ANALISA ATAS SURAT PEMESANAN BARANG (PURCHASING
ORDER) SEBAGAI PERJANJIAN JUAL BELI
Dhoni Yusra 1 , Nelly Nilam Sari 2 1 PT. Antam Persero tbk
2 Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul, Jakarta Jl. Letjen TB Simatupang No. 1 Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta 12530
Abstract
With leading technology, then the sale can be done without meeting the seller to the buyer. Sales and purchases can be made through communications media such as telephone. As soon as buyers look at examples of things he wants, either via the internet, newspapers, brochures, then he can call the seller to order goods. Sellers noted that ordering and mail order form the basis of the transactions, so that the next item will be sent to the buyer where the buyer may have made the payment in advance as if we are ordering items advertised on TV, through DRTV, TVMedia or it could be the buyer pays to the seller when goods arrive at the buyer, as well as when we ordered fast food like Pizza HUT, Mc Donald, Hoka Hoka Bento and so forth. In that context, in practice, we often hear the term purchasing order. So the authors are interested in studying the purchasing order for the agreement in a transaction. The purpose of this study was to determine the characteristics of the PO (Purchase Order) / mail order as a purchase agreement and also to determine the payment obligations of the buyer to the seller if it refers only to mail order (PO). In this study, the authors conducted a study of normative law, which is a scientific activity, which is based on the methods, systematics, and certain thoughts, which aims to study one or more symptoms of a particular law, by way of analyzing it. The conclusion that the authors get is the first that the Purchase orders have the same elements with the purchase agreement. Second, since an agreement was reached that the basis of payment to be made the buyer to the seller.
Keywords: purchasing order, buyer, seller
Abstrak
Melalui teknologi terkemuka, maka penjualan dapat dilakukan tanpa bertemu penjual kepada pembeli. Penjualan dan pembelian dapat dilakukan melalui media komunikasi seperti telepon. Segera setelah pembeli melihat contoh hal-hal yang dia inginkan, baik melalui internet, surat kabar, brosur, maka ia dapat menghubungi penjual untuk memesan barang. Penjual mencatat bahwa pemesanan dan mail order membentuk dasar dari transaksi, sehingga item berikutnya akan dikirim ke pembeli di mana pembeli mungkin telah melakukan pembayaran di muka seolah-olah kita sedang memesan barang yang diiklankan di TV, melalui DRTV, TVMedia atau bisa jadi pembeli membayar kepada penjual pada saat barang tiba di pembeli, serta ketika kami memesan makanan cepat saji seperti Pizza HUT, Mc Donald, Hoka Hoka Bento dan sebagainya. Dalam konteks itu, dalam prakteknya, kita sering mendengar istilah order pembelian. Jadi penulis tertarik untuk mempelajari urutan pembelian untuk perjanjian dalam transaksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dari PO (Purchase Order) / mail order sebagai perjanjian jual beli dan juga untuk menentukan kewajiban pembayaran dari pembeli kepada penjual jika mengacu hanya untuk mail order (PO). Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian hukum normatif, yang merupakan kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau lebih gejala hukum tertentu, dengan cara menganalisis itu . Kesimpulan yang penulis dapatkan adalah yang pertama bahwa perintah Pembelian memiliki unsur-unsur yang sama dengan perjanjian pembelian. Kedua, karena dicapai kesepakatan bahwa dasar pembayaran harus dilakukan pembeli kepada penjual.
Kata kunci: pemesanan barang, penjual, pembeli
Pendahuluan
Era teknologi telah membawa peruba- han di berbagai bidang kehidupan, termasuk perkembangan teknologi informasi dan ko- munikasi yang memegang peranan penting dalam pembangunan. Teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah perilaku masya- rakat dan peradaban manusia secara global. Perkembangan teknologi informasi telah me- nyebabkan dunia menjadi tanpa batas (bor- deless) dan menyebabkan perubahan sosial se- cara signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi informasi dan komunikasi saat ini sedang mengarah kepada konvergensi yang memudahkan kegiatan manusia sebagai pen- cipta, pengembang dan pengguna teknologi itu sendiri.
Kemajuan dunia tekonologi lainnya adalah penawaran barang melalui media inter- net. Hampir semua barang dapat menjadi obyek perdagangan melalui internet, hal itu karena internet merupakan media yang paling efektif saat ini. Namun perlu batasan bahwa hanya benda bergerak saja yang dapat diper- dagangkan melalui media internet saat ini, karena jual beli benda tidak bergerak misalnya tanah, harus dengan akta jual beli yang dibuat dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah, dan hal tersebut tidak dapat dilakukan di dalam dunia maya (internet).
Pelaksanaan jual beli melalui media internet ini dalam prakteknya menimbulkan beberapa permasalahan, misalnya pembeli yang seharusnya bertanggung jawab untuk membayar sejumlah harga dari produk atau jasa yang dibelinya, tapi tidak melakukan pem- bayaran. Bagi para pihak yang tidak melaksa- nakan tanggung jawabnya sesuai dengan per- janjian yang telah disepakati dapat digugat oleh pihak yang merasa dirugikan untuk men- dapatkan ganti rugi. Suatu kontrak atau per- janjian harus memenuhi syarat sahnya per- janjian, yaitu kata sepakat, kecakapan, hal ter- tentu dan suatu sebab yang halal, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Dengan dipenuhinya empat syarat sahnya per- janjian tersebut, maka suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pi- hak yang membuatnya
Idealnya apabila pembeli hendak mem- beli sesuatu, maka dia akan melihat dulu ba- rangnya, lalu melakukan tawar menawar, dan
setelah kesepakatan tercapai, maka transaksi jual beli pun dilakukan. Namun kini dengan kecanggihan teknologi, maka penjualan dapat dilakukan tanpa bertemunya penjual dengan pembeli. Penjualan dan pembelian dapat dila- kukan melalui media komunikasi seperti tele- pon. Begitu pembeli melihat di contoh barang yang dia inginkan, baik melalui internet, koran, brosur, maka dia bisa menelepon penjual un- tuk memesan barangnya. Penjual mencatat pe- mesanan dan surat pesanan itu dijadikan dasar terjadinya transaksi, sehingga selanjutnya ba- rang akan dikirim kepada pembeli dimana pembeli bisa saja telah melakukan pembayaran terlebih dahulu seperti bila kita memesan ba- rang yang diiklankan di TV, melalui DRTV, TVMedia atau bisa juga pembeli membayar ke- pada penjual saat barang tiba di tempat pem- beli, seperti halnya saat kita memesan makanan cepat saji seperti Pizza HUT, Mc Donald, Hoka Hoka Bento dan lain sebagainya.
