Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan taman nasional dengan pola kemitraan di Kepulauan Togean Provinsi Sulawesi Tengah

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN
TAMAN NASIONAL DENGAN POLA KEMITRAAN
DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

MUHD NUR SANGADJI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

RINGKASAN DISERTASI

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN
TAMAN NASIONAL DENGAN POLA KEMITRAAN
DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

MUHD NUR SANGADJI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010


PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Partisipasi Masyarakat dalam
Pengelolaan Taman Nasional dengan Pola Kemitraan di Kepulauan Togean Provinsi
Sulawesi Tengah”

adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir
disertasi ini.

Bogor, Maret 2010

Muhd Nur Sangadji
NIM P061050031


ABSTRACT
MUHD NUR SANGADJI. Community Participation on Management of National
Park with Partnership Patern in Togean Island of Central Sulawesi Province.
Advisory committee by SUMARDJO, PANG S. ASNGARI and SOENARMO
The aim of this research are : (1) to analyze the level of community
participation on management of Togean Island National Park, (2) to analyze the
factors that influence the community participation, (3) to analyze the correlation
of the factors that influence the community participation, and (4) to formulate a
strategy of extension to increase the effectiveness of community participation on
management of Togean Island National Park. The research was conducted in Togean
Island National Park in Central Sulawesi on August to September 2008 and March
to April 2009. Five variables are used to measure the community participation by
using Structural Equation Model (SEM) and LISREL 8.30. Those variables are
internal individu, extension process, external factors, community capacity and
community participation. The result of research shown that participation of
community is on the low level. Internal characteristic and community capacity have a
significant effect on community participation. The independent variables such as
internal characteristics, extension process and external factors have positive
significant correlation. The strategy that can be used to increase the community
participation is to improve the process of extension by giving the opportunity to

community for involving on management of Togean Island National Park. This
strategy should be supported by government policy to apply consistently,
the
partnership approach on management of National Park in the local level.
Keywords: Participaton, community, Capacity, Extension process and National
park.

RINGKASAN
MUHD NUR SANGADJI.
“Partisipasi Masyarakat Dalam pengelolaan Taman
Nasional dengan Pola Kemitraan di Kepulauan Togean Sulawesi Tengah”.
Dibimbing oleh SUMARDJO, PANG S ASNGARI dan SOENARMO
Pada bulan Oktober 2004 Kepulauan Togean yang terletak di Provinsi
Sulawesi Tengah, ditunjuk oleh Menteri Kehutanan RI melalui SK. No.418/MenhutII/2004 sebagai taman nasional dengan nama Taman Nasional Kepulauan Togean
(TNKT). Pulau tersebut memiliki luasan 362.605 ha, meliputi sebagian hutan dan
perairannya. Secara otomatis penunjukan tersebut mengubah pula status Kepulauan
Togean menjadi kawasan pelestarian alam yang fungsi pelestarian dan pemanfaatan
harus dilakukan secara seimbang sesuai UU No. 5 tahun 1990.
Penetapan TNKT didasari pada potensi sumberdaya alam dengan nilai
keragaman hayati, baik untuk obyek wisata maupun kekayaan Flora dan Fauna

Endemik Sulawesi. Kepulauan tersebut telah mendapat perhatian pada tingkat
nasional, ditunjukkan oleh Bappenas dalam dokumen Biodiversity Action Plan for
Indonesia (CII, 2005). Kekayaan alam ini sekarang menghadapi ancaman karena
berbagai kegiatan ekonomi terutama dengan memanfaatkan teknologi destruktif.
Penunjukan TNKT melahirkan reaksi beragam dari berbagai pihak. Sebagian
merasa pembentukan TNKT hanya akan menimbulkan konflik. Sebagian lainnya
merasa bahwa TNKT bisa menciptakan upaya pelestarian dan pengelolaan
sumberdaya alam yang lebih baik, asal dilakukan secara partisipatif. Mereka yang
optimis melihat adanya peluang kerjasama (kemitraan) atau kolaborasi dalam
mengelola TNKT. Apalagi hal ini diperkuat dengan keluarnya Peraturan Menteri
Kehutanan No. P.19/Menhut-II/2004 tentang Pedoman Kolaborasi Pengelolaan
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia.
Dari uraian ini muncul pertanyaan, seperti apakah partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan TNKT saat ini, dan faktor-faktor apakah yang berpengaruh serta
bagaimana hubungan faktor-faktor tersebut dalam pengelolaan TNKT ? Untuk dapat
menjawab pertanyaan tersebut, perlu dilakukan telaah dalam bentuk penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah (1)
menganalisis
tingkat
partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan TNKT, (2) menganalisis
faktor-faktor
yang
berpengaruh pada partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TNKT, (3) menganalisis
hubungan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan TNKT, dan (4) merumuskan strategi penyuluhan yang efektif untuk
mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TNKT.
Penelitian telah dilaksanakan di Taman Nasional Kepulauan Togean pada
bulan Agustus sampai dengan September 2008 dan Maret sampai dengan April 2009.
Lima peubah digunakan untuk mengukur kapasitas masyarakat dan partisipasi mereka
dalam pengelolaan TNKT dengan menggunakan alat analisis Structural Eqution

Model (SEM) yang ditunjang program LISEREL 8.30. Kelima peubah tersebut adalah
karakteristik internal, proses penyuluhan, faktor eksternal, kapasitas masyarakat dan
partisipasi masyarakat.
Proses penyuluhan dan lingkungan ekternal memberikan pengaruh nyata
terhadap kapasitas masyarakat, sedangkan karakteristik internal dan kapasitas
masyarakat memberikan pengaruh yang nyata terhadap partisipasi masyarakat.
Kapasitas masyarakat dalam pengelolaan SDA adalah tergolong tinggi, namun
partisipasi mereka dalam pengelolaan TNKT adalah tergolong rendah. Hal ini

