Konservasi Kepuh (Sterculia Foetida L) Di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

KONSERVASI KEPUH (Sterculia foetida L.) DI KABUPATEN SUMBAWA
NUSA TENGGARA BARAT

ARYA ARISMAYA METANANDA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Konservasi Kepuh
(Sterculia foetida L.) di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, April 2016

Arya Arismaya Metananda
NIM E351124011

RINGKASAN
ARYA ARISMAYA METANANDA. Konservasi Kepuh (Sterculia foetida L.) di
Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat. Dibimbing oleh ERVIZAL AM
ZUHUD dan AGUS HIKMAT.
Kepuh merupakan tumbuhan multiguna yang mulai terancam punah.
Informasi tentang kondisi populasi dan pemanfaatan spesies ini belum banyak
tersedia. Penelitian ini disusun dengan tujuan menganalisis potensi populasi kepuh
dan karakteristik habitatnya di Kabupaten Sumbawa. Selain itu, mengidentifikasi
kearifan lokal masyarakat dalam memanfaatkan kepuh serta merumuskan strategi
konservasi kepuh di Kabupaten Sumbawa.
Analisis potensi populasi kepuh meliputi klasifikasi dan morfologi, proses
pertumbuhan dan perkembangan, populasi aktual, penyebaran dan pola sebaran
serta asosiasi interspesifik. Adapun data karakteristik habitat yaitu ketinggian,
kelerengan, curah hujan dan kelembaban, tutupan lahan, status kepemilikan lahan,

jenis tanah serta komposisi dan dominansi spesies lain. Data kearifan lokal
masyarakat terdiri dari demografi responden, berbagai bentuk pemanfaatan kepuh
serta kearifan lainnya tentang kepuh. Selain itu juga dirumuskan strategi konservasi
kepuh di Kabupaten Sumbawa menggunakan analisis SWOT.
Pengumpulan data potensi populasi dan karakteristik habitat kepuh dilakukan
dengan mengeksplorasi keberadaan kepuh di 12 kecamatan serta pembuatan petak
tunggal di tiga kecamatannya yaitu Kec. Empang, Kec. Lenangguar dan Kec. Moyo
Utara, dengan luas masing-masing 1 ha yang setiap petaknya terdiri dari 25 plot
berukuran 20 m X 20 m. Pemilihan lokasi penempatan petak didasarkan atas
keterwakilan (representasi) kompleksitas tutupan lahan alami di hutan. Adapun
pemilihan lokasi awal dimulainya analisis vegetasi didasarkan atas penemuan
pohon kepuh (sebagai poros tengah petak) berdasarkan hasil eksplorasi atau
keterangan masyarakat. Guna menguji bahwa luasan petak cukup mewakili areal
yang di survey juga dianalisis menggunakan kurva spesies area (KSA), yang
hasilnya menunjukkan bahwa luasan 1 ha di setiap kecamatan lebih dari cukup
mewakili vegetasi sekitar kepuh.
Data kearifan lokal masyarakat tentang kepuh diperoleh dari hasil wawancara
dengan teknik snowball sampling di tiga kecamatan yaitu di Kec. Empang,
Kec. Lenangguar dan Kec. Moyo Utara. Rata-rata responden yang diwawancarai
pada tahap ini berjumlah 26 orang (sebanyak 27 orang di Kec. Empang, 25 orang

di Kec. Lenangguar dan 26 orang di Kec. Moyo Utara). Selain itu beberapa warga
di tiga kecamatan tersebut secara acak juga diminta mengisi kuisioner berkaitan
tentang sikap masyarakat terhadap upaya konservasi kepuh. Adapun jumlah
responden pada tahap ini mengikuti rumus Slovin dengan galat sebesar 15% yaitu
45 KK di Kec. Empang, 44 KK di Kec. Lenangguar dan 44 KK di Kec. Moyo Utara.
Berdasarkan hasil eksplorasi, pembuatan petak tunggal, wawancara, overlay
peta dan kajian pustaka diperoleh bahwa kepuh memiliki laju pertumbuhan yang
cepat di awal pertumbuhan namun semakin melambat saat dewasa. Kepuh
merupakan salah satu spesies dengan penyebaran yang cukup luas, menyebar
merata di Indonesia. Spesies ini juga mendapat tekanan yang cukup besar, mulai
dari aksi illegal logging sampai alih fungsi lahan dataran rendah yang merupakan
habitat kepuh menjadi pemukiman, perkantoran dan lain-lain.