Dari latar belakang inilah yang menye- babkan penulis ingin membahas atau meneliti mengenai Apakah PO (Purchase Order) / surat pesanan dapat dikatakan sebagai perjanjian jual beli? Dan juga mengenai bagaimana menentukan acuan pembayaran dari pembeli kepada penjual apabila hanya mengacu kepada surat pesanan (PO)? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Karakteristik dari PO (Purchase Order)/surat pesanan sebagai perjanjian jual beli dan juga untuk mengetahui kewajiban pembayaran dari pembeli kepada penjual apabila hanya meng- acu kepada surat pesanan (PO).
Dalam penelitian ini, penulis melaku- kan penelitian hukum normatif, yaitu suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang ber- tujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan meng-ana- lisanya (Soerjono, 1986). Adapun bahan pene- litian yang penulis gunakan adalah bahan ke- pustakaan atau yang dikenal sebagai data se- kunder, yang meliputi bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Sehingga penelitian ini selanjutnya disebut sebagai Penelitian Hukum Normatif (Soerjono dan Sri, 2001). Penelitian hukum ini bersifat deskriptif yaitu suatu pene- litian yang dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin mengenai penelitian yang tengah dilakukan (Soerjono, 1986). Pene- Dalam penelitian ini, penulis melaku- kan penelitian hukum normatif, yaitu suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang ber- tujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan meng-ana- lisanya (Soerjono, 1986). Adapun bahan pene- litian yang penulis gunakan adalah bahan ke- pustakaan atau yang dikenal sebagai data se- kunder, yang meliputi bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Sehingga penelitian ini selanjutnya disebut sebagai Penelitian Hukum Normatif (Soerjono dan Sri, 2001). Penelitian hukum ini bersifat deskriptif yaitu suatu pene- litian yang dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin mengenai penelitian yang tengah dilakukan (Soerjono, 1986). Pene-
dang pembeli, sehingga dalam bahasa Jerman, Primer, terdiri atas Undang Undang; 2) Bahan
jual beli diistilahkan dengan kauf yang berarti Hukum Sekunder, terdiri atas hasil-hasil pene-
pembelian.
litian, jurnal hukum dan ilmiah, dan penjelasan Seperti halnya perjanjian pada umum- undang-undang; 3) Bahan Hukum Tersier,
nya, jual beli harus memenuhi syarat sahnya terdiri dari kamus hukum, kamus besar Bahasa
perjanjian. Menurut Subekti, perjanjian adalah Indonesia dan jurnal ilmiah dengan perma-
“suatu peristiwa di mana seorang berjanji ke- salahan penelitian. Teknik pengumpulan ba-
pada orang lain atau dimana dua ketentuan han hukum dilakukan dengan cara studi doku-
tersebut dapat terlihat adanya hubungan tim- mentasi serta pengumpulan berbagai perun-
bal balik antara dua pihak, yaitu adanya hak dangan yang terkait dengan permasalahan
disatu pihak dan kewajiban dipihak lain. ” penelitian.
Oleh karenanya dengan perjanjian terdapat ikatan antara kedua belah pihak
Pembahasan
Karena perjanjian mengikat para pihak Menurut ketentuan Pasal 1457 KUH
dan mempunyai akibat hukum maka suatu Perdata (Burgelijk Wetboek/BW), jual beli adalah
perjanjian harus memenuhi syarat sahnya per- suatu persetujuan, dengan mana pihak yang
janjian. Suatu perjanjian dapat dikatakan sah satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
apabila telah memenuhi syarat-syarat sebagai- suatu kebendaan dan pihak lain membayar
mana ditentukan dalam pasal 1320 KUH harga yang telah dijanjikan. Penyerahan (leve- Perdata, yaitu : ring ) tersebut menurut Pasal 1475 KUHPerdata
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. adalah penyerahan (overdracht) barang oleh
Bahwa untuk terjadinya suatu perjanjian penjual ke arah kekuasaan dan pemegangan
harus ada kata “sepakat” antara para pihak pihak pembeli.
yang membuatnya. Dalam hal ini berarti ter- Dengan demikian, menurut BW, per-
jadinya perjanjian hanya disebutkan dengan janjian jual beli adalah suatu perjanjian timbal
k ata “sepakat” tanpa dijelaskan bentuk for- balik dalam mana pihak yang satu (penjual)
malitasnya (Edy,1989:19). Dengan demikian berjanji untuk menyerahkan hak milik atas
hanya dengan kata “sepakat” antara dua suatu barang, sedangkan pihak yang lainnya
belah pihak tentang hal-hal yang pokok (pembeli) berjanji untuk membayar harga
yang dimaksud dalam perjanjian, maka la- yang terdiri dari sejumlah uang sebagai imba-
hirlah perjanjian tersebut yang mengikat ke- lan dari perolehan hak milik tersebut.
dua belah pihak. Timbul persoalan untuk (Subekti, 1995)
menentukan kapan terjadinya kata sepakat Dari difinisi di atas, perjanjian jual beli
tersebut. Untuk itu dapat ditemui beberapa sekaligus membebankan dua kewajiban, yaitu:
teori, yaitu :
a. Kewajiban pihak penjual menyerahkan
1. Teori Kehendak (wilstheorie). Teori ini barang yang dijual kepada pembeli.
merupakan teori tertua, yang menekan-
b. Kewajiban pihak pembeli membayar har- kan kepada faktor kehendak, yaitu jika
ga barang yang dibeli kepada penjual kita mengemukakan suatu pernyataan (Yahya, 1986).
yang berbeda dengan apa yang dike- henndaki, maka kita tidak terikat kepa-
da pernyataan tersebut. Belanda koop en verkoop yang mengandung pe-
Difinisi ini sesuai dengan isilah
2. Teori pernyataan (verklaringstheorie). Me- ngertian bahwa pihak yang satu verkoop (pen-
nurut teori ini, kebutuhan masyarakat jual) sedang yang lain koopt (membeli). Dalam
menghendaki bahwa kita dapat berpe- bahasa Inggris, jual beli mempunyai istilah sale
gang kepada apa yang dinyatakan. yang artinya penjualan, sehingga jual beli ha-
3. Teori kepercayaan (vetrouwenstheorie). Te- nya dilihat dari sudut pandang penjual saja.
ori ini merupakan teori yang sekarang Demikian juga dengan istilah dalam bahasa
dianut oleh yurisprudensi, dimana me- Perancis yang menggunakan istilah vente
nurut teori ini kata sepakat terjadi jika yang berarti penjualan. Sebaliknya dalam ba-
KUHPerdata adalah keadaan dimana sese-
4. Teori pengiriman (verzendingstheorie). Da- orang melakukan perbuatan karena takut lam hal ini terjadi persetujuan adalah
dengan ancaman, baik diancam dengan pak- pada saat dikirimnya surat jawaban.
saan physik, maupun dengan cara-cara se- Dengan dikirimnya surat tersebut, Si
perti diancam akan dibocorkan rahasianya. pengirim kehilangan kekuasaan atas su-
Ancaman disini harus berupa sesuatu yang rat tersebut dan lagi pula saat pengi-
dilarang.
rimannya dapat ditentukan secara te- Dikatakan penipuan menurut pasal 1328 pat.
