaku Dosen Pembimbing Utama dan Kaprodi Agribisnis

3. Dr. Ir. Sriyadi, M.P. Selaku Dosen Pembimbing Pendamping. 4. Ir. Siti Yusi Rusimah, M.S. Selaku Dosen Penguji Skripsi.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta khususnya prongram setudi agribisnis yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

6. Ayah dr. Hari Sasongko, SP.OG, Ibu Agustina Iswantati, kakak dr. Dhyani Rahma Sari, Alm Rizkhi Andika Pramana yang senantiasa mendukung serta mendoakan penulis.

7. Ibu Sarbinah Selaku orang yang bersedia diganggu pada saat pengambilan data pedagang keripik belut.

8. Teman-teman seperjuangan Muhammad Rudi, Rizky Firdaus Hartanto, Septi, dan masih banyak yang lain penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, saran dan kritik dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 27 Desember 2016


(4)

IV

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

INTISARI ... ix

ABSTRACT ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Kegunaan... 3

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 4

A. Tinjauan Pustaka ... 4

B. Hasil Penelitian Sebelumnya... 11

C. Kerangka Berpikir ... 12

III. METODE PENELITIAN ... 14

A. Metode Dasar Penelitian ... 14

B. Metode Pengambilan Sampel ... 14

C. Jenis dan Sumber Data ... 14

D. Asumsi dan Pembatasan masalah ... 15

E. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 15

F. Teknik analisis ... 17

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 20

A. Letak wilayah ... 20

B. Keadaan penduduk ... 21

C. Keadaan Perekonomian ... 23

D. Keadaan Perindustrian ... 24

E. Keadaan Umum di Pusat Kuliner Belut Kecamatan Godean... 25

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Identitas Pedagang ... 27

B. Analisis Biaya dan Sarana Produksi ... 28

C. Penerimaan ... 35


(5)

V

E. Nilai Tambah ... 37

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

A. Kesimpulan ... 39

B. Saran ... 39


(6)

VI

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai Gizi Komperatif Belut per 100 gr ... 7

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Godean Menurut Kelompok Umur Semester 1 Tahun 2014 ... 21

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kecamatan Godean Menurut Tingkat Pendidikan Semester 1 Tahun 2014 ... 22

Tabel 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Godean Menurut Jenis Pekerjaan Semester 1 tahun 2014 ... 23

Tabel 5. Lembaga perekonomian di Kecamatan Godean ... 23

Tabel 6. Data Perindustrian Kabupaten Sleman Tahun 2008 - 2009 ... 24

Tabel 7. Sebaran wilayah asal pedagang... 26

Tabel 8. Jumlah Pengusaha Keripik Belut Menurut Umur di Kecamatan Godean . 27 Tabel 9. Jumlah Pengusaha Keripik Belut Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Godean ... 28

Tabel 10. Penyusutan Alat industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman ... 31

Tabel 11. Biaya Tenaga Kerja industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman ... 33

Tabel 12. Biaya Eksplisit industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman ... 33

Tabel 13. Biaya Implisit industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman ... 35

Tabel 14. Biaya Total industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman ... 35

Tabel 15. Penerimaan industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman ... 36

Tabel 16. Pendapatan Dan Keuntungan industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman ... 36


(7)

VII

Tabel 17. Nilai Tambah industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman ... 37


(8)

VIII

DAFTAR GAMBAR


(9)

(10)

ANALYSIS OF HOME INDUSTRY BUSINESS OF EEL CHIPS IN CULINARY CENTER EEL GODEAN DISTRICT SLEMAN MUNICIPALITY

Rizkha Andika Pramana

Ir.Eni Istiyanti M.P. / Dr.Ir. Sriyadi, M.P. Agribusiness Department, Faculty of Agriculture

Muhammadiyah University of Yogyakarta ABSTRACT

ANALYSIS OF HOME INDUSTRY BUSINESS OF EEL CHIPS IN ULINARY CENTER EEL GODEAN DISTRICT SLEMAN MUNICIPALITY. This research aims at learning about the expenses, income, profit and the added value of Ulinary Center Eel Godean District Sleman Municipality. The respondent collecting was done using sensus method with respondents 29 people. The data was collectedwith observation and interview technique using questionnaire. Then the data was analyzed with business analysis. The total expense needed in home industry business of eel chips in Godean District Sleman Municipality was Rp 3.785.292,- per production. The average income made was Rp 6.240.000,- per production so that the average income made from the eel chips industry was Rp 2.521.858,- per Sunday and the average profit madeby eel chips industry was Rp 2.454.708,- per Sunday. The eel chips industry business in Culinary Center Eel Godean provided added value to the fresh living eel by Rp 37.619,-. It indicated that every one kilogram of fresh living eel could provide added value of Rp 37.619,- after the production process.


(11)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerataan pembangunan dalam rangka mewujudkan kondisi perekonomian yang lebih mantap dan dinamis tidak terlepas dari peran sub sektor non pangan utama seperti perikanan. Perikanan merupakan salah satu sub sektor pertanian setelah tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan kehutanan yang menjadi salah satu pilihan matapencaharian penduduk Indonesia yang pada umumnya produk dijual dalam bentuk segar sehingga kurang memberi nilai tambah pada produk. Oleh karena itu, peran industri pengolahan diharapkan akan lebih memberi nilai tambah pada produk dimana dalam kegiatannya melibatkan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran, lebih mensejahterakan pengusaha, masyarakat sekitar selanjutnya memperbaiki perekonomian baik di tingkat daerah maupun nasional.

Tanpa adanya bahan baku, industri olahan tidak mungkin ada karena kegiatan industri memproses barang mentah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi. Hasil perikanan Indonesia pada umumnya dapat digunakan sebagai bahan baku industri olahan. Salah satu hasil perikanan adalah belut yang dapat diolah menjadi keripik belut. Namun menurut Nuruddin (2007) pada musim penghujan belut melimpah, sedangkan di musim kemarau produksi belut sulit untuk memenuhi permintaan pasar. Musim kemarau harga belut mentah maupun olahan melambung tinggi, sehingga saat musim penghujan petani memasukkan bibit dan ketika musim kemarau bisa panen. Hal ini tentunya berpengaruh pada usaha industri rumah


(12)

tangga keripik belut khususnya di pusat kuliner belut Godean yang sampai sekarang masih mendatangkan memproduksi keripik belut.

Godean merupakan daerah yang memiliki produsen belut goreng. Jumlah produsen sebanyak 29 orang. Kondisi tersebut bisa dikatakan bahwa Kecamatan Godean Kabupaten Sleman menjadi pusat kuliner keripik belut. Salah satu yang khas dan terkenal di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman adalah kripik belut. Sebagian usaha keripik belut di Kabupaten Sleman sudah dimulai sejak tahun 1979 dan usaha pengolahannya sudah berjalan sejak tahun 1992 Pendorong tingginya permintaan keripik belut karena memiliki rasa khas belut goreng yang gurih dan lezat. Keripik belut merupakan hasil olahan dari belut segar dengan penambahan bumbu-bumbu serta tepung beras dalam penggorengannya sehingga lebih enak. Umumnya konsumen lebih memilih membeli keripik belut tepung beras. Hal ini dikarenakan rasanya lebih enak dan lebih rennyah. Oleh karena itu, produsen lebih banyak menyediakan keripik belut tepung beras.

Usaha keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman menggunakan peralatan tradisional mulai dari bahan masakannya, peralatan masaknya, dan masih menggunakan kayu bakar yang dibeli disekitar tempat usaha. Abu kayu bakar pada saat penggorengan tidak terbuang sia-sia karena kedepannya dipakai untuk membuat lemas belutnya dan menghilangkan lendir sebelum dipisahkan dari kotorannya. Sering kali produsen kesulitan mendapatkan belut segar, karena yang dipakai adalah belut sawah yang tidak bisa dipelihara di kolam.


(13)

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : 1) Berapa besar biaya, penerimaan dan keuntungan dari usaha keripik belut

sawah di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman? 2) Berapa besar nilai tambah produk dari usaha keripik belut sawah di pusat

kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman?

B. Tujuan

1) Mengetahui besar biaya, penerimaan dan keuntungan dari usaha keripik belut sawah di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman 2) Mengetahui besarnya nilai tambah produk dari usaha keripik belut sawah di

pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman

C. Kegunaan

1) Bagi penulis, sebagai tambahan pengetahuan serta merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2) Bagi produsen, sebagai tambahan pengetahuan mengenai hasil produk keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman 3) Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan sebagai tambahan informasi

dan pengetahuan tentang kripik belut.

4) Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan


(14)

1

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Industri Rumah Tangga

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:

a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/ tahu, dan industri makanan ringan.

b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.

c. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.

d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun


(15)

secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.

Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi: a. Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda

yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapatdinikmati atau digunakan secara langsung. Misalnya: industri anyaman, industri konveksi, industri makanan dan minuman.

b. Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan. Misalnya: industri pemintalan benang, industri ban, industri baja, dan industri tekstil.

c. Industri tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya: industri angkutan, industri perbankan, industri perdagangan, dan industri pariwisata.


(16)

2. Belut Sawah

Belut sawah memiliki ciri bentuk badan memanjang seperti ular, tidak bersirip dada dan perut, tidak bersisik, sirip dubur dan sirip punggung berubah menjadi sembulan kulit yang tidak berjari-jari. Duburnya jauh ke arah belakang. Tubuhnya licin sehingga susah dipegang. Belut dewasa rata-rata hanya sepanjang 50 cm. Lingkar tubuhnya 5-7 cm (Ahmad, 2007).

Belut termasuk kelas pisces, subkelas teleostei. Dari spesiesnya atau kelompok terkecil, belut bisa dibedakan menjadi Synbranchus bengalensis mc clell atau belut rawa, Monopterus albus zuieuw atau belut sawah, dan Macrotema caligans cant atau belut kali. Belut secara alami memiliki masa kawin selama musim hujan 3 sampai 4 bulan. Hewan ini memakan segala jenis binatang kecil di air. Seperti ikan kecil (Azahari, 2007).

Ikan ini bisa hidup dalam kondisi dan alam apa pun. Asal ada lumpur, air, dan lubang. Tempat memelihara bisa di dataran rendah sampai dataran tinggi. Hanya yang perlu dijaga, kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih. Jangan terlalu keruh dan tidak tercemar kimia beracun maupun minyak/limbah pabrik (Azahari, 2007).