Hasil eksplorasi dan pembuatan petak tunggal, menemukan 169 individu
kepuh (65 semai, 5 pancang, 14 tiang, 85 pohon) di 12 kecamatan. Kepuh
ditemukan dengan pola sebaran mengelompok dan cenderung tidak berasosiasi
dengan spesies manapun. Berdasarkan karakteristik habitat, kepuh banyak
ditemukan pada habitat dataran rendah dan pantai di ketinggian 0 - 400 mdpl.
Kepuh tidak memiliki preferensi kelerengan tertentu untuk tumbuh, namun
karena membutuhkan cukup air sehingga kepuh lebih mudah tumbuh di areal yang

datar dan landai. Kepuh juga dapat tumbuh di areal dengan kelembaban yang
sedang dan tinggi. Beragamnya habitat serta kondisi abiotik tempat tumbuh,
menjadikan kepuh terkadang ditemukan dengan bentuk yang berbeda, baik ukuran
daun, jumlah biji serta warna pada cangkang kepuh.
Sebagian besar kepuh yang ditemukan di Kabupaten Sumbawa merupakan
individu yang tumbuh di lahan milik pribadi. Kondisi ini disatu sisi menjadikan
kepuh lebih aman dari aksi illegal logging namun disisi lain akibat kurangnya
perhatian atau minat terhadap konservasi kepuh bisa jadi kepuh menjadi tidak
terurus. Berdasarkan jenis tanah, kepuh di Kabupaten Sumbawa lebih banyak
ditemukan di tanah berkapur dengan kelembaban yang rendah. Salah satu spesies
pohon yang banyak tumbuh di sekitar kepuh ialah Lagerstroemia speciosa.
Kearifan lokal masyarakat Sumbawa saat ini mulai banyak bergeser. Bila
dulu masyarakat terbiasa menggunakan kepuh sebagai bumbu masak, kini menjadi
ketidaklaziman di beberapa kecamatan. Pemanfaatan kepuh umumnya kini hanya
ditemukan di bagian selatan dan timur Kabupaten Sumbawa yaitu untuk kebutuhan
pangan, obat, bahan bakar nabati, perhiasan, bahan bangunan, upacara adat,
kerajinan tangan, permainan tradisional, pakan ternak, jasa lingkungan dan lain-lain.
Adapun demografi masyarakat yang mengetahui manfaat kepuh tersebut
didominasi oleh profesi petani dengan umur berkisar 50 - 59 tahun.
Pendekatan strategi konservasi kepuh diawali dengan melihat sikap (tend to

act), masyarakat Sumbawa terhadap kepuh. Terkait sikap, persoalan konservasi
kepuh di Sumbawa disebabkan ketidaktahuan masyarakat umum akan banyaknya
manfaat tumbuhan ini, begitu pula dengan teknik budidaya dan sumber bibit.
Persoalan-persoalan inilah yang menyebabkan tidak adanya minat masyarakat
terhadap konservasi kepuh. Dilain sisi berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi
yang tepat diterapkan ialah strategi agresif yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan
yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada.
Kekuatan konservasi kepuh ada pada beragamnya manfaat tumbuhan ini
dengan karakteristiknya yang muda tumbuh di berbagai tipe habitat. Peluang
pengembangan kepuh ialah masyarakat mau menanam kepuh selama ketersedian
bibit dapat dijamin serta adanya pandangan bahwa tumbuhan ini perlu dilestarikan.
Oleh karena itu beberapa rekomendasi (rencana aksi) yang dapat diterapkan sebagai
strategi pengembangan konservasi kepuh di Kabupaten Sumbawa ialah
pembangunan budidaya kepuh (nursery), pengembangan ekonomi kreatif berbahan
dasar kepuh serta sosialisasi dan publikasi manfaat kepuh. Rencana aksi ini dapat
diawali dari Kec. Empang karena masyarakatnya lebih banyak tahu dan
memanfaatkan kepuh bahkan diperjualbelikan di pasar.
Kata kunci: kepuh, konservasi, populasi, strategi, Sumbawa

SUMMARY

ARYA ARISMAYA METANANDA. Conservation of Kepuh (Sterculia foetida
L.) in Sumbawa Regency West Nusa Tenggara. Supervised by ERVIZAL AM
ZUHUD and AGUS HIKMAT.
Kepuh is a multipurpose plant that starting to extinct. Information about the
condition of population and utilization of this species has not been widely known.
This research was conducted to analyze the potential population and habitat
characteristic of kepuh in Sumbawa Regency. In addition, to identify the local
wisdom of the community on utilizing this species and to formulate the
conservation strategy of kepuh in Sumbawa Regency.
Data collection of kepuh potential population including classification and
morphology, process of the growth and development, the actual population, spread
and distribution pattern, also the interspecific association. The data of habitat
characteristics including altitude, slope, rainfall, humidity, land cover, status of land
ownership, soil type, also the domination and composition of other species. The
data of local wisdom consisting respondent demography, various utilization of
kapuh and other local wisdom of kepuh. It also was formulated a conservation
strategy of kepuh in Sumbawa using SWOT analysis.
Data collection of kepuh potential population and habitat characteristics was
conducted with exploring kepuh existence in 12 districts, also by making single
quadrats in 3 districts, (Empang District, Lenangguar District and North Moyo

