STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA MEMPERSIAPKAN PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

(1)

i

STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA MEMPERSIAPKAN

PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) MENGHADAPI

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

Indonesian Government National Strategy for Preparing PGN Toward

ASEAN Economic Community 2015

SKRIPSI

Disusun Oleh : FITRI NURMALASARI

20100510209

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

ii

STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA MEMPERSIAPKAN PT.PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

(Indonesian Goverment Strategy for Preparing PGN Toward ASEAN Economic Community 2015)

FITRI NURMALASARI

20100510209

Telah dipertahankan, dinyatakan Lulus dan disahkan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pada:

Hari / Tanggal : Selasa, 30 Agustus 2016

Pukul : 11.00 WIB

Tempat : HI.D

Tim Penguji

Sugito, S.IP.,M.Si (Ketua Penguji)

Dr.Sidiq Jatmika,M.Si Siti Muslikhati, S.IP.,M.Si


(3)

iii

STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA MEMPERSIAPKAN

PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) MENGHADAPI

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

Indonesian Government National Strategy for Preparing PGN Toward

ASEAN Economic Community 2015

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar Sarjana

Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : FITRI NURMALASARI

20100510209

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASSSIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa sepanjang sepengatahuan saya, dalam skripsi ini ridak ada karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain guna memperoleh gelar akademik disuatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain. Kecuali karya - karya yang secara tertulis telah dikutip dalam naskah skripsi ini dengan mencantumkan sumber dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur plagiat, saya bersedia skripsi ini di gugurkan dan gelar akademik (Sarjana Strata Satu) yang telah saya peroleh dibatalkan dan diproses sesuai undang-undang yang berlaku.

Yogyakarta, 2 September 2016

Yang Menyatakan

FITRI NURMALASARI

20100510209


(5)

v

HALAMAN MOTTO

“Allah adalah Penghitung yang Sempurna...”

“Takkan ada sekecil apapun kesabaran, kesusahan, keikhlasan, luput

dari Perhitungan-Nya..Teruslah berbuat baik kepada sesama..Sebab,

Sesungguhnya segala yang kita lakukan..akan dikembalikan lagi

kepada kita...Dengan

Seadil-adilnya

...”

FITRI NURMALASARI

20100510209


(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrokhim...

Dengan penuh rasa syukur kepada ALLAH SWT...

Ku Persembahkan karya ini kepada kedua orangtuaku.. abahku tercinta Sarnubi, yang senantiasa bekerja keras untuk dapat memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya..kepada ibuku tercinta Munfaridah, yang senantiasa mendidik dan membesarkan anak-anaknya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran..sembah sungkemku kepada kalian berdua..semoga kelak kesuksesan anak-anakmu menjadi penghibur atas segala letih dan susah payah yang kau sabari demi memperjuangkan masa depan anak-anakmu tercinta. Semoga kelak kami dapat memuliakanmu dunia dan akhiratmu..Aaamiin

Ku persembahkan pula segenggam perjuangan ini kepada kedua adik-adikku Sermadatar M.Taufiq Rizza dan Teuku M.Abdurrafie Arrasyied semoga kelak kalian menjadi pemimpin sholeh yang berguna bagi nusa bangsa seperti cita-cita kalian, dan menjadi kebanggaan yang hebat bagi kedua orang tua dan keluarga besar..

Teruntuk almarhum,almarhumah mbah kakung Shoim,mbah ibu Siti Maimunah, kakek Mohammad Ali dan Nenek Rafiah Buang, betapa kami bangga menjadi cucu-cucu dari kakek-kakek dan nenek-nenek yang hebat seperti kalian, yang terus memotivasi kami untuk terus menjadi orang yang berguna bagi agama dan sesama..

Kepada Bulik-Bulik, Om-Om, wawak-wawak,makcik,abang-abang dan kakak-kakak sepupu yang sudah turut mendukung dan mendoakanku..kepada adik-adik sepupu dan ponakan yang terus menyemangatiku dengan tingkah polah lucu kalian..kepada seluruh keluarga besar..Thankyou somuch for everything 

Kepada seluruh guru-guru mulai dari guru mengaji,guru TK-SD-MI-SMP-SMA, Seluruh jajaran Dosen dan Staff Fisipol HI UMY terimakasih atas segala jasa yang kalian berikan, Semoga berkah dunia akhirat untukku dan untukmu...

Tak lupa...Salam Rinduku untuk seluruh Teman-teman seangkatan HI UMY 2010, HI-E, dan tim KKN UMY 2014 tanpa terkecuali..Sebuah kebanggaan menjadi bagian dari keluarga besar ini.

Terimakasih juga kepada seluruh pihak yang sudah terlibat dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada teman-temanku tercinta Bachisatul badiah ,Siti Herwansyah,Daniar Wulansari, mbak Erita,mbak Yuli,miss Telinth, Rini yunia, Zuski Al-Arof ,Upek , Rosi, Yuyun,Pedro, Chanip, Andre, Anitha, Nia, Betty,Ojan,mbak wiwit dan semua yang ngga bisa disebut satu persatu. Love u to the Sun Guys !!!


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrokhmanirrokhim..

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berkah kemuliaan serta hidayah sehingga tugas akhir dalam perkuliahan Strata Satu ini dapat diselesaikan. Tak lupa shalawat serta salam kepada Rasul Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia menuju jalan yang terang.

Skripsi yang penulis susun berjudul “ Strategi Pemerintah Indonesia Mempersiapkan PGN dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015” , merupakan salah satu syarat kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1). Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak menerima dukungan,bimbingan serta bantuan yang tak ternilai dari berbagai pihak. Sehingga , semua yang ditargetkan penulis dapat dicapai dengan optimal.

Untuk itu, Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto,M.A selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Sugito, S.IP.,M.Si Selaku Dosen Pembimbing Skripsi ,yang telah memberikan berbagai arahan serta waktu bimbingan, sehingga penyusunan skripsi ini menjadi lebih mudah dan cepat selesai.

3. Bapak Dr. Sidik Jatmika, M.Si selaku Dosen Penguji 1, Penulis mengucapkan terimakasih atas masukan dan saran yang menjadikan skripsi ini lebih baik.


(8)

viii

4. Ibu Siti Muslikhati,S.IP.,M.Si selaku Dosen Penguji II, atas masukan-masukan untuk skripsi ini serta tambahan pengetahuan untuk penulis.

5. Seluruh dosen Prodi Ilmu Hubungan Internasional , atas transfer ilmu dan pengetahuannya.

6. Bapak waluyo,Bapak Ardan,Bapak Jumari,Bapak Ayyub dan seluruh jajaran Staff Tata Usaha, Jurusan, dan Pengajaran Prodi Ilmu Hubungan Internasional UMY atas segala bantuan administratifnya.

7. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses pembuatan skripsi ini.

8. Almamater Prodi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari terdapat banyaknya kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan berbagai masukan, kritik maupun saran yang bersifat membangun, guna memperbaiki kekurangan yang ada. Selanjutnya , penulis berharap skripsi ini bisa memberikan manfaat dan berkah bagi siapapun yang membacanya. Aamiin.


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kerangka Dasar Pemikiran... 9

1.Teori Developmental State... 9

2.Konsep Late Comers... 10

E. Hipotesa ... 13

F. Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data ... 14

G. Jangkauan penelitian... 15

H. Sistematika Penulisan... 15

BAB II. Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Peluang dan Tantangan MEA 2015... 17

1. Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN... 18

2.. Daya Saing Indonesia dalam Menghadapi MEA 2015... 23

3.Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA 2015... 30


(10)

x

BAB III. Posisi dan Eksistensi PGN Sebagai BUMN Sektor Gas di Indonesia ... 39

1.Dinamika PGN Sebagai BUMN Migas di Indonesia... 40

2. Upaya PGN dalam Mendukung Ketahanan Energi di Indonesia ... 47

3. Kesiapan PGN dalam Menghadapi MEA 2015... 51

BAB IV. Upaya Indonesia Mempersiapkan PGN Menghadapi MEA 2015 ...54

1. Peran Pemerintah Indonesia dalam Keberhasilan MEA 2015... 55

2. Strategi PGN dalam Menghadapi MEA ... 65

a. Linkage: Dukungan Pemerintah Terhadap Pengembangan Usaha PGN... 66

b. Learning: Kerjasama PGN dengan Swift Energy Company dalam Pengelolaan Blok Fasken di Texas, Amerika Serikat.. ...68

c. Leverage: PGN Mulai Merambah ke Sektor Hulu Migas Sebagai Komitmen Mendukung Ketahanan Energi Nasional. ... 70

BAB. V Kesimpulan ... 72 Bibliografi


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

DAFTAR GAMBAR

1.1Bagan latecomers Firm Mathews ... 11 1.2Gambar Jenis Konsumen PGN ... 45

DAFTAR TABEL

2.1 Tabel Keanggotaan ASEAN ... 19 2.2 Tabel Daya Saing Negara Anggota ASEAN ... 26 2.3 Tabel Human Development Index ... 27 2.4 Tabel Perbandingan Luas wilayah, Populasi,Perdagangan dan Investasi langsung


(12)

(13)

STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA MEMPERSIAPKAN PGN MENGHADAPI MEA 2015

(Indonesian Government National Strategy for Preparing PGN Toward AEC 2015)

Fitri Nurmalasari 20100510209

Abstract

This study aims to describe how the state and the government of Indonesia preparing PGN toward ASEAN Economic Community (AEC) which already entering the phase of full realization since 2015. Type of this research is descriptive analytic, which will describe and analize how Indonesia preparing PGN toward ASEAN Economic Community in 2015. Type of used data on this research is secondary data obtained from books, literature, journals, official reports and the information from internet that related to the discussion of issues. Data collection technique used is Library Research. Methods of data analysis in this this study is Content Analysis. The result of this research shows that the efforts that have been made by Indonesia in supporting and preparing PGN toward ASEAN Economic Community is still considered to be less than maximum. And also it shows why Indonesia still using LPG meanwhile Indonesia is rich of natural gas.This is indicated by the pipeline infrastructure in Indonesia is not ready yet to distribute natural gas troughout the country.The Indonesian goverment national strategy to protect PGN is very important in this global competition, so that PGN will be getting stronger and become leader in energy suply in Indonesia.