Menurut Nuruddin (2007) belut merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak digemari. Hampir 50 % dari kandungan tubuhnya mengandung protein hewani yang sangat baik untuk kesehatan.


(17)

Tabel 1. Nilai Gizi Komperatif Belut per 100 gr

Zat Gizi Keterangan

Kalori 303

Protein (g) 14

Lemak (g) 27

Karbohidrat (g) 0

Fosfor (mg) 200

Kalsium (mg) 20

Zat besi (mg) 20

Sumber : Nuruddin, 2007

3. Keripik belut Sawah

Menurut Azahari (2007) selain dikonsumsi sebagai menu makanan, belut juga kerap diolah menjadi berbagai jenis makanan ringan yang lezat seperti keripik belut. Keripik belut selama ini menjanjikan keuntungan, karena mengingat disukai semua lapisan masyarakat.

Keripik belut merupakan salah satu dari kreasi dari binatang belut yang telah diolah menjadi makanan kering dan dikenal sejak lama, Pada pengolahannya tidak memakai bahan bahan yang berbahaya untuk kesehatan tubuh seperti pengawet makanan atau pun pewarna makanan. Bahan baku belut dipilih melalui tahap Quality Control untuk mendapatkan hasil keripik belut yang berkwalitas dari rasa maupun nutrisinya.

Pemrosesan dilakukan dengan tradisionil dan ditangani oleh para ahli dibidang pengolahan keripik belut. Sehat dan higienis adalah komitmen dari produk keripik belut ini untuk selalu memberikan yang terbaik bagi konsumen kuliner.


(18)

4. Biaya

Biaya adalah pengorbanan dalam proses produksi, dinyatakan dalam bentuk uang menurut harga pasar yang berlaku. Dalam industri rumah tangga keripik belut sawah terdapat biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh pengrajin yaitu:

a. Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang jumlah totalnya tetap tidak berubah untuk satu periode waktu tertentu.

b. Biaya variabel (variable cost), yaitu biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha sebagai akibat penggunaan faktor produksi yang bersifat variabel, sehingga biaya ini besarnya berubah-ubah dengan berubahnya jumlah barang yang dihasilkan dalam jangka pendek. Yang termasuk biaya variabel adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku.

c. Biaya eksplisit (explicyt cost), yaitu biaya yang secara nyata dibayarkan selama proses produksi oleh responden. Biaya eksplisit meliputi biaya pembelian sarana produksi, dan biaya pembelian bahan baku.

d. Biaya implisit (implicyt cost), yaitu biaya faktor produksi milik produsen sendiri yang diikutsetakan dalam proses produksi untuk menaikan output. Biaya implisit meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga, dan bunga modal sendiri.

Adapun teori biaya dapat dijelaskan secara matematis sebagai berikut: TC = TEC + TIC

Keterangan :

TC : Total Cost (Biaya Total)

TEC : Total explicyt cost (Biaya Eksplisit) TIC : Total implicyt cost (Biaya Implisit)


(19)

5. Penerimaan dan Pendapatan

Pendapatan adalah selisish antara total penerimaan dengan total biaya eksplisit yang digunakan untuk memproduksi barang (output). Besarnya total penerimaan ditentukan oleh tingkat produk dan kualitas produk yang menentukan harga jual. Secara matematis pendapatan dirumuskan sebagai berikut :

NR = TR - TEC TR = P x Q Keterangan :

NR = Net Revenue (Pendapatan) TR = Total Revenue (Penerimaan)

TEC = Total explicyt cost (Biaya Eksplisit) P = Price (Harga Jual Produk)

Q = Quantity (Jumlah Produk Yang Dihasilkan) 6. Keuntungan

Keuntungan adalah penerimaan total dikurangi biaya total. Jadi keuntungan ditentukan oleh dua hal, yaitu penerimaan dan biaya. Jika perubahan penerimaan lebih besar dari pada perubahan biaya dari setiap output, maka keuntungan yang diterima akan meningkat. Jika perubahan penerimaan lebih kecil dari pada perubahan biaya, maka keuntungan yang diterima akan menurun. Keuntungan akan maksimal jika perubahan penerimaan sama dengan perubahan biaya. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

π = TR – (TEC + TIC)


(20)

Keterangan :

Π = Profit (Keuntungan)

TR = Total Revenue (Penerimaan)

Q = Quantity (Jumlah Produk Yang Dihasilkan) P = Price (Harga Jual Produk)

TEC =Total explicyt cost (Biaya Eksplisit) TIC = Total implicyt cost (Biaya Implisit) 7. Nilai Tambah

Nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena komoditas tersebut telah mengalami proses pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan dalam suatu proses produksi. Nilai tambah ini merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang digunakan seperti modal, tenaga kerja dan manajemen perusahaan yang dinikmati oleh produsen maupun penjual(Suhendar, 2002).

Menurut Zakaria (2000) nilai tambah dapat dirumuskan sebagai berikut : NT = Na – (Nb + Ni)

Keterangan : NT = Nilai tambah Na = Nilai akhir Nb = Nilai bahan baku

Ni = Nilai bahan penolong dan input lain

Sedangkan nilai akhir (Na) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Na = �� ��� � Keterangan:

Na = Nilai akhir Hp = Hasil produksi Bb = Bahan baku H = Harga produk


(21)

B. Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian Zaenuri (2004) yang berjudul Analisis Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kota Pekalongan dimana hasil penelitian menunjukkan rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk usaha pengolahan dalam satu bulan sebesar Rp 73.346.795,00. Penerimaan yang diterima selama satu bulan sebesar Rp 91.772.440,00, sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp 20.467.564,00.

Tingkat efisiensi usaha diperoleh angka 1,27 sehingga bisa dikatakan sudah efisien. Nilai koefisien varian adalah 0,71 yang berarti lebih besar dari standar nilai koefisien varian (0,5) dan batas bawah keuntungan yang di dapat sebesar minus Rp 8.509.183.20, hal ini menunjukkan bahwa pengolahan ikan asin berisiko tinggi untuk dilakukan dengan kemungkinan kerugian yang ditanggung oleh produsen yang cukup besar, yaitu Rp 8.509.183,20. Tingginya risiko yang dihadapi oleh pengusaha pengolahan ikan asin maka pengalokasian faktor produksi harus lebih diperhitungkan. Selain itu, perlu adanya kesatuan para pengusaha untuk menghadapi tantangan masa yang akan datang.

Penelitian Usnun (2004) yang berjudul Analisis Usaha Pembuatan Krupuk Rendeng Puyur Di Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh produsen krupuk rendeng puyur selama bulan Oktober 2003 sebesar Rp 2.411.931,00 dengan biaya total rata-ratanya sebesar Rp 2.095.115,00 sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh selama bulan Oktober 2003 Rp 316.816,00. Profitabilitas dari usaha krupuk rendeng puyur sebesar 15,2 %. Koefisien Variasi dari usaha ini adalah 0,65, dengan simpangan baku Rp 204.258,00 dan batas bawah keuntungan sebesar minus Rp 91.700,00. Usaha


(22)

krupuk rendeng puyur sudah efisien meskipun memiliki kemungkinan risiko usaha yang cukup besar, dengan nilai R/C sebesar 1,15 yang berarti setiap 1 Rupiah biaya yang dikeluarkan akan didapatkan penerimaan 1,15 kali dari biaya yang dikeluarkan.

C. Kerangka Berpikir

Usaha keripik belut di Kecamatan Godean Kabupaten Sleman merupakan industri rumah tangga dengan bahan utama belut. Proses produksi membutuhkan biaya yang terdiri dari biaya implisit meliputi Biaya tenaga kerja dalam keluarga, Bunga modal dan biaya eksplisit meliputi Biaya bahan baku, Biaya bahan baku tambahan.

Dari proses produksi menghasilkan output berupa keripik belut yang dijual dgn harga tertentu menghasilkan penerimaan, dan Penerimaan dikurangi biaya eksplisit jadi pendapatan. Dari pendapatan itu bisa menghasilkan keuntungan dan nilai tambah dari keripik belut.


(23)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Industri Keripik

Belut

Proses Produksi Masukan (bahan utama)

Biaya Implisit:  Biaya tenga

kerja dalam keluarga  Bunga modal

 Keuntungan  Nilai tambah

Output / Keripik

Penerimaan

Harga output BiayaExplisit:

 Biaya bahan baku  Biaya bahan

tambahan

 Biaya bahan bakar  Biaya tenaga kerja 


(24)

1

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskripsi ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2011)

B. Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini dilakukan di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman, karena Kecamatan Godean merupakan sentra industri keripik belut. Untuk menentukan jumlah responden dilakukan dengan metode sensus, yaitu suatu metode yang mengambil seluruh populasi sebagai responden. Jumlah responden dalam penelitian ini diambil berdasarkan jumlah populasi yang ada di pusat kuliner belut Godean yaitu sebanyak 29 orang.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari responden, diperoleh melalui wawancara langsung ke lapang dengan daftar pertanyaan (kuisioner) yang sudah di persiapkan. Meliputi : jenis kelamin, umur responden, lama pendidikan, pengunaan bahan baku dan bahan tambahan, tenega kerja, bahan bakar.


(25)

2

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi/ lembaga yang ada hubugannya dengan penelitian seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman.

D. Asumsi dan Pembatasan masalah

1. Asumsi

a. Produk keripik belut dijual seluruhnya.

b. Faktor produksi berupa tenaga kerja keluarga dalam kegiatan, diasumsikan menerima upah yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar.

c. Teknologi selama penelitian dianggap tidak berubah. 2. Pembatasan masalah

a. Analisis usaha yang dimaksud dalam penelitian ini didasari biaya, penerimaan, keuntungan, dan nilai tambah dari industri rumah tangga keripik belut sawah di Kecamatan Godean Kabupaten Sleman.

b. Aset rumah tidak diikutsertakan dalam perhitungan biaya (biaya total) karena aset rumah mempunyai fungsi ganda (sebagai tempat tinggal dan tempat produksi).

E. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Keripik belut sawah yaitu hasil olahan belut segar sebagai lauk, camilan pada umumnya memiliki rasa gurih.

