3 Dua pihak-pihak yang bersengketa.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan hal yang sangat erat hubungannya dengan sumber data, karena melalui pengumpulan data ini akan diperoleh
data yang diperlukan untuk selanjutnya dianalisa sesuai dengan yang diharapkan.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
a. Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
masyarakat melalui : 1 Wawancara, yaitu cara memperoleh informasi dengan bertanya
langsung pada pihak-pihak yang diwawancarai terutama orang- orang yang berwenang, mengetahui dan terkait dengan peran
Kantor Pertanahan dalam rangka penyelesaian sengketa tanah secara mediasi di Kantor Pertanahan Jakarta Utara.
Sistem wawancara yang dipergunakan adalah wawancara bebas terpimpin, artinya terlebih dahulu dipersiapkan daftar pertanyaan
sebagai pedoman tetapi masih dimungkinkan adanya variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan situasi pada saat wawancara
dilakukan.
22
22
Soetrisno Hadi, Metodologi Reseacrh Jilid II, Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1985. Hal. 26
2 Daftar pertanyaan, yaitu daftar pertanyaan yang diajukan kepada orang-orang yang terkait dengan peran Kantor Pertanahan dalam
rangka penyelesaian sengketa tanah secara mediasi di Kantor Pertanahan Jakarta Utara, untuk memperoleh jawaban secara
tertulis. Dalam hal ini, daftar pertanyaan diberikan kepada pihak Kantor Pertanahan Jakarta Utara.
b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang mendukung keterangan atau
menunjang kelengkapan data primer yang diperoleh dari perpustakaan dan koleksi pustaka pribadi penulis, yang dilakukan dengan cara studi
pustaka atau literatur. Data sekunder terdiri dari: 1 Bahan-bahan hukum primer, meliputi :
a Peraturan perundang-undangan, yaitu : 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok Agraria; 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan
Hak-hak Atas Tanah dan Benda-Benda yang Ada Diatasnya; 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa; b Peraturan Pemerintah, meliputi :
1 Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang
Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti- Kerugian;
c Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional;
d Peraturan Menteri : 1
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan dan Pembatalan
Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara; 2
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas
Tanah Negara dan Hak Pengelolaan. e
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan;
f Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penanganan dan Penyelesaian Permasalahan Pertanahan; 2 Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat
hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer, meliputi :
a Buku-buku mengenai Pendaftaran Tanah, Hukum Agraria
Indonesia Sejarah dan Perkembangannya, buku tentang Penyelesaian sengketa Pertanahan, buku tentang Metodologi
Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah. Selain itu, dalam penulisan tesis ini juga digunakan Kamus Besar Bahasa
Indonesia. b Makalah dan Artikel, meliputi makalah tentang arbitrase dan
alternatif penyelesaian sengketa dan makalah tentang pokok- pokok pikiran mengenai penyelesaian konflik agraria yang hasil
dari Lokakarya Persiapan Pembentukan Komite Nasional untuk Penyelesaian Konflik Agraria.
Dalam penelitian hukum, data sekunder mencakup bahan primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat; bahan sekunder yaitu
bahan hukum sekunder yaitu yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer; dan bahan hukum tertier yakni
bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder.
23
6. Teknik Analisis Data