PEMBERANTASAN HAMA TANAMAN KEDELAI, KACANG HIJAU DAN KACANG TANAH
IV. PEMBERANTASAN HAMA TANAMAN KEDELAI, KACANG HIJAU DAN KACANG TANAH
Pemberantasan adalah suatu cara untuk memberantas hama yang dilakukan apabila sudah ada serangan dari hama tersebut. Adapun macam-macam dari pemeberantasan hama diantaranya yaitu
A. Pemberantasan secara mekanik Pemberantasan secara mekanik dilakukan dengan alat, tangan manusia atau bahan lainnya dengan tujuan mematikan, menghalangi, memindahkan atau menghalau serangga hama. Cara ini cukup sederhana tetapi harus dilakukan terus-menerus. Beberapa teknik pemberantasan secara mekanik yang sering dilakukan adalah :
♦ Pengambilan telur, larva, nimfa, pupa, atau imago serangga hama dengan tangan kemudian membunuhnya. ♦ Penggunaan perangkap
♦ Memotong atau menghilangkan bagian tanaman yang terserang serangga hama untuk menghilangkan sumber infeksi.
B. Pemberantasan secara hayati Pemberantasan hayati adalah pengendalian hama dengan cara biologi, yaitu dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya seperti predator, parasit dan patogen. Pemberantasan hayati dalam pengertian ekologi didefinisikan sebagai pengaturan populasi organisme dengan musuh-musuh alam hingga kepadatan populasi organisme tersebut berada di bawah rata-ratanya dibandingkan bila tanpa pengendalian.
Beberapa keunggulan pemberantasan hayati antara lain adalah : ♦ Aman, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, tidak menyebabkan keracunan pada manusia dan ternak.
♦ Tidak menyebabkan resistensi terhadap hama. ♦ Musuh alami bekerja secara selektif terhadap inang atau mangsanya.
♦ Bersifat permanen, untuk jangka panjang dinilai lebih murah apabila
keadaan lingkungan telah stabil atau telah terjadi keseimbangan antara hama dengan musuh alaminya.
Akan tetapi pemberantasan secara hayati juga memiliki beberapa kekurangan, seperti hasilnya sulit diramalkan dalam waktu singkat, diperlukan biaya yang cukup besar pada tahap awal, baik untuk penelitian maupun untuk pengadaan sarana dan prasarananya, pembiakan masa di laboratorium kadang-kadang mengalami kendala, teknik aplikasi di lapangan belum banyak dikuasai.
C. Pemberantasan secara kimiawi Pengendalian secara kimiawi adalah usaha pengendalian serangga hama dengan mengunakan bahan kimia. Bahan kimia ini diberikan langsung ke tanaman makanan hama, umpan atau dikenakan langsung kepada serangga hama sasaran. Bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan hama disebut insektisida. Penggunaan insektisida dalam pengendalian hama memiliki banyak keuntungan seperti efektif dan sepat menurunkan populasi hama, mudah penggunaannya, dan relatif murah biayanya. Akan tetapi, jika penggunaan tidak bijaksana, maka dampak negatif dari penggunaan insektisida baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dampak negatif dari penggunaan insektisida yang tidak bijaksana seperti pencemaran terhadap lingkungan, keracunan bagi manusia, munculnya resistensi hama, resurgensi hama, terbunuhnya organisme yang bukan sasaran hama dan meledaknya hama sekunder.
Penyemprotan pestisida dilakukan sebaiknya digunakan sebagai alternatif terakhir sesuai hasil pengamatan dini di lapangan jika serangan sudah melebihi ambang batas ekonomi.
Untuk lebih meningkatkan efektivitas dan mencegah pemborosan pestisida, maka dalam pelaksanaan pengendalian harus diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi hama
Identifikasi hama penting dilakukan, dari sini dapat diketahui tipe mulut serangga dan cara memakan yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan racun-racun apa yang perlu dipergunakan, apakah racun perut, racun kontak atau racun yang bersifat sistemik. Dari hasil identfikasi dapat pula ditentukan bentuk insektisida yang akan diberikan, apakah bentuk smprot, butiran, umpan, atau fumigasi.