2. Analisis usaha adalah penyidikan terhadap kelangsungan suatu usaha dengan meninjau dari berbagai hal yang meliputi, biaya, penerimaan, keuntungan,dan nilai tambah.


(26)

3

3. Industri keripik belut sawah adalah kegiatan pengolahan belut sawah mulai dari menghilangkan kotoran, pencucian, pemberian bumbu dengan tepung sedang maupun tepung banyak kemudian digoreng..

4. Responden adalah pengusaha sebagai produsen keripik belut yang mengolah belut segar menjadi keripik belut sawah dan berdomisili di Kabupaten Sleman.

5. Biaya Impilisit adalah pengeluaran atas faktor-faktor yang dimiliki produsen itu sendiri, seperti bunga modal sendiri dan tenaga kerja dalam keluarga dalam bentuk rupiah (Rp).

6. Biaya Explisit adalah semua biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani selama produksi usaha berlangsung yang terdiri dari penyusutan alat, bahan baku, bahan tambahan, dan biaya tenaga kerja dalam bentuk rupiah (Rp).

7. Biaya total usaha adalah semua biaya yang digunakan dalam usaha pembuatan keripik belut, baik yang benar benar dikeluarkan atau tidak, yang terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel, yang dinyatakan dengan satuan rupiah.

8. Tenaga kerja yang dipergunakan adalah sebagian anggota keluarga produsen keripik belut di Kabupaten Sleman. Biaya tenaga kerja dinyatakan dalam satuan rupiah/minggu.

9. Penerimaan diperoleh dengan cara mengalikan produksi total dengan harga per satuan produk yang dinyatakan dalam satuan rupiah/minggu.


(27)

4

10.Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya tetap yang dinyatakan dalam satuan rupiah/minggu.

11.Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dinyatakan dalam satuan rupiah/minggu.

12.Nilai tambah adalah selisih antara nilai produk dengan nilai bahan baku maupun bahan penolong ditambah dengan sumber-sumber input lain yang dikeluarkan dalam industri keripik belut dalam satuan Rupiah/kg.

F. Teknik analisis

1. Biaya Total

TC = TEC + TIC Keterangan :

TC : Total Cost (Biaya Total)

TEC : Total explicyt cost (Biaya Eksplisit) TIC : Total implicyt cost (Biaya Implisit)

2. Penerimaan dan Pendapatan

Secara matematis dituliskan dengan rumus : NR = TR - TEC

TR = Q x P Keterangan :

NR = Net Revenue (Pendapatan) TR = Total Revenue (Penerimaan)

TEC = Total explicyt cost (Biaya Eksplisit) Q = Quantity (Jumlah Produk Yang Dihasilkan) P = Price (Harga Jual Produk)


(28)

5

3. Keuntungan

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

π = TR – (TEC + TIC)

π = Q x P – (TEC + TIC)

Keterangan :

Π = Profit (Keuntungan)

TR = Total Revenue (Penerimaan)

Q = Quantity (Jumlah Produk Yang Dihasilkan) P = Price (Harga Jual Produk)

TEC =Total explicyt cost (Biaya Eksplisit) TIC = Total implicyt cost (Biaya Implisit)

4. Nilai Tambah

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : NT = Na – (Nb + Ni) Keterangan :

NT = Nilai tambah produk akhir industri keripik belut (Rp) Na = Nilai produk akhir industri keripik belut (Rp)

Nb = Nilai bahan baku (Rp)

Ni = Nilai bahan penolong dan input lain (Rp).

Sedangkan untuk nilai akhir (Na) dihitung dengan rumus sebagai berikut : Na = ��

�� � � Keterangan :

Na = Nilai produk akhir (Rp/kg) Hp = Hasil produksi (kg)

Bb = Bahan baku (kg)


(29)

6

No Uraian Rumus

1 Hasil Produksi (kg) (Hp)

2 Belut segar hidup (kg) (Bb)

3 Faktor konversi (1) / (2) (Hp) / (Bb) 4 Harga hasil produsi (Rp / kg) (H)

5 Harga belut segar hidup (Rp / kg) (Nb) 6 Sumbangan Input Lain (Rp/kg) (Ni) 7 Nilai Produk Akhir (3) x (4) (Rp) (Na)


(30)

1

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Letak wilayah

Godean adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Godean berada di sekitar 10 km sebelah Barat daya dari Ibukota Kabupaten Sleman. Lokasi ibu kota kecamatan Godean di Jl. Godean Km.10, Sleman berada di 7.76774‘ LS dan 110.29336‘ BT. Kecamatan Godean mempunyai luas wilayah 2.684 Ha. Bentangan wilayah di Kecamatan Godean berupa tanah yang datar dan sedikit berbukit.

Batas wilayah Kecamatan Godean :

1. Barat : Kecamatan Minggir

2. Utara : Kecamatan Mlati, Kecamatan Seyegan

3. Timur : Kecamatan Gamping

4. Selatan : Kecamatan Moyudan

Sudah sejak lama Wilayah Godean merupakan pusat ekonomi bagi wilayah Sleman bagian barat seperti di Pasar Godean. Pasar Godean merupakan salah satu pasar tradisional yang terkenal di wilayah barat Kota Yogyakarta. Pasar tersebut menjadi pusat pertumbuhan bagi wilayah-wilayah di bagian barat Kota Yogyakarta. Salah satu yang khas dan terkenal dari Pasar Godean adalah Peyek Belut.

Peyek Belut di deretan kios di pasar ini buka setiap hari sepanjang tahun. Merupakan salah satu makanan khas yang menjadi oleh-oleh bagi orang yang mengunjungi sekitar wilayah tersebut. Harganya yang terjangkau, dengan rasanya yang gurih, membuat Peyek Belut laris manis sebagai oleh-oleh untuk camilan.


(31)

2

Selain itu Kecamatan Godean merupakan sentra kerajinan genteng terbesar untuk wilayah Kabupaten Sleman. Hampir diseluruh pelosok Kecamatan ini dapat kita temui kerajinan genteng tanah liat.

B. Keadaan penduduk

1. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Umur

Laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, jumlah kematian dan migrasi yang terjadi di daerah tersebut. Pertumbuhan penduduk Kecamatan Godean Tahun 2014 ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kecamatan Godean Menurut Kelompok Umur Semester 1 Tahun 2014

No. Usia (th) Laki - laki Perempuan Jumlah Jiwa (orang)

1 0 - 14 6.633 5.950 12.583

2 15 - 64 25.415 24.505 49.920

3 > 65 4.110 3.974 8.084

Jumlah 36.158 34.429 70.587

Sumber : Data Hasil Konsolidasi dan Pembersihan Database Kependudukan oleh Ditjen Kependudukan Pencatatan Sipil Kemendagri, diolah Bagian Kependudukan Biro Tata Pemerintahan Setda DIY

Dari Tabel 2. Dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kecamatan Godean didominasi oleh orang yang berusia 15 samapai 64 tahun dengan jumlah penduduk 49.920 orang. Jumlah tersebut termasuk usaha keripik belut pengusahanya rata – rata berumur 40an keatas.

2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan masyarakat. Apabila penduduk di suatu daerah telah mengenyam pendidikan, terutama pendidikan tinggi, maka potensi untuk pengembangan daerah tersebut besar. Keadaan penduduk Kecamatan Godean menurut tingkat pendidikan dapat diamati pada tabel berikut :


(32)

3

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Godean Menurut Tingkat Pendidikan Semester 1 Tahun 2014

No Keterangan Jumlah (orang)

1 Tidak Sekolah 11.127

2 Belum Tamat SD/MI 7.496

3 Tamat SD/MI 11.293

4 SMP/MTs 9.420

5 SMA/SMK/MA 22.086

6 Diploma I/II 689

7 Akademi/Dplm III/S.Mud 2.096

8 Diploma IV/Strata I 5.738

9 Strata II 560

10 Strata III 82

Jumlah 70.587

Sumber : Data Hasil Konsolidasi dan Pembersihan Database Kependudukan oleh Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri. Diolah Bagian Kependudukan Biro Tata Pemerintahan Setda DIY

Dari Tabel 3. Dapat diketahui bahwa jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Godean Kabupaten Sleman paling tinggi dijenjang SMA. Karena dari sebagian mereka ada yang tidak mampu untuk meneruskan ke jenjang berikutnya walaupun dijenjang SMA mereka bisa melakukan usaha sendiri walau pengetahuannya sedikit seperti usaha keripik belut ini.

3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan

Keadaan mata pencaharian penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh sumberdaya yang tersedia dan kondisi sosial ekonomi seperti keterampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan dan modal yang tersedia. Keadaan penduduk Kecamatan Godean menurut mata pencaharian yaitu :


(33)

4

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kecamatan Godean Menurut Jenis Pekerjaan Semester 1 tahun 2014

No Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)

1 Belum Bekerja 1.682

2 Tni 163

3 Polri 248

4 Pejabat Negara 4

5 Buruh /Tukang Berkeahlian Khusus 9.292 6 Sektor Pertanian /Peternakan /Perikanan 2.719

7 Karyawan Bumn/Bumd 284

8 Karyawan Swasta 11.144

9 Wiraswasata 7.154

10 Tenaga Medis 201

11 Pekerjaan Lainnya 36.158

Jumlah 70.587

Sumber : Data Hasil Konsolidasi dan Pembersihan Database Kependudukan oleh Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri. Diolah Bagian Kependudukan Biro Tata Pemerintahan Setda DIY

Dari Tabel 4. Dapat diketahui bahwa jumlah penduduk menurut mata pencaharian paling banyak di pekerjaan lain dengan jumlah 36.158 jiwa. Contohnya seperti berdagang dari sebagian penjual menganggap menjadi pedagang adalah usaha pokok seperti berjualan keripik belut.

C. Keadaan Perekonomian

Kondisi perekonomian suatu wilayah merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan di wilayah tersebut. Perkembangan perekonomian dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian yang memadai.