Keyword: AEC, ASEAN Community, PGN, Indonesian goverment national strategy to


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan energi terutama gas alam. Indonesia merupakan negara ke 14 yang memiliki cadangan Gas Alam terbesar di Dunia, atau terbesar pertama di ASEAN yaitu sekitar 103,3 Triliun kaki kubik yang diperkirakan tidak akan habis dalam waktu lebih dari 60 tahun kedepan (BPS 2014). Jika dapat dikelola optimal oleh pemerintah Indonesia, maka Energi dari Gas Alam ini dapat digunakan sebagai alat pembangunan nasional terutama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Masyarakat Ekonomi ASEAN (Association of South East Asian Nations) seperti yang telah sepakati di Pnom Phen, Kamboja pada 2012 oleh seluruh anggota ASEAN, akan resmi dimulai pada 31 Desember 2015.Penetapan hal ini dilakukan para pemimpin 10 negara ASEAN pada KTT ASEAN ke-21 di Kamboja. Desain Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) melingkupi 3 pilar yakni komunitas politik-keamanan, komunitas ekonomi dan komunitas sosial budaya. Dengan adanya MEA ini makas secara otomatis Negara ASEAN akan memiliki keterikatan dan bergerak bersama dalam mencapai satu visi,satu identitas dan komunitas.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) dibentuk untuk mewujudkan integrasi ekonomi ASEAN, yakni tercapainya wilayah ASEAN yang aman dengan tingkat dinamika pembangunan yang lebih tinggi dan terintegrasi, pengentasan masyarakat ASEAN dari kemiskinan,serta pertumbuhan ekonomi untuk mencapai kemakmuran yang merata dan berkelanjutan. Untuk itu MEA memiliki empat karakterisik utama, yaitu pasar tunggal dan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi,


(15)

dan kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata, serta kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global.(Kementerian Luar Negeri RI, 2014)

Tujuan di adakannya MEA ini untuk menciptakan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi dimana terjadi arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang lebih bebas. Adanya MEA ini bisa memacu pertumbuhan ekonomi pada khususnya di kawasan Asia Tenggara,serta akan memberikan kemudahan dan peningkatan akses pasar antar anggota ASEAN. Namun, Adanya MEA ini juga bisa mempengaruhi stabilitas ekonomi bagi negara anggota yang kurang mempersiapkan diri menghadapi kompetisi bebas antar anggota ASEAN ini. Sehingga diperlukan keseriusan dalam meningkatkan produktifitas dan sumberdaya negara kita, agar MEA bisa menjadi batu loncatan untuk mengembangkan potensi ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan negara kita. Salah satunya dalam sektor Gas,dalam hal ini adalah Perusahaan Gas Negara (PGN).

Seluruh masyarakat didorong dalam sebuah integrasi internasional untuk lebih memperluas hubungan dan kerjasama antar bangsa dunia. Pasar bebas merupakan dampak yang mengikuti globalisasi negara-negara ASEAN, dimana masyarakat ASEAN didorong untuk melakukan interaksi dan transaksi secara luas dalam berbagai bidang strategis. ( Atep Abdurrofiq, 2014).

Dalam menghadapi perdagangan bebas yang diusung dalam agenda utama MEA ini, tentu Indonesia harus mempersiapkan diri sematang mungkin, untuk tidak hanya bertahan namun juga bersaing dan menyerang. Dibukanya perdagangan bebas regional ASEAN dapat

menjadi “angin segar” sekaligus sebagai “angin topan” artinya, jika masyarakat dan

pemerintah dapat bersinergi dengan baik, maka akan menguntungkan bagi kemajuan ekonomi Indonesia, namun sebaliknya, akan menjadi bumerang dimana posisi indonesia, produk dalam negeri akan terus kalah bersaing dengan produk negara ASEAN lainnya.


(16)

Disatu sisi Indonesia perlu bersuka cita karena produknya akan leluasa melenggang ke negara ASEAN, disisi lain indonesia harus waspada karena persaingan terbuka ASEAN sudah didepan mata.

Pelaksanaan MEA berdampak pada penurunan biaya tarif ekspor-impor menjadi 0-5 persen serta penghapusan batasan kuantitatif dan hambatan non tarif lainnya. Dibukanya ruang-ruang perdagangan bebas dikawasan ASEAN diprediksi mampu mendorong hal positif bagi pembangunan ekonomi Indonesia, pertama, mendorong pendapatan negara menalalui eksport dan impor. Kedua, membuka peluang industrialisasi baru di kawasan Indonesia yang sempat lesu karena krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998. Ketiga, memperluas lapangan kerja profesional bagi ledakan generasi-generasi muda baru di Indonesia serta memberikan kesempatan berkarir diberbagai wilayah di ASEAN. (Atep Abdurrofiq, 2014)

Komunitas ASEAN (ASEAN Community) dibentuk dengan tujuan untuk lebih mempererat integrasi ASEAN dalam menghadapi perkembangan konstelasi internasional baik dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan.

Untuk membantu tercapainya integrasi ekonomi ASEAN melalui AEC, maka dibuatlah AEC Blueprint yang memuat empat pilar utama yaitu (1) ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas; (2) ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan ecommerce; (3) ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam; dan (4) ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen


(17)

pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global. (Atep Abdurrofiq, 2014)

KTT ke- 9 ASEAN di Bali tahun 2003 menghasilkan Bali Concord II yang menegaskan bahwa Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC – Asean Economic Community) akan diarahkan kepada pembentukan sebuah integrasi ekonomi kawasan. Pembentukan biaya transaksi perdagangan, memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis, serta meningkatkan daya saing sektor UKM. Disamping itu, pembentukan AEC juga akan memberikan kemudahan dan peningkatan akses pasar intra- ASEAN serta meningkatkan transparansi dan mempercepat penyesuaian peraturan- peraturan dan standarisasi domestik. (Ina Risdiani :2013)

PGN adalah BUMN Indonesia yang bergerak di sektor hilir gas bumi yang menyediakan dan mengembangkan dan memanfaatkan gas bumi untuk kebutuhan nasional, baik bagi industri,pembangkit listrik,transportasi maupun kebutuhan rumah tangga. Seiring kenaikan harga BBM, PGN mendukung penuh pemerintah mengkonversi BBM menuju Gas. PGN merupakan perusahaan yang bergerak di bidang transportasi dan distribusi gas bumi, yang menghubungkan pasokan gas bumi Indonesia dengan konsumen di seluruh penjuru nusantara.PGN memperkuat pondasi yang ada dan bertransformasi dari perusahaan transmisi dan distribusi gas bumi menjadi penyedia solusi energi terintegrasi, yang mendorong pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan masyarakat dan industri yang semakin meningkat.Seiring meningkatnya kebutuhan energi yang bersih dan terjangkau, PGN akan terus menggunakan keahlian dan pengalamannya untuk mengamankan sumber energi baru untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang konsumen. (PGN :2015) Indonesia adalah pasar terbesar bagi anggota ASEAN ,sehingga sangat mungkin bila indonesia akan menjadi incaran pemasaran produk anggota ASEAN lain, terutama dalam produk kebutuhan sehari- hari, misalnya adalah kebutuhan Gas bagi industri maupun rumah tangga.


(18)

Dalam menghadapi kompetisi BUMN, tentu PGN harus menerapkan strategi khusus, serta pengembangan teknologi untuk membuatnya terus bertahan dalam era persaingan bebas nanti. Perusahaan Gas Negara (PGN), sebagai BUMN pengelola energi alternatif non fosil, menunjukkan komitmen mendukung industri nasional dalam mengadapi persaingan di era MEA nanti. Selama tahun 2014, PGN terus mengembangkan infrastruktur jaringan gas bumi untuk mengalirkan energi baik gas bumi ke berbagai segmen pelanggan, mulai dari rumah tangga, UKM, komersial, industri, pembangkit listrik dan transportasi. (Tajuk BUMN,2015)

Produk yang ditawarkan PGN adalah penyediaan gas melalui pipa-pipa yang dihubungkan langsung kepada konsumen. Seperti kita tahu bahwa masyarakat Indonesia masih sangat minim pengetahuannya mengenai gas pipa PGN ini. Masyarakat lebih cenderung menggunakan gas LPG yang harganya semakin naik dan terkadang harus mengalami kelangkaan di beberapa wilayah terutama disaat hari raya. Padahal masyarakat belum sepenuhnya menyadari bahwa gas pipa PGN harganya jauh lebih murah dari harga LPG, dan dinilai lebih praktis dan efisien, sebab konsumen akan secara otomatis terhubung dengan pipa seperti ketika kita berlangganan listrik PLN, tanpa harus menggotong tabung gas LPG kesana dan kemari. Cukup langsung menggunakan gas melalui pipa dan secara otomatis gas akan dapat dinikmati. Namun pengadaan awal jaringan pipa ke konsumen yang cukup mahal ternyata menjadi tantangan bagi PGN untuk memperkenalkan gas pipa kepada masyarakat. Meskipun beberapa wilayah seperti jabodetabek dan beberapa wilayah lain sudah mulai menggunakan pipa gas PGN. Jika dikalkulasi lebih detail sesungguhnya memang gas pipa PGN jauh lebih murah dan efisien disbanding gas LPG.

Dalam kiprahnya di Dunia Permigasan Indonesia, PGN terus meningkatkan skala usahanya dengan mandiri. Salah satunya dengan pembangunan Infrastruktur Jaringan Pipa Gas oleh PGN sendiri tanpa membebani APBN Pemerintah. Kini PGN telah membangun Jaringan Infrastruktur Gas yang terintegrasi keseluruh nusantara dengan total 76% dari


(19)

seluruh infrastruktur gas yang ada di Indonesia. Hal ini yang menjadi salah satu keunggulan PGN dalam hal distribusi dan transmisi Gas di Indonesia.

Prestasi PGN dalam perannya sebagai BUMN Migas Indonesia dibuktikan dengan terus dibangunnya jaringan pipa gas secara mandiri oleh PGN, serta merambahnya usaha PGN ke sektor hulu dengan ditandatanganinya kerjasama PGN dengan Swift Energy Company untuk mengelola Blok Fasken, Texas, AS.

Komitmen PGN untuk mendukung ketahanan Energi Nasional disambut baik oleh Pemerintah Indonesia dengan rencana Pemerintah dalam hal ini komisi DPR RI untuk merevisi UU no 22 tahun 2001 tentang Minyak Bumi dan Gas yang salah satunya membahas mengenai Open Access Pipa dan Ijin Pengelolaan Gas Nasional. Dalam UU no 22 tahun 2001 pengelolaan Gas Nasional diselenggarakan secara terbuka oleh pelaku usaha baik BUMN maupun swasta. Dengan di revisinya UU no 22 tentang Migas ini disambut baik oleh PGN, sebab menjadi bentuk nyata dukungan Pemerintah untuk memproteksi PGN dengan memberikan Regulasi yang mendukung keberlangsungan usaha PGN sebagai BUMN Migas Indonesia yang berkomitmen mendukung Ketahanan Energi Nasional.

Dengan adanya MEA akan memberi peluang pada PGN untuk semakin mengibarkan sayapnya. Pelaksanaan MEA secara otomatis akan mendorong perdagangan menjadi semakin terbuka. Apalagi sudah semakin banyak perusahaan yang beralih dari Bahan bakar industri ke Bahan bakar Gas. Tentu ini akan menjadi peluang yang baik untuk PGN.

MEA merupakan “ajang kompetisi” yang cukup penting dalam mempertahankan

eksistensi BUMN dari persaingan bebas produk MNC baik dari Indonesia sendiri maupun dari negara lain. Namun, jika kurang perhitungan yang tepat maka MEA akan dapat menjadi bumerang yang justru akan berbahaya bagi eksistensi BUMN itu sendiri. Maka dari itu, selain dibutuhkan strategi internal dari BUMN tersebut, dibutuhkan juga peran penting pemerintah


(20)

dalam menyelamatkan dan mengembangkan BUMN pada umumnya dan PGN secara khusus dalam hal ini, sehingga Perekonomian Indonesia semakin kuat dan maju.

