Politik Hukum Penyusunan Perda Provinsi

Politik Hukum Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Tentang Lembaga Adat Melayu
Oksep Adhayanto, Bismar Arianto, Winatawira
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Jalan Raya Pulau Dompak Tanjungpinang-Kepri
adhayantooksep@yahoo.com
Abstrak
Disadari atau tidak nilai-nilai kemelayuan yang hidup dimasyarakat Melayu khususnya
Provinsi Kepulauan Riau memiliki kedekatan secara historis dengan nilai-nilai ke-Islam-an,
akan tetapi pengaruh modernisasi, westernisasi dan globalisasi menyebabkan nilai-nilai
tersebut mulai luntur dan hilang dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Provinsi
Kepulauan Riau. Untuk itu, diperlukan upaya nyata guna tetap melestarikan nilai-nilai
tersebut sebagai khazanah budaya melayu bagi anak cucu kita di kemudian hari. Kajian ini
menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dengan pendekatan budaya serta dibantu
melalui metode depth interview dengan para tokoh adat, pemuka Agama, Paguyuban sampai
dengan Stakeholder yang ada di Provinsi Kepulauan Riau guna memperoleh data yang akurat
agar terciptanya sinkronisasi dan harmonisasi dalam rangka mengangkat local wisdom
menjadi menjadi produk hukum daerah. Kajian ini menyimpulkan bahwa politik hukum atas
penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari setiap komponen masyarakat Provinsi
Kepulauan Riau dalam upaya melestarikan dan menjaga nilai-nilai ke-melayu-an agar tidak

luntur akibat perkembangan zaman. Melalui penyusunan Peraturan Daerah tentang Lembaga
Adat Melayu Provinsi Kepulauan Riau diharapkan dapat memberikan nuansa ke-Islam-an
dalam upaya melakukan internalisasi nilai-nilai Islam didalam produk hukum daerah Provinsi
Kepulauan Riau.
Kata Kunci: Politik Hukum, Peraturan Daerah, Lembaga Adat Melayu, Provinsi Kepulauan
Riau
A. Latar Belakang
Jauh sebelum Negara ini merdeka, masyarakat Indonesia telah hidup dalam
komunitas-komunitas yang bersifat lokalitas. Kesadaran akan sifat zoon politicon

yang

melekat pada diri setiap individu kemudian mendorong terbentuknya tata kehidupan

masyarakat yang selanjutnya menciptakan aturan-aturan tersendiri yang ditaati dan dipatuhi
oleh elemen-elemen dalam masyarakat itu sendiri. Menurut Nasikun (1984 : 30), struktur
masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik. Secara horizontal, ia
ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan
suku bangsa, perbedaan-perbedaan agama, adat serta perbedaan-perbedaan kedaerahan.
Secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan

vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Perbedaan-perbedaan suku
bangsa, perbedaan-perbedaan agama, adat dan kedaerahan seringkali disebut sebagai ciri
masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk.
Eksistensi nilai-nilai yang hidup disekitaran masyarakat cendrung bersifat unwritten
law, namun tetap dianggap sebagai aturan yang semestinya harus ditaati. Tidak dapat
dipungkiri juga bahwa aturan-aturan yang muncul tersebut lahir dari kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan oleh masyarakat yang menitik beratkan pada kesepahaman terhadap apa yang
boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, hal inilah yang kemudian dikenal sebagai
karakteristik masyarakat hukum Indonesia.
Akan tetapi yang perlu untuk diingat adalah hukum dapat menjadi sebuah kekuatan
yang tangguh untuk perubahan “ketika perubahan tersebut berasal dari sebuah prinsip yang
telah mengakar kuat dalam budaya kita” .
Disisi lainnya, revitalisasi hukum adat tidak boleh berhenti pada pengetahuan dan
bentuk-bentuk local wisdom, tetapi tempat-tempat kelahiran kearifan lokal, bagaimana
perkembangannya, terutama dalam era globalisasi dewasa ini, dan apa implikasinya bagi
pengembangan ilmu hukum dan pembangunan hukum nasional. Penataan kembali terhadap
nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat menjadi sebuah
keharusan yang mutlak dalam rangka memberikan ruang agar nilai-nilai tadi tetap hidup.