Tabel 4. Lembaga perekonomian di Kecamatan Godean

No. Lembaga Perekonomian Jumlah (unit)

1 Koperasi 99

2 Pasar 5

3 Usaha Industri Besar Dan Sedang 3

4 Industri Kecil 377

5 Industri RT 2044

Jumlah 2528


(34)

5

Dari Tabel 5. Dapat diketahui bahwa Jumlah lembaga perekonomian di Kecamatan Godean Kabupaten Sleman paling banyak di Industri Rumah Tangga dengan jumlah 2044 unit. Termasuk usaha keripik belut yang ada di pasar belut

D. Keadaan Perindustrian

Dinas perindustrian mengelompokkan industri menjadi industri besar / menengah dan industri kecil dari jumlah asset yang dimiliki. Adapun kelompok sentra industri dan jumlah unit usaha menurut bidang usaha dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Data Perindustrian Kabupaten Sleman Tahun 2008 - 2009

No Keterangan 2008 2009

1 Jumlah industri - 14.813 15.112

Industri Kecil & Rumah Tangga 14.720 15.012 Industri Menengah & Besar 93 100

2 Nilai Investasi (000) 479.420.006 482.464.386 Industri Kecil & Rumah Tangga 93.470.002 95.554.383 Industri Menengah & Besar 385.950.004 386.910.003 3 Nilai bahan baku (000) 2.027.483.958 1.768.000.626

Industri Kecil & Rumah Tangga 272.949.718 280.155.590 Industri Menengah & Besar 1.754.534.240 1.487.845.035 4 Nilai produksi (000) 2.985.854.969 2.830.242.670 5 Nilai tambah (000) 958.371.011 1.062.242.044

Industri Kecil & Rumah Tangga 320.742.872 330.160.392 Industri Menengah & Besar 637.628.139 732.081.652

Jumlah 6.451.144.757 6.142.964.838

Dari Tabel 6. Dapat diketahui bahwa Jumlah industri di Kabupaten Sleman dari tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup bagus dikarenakan jumlah perindustrian dari tahun ketahun bertambah.


(35)

6

E. Keadaan Umum di Pusat Kuliner Belut Kecamatan Godean 1. Sejarah

Pada awalya, Godean belum dikenal sebagai sentra industri keripik belut. Hal ini dikarenakan kebanyakan pelakunya adalah para pedagang besar. Namun, dengan adanya inisiasi dari pemerintah untuk mendampingi pedagang kecil, geliat bisnis keripik belut pun meningkat. Pendampingan yang diberikan berupa pelatihan tentang pengolahan belut menjadi keripik dengan cara yang lebih baik. Pengolahan belut pun dikembangkan dalam jumlah besar dengan menambah peralatan yang digunakan.

Pelatihan terus dilakukan untuk meningkatkan cita rasa dan kualitas keripik

belut. Seiring perkembangannya, paguyuban yang bernama “Harapan Mulya” pun

dibentuk sebagai tempat bertemu, konsultasi dan pengembangan keterampilan serta pemasaran keripik belut dari para produsen. Pengurus paguyuban “Harapan Mulya” yaitu Ketua : H. Suyati, Sekertaris : Anik Purwanti, Bendahara : Ngartini. Kegiatan dari paguyuban arisan, simpan pinjam, pengajian.

Industri pengolahan keripik belut tidak terhindar dari pasang dan surut. Keadaan perekonomian Indonesia yang tak selalu stabil ini pun membuat usaha keripik belut mengalami jatuh bangun. Namun, perkembangan bisnis keripik belut hingga pertengahan tahun 2008 cukup menggembirakan, dan sampai saat ini Godean tetap menjadi sentra industri keripik belut.

Inovasi dalam menciptakan variasi keripik belut pun terus dilakukan. Bahkan seorang produsen telah melakukan uji coba beberapa kali untuk mendapat cita rasa pedas pada keripik belut yang diproduksinya. Kemasan keripik belut pun tak luput


(36)

7

dari perbaikan. Jika awalnya keripik belut hanya dibungkus plastik keresek hitam, sekarang produsen membungkus keripik belut dengan kemasan yang lebih menarik. Pengembangan usaha juga dilakukan dengan memproduksi olahan lain seperti keripik paru, bayam, jamur, tempe, dan ikan wader. Meskipun demikian, penjualan keripik belut tetap mendominasi.

2. Sebaran Wilayah Asal Pedagang Tabel 6. Sebaran wilayah asal pedagang

No Asal Pedagang Jumlah

1 Kecamatan Godean 14

2 Kecamatan Seyegan 11

3 Kecamatan Minggir 2

4 Kecamatan Moyudan 2

Total Pedagang 29

Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa asal pedagan industri rumah tangga keripik belut di pasar kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman paling banyak dari daerah Godean dengan jumlah pedagang 14 pedagang. Alasannya karena Godean adalah daerah pusat kuliner belut itu sendiri


(37)

1

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Pedagang

1. Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha keripik belut yang pada masa penelitian masih aktif berproduksi dan berdomisili di Kecamatan Godean. Identitas responden ini meliputi: umur responden, lama pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam produksi, lama mengusahakan, status usaha dan alasan usaha. Umur responden berpengaruh langsung terhadap tenaga kerja yang diterapkan dalam mengusahakan usaha keripik belut. Jumlah pengusaha keripik belut berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Jumlah Pengusaha Keripik Belut Menurut Umur di Kecamatan Godean

Umur Jumlah (jiwa) Persentase (%)

40-50 17 58,6

51-60 7 24,1

>60 5 17,2

Jumlah 29 100

Dari Tabel 8 Jumlah pengusaha yang dijadikan respnden pada penelitian ini berjumlah 29 orang dengan umur 40 tahun sampai dengan lebih dari 60 tahun. Dari jumlah keseluruhan yang paling mendominasi adalah responden yang berumur 40 sampai 50 tahun, dengan persentase sebesar 60%. Selanjutnya adalah responden dengan umur 51 sampai 60 tahun yang berjumlah 7 orang dengan persentase 23,33%, petani yang lebih dari 60 tahun berjumlah 5 oarang dengan persentase 16,6%. Umur petani juga mempengaruhi produktivitas kerja yang dibutuhkan. Semakin banyak petani yang berumur produktif maka kemampuan tenaga yang dicurahkan dalam mengolah keripik belut akan semakin besar.


(38)

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan pada pengusaha merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha keripik belut. Tingkat pendidikan pengusaha akan mempengaruhi cara berpikir untuk mengembangkan usahataninya. Selain dengan mudah menerima informasi mengenai usaha keripik belut, dan informasi mengenai pasar.

Tabel 2. Jumlah Pengusaha Keripik Belut Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Godean

Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

SD 9 31

SMP 4 13,8

SMA/SMK 16 55,2

Jumlah 29 100

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah pengusaha keripik belut berdasarkan tingkat pendidikan didominasi oleh tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan dengan persentase sebanyak 56,66%. Artinya mayoritas pengusaha keripik belut yang ada di pusat kuliner belut Godean memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi, perbedaan tingkat pendidikan responden tidak terlalu berpengaruh terhadap keberhasilan dalam melakukan usaha keripik belut.

B. Analisis Biaya dan Sarana Produksi

Biaya produksi merupakan nilai yang digunakan selama proses produksi keripik belut berlangsung. Biaya terdiri dari biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit meliputi biaya bahan baku, biaya bahan tambahan, dan biaya bahan bakar. Sedangkan biaya implisit meliputi biaya tenaga kerja dalam dan bunga modal sendiri.


(39)

1. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku merupakan hal penting untuk proses usaha keripik belut di Kecamatan Godean. Penggunaan belut yang segar dan berkualitas baik akan sangat mendukung usaha keripik belut. Bahan baku utama yang digunakan dalam industri keripik belut adalah belut segar hidup yang diperoleh dari pengumpul daerah Jawa Timur seperti Kediri, Malang, Ngawi, Madiun, Jombang, Bojonegoro. Hasil belut lokal kurang memenuhi permintaan pengusaha keripik belut karena jumlah yang sedikit. Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan belut segar hidup kebanyakan diperoleh dari luar daerah Yogyakarta.

Belut segar hidup yang dari luar daerah dikumpulkan oleh pedagang pengumpul kemudian dikirimkan langsung ke rumah pengusaha keripik belut sesuai pesanan. Pengusaha keripik belut memperoleh belut segar hidup dengan harga rata-rata Rp 38.000,- /Kg diperoleh dari luar daerah, dimana beban tenaga diikut-sertakan pada harga belut segar hidup yang diterima pengusaha, dengan demikian lebih menghemat waktu, dan tenaga kerja.

Di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Rata-rata pengusaha keripik belut memproduksi 67 kg dalam sekali produksi biaya belut mentah dihitung dengan penjumlahan antara biaya belut mentah rata-rata dibagi dengan jumlah pengusaha. Jadi biaya rata-rata yang diperoleh dalam sekali produksi keripik belut adalah Rp 2.544.643,-.

2. Biaya Tepung Beras

Tepung beras juga sangat penting keberadaannya pada proses produksi usaha keripik belut, tepung digunakan untuk membuat adonan yang kemudian


(40)

dicampur dengan bumbu dan belut mentah sebelum digoreng. Biaya penggunaan tepung dengan jumlah 30 kg, dengan biaya rata-rata dalam satu kali produksi sebesar Rp 300.000,-kualitas tepung beras yang digunakan juga sangat menentukan hasil adonan yang di hasilkan dalam usaha keripik belut di Kecamatan Godean.

3. Biaya Minyak Goreng

Minyak goreng yang dibeli di pasar godean dengan jumlah penggunaan rata-rata minyak goreng pada usaha keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman adalah sebanyak 32 kg dalam sekali produksi dengan biaya rata-rata dalam sekali produksi sebesar Rp 384.000,-.