KUHPerdata apabila didasarkan atas tipu
5. Teori pengetahuan (vernemingstheorie). muslihat yang sedemikian rupa hingga te- Bahwa persetujuan terjadi setelah orang
rang dan nyata bahwa pihak yang lain tidak yang menawarkan mengetahui bahwa
telah membuat perikatan itu jika tidak penawarannya disetujui
dilakukan tipu muslihat. Penipuan ini tidak
6. Teori penerimaan (ontvansttheorie). Bahwa dapat hanya dipersangkakan, tetapi harus persetujuan terjadi pada saat diterima-
dibuktikan.
nya surat jawaban penerimaan penawa-
b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian. ran oleh orang yang menawarkan. Teori
Setiap orang cakap untuk melakukan per- ini yang banyak dianut. (R. Setiawan,
janjian kecuali orang yang ditentukan dalam 1987)
pasal 1330 KUHP sebagai orang yang tidak cakap melakukan perjanjian, yaitu: 1) orang-
Dikatakan di atas, bahwa perjanjian terjadi orang yang belum dewasa, yaitu belum ber- dengan adanya kata sepakat yang didasari
usia 21 tahun; dan 2) mereka yang ditaruh di atas kehendak untuk mengadakan perjan-
bawah pengampuan, seperti orang cacat jian. Oleh karenanya dalam perjanjian meng-
mental, gila, orang yang mempunyai sifat anut asas konsensualitas yang berarti pada
boros, dll;
dasarnya untuk perjanjian dan perikatan
c. Suatu hal tertentu
yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan Yang dimaksud dengan suatu hal tertentu sejak detik tercapainya kesepakatan. De-
adalah “obyek dari perjanjian” itu sendiri. ngan perkatan lain, perjanjian telah sah apa-
Obyek tersebut adalah barang-barang yang bila sudah sepakat mengenai hal-hal pokok
diperdagangkan dan bukan dan tidaklah diperlukan suatu formalitas.
dapat
merupakan barang-barang yang diperguna- Namun demikian menurut ketentuan pasal
kan untuk kepentingan umum seperti jalan 1321 KUHPerdata, apabila kata sepakat itu
umum, pelabuhan , umum, gedung-gedung diberikan karena kekhilafan atau diperoleh-
umum, dll. Ketentuan pasal 1333 KUHPer- nya karena paksaan dan penipuan, maka
data menyatakan bahwa “suatu perjanjian kata sepakat tersebut tidak sah. Kekhilafan
mempunyai pokok suatu barang yang paling terjadi apabila kehendak tersebut dipenga-
sedikit ditentukan jenisnya”. ruhi oleh pandangan palsu. Pembatalan
d. Suatu sebab yang halal;
perjanjian akibat kekhilafan menurut pasal Yang dimaksud dengan “sebab” adalah isi 1322 KUHPerdata hanya dapat dimungkin-
atau tujuan dari perjanjian tersebut. Sebab ter- kan apabila : 1) Kekhilafan terjadi mengenai
sebut juga harus merupakan sebab yang ha- hakekat barang yang menjadi pokok perse-
lal dan bukan sebab yang tidak halal seperti tujuan; 2) Kekhilafan mengenai di pihak la-
sebab yang palsu atau sebab yang dilarang. wannya dalam perjanjian yang dibuat teru-
Apabila syarat 1 dan 2 yang merupakan tama mengingat dirinya orang tersebut. Ha-
syarat subjektif tidak dipenuhi, maka kekat barang disini berarti adalah sifat-
perjanjian dapat dimintakan pembatalannya. sifat/ciri-ciri daripada barangnya yang bagi
Sementara itu apabila syarat 3 dan 4 yang para pihak merupakan alasan dibuatnya
merupakan syarat obyektif tidak dipenuhi, persetujuan yang menyangkut barang ter-
maka perjanjian tersebut dapat batal demi sebut.
hukum.
Semua perjanjian yang dibuat secara sah ber- Dengan ketentuan di atas, maka jual laku sebagai undang-undang bagi mereka
beli dianggap telah terjadi antara kedua belah yang membuatnya sebagaimana ketentuan Pa-
pihak pada saat mereka mencapai kata sepa- sal 1338 KUHPerdata. Ketentuan ini pada
kat mengenai benda yang diperjual belikan, hakekatnya bermaksud bahwa semua persetu-
demikian juga harganya sekalipun benda yang juan yang telah dibuat oleh para pihak secara
menjadi obyek jual beli diserahkan dan har- sah sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 KUH
ganya belum dibayar.
Perdata adalah mengikat sebagai undang-un- dang terhadap para pihak (Pasal 1338 KUH
Essensilia Jual Beli
Perdata) yang dikenal dengan asas Pacta Sunt Terdapat dua esensiala dari jual beli Servanda .
yaitu benda yang diperjualbelikan dan harga Mengenai kekuatan mengikatnya suatu
yang disepakati. Mengenai barang yang diper- perjanjian berdasarkan pemenuhan syarat Pa-
jualbelikan adalah sesuatu yang berwujud sal 1320 KUHPerdata, dibagi lagi ke dalam dua
benda /barang (zaak), yaitu segala sesuatu katagori, yaitu Pertama, jika kedua syarat per-
yang dapat dijadikan obyek harta benda atau tama Pasal 1320 KUHPerdata yang tidak ter-
harta kekayaan. Oleh karenanya obyek jual beli penuhi, maka perjanjian tersebut masih tetap
adalah segala sesuatu yang bernilai harta berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat
kekayaan. Sedangkan essensiala yang kedua sebagaimana ketentuan Pasal 1338 KUH Per-
adalah harga yaitu suatu jumlah yang harus data sepanjang tidak dipersoalkan oleh salah
dibayarkan dalam bentuk uang. Pembayaran satu pihak. Jika dipersoalkan, maka hal ter-
harga dengan uang-lah yang bisa dikatago- sebut harus dimohonkan kepada pengadilan
rikan ke dalam jual beli. Sehingga kalau pem- untuk membatalkannya perjanjian tersebut.