Seiring dengan perubahan hukum dan kebudayaan yang bagai dua sisi mata uang

yang tidak mungkin untuk dipisahkan antara satu dengan lainnya, maka fungsi hukum dan
keberadaan hukum itu akan dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu :

1. Pada masa lalu, hukum dipandang sebagai produk atau hasil dari kebudayaan (as
to the past as a product of civilization).
2. Masa sekarang, hukum dipandang sebagai pemelihara kebudayaan (as to the
present as a means of maintaining civilization).
3. Pada masa yang akan datang, hukum dipandang sebagai alat untuk memperkaya
kebudayaan (as to the future as a means of furthering civilization).

Ketiga sudut pandang di atas, terlihat bahwa aturan hukum (legal order) yang
terbentuk dari nilai-nilai dan norma-norma yang hidup dan berkembang di tengah-tengah
masyarakat, mempunyai tugas dan fungsi ganda, yaitu di satu pihak untuk menjaga nilai-nilai
yang sudah ada dan berkembang dalam masyarakat dan lain pihak untuk membentuk
kebudayaan baru dan mengembangkan hak-hak manusia.
Dengan semangat reformasi, kehadiran pandangan di atas semestinya mampu untuk
dimanfaatkan sedemikian rupa dalam rangka mengembangkan local wisdom yang terdapat di
masing-masing daerah ke dalam bentuk legal formal dalam upaya mengembangkan kekayaan
khazanah kebudayaan yang ada di Indonesia.


Dalam perspektif otonomi daerah, perkembangan muatan hukum negara semakin
menguat didaerah seiring dengan banyaknya muncul produk hukum sebagai landasan bagi
kebijakan hukum (legal policy) di daerah baik yang di-setting oleh pemerintah maupun
pemerintah daerah. Pada titik ini tentunya akan terdapat pertemuan dua kutub hukum yang
berbeda dimana disatu sisi produk hukum yang berasal dari kepentingan Negara (structural
order) dengan nilai-nilai yang tumbuh subur di daerah sebagai bentuk aspirasi masyarakat
daerah (cultural order). Dengan adanya pertemuan kepentingan hukum di satu titik tentunya
membutuhkan kearifan dan kebijaksaanaan dalam menggunakan pilihan-pilihan atas hukum
itu sendiri. Semangat otonomi daerah yang mengedepankan artikulasi yang dapat dilakukan
oleh pemerintah daerah dalam rangka memperjuangkan hak-hak masyarakat daerah tentunya
tidak boleh bertentangan dengan semangat negara kesatuan.
Masuknya nilai-nilai lain yang secara sengaja atau tidak sengaja menjadi faktor yang
mempengaruhi atau yang dipengaruhi secara seksama mesti dilihat secara menyeluruh dapat
atau tidak memberikan ekses yang buruk bagi pembinaan hukum nasional. Pembinaan hukum
nasional tentunya tetap memberikan ruang tersendiri bagi “hukum-hukum masyarakat” untuk
dapat hidup berdampingan dengan sistem hukum modern lainnya. Pengenyampingan atas hal
di atas hanya akan memberikan sebuah gambaran buruk dalam semangat menyusun hukum
nasional yang memiliki cita rasa ke-Indonesia-an. (Oksep Adhayanto, 2014)
Disadari atau tidak nilai-nilai kemelayuan yang hidup dimasyarakat Melayu
khususnya Provinsi Kepulauan Riau memiliki kedekatan secara historis dengan nilai-nilai keIslam-an, akan tetapi pengaruh modernisasi, westernisasi dan globalisasi menyebabkan nilainilai tersebut mulai luntur dan hilang dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Provinsi

Kepulauan Riau. Untuk itu, perlu upaya nyata oleh segenap elemen masyarakat dan
pemerintah dalam rangka untuk tetap melesatarikan nilai-nilai budaya tersebut melalui
sebuah kelembagaan yang permanen dan terstruktur.

B. Permasalahan
Seiring dengan permasalahan yang telah diidentifikasi maka permasalahan penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1

Peran Penting Lembaga Adat Melayu Provinsi Kepulauan Riau dalam Rangka
Pelestarian Nilai-Nilai Budaya dan Sosial di Provinsi Kepulauan Riau.

