Analisa atas PO (Purchase Order) atau su- rat pesanan sebagai perjanjian jual-beli.
Analisa atas PO (Purchase Order) atau su- rat pesanan sebagai perjanjian jual-beli.
Sebagaimana telah di bahas pada bab terdahulu, bahwa perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian timbal balik dalam mana pi- hak yang satu (penjual) berjanji untuk menye- rahkan hak milik atas suatu barang, sedang- kan pihak yang lainnya (pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri dari se- jumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut (Subekti, 1995). Dari definisi
di atas, perjanjian jual beli sekaligus membe- bankan dua kewajiban, yaitu:
a. Kewajiban pihak penjual menyerahkan barang yang dijual kepada pembeli.
b. Kewajiban pihak pembeli membayar har-
ga barang yang dibeli kepada penjual (Yahya, 1986)
Purchase order dapat pula diartikan sebagai sebuah dokumen komersial yang diterbitkan oleh perusahaan (badan) atau seseorang yang bertindak selaku “buyer (pembeli)” untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dari supplier atau vendor. Namun sebaliknya Purshase order dapat juga dijadikan dokumen komersial bagi si penjual dalam hal ini penjual menggunakan Purshase Order sebagai jaminan pinjaman sejumlah dana untuk digunakan sebagai modal usaha bila penjual kekurangan modal usahanya.
Kedudukan Purchase Order dalam prak- tek sebagaimana telah penulis uraikan diatas terletak pada persesuaian kehendak dari para pihak. Dari keterangan mengenai perjanjian jual beli dan purchase order, maka dapat terlihat bahwa purchase order dapat dikategorikan se- bagai perjanjian jual beli juga. Alasannya ada- lah karena Purchase order / Surat Pesanan meli- batkan dua pihak, yaitu pihak pemesan (pem- beli) dan pihak yang menerima pesan (pen- jual). Kewajiban yang timbul dari dikeluar- kannya Purchase order / Surat Pesanan antara kedua belah pihak tadi, dimana pemesan (yang mengeluarkan Purchase order / Surat Pesanan), berkewajiban membayar harga sesuai dengan harga barang yang dibeli dari yang menerima pesan (penjual) dan penerima surat pesanan tersebut dalam hal ini penjual, berkewajiban menyerahkan barang yang telah dipesan oleh pemesan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Purchase order / Surat Pesanan merupa- kan bentuk perjanjian jual beli baru yang dapat dikategorikan sebagai kontrak innominaat (per- janjian tidak bernama). Suatu bentuk kontrak atau perjanjian yang tidak tercantum di dalam KUH Perdata, namun ada bentuknya di dalam praktek kehidupan masyarakat sehari-hari.
Purchase order / Surat Pesanan juga se- cara hukum dapat dikatakan merupakan suatu bentuk perjanjian yang sah. Karena Purchase order / Surat Pesanan telah memenuhi syarat- Purchase order / Surat Pesanan juga se- cara hukum dapat dikatakan merupakan suatu bentuk perjanjian yang sah. Karena Purchase order / Surat Pesanan telah memenuhi syarat-
timbul karenanya itu sudah dilahirkan
a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri- sejak detik tercapainya kesepakatan. nya.
Dengan perkatan lain, perjanjian telah Bahwa untuk terjadinya suatu perjanjian
sah apabila sudah sepakat mengenai harus ada kata “sepakat” antara para pihak
hal-hal pokok dan tidaklah diperlukan yang membuatnya. Dalam hal ini berarti
suatu formalitas. Demikian pula dengan terjadinya perjanjian hanya disebutkan
Purchase order / Surat Pesanan, tidak dengan kata “sepakat” tanpa dijelaskan
ada bentuk baku dari Purchase order / bentuk formalitasnya (Edy, 1989: 19).
Surat Pesanan, namun apapun bentuk Dengan demikian hanya dengan kata
dan macam dari Purchase order / Surat “sepakat” antara dua belah pihak tentang
Pesanan, maka kedua belah pihak dapat hal-hal yang pokok yang dimaksud dalam
menyepakati apa yang tercantum dalam perjanjian, maka lahirlah
Purchase order / Surat Pesanan tersebut, tersebut yang mengikat kedua belah pihak.
perjanjian
baik mengenai jumlah barang, harga Terjadinya kata sepakat dalam Purchase
barangnya dan waktu penyerahan ba- order / Surat Pesanan lebih kepada teori,
rang tersebut.
yaitu :
b. Kecakapan untuk membuat suatu per-
1) Teori pernyataan (verklaringstheorie).
janjian.
Menurut teori ini, kebutuhan masya- Peristiwa timbulnya Purchase order/Surat rakat menghendaki bahwa kita dapat
Pesanan, pada umumnya dilakukan oleh berpegang kepada apa yang dinyata-
orang-orang yang secara hukum dikatakan kan. Dalam Purchase order / Surat Pe-
telah memiliki kecakapan hukum. Jarang sanan, maka seorang pemesan akan
bahkan tidak pernah terjadi Purchase order / menyatakan kebutuhannya di dalam
Surat Pesanan di lakukan oleh anak-anak Purchase order / Surat Pesanan, dan si-
atau pihak yang belum cakap hukum. penerima surat pesanan dapat berpe-
c. Suatu hal tertentu
gang kepada apa yang dinyatakan da- Yang dimaksud dengan suatu hal tertentu lam Purchase order / Surat Pesanan
adalah “obyek dari perjanjian” itu sendiri. tersebut.