4. Biaya Bumbu

Bumbu adalah bahan penyedap makanan atau masakan dan sifatnya tidak tahan lama atau tidak awet. Pada usaha keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman terdapat beberapa bumbu yaitu: Bawang putih, Ketumbar, Kunyit, Kemiri, Jeruk Nipis, Garam. Jumlah Biaya bumbu rata-rata yang digunakan untuk usaha keripik belut dalam satu kali produksi adalah sebesar Rp 121.429,-

5. Bahan bakar kayu

Kayu bakar yang dibeli di sekitaran rumah produksi. Jumlah penggunaan rata-rata kayu bakar pada usaha keripik belut di Kecamatan Godean adalah sebanyak 17 ikat kayu bakar dalam sekali produksi dengan biaya rata-rata dalam sekali produksi sebesar Rp 119.483,-. Dengan harga per ikat Rp 7.000,-


(41)

6. Penyusutan Alat

Penyusutan alat merupakan biaya yang dikeluarkan secara tidak tunai dan tidak diperhitungkan oleh petani, tetapi pada penghitungan biaya produksi merupakan biaya tunai. Biaya penyusutan alat masuk dalam biaya usaha keripik belut karena alat tidak hanya digunakan sekali pakai. Berikut rata-rata biaya penyusutan alat pada suahatani cabai merah lahan pasir pantai dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Penyusutan Alat industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman

Jenis Alat Biaya (Rp) Persentase (%)

Wajan 1.776 34,6

Serok 361 7,0

Suthil 510 9,9

Tirisan 454 8,8

Kardus 254 4,9

Plastic 75 1,5

Ember 350 6,8

Tumbu 553 10,8

Irik 806 15,7

Jumlah 5.139 100,0

Dari tabel 10 menunjukkan bahwa penyusutan alat tertinggi adalah wajan yaitu sebesar Rp 1.776,- atau sebesar 34,6%. Hal ini dikarenakan harga wajan per unit masih mahal. Biaya total penyusutan yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 5.139,- per produksi.

Peralatan usaha yang digunakan dalam usaha keripik belut semuanya masih tergolong jenis peralatan non mekanis. Peralatan usaha yang digunakan meliputi :

a. Wajan


(42)

b. Sutil

Berfungsi untuk memudahkan kita untuk melakukan penggorengan keripik belut

c. Serok

Berfungsi untuk mengangkat keripik belut yang telah digoreng dari penggorengan.

d. Ember

Berfungsi untuk mencampur bumbu dan tepung beras menjadi satu. e. Irik

Anyaman bambu yang berfungsi untuk menaruh keripik belut setelah digoreng agar minyak yang tersisa di keripik belut berkurang.

f. Tumbu

Berfungsi sebagai tempat mencuci belut setelah dibersihkan dari kotorannya.

g. Kardus

Berfungsi sebagai tempat keripik belut setelah diletakkan di irik. h. Tirisan

Berfungsi sebagai mengurangi kandungan minyak pada hasil pengorengan. i. Plastik

Berfungsi sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan.


(43)

7. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga Kerja yang digunakan dalam usaha keripik belut merupakan tenaga kerja dalam keluarga akan tetapi mereka dibayar seperti tenaga kerja luar keluarga sehingga termasuk biaya eksplisiet. Tugas tenaga kerja yaitu membersihkan belut, menggoreng, dan menjual.

Tabel 4. Biaya Tenaga Kerja industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman

No Kegiatan HKO Upah (Rp) Biaya (Rp)

1 Membersihkan belut 1,52 50.000 75.862

2 Menggoreng 1,34 60.000 80.690

3 Penjualan 1,45 60.000 86.897

Total 243.448

Dari tabel 11 menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja tertinggi adalah penjualan yaitu sebesar Rp 86.897,- dan biaya terendahnya adalah membersihkan belut yaitu sebesar Rp 75.862,-. Jumlah biaya tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar Rp 243.448,-

8. Biaya Eksplisit

Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan untuk proses produksi. Biaya ini berupa bahan baku, biaya bahan tambahan, penyusutan alat, tenaga kerja.

Tabel 5. Biaya Eksplisit industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman

Uraian Biaya (Rp)

Bahan baku 2.544.643

Kayu bakar 119.483

Tepung 300.000

Minyak goreng 384.000

Bumbu 121.429

Penyusutan alat 5.139

Biaya tenaga kerja 243.448


(44)

Dari Tabel 12 menunjukkan bahwa biaya eksplisit yang paling tinggi digunakan adalah bahan baku yaitu sebesar Rp 2.544.643,- hal ini dikarenakan harga belut segar dipasaran masih mahal. Sedangkan biaya yang paling rendah adalah penyusutan alat yaitu sebesar Rp 5.139,- Jumlah biaya eksplisit yang dikeluarkan oleh pengusaha keripik belut Rp 3.718.142,-.

9. Biaya Implisit

Biaya implisit adalah biaya yang dikeluarkan secara tidak nyata untuk proses produksi. Biaya tersebut merupakan biaya yang disediakan diluar dari biaya yang sudah dihitung atau diduga. sehingga biaya implisit meliputi tenaga kerja dalam keluarga, dan bunga modal sendiri.

Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada usaha keripik belut hanya di penjualan karena pada saat penjualan pemilik ikut serta tetapi tidak mendapatkan upah. Rata – rata pemilik usaha bekerja selama 8 jam kerja dalam sehari.

Bunga modal yang digunakan pengusaha secara keseluruhan pada industri keripik belut merupakan modal pribadi dari pengusaha yang bersangkutan. Modal ini mula-mula sedikit, namun karena usaha ini memiliki keuntungan, maka keuntungan dari hari ke hari digunakan untuk menambah modal usaha. Bunga modal sendiri diperoleh dari biaya eksplisit atau biaya yang benar-benar dikeluarkan dikalikan dengan suku bunga pinjaman yang berlaku. Total biaya eksplisit sebesar Rp 3.718.142,- dan suku bunga bank BRI adalah 10% per tahun. Jadi besarnya bunga modal usaha keripik belut adalah Rp 7.150,- / Minggu


(45)

Tabel 6. Biaya Implisit industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman

Uraian Biaya (Rp)

Biaya Tenaga Kerja 60.000

Bunga Modal Sendiri 7.150

Jumlah 67.150

Dari Tabel 13 menunjukkan bahwa Biaya implisit yang paling kecil digunakan adalah bunga modal sendiri yaitu sebesar Rp 7.150,- dan biaya yang paling besar dikeluarkan adalah tenaga kerja dalam keluarga yaitu Rp 60.000,- jadi jumlah biaya implisit yang dikeluarkan untuk usaha keripik belut adalah Rp 67.150 ,- .

10. Biaya Total

Biaya total merupakan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani dalam satu musim tanam, baik eksplisit maupun implisit. Berikut biaya rata-rata yang dikeluarkan pengusaha keripik belut di Kecamatan Godean.

Tabel 7. Biaya Total industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman

Uraian Biaya (Rp)

Biaya Eksplisit 3.718.142

Biaya Implisit 67.150

Biaya Total 3.785.292

Dari tabel 14 dapat diketahui biaya total produsi keripik belut di Usaha Industri Rumah Tangga Keripik Belut Sawah di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman adalah Rp 3.785.292,- dan biaya implisit Rp 67.150,- ditambah dengan biaya eksplisit Rp 3.718.142,-.

C. Penerimaan

Penerimaan merupakan perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual pada saat penelitian. Berikut tabel penerimaan keripik belut dalam satu kali produksi


(46)

Tabel 8. Penerimaan industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman

Uraian Jumlah

Produksi (Kg) 52

Harga (Rp) 120.000

Penerimaan (Rp) 6.240.000

Dari tabel 15 dapat diketahui bahwa rata-rata produksi keripik belut di Kecamatan Godean adalah 52 kg per produksi dengan harga Rp 120.000,- per kg jadi penerimaan usaha keripik belut setiap satu kali produksi adalah adalah sebesar Rp 6.240.000,-

D. Pendapatan dan Keuntungan

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan biaya eksplisiet. Total penerimaan di definisikan sebagai nilai yang diterima dari penjualan produk yang merupakan perkalian antara harga dengan jumlah produksi. Keuntungan yang diperoleh merupakan selisih antara penerimaan total (TR) dengan biaya total (TC), dimana yang diperhitungkan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses prduksi, baik berupa biaya eksplisit maupun biaya implisit. Berikut tabel rata-rata biaya pendapatan usaha keripik belut di Kecamatan Godean.

Tabel 9. Pendapatan Dan Keuntungan industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman

No. Uraian Jumlah

1 Penerimaan 6.240.000

2 Biaya Eksplisit 3.718.142

3 Biaya Implisit 67.150

4 Pendapatan (1-2) 2.521.858


(47)

Dari Tabel 16 menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata dari usaha keripik belut yaitu sebesar Rp 2.521.858,- dan keuntungan dari usaha keripik belut ini Rp 2.454.708,-

E. Nilai Tambah

Analisis nilai tambah berguna untuk menguraikan proses produksi menurut sumbangan masing-masing faktor produksi. Dasar perhitungan metode analisis nilai tambah ini menggunakan perhitungan Kg bahan baku belut segar dan masih hidup. Nilai tambah industri keripik belut disajikan pada tabel berikut :

Tabel 10. Nilai Tambah industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman

No Uraian Rata-rata per satu kali

produksi

1 Hasil Produksi (kg )(Hp) 52

2 Belut segar hidup (kg) (Bb) 67

3 Faktor konversi (1) / (2) (Hp) / (Bb) 0,78

4 Harga hasil produsi (Rp / kg) (H) 120.000

5 Harga belut segar hidup (Rp / kg) (Nb) 38.000

6 Sumbangan Input Lain (Rp/kg) (Ni) 17.515

7 Nilai Produk Akhir (3) x (4) (Rp) (Na) 93.134

8 Nilai Tambah (7)-(5)-(6) (Rp) (Na)-(Nb)-(Ni) 37.619 Dari tabel 17 diketahui bahwa memperoleh nilai tambah dengan cara menghitung nilai produk akhir terlebih dahulu caranya dengan jumlah hasil produksi 52 kg kemudian dibagi jumlah bahan baku 67 kg dengan jumlah konversi 0,78yang berarti bahwa dalam penggunaan tiap satu Kg belut segar akan menghasilkan keripik belut sebanyak 0,78 Kg. Kemudian dikali harga keripik belut per kilongram Rp 120.000,-, sehingga diperoleh nilai produk akhir sebesar Rp 93.134,-. Untuk menghitung nilai tambah yaitu dengan cara nilai produk akhir Rp 93.134,- dikurangi nilai bahan baku Rp 38.000,- dikurangi nilai bahan input lain Rp 17.515,-, sehingga nilai tambahnya sebesar Rp 37.619,- per Kg belut segar. Angka


(48)

ini menunjukkan bahwa tiap Kg belut segar yang digunakan sebagai bahan baku dalam industri keripik belut akan menambah nilai sebesar Rp 37.619,-.