B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah berdasarkan latar belakang dan persoalan yang telah diuraikan di atas, adalah :

“Bagaimana Strategi Indonesia mempersiapkan Perusahaan Gas Negara (PGN) Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN ”

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015.

2. Untuk mengetahui Strategi yang dilakukan Indonesia dalam mempersiapkan PGN untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

D. Kerangka Pemikiran / Teori yang digunakan :

Untuk menjawab serta menganalisa pokok permasalahan yang terdapat pada tulisan tersebut penulis menggunakan konsep yang dapat mendukung penulisan karya tulis ini. Dalam penulisannya penulis menggunakan teori Developmental state dari Linda Weiss, dan

konsep “Late Comers” dari Matews.


(21)

Teori Developmental state adalah teori yang membahas tentang hubungan antara Negara terhadap kegiatan pembangunan di negaranya.Teori ini menempatkan negara menjadi aktor utama pendorong kegiatan pembangunan di negaranya. Teori ini muncul sejak adanya gagasan state-led development dimana negara dituntut untuk memiliki kapabilitas untuk memproteksi dan mempersiapkan kegiatan pembangunan di negaranya sebaik mungkin untuk tercapainya kemakmuran negaranya. Dalam teori ini dianggap bahwa negara memiliki andil penuh dan memiliki peran penting dalam kebijakan perindustrian dan mendorong industri di negaranya mampu bersaing dalam pasar internasional. Menurut Linda weiss, diperlukan sinergi dari pemerintah dan perusahaan industrinya dalam mencapai posisi yang kuat di pasar internasional.

MEA sudah resmi diberlakukan, Pemerintah Indonesia telah mempersiapkan Strategi dalam menghadapi kompetisi ASEAN ini. Salah satunya dengan mengalihkan Energi (Gas Alam) yang awalnya digunakan sebagai Komoditas Ekspor, kini menjadi alat pembangunan, sebagai penunjang keberhasilan Indonesia dalam menghadapi pasar bebas ASEAN. Diperlukan peran pemerintah indonesia untuk memproteksi dan mempersiapkan perusahaan baik BUMN maupun swasta dinegaranya untuk mencapai posisi yang kuat di pasar ASEAN dalam berkompetisi dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Maka dari itu diharapkan Indonesia dapat mendorong aktifitas industrinya kearah yang lebih baik terutama dalam menghadapi MEA.

2. Konsep Latecomers Firm

Konsep “Latecomers Firm” dari John A. Matthews ini dapat digunakan untuk

perusahaan yang menjadi pendatang baru, yang sebelumnya sudah ada perusahaan disektor yang sama yang terlebih dulu hadir dan beroperasi di pasar internasional


(22)

John A. Matthews (2002) menjelaskan bahwa, perusahaan dapat dikategorikan sebagai late comer apabila telah memenuhi kriteria-kriteria berikut:

1. Industry entry: Perusahaan tersebut menjadi MNCs bukan karena pilihan melainkan keharusan sejarah.

2. Resources: Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang pada awalnya miskin sumber daya, baik teknologi maupun akses pasar.

3. Strategic intent: Perusahaan yang memiliki visi misi untuk maju mengejar ketertinggalannya dengan perusahaan yang telah maju lebih dahulu.

4. Competitive position: Perusahaan tersebut telah memiliki nilai kompetisi yang mampu beroperasi dengan biaya rendah namun produktif secara maksimal dan memiliki pengaruh terhadap industri terkait.

Gambar 1.1 Bagan Latecomers Firm Mathews

Sumber: Mathews (2006)


(23)

1. Linkage: Hubungan eksternal late comer firm dengan pemerintah, Lembaga penelitian, dan kluster industri.

2. Learning: Proses belajar dari MNCs yang sebelumnya telah mapan, transfer pengetahuan

dari perusahaan asing, dan juga penciptaan pengetahuan oleh heterogeneous Research & Development Team.

3. Leveraging: Memanfaatkan sumber daya internal dan eksternal.

Dengan menggunakan Konsep Late Comers Mathews, Untuk dapat optimal menghadapi Kompetisi MEA 2015, maka Pemerintah Indonesia perlu terus memfasilitasi BUMN nya dalam hal ini PGN untuk terus berinovasi dan mengembangkan usahanya. Hubungan baik antara Pemerintah dan BUMN diberikan dalam berntuk regulasi dan proteksi yang mampu menguatkan posisi BUMN dalam menghadapi Pasar Global.

Sehingga, untuk terus dapat eksis dalam Pasar global PGN tidak hanya perlu mengakses sumber daya melalui hubungan eksternal (external linkage) yaitu dengan menjalin hubungan yang baik dengan Pemerintah Indonesia maupun Perusahaan yang telah dulu mapan seperti Pertamina, belajar melalui internasionalisasi MNCs yang sudah mapan (learning) seperti mengadakan study banding ke MNC yang memiliki teknologi yang lebih baik seperti study PGN ke Blok Fasken, Texas, Amerika Serikat. Tetapi juga, memanfaatkan sumber daya yang ada (laverage) yaitu dengan mengoptimalkan Jaringan Infrastruktur Pipa Gas Alam PGN yang merupakan Jaringan Infrastruktur Pipa Gas terbesar di Indonesia, yang menjadi aset utama bagi PGN dalam mengembangkan usahanya.

Dengan memahami kerangka linkage-learning-leverage maka akan lebih mudah dalam menganalisa strategi Indonesia dalam memproteksi PGN dalam menghadapi MEA


(24)

(Masyarakat Ekonomi ASEAN). Tantangan kompetisi Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan kesempatan yang baik bagi PGN dalam mengibarkan sayapnya di dunia

permigasan di ASEAN, khususnya di Indonesia. Dengan menerapkan konsep “Late Comers” ini diharapkan PGN mampu bersaing dan mempertahankan eksistensinya sebagai BUMN Indonesia yang bergerak di sektor hilir gas bumi yang menyediakan dan mengembangkan dan memanfaatkan gas bumi untuk kebutuhan nasional, baik bagi industri,pembangkit listrik,transportasi maupun kebutuhan rumah tangga. Seiring kenaikan harga BBM, PGN mendukung penuh pemerintah mengkonversi BBM menuju Gas. Dan mendukung Pemerintah dalam menyediakan kebutuhan Energi Nasional khususnya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

E. Hipotesa

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang di kaitkan dengan kerangka pemikiran maka hipotesa sementara adalah:

Pertama, Pemerintah Indonesia memiliki peran penting dalam keberhasilan negaranya menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

Kedua, Indonesia Memfasilitasi PGN dalam mengembangkan usahanya dalam menyediakan

kebutuhan energi nasional ditengah persaingan MEA 2015.

F. Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data

Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian kualilatif yang bersifat deskriptif yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis


(25)

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan suatu fenomena yang

diselidiki, mengenai strategi PGN dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Data-data yang diperoleh dalam menulis skipsi ini adalah bersumber dari studi pustaka.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode studi literatur dari buku-buku dan

jurnal-jurnal yang mendukung tema skripsi ini. Studi ini diperoleh untuk mendapat landasan

teori beserta data-data sekunder yang digunakan untuk menganalisa rumusan masalah. Data

-data diperoleh melalui buku-buku literatur hubungan internasional, media masa, artikel

-artikel di internet serta tulisan-tulisan karya ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang

akan diteliti.

G. Jangkauan Penelitian

Dalam pembahasan masalah dalam penelitian ini penulis membatasi jangkauan penelitian yaitu Strategi Indonesia dalam mempersiapkan Perusahaan Gas Negara menghadapi MEA 2015,dengan berfokus pada tahun 2007- 2015 saja, yaitu sejak awal mula

konversi BBM ke Gas oleh Pemerintah. Dan pada wilayah ASEAN saja, meskipun tidak menutup kemungkinan penulis akan menambahkan waktu dan wilayah lain untuk menambah informasi.

H. SISTEMATIKA PENULISAN


(26)

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesa, metodelogi penulisan dan pengumpulan data, jangkauan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II. Dalam bab ini akan di bahas kelebihan dan kekurangan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) sebagai sarana untuk mengembangkan potensi ekonomi nasional Indonesia.

BAB III. Dalam bab ini akan dibahas mengenai awal mula sejarah berdirinya PGN sebagai BUMN Indonesia dibidang migas, dan Eksistensinya dalam mempertahankan ketahanan energi gas Nasional.

BAB IV. Dalam bab ini akan dibahas topik utama penelitian skripsi ini, yaitu tentang strategi Indonesia dalam memproteksi PGN dalam menghadapi MEA dari sudut pandang Ilmu Hubungan Internasional.

BAB V. Bab ini merupakan bab akhir yang akan menutup karya tulis ini, berisi rangkuman dari bab sebelumnya serta disusun dalam bentuk kesimpulan.


(27)

BAB II

KESIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI PELUANG DAN TANTANGAN

MEA 2015

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah mulai diresmikan sejak 31 Desember 2015. MEA adalah bentuk komitmen ASEAN untuk mewujudkan perekonomian yang terintegrasi. MEA adalah cita-cita ASEAN untuk dapat menciptakan kemandirian regional, agar ASEAN menjadi kawasan yang kuat secara ekonomi dan mampu menyediakan kebutuhannya sendiri, sehingga aliran perekonomiannya akan kembali lagi ke ASEAN dan membuat ASEAN lebih kuat dalam menghadapi pasar global.

Ketika MEA mulai diresmikan pada Desember 2015 dapat dipastikan bahwa segala arus lalu-lintas barang, jasa, pendidikan, buruh terampil, arus modal lintas ASEAN akan mengalami liberalisasi. Selain itu adanya penghapusan hambatan tariff dan non tariff diharapkan dapat menjadi angin segar bagi para pelaku ekonomi antar regional ASEAN. Untuk memperjelas konsep Masyarakat ASEAN maka disusunlah Cetak Biru atau Blueprint

yang menjadi “aturan main” dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Dalam Bab ini penulis akan mengulas sejarah disepakatinya MEA, apa saja poin utama kesepakatan yang telah ditulis dalam Blueprint MEA 2015, bagaimana kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA, dan bagaimana posisi daya saing Industri Indonesia dalam menghadapi MEA.

A. Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN

ASEAN adalah sebuah organisasi regional yang terdiri atas sepuluh negara Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Vietnam, Myanmar, Thailand,


(28)

Filipina, Singapura, dan Malaysia. ASEAN didirikan pada 8 Agustus 1967 dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan pembangunan sosial dan budaya pada Regional ASEAN, serta memelihara perdamaian dan stabilitas wilayah antar negara anggotanya.Selama 40 tahun berdirinya ASEAN telah banyak ditandatanganinya deklarasi,ide-ide dan gagasan-gagasan penting terkait cita-cita ASEAN untuk menjadi kawasan yang maju,aman,makmur dan terintegrasi. Berikut adalah tabel keanggotaan ASEAN diurutkan dari negara yang lebih dahulu bergabung, hingga negara yang baru saja bergabung.

