Pengembangan kerangka kerja keselamatan operasi penangkapan ikan di Provinsi Jawa Tengah

PENGEMBANGAN KERANGKA KERJA
KESELAMATAN OPERASI PENANGKAPAN IKAN
DI PROVINSI JAWA TENGAH

DJODJO SUWARDJO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi ”Pengembangan Kerangka
Kerja Keselamatan Operasi Penangkapan Ikan di Provinsi Jawa Tengah” adalah
karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, 22 September 2011


Djodjo Suwardjo
NRP C5260140514

 C
DJODJO SUWARDJO. Development of Fishing Operation Safety Frame Work in
the Province of Central Java . Under the direction of JOHN HALUAN, INDRA
JAYA, and SOEN’AN H. POERNOMO.
Charachteristics of the occupational in fishing vessel are dangerous, dirty
and difficult, known as “3d”. Fishing vessel safety is a complex interactions
among human factors, machines and environmental. Fishing safety problems
emerge when minimum one of those elements of human factor, machines or
environment is misfunction.
The general objective of this research is to develope frame work of fishing
vessel operation safety in Central Java Province. Specific objectives of this
research, are as follows: 1) identification database systems of fishing vessel
accident; 2) identification of crews quality and capacity, 3) identification of the
safety equipment, 4) identification of the national and international regulations on
fishing vessel safety, 5) to make the alternative policies and strategies on fishing
vessel safety management, to make strategies development on maritime training

and education.
Results of this reasearch, are: 1) to provide national database systems on
fishing vessel accidents and investigations and to integrate this system database
into fisheries satatistic, 2) the level of safety and navigation competencies of the
skippers are still in low level, 3) fishing vessels which already equipped with the
minimum safety equipment as much as 29,69%, 4) the existing regulations for
seaworthiness and shipmanning of fishing vessel need to be reviewed, 5) the
Fatality Accident Rate (FAR) is 113 fishermen died/missing at sea per 100.000
fisherman per year and if it is compared with the FAR of the world fishing fleet,
it‘s still consider higher. The average FAR of the world is 80 fishermen per year,
6) the position of the fishing vessels accident on F-N matrix is still on the
unacceptable risk level.
The necessary measures to reduce accident risk of fishing vessels accident
are needed. Some of the measures that we suggest, are as follows: 1) to estasblish
national database systems of fishing vessel accidents and investigations and to
integrate this system data base into fisheries satatistics, 2) training on navigation
and safety competences (BST) for skippers and crew members, 3) increasing
safety awareness for the fishing vessel stakeholders 4) crews insurance, 5) to
provide standard of fishing vessel, ship manning, works in fishing, education,
training and certification, 6) extended researchs are needed on development model

fishing vessel safety development, B/C analisys and to make standart ship of
fishing vessels less than 60 GT that suitable to be operated in southern Jawa
Island waters
Keywords: safety, fatal accident, human factosr, machines, environmental
factors,FAR, safety management.




DJODJO SUWARDJO. Pengembangan Kerangka Kerja Keselamatan Operasi
Penangkapan Ikan di Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing oleh JOHN HALUAN,
INDRA JAYA, dan SOEN’AN H. POERNOMO.
Pekerjaan pada kapal penangkap ikan merupakan pekerjaan yang
membahayakan, maka profesi tersebut memiliki karakteristik “3d” yaitu:
membahayakan (dangerous), kotor (dirty) dan sulit (difficult). Keselamatan kapal
penangkap ikan merupakan interaksi antara human factor, machines dan
environmental. Kecelakaan akan timbul apabila salah satu elemen tersebut tidak
berfungsi.
Tujuan penelitian ini adalah menyusun pengembangan kerangka kerja
sistem keselamatan operasi penangkapan ikan di Jawa Tengah. Sedangkan tujuan

khusus penelitian mencakup: 1) mengidentifikasi sistem pendataan kecelakaan
kapal penangkap ikan, 2) mengidentifikasi kualitas awak kapal,
3) mengidentifikasi kelengkapan alat-alat keselamatan, 4) mengidentifikasi
peraturan-peraturan dan kelembagaan, 5) menyusun alternatif kebijakan
pengembangan manajemen keselamatan (safety management) penangkapan ikan
dan 6) strategi pengembangan diklat bagi awak kapal.
Penelitian dilaksanakan antara Juni 2008 sampai Februari 2009 di
pelabuhan perikanan yang menjadi basis penangkapan ikan, yaitu: PPN
Pekalongan dan PPP Tegalsari serta PPS Cilacap.
Analisis risiko kecelakaan dilakukan dengan menghitung Fatality Accident
Rate (FAR) dan Risk Index (RI) dari data kecelakaan yang ada dalam tiga tahun
terakhir. Pengukuran FAR dengan membandingkan jumlah korban
meninggal/hilang pertahun dengan jumlah awak kapal aktif per 100.000 orang
Kecelakaan fatal kapal penangkap ikan dari tahun 2006 sampai 2008,
sebanyak 61 kali dengan awak kapal meninggal/hilang di laut sebanyak 68 orang
atau rata-rata korban meninggal/hilang sebanyak 23 orang per tahun dari jumlah
awak kapal aktif sebanyak 19.640 orang. Kapal dan alat tangkap yang
tenggelam/hilang di laut sebanyak 22 unit kapal atau rata-rata kapal hilang
sebanyak 7 unit/tahun.
FAR di lokasi penelitian sebagai berikut: di PPP Tegalsari 123 orang, ,