District), total of sampling area of 1 ha and each plots consisting of 25 plots with
the size 20 m x 20 m. The location for plot placement was based on the
representation of the complexity of natural land cover in the forest. The choice of
start location of vegetation analysis was based on where kepuh trees found (as the
central axis plots), results of exploration or information from the community. To
test that plot sizes adequately represent area in survey were also analyzed using
species-area curve (SAC). The result shows that 1 ha area on each district is more
than enough to represent the surrounding vegetation of kepuh.
Tha data of local wisdom of kepuh was collected from the interview with
snowball sampling technique in 3 districts (Empang District, Lenangguar District
and North Moyo District). The average number of respondent in this stage is 26
people (27 people in Empang District, 25 people in Lenangguar District and 16
people in North Moyo District). In addition, some respondents in 3 districts was
chosen randomly to fill in a questionnaire about communities interest on the effort
of kepuh conservation. The number of respondents on this stage is based on slovin
formula with error at 15% which are 45 families in Empang District, 44 families in
Lenangguar District and 44 families in North Moyo District.
Based on results of exploration, single quadrat method, interviews, overlay of
maps and literature review showed that kepuh have the rate of rapid growth at the
beginning of growth but slows down when it has grown. Kepuh is one of a species

which is widespread, distributed evenly in Indonesia. This species also receives
great pressures. Starting from the illegal logging to the change of lowland-use
which is the habitat of kepuh for residential, office area, and others.
The result of exploration and single quadrat method were found 169
individuals (65 seedlings, 5 saplings, 14 poles, 85 trees) kepuh in 12 districts.

Distribution patterns of kepuh was clumped and tended not to be associated with
any other species. Based on the habitat characteristics, kepuh was many found in
lowland and coastal on the altitude 0 - 400 meters above sea level.
Kepuh does not have any preference of slope for grow, but it requires enough
water so it is more likely to grow on a flat and ramp area. Kepuh also can be grown
in areas with moderate to high humidity. The habitat diversity and abiotic condition
where kepuh found, make into kepuh has a different shapes, size of leafs, number
of seeds and the color of the shells.
Most kepuh in Sumbawa Regency was found growing in a personal land
property. This condition in one side is safer from illegal logging, but on the other
side with the lack of concern of interest on kepuh conservation leads to the
neglection of kepuh. Based on soil type, kepuh in Sumbawa Regency was more
found on lime soil with low humidity. One species likely found near kepuh is
Lagerstroemia speciosa.

The local wisdom of Sumbawa’s community is now changing. Back then,
community was familiar to use kepuh for seasoning, now it is not known anymore
in some districts. The utilization of kepuh is usually found on the southern and
eastern area of Sumbawa Regency for food, medicine, biofuel, jewelry, building
materials, traditional ceremonies, handicrafts, traditional games, animal feed,
environmental services, and others. As for the demographic of people who knows
about the utilization of kepuh is dominated by farmers with age range 50 - 59 years.
The approach of kepuh conservation strategy starts by seeing Sumbawa’s
community attitude on kepuh. Regarding the attitude, the issue of kepuh
conservation in Sumbawa was caused by the lack of knowledge about the benefits
of this species, also the cultivation technique and soure of seeds. These issues
causes the absence of interest on kepuh conservation. On other side, based on
SWOT analysis, the strategy which can be applied is aggresive strategy with the
meaning to use all power that we have to take the existing opportunities.
The power of kepuh conservation is on the diversity of its benefits and the
characteristic of this species which grows easily on various types of habitats.
Opportunity on the development of kepuh is that the community is willing to plant
this species as long as the availability of the seeds are guarenteed and the existing
perspective that this species needs to be preserved. Therefore, some
recommendation (action plan) that can be implemented as a strategy for kepuh

conservation in Sumbawa Regency is the development of kepuh cultivation
(nursery), creative economy development made from kepuh, and also publication
of kepuh benefits. This action plan can be started from Empang District because the
community has more knowledge about kepuh and already utilize it, even selling it
at the market.
Keywords: conservation, kepuh, population, strategies, Sumbawa

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KONSERVASI KEPUH (Sterculia foetida L.) DI KABUPATEN SUMBAWA
NUSA TENGGARA BARAT

ARYA ARISMAYA METANANDA


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Istomo, M.Si

@(@4H "*=0=H H 96=*;C%=0H *:@/H

  

  H (0H %&@:%>*6H !@5&%D%H

@=%H"*6,,%;%H %;%?H
%5%H

H ;E%H ;0=5%E%H*?%6%6(%H

H

H 
 H

0=*>@1@0H 94*/H
950=0H *5&05&06,H



;9+H;H  ;C0G%4HH

;H 

!H

!'H
8,,9>%H

*>@%H

03*?%/@0H 94*/H

*>B%H ;9.%5H !>B(0H
96=*;C%=0H 09(0C*;=0>%=H ";9:03%H

;H