MEA adalah cita-cita ASEAN untuk dapat menciptakan kemandirian regional, agar ASEAN menjadi kawasan yang kuat secara ekonomi dan mampu menyediakan kebutuhannya sendiri, sehingga aliran perekonomiannya akan kembali lagi ke ASEAN dan membuat ASEAN lebih kuat dalam menghadapi pasar global. Terutama ditengah ekspansi produk Cina dan India yang banyak digemari karena harganya terjangkau dan fiturnya lengkap. MEA didukung penuh oleh seluruh Negara Anggota ASEAN. Berikut adalah tabel keanggotaan ASEAN dengan tanggal awal bergabung dalam ASEAN.

Tabel Keanggotaan ASEAN

Tabel .2.1 Negara Anggota ASEAN

Brunei Darussalam 8 Januari 1984


(29)

Indonesia 8 Agustus 1967

RRD Laos 23 Juli 1997

Malaysia 8 Agustus 1967

Myanmar 23 Juli 1997

Filipina 8 Agustus 1967

Singapura 8 Agustus 1967

Thailand 8 Agustus 1967

Vietnam 28 Juli 1995

ASEAN Community atau Masyarakat ASEAN yang mulai diimplementasikan setelah 31 Desember 2015,ternyata memiliki perjalanan yang cukup panjang sebelum akhirnya disepakati oleh

negara anggota ASEAN. Dimulai dengan “konfrontasi” antara Indonesia dan Malaysia, konflik

Malaysia dan thailand tentang klaim teritorial Sabah, lepasnya Singapura dari federasi Malaysia dll, menjadi pertimbangan utama mengapa ASEAN Community perlu dibentuk. Salah satunya untuk menciptakan persatuan dan kesatuan antar anggota ASEAN, dan menciptakan rasa percaya serta meminimalisir konflik dan meredam rasa saling curiga antar negara anggota ASEAN., serta mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan. ASEAN Community dibentuk untuk mencapai kawasan yang terintegrasi antar negara- negara di ASEAN. ASEAN menyadari kini kerjasama ASEAN tidak melulu hanya dibidang ekonomi seperti yang awalnya difokuskan oleh ASEAN seperti preferensi perdagangan (preferential trade), usaha patungan (joint ventures), dan skema saling melengkapi (complementation scheme) antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN, tapi juga perlu melingkupi bidang politik-keamanan dan sosial


(30)

budaya, sehingga tercetuslah kesepakatan ASEAN community dalam 3 pilar utama yaitu ASEAN Political Security Community (APSC), ASEAN Economic Community (AEC), dan ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC).

Gagasan awal dibentuknya masyarakat atau komunitas ASEAN ini dimulai dengan pertemuan perwakilan negara anggota ASEAN di KTT ASEAN di Kuala Lumpur,Malaysia pada Desember 1997. Para pemimpin ASEAN pada waktu itu bercita-cita ingin menwujudkan wilayah yang terintegrasi satu sama lain di regional ASEAN, dan menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang stabil, makmur, dan berdaya saing tinggi dengan tingkat pembangunan ekonomi yang merata serta kesenjangan sosial ekonomi dan kemiskinan yang semakin berkurang. Setelah KTT ASEAN di Kuala Lumpur, dilanjutkan pembicaraan lebih lanjut tentang konsep komunitas ASEAN ini Pada KTT ASEAN di Bali Oktober 2003, Para Pemimpin ASEAN mendeklarasikan bahwa MEA merupakan tujuan integrasi ekonomi regional (Bali Concord II) pada tahun 2020. Dalam pertemuan ini disepakati dua pilar integral lain dari komunitas ASEAN yaitu Komunitas Keamanan ASEAN dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN .

Selanjutnya pada tahun 2004 para petinggi ASEAN kembali bertemu dalam KTT ke-10 ASEAN di Vientiene, dengan hasil Vientiane Action Program (VAP) yang merupakan panduan untuk mendukung implementasi pencapaian AEC di tahun 2020 . Pada Agustus 2006 saat pertemuan ke-38 Menteri Ekonomi ASEAN, di Kuala Lumpur, Malaysia sepakat untuk menyusun Blue Print dengan tujuan mematangkan konsep Komunitas ASEAN agar Komunitas ASEAN ini segera dapat diimplementasikan sesuai dengan Bali Concord II, untuk mengakomodir segala kepentingan seluruh Negara anggota ASEAN. Kemudian Pada 13 Januari 2007 saat KTT ASEAN Ke-12, para pemimpin ASEAN menegaskan komitmen yang kuat untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 sejalan dengan Visi ASEAN 2020 dan BALI CONCORD II, dan menandatangani Cebu Declaration on Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015.


(31)

Persaingan pasar internasional semakin ketat, ditambah dengan kemajuan signifikan ekspansi produk dari Cina dan India, membuat para pemimpin sepakat untuk mempercepat pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang pada awalnya dijadwalkan untuk dimulai pada 2020 akan dipercepat menjadi per akhir tahun 2015 dan mentranformasikan kawasan ASEAN menjadi suatu kawasan dimana aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terampil,akan diliberalisasi secara penuh, serta aliran modal yang lebih bebas. Sebagai landasan legal dan konstitusional bagi negara anggota ASEAN maka disusunlah ASEAN Charter (Piagam ASEAN). Selanjutnya, Indonesia telah meratifikasi piagam tersebut dengan menerbitkan UU no. 38 tahun 2008 sebagai payung berbagai perjanjian kerjasama di tingkat ASEAN. (Ditjen PPHP Pertanian, 2015)

Masyarakat ekonomi ASEAN menjadi sebuah proyek besar yang bercita-cita ingin menjadikan ASEAN sebagai single market yang dinamis,kompetitif, dan kuat dipasar global. Semangat ASEAN community pun semakin giat digalakkan diseluruh negara anggota ASEAN, demi mempersiapkan seluruh instrumen dikawasan ASEAN untuk mencapai cita-cita ASEAN untuk mencapai level ekonomi yang maju dan kuat serta bersaing dipasar global yang semakin ketat. Dengan disepakatinya ASEAN Community per 31 desember 2015, artinya pertanggal 31 Desember 2015 segala arus pergerakan barang, jasa,pendidikan lintas ASEAN, investasi, dan buruh terampil di ASEAN akan dibuka dan diliberalisasi. Serta aliran modal akan dikurangi hambatannya. Sehingga diharapkan percepatan pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN akan lebih cepat dicapai.

Komunitas ASEAN (ASEAN Community) dibentuk dengan tujuan untuk lebih mempererat integrasi ASEAN dalam menghadapi perkembangan konstelasi internasional baik dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan.( Jurnal kajian internasional Lemhannas RI, edisi 16 materi 6) Dengan diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN maka diharapkan segala lalulintas perekonomian yang melintasi antar negara anggota


(32)

ASEAN akan mendapatkan perlakuan yang setara seperti suatu negara memperlakukan produk dari negaranya sendiri. Semua elemen dan instrumen lingkup ASEAN hendaknya bahu membahu dalam semangat One Vision, One Identity and One Community sehingga diharapkan dapat dicapainya Masyarakat ASEAN yang kompetitif, mandiri, sejahtera dan hidup dalam suasana yang aman dan dinamis.

B. Daya saing Indonesia dalam menghadapi MEA 2015

Ketika MEA mulai diresmikan pada Desember 2015 dapat dipastikan bahwa segala arus lalu-lintas barang, jasa, pendidikan, buruh terampil, arus modal lintas ASEAN akan mengalami liberalisasi. Selain itu adanya penghapusan hambatan tariff dan non tariff diharapkan dapat menjadi angin segar bagi para pelaku ekonomi antar regional ASEAN. Untuk memperjelas konsep

Masyarakat ASEAN maka disusunlah Cetak Biru yang menjadi “aturan main” dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Untuk membantu tercapainya integrasi ekonomi ASEAN melalui AEC, maka dibuatlah AEC Blueprint yang memuat empat pilar utama yaitu (1) ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas; (2) ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce; (3) ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam; dan (4) ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global. Kerjasama dibidang ekonomi yang telah dilakukan adalah :


(33)

1. Membuka pusat promosi ASEAN dibidang perdagangan, investasi dan pariwisata. 2. Menyediakan cadangan pangan ASEAN terutama beras.

3. Membentuk kerjasama dibidang Koperasi ASEAN.

4. Membentuk komite Negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN.

5. Membentuk kerjasama pengelolaan barang sejenis seperti karet alam dan kopra.

6. Mendirikan AFTA ( Asean Free Trade Area ) ; penurunan tariff dan penghapusan hambatan non tariff dalam perdagangan yang dimulai pada tahun 2002. ( Ina Risdiani , 2013)

Hal ini menunjukkan keseriusan dan tekad ASEAN untuk mempercepat kemajuan dan pertumbuhan ekonomi, serta kesejahteraan masyarakat ASEAN. Persaingan pasar bebas ASEAN ini setiap negara lebih leluasa dalam aktifitas perekonomiannya,hal ini berdampak pada kemudahan para pelaku ekonomi untuk menembus pasar ASEAN pada khususnya, dengan hambatan yang relatif kecil dan liberalisasi yang seluas-luasnya. Sehingga dapat mendorong kreatifitas pelaku ekonomi dalam skala kecil maupun besar untuk dapat meningkatkan mutunya dipasar Internasional ASEAN. Sebab pada era MEA, produk ASEAN akan bersaing ketat. Kini pesaing produk di Indonesia bukan hanya produk-produk lokal saja, namun produk ASEAN akan turut membanjiri pasar Indonesia. Maka dari itu hendaknya pelaku ekonomi,pebisnis,maupun produsen terus melakukan inovasi agar produknya dapat bersaing dengan produk negara anggota ASEAN lainnya. MEA diharapkan dapat menjadi kesempatan untuk sesama anggota ASEAN dalam bahu membahu meningkatkan ekonomi regional, ASEAN memiliki potensi ekonomi lebih kuat dan maju, bahkan dapat bersaing dengan ekspansi produk China dan India.

ASEAN merupakan market yang cukup strategis dengan populasi sekitar 600 juta penduduk dengan jumlah usia produktif yang cukup tinggi, memiliki sumberdaya alam yang cukup kaya, sumberdaya manusia yang bersaing dan terampil, produktifitas dalam hal agrikultur, manufaktur dan jasa yang cukup baik, Investasi asing langsung yang cukup kuat dan didukung


(34)

dengan jaringan yang kuat dan stabil menjadi beberapa poin penting kekuatan market ASEAN dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Namun adapun kelemahan diantaranya adalah kesenjangan sosial yang cukup mencolok antar anggota ASEAN, terutama dalam hal pendapatan, pendidikan, pertumbuhan populasi ,pertumbuhan ekonomi, daya saing manusia, dan perbedaan nilai upah yang mencolok antar anggota ASEAN, nyatanya menjadi tantangan tersendiri dalam mewujudkan Integrasi kawasan yang mandiri dan kuat secara ekonomi.

Indonesia sebenarnya memiliki potensi perekonomian yang cukup strategis, sebab memiliki sumberdaya alam yang kaya, lingkungan yang cukup kondusif dan relatif aman, serta memiliki sumber daya manusia yang cukup mumpuni. Dengan jumlah usia produktif tertinggi di ASEAN yaitu 110 juta penduduk. Hal ini menjadi poin penting untuk dapat memanfaatkan momentum liberalisasi pasar ASEAN ini. Dalam hal daya saing indonesia cukup baik sebab berada di peringkat 50 dari 144 negara, atau peringkat 5 dalam ASEAN. Demikian menjadi hal yang perlu diapresiasi. Kendati begitu, rupanya terdapat kesenjangan yang cukup mencolok dalam lingkup ASEAN , yang cukup menjadi perhatian bagi Indonesia.Seperti pada tabel dibawah ini.