belian di bayar dengan benda lain yang bukan Kedua, jika dua syarat yang kedua yang tidak
uang; jelas perjanjian tersebut bukan perjanjian terpenuhi, maka perjanjian tersebut adalah
jual beli, tapi perjanjian tukar menukar barang batal demi hukum. Artinya perjanjian tersebut
(ruil overeenkomst) (Yahya,1986:183). dengan sendirinya tidak mempunyai kekua-
Harga barang ini harus benar-benar me- tan hukum dan karenanya tidak dapat meng-
rupakan harga yang sepadan dengan nilai ikat kedua belah pihak sebagai undang-un-
yang sesungguhnya. Kesepadanan ini perlu dang karena cacat hukum.
untuk dapat melihat hakekat persetujuan yang Berkaitan dengan jual beli yang meru-
diperbuat dalam konkreto. Sebab kalau harga pakan suatu bentuk dari perjanjian, seperti di-
barang yang dijual sangat murah atau sama katakan di atas juga harus memenuhi syarat
sekali tidak ada, hal ini jelas bukan merupakan sahnya perjanjian, dimana sesuai dengan asas
perjanjian jual beli, melainkan perjanjian hibah konsensualisme yang menjiwai hukum perjan-
(schenking) (Yahya, 1986).
jian, yaitu bahwa perjanjian jual beli sudah dilahirkan pada detik tercapainya kata sepakat
Obyek Jual Beli
mengenai harga dan barang yang merupakan Jual beli adalah suatu perjanjian, maka unsur pokok (essentalia) dari perjanjian jual
jual beli juga tunduk pada hukum perikatan. beli. Dengan demikian begitu para pihak sepa-
Menurut hukum perikatan, obyek dari per- kat tentang barang dan harga, maka lahirlah
janjian adalah prestasi, yaitu berupa membe- jual beli yang sah. Meskipun barang belum
rikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak ber- diserahkan dan harga belum di bayar.
buat sesuatu. Pada perikatan untuk memberi- Sifat konsensual dari jual beli dapat
kan sesuatu, prestasinya berupa memberikan dilihat dari ketentuan Pasal 1458 KUHPerdata
suatu barang atau memberikan kenikmatan yang menyatakan, bahwa, jual beli itu diang-
atas suatu barang. Sedangkan berbuat sesuatu gap telah terjadi antara kedua belah pihak, se-
adalah setiap prestasi untuk melakukan sesua- ketika setelahnya orang-orang itu mencapai
tu yang bukan berupa memberikan sesuatu. sepakat tentang kebendaan tersebut dan harga-
Dan tidak berbuat sesuatu adalah jika debitor nya meskipun kebendaan itu belum diserah-
berjanji untuk tidak akan melakukan perbua- kan maupun harganya belum dibayar.
tan tertentu (R.Setiawan, 1987).
Obyek tersebut harus memenuhi lah dibuat dengan satu syarat tangguh syarat-syarat, sebagai berikut :
(Pasal 1463 KUHPerdata). Sehingga jual
1. Harus tertentu atau dapat ditentukan. Da- beli mengenai lemari es, meskipun barang lam Pasal 1320 KUHPerdata sub (3) me-
dan harga telah disetujui, baru jadi kalau nyebutkan sebagai unsur terjadinya per-
barangnya sudah dicoba dan memuaskan. setujuan suatu obyek tertentu, tetapi hen-
Begitu pula dengan jual beli pesawat radio daknya ditafsirkan dapat ditentukan ka-
atau televisi.
rena perjanjian dengan obyek yang dapat ditentukan diakui sah.
Hak dan Kewajiban dalam Jual Beli
2. Obyek diperkenankan. Pasal 1335 dan Dalam perjanjian jual beli ada dua 1337 KUHPerdata menentukan bahwa per- subjek, yaitu si penjual dan si pembeli yang setujuan tidak akan menimbulkan perika- masing-masing mempunyai pelbagai kewaji- tan jika obyeknya bertentangan dengan
ban dan pelbagai hak. Sehingga mereka dalam ketertiban umum atau kesusilaan atau jika
beberapa hal merupakan pihak berwajib dan dilarang oleh undang-undang.
dalam hal-hal lain merupakan pihak berhak.
3. Prestasinya dimungkinkan. Untuk menen- Ini behubungan dengan sifat timbal balik dari tukan berlakunya perikatan, disyaratkan
persetujuan jual beli.
juga bahwa prestasinya dimungkinkan un- Dalam hal ini untuk dapat melakukan tuk dilaksanakan. Oleh karenanya dibeda- jual beli, subjek yang berupa manusia harus kan antara ketidakmungkinkan obyektif
memenuhi syarat umum untuk dapat melaku- dan subjektif. Ketidakmungkinan obyektif
kan perbuatan hukum secara sah, yaitu harus tidak akan timbul perikatan. Sedangkan
sudah dewasa, sehat pikirannya dan tidak oleh pada ketidakmungkinan subjetif tidak
peraturan hukum dilarang atau dibatasi menghalangi tejadinya perikatan. Prestasi
untuk melakukan perbuatan hukum yang sah. dengan ketidakmungkinan obyektif tidak
Untuk orang yang belum dewasa harus bertin- mungkin dilaksanakan oleh siapapun.
dak orang tua atau walinya, untuk orang- (R.Setiawan, 1987)
orang yang tidak sehat pikirnnya yang ber- Dalam jual beli, yang menjadi obyek adalah
tindak adalah pengampunya atau curatele atau segala sesuatu kebendaan asalkan tidak
kurator dalam hal kepailitan. bertentangan dengan dengan syarat-syarat
Seperti telah dikatakan, bahwa secara obyek tersebut. atau dapat dikatakan bah- timbal balik para pihak setuju untuk saling wa obyek jual beli adalah harus cukup
mengikatkan diri. Sebagai suatu pernyataan tertentu, setidaknya dapat ditentukan ujud
timbal balik, hal tersebut menjadi sumber un- dan jumlahnya pada saat ia akan diserah- tuk menetapkan hak dan kewajiban. Dengan kan hak miliknya kepada pembeli. Karena
perkataan lain, jual beli meletakkan hak dan hal ini merupakan syarat untuk sahnya
kewajiban secara timbal balik antara kedua perjanjian menurut hukum.