PPN Pekalongan 48 orang dan PPS Cilacap 239 orang. Rata-rata FAR di tiga
lokasi penelitian tersebut adalah 113 orang Jenis kecelakaan di ketiga lokasi,
sebagai berikut: kapal terbalik, sebanyak 31 orang atau sebesar 45,59%, jatuh ke
laut 18 orang atau 26,47%, sakit di atas kapal 14 orang atau 20,50% dan 5 orang
meninggal/hilang atau 7,35% terjadi saat penanganan alat tangkap. Data
kecelakaan armada kapal penangkap ikan tahun 2006–2008 setelah dilukiskan
pada matriks F-N menunjukkan bahwa kinerja keselamatan armada kapal
penangkap ikan berada pada posisi unacceptable risk.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, penguasaan kompetensi nakhoda:
37,92% sangat kurang; 36,16 kurang, dan selebihnya sudah cukup kompeten.
Latar belakang pendidikan formal 83% lulus SD dan tidak lulus SD. Belum
bersertifikat Basic Safety Training. Memiliki sertifikat kompetensi kepelautan,
seperti SKK 60 mil Plus, SKK 60 mil atau SKK 30 mil dan ANKAPIN-III.

Kondisi peralatan keselamatan pada kapal-kapal cantrang di PPP Tegalsari
hanya 14,29% yang memenuhi persyaratan. Armada kapal mini purseseine di
PPN Pekalongan 18,18% telah dilengkapi peralatan keselamatan, sedangkan
armada kapal-kapal Mini longline di PPS Cilacap yang telah memenuhi
persyaratan peralatan keselamatan adalah 57,14%.
Peraturan nasional yang mengatur kelaiklautan kapal perikanan dan

pengawakan kapal adalah Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 46 Tahun
1996, sedangkan peraturan internasional belum mengikat dan belum diadopsi
secara menyeluruh oleh pemerintah.
Kesimpulan hasil penelitian meliputi: 1) sistem pendataan kecelakaan kapal
penangkap ikan belum terstruktur secara regional maupun nasional, 2) nakhodanakhoda kapal-kapal penangkap ikan 84,3% tamat SD dan tidak tamat SD dengan
sertifikat kompetensi kepelautan SKK 60dan SKK 30 mil. 3) FAR 113 orang
meninggal /hilang per 100.000 awak kapal per tahun, angka tersebut lebih tinggi
dari FAR kapal penangkap ikan dunia 80 orang meninggal /hilang per 100.000
awak kapal, 4) kapal-kapal penangkap ikan yang telah memenuhi persyaratan
peralatan keselamatan minimal baru mencapai 29,69%, 5) Peraturan Menteri
Perhubungan No. 46 Tahun 1996 memerlukan peninjauan kembali, 6) strategi
pengembangan keselamatan harus melibatkan unsur awak kapal, pemilik kapal,
syahbandar, pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga diklatluh, BMKG,
SAR masyarakat dan stakeholders lainnya, 7) pengembangan keselamatan melalui
peningkatan keterampilan awak kapal, pelatihan perawatan medis, menyediakan
standar kapal dan alat tangkap ikan, menyediakan SOP dan meningkatkan
kapasitas aparatur
Saran terhadap pengembangan sistem keselamatan operasi penangkapan,
sebagai berikut: 1) perlu mengembangkan program peduli keselamatan bagi
seluruh stakeholders, 2) perlu dibangun database kecelakaan kapal perikanan,

data kecelakaan kapal dapat diintegrasikan dengan statistik perikanan, 3) para
nakhoda dan seluruh awak kapal wajib mengikuti pelatihan Basic Safety Training
khusus untuk awak kapal penangkap ikan, dan pelatihan perawatan medis
(medical care), 4) melengkapi peralatan keselamatan sesuai dengan kebutuhan, 5)
meninjau kembali peraturan-peraturan mengenai keselamatan kapal sesuai
kelasnya, 6) perlunya penelitian lanjutan tentang system dan model
pengembangan keselamatan untuk armada kapal kecil dan analisa biaya-manfaat
(benefit-cost analisys) pengembangan system keselamatan serta penyusunan
standar kapal dibawah 60 GT yang mampu dioperasikan di perairan Selatan Pulau
Jawa.
Kata kata kunci : keselamatan, kecelakaan fatal, human factors, machine factors
environmental factors, FAR, manajemen keselamatan

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011


           
  
 !    ""# # 
 #  $#    % 


 ! "    &% '!(
)   "     
 "    zin IPB.
Hak cipta dilindungi undang undang

PENGEMBANGAN KERANGKA KERJA
KESELAMATAN OPERASI PENANGKAPAN IKAN
DI PROVINSI JAWA TENGAH

DJODJO SUWARDJO

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Teknologi Kelautan

SEKOLAH PAS*ASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2011

+,,,

-./012, 3454 62,4/ 7.891913: ;< -8=>< ?8< @8< A1BC=/= D< E4FG=8=H A