(35)

Dalam tabel diatas dapat dilihat bahwa ASEAN memiliki potensi yang cukup baik dalam hal daya saing dunia. Singapura misalnya,telah berhasil menjadi peringkat 2 daya saing dunia. Sedangkan Indonesia menduduki peringkat 50, dan masih banyak negara anggota ASEAN yang menuduki peringkat diatas 50, misalnya kamboja yang menduduki peringkat 97. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi kesenjangan yang cukup mencolok yang terjadi justru didalam tubuh ASEAN itu sendiri. Kesenjangan yang terlalu besar ini dikhawatirkan akan memicu konflik dalam ASEAN dan dapat mengancam integrasi regional ASEAN.

Bukan hanya masalah kesenjangan dalam hal daya saing ekonomi, namun terdapat pula kesenjangan yang cukup signifikan dalam hal Human Development atau pembangunan manusia di ASEAN.seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.3 Human Development Index ASEAN 2010-2012

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya semua negara di ASEAN mengalami peningkatan dalam indeks pembangunan manusia, namun terjadi kesenjangan yang cukup signifikan diantara negara-negara tersebut. Sebagai contoh Singapura memiliki indeks hampir 0,9 begitupula dengan brunei darussalam. Indonesia berada di tengah-tengah dibawah


(36)

filipina,kemudian Vietnam,Laos,Kamboja dan Myanmar berada di level terendah di ASEAN dalam hal pembangunan manusia. Dengan diadakannya ASEAN economic community inilah diharapkan masyarakat ASEAN akan mengalami pemerataan dan kemajuan dalam hal daya saing dan indeks pembangunan manusianya.

Kesenjangan lainnya yang perlu diwaspadai adalah soal upah. Terjadinya kesenjangan upah ini dikhawatirkan dapat memicu konflik internal ASEAN dan menghambat integrasi ASEAN community dibidang khususnya Ekonomi. Sampai dengan Maret 2013 (periode 1 Januari 2008 - Maret 2013), tingkat implementasi kebijakan (measures) di bawah Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dari seluruh negara anggota ASEAN mencapai 77.54%, naik dari 74.20% pada Oktober 2012 (Sumber: Sekretariat ASEAN/AEC Scorecard). Terkait dengan ASEAN Economic Community (AEC) Scorecard, total implementasi Indonesia (periode 2008 - 2013) mencapai 83,2% atau kedua terendah setelah Laos. Beberapa kendala menuju AEC 2015 yang digarisbawahi dan perlu menjadi perhatian para Leaders dalam upaya menuju MEA 2015 meliputi: terhambatnya implementasi beberapa measures (trade facilitation, liberalisasi sektor jasa, dan ratifikasi perjanjian perhubungan), kondisi perekonomian dunia yang masih stagnan dan kecenderungan negara untuk lebih proteksionis, sehingga masuknya arus perdagangan dan investasi akan terhambat serta memastikan MEA sejalan dengan kebutuhan pasar. (Jurnal edisi 16 materi 6 Lemhannas RI,2013)

Hal ini menjadi tantangan yang besar bagi Indonesia yangmenduduki peringkat ke-tiga terbawah dalam hal upah, disusul vietnam dan kamboja paling bawah. Upah yang kecil memiliki dua sisi yaitu negatif dan positif. Sisi positifnya adalah upah yang kecil akan mengundang MNC untuk berinvestasi di negara tersebut, hal ini dapat menambah lapangan pekerjaan atau mengurangi angka pengangguran. Di sisi negatif yaitu kecilnya upah di suatu negara dapat menjadi gambaran buram kesejahteraan pekerjanya.


(37)

Di Indonesia sering kali masalah upah ini menjadi pemicu konflik antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah. Banyaknya demonstrasi menuntut kenaikan upah menjadi suatu permasalahan yang cukup panjang dan melelahkan. Bahkan dapat mengancam keamanan masyarakat dan menurunkan produktifitas ekonomi di Indonesia. Banyaknya demonstrasi ini dapat menjadi masalah baru, sebab dapat memperngaruhi minat investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia dengan alasan keamanan dan jaminan keberlangsungan usahanya .

Di Vietnam misalnya, banyak investor berbondong-bondong datang untuk menanamkan modalnya dan membuka perusahaan multinasional disana karena tingkat upah yang relatif lebih rendah dibandingkan negara ASEAN lain, serta sangat jarangnya buruh yang berdemonstrasi

meminta kenaikan upah. Buruh disana cenderung “pasrah” menerima standar upah yang ditetapkan

pemerintah. Hal ini yang menjadi daya tarik utama bagi para investor. Hal ini yang masih menjadi tantangan bagi Indonesia, yaitu bagaimana agar sumberdaya manusianya semakin unggul dan terampil, dan mendapatkan kesejahteraan yang pantas sehingga tidak ada lagi ricuh demonstrasi menuntut kenaikan upah. Sehingga para Investor akan tertarik menanamkan modalnya di Indonesia lebih banyak lagi. Sebab biar bagaimanapun posisi Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa begitu saja lepas dari aliran modal para investor. Indonesia membutuhkan modal untuk membantu menghidupkan sendi-sendi perekonomian negara yang sempat lemah.

Indonesia hendaknya terus mematangkan strategi penguatan ekonomi dalam menghadapi pasar bebas ASEAN dalam MEA 2015 nanti, sebagai negara berkembang Indonesia perlu meningkatkan perekonomiannya dengan serius untuk mencapai kesejahteraan nasional, dan MEA ini seharusnya menjadi momentum yang berharga dalam mengibarkan sayap perekonomian Indonesia tentunya dengan diimbangi strategi yang matang dan persiapan yang tepat. Sebab, di persaingan bebas dan terbuka antar anggota ASEAN ini, jika kita ceroboh sedikit saja, dapat dijadikan celah bagi anggota ASEAN lain untuk memenangkan kompetisi ekonomi ini. Jangan


(38)

oleh Masyarakat ASEAN adalah “satu visi, satu Identitas, namun tidak dipungkiri bahwa produk

utama dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN ini adalah “Kompetisi”. Hanya ada dua pilihan, yaitu “bertahan” yang artinya kita akan semakin tertinggal, atau “menyerang” yang artinya kita akan terus melaju, berkompetisi dengan progres yang signifikan dan memimpin kompetisi ini. Hal ini tentu bukan hanya mimpi bagi Indonesia, jika segala elemen dan segala instrumen dapat digerakkan dan dipersiapkan dengan strategi yang tepat bukan tidak mungkin kelak Indonesia akan mencapai percepatan ekonomi dengan signifikan di jajaran anggota ASEAN.

C. Kesiapan Indonesia Mengadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Seperti yang sudah disinggung dalam sub bab di atas, bahwa potensi ASEAN sangat besar dalam pertumbuhan ekonominya. Dengan jumlah total penduduk sekitar 600 juta jiwa, tentunya dapat menjadi pasar strategis dalam mewujudkan ASEAN sebagai single market. Artinya momentum MEA ini akan dimanfaatkan seluas-luasnya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat ASEAN itu sendiri, dengan diberlakukannya MEA maka secara otomatis pasar ASEAN akan lebih diutamakan bagi produsen dari dalam ASEAN itu sendiri, meskipun tidak menutup kemungkinan akan tetap ada aktifitas ekspor dan impor produk dari dan keluar ASEAN. Namun, komitmen ASEAN adalah mengupayakan segala kebutuhan mulai dari barang mewah hingga sekedar permen atau jajanan anak-anak dapat diproduksi sendiri oleh negara anggota ASEAN. Sehingga segala lalu lintas perdagangan dan segala keuntungan yang diperoleh akan kembali lagi ke ASEAN demi kesejahteraan dan peningkatan perekonomian masyarakat ASEAN.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) digadang-gadang akan menjadi tonggak awal dibukanya perdagangan bebas antar anggota ASEAN yang kemudian dimanfaatkan secara optimal oleh para negara member ASEAN untuk berlomba-lomba mempersiapkan warga negaranya untuk sadar akan liberalisasi dalam berbagai bidang, bukan saja dalam hal perdagangan namun juga


(39)

persaingan antar pekerja terampil dan pelajar lintas ASEAN yang diresmikan mulai 31 desember 2015. Sebab ketika MEA telah diresmikan otomatis persaingan kini bukan hanya berlangsung antar masyarakat dalam satu negara saja, namun 10 negara member ASEAN. Tentu hal ini dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi kita. Artinya persaingan akan semakin ketat dan semarak, sebagai permisalan jika suatu negara dapat memaksimalkan persiapan warga negaranya dalam menghadapi MEA, maka MEA akan menjadi momentum untuk menyerap tenaga kerja atau mengurangi pengangguran. Namun, jika negara gagal mempersiapkan warganya, bukan tidak mungkin justru angka pengangguran semakin meningkat karena persaingan terbuka lebar. Disinilah letak peran penting pemerintah dalam memproteksi kepentingan nasionalnya.

Di era persaingan bebas MEA, Indonesia seharusnya cukup percaya diri menghadapi era pasar bebas MEA tersebut. Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat kaya, baik di sektor pertanian, pertambangan, kelautan, yang menjadikan Indonesia menjadi negara yang paling unggul dari segi sumberdaya alam di ASEAN. Selain itu, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang cukup tinggi yaitu sekitar 237 juta penduduk dengan jumlah usia produktif sebesar 70% dan angka tenaga kerja sebesar 110 juta penduduk (data BPS 2007). Disamping itu keadaan politik dan keamanan Indonesia yang relatif aman dan stabil seharusnya menjadi modal utama bagi Indonesia dalam menghadapi kompetisi MEA. Indonesia juga memiliki GDP tertinggi se ASEAN seperti yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 2.4 Perbandingan Luas Wilayah, Jumlah Populasi,Perdagangan dan Investasi langsung ASEAN 2011


(40)

sumber : AEC blueprint and progress

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebenarnya posisi Indonesia cukup kuat diantara anggota ASEAN lain, meskipun GDP perkapita Indonesia masih dibawah Singapore, Malaysia, dan Brunei darusalam. Namun dari aspek-aspek lain Indonesia cukup bersaing. Indonesia sebagai negara member ASEAN dengan jumlah populasi terbanyak, seharusnya menjadi market terstrategis bagi aktifitas perdagangan produk ASEAN baik dalam bentuk investasi, barang , maupun jasa. Jika kita dapat mengoptimalkan dan mengutamakan produk dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri kita, akan mempercepat pertumbuhan ekonomi sebab siklus ekonominya akan

dikembalikan lagi ke negara kita. Untuk itu perlu digalakkan kembali semboyan “cinta produk Indonesia”. Jangan sampai perilaku konsumtif dan bangga dengan produk impor justru membuat perekonomian kita semakin terpuruk. Daya saing produk dalam negeri harus ditingkatkan mengingat mutu dan kualitas produk luar seperti malaysia, singapura, dan thailand semakin bersaing.