2

Hal-hal penting apa yang mendasari perlunya penyusunan Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu.

3


Sasaran yang akan diwujudkan, Arah dan Jangkauan Pengaturan, serta Ruang
Lingkup Materi Pengaturan dari Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu.

C. Metodelogi
Kajian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dengan pendekatan
budaya serta dibantu melalui metode depth interview dengan para tokoh adat, pemuka
Agama, Paguyuban sampai dengan Stakeholder yang ada di Provinsi Kepulauan Riau guna
memperoleh data yang akurat agar terciptanya sinkronisasi dan harmonisasi dalam rangka
mengangkat local wisdom menjadi menjadi produk hukum daerah.

D. Tinjauan Pustaka
Beberapa pemikiran strategis mencatat, pembangunan kebudayaan merupakan aspek
penting dalam pembangunan sebuah peradaban. Pembangunan kebudayaan bagi kehidupan
kemanusiaan, adalah sesuatu yang diperbincangkan secara hangat, khususnya ketika dunia
menyambut abad 21. Menghangatnya perbincangan tentang kebudayaan dan hubungan
kebudayaan tersebut dengan upaya pembangunan sebuah pemberadaban manusia modern,
berhubungan dengan ketakutan manusia sezaman (hari ini) akan fakta-fakta yang muncul dari
akibat kemajuan zaman itu sendiri. Berhadapan dengan fakta yang merisaukan itulah, maka
dewasa ini banyak negara di berbagai belahan dunia, khususnya negara-negara maju,

berlomba-lomba memperkuat jati diri dengan pembangunan kebudayaan. Jati diri dalam
bingkai kebudayaan yang kokoh kelak diharapkan dapat menjadi benteng untuk menghadang
akibat buruk dunia yang diciptakannya sendiri.. (Koentjaraningrat, 2007).
Negara Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tentunya sangat
membutuhkan pembinaan dan pengembangan Sistem Hukum Nasional dalam rangka
mendorong dan mendukung pembangunan di segala bidang. Meminjam istilah Roscoe Pound
bahwa “as tool as social engineering”, maka sesungguhnya pembinaan dan pengembangan
hukum nasional sudah semestinya dapat memberikan arah dan jalan bagi hukum, masyarakat
dan negara untuk saling terkait satu dengan yang lainnya. Tentunya hal itu dapat terwujud
jika semangat dalam pembinaan dan pengembangan hukum nasional itu dilandasi dengan
semangat dan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat dengan tidak mengenyampingkan
juga nilai-nilai yang berkembang lainnya yang sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia.
(Oksep Adhayanto, 2014)

Menurut Koentjaraningrat (1978), sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling
abstrak dari adat. Suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam
alam pikiran sebagian besar dari masyarakat, mengenai hal-hal harus mereka anggap bernilai
dalam hidup. Karena itu suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman
tertinggi bagi kelakuan manusia. Sehingga sistem tata kelakuan manusia yang tingkatnya
lebih wujud, seperti aturan-aturan, hukum dan norma, semuanya juga berpedoman kepada

sistem nilai budaya itu.
Untuk dapat mengerti benar-benar hal tersebut sebagai penjelmaan jiwa masyarakat
Indonesia, perlu lebih lanjut untuk ditelaah terlebih dahulu struktur berpikir, corak dan sifat
masyarakat Indonesia yang secara keseluruhan merupakan mentalitas yang mendasari hukum
adat. (Soerjono Soekanto, 2003).
Penguatan hukum adat yang secara tegas dituangkan dalam Konstitusi di Indonesia
tercantum pada Pasal 18B ayat (2), hal ini merupakan hasil dari Amandemen ke 2 UUD
1945. Adapun bunyi dari Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa:
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang
diatur dalam undang-undang”.
Kemudian dalam Pasal 28 I Ayat (3) menyatakan bahwa :
“Identitias budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban”.
Dari landasan Konstitusional yang termuat dalam UUD NRI Tahun 1945 mengenai
Hukum Adat di Indonesia jelas bahwa Negara mengakui kedudukan hukum adat dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun dengan harus melihat pada persyaratan secara
yuridis yaitu:

1. Sepanjang masih ada;
2. Sesuai dengan perkembangan zaman dan peradaban;

3. Sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesi; dan
4. Diatur dalam Undang-Undang.

Di sisi lainnya pengertian politik hukum itu sendiri adalah “kebijakan”yang diambil
atau “ditempuh” oleh negara melalui lembaga negara atau pejabat yang diberi wewenang
untuk menetapkan hukum yang mana yang perlu diganti, atau yang perlu di ubah, atau hukum
yang mana perlu dipertahankan, atau hukum mengenai apa yang perlu diatur atau dikeluarkan
agar dengan kebijakan itu penyelenggaraan negara dan pemerintahan dapat berjalan dengan
baik dan terti, sehingga tujuan negara secara bertahap dapat terencana dan terwujud. (Jazim
Hamidi, 2009).
E. Pembahasan

E.1 Peran Penting Lembaga Adat Melayu Provinsi Kepulauan Riau dalam
Rangka Pelestarian Nilai-Nilai Budaya dan Sosial di Provinsi Kepulauan
Riau

Pasca amandemen Undang-Undang Dasar 1945 yang mengakui dan memberi ruang

bagi hukum adat harus dimanfaatkan untuk melestarikan adat istiadat dan budaya bangsa
yang diaktulisasikan dalam produk perundang-undangan yang bersumber dari nilai-nilai
luhur bangsa.
Di sisi lain, adalah fakta bahwa bangsa Indonesia mulai kehilangan jati dirinya. Hal
tercermin dari proses degradasi moral, sikap tolerasi, saling menghargai dan menghormati,
rasa kekeluargaan,serta semangat gotong royong yang semakin pudar. Kondisi ini tidak bisa
dilepaskan dari semakin terkikisnya adat istiadat dan budaya bangsa.

Dalam era globalisasi, dunia tidak memiliki batas ruang dan waktu, kemajuan
teknologi informasi memutuskan itu semua. Arus informasi dan nilai-nilai asing tidak bisa
kita hindari. Jati diri bangsa semakin akan hilang ketika adat istiadat dan budaya sebuah
bangsa tidak mampu menyaring informasi dan nilai-nilai asing. Ketika kondisi ini terjadi
maka akhlaq dan moral semakin menurun, harus disadari fenomena ini sudah mulai ada
dalam masyarakat kita.
Menyikapi kondisi ini adat istiadat dan budaya harus bisa eksis sebagai bagian dari
upaya untuk mempertahankan jati diri bangsa. Dalam masyarakat Melayu secara tegas adat
istiadat sangat dijunjung tinggi dan memiliki peran yang vital dalam kehidupan
bermasyarakat, hal bisa dilihat dalam ungkapan adat lebih baik mati anak dari pada mati
adat.
Untuk menjaga eksistensi adat istiadat dan budaya Melayu sebagai bagian dari jati diri

bangsa ini, maka perlu ada upaya yang strategis untuk mewujudkannya. Keberadaan
Lembaga Adat Melayu Provinsi Kepulauan Riau yang dibentuk oleh masyarakat adalah
bagian dari upaya untuk menjaga dan melestarikan adat istiadat dan budaya Melayu.
Adat Melayu adalah adat yang bersendikan Syara’ dan Syara’ bersendikan Kitabullah
yang merupakan warisan peninggalan nenek moyang yang telah diterima oleh masyarakat
Kepulauan Riau yang berlaku dan berjalan dengan baik dan dijadikan dasar atau pedoman
baik dalam dalam menjalankan kebijaksanaan pemerintahan dikala itu bahkan sampai
sekarang maupun dalam kehidupan kita sehari-hari, bahkan adat istiadat Melayu tersebut
telah dijadikan payung negeri ini dalam mewujudkan pembangunan masyarakat Kepulauan
Riau yang berkeadilan dan berkemakmuran serta masyarakat yang agamis.
Dengan kondisi seperti ini adat istiadat dan budaya melayu sudah menjadi norma
sosial di Provinsi Kepulauan Riau. Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi
patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Maka nilai-