2. Waktu yang tepat
Keberhasilan dalam pengendalian hama bergantung pada ketepatan waktu pemberian pestisida. Cara untuk menentukan waktu pemberian pestisida yang tepat, misalnya : presentase serangan hama pada tanaman, stadia pertumbuhan tanaman, populasi hama dan stadia pertumbuhan hama, dan iklim.
3. Cara penyemprotan yang tepat Pada saat dilakukan penyemprotan atau penghembusan pestisida
semua bagian tanaman harus terkena oleh partikel pestisida. Pemakaian yang tidak teliti akan memberikan kesempatan lolosnya serangga dari jangkauan pestisida.
D. Penggunaan pestisida nabati Penggunaan pestisida kimia telah terbukti dapat menimbulkan
dampak negatif, seperti timbulnya resisitensi hama, matinya musuh alami, matinya serangga yang berguna bagi tanaman, adanya residu kimia pada bahan tanaman, pencemaran lingkungan serta keracunan ternak dan manusia. Oleh sebab itu saat ini sedang banyak dikembangkan pestisida nabati, yang ramah terhadap lingkungan, tidak menimbulkan dampak negatif dan sesuai dengan prinsip pengendalian hama terpadu. Beberapa jenis pestisida nabati yang telah berhasil dikembangkan yaitu : dampak negatif, seperti timbulnya resisitensi hama, matinya musuh alami, matinya serangga yang berguna bagi tanaman, adanya residu kimia pada bahan tanaman, pencemaran lingkungan serta keracunan ternak dan manusia. Oleh sebab itu saat ini sedang banyak dikembangkan pestisida nabati, yang ramah terhadap lingkungan, tidak menimbulkan dampak negatif dan sesuai dengan prinsip pengendalian hama terpadu. Beberapa jenis pestisida nabati yang telah berhasil dikembangkan yaitu :
mengendalikan hama Phaedonia inclusa pada kedelai. Memiliki 3 senyawa yang bersifat insektisida, yaitu Squamosin, asimisin dan desasetluvarisin.
b. Ekstrak daun aglaia (Aglaia odorata) mampu mematikan nimfa instar-
2 dan daun mindi, biji mimba, sirsak serta srikaya mampu mematikan imago R.linearis, N.viridula, P.hybneri
4.1. Pemberantasan Hama-hama Tanaman Kedelai dan Kacang Hijau
a. Agromyza phaseoli Pemberantasan secara mekanik dilakukan dengan mencabut tanaman yang telah diserang kemudian membakarnya atau memendamnya di dalam tanah.
Pemberantasan secara kimiawi, hama ini dapat dikendalikan dengan menyemprotkan insektisida DDT, BHC, Tamaron, Folidol atau Agrocide sejak tanaman mulai tumbuh. Penyemprotan dilakukan dengan dosis yang telah ditentukan dengan interval tiga hari sekali sebanyak tiga kali.
Pemberantasan dengan musuh alami misalnya Agromyzae Dodd, Eurytoma poloni, Eurytoma sp. dan Cynipid.
b. Agromyza soyae Zehntn Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida larutan atau dengan insektisida granular (butiran) yang ditabur.
c. Agromyza dolichostigma de Mij
Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan menyemprot insektisida sebelum larva masuk ke dalam pucuk tanaman.
Pemberantasan secara mekanik dilakukan dengan memotong pucuk yang terlanjur terserang hama ini, kemudian membakarnya. Tanaman yang telah dipotong akan segera keluar cabangnya lagi. Setelah pemotongan semprotlah lagi sampai beberapa kali.
d. Epilachna sojae Pemberantasan secara mekanik dilakukan dengan menyemprot
DDT, BHC, Tamaron, Folidol, dan Agrocid sesuai dosisnya.
a. Phaedonia inclusa Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan menyemprot
DDT, HCH atau Toxaphene, Sumithion 50 EC dengan konsentrasi formulasi 15 cc/10 liter air, Thiodan 35EC dengan konsentrasi formulasi 1,5 ml/liter air.
b. Etiella zinckenella FN Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan cara menyemprot
Thiodan 35 EC 1,5 ml/liter air atau dengan Sumithion 50 EC dengan konsentrasi formulasi 15 cc/10 liter air pada saat polong sudah terbentuk.