(49)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Biaya total industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Godean adalah sebesar Rp 3.785.292,-per produsi. Penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 6.240.000,-per produksi sehingga pendapatan yang diperoleh industri keripik belut adalah Rp 2.521.858,- per minggu dan keuntungan yang diperoleh industri keripik belut adalah sebesar Rp 2.454.708,-per minggu.

2. Usaha industri keripik belut di pusat kuliner belut Godean memberikan nilai tambah bagi belut segar hidup sebesar Rp 37.619,-. Hal ini menunjukkan bahwa setiap satu Kg belut segar hidup setelah mengalami proses produksi mampu memberikan nilai tambah sebesar Rp 37.619,-

B.Saran

Penulis berharap pedagang keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman menekan biaya produksi yang dikeluarkan, seperti biaya tepung, biaya minyak goreng. Penulis mengharapkan pedagang keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman tetap melanjutkan kegiatan berdagang, hal ini didukung oleh analisis usaha yang telah dilakukan bahwa usaha keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman, menguntungkan dan layak diusahakan.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, L. 2007. Flora dan Fauna : Belut Tubuhnya Licin, Bergizi Tinggi. http://www.lampung post.com, diakses pada tanggal 08 Januari 2016 pukul 13.05 WIB.

Azahari, H. 2007. Budidaya dan Pengolahan Belut. http://www.indosiar.com, diakses pada tanggal 28 Januari 2016 pukul 13.37 WIB.

Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nuruddin, 2007. Belut : Dari Lumur Masuk Dapur dalam Trobos, Bumi Memanas Peternakan Waswas. No 98 November 2007 Tahun VIII. PT. Galur Prima Cobb Indonesia, Jakarta.

Suhendar, Hary., 2002. Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Industri Kecil Tahu Sumedang (Studi Kasus di Bogor, Jawa Barat). Makalah Penelitian Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Usnun, M. K. I. 2004. Analisis Usaha Pembuatan Krupuk Rendeng Puyur di Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Skripsi FP UNS. Surakarta Zakaria, W.A., 2000. Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu pada Beberapa Agroindustri Berbasis Ubi Kayu di Propinsi Lampung, dalam Jurnal Sosio Ekonomika, Jurnal Ilmiah Sosial Ekonomi Pertanian. Vol. 6 No. 2. Desember 2000. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanain Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Lampung.

Zaenuri, 2004. Analisis Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kota Pekalongan. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.

https://bmtalikhlas.wordpress.com/2009/02/24/profil-kecamatan-godean/, diakses pada tanggal 22 augustus 2016 jam 07.30

http://www.kependudukan.jogjaprov.go.id/olah.php?module=statistik&p eriode=1&jenisdata=penduduk&berdasarkan=pendidikan&prop=34&kab=04&ke c=02 /, diakses pada tanggal 22 augustus 2016 jam 07.30

http://www.kependudukan.jogjaprov.go.id/olah.php?module=statistik&p eriode=1&jenisdata=penduduk&berdasarkan=golonganusia&rentang=produktif& prop=34&kab=04&kec=02 /, diakses pada tanggal 22 augustus 2016 jam 07.30

http://www.slemankab.go.id/wpcontent/file/rpjmd2011/BAB_II_Gambar anUmumKondisiDaerah_a.pdf /, diakses pada tanggal 04 september 2016 jam 08.40


(51)

Lampiran 1. Tabel Biaya Alat

No. Responden

Nama Alat

Wajan Serok Suthil

Jumlah Alat Harga Beli/Unit

Umur Ekonomis

/tahun Penyusutan Jumlah

Alat

Harga Beli/Unit

Umur Ekonomis

/tahun Penyusutan Jumlah

Alat

Harga Beli/Unit

Umur Ekonomis

/tahun Penyusutan

1 2 Rp 150.000 3 Rp 2.083 3 Rp 34.000 5 Rp 425 1 Rp 20.000 1 Rp 417

2 2 Rp 150.000 4 Rp 1.563 2 Rp 34.000 5 Rp 283 2 Rp 20.000 2 Rp 417

3 2 Rp 150.000 5 Rp 1.250 2 Rp 34.000 7 Rp 202 3 Rp 20.000 1 Rp 1.250 4 1 Rp 150.000 5 Rp 625 1 Rp 34.000 3 Rp 236 1 Rp 20.000 2 Rp 208

5 1 Rp 150.000 4 Rp 781 1 Rp 34.000 7 Rp 101 1 Rp 20.000 1 Rp 417

6 2 Rp 150.000 5 Rp 1.250 2 Rp 34.000 5 Rp 283 2 Rp 20.000 1 Rp 833

7 3 Rp 150.000 4 Rp 2.344 3 Rp 34.000 4 Rp 531 2 Rp 20.000 2 Rp 417

8 1 Rp 150.000 5 Rp 625 1 Rp 34.000 7 Rp 101 1 Rp 20.000 2 Rp 208

9 3 Rp 150.000 4 Rp 2.344 3 Rp 34.000 3 Rp 708 2 Rp 20.000 1 Rp 833

10 2 Rp 150.000 4 Rp 1.563 2 Rp 34.000 4 Rp 354 1 Rp 20.000 2 Rp 208

11 2 Rp 150.000 4 Rp 1.563 2 Rp 34.000 4 Rp 354 2 Rp 20.000 1 Rp 833

12 3 Rp 150.000 3 Rp 3.125 3 Rp 34.000 5 Rp 425 1 Rp 20.000 2 Rp 208

13 2 Rp 150.000 4 Rp 1.563 2 Rp 34.000 3 Rp 472 1 Rp 20.000 1 Rp 417

14 3 Rp 150.000 3 Rp 3.125 3 Rp 34.000 3 Rp 708 2 Rp 20.000 1 Rp 833

15 2 Rp 150.000 5 Rp 1.250 2 Rp 34.000 7 Rp 202 1 Rp 20.000 2 Rp 208

16 1 Rp 150.000 4 Rp 781 1 Rp 34.000 4 Rp 177 2 Rp 20.000 2 Rp 417

17 3 Rp 150.000 3 Rp 3.125 3 Rp 34.000 5 Rp 425 2 Rp 20.000 1 Rp 833

18 2 Rp 150.000 4 Rp 1.563 2 Rp 34.000 5 Rp 283 1 Rp 20.000 2 Rp 208

19 3 Rp 150.000 4 Rp 2.344 3 Rp 34.000 3 Rp 708 2 Rp 20.000 1 Rp 833

20 2 Rp 150.000 3 Rp 2.083 3 Rp 34.000 5 Rp 425 1 Rp 20.000 1 Rp 417

21 2 Rp 150.000 4 Rp 1.563 2 Rp 34.000 4 Rp 354 1 Rp 20.000 2 Rp 208

22 2 Rp 150.000 5 Rp 1.250 2 Rp 34.000 7 Rp 202 1 Rp 20.000 1 Rp 417

23 3 Rp 150.000 3 Rp 3.125 1 Rp 34.000 5 Rp 142 2 Rp 20.000 2 Rp 417

24 1 Rp 150.000 3 Rp 1.042 2 Rp 34.000 5 Rp 283 1 Rp 20.000 1 Rp 417

25 2 Rp 150.000 4 Rp 1.563 2 Rp 34.000 4 Rp 354 1 Rp 20.000 2 Rp 208

26 2 Rp 150.000 3 Rp 2.083 3 Rp 34.000 3 Rp 708 2 Rp 20.000 1 Rp 833

27 3 Rp 150.000 3 Rp 3.125 2 Rp 34.000 3 Rp 472 2 Rp 20.000 1 Rp 833

28 2 Rp 150.000 5 Rp 1.250 1 Rp 34.000 4 Rp 177 1 Rp 20.000 2 Rp 208

29 2 Rp 150.000 4 Rp 1.563 2 Rp 34.000 4 Rp 354 2 Rp 20.000 1 Rp 833

Jumlah Rp 51.510 Rp 10.455 Rp 14.792 Rata2 Rp 1.776 Rp 361 Rp 510


(1)

Lampiran 1. Tabel Biaya Alat

No. Responden

Nama Alat

Wajan Serok Suthil

Jumlah Alat Harga Beli/Unit

Umur Ekonomis

/tahun Penyusutan Jumlah

Alat

Harga Beli/Unit

Umur Ekonomis

/tahun Penyusutan Jumlah

Alat

Harga Beli/Unit

Umur Ekonomis

/tahun Penyusutan

1 2 Rp 150.000 3 Rp 2.083 3 Rp 34.000 5 Rp 425 1 Rp 20.000 1 Rp 417

2 2 Rp 150.000 4 Rp 1.563 2 Rp 34.000 5 Rp 283 2 Rp 20.000 2 Rp 417

3 2 Rp 150.000 5 Rp 1.250 2 Rp 34.000 7 Rp 202 3 Rp 20.000 1 Rp 1.250 4 1 Rp 150.000 5 Rp 625 1 Rp 34.000 3 Rp 236 1 Rp 20.000 2 Rp 208