nilai ke-islam-an yang terjelma dalam nilai adat istiadat dan budaya melayu diharapkan bisa
menjadi benteng terhadap nilai dan tatanan sosial yang tidak sesuai dengan adat ketimuran.
Untuk mewujudkan itu, adat istiadat Melayu harus dijalankan dan dilestarikan oleh
suatu lembaga yang bernama Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau, yang selama ini terus
menggali, merawat dan mengawal pelaksanaan dari pada adat istiadat Melayu tersebut demi
tegaknya negeri Melayu yang bertuah dan bermarwah. Keberadaan Lembaga Adat Melayu
Kepulauan Riau perlu dipertegas dalam produk hukum formal yang bernama peraturan
daerah.
E.2 Hal-Hal Penting Mendasari Perlunya Penyusunan Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu
Isu penting yang menjadi dasar pemikiran perlunya penyusunan rancangan Peraturan
Daerah Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu adalah sebagai berikut:
1

Peran Lembaga Adat Melayu dalam menggali, memelihara, membina dan
mengembangkan nilai-nilai adat dan budaya melayu Kepulauan Riau sebagai
usaha memperkaya dan memperkokoh jati diri masyarakat melayu dan
merupakan bagian khasanah kebudayaan nasional;

2

Bagaimana peran Lembaga Adat Melayu dalam mewujudkan masyarakat adat
dan budaya melayu Kepulauan Riau yang maju dan sejahtera sesuai dengan
tujuan bangsa;

3

Peran Lembaga Adat Melayu dalam membela hak-hak masyarakat adat untuk
kepentingan kesejahteraan lahiriah dan bathiniah masyarakat melayu Provinsi
Kepulauan Riau

E.3 Sasaran yang akan diwujudkan, Arah dan Jangkauan Pengaturan, serta
Ruang Lingkup Materi Pengaturan dari Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu.
E.3.1 Sasaran yang akan diwujudkan dalam Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu.

Sasaran yang akan diwujudkan, Pertama, terwujudnya pelestarian terhadap nilai-nilai
sosial dan budaya serta adat melayu yang ada di Provinsi Kepulauan Riau sebagai Bunda
Tanah Melayu. Kedua, sasaran selanjutnya dari Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah ini
adalah dalam rangka memberikan penguatan terhadap kelembagaan Lembaga Adat Melayu
Provinsi Kepulauan Riau dalam menjalankan fungsi dan perannya untuk melakukan
pelestarian, pemeliharaan, pembinaan, pengembangan dan penggalian terhadap nilai-nilai
sosial dan budaya serta adat kemelayuan yang ada di Provinsi Kepulaun Riau dalam rangka
mewujudkan visi bunda tanah melayu. Ketiga, sasaran yang dituju dari penyusunan
rancangan peraturan daerah tentang Lembaga Adat Melayu Provinsi Kepulauan Riau ini
sebagaimana pepatah mengatakan bahwa “dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung”.
Heterogenitas dan kemajemukan yang ada pada masyarakat Provinsi Kepulauan Riau
menyebabkan tingginya akultrasi terhadap nilai-nilai sosial, budaya dan adat melayu dalam
kehidupan sehari-hari. Pergeseran antar budaya yang ada tentunya akan dapat menimbulkan
titik singgung yang dapat memicu konflik horizontal di tengah-tengah masyarakat ibarat
hanya menunggu waktu. Untuk itulah, sasaran yang ingin diwujudkan dari penyusunan
peraturan daerah ini salah satunya berkaitan dengan fungsi dari Lembaga Adat Melayu
Provinsi Kepulauan Riau dalam upaya memayungi dan mengayomi tumbuh dan
berkembangnya nilai-nilai sosial, budaya dan adat dari budaya lain yang bermastautin di

Provinsi Kepulauan Riau. Sehingga dengan upaya ini diharapkan dapat mewujudkan
kehidupan yang aman, tertib, damai menuju masyarakat Provinsi Kepulauan Riau yang
makmur dan sejahtera.

E.3.2 Arah

dan Jangkauan Pengaturan dari Rancangan Peraturan Daerah

Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu.