disebabkan pendekatan penyuluhan yang kurang partisipatif, lebih monolitik dan ”top
down” tidak memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperanserta.
Pendekatan ini tidak mampu meyakinkan masyarakat tentang manfaat kehadiran
taman nasional di daerah mereka.
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1). Partisipasi masyarakat
kepulauan Togean dalam pengelolaan TNKT berada pada kategori “rendah” karena
minimnya peluang untuk turut serta dalam menentukan status dan pengelolaan
kawasan TNKT tempat mereka bermukim, (2). Faktor-faktor yang berpengaruh
nyata pada partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TNKT adalah faktor internal
individu dalam hal motivasi dan status sosial serta kapasitas masyarakat dalam hal
sikap mental dan kesetaraan. Faktor faktor ini memiliki korelasi dan dipengaruhi
secara nyata oleh proses penyuluhan, (3). Ketiga faktor yang berpengaruh pada
kapasitas masyarakat dan partisipasi dalam pengelolaan TNKT, yaitu peubah
karakteristik internal, proses penyuluhan dan faktor lingkungan memiliki hubungan
yang erat, dan (4). Strategi yang dapat digunakan adalah meningkatan proses
penyuluhan yang konvergen dengan memberikan peluang yang luas kepada
masyarakat untuk ikut serta dalam proses pengelolaan TNKT.
Kata kunci : Partisipasi, komunitas, kapasitas, proses penyuluhan dan taman
nasional.


© Hak Cipta adalah milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN
TAMAN NASIONAL DENGAN POLA KEMITRAAN
DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

MUHD NUR SANGADJI

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Fakultas Ekologi Manusia


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

Judul Disertasi

: Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Taman Nasional
dengan Pola Kemitraan di Kepulauan Togean Provinsi
Sulawesi Tengah

Nama

: Muhd Nur Sangadji

NIM

: P061050031


Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS.
K e t u a

Dr. Soenarmo, H.Soewito, M.Ed
Anggota

Prof. Dr. Pang S. Asngari, M.Ed
Anggota

Diketahui
Koordinator Program Mayor,

Dekan Sekolah Pascasarjana,

Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc.

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.


Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan
ridho-Nya sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus

2008 ini ialah partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi (Taman Nasional).
Untuk

berbagai hal

yang amat berarti dalam penyelesaian studi dan

penulisan disertasi ini, penulis memperoleh banyak bimbingan dan masukan dari

banyak pihak. Atas segalanya, penulis menghaturkan terima kasih kepada Prof. Dr.
Ir. Sumardjo, M.S, Prof. Dr. Pang S. Asngari dan Dr. Soenarmo H Soewito yang
telah memberikan bimbingan selama perkuliahan dan penulisan disertasi ini.
Penghargaan yang sama juga disampaikan kepada semua guru-guru di IPB
khusunya

kepada Prof

Dr Margono Slamet yang pikiran dan teorinya tentang

partisipasi yang penulis dapatkan selama mengikuti perkuliahan beliau, telah menjadi
inspirasi bagi penelitian ini. Kepada Prof Dr Khairil Anwar, Prof Dr Djoko Susanto,
Dr Suryo Adiwibowo dan Dr Siti Amanah, penulis sampaikan terima kasih atas
dukungannya selama ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Dr Sudirmaan Saad
dan Dr Basita Ginting Sugihen, MA atas kesediaan menjadi penguji ujian terbuka
ditengah kesibukan beliau.. Penulis juga amat berterima kasih kepada

Dr Aji

Hermawan dan Teti Haryati, M.Si. yang sering penulis bertanya dan berdiskusi.
Terima kasih dan penghargaan disampaikan kepada Dirjen Dikti atas
dukungan beasiswa BPPS serta program sandwich di Australia. Ucapan yang sama
disampaikan kepada Dr Mulyoto Pangestu atas kesediaan beliau untuk membimbing
selama mengikuti program sanwich di Monash University, Melbourne Australia.
Kepada Rektor Universitas Tadulako, Gubernur dan Wagub Sulteng,
Walikota, Wawali dan ketua Bappeda kota Palu, Bupati dan ketua DPRD Parigi
Moutong, Bupati dan Ketua Bappeda Tojo Una-Una, terima kasih atas dukungan
yang telah diberikan. Terima kasih juga disampaikan kepada Rektor IPB, Dekan

Pascasarjana, Dekan FEMA dan Koordinator mayor PPN. Terima kasih yang sama
disampaikan kapada Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia (AROPI) dan Yayasan
Damandiri atas bantuan beasiswa yang amat berguna.
Kepada mereka yang berjasa ikut melapangkan jalan bagi terselanggaranya
penelitian ini antara lain: Dekan Fakultas Partanian Universitas Tadulako, Ketua
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) dan Ketua Pusat Penelitian Pendugaan
Konflik (P4K) Universitas Tadulako, penulis sampaikan terima kasih. Terima kasih
juga disampaikan kepada mereka yang secara individu memberikan berkontribusi
yang sangat berarti: Kanda Taslim DP dan Kanda Dahlan H. Hasan yang membuka
jalan menuju pulau Togean untuk penelitian ini. Kepada para sahabat, Abd Wahid,
Tomy Tampubolon, Muzakir Tawil, Ramadanil, Irwan Lakani, Zulkifli, Nur Edy
dan Cristo Hutabarat serta anggota CII Palu, bantuannya terlalu berarti.
Ucapan terimakasih dikhususkan kepada Desi, Kodir dan Syafruddin selaku
staf

PPN-IPB atas sokongan administratif yang sangat penting. Kepada kawan-

kawan di PPN terutama Rozi, George, Mutu, Wignyo, Agus, Mappa, Hatta, Ikbal,
Johanes, Puji, Yumi dan Yunita, terima kasih atas persahabatan selama ini. Juga
kepada kawan-kawan dari Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Sulteng (HIMPAST)
dan Forum Mahasiswa Pascasarjana (WACANA) IPB atas kekompakan selama ini.
Secara khusus penulis mengungkapan rasa terima kasih kepada almarhum
Ayahanda KA Sangadji, pamanda Hasan Sangadji, Ali Sangadji dan Maulud
Sangadji, Bunda Hj Hadidjah A Rahman, Bunda Hj. Mahani Abdullah dan Bunda Hj
Sarlota Lapanjang, istri Rostiati Dg Rahmatu dan anak Moh Reza Sangadji serta
saudara (adik dan kakak), atas segala dukungan dan doa serta kasih sayangnya.
Akhirnya, kepada

masyarakat kepulauan Togean khususnya Risman, Papa

Sup dan tiga kepala desa di lokasi penelitian yang cerita, ungkapan, harapan,
kegelisahan dan keluh kesahnya menjelma menjadi lembaran disertasi ini, penulis
haturkan terima kasih yang tak ternilai.