Obyek tersebut adalah barang-barang yang
2) Teori kepercayaan (vetrouwenstheorie). dapat diperdagangkan dan bukan meru- Teori ini merupakan teori yang seka-
pakan barang-barang yang dipergunakan rang dianut oleh yurisprudensi, dimana
untuk kepentingan umum seperti jalan menurut teori ini kata sepakat terjadi
umum, pelabuhan , umum, gedung-gedung jika ada pernyataan yang secara obyek-
umum, dll. Ketentuan pasal 1333 KUH tif dapat dipercaya. Dalam Purchase or-
Perdata menyatakan bahwa “suatu perjan- der / Surat Pesanan, seorang pemesan
jian mempunyai pokok suatu barang yang tentu menaruh kepercayaan penuh ke-
paling sedikit ditentukan jenisnya. ” Dalam pada sipenerima surat pesanan (pen-
Purchase order / Surat Pesanan, barang pe- jual), bahwa apa yang dipesannya akan
sanan sudah pasti telah ditentukan je- dipenuhi oleh penerima pesanan. Demi-
nisnya.
kian pula penerima pesan, menaruh ke-
d. Suatu sebab yang halal;
percayaan penuh kepada pemesan, Yang dimaksud dengan “sebab” adalah isi bahwa setelah barang yang diminta pe-
atau tujuan dari perjanjian tersebut. Sebab mesan dikirim, maka uang pun akan
tersebut juga harus merupakan sebab yang dibayarkan. (R. Setiawan, 1987)
halal dan bukan sebab yang tidak halal Dikatakan di atas, bahwa perjanjian
seperti sebab yang palsu atau sebab yang terjadi dengan adanya kata sepakat
dilarang. Dalam Purchase order / Surat Pe- yang didasari atas kehendak untuk me-
sanan, barang yang dipesan tentu barang ngadakan perjanjian. Oleh karenanya
yang diperbolehkan oleh hukum, sebab bila dalam perjanjian menganut asas kon-
tidak maka dapat saja barang tersebut di sensualitas yang berarti pada dasarnya
sita oleh kepolisian, dan perusahaan yang
untuk lebih jelasnya pada saat pengajuan barang illegal.
penawaran harga sekaligus dicantumkan juga masalah acuan permbayaran, dimana dalam
Dasar atau alasan lain yang membuat surat penawaran dari Penjual biasanya men- penulis mengatakan bahwa Purchase Order
cantumkan syarat dan kondisi (Terms of Con- merupakan salah satu bentuk perjanjian jual
dition ), baik waktu pembayaran (Terms of beli, dimana purchase order dapat dikategorikan
payment ), Waktu pengiriman (Terms of delivery), masuk kepada bagian perjanjian atau kontrak
dan lain sebagainya yang memang diperlukan in nominaat , dikarenakan purchase order, meru-
dalam prosedur baku pengajuan surat pena- pakan perjanjian yang tidak diatur secara khu-
waran, dan apabila pembeli (Customer) menye- sus di dalam KUH Perdata adalah didasarkan
tujuinya maka untuk prosedur selanjutnya pada dianutnya asas kebebasan berkontrak di
pembeli (Customer) mengeluarkan surat pesa- dalam KUH Perdata.
nan (PO), maka berdasarkan Surat Pesanan Asas kebebasan berkontrak menemu-
(PO) tersebutlah yang dijadikan acuan pem- kan dasar hukumnya pada rumusan Pasal 1320
bayaran bagi Penjual kepada customer-customer- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu
nya. Dan biasanya apabila customer keberatan pasal tentang syarat sahnya suatu perjanjian.
atas acuan pembayaran yang menjadi prosedur Asas kebebasan berkontrak mendapatkan da-
baku dalam pemesanan barang, hal tersebut sar eksistensinya dalam rumusan angka 4 Pasal
dapat dibicarakan, walaupun standarisasinya 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
sudah ada dalam penawaran harga, namun de- yang berbunyi ”...suatu sebab yang tidak ter-
mikian hal tersebut tetap menjadi prosedur ba- larang”.
ku pada setiap awal terjadinya negosiasi, guna- Dengan asas kebebasan berkontrak ini,
nya acuan pembayaran tersebut sebenarnya para pihak yang membuat dan mengadakan
untuk memudahkan penjual dalam hal melihat perjanjian diperbolehkan untuk menyusun dan
kapabilitas dari pembeli tersebut, dan mengan- membuat kesepakatan atau perjanjian yang
tisipasi terjadinya hal-hal yang dapat meru- melahirkan kewajiban apa saja, selama dan
gikan penjual, contohnya pembeli melanggar sepanjang prestasi yang wajib dilakukan terse-
kesepakatan yang sudah ada dalam perjanjian but bukanlah sesuatu yang terlarang.
awal, atau pembeli tidak jadi membeli barang yang sudah diterimanya, penulis selaku pela-
Analisa atas acuan pembayaran dari pembeli
ku usaha melihat transaksi tersebut telah men-
kepada penjual
jadi hukum kebiasaan yang biasa terjadi di- Menurut Pasal 1458 Kitab Undang-
dunia usaha, khususnya barang-barang siap Undang Hukum Perdata, disebutkan bahwa,
pakai (consumables).