Dalam menghadapi MEA,Indonesia masih akan mengandalkan 3 sektor utama yaitu sektor yang berbasis sumber daya alam, pasar yang strategis, dan ekonomi kreatif. Indonesia harus


(41)

mempersiapkan strategi yang tepat untuk menghadapi MEA, sebagai negara dengan populasi terbanyak ASEAN, tentu adalah kabar baik yang harus terus dipersiapkan sebagai basis produksi, minimal sebagai pemenuh kebutuhan nasional, dan mempersiapkan diri untuk bersaing dipasar Internasional khususnya di ASEAN. Indonesia perlu mendorong masyarakat terutama para pelaku usaha untuk tidak menjual bahan baku mentah begitu saja, namun dengan meningkatkan nilai tambahnya dengan mengolahnya menjadi sesuatu yang lebih bernilai, baik hasil kehutanan, kelautan, maupun pertanian.

Dalam mengukur kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 kita perlu melihat dari beberapa aspek utama , yaitu aspek ekonomi, sosial, pertumbuhan ekspor, dan pendapatan perkapita masyarakat. Kesiapan Indonesia jika dilihat dari aspek pertumbuhan ekonomi Berdasarkan laporan pertumbuhan ekonomi yang dilansir oleh IMF pada tahun 2012, terlihat bahwa bahwa pada 10 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat stabil di kisaran 5,5 persen ± 1 persen dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 6,11 persen. Sejak tahun 2007 hingga 2012, tingkat pertumbuhan hampir selalu di atas 6 persen dengan pengecualian tahun 2009 (4,6 persen ). (Atep AbduRofiq,2015)

Pertumbuhan ekspor Indonesia secara kolektif sempat mengalami stagnansi terutama pasca krisis ekonomi tahun 1998, nilai ekspor non migas pada tahun 1990-1996 berada pada 16 persen per tahun, sementara setelah krisis moneter ekspor non migas mengalami penurunan hingga hanya mencapai 3 persen bahkan hingga akhir tahun 2003. Dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi, nilai ekspor nasional juga mengalami peningkatan. Pada akhir tahun 2013, pertumbuhan ekspor non migas Indonesia mengalami peningkatan sebesar 6,5 persen dibanding November 2013, bila dibandingkan dengan Desember 2012 ekspor mengalami peningkatan sebesar 10,33 persen. Peningkatan ekspor Desember 2013 disebabkan oleh meningkatnya ekspor Nonmigas sebesar 3,09 persen demikian pula ekspor migas naik sebesar 23.07 persen. (Atep AbduRofiq, 2015 ). Meningkatnya presentase ekspor ini menjadi indikator kesiapan Indonesia menghadapi MEA.


(42)

Sedangkan dilihat dari pendapatan perkapita nasional terlihat bahwa masyarakat Indonesia mengalami peningkatan sebesar 8,8 persen, pendapatan perkapita nasional dari tahun 2012, yaitu dari 33,5 juta menjadi 36,5 juta. Namun pendapatan perkapita Indonesia yang sebesar US$4.700 masih jauh jika dibandingkan Thailand yang mencapai kisaran US$10.000, Malaysia mencapai US$ 15.000 dan singapura sudah melebihi US$50.000, keaadan ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih belum merata, kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bermasalah, secara penghasilan masyarakat Indonesia masih kalah dari negara lainnya. (Atep AbduRofiq,2015)

Terbukanya liberalisasi yang akan diresmikan dalam MEA menjadi peluang sekaligus ancaman bagi bangsa Indonesia. Disatu sisi kita akan lebih leluasa dalam berkompetisi meningkatkan taraf kesejahteraan melalui MEA, pekerja terampil kita akan lebih bebas berkarir ke lintas ASEAN dengan terbuka, namun disisi lain dalam jangka panjang kita juga terancam akan kehilangan pekerja-pekerja terbaik kita dalam migrasi besar-besaran yang mungkin terjadi pasca diresmikannya MEA. Namun begitu, secara keseluruhan Indonesia dapat dikatakan telah siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 nanti.

Peluang untuk berhasil dalam kompetisi pasar bebas MEA bukan mustahil dicapai oleh Indonesia, jika Indonesia dapat secara optimal mempersiapkan diri secara fisik yaitu salah satunya dengan mempersiapkan infrastruktur yang mendukung kegiatan ekonomi MEA, dan mempersiapkan sumberdaya manusia Indonesia yang harus siap bersaing di era liberalisasi MEA. Artinya secara kualitas sumberdaya manusia Indonesia harus mumpuni dan terampil sebab persaingan perebutan lapangan pekerjaan bukan hanya akan terjadi antar warga Indonesia saja namun juga dengan warga negara lintas ASEAN pada khususnya. Salah satu keuntungannya adalah jika sumberdaya manusia kita terampil dan berkualitas, tentu akan mudah menembus posisi strategis lapangan pengerjaan lintas ASEAN, namun juga sebaliknya, jika kurang persiapan makan justru lapangan pekerjaan di negara kita akan diserbu tanpa ampun oleh warga ASEAN lainnya.


(43)

Salah satu tantangan lain adalah kita harus siap menghadapi para pekerja vietnam dan laos yang standar upah pekerjanya dibawah kita. Sebab, para pengusaha biasanya mencari pekerja yang upahnya cenderung kecil dan tidak terlalu banyak protes. Sedang kita tahu, di Indonesia demonstrasi menuntut kenaikan upah hampir terjadi setiap saat diberbagai wilayah. Harapan kita adalah pekerja terampil kita memiliki daya saing yang tinggi sehingga mampu mendapatkan posisi terbaik dalam lapangan kerja ASEAN. MEA memang menjadi ajang kompetisi yang bebas dan terbuka, namun peran pemerintah dalam memproteksi keluar masuknya warga negara Indonesia di lapangan pekerjaan ASEAN hendaknya dimatangkan, untuk mengantisipasi kehilangan sumberdaya manusia yang berkualitas, yang seharusnya ikut sumbangsih dalam pembangunan ekonomi Indonesia secara langsung.

D. Daya Saing Industri Indonesia dalam Menghadapi MEA

Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dalam memimpin pasar bebas MEA yang telah diresmikan pertanggal 30 desember 2015 lalu, sebab Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar di ASEAN, tentu dapat menjadi peluang yang baik untuk meningkatkan perekonomian negeri dari sektor perdagangan,baik dari industri makanan-minuman, tekstil,kerajinan tangan, dan industri manufaktur lain. Namun, tentu Indonesia harus dapat mempersiapkan diri dengan meningkatkan daya saing industrinya dan memetakan potensi apa saja yang akan menjadi produk unggulan dalam kompetisi ekonomi MEA.

Berdasarkan data World Economy Forum (WEF), daya saing Indonesia berada di urutan 55 dunia pada 2008 dan kemudian menjadi peringkat 50 dunia tahun 2012. Indonesia masih jauh tertinggal dari Singapura di peringkat tiga dunia, Malaysia ke-25, dan Thailand urutan ke-38. Pemerintah boleh saja berbesar hati dan bangga dengan pertumbuhan industri yang terbilang terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun, biaya logistik yang terlampau mahal serta buruknya


(44)

infrastruktur membuat industri nasional “gugup” menghadapi AEC 2015. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sektor industri pengolahan migas pada 2012 lalu tumbuh 5,7% dan industri pengolahan non-migas meningkat 6,4% dan memberikan kontribusi sebesar 20,8 % dari total pertumbuhan produk domestikbruto (PDB) nasional. (majalah industri kementerian perindustrian,2013)

Di Indonesia infrastruktur dan mahalnya biaya logistik menjadi poin penting yang perlu dijadikan perhatian oleh pemerintah untuk mendukung lancarnya lalu lintas barang dan jasa dalam kompetisi MEA. Di Indonesia, biaya logistik saat ini rata-rata masih 16% dari total biaya produksi. Adapun normalnya maksimal hanya 9%-10%.

Ada sembilan sektor unggulan yang diusung oleh kementrian perindustrian dalam menghadapi MEA, dimana sembilan komoditas ini memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan barang yang sama dari negara ASEAN lain. Kesembilan komoditas tersebut di antaranya, produk berbasis agro seperti (CPO, kakao, karet), ikan dan produk olahannya, tekstil dan produk tekstil, alas kaki, kulit dan barang kulit, furnitur, makanan dan minuman, pupuk dan petrokimia, mesin dan peralatannya, serta logam dasar, besi dan baja. Selain sembilan komoditas unggulan, Pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Perindustrian juga mengantisipasi adanya tujuh cabang industri yang memiliki potensi hambatan dalam menghadapi MEA. Tujuh komoditas tersebut diantaranya meliputi otomotif, elektronik, semen, pakaian jadi, alas kaki, makanan dan minuman serta furnitur. (Majalah Industri Kemenperin,2013:8)

Upaya pemerintah untuk mendukung majunya produktifitas dalam negeri dalam kegiatan ekonomi untuk menghadapi MEA diantaranya dengan terus membangun dan memperbaiki Infrastruktur, menekan biaya logistik, dan menjamin ketersediaan kebutuhan energi. Untuk menekan biaya produksi, para pelaku Industri di Indonesia mulai beralih dari minyak bumi ke gas bumi yang dinilai lebih efisien dan lebih murah. PGN sebagai BUMN yang bergerak disektor hilir


(45)

gas bumi, mendukung penuh pemerintah untuk menjamin ketahanan energi nasional terutama dalam menjamin ketersediaan kebutuhan industri dalam menghadapi MEA. Saat ini tercatat lebih dati 1500 Industri dalam negeri yang menjadi pelanggan PGN, tersebar diseluruh Indonesia. Beberapa diantaranya Industri Kimia, keramik, tekstil, makanan, minuman, dan listrik. Dengan menggunakan gas PGN yang relatif lebih murah, maka biaya produksi Industri dapat ditekan, sehingga Industri dalam negeri dapat bersaing baik dipasar domestik, maupun pasar global.