Semogalah karya ini bermanfaat adanya.

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tidore Halmahera Tengah-Maluku Utara pada tanggal
08 September 1962 sebagai anak kedua dari pasangan Bapak Hasanuddin Sangadji
dan Bunda Hj. Hadidjah A. Rahman. Pendidikan sarjana ditempuh pada Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, lulus pada tahun 1989.
Pada tahun 1994, penulis diterima di Program Magister atau DEA L’home et Nature
(Ekologi Manusia) Program Pascasarjana Universitas Lyon 3 Perancis dan selesai
pada tahun 1997.

Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor diperoleh

tahun 2005 pada Program Pascasarjana IPB, Fakultas Ekologi Manusia, Program
Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan dengan fokus disertasi penyuluhan konservasi.
Penulis pernah mengikuti Training Managemen Kolaboratif/Kemitraan di
Jepang selama satu bulan pada tahun 2004, Sandwich program di Monash University
Australia tentang konservasi dan komunitas selama lebih tiga bulan pada tahun 20082009 dan mempresentasikan makalah pada Internasional Round Table Discussion di
dua universitas di Malaysia (UPM dan IIUM) pada tahun 2009.
Sejak tahun 1990, penulis bertugas sebagai dosen tetap pada Fakultas
Pertanian Universitas Tadulako. Sebelumnya, penulis pernah bekerja sebagai asisten
manager pada perkebunan kelapa sawit selama 1989–1991. Tahun 2002–2003
dipercayakan

sebagai

Urban

Management

Advisory

(UMA)-Program

City

Development Strategy (CDS)–UNDP. Tahun 2003–2004 dipercaya selaku Sekretaris
Pokja Malino untuk Resolusi Konflik dan Perdamaian Poso. Tahun 2003 ditunjuk
sebagai Ketua Tim Seleksi KPU Kota Palu. Tahun 2003 (tiga Bulan) menjadi
konsultan Urban Sector Development Reform Program (USDRP)-World Bank.
Tahun 2004 Kontak Person pada Program Community Empowerment, BAPPENAS –
JICA-Jepang. Tahun 2004 (tiga bulan) menjadi tenaga ahli pada program UNDP
tentang “Capacity Building” pemerintah Maluku Utara.

Penulis aktif menulis baik buku, jurnal, maupun artikel. Beberapa buku
yang sudah dan siap terbit antara lain; Agriculture Itinerante : Un Cas de L’Interface
Home-Nature, Gagasan dari kampus Kaktus, Kajian Lingkungan hidup: Sebuah
Pengantar, Kumpulan Esay : menggagas Partisipasi, Palu: Kota Dua Wajah, Di
Kaki Menara Eiffel, Helai-Helai Daun Sakura, Catatan Pagi: 3 Tahun Merangkai
Cerita di Kampus IPB, Menoreh Asa di Punggung Bumi Tadulako, Catatan Sore di
Negeri Kanguru, dan Palajaran Dari Negeri Jiran. Sejumlah aritkel jurnal yang
ditulis selama kuliah S3 antara lain: tentang partisipasi dan pemberdayaan di jurnal
“Agroculture” Himpast Bogor dan jurnal Forhimapast Bandung. Dua judul dari
penelitian disertasi akan diterbitkan pada Jurnal Penyuluhan PPN IPB.
Beberapa artikel yang ditulis dan telah terbit di berbagai media masa antara
lain : “The Silen Voice”: Makna Keajaiban Demokrasi, Bom Palu dan Bahaya
“Civil Disobidiences.” “Good Governance” : Teori ataukah Realita, Ketika Pohon
bercabang Partai, Kuncinya Ternyata adalah Komunikasi, Pemimpin Amanah,
Mencari Rektor yang Berkualitas, Mengukur Leadership dari Bencana, Indonesia
Menangis, Sumber daya Air dan Hutan, Pembangunanan Partisiptif, Pariwisata Kita,
Amin Rais dan Makna Pengakuan Dosa, Reshafel Kabinet dan Logika Publik,
Pemberdayaan dan Resolusi Konflik, Palu: “Northern Gate Indonesia,” Pelajaran
Dari Negeri yang musnah, Dll, sejumlah lebih kurang 50 an artikel
Pengalaman Organisasi Intra kampus semenjak S1 sebagai Ketua umum
Senat Mahasiswa dan ekstra kampus sebagai ketua umum HMI Cabang Palu. Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) dan Pusat Penelitian Pengkajian dan
Pendugaan Konflik (P4K) Universitas Tadulako.

Selama studi di IPB, bersama

kawan-kawan membidani lahirnya NGO di dalam kampus “Community Development
Institute (CDI)” dan menjadi ketua Forum Mahasiswa Pascasarjana PPN-IPB 20062007 serta penasehat Forum Wacana IPB dan Forum Wacana Indonesia periode
2008-2010.

Penulis juga dipercayakan untuk memimpin organisasi volunter

(paguyuban) mahasiswa pascasarjana asal Sulawesi Tengah (HIMPAST) di Bogor.

Penguji pada Ujian Tertutup : Prof Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM
Dr. Ir. Suryo Adiwibowo, MS.

Penguji pada Ujian Terbuka : Dr. Sudirman Saad, M.Hum.
Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL …………………………………………………........

xiii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….

xiv

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………..

xv

PENDAHULUAN………………………………………….…………….

1

Latar Belakang …………………………………………………
Masalah Penelitian ……………………………………………..
Tujuan Penelitian……….............................................................
Kegunaan Penelitian ………………………………….………..
Pengertian Konsep dan Istilah………………………………….

1
4
5
5
5

TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….

8

Pengertian Partisipasi............................... .................................
Bentuk dan Derajat Partisipasi..................................................
Konsep Kemitraan.....................................................................
Partisipasi dan Kemitraan Pembangunan Masyarakat..............
Implementasi Konsep Partisipasi..............................................
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi.................
Karakteristik Individu............................................................
Proses Penyuluhan.................................................................
Faktor Lingkungan.................................................................
Kapasitas Individu Masyarakat.................................….......
Partisipasi Pengelolaan Taman Nasional ...................................
Pengertian Taman Nasional............................ ......................
Partisipasi dan Kemitraan Pengelolaan Taman Nasional......

8
10
11
13
16
18
19
26
36
43
49
49
51

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS..............................................