belah pihak, yaitu pihak penjual berkewajiban Dengan demikian pada dasarnya setiap ke- untuk menyerahkan hak milik atas barang bendaan dapat menjadi obyek jual beli. Ke- yang dijualnya dan pada saat itu juga membe- bendaan adalah tiap-tiap barang dan tiap- rikan kepadanya hak untuk menuntut pemba- tiap hak yang dapat dikuasai sebagai hak
yaran harga yang telah disetujui kepada pem- milik. Dalam hal ini adalah benda yang
beli. Dipihak lainnya, meletakkan kewajiban dapat bernilai harta kekayaan. Buku kedua
kepada pembeli untuk membayar harga barang KUHPerdata menggolongkan kebendaan
sebagai imbalan atas haknya untuk menuntut kedalam 3 macam, yaitu benda bergerak,
penyerahan hak milik atas barang yang dibeli benda tidak bergerak dan benda tak ber-
Seperti telah diuraikan di atas bahwa tubuh. Sehingga obyek jual beli bisa terha- KUHPerdata menganut sistem bahwa perjan- dap banyak hal, seperti tanah, rumah sa- jian jual beli bersifat obligatoir yaitu meletak- ham, dll.
kan hak dan kewajiban secara timbal balik. Se- Jual beli yang dilakukan dengan percobaan
hingga menumbulkan hak pada penjual dan atau mengenai barang-barang yang biasa
kewajiban pada pembeli dan secara bersamaan dicoba terlebih dahulu selalu dianggap te-
lesaikan penyerahan tersebut. Misalnya dalam penjualan rumah atau tanah, dimana penjual
Kewajiban Penjual
menyerahkan kepada pembeli baik secara nya- Terdapat dua kewajiban utama penjual
ta maupun secara yuridis, yaitu dengan mela- sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1473
kukan akta balik nama (overschrijving) dari KUHPerdata, yaitu :
nama penjual kepada nama pembeli. Demikian
a. Menyerahkan hak milik atas barang yang juga penyerahan constitutum passessorium yak- diperjualbelikan.
ni penyerahan barang yang dikuasai oleh pi-
b. Menanggung kenikmatan tentram atas ba- hak yang hendak menerima penyerahan, harus rang tersebut dan menanggung terhadap
disempurnakan pihak penjual. Malah kadang- cacat-cacat yang tersembunyi.
kadang penyerahan harus dengan sempurna dilakukan oleh penjual meskipun pembayaran
Kewajiban pertama adalah menyerahkan belum lunas seluruhnya. Misalnya dalam jual hak milik barang yang dijual. Penyerahan ba- beli sewa (huurkoop) (Yahya,1996). rang dalam jual beli merupakan tindakan pe-
Mengenai penyerahan obyek jual beli mindahan barang yang dijual ke dalam kekua- dapat dibagi tiga sesuai dengan tiga macam saan dan pemilikan pembeli. Penyerahan atau
kebendaan, yaitu:
levering merupakan suatu perbuatan yuridis
a. Benda bergerak.
guna memindahkan hak milik (transfer of Penyerahan benda bergerak cukup dengan ownership ) yang caranya ada tiga macam ter-
cara menyerahkan kekuasaan atas barang gantung dari macamnya barang.
tersebut, artinya menyerahkan barang ter- Levering di konstruksikan sebagai sua-
ebut secara nyata sehingga kepemilikan tu zakelijke overeenkomst, ialah suatu persetu-
atas benda itu juga beralih, kecuali penye- juan lagi (tahap kedua) antara penjual dan
ahan benda-benda tak bertubuh sebagai- pembeli yang khusus bertujuan untuk memin-
ana ketentuan Pasal 612 KUHPerdata yang dahkan hak milik dari penjual kepada pem-
menyatakan, “penyerahan kebendaan ber- beli. Dengan penyerahan yang demikian maka
gerak kecuali yang tidak bertubuh dilaku- tampak bahwa perjanjian jual beli hanya
kan dengan penyerahan yang nyata akan obligatoir saja sebagaimana ketentuan Pasal
kebendaan itu oleh atau nama pemilik, 1459 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa
atau dengan penyerahan kunci-kunci dari “hak milik atas barang yang dijual tidaklah
bangunan, tempat kebendaan itu berada.” berpindah kepada pembeli selama penyera-
Dalam hal ini penyerahan hanya dilakukan hannya belum dilakukan menurut ketentuan-
secara simbolik yang disebut TRADITIO ketentuan yang bersangkutan.”
CLAVIUM, yaitu penyerahan kunci-kunci Sistem oblogatoir dimaksud adalah
karena kepemilikan barang dalam gudang bahwa perjanjian jual beli baru meletakan hak
atau warehouse yang harus ditransfer kepa- dan kewajiban bertimbal balik antara kedua
da pembeli. Traditio (latin), artinya penye- belah pihak – penjual – dan pembeli, yaitu me-
rahan yang dalam civil law artinya deli- letakkan kepada penjual kewajiban untuk
very, yaitu transfer of possession. menyerahkan hak milik atas barang yang
Penyerahan tidak perlu dilakukan apabila dijualnya, sekaligus memberikan hak padanya
kebendaan yang harus diserahkan, dengan untuk menuntut pembayaran harga barang
alasan hak lain, sudah dikuasai oleh orang sebagai imbalan haknya untuk menuntut pe-
yang hendak menerimanya yang disebut nyerahan hak milik atas barang yang di-
dengan TRADITIO BREVI MANU, yaitu belinya. Atau dapat dikatakan bahwa perjan-
penyerahan tidak langsung apabila dia jian jual beli belum memindahkan hak milik.
yang sudah memegang kepemilikan akan Hak milik baru berpindah dengan dilakukan-
akan suatu barang atas nama orang lain nya penyerahan atau levering.(Djoko, 1987)
dan menyetujui sejak itu dia akan memi- Kalau pada penyerahan barang tadi di-
likinya atas namanya sendiri. Dalam hal ini perlukan penyerahan yuridis disamping pe-
penyerahan dan penyerahan kembali tidak nyerahan nyata agar pemilikan pembeli men-
diperlukan.
kendaraan bermotor berikut pula BPKB dan dengan balik nama berdasarkan keten- STNK-nya. tuan Undang Undang No. 5 Tahun 1960
Walaupun penyerahan merupakan ke- tentang Undang Undang Pokok Agra- wajiban penjual, namun penyerahan tidak wa- ria (UUPA) yang mencabut ketentuan
jib dilakukan kalau penjual tidak ada membe- Buku Kedua KUHPerdata. Menurut pe- rikan kelonggaran tentang pembayaran, pem- raturan pelaksana undang-undang ini
beli harus melakukan pembayaran atas selu- yaitu PP No. 10 Tahun 1961 jo PP No.
ruh harga barang “serentak” pada waktu pe-
24 Tahun 1997 tentang Peandaftaran nyerahan barang dilakukan. Apabila pembeli Tanah, menentukan bahwa jual beli
belum membayar harga, penjual tidak wajib tanah harus dibuktikan dengan suatu
melaksanakan penyerahan barang (Pasal 1478 akta yang dibuat oleh dan di hadapan
KUHPerdata).