Arah dan jangkauan pengaturan rancangan peraturan daerah tentang Lembaga Adat
Melayu ini adalah mendorong agar terciptanya pelestarian, pengembangan, pembinaan dan
penggalian terhadap nilai-nilai sosial dan budaya serta adat melayu yang berkembang dan
hidup di tengah-tengah masyarakat. Di sisi lainnya agenda setting rancangan peraturan daerah
ini dirumuskan dalam rangka memberikan alas hukum bagi setiap komponen yang dimaksud
di atas atas obyek tersebut.
Maka sangatlah penting untuk menyusun sebuah kebijakan dalam bentuk produk
hukum berupa Peraturan Daerah sebagai landasan hukum yang sekaligus memberikan suatu
aturan yang komprehensif terhadap pelembagaan dari Lembaga Adat Melayu Provinsi
Kepulauan Riau. Dengan demikian rancangan peraturan daerah ini lebih mengedepankan
pengaturan kelembagaan Lembaga Adat Melayu dengan harapan akan memberikan nilai
tambah dalam upaya pelestarian, pengembangan, pembinaan guna mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.

E.3.3 Ruang Lingkup Materi Pengaturan dari Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga Adat Melayu

Ruang Lingkup Materi Pengaturan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan
Riau tentang Lembaga Adat Melayu:

1. Ketentuan Umum.
2. Asas, Sendi dan Tujuan.
3. Pembentukkan Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau.
4. Kedudukan Organisasi, Tugas dan Fungsi.
5. Kewenangan Lembaga Adat Melayu.
6. Peran Serta Lembaga Adat Melayu dalam Melestarikan Budaya Daerah.
7. Pembinaan dan Hubungan Kerjasama.
8. Sumber Keuangan dan Pendapatan.
9. Lambang, Tanda-Tanda Kebesaran, Gelar Kehormatan dan Hari Besar.
10. Ketentuan Peralihan.
11. Ketentuan Penutup.

F. Kesimpulan dan Saran

F.1

Kesimpulan
Peranan pembentukkan peraturan daerah tentang Lembaga Adat Melayu Kepulauan

Riau pada akhirnya harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Kepulauan Riau dalam
menghadirkan atmosfer dan tatanan ideal, seperti:

1. Pembentukkan karakter dan kepribadian masyarakat yang bermoral, beretika,
berorientasi kinerja, kemajuan iptek serta berdisiplin sebagai perwujudan nilai
agama, norma hukum dan budaya yang luhur.
2. Pembangunan sistem pembelajaran dalam penanaman nilai-nilai budaya serta
pengembangan kemampuan lembaga pendidikan formal maupun informal dalam
pemeliharaan adat dan budaya Melayu baik dari tingkat pendidikan dasar hingga
ke pendidikan tinggi.
3. Pelembagaan nilai-nilai moral adat yang dapat meningkatkan kualitas dan akhlak
dalam penyelenggaraan pemerintahan.
4. Pengembangan

dan

pemberdayaan

nilai-nilai

budaya

Melayu

dalam

memasyarakatkan pemakaian simbol-simbol dan atribut budaya dalam kehidupan
masyarakat dan pemerintahan di Kepulauan Riau.
5. Pelaksanaan revitalisasi nilai-nilai budaya Melayu dalam berbagai aspek
pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau.

F.2

Saran
Urgensi pembentukkan peraturan daerah Provinsi Kepulauan Riau tentang Lembaga

Adat Melayu harus dipandang sebagai amanah dan aspirasi komponen masyarakat adat
Kepulauan Riau yang menginginkan berlangsungnya kualitas budaya dalam keberlanjutan
pembangunan di Kepulauan Riau. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah bersama-sama DPRD
harus dapat merealisasikannya.

Daftar Pustaka
Jazim Hamidi, Teori dan Politik Hukum Tata Negara, Yogyakarta, Total Media, 2009.
Koentjaraningrat, Masyarakat dan Kebudayaan di Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1978.
______, dkk, Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam Perubahan, Balai Kajian dan
Pengembangan Budaya Melayu, Yogyakarta, 2007.

Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, Rajawali Press, Jakarta, 1984.

Oksep Adhayanto, Perkembangan Sistem Hukum Nasional, Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas
Hukum Universitas Riau, Pekanbaru, 2014.
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Press, Jakarta, 2003.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945