55

Kerangka Berpikir........................................................................
Hipotesis Penelitian.....................................................................

55
64

METODE PENELITIAN............................................................................

65

Rancangan Penelitian..................................................................
Lokasi Penelitian..........................................................................
Populasi dan Sampel....................................................................
Instrumentasi...............................................................................
Definisi Operasional dan Pengukuran Peubah............................
Analisis Data ...............................................................................

65
65
66
68
69
75

HASIL

DAN PEMBAHASAN...............................................................

81

Gambaran Umum Lokasi Penelitian...........................................

81

Profil Sosial, Ekonomi dan Budaya Desa Sampel……………........

86

Karakteristik Demografi Responden ...................................................

90

Rataan Skor peubah Penelitian.................................................

94

Analisis Pendugaan Parameter Model Kapasitas dan Partisipasi
Masyarakat dalam Pengelolaan TNKT....................................

104

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kapasitas Masyarakat
dalam Pengelolaan TNKT.........................................................

110

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Partisipasi Masyarakat
alam Pengelolaan TNKT............................................................
Hubungan antar Faktor yang Berpengaruh................................

113

Strategi Penyuluhan....................................................................

121

KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................

131

Kesimpulan..................................................................................

131

Saran............................................................................................

132

PUSTAKA.........................................................................................

133

LAMPIRAN...........................................................................................................

144

DAFTAR

120

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Hubungan antara metode penyuluhan, tahap-tahap ................. .........

32

2. Paradigma Partisipasi Masyarakat melalui Pola Kemitraan..............

59

3. Paradigma Kapasitas Individu Masyarakat, Rendah dan Tinggi........

60

4 Paradigma Penyuluhan Partisipatif dan non partisipatif....................

61

5. Rincian Sampel Penelitian di Wilayah Penelitian..............................

68

6. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Instrument Penelitian...................

69

7. Indikator dan pengukuran karakteristik individu masyarakat............

71

8. Indikator dan pengukuran proses penyuluhan....................................

72

9. Indikator dan pengukuran Karakteristik Lingkungan Sosial..............

73

10. Indikator dan pengukuran Kapasitas Individu Masyarakat.............

74

11. Indikator dan pengukuran Partisipasi Masyarakat .........................

75

12 Rancangan pengujian model penelitian partisipasi masyarakat.......

79

13. Peubah dan sub peubah model persamaan struktural.......................

80

14. Sebaran Prosentase Jenis Kelamin Responden.............................

91

15 Sebaran Prosentase Tingkat Pendidikan Responden...................

91

16 Sebaran Prosentase Jenis Pekerjaan Responden...........................

92

17. Sebaran Prosentase Tingkat Usia Responden..............................

93

18. Sebaran Prosentase Lama Tinggal Responden..............................

93

19. Rataan Skor Karakteristik Individu..................................................

94

20. Rataan Skor Proses Penyuluhan.......................................................

96

21. Rataan Skor Faktor Lingkungan ......................................................

98

22. Rataan Skor Kapasitas Masyarakat .................................................

100

23 Rataan Skor Partisipasi Masyarakat .................................................

102

24. Koefisien dan t-hitung pengaruh karakteristik internal, ..................

106

25. Koefisien dan t-hitung pengaruh karakteristik internal, proses ......

108

26. Arah, koefisien dan t-hitung dari hubungan peubah .......................

109

27. Uji Kecocokan Model Konstruk Karakteristik Internal ...................

146

28. Rangkuman Validitas dan Reliabilitas Karakteristik Internal..........
29. Uji Kecocokan Model Konstruk Proses Penyuluhan........................
30. Rangkuman Validitas dan Reliabilitas Proses Penyuluhan..............

147
148
148

31. Uji Kecocokan Model Faktor Lingkungan.......................................

150

32 Rangkuman Validitas dan Reliabilitas Faktor Lingkungan..............

150

33. Hasil Uji Kecocokan Model Konstruk Kapasitas Masyarakat ........

152

34. Rangkuman Validitas dan Reliabilitas Konstruk Kapasitas ........

152

35. Hasil Uji Kecocokan Model Konstruk Partisipasi............................

154

36. Rangkuman Validitas dan Reliabilitas Konstruk Partisipasi ............

155

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kategori atau susunan dari bentuk Co-manajemen .........................

53

2. Alur hubungan antar peubah penelitian..........................................

63

3. Kerangka hipotetik model struktural peubah penelitian ..................

77

4. Peta Administrasi Kepulauan Togean..............................................

81

5. Segi Tiga Terumbu Karang............................................................

83

6. Estimasi parameter model struktural partisipasi masyarakat...........

105

7. Statistik t-hitung parameter model struktural partisipasi..................

106

8. Strategi Pengembangan Partisipasi Melalui Proses Penyuluhan....

124

9. Path Diagram Nilai-t Karakteristik Internal....................................

145

10 Path Diagram Standardized Loading Factor Karakteristik Internal

145

11. Path Diagram Nilai-t Proses Penyuluhan ……………………….

147

12. Path Diagram Standardized Loading Factor Proses Penyuluhan..

147

13. Path Diagram Nilai-t Faktor Lingkungan Modifikasi................

149

14. Path Diagram Standardized Loading Factor Faktor Lingkungan

149

15. Path Diagram Nilai-t Kapasitas Masyarakat Modifikasi.............

151

16. Path Diagram Standardized Loading Factor Kapasitas ………..

151

Path Diagram Nilai-t Partisipasi Modifikasi.............................

153

17.

18. Path Diagram Standardized Loading Factor Partisipasi ……….

153

19. Potensi ekonomi di kepulauan Togean..........................................

178

20. Panorama indah di kepulauan Togean ..........................................

179

21. Bentuk partisipasi masyarakat di kepualaun Togean......................

180

22. Infra struktur di kepulauan Togean………………………………

181

23. Potensi kecerdasan anak-anak di kepulauan Togean……………..

182

24. Beberapa bentuk interaksi dengan stakeholder…………………..

183

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Analisis Model Pengukuran ( Confirmatory Factor
Analysis/CFA)................................................................................

144

2. Output lisrel parameter model struktural partisipasi.....................

156

3. Hasil Uji validitas dan reabilitas ....................................................

169

4. Foto-foto lokasi dan proses penelitian............................................

178

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversity jenis hayati
dan mega center keanekaragaman hayati.