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Dalam hal penjual lalai menyerahkan
c. Benda tak bertubuh barang yang dijual kepada pembeli maka me- Penyerahan benda tak bertubuh, dila- nurut ketentuan Pasal 1480 KUHPerdata, pem- kukan dengan cara cessie yang diatur
beli dapat menuntut pembatalan jual beli dalam Pasal 613 KUHPerdata. (Widjaja,
sesuai dengan ketentuan Pasal 1266 dan 1267 2003)
KUHPerdata, yaitu dapat dimintakan pemba- talannya melalui pengadilan.
Selanjutnya mengenai penyerahan Barang yang diserahkan harus berada (levering) berlaku ketentuan :
dalam keadaan sebagaimana pada saat per-
a. Biaya/ongkos Penyerahan. Ketentuan Pa- setujuan dilakukan serta mulai saat terjadinya sal 1476 KUHPerdata menentukan bahwa
penjualan, segala hasil atau buah yang timbul biaya penyerahan dipikul oleh si penjual,
dari barang menurut Pasal 1481 KUHPerdata sedangkan biaya pengambilan dipikul oleh
menjadi kepunyaan pembeli. Ini berarti sejak si pembeli. Namun demikian kedua belah
saat persetujuan jual beli, pembeli berhak atas pihak dapat mengatur lain di luar keten-
segala hasil dan buah yang dihasilkan dari tuan di atas. Hal ini sesuai dengan keten-
barang sekalipun barang tersebut belum di- tuan Pasal 1476 KUHPerdata tersebut yang
serahkan kepada pembeli. Hal ini sesuai de- menyatakan, “sepanjang para pihak pen-
ngan ketentuan Pasal 1460 KUHPerdata yang jual dan pembeli tidak memperjanjikan
menentukan bahwa risiko atas barang telah lain”
berpindah menjadi tanggung jawab pembeli
b. Tempat Penyerahan. Jika pada pihak tidak sekalipun barangnya belum diserahkan kepa- menentukan tempat penyerahan dalam
danya dan sejak saat itu penjual berhak me- persetujuan jual beli, maka penyerahan di-
nuntut pembayaran harga atas kemusnahan lakukan di tempat terletak barang yang di-
barang.
jual pada saat persetujuan jual beli ter- Mengenai apa-apa yang harus dise- laksana. Ketentuan ini terutama bila ba-
rahkan, menurut Pasal 1482 KUHPerdata ada- rang yang dijual terdiri dari benda terten-
lah : 1) segala sesuatu yang merupakan baha- tu. Bagi jual beli di luar barang tertentu,
gian dari barang yang dijual yang dihayatkan penyerahannnya dilakukan menurut ke-
untuk pemakaian barang itu selama-lamanya; tentuan Pasal 1393 ayat (2) KUHPerdata,
2) surat bukti hak milik mutlak atas benda, yaitu penyerahan dilakukan di tempat
jika surat-surat bukti itu memang ada. tinggal kreditor.
Selanjutnya menurut Pasal 1483 KUH Perdata, penyerahan harus dilakukan secara Selain itu bahwa kewajiban menye-
keseluruhan kalau hal ini tidak ditentukan atas rahkan barang meliputi segala sesuatu yang
persetujuan kedua belah pihak, dengan keten- menjadi pelengkap serta dimaksudkan bagi
tuan sebagai berikut :
pe-makaiannya yang tetap, beserta surat-surat
a. Jika penyerahan benda tak bergerak telah bukti milik, jika ada (Pasal 1482 KUHPerdata).
dinyatakan luas dan besarnya maupun Sehingga penyerahan sebidang tanah meliputi
isinya serta harganya untuk setiap uku-
yang hendak dibeli.
lasan yang terdapat dalam surat perjanjian. Terhadap gugatan penjual terhadap Jika penyerahan seperti ini tidak mungkin
pembeli atas penambahan harga, pengurangan dilaksanakan atau pembeli sendiri tidak
harga atau pembatalab perjanjian menurut ke- menuntut penyerahan atas keseluruhan,
tentuan Pasal 1489 KUHPerdata hanya dapat penjual wajib menerima harga dengan
diajukan dalam tenggang waktu 1 bulan sete- pemotongan atau pengurangan harga
lah terjadinya penyerahan. Sehingga lewat dari yang berimbang dengan bahagian yang di-
jangka waktu tersebut, hak tersebut menjadi serahkan.
gugur karena dianggap telah lewat waktu.
b. Jika yang diserahkan jauh lebih besar dari Kewajiban kedua dari penjual adalah me- yang ditentukan dalam perjanjian jual beli
nanggung kenikmatan tenteram dan menang- (mengenai barang tidak bergerak) pembeli
gung terhadap cacat tersembunyi (vrijwaring). boleh memilih: menambah harga atas
Mengenai kewajiban ini diatur dalam Pasal kelebihan atau mengurungkan pembelian
1491 KUHPerdata. Bahwa penjual menjamin/ jika kelebihan itu meliputi sampai seper-
menanggung barang yang dijual dalam ke- duapuluh dari apa yang tersebut dalam
adaan :
perjanjian. (Yahya, 1986)
a. Tenteram dan damai dalam kekuasaan pe- milikan pembeli, tanpa ganggu gugat dari
Selanjutnya atas hal ini ketentuan
siapapun juga.