5 1 Rp 150.000 4 Rp 781 1 Rp 34.000 7 Rp 101 1 Rp 20.000 1 Rp 417

6 2 Rp 150.000 5 Rp 1.250 2 Rp 34.000 5 Rp 283 2 Rp 20.000 1 Rp 833

7 3 Rp 150.000 4 Rp 2.344 3 Rp 34.000 4 Rp 531 2 Rp 20.000 2 Rp 417

8 1 Rp 150.000 5 Rp 625 1 Rp 34.000 7 Rp 101 1 Rp 20.000 2 Rp 208

9 3 Rp 150.000 4 Rp 2.344 3 Rp 34.000 3 Rp 708 2 Rp 20.000 1 Rp 833

10 2 Rp 150.000 4 Rp 1.563 2 Rp 34.000 4 Rp 354 1 Rp 20.000 2 Rp 208

11 2 Rp 150.000 4 Rp 1.563 2 Rp 34.000 4 Rp 354 2 Rp 20.000 1 Rp 833

12 3 Rp 150.000 3 Rp 3.125 3 Rp 34.000 5 Rp 425 1 Rp 20.000 2 Rp 208

13 2 Rp 150.000 4 Rp 1.563 2 Rp 34.000 3 Rp 472 1 Rp 20.000 1 Rp 417

14 3 Rp 150.000 3 Rp 3.125 3 Rp 34.000 3 Rp 708 2 Rp 20.000 1 Rp 833

15 2 Rp 150.000 5 Rp 1.250 2 Rp 34.000 7 Rp 202 1 Rp 20.000 2 Rp 208

16 1 Rp 150.000 4 Rp 781 1 Rp 34.000 4 Rp 177 2 Rp 20.000 2 Rp 417

17 3 Rp 150.000 3 Rp 3.125 3 Rp 34.000 5 Rp 425 2 Rp 20.000 1 Rp 833

18 2 Rp 150.000 4 Rp 1.563 2 Rp 34.000 5 Rp 283 1 Rp 20.000 2 Rp 208

19 3 Rp 150.000 4 Rp 2.344 3 Rp 34.000 3 Rp 708 2 Rp 20.000 1 Rp 833

20 2 Rp 150.000 3 Rp 2.083 3 Rp 34.000 5 Rp 425 1 Rp 20.000 1 Rp 417

21 2 Rp 150.000 4 Rp 1.563 2 Rp 34.000 4 Rp 354 1 Rp 20.000 2 Rp 208

22 2 Rp 150.000 5 Rp 1.250 2 Rp 34.000 7 Rp 202 1 Rp 20.000 1 Rp 417

23 3 Rp 150.000 3 Rp 3.125 1 Rp 34.000 5 Rp 142 2 Rp 20.000 2 Rp 417

24 1 Rp 150.000 3 Rp 1.042 2 Rp 34.000 5 Rp 283 1 Rp 20.000 1 Rp 417

25 2 Rp 150.000 4 Rp 1.563 2 Rp 34.000 4 Rp 354 1 Rp 20.000 2 Rp 208

26 2 Rp 150.000 3 Rp 2.083 3 Rp 34.000 3 Rp 708 2 Rp 20.000 1 Rp 833

27 3 Rp 150.000 3 Rp 3.125 2 Rp 34.000 3 Rp 472 2 Rp 20.000 1 Rp 833

28 2 Rp 150.000 5 Rp 1.250 1 Rp 34.000 4 Rp 177 1 Rp 20.000 2 Rp 208

29 2 Rp 150.000 4 Rp 1.563 2 Rp 34.000 4 Rp 354 2 Rp 20.000 1 Rp 833

Jumlah Rp 51.510 Rp 10.455 Rp 14.792 Rata2 Rp 1.776 Rp 361 Rp 510


(2)

Lanjutan Tabel Biaya Alat

Nama Alat

Tirisan Kardus Plastik Ember

Jumlah Alat

Harga Beli/Unit

Umur Ekonomis

/tahun

Penyusutan Jumlah Alat

Harga Beli/Unit

Umur Ekonomis

/tahun

Penyusutan Jumlah Alat

Harga Beli/Unit

Umur Ekonomis

/tahun

Penyusutan Jumlah Alat

Harga Beli/Unit

Umur Ekonomis

/tahun

Penyusutan

3 Rp 17.000 1 Rp 1.063 4 Rp 6.000 1 Rp 500 4 Rp 3.000 2 Rp 125 4 Rp 25.000 6 Rp 347

3 Rp 17.000 2 Rp 531 5 Rp 6.000 1 Rp 625 5 Rp 3.000 3 Rp 104 5 Rp 20.000 4 Rp 521

1 Rp 17.000 2 Rp 177 1 Rp 6.000 1 Rp 125 2 Rp 3.000 3 Rp 42 5 Rp 20.000 5 Rp 417

1 Rp 17.000 3 Rp 118 1 Rp 6.000 1 Rp 125 2 Rp 3.000 2 Rp 63 1 Rp 20.000 3 Rp 139

1 Rp 17.000 2 Rp 177 1 Rp 6.000 1 Rp 125 2 Rp 3.000 3 Rp 42 2 Rp 20.000 4 Rp 208

2 Rp 17.000 1 Rp 708 2 Rp 6.000 1 Rp 250 3 Rp 3.000 2 Rp 94 2 Rp 20.000 4 Rp 208

1 Rp 17.000 2 Rp 177 2 Rp 6.000 1 Rp 250 2 Rp 3.000 3 Rp 42 1 Rp 25.000 3 Rp 174

2 Rp 17.000 2 Rp 354 1 Rp 6.000 1 Rp 125 3 Rp 3.000 2 Rp 94 5 Rp 25.000 5 Rp 521

3 Rp 17.000 1 Rp 1.063 2 Rp 6.000 1 Rp 250 2 Rp 3.000 2 Rp 63 3 Rp 25.000 6 Rp 260

2 Rp 17.000 3 Rp 236 1 Rp 6.000 1 Rp 125 2 Rp 3.000 3 Rp 42 4 Rp 20.000 4 Rp 417

3 Rp 17.000 2 Rp 531 5 Rp 6.000 1 Rp 625 5 Rp 3.000 2 Rp 156 5 Rp 20.000 4 Rp 521

2 Rp 17.000 2 Rp 354 2 Rp 6.000 1 Rp 250 2 Rp 3.000 2 Rp 63 3 Rp 25.000 6 Rp 260

1 Rp 17.000 1 Rp 354 1 Rp 6.000 1 Rp 125 3 Rp 3.000 3 Rp 63 5 Rp 25.000 5 Rp 521

1 Rp 17.000 1 Rp 354 1 Rp 6.000 1 Rp 125 2 Rp 3.000 3 Rp 42 2 Rp 20.000 4 Rp 208

2 Rp 17.000 2 Rp 354 2 Rp 6.000 1 Rp 250 2 Rp 3.000 2 Rp 63 1 Rp 25.000 3 Rp 174

2 Rp 17.000 2 Rp 354 2 Rp 6.000 1 Rp 250 3 Rp 3.000 3 Rp 63 2 Rp 20.000 4 Rp 208

3 Rp 17.000 3 Rp 354 1 Rp 6.000 1 Rp 125 2 Rp 3.000 2 Rp 63 3 Rp 25.000 6 Rp 260

2 Rp 17.000 2 Rp 354 2 Rp 6.000 1 Rp 250 3 Rp 3.000 2 Rp 94 3 Rp 25.000 6 Rp 260

1 Rp 17.000 1 Rp 354 1 Rp 6.000 1 Rp 125 2 Rp 3.000 2 Rp 63 4 Rp 20.000 4 Rp 417

3 Rp 17.000 1 Rp 1.063 4 Rp 6.000 1 Rp 500 4 Rp 3.000 2 Rp 125 4 Rp 25.000 6 Rp 347

3 Rp 17.000 2 Rp 531 2 Rp 6.000 1 Rp 250 2 Rp 3.000 3 Rp 42 3 Rp 25.000 4 Rp 391

2 Rp 17.000 3 Rp 236 1 Rp 6.000 1 Rp 125 3 Rp 3.000 2 Rp 94 3 Rp 25.000 6 Rp 260

1 Rp 17.000 1 Rp 354 2 Rp 6.000 1 Rp 250 3 Rp 3.000 2 Rp 94 4 Rp 20.000 5 Rp 333

2 Rp 17.000 2 Rp 354 2 Rp 6.000 1 Rp 250 2 Rp 3.000 3 Rp 42 5 Rp 25.000 5 Rp 521

3 Rp 17.000 3 Rp 354 1 Rp 6.000 1 Rp 125 3 Rp 3.000 3 Rp 63 2 Rp 20.000 4 Rp 208

2 Rp 17.000 2 Rp 354 2 Rp 6.000 1 Rp 250 2 Rp 3.000 3 Rp 42 4 Rp 20.000 3 Rp 556

2 Rp 17.000 2 Rp 354 2 Rp 6.000 1 Rp 250 2 Rp 3.000 3 Rp 42 5 Rp 25.000 4 Rp 651

3 Rp 17.000 1 Rp 1.063 1 Rp 6.000 1 Rp 125 3 Rp 3.000 2 Rp 94 3 Rp 25.000 5 Rp 313

3 Rp 17.000 2 Rp 531 5 Rp 6.000 1 Rp 625 5 Rp 3.000 2 Rp 156 5 Rp 20.000 4 Rp 521

Rp 13.163 Rp 7.375 Rp 2.167 Rp 10.142 Rp 454 Rp 254 Rp 75 Rp 350


(3)

Lanjutan Tabel Biaya Alat

Nama Alat

Tumbu Irik

Jumlah Alat Harga Beli/Unit Umur Ekonomis /tahun Penyusutan Jumlah Alat Harga Beli/Unit Umur Ekonomis /tahun Penyusutan

1 Rp 10.000 1 Rp 208 3 Rp 17.000 1 Rp 1.063

1 Rp 10.000 1 Rp 208 3 Rp 17.000 1 Rp 1.063

3 Rp 10.000 1 Rp 625 3 Rp 17.000 1 Rp 1.063

4 Rp 10.000 1 Rp 833 1 Rp 17.000 1 Rp 354

2 Rp 10.000 1 Rp 417 2 Rp 17.000 1 Rp 708

1 Rp 10.000 1 Rp 208 2 Rp 17.000 1 Rp 708

5 Rp 10.000 1 Rp 1.042 3 Rp 17.000 1 Rp 1.063

1 Rp 10.000 1 Rp 208 1 Rp 17.000 1 Rp 354

3 Rp 10.000 1 Rp 625 2 Rp 17.000 1 Rp 708

5 Rp 10.000 1 Rp 1.042 2 Rp 17.000 1 Rp 708

1 Rp 10.000 1 Rp 208 3 Rp 17.000 1 Rp 1.063

3 Rp 10.000 1 Rp 625 2 Rp 17.000 1 Rp 708

5 Rp 10.000 1 Rp 1.042 3 Rp 17.000 1 Rp 1.063

1 Rp 10.000 1 Rp 208 3 Rp 17.000 1 Rp 1.063

3 Rp 10.000 1 Rp 625 2 Rp 17.000 1 Rp 708

4 Rp 10.000 1 Rp 833 1 Rp 17.000 1 Rp 354

2 Rp 10.000 1 Rp 417 2 Rp 17.000 1 Rp 708

1 Rp 10.000 1 Rp 208 3 Rp 17.000 1 Rp 1.063

2 Rp 10.000 1 Rp 417 3 Rp 17.000 1 Rp 1.063

1 Rp 10.000 1 Rp 208 3 Rp 17.000 1 Rp 1.063

4 Rp 10.000 1 Rp 833 2 Rp 17.000 1 Rp 708

2 Rp 10.000 1 Rp 417 1 Rp 17.000 1 Rp 354

6 Rp 10.000 1 Rp 1.250 3 Rp 17.000 1 Rp 1.063

3 Rp 10.000 1 Rp 625 2 Rp 17.000 1 Rp 708

5 Rp 10.000 1 Rp 1.042 2 Rp 17.000 1 Rp 708

4 Rp 10.000 1 Rp 833 3 Rp 17.000 1 Rp 1.063

1 Rp 10.000 1 Rp 208 1 Rp 17.000 1 Rp 354

2 Rp 10.000 1 Rp 417 2 Rp 17.000 1 Rp 708

1 Rp 10.000 1 Rp 208 3 Rp 17.000 1 Rp 1.063

Rp 16.042 Rp 23.375


(4)