Keanekaragaman ekosistem di

Indonesia juga sangat mengagumkan, ditunjukkan dengan adanya kurang lebih 50
tipe ekosistem alam dan termasuk salah satu dari tiga negara pemilik hutan tropis
terbesar di dunia (Ramade, 1987).

Indonesia juga dikenal memiliki wilayah

terumbu karang terluas di kawasan Indo-Malaya dan bersama Philipina, Papua
Nugini dan Australia dijuluki segitiga terumbu karang, dengan keanekaragaman
jenis ikan hias laut terbesar dibanding Negara lain (Herminto, 1996).
Kondisi sumberdaya alam seperti diungkapkan di atas, dalam beberapa
tahun terakhir ini mengalami kerusakan yang semakin meluas. Antara tahun 1976
dan 1980, kerusakan hutan yang terjadi diperkirakan seluas 550.000 ha. Angka
ini berkembang menjadi rata-rata 1,6 juta hingga tahun 2000, bahkan data yang
dikemukakan Alikodra dan Syaukani (2004), sudah mencapai 3,8 juta ha per
tahun. Mekipun data pada 2007 terjadi penurunan menjadi 2,8 juta partahun,
namun total kerusakan telah mencapai 59 juta hektar dari luas hutan Indonesia
sebesar 120,3 juta hektar (Purnama, 2009).

Butler

(Mahmuddin, 2009)

menyebutkan antara tahun 1990–2005, Indonesia kehilangan lebih dari 28 juta
hektar hutan hujan tropis, termasuk 21,7 persen hutan perawan.
Di sektor kelautan, saat ini terdapat 5,30 % terumbu karang di Indonesia
yang masih dalam keadaan sangat baik ; 21,70 % dalam keadaan baik ; 33,50 %
sedang dan 39, 50 % rusak. Padahal setiap tahun diperoleh 9 juta ton hasil laut
dari terumbu karang dan angka ini merupakan 23 % perolehan hasil laut dunia
(Herminto, 1996).
Kerusakan sumberdaya hutan selain berdampak negatif terhadap
keanekaragaman hayati dan ekosistem sekitar hutan juga terhadap ekosistem laut.
Kerusakan ekosistem hutan dan laut secara langsung akan mengancam kehidupan
manusia baik sekarang maupun yang akan datang.

Berbagai bencana yang

menimpa bangsa Indonesia akhir-akhir ini merupakan bukti dampak langsung

2

maupun tidak langsung dari kerusakan tersebut. Bila hal ini tidak segera disadari
dan ditangani secara serius, akan menjadi malapetaka dimudian hari.
Salah satu upaya mencegah terjadinya kerusakan adalah dengan
menetapkan kawasan konservasi dalam bentuk Taman Nasional.

Menurut

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya, Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang
mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan
untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata dan rekreasi alam. Selain itu, Taman Nasional berfungsi: (1) sebagai
kawasan perlindungan, (2) kawasan untuk mempertahankan keragaman jenis
tumbuhan dan satwa, dan (3) kawasan pemanfaatan secara lestari potensi
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
Pada bulan Oktober 2004 Kepulauan Togean yang terletak di Provinsi
Sulawesi Tengah,

telah ditunjuk oleh Menteri Kehutanan RI melalui SK.

No.418/Menhut-II/2004 sebagai taman nasional dengan nama Taman Nasional
Kepulauan Togean (TNKT). Pulau tersebut memiliki luasan 362.605 ha terdiri
dari hutan dan perairan. Secara otomatis penunjukan tersebut mengubah status
Kepulauan Togean menjadi kawasan pelestarian alam yang fungsi pelestarian dan
pemanfaatan harus dilakukan secara seimbang sesuai UU No. 5 tahun 1990.
Penetapan TNKT didasari pada potensi sumberdaya alam dengan nilai
keragaman hayati yang sangat besar, baik untuk obyek wisata maupun kekayaan
berbagai jenis Flora dan Fauna Endemik Sulawesi yang perlu dilestarikan.
Kepulauan tersebut telah mendapat perhatian pada tingkat nasional, ditunjukkan
oleh Bappenas dalam dokumen Biodiversity Action Plan for Indonesia (CII,
2005). Daya tarik ini menjadi lebih besar lagi dengan kekayaan kemajemukan
budaya penduduk dan pola hidup, termasuk dalam pengelolaan sumberdaya
alam.

Kekayaan alam ini sekarang menghadapi ancaman karena berbagai

kegiatan ekonomi berskala besar maupun kecil terutama dengan memanfaatkan
teknologi destruktif yang merusak sumberdaya alam.
Namun, penunjukan TNKT melahirkan reaksi beragam dari berbagai
pihak. Sebagian merasa pesimis atas pembentukan TNKT karena hanya akan

3

menimbulkan konflik, baik di tingkat masyarakat maupun kebijakan. Hal ini
berdasarkan pengalaman pada beberapa taman nasional di Indonesia, termasuk
yang terdekat Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) yang juga terletak di Sulawesi
Tengah. Oleh karenanya, sikap penolakan sempat muncul sebagai reaksi atas
kekhawatiran tersebut. Sebagian lainnya merasa bahwa TNKT bisa menciptakan
upaya pelestarian dan pengelolaan sumberdaya alam yang lebih baik, asal
dilakukan secara bersama dan partisipatif. Mereka yang optimis melihat adanya
peluang kerjasama (kemitraan) atau kolaborasi dalam mengelola TNKT. Apalagi
hal ini diperkuat dengan keluarnya Peraturan Menteri Kehutanan No.
P.19/Menhut-II/2004 tentang Pedoman Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia.
Taman Nasional Kepulauan Togean dihuni oleh masyarakat dari berbagai
suku bangsa antara lain, Suku Bobongko, Togean, Saluan dan Suku Bajau. Selain
itu, juga terdapat suku-suku yang relatif baru seperti Ta’a-Ampana, Gorontalo,
Bugis, Makasar, Jawa, Kaili-Palu.