Pasal 1884-1885 KUHPerdata yang menentu-
b. Menjamin, bahwa barang yang dijual tidak kan jual beli tanah, yakni sebidang tanah ter-
mempunyai cacat tersembunyi dan cacat tentu dengan harga tertentu pula. Jika ukuran
nyata.
tanah lebih kecil dari yang ditentukan dalam perjanjian, harganya dikurangi secara perban-
Dalam hal kedua hal tersebut tidak di- dingan dengan luas yang kurang. Sebaliknya
jamin oleh penjual, maka pembeli dapat me- jika ukurannya lebih besar dari apa yang di-
minta pembatalan. Oleh karenanya adanya tentukan, harga ditambah sesuai dengan per-
gangguan dan cacat bawaan dapat menjadi bandingan kelebihan. Kalau kelebihannya
alasan bagi pembeli untuk melakukan tuntutan sampai meliputi seperduapuluh bahagian,
pembatalan atasa dasar salah sangka (dwaling) pembeli dapat memilih untuk meneruskan
atau untuk menuntut wanprestasi atas dasar pembelian dengan menambah harga atas kele-
tidak melaksanakan prestasi menurut sepatut- bihan atau dapat mengurungkan pembelian.
nya. Sehingga menjadi alasan untuk menuntut Oleh karena undang-undang hanya
ganti rugi.
mengatur mengenai kelebihan seperduapuluh Pada hakekatnya kewajiban penjami- bahagian, maka kalau ternyata yang terjadi
nan merupakan kewajiban yang lahir dengan adalah kekurangan seperduapuluh bahagian,
sendirinya menurut hukum. Sehingga tidak di- maka menurut Yahya Harahap dapat diterap-
sebutkannya penjaminan tersebut tidak me- kan prinsip a kontrario dari ketentuan ter-
ngurangi kewajiban penjaminan atas barang sebut, yaitu jika barang atau tanah yang dise-
yang dijual. Oleh karenanya tujuan dari penja- rahkan memcapai kelebihan seperduapuluh
minan ini adalah agar pembeli jangan meng- bahagian, maka pembeli dapat memilih
alami kerugian, baik atas sebahagian atau se- apakah ia menambah harga atau mengurung-
luruhnya barang yang dibeli. Selain itu juga kan pembelian (Yahya,1986). Demikian juga
agar barang yang dibeli benar-benar terlepas sebaliknya terhadap kekurangan yang men-
dari beban yang dimiliki pihak ketiga. Namun capai seperduapuluh bahagian, pembelia da-
demikian penjual dan pembeli boleh membuat pat memilih meneruskan perjanjian dengan
persetujuan yang sama sekali membebaskan pengurangan harga atau mengurungkan pem-
penjual dari segala jaminan (vide Pasal 1493 belian. Penerapan ini dimungkinkan karena
KUHPerdata). Akan tetapi jaminan untuk me- kekurangan barang yang diserahkan sebe-
nanggung kerugian yang dideritan pembeli narnya dapat dipergunakan sebagai dasar
akibat kerugian yang timbul dari perbuatan untuk pembatalan perjanjian atas alasan salah
23
penjual, tidak dapat dihilangkan meskipun disetujui oleh kedua belah pihak.
Terhadap penjaminan/menanggung (vrijwaring) tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Kewajiban menanggung kenikmatan ten- teram. Kewajiban ini merupakan konsekuensi dari pada jaminan yang oleh penjual diberikan kepada si pembeli bahwa ba- rang yang dijual adalah sungguh-sung- guh miliknya sendiri yang bebas dari se- suatu beban atau tuntutan dari sesuatu hak. Sehingga kewajiban ini timbul apa- bila kewajiban penjual untuk menye- rahkan barangnya kepada pembeli telah dipenuhi. Disinilah timbul kewajiban ke- dua bahwa pembeli tidak akan diganggu dalam menikmati barang yang sudah dibeli dan sudah diterimanya. Kewajiban ini adalah dalam bentuk mem- berikan ganti kerugian jika sampai terjadi pembeli karena suatu gugatan dari pihak ketiga dengan putusan Hakin dihukum untuk menyerahkan barang yang telah dibelinya kepada pihak ketiga. Dalam hal demikian, pembeli dapat juga pada saat ia digugat oleh pihak ketiga, minta agar pi- hak penjual diikutsertakan dalam guga- tan tersebut (voeging).
b. Kewajiban menanggung terhadap cacat tersembunyi Terhadap kewajiban ini adalah bahwa penjual diwajibkan menangggung terha- dap cacat-cacat tersembunyi pada barang yang dijualnya yang membuat barang tersebut tidak dapat dipakai untuk keper- luan yang dimaksudkan, sehingga sean- dainya pembeli mengetahui cacat terse- but, ia tentunya tidak akan membeli barang tersebut selain dengan harga yang kurang. Namun penjual tidak berkewajiban untuk menanggung cacat yang kelihatan karena sepatutnya dianggap pembeli telah me- ngetahuinya dan menerima cacat terse- but. dan tentunya harganya pun telah di- sesuaikan dengan cacat tersebut. Terhadap cacat tersembunyi ini, pembeli dapat memilih apakah ia mengembalikan barang tersebut atau tetap memiliki ba- rang tersebut dengan pengembalian seba-
hagian dari harga sesuai dengan putusan Hakim.
Kewajiban Pembeli
Kewajiban pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu dan di tempat sebagaimana ditetapkan dalam prjanjian. Har-
ga tersebut harus berupa uang meskipun me- ngenai hal ini tidak ditetapkan dalam undang- undang, akan tetapi sesungguhnya sudah termaktub dalam pengertian jual beli.
Harga harus ditetapkan oleh kedua be- lah pihak, sehingga apabila harga harus dite- tapkan oleh pihak ketiga dan pihak ketiga ter- sebut tidak dapat memberikan perkiraan harga maka tidak terjadi perjanjian jual beli tersebut. dalam hal ini perjanjian jual beli dilakukan dengan syarat tangguh.
Mengenai waktu dan tempat pembaya- ran, apabila tidak ditentukan, maka pembeli harus melakukan pembayaran ditempat dan waktu dimana penyerahan barang akan dilaku- kan sebagaimana ketentuan Pasal 1514 KUH Perdata). Jika pembeli tidak melakukan pemba- yaran harga, maka merupakan suatu pebuatan wanprestasi dan si penjual berhak menuntut ganti rugi dan pembatalan perjanjian berdasar- kan ketentuan Pasal 1266 daqn 1267 KUH Perdata.
Selanjutnya mengenai risiko perjanjian adalah diatur dalam KUHPerdata yang dapat dibagi 3, yaitu : mengenai barang tertentu (Pa- sal 1460 KUHPerdata), mengenai barang yang dijual menurut berat, jumlah atau ukuran (Pa- sal 1461 KUHPerdata), dan mengenai barang yang dijual menurut tumpukan (Pasal 1462 KUHPerdata) (Subekti,1995).
Terhadap barang tertentu, yaitu barang yang pada saat perjanjian dilakukan telah ada dan ditunjuk oleh pembeli. Dalam hal ini, bahwa barang itu sejak saat pembelian adalah atas tanggungan pembeli meskipun penyera- han belum dilakukan dan penjual berhak un- tuk menuntut harga. Ketentuan yang demikian karena sejak terjadinya jual beli, barang sudah menjadi milik pembeli.
Selanjutnya terhadap risiko atas barang yang dijual menurut berat jumlah atau ukuran dipikul oleh penjual sampai barang tesebut telah diukur dan ditimbang sedangkan terha- dap barang yang dijual menurut tumpukan, resiko diletakkan pada pembeli.