Lampiran 2. Tabel Biaya Tenaga Kerja

No. Responden

Kegiatan Tenaga Kerja

Membersihkan Belut Menggoreng Penjualan

Laki-laki Perempuan HKO Upah Biaya Laki-laki Perempuan HKO Upah Biaya Laki-laki Perempuan HKO Upah Biaya

1 1 1,0 50000 Rp 50.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 1 1,00 60000 Rp 60.000

2 1 2 3,0 50000 Rp 150.000 1 1 2,0 60000 Rp 120.000 2 2,00 60000 Rp 120.000

3 1 1,0 50000 Rp 50.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 1 1,00 60000 Rp 60.000

4 2 2,0 50000 Rp 100.000 2 2,0 60000 Rp 120.000 2 2,00 60000 Rp 120.000

5 2 2,0 50000 Rp 100.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 1 1,00 60000 Rp 60.000

6 1 1,0 50000 Rp 50.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 1 1,00 60000 Rp 60.000

7 1 1,0 50000 Rp 50.000 2 2,0 60000 Rp 120.000 1 1,00 60000 Rp 60.000

8 2 2,0 50000 Rp 100.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 2 2,00 60000 Rp 120.000

9 2 2,0 50000 Rp 100.000 2 2,0 60000 Rp 120.000 2 2,00 60000 Rp 120.000

10 1 1,0 50000 Rp 50.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 1 1,00 60000 Rp 60.000

11 2 2,0 50000 Rp 100.000 2 2,0 60000 Rp 120.000 2 2,00 60000 Rp 120.000

12 2 2,0 50000 Rp 100.000 2 2,0 60000 Rp 120.000 1 1,00 60000 Rp 60.000

13 1 1,0 50000 Rp 50.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 2 2,00 60000 Rp 120.000

14 1 1,0 50000 Rp 50.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 2 2,00 60000 Rp 120.000

15 2 2,0 50000 Rp 100.000 2 2,0 60000 Rp 120.000 1 1,00 60000 Rp 60.000

16 1 1,0 50000 Rp 50.000 2 2,0 60000 Rp 120.000 1 1,00 60000 Rp 60.000

17 2 2,0 50000 Rp 100.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 2 2,00 60000 Rp 120.000

18 2 2,0 50000 Rp 100.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 2 2,00 60000 Rp 120.000

19 1 1,0 50000 Rp 50.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 1 1,00 60000 Rp 60.000

20 2 2,0 50000 Rp 100.000 2 2,0 60000 Rp 120.000 1 1,00 60000 Rp 60.000

21 1 1,0 50000 Rp 50.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 2 2,00 60000 Rp 120.000

22 2 2,0 50000 Rp 100.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 1 1,00 60000 Rp 60.000

23 1 1,0 50000 Rp 50.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 2 2,00 60000 Rp 120.000

24 1 1,0 50000 Rp 50.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 1 1,00 60000 Rp 60.000

25 1 1,0 50000 Rp 50.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 2 2,00 60000 Rp 120.000

26 2 2,0 50000 Rp 100.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 1 1,00 60000 Rp 60.000

27 2 2,0 50000 Rp 100.000 2 2,0 60000 Rp 120.000 1 1,00 60000 Rp 60.000

28 1 1,0 50000 Rp 50.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 1 1,00 60000 Rp 60.000

29 1 1,0 50000 Rp 50.000 1 1,0 60000 Rp 60.000 2 2,00 60000 Rp 120.000

Jumlah 44,0 Rp 2.200.000 39,0 Rp 2.340.000 42,00 Rp 2.520.000

Rata2 1,52 Rp 50.000 Rp 75.862 1,34 Rp60.000 Rp 80.690 1,45 Rp


(5)

Lampiran 3. Tabel Bahan Produksi

No. Responden

Bahan Produksi Belut Mentah

(Kg) Rp/Kg Total biaya

Tepung Beras

(Kg) Rp/Kg Total Biaya

Minyak Goreng (Liter)

Rp/Kg Total Biaya Bumbu (Rp)

Kayu Bakar (ikat) Rp/ ikat total biaya

1 60 Rp 38.000 Rp 2.280.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 100.000 15 Rp 7.000 Rp 105.000 2 75 Rp 38.000 Rp 2.850.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 150.000 20 Rp 7.000 Rp 140.000 3 60 Rp 38.000 Rp 2.280.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 100.000 15 Rp 7.000 Rp 105.000 4 60 Rp 38.000 Rp 2.280.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 84.000 Rp 100.000 15 Rp 7.000 Rp 105.000 5 60 Rp 38.000 Rp 2.280.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 100.000 15 Rp 7.000 Rp 105.000 6 75 Rp 38.000 Rp 2.850.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 150.000 20 Rp 7.000 Rp 140.000 7 75 Rp 38.000 Rp 2.850.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 150.000 20 Rp 7.000 Rp 140.000 8 60 Rp 38.000 Rp 2.280.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 100.000 15 Rp 7.000 Rp 105.000 9 75 Rp 38.000 Rp 2.850.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 150.000 20 Rp 7.000 Rp 140.000 10 60 Rp 38.000 Rp 2.280.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 100.000 15 Rp 7.000 Rp 105.000 11 60 Rp 38.000 Rp 2.280.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 100.000 15 Rp 7.000 Rp 105.000 12 60 Rp 38.000 Rp 2.280.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 100.000 15 Rp 7.000 Rp 105.000 13 75 Rp 38.000 Rp 2.850.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 150.000 20 Rp 7.000 Rp 140.000 14 60 Rp 38.000 Rp 2.280.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 100.000 15 Rp 7.000 Rp 105.000 15 75 Rp 38.000 Rp 2.850.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 150.000 20 Rp 7.000 Rp 140.000 16 75 Rp 38.000 Rp 2.850.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 150.000 20 Rp 7.000 Rp 140.000 17 75 Rp 38.000 Rp 2.850.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 150.000 20 Rp 7.000 Rp 140.000 18 60 Rp 38.000 Rp 2.280.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 100.000 15 Rp 7.000 Rp 105.000 19 75 Rp 38.000 Rp 2.850.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 150.000 20 Rp 7.000 Rp 140.000 20 75 Rp 38.000 Rp 2.850.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 150.000 20 Rp 7.000 Rp 140.000 21 60 Rp 38.000 Rp 2.280.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 100.000 15 Rp 7.000 Rp 105.000 22 60 Rp 38.000 Rp 2.280.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 100.000 15 Rp 7.000 Rp 105.000 23 75 Rp 38.000 Rp 2.850.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 150.000 20 Rp 7.000 Rp 140.000 24 60 Rp 38.000 Rp 2.280.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 100.000 15 Rp 7.000 Rp 105.000 25 60 Rp 38.000 Rp 2.280.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 100.000 15 Rp 7.000 Rp 105.000 26 75 Rp 38.000 Rp 2.850.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 100.000 15 Rp 7.000 Rp 105.000 27 60 Rp 38.000 Rp 2.280.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 100.000 15 Rp 7.000 Rp 105.000 28 75 Rp 38.000 Rp 2.850.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 150.000 20 Rp 7.000 Rp 140.000 29 60 Rp 38.000 Rp 2.280.000 30 Rp 10.000 Rp 300.000 32 Rp 12.000 Rp 384.000 Rp 100.000 15 Rp 7.000 Rp 105.000

JUMLAH 1875 Rp 71.250.000 840 Rp 8.400.000 896 Rp 10.752.000 Rp 3.400.000 495 Rp 3.465.000


(6)

Lampiran 4. Tabel Produksi Keripik

No.

Responden Keripik Belut Rp/Kg Penerimaan

1 45 Rp 120.000 Rp 5.400.000 2 60 Rp 120.000 Rp 7.200.000 3 45 Rp 120.000 Rp 5.400.000 4 45 Rp 120.000 Rp 5.400.000 5 45 Rp 120.000 Rp 5.400.000 6 60 Rp 120.000 Rp 7.200.000 7 60 Rp 120.000 Rp 7.200.000 8 45 Rp 120.000 Rp 5.400.000 9 60 Rp 120.000 Rp 7.200.000 10 45 Rp 120.000 Rp 5.400.000 11 45 Rp 120.000 Rp 5.400.000 12 60 Rp 120.000 Rp 7.200.000 13 60 Rp 120.000 Rp 7.200.000 14 45 Rp 120.000 Rp 5.400.000 15 60 Rp 120.000 Rp 7.200.000 16 60 Rp 120.000 Rp 7.200.000 17 60 Rp 120.000 Rp 7.200.000 18 45 Rp 120.000 Rp 5.400.000 19 60 Rp 120.000 Rp 7.200.000 20 60 Rp 120.000 Rp 7.200.000 21 45 Rp 120.000 Rp 5.400.000 22 45 Rp 120.000 Rp 5.400.000 23 60 Rp 120.000 Rp 7.200.000 24 45 Rp 120.000 Rp 5.400.000 25 45 Rp 120.000 Rp 5.400.000 26 60 Rp 120.000 Rp 7.200.000 27 45 Rp 120.000 Rp 5.400.000 28 60 Rp 120.000 Rp 7.200.000 29 45 Rp 120.000 Rp 5.400.000

JUMLAH 1515 Rp 181.800.000