Kehadiran berbagai etnik

tersebut telah

menambah kaya khasanah kebudayaan dan tradisi di Kepulauan Togean dan
mempengaruhi pola interaksi baik interen masyarakat maupun antara masyarakat
dengan lingkungan (SDA). Interaksi tersebut pada beberapa tahun terakhir ini
memperlihatkan
meningkatnya

perkembangan

yang

mengkuatirkan,

ditandai

dengan

ekploitasi SDA dengan cara yang bertentangan dengan prinsip

konservasi akibat desakan kebutuhan.
Berdasarkan pengalaman dari banyak taman nasional di indonesia,
terdapat berbagai cara ekploitasi SDA di antaranya penyerobotan kawasan,
perambahan dan pendudukan seperti yang terjadi di TNLL. Sejak Juli 2001 ada
sekitar 2060 ha Kawasan TNLL dirambah dan diduduki oleh 1030 KK yang
berasal dari beberapa desa yang ada di sekitarnya (Laban, 2002).
Penyerobotan kawasan taman nasional seperti yang dilansir Mappatoba
(2004), diakibatkan oleh: (1) kurang perhatian pada proses melibatkan masyarakat
(partisipasi) dalam manajemen dan pengambilan keputusan berkait taman
nasional, (2) desakan kebutuhan bagi terutama masyarakat yang bermukim di
sekitar taman nasional, menyangkut

lahan pertanian, kayu bakar, bahan

4

bangunan, tanaman obat, dan areal perburuan. Tentang kebutuhan lahan, Sangadji
(1997) mengungkapkan bahwa tradisi berladang masyarakat lokal yang
mensyaratkan luasan lahan dan jumlah populasi

tertentu untuk siklus rotasi,

berbentur dengan konsesi lahan oleh berbagai pihak untuk tujuan ekonomi
maupun konservasi.
Guna

menjembatani hal ini,

pengelolaan taman nasional sebaiknya

melibatkan secara aktif masyarakat lokal agar kebutuhan mereka dapat
diakomodasi. Namun, kesuksesan pengelolaan ini akan sangat dipengaruhi oleh
partisipasi dan kemitraan semua pihak yang dalam penelitian ini difokuskan pada
masyarakat. Konsep partisipasi dan kemitraan sesungguhnya sudah banyak dikaji
namun dalam konteks pengelolaan kawasan konservasi masih relatif baru. Sejak
pemerintah berupaya merubah paradigma pengelolaan kawasan konservasi dengan
keluarnya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-II/2004, belum ada
kawasan konservasi yang dapat dijadikan contoh. Penelitian tentang partisipasi
dalam pengelolaan kawasan konservasi pasca perubahan paradigma ini pun relatif
belum banyak.

Pola pengelolaan ini diharapkan dapat mendukung tujuan

konservasi yang berintikan perlindungan, kelestarian dan pemanfaatan SDA baik
secara ekonomi, sosial maupun ekologi sehingga berdampak pada kesejahteraan
masyarakat terutama di sekitar kawasan TNKT.
Masalah Penelitian
Secara khusus masalah yang ditelaah sebagai pertanyaan penelitian
(question research) ialah:
(1)

Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat saat ini dalam pengelolaan
TNKT?

(2)

Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan TNKT?

(3)

Bagaimana hubungan antara faktor-faktor

yang berpengaruh pada

partisipasi?, dan
(4)

Bagaimana alternatif desain strategi

penyuluhan yang efektif

mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TNKT ?

untuk

5

Tujuan Penelitian
(1)

Menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TNKT.

(2)

Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan TNKT.

(3)

Menganalisis hubungan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan TNKT, dan

(4) Merumuskan strategi penyuluhan yang efektif untuk mendorong partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan TNKT.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara
prktis sebagai berikut :
(1)

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu penyuluhan pembangunan, khususnya yang berkaitan
dengan pengembangan partisipasi masyarakat dalam mengelola sumberdaya
alam di kawasan konservasi (taman nasional).

(2)

Secara praktis, penelitian
pemikiran

bagi

ini

pengambil

diharapkan

kebijakan

dalam

memberikan kontribusi
merumuskan

strategi

penyuluhan yang tepat untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam
mengelola sumberdaya alam secara lestari terutama yang berkaitan dengan
pengelolaan kawasan konservasi.
Pengertian Baberapa Konsep dan Istilah
Beberapa pengertian dari sejumlah kata kunci dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut;


Partisipasi memiliki konotasi yang beda-beda dalam pandangan para ahli.
Mubyarto (1984) mendefinisikan partisipasi sebagai kesediaan membantu
berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa
mengorbankan diri sendiri.

Slamet (2003) memaknai partisipasi

masyarakat dalam pembangunan sebagai ikut sertanya masyarakat dalam
kegiatan pembangunan, dan ikut serta memanfaatkan dan menikamati
hasil-hasil pembangunan.

6



Kemitraan memiliki kata dasar ”mitra” yang dapat diartikan sebagai
“teman” atau “kawan.” Padanan kata kemitraan dalam bahasa Inggeris
adalah “friendship” atau “partnership.” Dalam kaitan dengan pengelolaan
Taman Nasional, kemitraan dapat dimaknai sebagai Pengelolaan bersama
atau Co-management, berintikan partisipasi, komitmen dan kerja sama
dari seluruh stakeholders (Aliadi, et al, 2002).



Individu berasal dari bahasa latin yaitu individum yang berarti satuan
terkecil yang tidak dapat dibagi lagi. Merujuk pada Siti Amanah (2006),
Individu merupakan unit terkecil dari masyarakat dan dalam konsep
sosiologi merupakan akumulasi pengalaman, pandangan, tindakan
seseorang dan membentuk ciri-ciri pribadi. Ketika berhadapan dengan
suatu persoalan, individu akan melewati tiga fase yaitu ; fase persepsi, fase
penafsiran dan fase pengambilan keputusan.



Masyarakat manurut Cristenson dkk. (Siti Amanah, 2006), orang-orang
yang hidup dalam batas geografis, integrasi sosial, memiliki ikatan
psikologis dan ikatan dengan tempat tinggal.

Soekanto (1983)

mengemukakan bahwa masyarakat memiliki ciri hidup bersama,
berintegrasi dan bekerja sama untuk waktu yang lama dan sadar sebagai
suatu kesatuan dan satu sistem hidup bersama. Waren dan Cottrel (Ndraha,
1990) membedakan masyarakat (society) dan komunitas (community).
Komunitas adalah sekelompok manusia yang mendiami wilayah tertentu
dimana seluruh anggotanya berinteraksi satu sama lain, mempunyai
pembagian peran dan status yang jelas. Masyarakat adalah sekumpulan
orang yang mendiami wilayah tertentu dan anggotanya saling berinteraksi
namun bisa juga tidak saling mengenal, masing-masing anggotanya
menduduki status dan peranan tertentu yang sudah disediakan.