(46)

BAB III

POSISI DAN EKSISTENSI PGN SEBAGAI BUMN SEKTOR GAS INDONESIA

PGN adalah BUMN Indonesia yang bergerak di sektor migas. Selama lebih dari 50 tahun PGN menjadi BUMN migas, PGN terus melakukan inovasi dan berkomitmen untuk mendukung pemerintah dalam ketahanan energi nasional. PGN adalah BUMN migas disektor hilir , yaitu pada transmisi dan distribusi. Namun, seiring kemajuan bisnisnya dan dukungan penuh dari pemerintah Indonesia , kini PGN mulai merambah di usaha hulu atau eksplorasi dan produksi gas alam. Dalam menjalankan komitmennya menjamin ketersediaan gas nasional dan mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional, PGN dibantu oleh anak perusahaannya, yang dibagi dalam beberapa bidang khusus untuk lebih memudahkan pencapaian visi dan misi PGN , dan memudahkan gas sampai pada konsumen

Dalam Bab ini, penulis akan membahas sejarah berdirinya PGN, profil PGN (meliputi visi dan misi PGN, unit bisnis strategis PGN,serta wilayah distribusi PGN) pada sub bab pertama. Pada sub Bab ke dua akan dibahas tentang Upaya PGN dalam Mendukung Ketahanan Energi di Indonesia , dan pada sub Bab ke tiga penulis akan mengulas tentang Kesiapan PGN dalam menghadapi masyarakat Ekonomi ASEAN. Dalam sub Bab terakhir ini akan di bahas mengenai peluang dan tantangan PGN dalam menghadapi masyarakat Ekonomi ASEAN

A. Dinamika PGN sebagai BUMN Migas di Indonesia

Sejarah awal berdirinya PGN dimulai dari periode kolonialisasi Belanda. Pada tahun 1859 PGN didirikan sebagai sebuah perusahaan swasta Belanda dengan nama Firma I. J. N. Eindhoven & Co. Gravenhage. Firma ini bergerak di bidang pembuatan dan pendistribusian gas buatan atau yang lebih dikenal dengan sebutan gas kota yang


(47)

dihasilkan dari batu bara dan minyak bakar. Pada tahun 1950, perusahaan ini kemudian diambil alih oleh pemerintah Belanda dan diberi nama NV. Netherland Indische Gaz Maatschapij (NV. NIGM). Kemudian diambil alih oleh pemerintah Indonesia nama perusahaan diganti menjadi Badan Pengambil Alih Perusahaan-Perusahaan Listrik dan Gas (BP3LG) Pada tahun 1958, yang kemudian beralih status menjadi BPU-PLN pada tahun 1961. Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1965, perusahaan ditetapkan sebagai perusahaan negara dan diberi nama Perusahaan Negara (PN) Gas ,dan hingga saat ini 13 mei diperingati sebagai hari lahirnya Perusahaan Gas Negara (PGN), yang kini sudah genap 50 tahun hadir sebagai BUMN yang berkomitmen menjamin kebutuhan gas nasional.

Pada awal tahun 1974, PN Gas mulai memperkenalkan dan mendistribusikan gas alam yang lebih ramah lingkungan, menggantikan batu bara dan minyak yang tidak ramah lingkungan dan tidak ekonomis. Konsumennya adalah sektor rumah tangga, komersial dan industri. Pada awal kiprah PN Gas , Penyaluran gas alam untuk pertama kali dilakukan di Cirebon tahun 1974, kemudian disusul berturut-turut di wilayah Jakarta

tahun 1979, Bogor tahun 1980, Medan tahun 1985, Surabaya tahun 1994, dan Palembang

tahun 1996. Pada tahun 1985, sekitar satu dekade setelah gas bumi pertama kali didistribusikan di Cirebon, volume penjualan gas yang dilakukan oleh PN Gas telah meningkat sampai lebih dari lima kali dibandingkan dengan volume penjualan gas bumi di tahun 1974 yang hanya sebesar sebesar 3 MMSCFD. Prestasi ini merupakan salah satu momentum dalam sejarah PN Gas yang ditindaklanjuti oleh pemerintah Indonesia dengan merubah status PN Gas menjadi Perusahaan Umum (PERUM) Gas Negara pada tahun 1986.

Pada tahun 1985, sekitar satu dekade setelah gas bumi pertama kali didistribusikan di Cirebon, volume penjualan gas yang dilakukan oleh PN Gas telah meningkat sampai


(48)

lebih dari lima kali dibandingkan dengan volume penjualan gas bumi di tahun 1974 yang hanya sebesar sebesar 3 MMSCFD. Prestasi ini merupakan salah satu momentum dalam sejarah PN Gas yang ditindaklanjuti oleh pemerintah Indonesia dengan merubah status PN Gas menjadi Perusahaan Umum (PERUM) Gas Negara pada tahun 1986. Keberhasilan Perum Gas Negara dalam bisnis distribusi gas bumi mendorong pemerintah untuk memberikan tanggung jawab yang lebih besar dengan memperluas cakupan bisnis Perum Gas Negara dari semula hanya menangani bisnis distribusi gas bumi ditambah dengan menangani bisnis transmisi gas bumi. Hal ini dilakukan oleh pemerintah dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 37 tahun 1994 yang juga merubah status Perum Gas Negara menjadi Perusahaan Gas Negara (PERSERO).(

www.budipriswanto.com/tag/profil-pgn diakses pada 29 april 2015)

BUMN sektor migas Indonesia yang memiliki slogan “ Energy For Life” ini pelan

tapi pasti terus melakukan peningkatan mutu dan kualitas perusahaannya, memperbaiki dan membangun infrastruktur yang mampu menjangkau seluruh negeri untuk menjamin gas sampai pada konsumen, serta terus melakukan peningkatan teknologi untuk mendukung cita-cita PGN dalam komitmennya mendukung ketahanan energi nasional. Dalam menjalankan bisnisnya, PGN memiliki visi dan misi diantaranya :

Visi PGN

Menjadi perusahaan kelas dunia dalam pemanfaatan gas bumi.

Misi PGN


(49)

1. Penguatan bisnis inti di bidang transportasi, niaga gas bumi dan pengembangannya.

2. Pengembangan usaha pengolahan gas.

3. Pengembangan usaha jasa operasi, pemeliharan dan keteknikan yang berkaitan dengan industri migas.

4. Profitisasi sumber daya dan aset perusahaan dengan mengembangkan usaha lainnya.

5. PGN juga memiliki budaya ProCISE yang merupakan singkatan dari Profesionalism, Continuous Improvement, Integrity, Safety, dan Excellent Service.

1. Unit Bisnis Strategis PGN

Dalam keseriusannya mempertahankan ketahanan energi nasional PGN terus mengembangkan usahanya, terutama dalam pembangunan infrastruktur penyaluran transmisi gas nasional. Hingga saat ini infrastruktur gas pipa PGN sudah mencapai lebih dari 6470 km (data oktober 2015), atau setara dengan 70% total pipa hilir gas bumi di Indonesia. Selain itu PGN terus berkomitmen untuk menambah jangkauan infrastruktur setiap tahunnya, hingga menjangkau seluruh wilayah nusantara. Hal ini menjadikan PGN sebagai salah satu pemegang peran penting dalam distribusi kebutuhan gas nasional.

Dalam menjalankan komitmennya menjamin ketersediaan gas nasional dan mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional, PGN dibantu oleh anak perusahaannya, yang dibagi dalam beberapa bidang khusus untuk lebih memudahkan pencapaian visi dan misi PGN , dan memudahkan gas sampai pada konsumen, diantaranya:

1. PT Transportasi Gas Indonesia: transmisi gas bumi


(50)

3. PT PGN Solution: konstruksi, enginering, operation & maintenance

4. PT Nusantara Regas: terminal penyimpanan dan regasifikasi terapung

5. PT Saka Energi Indonesia: kegiatan di bidang hulu

6. PT Gagas Energi Indonesia: kegiatan di bidang hilir

7. PT PGN LNG Indonesia: bisnis LNG dan terminal penyimpanan dan regasifikasi

terapung

8. PT Kalimantan Jawa Gas

9. PT Permata Graha Nusantara (PGN Mas)

10.PT Gas Energi Jambi: perdagangan, konstruksi dan jasa

11.PT Banten Gas Synergi: jasa, transportasi, perdagangan dan pertambangan (afiiliasi)

2. Produk PGN

PGN memiliki 4 (empat) produk yaitu Gas alam (Natural Gas) yang didistribusikan melalui pipa langsung kepada konsumen, LNG (Liquified Natural Gas) , CNG ( Compressed Natural Gas ) , dan BBG (Gas Fuel). Diantara ke empat produk PGN tadi, Natural Gas atau Gas alam merupakan produk utama PGN, dimana konsumen akan mendapatkan pasokan gas PGN melalui pipa yang terhubung langsung kepada konsumen. Saat ini konsumen gas PGN meliputi kebutuhan Gas industri, komersial, dan rumah tangga, dimana konsumen gas PGN untuk industri telah mencapai 96,92 % atau sekitar1.499 konsumen, untuk komersil (hotel,restaurant,dll) adalah 2,84% atau sekitar 1.804 konsumen dan untuk kebutuhan rumah tangga telah mencapai 0,24 % atau sekitar 97,799 konsumen.(PGN, 2015)


(51)

Gambar 1.2 Konsumen PGN

3. Wilayah Distribusi PGN

Dalam menjalankan bisnisnya, untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada para pelanggannya PGN membagi wilayah usaha distribusi gasnya ke dalam 3 (tiga) Wilayah Strategic Business Unit (SBU) yang menjangkau wilayah sumatera dan jawa, dengan tujuan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan jaringan dan fasilitas di wilayah SBU agar lebih mudah dalam pendistribusian gas kepada konsumen. Berikut adalah ketiga SBU yang telah dibangun PGN:

1. SBU Distribusi Wilayah I Jawa Bagian Barat, meliputi wilayah Jawa Bagian Barat sampai dengan Sumatera Bagian Selatan.


(52)

2. SBU Distribusi Wilayah II Jawa Bagian Timur, meliputi wilayah Jawa Bagian Timur yang terbagi atas 2 (dua) wilayah operasi yaitu operasi wilayah I (Surabaya-Gresik) dan operasi wilayah II (Sidoarjo-Mojokerto dan Pasuruan-Probolinggo), serta 3 (tiga) Area Penjualan yaitu Area Surabaya-Gresik, Area Sidoarjo-Mojokerto, dan Area Pasuruan-Probolinggo.

3. SBU Distribusi Wilayah III Sumatera Bagian Utara, meliputi wilayah Medan dan sekitarnya, Kepulauan Riau, Riau dan Jambi. (www.budipriswanto.com/tag/profil-pgn

diakses pada 29 april 2015)

Saat ini PGN telah membangun infrastruktur transmisi dan distribusi gas kedalam 18 area utama di seluruh indonesia yaitu area Medan, Batam, Pekanbaru, Palembang, Lampung, Cilegon, Tangerang, Jakarta, Bogor, Bekasi, Karawang, Cirebon, Semarang, Surabaya, Pasuruan, Sidoarjo, Tarakan, dan Sorong.

Dengan dibantu anak perusahaannya, PGN menjadi semakin mudah dalam meningkatkan skala produksi dan jangkauan distribusinya serta mempercepat penetrasi dan ekspansi pasar. Selain itu PGN beserta anak perusahaannya terus berinovasi dan meningkatkan teknologi agar dapat bersaing ditengah serbuan produk gas swasta yang kualitas dan harganya semakin kompetitif.

B. Upaya PGN dalam Mendukung Ketahanan Energi di Indonesia

Dalam mendukung pemerintah mengkonversi energi BBM (Bahan bakar minyak) ke Gas, PGN terus melakukan inovasi terutama dalam perluasan jaringan distribusi dan transmisi gas yang terintegrasi keseluruh wilayah Indonesia. Saat ini sudah dibangun jaringan pipa transmisi dan distribusi gas lebih dari 6470 km per oktober 2015, atau setara dengan 70 % jaringan pipa gas diseluruh Indonesia (PGN,2015). Secara signifikan PGN terus


(53)

berkomitmen menjamin ketersediaan gas untuk masyarakat baik untuk industri,komersial (Hotel, Rumah sakit, Restaurant dll), juga menjamin ketersediaan gas rumah tangga.

