penghargaan lebih sedikit, maka mereka mungkin akan memiliki sikap negatif terhadap pekerjaan, pimpinan, dan atau rekan kerja mereka. Mereka tidak puas. Sebaliknya, jika mereka
merasa bahwa mereka diperlakukan dengan baik dan dibayar dengan pantas, maka mereka mungkin akan memiliki sikap positif terhadap pekerjaan mereka. Mereka merasa puas. Ketiga,
kepuasan kerja mewakili beberapa sikap yang berhubungan.
2.1.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Robbins 1996 menyatakan bahwa faktor-faktor yang lebih penting yang mendorong kepuasan kerja :
1. Kerja yang secara mental menantang. Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan- pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan ketrampilan dan
kemampuan mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan, dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja secara
mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi yang terlalu banyak menciptakan frustrasi dan perasaan gagal. Pada kondisi
tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalami kesenangan dan kepuasan.
2. Ganjaran yang pantas. Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, tidak kembar-arti, dan segaris dengan pengharapan
mereka. Bila upah yang dilihat secara adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat ketrampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar
akan dihasilkan kepuasan.
3. Kondisi kerja yang mendukung. Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas yang baik.
Temperatur, cahaya, derau, dan faktor-faktor lingkungan lain seharusnya tidak ekstrem terlalu banyak atau terlalu sedikit. Disamping itu, kebanyakan karyawan lebih menyukai
bekerja dekat dengan rumah, dalam fasilitas yang bersih dan modern, dan dengan alat-alat dan peralatan yang memadai.
4. Rekan sekerja yang mendukung. Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga
mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu, tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung menghantar ke kepuasan kerja
yang meningkat. 5. Jangan lupakan kesesuaian kepribadian pekerjaan. Kecocokan yang tinggi antara
kepribadian seorang karyawan dan okupasi akan menghasilkan seorang individu yang lebih terpuaskan. Orang-orang yang tipe kongruen sama dan sebangun dengan pekerjaan
yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka; dengan
demikian lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan-pekerjaan tersebut; dan, karena sukses ini, mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan
yang tinggi dari dalam kerja mereka. Menurut Smith, Kendall dan Hulin 1969 dalam Luthans 2006, ada lima dimensi
penting yang mempengaruhi kepuasan kerja untuk mempresentasikan karakteristik pekerjaan yang paling penting dimana karyawan memiliki respon afektif, yaitu :
1. Pekerjaan itu sendiri Dalam hal dimana pekerjaan memberikan tugas yang menarik, kesempatan untuk belajar,
dan kesempatan untuk menerima tanggung jawab. 2. Gaji
Upah yang diterima dan tingkat dimana hal ini bisa dipandang sebagai hal yang dianggap pantas dibandingkan dengan orang lain dalam organisasi.
3. Kesempatan promosi Kesempatan untuk maju dalam organisasi.
4. Pengawasan Kemampuan penyelia untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku.
5. Rekan kerja Tingkat dimana rekan kerja pandai secara teknis dan mengdukung secara sosial.
Tolok ukur tingkat kepuasan yang mutlak tidak ada karena setiap individu karyawan berbeda standar kepuasannya. Kepuasan kerja karyawan menurut Hasibuan 2003 dipengaruhi
faktor-faktor berikut : 1. Balas jasa yang adil dan layak.
2. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian. 3. Berat-ringannya pekerjaan.
4. Suasana dan lingkungan pekerjaan. 5. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan.
6. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya. 7. Sifat pekerjaan monoton atau tidak.
2.1.2.3 Teori Kepuasan Kerja