“Jual-beli dianggap telah terjadi seketika sete- Penulis menganalisis metode ini cende- lah tercapai kata sepakat tentang benda dan
rung riskan, meskipun saat ini berjalan dengan harganya, meskipun barang itu belum diserah-
efektif. Hal ini disebabkan tidak ada pedoman kan dan harganya belum dibayar”. Menurut
atau acuan yang valid dalam hal pembayaran asas konsensual, perjanjian itu sudah ada dan
selain praktek kebiasaan, dan korespondensi sah mengikat apabila sudah dicapai kesepa-
via email atau surat edaran. Korespondensi katan mengenai hal-hal pokok dalam perjan-
tersebut apabila dijadikan sebagai alat bukti, jian atau juga disebut esensialia perjanjian, tan-
hanya dapat dikategorikan sebagai bukti pe- pa diperlukan lagi adanya suatu formalitas,
tunjuk. Hal ini tidak terlepas dari bentuk Pur- kecuali ditetapkan lain berdasarkan undang-
chase Order sebagai perjanjian namun tidak undang, seperti perjanjian perdamaian yang
memenuhi kaidah pembuatan kontrak yang harus dibuat secara tertulis.
baik.
Namun demikian dalam praktek yang
dijalankan penulis, metode pembayaran di-
Kesimpulan
sampaikan secara tertulis bersamaan dengan Dari pembahasan telah penulis uraikan penawaran awal, dan mekanisme prosedur
di bab sebelumya atas permasalahan yang pe- pembayarannya memakai sistem dimana pem-
nulis telah ajukan di bab 1, maka penulis dapat
I. G. Rai Widjaja, ”Merancang Suatu Kontrak – Purchase order dapat dikatakan sebagai perjan-
Contract Drafting Teori dan Praktik ”, jian jual beli, kesimpulannya adalah dapat. Hal
Kesaint Blanc, Jakarta, 2003. ini dikarenakan Purchase order memiliki unsur- unsur yang sama dengan perjanjian jual beli.
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja. Kedua , Mengenai acuan pembayaran dari pem-
“Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian”, beli kepada penjual bila mengacu pada surat
Rajawali Pers, Jakarta, 2002. pesanan maka kesimpulannya adalah berda- sarkan asas konsensualisme dalam KUH Per-
”Segi-Segi Hukum data Buku III, maka sejak tercapai kesepakatan
M.Yahya
Harahap,
Perjanjian ”, Alumni, Bandung, 1996. itulah dasar dari pembayaran yang harus dilakukan pembeli kepada penjual.
Munir Fuady, ”Hukum Kontrak”, Buku Kedua. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.
Daftar Pustaka
A. Ridwan Halim, ”Pengantar Hukum dan R. Setiawan, ”Pokok Pokok Hukum Perikatan”, Pengetahuan Ilmu Hukum Indonesia ”,.
Cet. Keempat., Percetakan Binacipta, Angky Pelita Studyways, Jakarta, 2001.
Bandung, 1987.
Ahmadi Miru, ”Hukum Kontrak dan R. Subekti, “Aneka Perjanjian”, Cet. X, Citra Perancangan Kontrak ”, Cet. 1, PT Raja
Aditya Bakti, Bandung, 1995. Grafindo Persada, Jakarta, 2007. Salim HS, ”Pengantar Hukum Perdata Djoko Prakoso dan Bambang Riyadi Lany.
Tertulis ”, Sinar Grafika, Jakarta, 2001. ”Dasar Hukum Persetujuan Tertentu di Indonesia ”, Bina Aksara, Jakarta, 1987.
dan Sri Mamudji, “Penelitian Hukum Normatif”, Cet 5, Edy Putra Tje’Aman, “Kredit Perbankan Suatu
Soerjono
Soekanto
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2001. Tinjauan Yuridis”, Cetakan kedua, Liberty, Yogyakarta, 1989.
Soerjono Soekanto, “Pengantar Penelitian Hukum ”, Cet 3, UI Press, Jakarta, 1986.
H.F.A. Vollmar. Pengantar Studi Hukum Perdata. Jilid III. Jakarta: Rajawali, Jakarta, 1998.
------------, “Sosiologi, Suatu Pengantar”, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003. Indonesia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”, Pradnya Paramita, Jakarta,
Yahya Harahap, “Segi-Segi Hukum Perjanjian”, 1992.
Cet. II, Penerbit Alumni, Bandung, 1986.
30