Sebagai upaya peningkatan transparansi dan kemudahan mendapatkan dana untuk pengembangan infrastruktur gas, pada tahun 2003 Pemerintah atas persetujuan DPR mengambil langkah untuk menjadikan PGN sebagai perusahaan terbuka. Saat ini Perseroan merupakan perusahaan milik negara publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), di mana kepemilihan saham PGN sebesar 56,96% dimiliki oleh Pemerintah RI dan sekitar 43,04% dikuasai publik. (PGN, 2015)

Saat ini PGN sudah membangun jaringan pipa gas meliputi Jawa Timur dan Jawa Tengah (785 km), Sumatra Utara dan Kepulauan Riau (761 km), Transmisi Grissik-Duri (536 km), dan Transmisi Grissik-Batam-Singapura (470 km), serta Transmisi South Sumatra West Java sepanjang 1.004 km.(Data PGN oktober 2015) Yang totalnya adalah 6470 KM. Dan PGN juga mentargetkan untuk terus memperluas jaringannya dengan menambah 4000 km pipa baru pada 2019.

Bagi sebagian masyarakat terutama di kalangan pengusaha dan rumah tangga, gas PGN dinilai lebih murah dibanding produk gas lain misal LPG dari pertamina. Sebab setara dengan 3 kilogram LPG pertamina, Gas pipa PGN hanya dikenakan biaya 9 ribu rupiah, atau 3ribu rupiah perkilo gas. tentu jauh lebih murah dibanding dengan harga gas LPG yang berkisar antara 18 ribu rupiah sampai 20 ribu rupiah per tabung 3kilogram. Belum lagi gas LPG rentan terhadap kelangkaan dan harganya pun bisa berbeda disetiap daerah, meskipun Pertamina sudah mematok harga yang sama di tangan agen LPG. Namun, harga LPG rentan terhadap monopoli dari pedagang dibawah agen, sebelum sampai ditangan konsumen. Sedangkan harga gas PGN relatif sama diseluruh Indonesia, dengan jaminan ketersediaan gas


(1)

PGN dalam menghadapi pasar global perlu meningkatkan sumberdaya internal dan eksternal dalam menghadapi persaingan bebas ASEAN. Pada awalnya, PGN yang kegiatan bisnisnya di sektor hilir saja, PGN masih bergantung kepada produsen gas seperti Pertamina. Sehingga PGN harus tunduk terhadap harga yang ditetapkan pemerintah. Seiring perkembangan PGN, kini PGN telah melakukan peningkatan skala bisnis dengan merambah ke sektor hulu. Dengan meningkatnya status PGN yang mulai merambah sektor hulu, maka PGN dapat menekan biaya produksi dengan mendapatkan sumberdaya alam dengan lebih murah. Anak perusahaan PGN yaitu PT. Saka Energi telah meningkatkan status PGN bukan hanya pada bisnis hilir gas, namun juga bisnis hulu gas bumi. Saka Energi telah memiliki hak partisipasi di sejumlah blok migas di dalam negeri. Misalnya blok migas di Ujung Pangkah dengan hak partisipasi mencapai 100%, Blok Ketapang (20%), Blok South Sesulu (100%) dan Blok Bangkanai (30%), Blok South East Sumatera (8,9%), Blok Muara Bakau (11,66%), Blok West Bangkanai (30%) dan Blok Muriah (20%). (PGN, 2015)

Dalam menghadapi MEA, perlu adanya regulasi yang kuat dari pemerintah khususnya dalam urusan ketahanan energi. Undang-Undang Migas No. 22 Tahun 2001 yang terlalu liberal dan memudahkan akses asing untuk mengelola bahkan menguasai blok migas Indonesia, kini sudah mendapat perhatian dari DPR RI untuk dilakukan pembenahan atau revisi. Sehingga, ijin untuk melakukan eksplorasi dan distribusi, dan segala kegiatan hulu dan hilir dapat prioritaskan untuk BUMN Migas Indonesia. Dimana keuntungan BUMN itu akan kembali lagi kepada negara untuk kesejahteraan rakyat. Kebijakan memprioritaskan BUMN dalam peningkatan bisnis seharusnya menjadi agenda serius bagi pemerintah Indonesia. Sebab, dinegara lain, khususnya dalam hal tata kelola migas diberikan hak monopoli oleh perusahan milik negara. UU Migas No.22 tahun 2001 pada awalnya dibuat untuk menarik investor gas, dimana gas belum sepopuler saat ini sebab masyarakat Indonesia pada masa


(2)

tersebut menggunakan BBM sebagai pemenuh kebutuhan energi, baik rumah tangga maupun dalam sektor ekonomi.

Seiring dengan kebijakan konversi minyak bumi ke gas LPG oleh pemerintah, produktifitas gas dalam negeri meningkat tajam. Sehingga pemerintah merasa perlu merevisi UU Migas No.22 tahun 2001 khususnya dalam poin perijinan eksplorasi dan distribusi, yang pada awalnya bebas bagi seluruh pengusaha baik BUMN maupun swasta, dengan kebijakan open access melalui infrastruktur jaringan pipa yang sudah ada. Hal ini tentu dapat merugikan PGN selaku BUMN yang sudah membangun lebih dari 76% total jaringan gas diseluruh Indonesia. Dengan adanya revisi UU Migas tersebut, maka kebijakan open access akan akan dibatasi, serta kegiatan hulu dan hilir akan berpihak pada BUMN.

Hubungan baik antara PGN dan Pertamina sebagai mitra bisnis serta dukungan dan proteksi penuh dari pemerintah kepada BUMN Migas khususnya PGN, dapat menjadi langkah yang baik bagi kemandirian ketahanan energi nasional Indonesia terutama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Ketika masyarakat sudah mendapatkan energi yang aman dan murah, tentu peningkatan daya saing akan meningkat. Sehingga semua aspek akan bergerak maju serta Indonesia dapat mencapai posisi yang kuat dalam kompetisi pasar bebas MEA.


(3)

1 BAB V

KESIMPULAN

MEA mulai diresmikan sejak 31 desember 2015 lalu. Setelah MEA mulai diresmikan, maka secara otomatis seluruh anggota ASEAN wajib tunduk dalam aturan yang sudah disepakati dan sudah tertulis dalam blue print ASEAN economic community 2015 .

Untuk membantu tercapainya integrasi ekonomi ASEAN melalui AEC, maka dibuatlah AEC Blueprint yang memuat empat pilar utama yaitu (1) ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas; (2) ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce; (3) ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam; dan (4) ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.

MEA adalah bentuk keseriusan ASEAN dalam mewujudkan kesejahteraan regional kawasan. Dimana ASEAN ingin menciptakan kemandirian kawasan,


(4)

2

dalam segala aspek. Serta berusaha untuk dapat mencukupi segala kebutuhan kawasan, sehingga aliran ekonominya akan kembali lagi untuk kesejahteraan kawasan ASEAN dan membuat ASEAN semakin solid dan maju baik dari segi sumberdaya manusianya maupun industrinya. Ketika kemandirian ekonomi kawasan ASEAN sudah kuat, maka ASEAN tidak akan terpengaruh lagi dengan produk dari negara luar ASEAN khususnya produk dari barat.

Untuk menghadapi ASEAN Economic Community atau Masyarakat ekonomi ASEAN, Indonesia telah menyiapkan beberapa strategi khususnya dari kementerian yang strategis yaitu kementerian perindustrian dan kementerian BUMN.

Kementerian Perindustrian telah melakukan berbagai upaya dan strategi dalam menghadapi pasar persaingan bebas di ASEAN. Selain di bidang perdagangan barang melalui peningkatan daya saing industri dan mendorong investasi di sektor industri, pada bidang jasa melalui peningkatan SDM Industri. Peningkatan daya saing industri dilakukan melalui penguatan struktur industri dengan melengkapi struktur industri yang masih kosong dan menyiapkan strategi ofensif dan defensif dalam akses pasar.

Kementerian BUMN menyiapkan strategi sinergi, yaitu penggabungan beberapa BUMN yang memiliki jenis usaha yang sama seperti PGN dan Pertagas (Anak usaha Pertamina). Sinergi BUMN diharapkan mampu menguatkan posisi BUMN itu sendiri khususnya dalam persaingan bebas ASEAN. Disamping untuk menguatkan posisi, sinergi juga ditujukan agar penggunaan biaya produksi dan


(5)

3

infrastruktur dapat di tekan, sehingga Indonesia memiliki Industri yang berdaya saing tinggi dalam menghadapi MEA. Terutama dalam industri Migas, untuk menjamin ketahanan energi nasional. Dimana awalnya pemerintah menjadikan gas sebagai komoditas, dan sekarang mulai bergeser menjadikan gas sebagai alat pembangunan nasional.

PGN adalah salah satu BUMN yang diandalkan oleh pemerintah Indonesia dalam hal ketahanan energi nasional. PGN dalam track record-nya telah mencapai progres yang sangat signifikan terutama dalam peningkatan skala produk. Awalnya PGN hanya berada dala usaha hilir migas saja, namun seiring meningkatnya kebutuhan energi nasional dan komitmen PGN dalam mendukung ketahanan energi nasional, maka PGN terus berinovasi dan merambah ke sektor hulu migas. Sehingga, PGN dapat mengurangi ketergantungannya terhadap produsen gas seperti Pertamina.

Keberhasilan PGN dalam dunia permigasan Indonesia diantaranya PGN telah membangun infrastruktur jaringan gas terintegrasi sepanjang lebih dari 6.700 km terbentang diseluruh Indonesia, atau setara dengan lebih dari 76% jaringan gas keseluruhan yang ada di Indonesia, dimana sebagian besar dari pembangunan infrastruktur tersebut dibangun dengan keuangan perusahaan tanpa membebani APBN. Selain itu PGN melalui anak usahanya PT. Saka Energi telah melakukan kerjasama dengan Swift Energi yaitu dengan mengakuisisi blok migas Fasken di Texas, Amerika Serikat sebesar 36%, dengan nilai total investasi sebesar 175juta dollar atau setara dengan 2 Triliun rupiah. Dimana investasi tersebut berhasil meningkatkan produktifitas shale gas sebesar 5 kali lipat dalam satu tahun


(6)

4

beroperasi. Dalam kerjasamanya dengan Swift Energi, PGN telah melakukan transfer pengetahuan dan pengalaman dengan menempatkan tenaga ahli PGN di perusahaan tersebut. Sehingga PGN dapat menjadikannya sebagai acuan untuk meningkatkan tata kelola dan teknologi gas Indonesia.

Dukungan penuh dari Pemerintah dan mitra bisnis seperti Pertamina dapat dimanfaatkan secara optimal oleh PGN dalam melakukan peningkatan signifikan dari jumlah pelanggan, skala produksi, bahkan ekspansi ke luar negeri. Jika Pemerintah Indonesia secara kontinyu dan tegas dalam mendukung serta memproteksi usaha migas PGN, maka bukan hanya memperoleh pemasukan dari gas PGN saja, namun juga Indonesia dapat mencapai kemandirian ketahanan energi yang berdampak pada peningkatan mutu SDM, peningkatan daya saing, serta Indonesia akan semakin disegani oleh dunia Internasional karena memiliki industri gas yang kuat dan mandiri.