Purchase Order
transaksi sesuai dengan isi purchase order itu “Purchase” adalah istilah dalam dunia
sendiri. Sebuah purchase order bisa menjadi alat accounting atau administrasi pada umumnya,
bukti di dalam sengketa perdagangan ketika yang artinya “membeli dalam artian luas” (ba-
salah satu pihak mangkir didalam melaksa- rang diperoleh langsung pada saat transaksi
nakan kewajibannya maupun meminta haknya. karena memang ada available stock, atau baru
Jadi, dilihat dari perspektif hukum dikemudian harinya karena barang/jasa ma-
dagang, Purchase Order harus diterbitkan kapan sih harus dibuat/disediakan terlebih dahulu)
saja perusahaan merasa perlu melakukan pem- kepada supplier/vendor.
belian yang berpotensi menimbulkan resiko Purchase order dapat pula diartikan
dagang. Biasanya potensi resiko dilihat dari sebagai sebuah dokumen komersial yang di-
nilai pesanan. Seller juga biasanya akan me- terbitkan oleh perusahaan (badan) atau sese-
minta purchase order untuk jumlah nilai tertentu orang yang bertindak selaku “buyer (pembeli)”
yang dianggap signifikan.
untuk memperoleh barang atau jasa yang Dilihat dari perspektif akuntansi, sudah dibutuhkan dari supplier atau vendor. Dalam
seharusnya setiap pembelian (purchase) semes- banyak hal, purchase order membantu baik pi-
tinya didahului oleh penerbitan purchase order. hak buyer maupun seller:
Hal ini akan sangat membantu perusahaan
1. On Buyer side (Penerbit PO): dengan “Pur- untuk melakukan tracking (penelusuran dan chase order , perusahaan selaku buyer dapat
pelacakan) terhadap cost dan expense perusa- mengkomunikasikan dengan jelas menge-
haan, termasuk deposit yang telah dikeluarkan, nai maksudnya untuk memesan barang,
dan saldo utang yang akan jatuh tempo. Pada mulai dari jenis barang/jasa, specifikasi-
kenyataannya, perusahaan yang masih meng- nya (colour, size/measurement), unit price, de-
gunakan pencatatan manual tidak selalu me- livery time (waktu penyerahan), hingga
nerbitkan purchase order untuk setiap pem- payment term (termin pembayaran), se-
belian yang dilakukannya. Pada dasarnya, se- hingga dapat diharapkan barang yang
buah purchase order biasanya mengandung: akan diterima sesuai dengan yang dipe-
1. Date of puchase order (i.e.: June 8’2008) san. Sekaligus akan melindungi hak-hak-
2. Purchase Order Number (i.e.: PO#005) nya selaku buyer. Dilihat dari segi admi-
3. Vendor Name (nama supplier) nistrative-nya purchase order juga dapat
4. Item code barang/jasa yang dipesan (i.e.: dijadikan sebagai tools (piranti) untuk
Item Code 002)
melacak pengeluaran (cost/expense) perusa-
5. Deskripsi barang/jasa yang dipesan haan, melacak deposit, dan saldo utang
(i.e.: Long pant denim with metal zip) yang akan jatuh tempo.
6. Spesifikasi barang/jasa yang dipesan
2. On seller side: dengan “Purchase Order” (i.e.: Navy Blue Col, size M) seller akan mendapat keyakinan mengenai
7. Quantities barang/jasa yang dipesan barang yang dipesan, dan sekaligus akan
(i.e.: 1000 pcs)
melindungi hak-haknya selaku seller. Dan
8. Unit Price barang/jasa yang dipesan dari segi administrativenya perusahaan
(i.e.: USD 10.00)
yang bertindak selaku penjual dapat mela-
9. Total Amount pesanan (i.e.: USD cak penjualannya dengan lebih mudah,
termasuk deposit yang telah diterima, dan
10. Delivery Date (i.e.: August 20’ 2008) piutang yang akan jatuh tempo untuk
11. Term of Payment (i.e.: Credit 30 days) ditagih.
Untuk perusahaan yang masih meng- Dalam hukum dagang, jika perusahaan
gunakan pencatatan manual, perusahaan dapat telah mengirimkan purchase order yang telah di
mencetak blanko purchase order (bisa juga dalam otorisasi oleh petugas perusahaan yang
bentuk buku), lalu blanko purchase order di isi berwenang, dan pihak penjual telah menyetu-
secara manual dengan ditulis tangan, kemu- juinya dengan menandatangani purchase order
dian di isi sesuai dengan yang saya sebutkan yang diterimanya, secara langsung kedua be-
sebelumnya, kemudian di isi cap perusahaan lah pihak telah sepakat untuk melakukan
PO, lalu dikirimkan kembali kepada penerbit Valid atau tidaknya suatu purchase
(buyer/pemesan barang), sedangkan lembar order bukan dilihat dari lengkap atau tidaknya
aslinya disimpan oleh vendor. pengisian. Yang menentukan itu valid atau
Purchase Order berpengaruh pada tidak adalah:
keempat rekening (account) di atas, tergantung
1. Official Company Header: Jika PO tidak pada kondisi “Term Of Payment (termin pem- menggunakan kop perusahaan di ujung
bayaran) ” yang menyertai purchase order yang atas purchase order, maka purchase order
diterbitkan:
tersebut dianggap tidak valid.
1. Jika “Term Of Payment” menyebutkan ada-
2. Company Chop: Jika PO tidak dilengkapi nya “Deposit” (i.e.: Term Of Payment, 30% dengan stempel perusahaan, maka pur-
deposit), maka purchase order akan mem- chase order dianggap tidak sah.
buat account “Deposit” atau “prepaid” atau
3. Authorized Signature: Tanpa tanda tangan “Cash advance” bertambah sebesar jumlah dari pimpinan perusahaan atau yang di-
deposit yang disebutkan pada saat pemba- beri wewenang, maka PO dianggap tidak
yaran deposit dilakukan di satu sisi, dan sah.
mengurangi saldo cash sejumlah yang sa- ma. Pada saat pembayaran deposit dilaku-
Untuk perusahaan yang menggunakan kan, jurnal entry yang dibuat hendaknya e-mail submission (pengiriman PO lewat email),
menunjuk “Purchase Order Number”. Hal biasanya validitas PO dilihat dari auto signa-
ini akan membantu perusahaan (Accoun- ture yang telah di set-up pada email perusa-
ting and Finance Dept ) untuk menelusuri: haan. Biasanya masing-masing staff (user) di