Stakeholder adalah pihak-pihak yang terkait dengan suatu. Bessete (2004)
mendefinisikan stekeholder sebagai orang dengan suatu kepentingan atau
perhatian pada permasalahan. Individu dan institusi yang diidentifikasi
sebagai stakeholder yang pro dan kontra dengan suatu program/Proyek

7

dikelompokkan

kedalam

stakeholder

utama

(primer),

stakeholder

pendukung (sekunder), dan stakeholder kunci (Ramirez, 1999).


Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development, didefinisikan
berdasarkan

Laporan World Commission on Environment and

Development (WCED) tahun 1987, UN (PBB) berjudul “Our Common
Future” (Moffat et al, 2001) adalah pembangunan yang berusaha untuk
memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa mengurangi kemampuan
generasi yang akan datang.


Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk
tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata dan rekreasi alam. Selain itu taman nasional berfungsi: (1)
sebagai

kawasan

perlindungan,

(2)

sebagai

kawasan

untuk

mempertahankan keragaman jenis tumbuhan dan satwa, dan (3) sebagai
kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya (Menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya).

8

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Partisipasi
Tidak bisa dipungkiri bahwa keberhasilan pembangunan nasional amat
ditentukan oleh partisipasi masyarakat, bahkan menurut Roger (1994),
pembangunan itu sendiri adalah partisipasi. Pendapat ini juga didukung oleh
Slamet (2003), yang mengemukakan bahwa indikator keberhasilan pembangunan
bisa diukur dari ada tidaknya partisipasi masyarakat.
Sudah lama esensi partisipasi dijadikan

indikator pembangunan.

Mengenai hal ini, Siti Amanah (2006) mengemukakan bahwa partisipasi
menjadi indikator dari istilah

pembangunan masyarakat yang digunakan

pertama kali pada tahun 1930 di AS dan Inggris. Pernyataan-pernyataan ini
juga sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Jaringan PBB untuk
pembangunan pedesaan dan keamanan pangan sebagai berikut : “... describes
participation as one of the ends as well as one of the means of development.”
Menurut Roger dan Shoemaker (1971), partisipasi adalah “the degree in
to which of a social system are involved in the decision making process.” Oleh
Davis dkk., (1989), partisipasi dianggap sebagai keterlibatan mental dan
emosional dalam situasi kelompok yang mendorong mereka berkontribusi
kepada tujuan dan berbagi tanggung jawab bagi pencapaian tujuan itu.
Bryant dan White (Ndraha, 1990) membagi partisipasi atas dua macam :
(1), partisipasi antara sesama warga atau anggota suatu perkumpulan, dinamakan
partisipasi “horizontal.” (2). Partisipasi oleh bawahan dan atasan, antara klien dan
patron, atau antara masyarakat

dengan pemerintah, diberi nama partisipasi

“vertical.” Pada sisi lain, keterlibatan masyarakat dalam kegiatan politik seperti
pemberian suara dalam pemilihan, kampanye dan sebagainya, dikenal sebagai
partisipasi dalam proses politik. Keterlibatan dalam kegiatan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan, disebut partisipasi dalam proses administratif.
PBB sebagaimana dikutip Slamet (2003), mendefinisikan partisipasi
sebagai keterlibatan aktif dan bermakna dari penduduk pada tingkatan yang
berbeda : (a) dalam proses pembentukan keputusan untuk menentukan tujuan dan

9

pengalokasian sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut; (b) pelaksanaan
program secara sukarela, dan. (c) pemanfaatan hasil-hasil dari suatu program.
Asngari (2003) mengiktiarkan makna Partisipasi atas enam point: (1)
Partisipasi dalam pengambilan keputusan, (2) Partisipasi dalam pengawasan, (3)
Partisipasi mendapatkan manfaat dan penghargaan, (4) Partisipasi sebagai proses
pemberdayaan (empowerment), (5) Partisipasi bermakna kerja kemitraan
(partnership), (6) Partisipasi akibat pengaruh stakeholder dalam pengambilan
keputusan, pengawasan dan penggunaan “resource” yang bermanfaat. Resume
tersebut sejalan dengan uraian Yadov (Madrie, 1986) sebagai berikut :
“…..people’s involvement has to be understood in the following
foursense ; (1) participation ini decision making (2) participation in
implementation of development program and projects (3) participation
in monitoring and evaluation of development program and projects (4)
participation in sharing the benefit of development (Yadov,, 1980).
Dalam dunia penyuluhan pertanian, van den Ban dan Hawkins (1999),
merumuskan partisipasi sebagai berikut: (1)

sikap kerja sama petani dalam

program penyuluhan dengan cara menghadiri rapat, mendemonstrasikan metoda
baru, mengajukan pertanyaan pada penyuluh dll., (2) pengorganisasian kegiatan
penyuluhan oleh

kelompok petani, 3) menyediakan informasi

untuk

merencanakan program penyuluhan yang efektif, (4) pengambilan keputusan
mengenai tujuan, kelompok sasaran, pesan, metoda, dan dalam evaluasi kegiatan,
(5) petani atau organisasinya membayar seluruh atau sebagian biaya yang
dibutuhkan untuk jasa penyuluhan, (6) supervisi agen penyuluhan oleh organisasi
petani yang mempekerjakanya.
Menurut Asngari (2008),

berdasarkan area-area pembangunan maka

partisipasi dapat dikelompokkan dalam dua pilahan yaitu: (1) Partisipasi sebagai
suatu alat, dimaksudkan untuk menciptakan teknik atau metoda untuk
mengiplementasikan partisipasi dalam praktek pembangunan, dan (2) Partisipasi
sebagai tujuan, dimaknai sebagai pemberdayaan masyarakat sesuai kemampuan
mereka, untuk secara bersama mengambil bagian dan bertanggung jawab atas
pembangunan mereka sendiri.