c. Nezara viridula L
Pemberantasan secara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprot Tritthion 4 EC dengan konsentrasi formulasi 20-30 ml/10 liter air. Pemberantasan secara hayati dapat dilakukan dengan menggunakan tabuhan Ooencyrtus malayensis Ferr dan Telenomus sp. Yang merupakan parasit pada telur kepik hijau. Besarnya tabuhan lebih kurang 0,5-1 mm dan sangat aktif.
d. Riportus linecaris F
Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan cara menyemprotkan Dursban 20 EC Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan cara menyemprotkan Dursban 20 EC
Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan cara menyemprotkan DDT, Taxaphene 0,1 %, Thiodan 35 EC, Sumithion 50 EC dan Azodrin sesuai dengan dosisnya.
Secara mekanik pemberantasan dilakukan dengan mengambil telur yang ada bersama dengan daun tempat menempelnya.
Secara hayati dilakukan dengan menyemprot Bacillus thuringensis dan Borrelinavirus litura. Gulma harus dibersihkan agar tidak menjadi tempat berkembang biak dan bersembunyi ngengat dan ulat.
f. Plusia chalcites E Sp Pemberantasan kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan
Sumithion 50 EC, Sumicidin, dan Dicarmas.
Pemberantasan secara mekanik dilakukan dengan mengambil hama tersebut dan mematikannya.
g. Tikus
Pemberantasan secara mekanik dilakukan dengan membongkar lubang-lubang tikus kemudian membakarnya.
Secara kimiawi dilakukan dengan cara memasang umpan yang telah dicampur dengan racun, misalnya zink phospide atau dengan memasang umpan siap pakai yaitu klerat R-M.
h. Lamprosema indicata F Secara kimiawi dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan
Toxaphene konsentarsi 0,1 % dan Azodin.
Secara mekanik dapat dilakukan dengan cara memotong daun yang sudah menggulung dan membakarnya.
i. Thrips
Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan insektisida metamidofos, karbanil atau monokrotofos.
j. Callosobrochus
Pemberantasan dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida pirimiphos metil, femitrothion dan metacrifos.
IV. 2. Pemberantasan Hama-hama Tanaman Kacang Tanah
a. Empoasca sp
Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida Lannate25 Wp (metomil 25 %) dan Supracide
40 Ec (metidation 420 g/l). Dosis penggunaannya disesuaikan dengan label pada kemasan. Predator digunakan sebagai pemberantasan secara hayati. Beberapa predator yang termasuk ke dalam family Coccinellideae dan Chrysopidae. Mimarydae sebagai parasit telur dan Dyrinidae sebagai parasit nimfa dewasa.
b. Thrips Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan
Dercis 2,5 EC.
C. Aphis craccivora Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan
insektisida perfekthio 400 EC, Mitac 200EC, Kelthene 200 EC, Omite dan Nussuron 50 EC. Pemberantasan hayati dilakukan dengan menggunakan insektisida perfekthio 400 EC, Mitac 200EC, Kelthene 200 EC, Omite dan Nussuron 50 EC. Pemberantasan hayati dilakukan dengan menggunakan
d. Spodoptera litura F Apabila melebihi Ambang Ekonomi maka digunakan insektisida
Fenval 200EC, Karphos 25 EC, Kiltop 500EC dan Larvin 375 AS.
e. Chrysodeixis chalcites Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan
insektisida Matador 25 EC, Atabron 50 EC, Dursban 20 EC, Monitor 200LC, dan Ambush 2 EC.
f. Helicoverpa armigera
Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan insektisida Decis 2,5 EC, Trebon 95 EC, Petroben 200EC, Ambush 2 EC, dan Matador 25
EC.
p. Holotrochia spp Pemberantasan secara kimiawi dengan menggunakan insektisida
yang berbentuk granular seperti Furadan 3 G, Dharmafur 3 G, dan Petrofur 3 G.
q. Odontotermes
Pemberantasan dapat dilakukan dengan membuang bongkol jagung dari lahan. Menggunakan insektisida bentuk granular seperti Dharmafur 3 G, Furadan 3 G dan Petrofur 3 G. Penggunaannya dengan cara disebarkan dan diaduk dengan tanah di lahan yang diduga terserang rayap. Dosisnya sekitar 10-15 kg/ha.