10

Bentuk dan Derajat Partisipasi
Bentuk Partisipasi
Bertolak dari ragam pengertian partisipasi seperti yang telah diuraikan
sebelumnya, Slamet (2003) menyederhanakan pemahaman tentang partisipasi
dalam pembangunan atas lima jenis : (1) Ikut memberi input proses
pembangunan, menerima imbalan atas input tersebut dan ikut menikmati hasilnya,
(2) Ikut memberi input dan menikmati hasilnya, (3) Ikut memberi input dan
menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil pembangunan secara langsung, (4)
Tidak memberi input tetapi menikmati dan memanfaatkan hasil pembangunan, (5)
Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menikmati hasilnya.
Sedangkan Ndraha, (1990) menunjukan bentuk atau tahap partisipasi atas
beberapa

kategori: (1) Partisipasi melalui kontak dengan pihak lain, (2)

Partisipasi dalam menyerap atau memberi tanggapan, (3) Partisipasi dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan, (4) Partisipasi dalam melaksanakan
operasional pembangunan, (5) Partisipasi dalam menerima, memelihara dan
mengembangkan hasil pembangunan, dan (6) Partisipasi dalam menilai
pembangunan, sesuai rencana dan hasilnya sesuai kebutuhan masyarakat.
Agar partisipasi bisa tumbuh, menurut Slamet (2003), paling tidak ada
tiga syarat yang harus dipenuhi yaitu ; (1) adanya kesempatan untuk membangun
kesempatan dalam pembangunan, (2) adanya kemampuan untuk memanfaatkan
kesempatan itu, (3) adanya kemauan untuk berpartisispasi. Pada era orde baru,
Sajogyo (1980) mengatakan bahwa partisipasi masyarakat,

khususnya

golongan petani, adalah jalan yang paling strategik dalam seperangkat
delapan jalur pemerataan pembangunan nasional.
Derajat Partisipasi
Derajad partisipasi digunakan untuk menggambarkan seberapa jauh
keterlibatan orang orang atau masyarakat dalam program pembangunan. Arnstein
(1969) menyebutnya dengan istilah tangga partisipasi yang terdiri dari; (1) non
partisipasi (manipulasi dan terapi), (2) derajad tokenisme (informasi, konsultasi
dan kompromi), dan (3) derajad kekuatan (kemitraan, delegasi dan kontrol).

11

Uraian yang relatif mirip terdapat dalam tulisan Asngari, (2003) sebagai
berikut:

(1)

Manipulasi, pada tahap ini partisipasi tidak lebih dari upaya

indoktrinasi. Jadi sesungguhnya disini tak ada partisipasi (non participation), (2)
Informasi, stakeholders diberikan informasi menyangkut hak dan kewajiban,
tanggung jawab dan lain lain. (Komunikasi satu arah), (3) consultation, telah
terjadi komunikasi dua arah di mana stakeholders sudah dapat mengekspresikan
saran/perhatian, namun belum menjamin diterimanya input tersebut, (4)
Consencus Building, para stakeholders berinteraksi untuk menciptakan posisi
negosiasi, (5). Decision Making, interaksi

tersebut diarahkan hingga proses

pengambilan keputusan, (6). Risk sharing, stakeholders telah mengambil bagian
untuk ikut menanggung resiko dari kegagalan pembangunan, (7). Partnership,
telah terbangun kerja sama yang saling menguntungkan dikalangan stakeholders
pembangunan, dan (8). Self-Management, stakeholders telah sampai pada tahap
di mana segala urusan pembangunan harus dikerjakan secara baik.

Konsep Kemitraan
Pengertian Kemitraan
Kata mitra yang banyak digunakan saat ini dapat disamakan dengan
“teman” atau “kawan” dalam bahasa sehari hari. Padanan kata kemitraan dalam
bahasa inggerisnya yang paling dekat adalah “friendship” atau “partnership”.
Dalam American Heritage Dictionary, partnership

adalah:

“a relationship

between individual or groups that is characterized by mutual cooperation and
responsibility, as for achievement of a specified goa.”

Menurut Kernaghan

(Suporahardjo, 2005:9), dalam konteks formal, kemitraaan merupakan “a legal
contract entered in to by two or more persons in which each agrees to furnish a
part of the capital or labor for a business enterprise, and by which each shares a
fixed proportion of profit and losses.

Dalam konteks pelayanan kepentingan

publik, kemitraan didefinisikan sebagai: “a relationship involving the sharing of
power, work, support and or information with other for achievement of joint
goals and/or mutual benefit.”

12

Definisi tersebut

mensyaratkan adanya hubungan kerja sama dan

tanggung jawab serta berbagi porsi (sharing) dalam hal sumberdaya, keuntungan
dan resiko untuk mencapai satu tujuan. Perlu diperhatikan bahwa “joint goals”
atau “mutual benefits” adalah elemen penting dari kemitraan”
Secara historis, pendekatan kemitraan (kolaborasi) mulai muncul sebagai
respon atas tuntutan kebutuhan mengenai manajemen pengelolaan sumberdaya
yang baru. Manajemen tersebut lebih demokratis, mengakui demensi manusia,
mengelola ketidak pastian, kerumitan dari potensi keputusan dan membangun
kesefahaman atas pilihan pilihan bersama. Oleh karena itu, pendekatan ini sering
disebut sebagai jembatan (bridges) untuk meningkatkan pengelolaan sumberdaya.
Mengacu pada beberapa literatur, Suporahardjo (2005) mengemukakan
bahwa istilah partnership memiliki paling tidak tiga varian atau pola.

Pertama,

koordinasi : tidak ada interaksi langsung antara organisasi tetapi organisasi
mempertimbangkan kegiatan pihak lain dalam perencanaannya. Kedua, kooperasi : organisasi

berinteraksi atau

misisnya dan tujuan

yang lebih efektif.

bekerja bersama untuk mencapai

bekerja sama untuk mencapai
Ketiga, kolaborasi : organisasi

misi bersama, disamping

juga

berusaha

mencapai misi dan tujuan masing-masing.
Di dalam konteks pengelolaan sumberdaya alam, pola kemitraan dikenal
dengan skema “joint mangement” atau “Co-management” atau “collaborative
management”.

Kemitraan dalam konteks ini biasanya didefinisikan sebagai

berbagai peran, tanggung jawab atau kewenangan antara pemerintah dan
pengguna sumberdaya lokal dalam mengelola sumberdaya tertentu.
Beberapa Asas Kemitraan
Konsep

Kemitraan bersandar pada bentuk interaksi interdependensi

berda